Anda di halaman 1dari 55

SKRIPSI

NILAI KEMANDIRIAN ANAK PADA MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)

KARYA ONO ERIKO

ADRIANA TREVI HARJADI

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021

SKRIPSI

NILAI KEMANDIRIAN ANAK PADA MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)

KARYA ONO ERIKO


ADRIANA TREVI HARJADI

NIM 1701581025

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
Motto Universitas Udayana

“Taki-takining Sewaka Guna Widya”

Visi Universitas Udayana

“Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi yang Menghasilkan Sumberdaya

Manusia Unggul, Mandiri, dan Berbudaya”

Visi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

“Terwujudnya Fakultas Ilmu Budaya yang Memiliki Keunggulan

dan Kemandirian dalam Bidang Pendidikan, Penelitian, dan

Pengabdian kepada Masyarakat dengan Aplikasi Keilmuan yang

Berlandaskan Kebudayaan”

Visi Program Studi Sastra Jepang

“Terwujudnya Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana sebagai Lembaga Bidang Pendidikan yang Unggul,

Mandiri, dan Berbudaya dalam Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian”

ii
NILAI KEMANDIRIAN ANAK PADA MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)

KARYA ONO ERIKO

Skripsi untuk memperoleh Gelar Sarjana

dalam Program Studi Sastra Jepang

Universitas Udayana

ADRIANA TREVI HARJADI

(1701581025)

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

2021

iii
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA PROGRAM STUDI

SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA PADA TANGGAL

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Udayana

No : 3089/UN14.2.1/TD.06/2021

Tanggal : 2 Agustus 2021

Panitia Penguji Usulan Penelitian/ Skripsi

Ketua : Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si.

Sekretaris : Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum.

Anggota : 1. Silvia Damayanti, S.S., M.Hum.

2. Ni Made Andry Anita Dewi, S.S., M.Hum.

3. I Made Budiana, S.S., M.Hum.

iv
vii
viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Nilai Kemandirian Anak pada Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) Karya Ono Eriko”. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan turut mem-

bantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Pertama-tama, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si.,

selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, saran, serta masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum., selaku pembimbing kedua yang juga banyak mem-

berikan bimbingan, arahan, dan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rektor Uni-

versitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas pengalaman serta fasilitas yang telah diberikan selama penulis menimba ilmu

di Universitas Udayana. Begitu juga Dekan Fakultas Ilmu Budaya Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum., dan Koordinator Program Studi

Sastra Jepang Universitas Udayana Ngurah Indra Pradhana, S.S., M.Hum. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada I Ny-

oman Rauh Artana, SS., M.Hum., selaku pembimbing akademik, serta seluruh dosen pengajar Program Studi Sastra Jepang Universitas

Udayana yang telah memberikan banyak ilmu melalui pengajaran selama penulis melaksanakan perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung penulis selama masa perkuliahan sampai

penyusunan skripsi yaitu orang tua penulis Juanita Julia Setyadi dan Martinus Benjamin Harjadi atas dukungan dan semangat secara moral

dan materi selama menempuh jenjang S1 pada program Studi Sastra Jepang. Kakak penulis Karina Auryn Harjadi yang juga telah mem -

berikan dukungan moral serta materi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Fauzan yang senantiasa menemani,

memotivasi dan memberikan saran-saran yang membangun serta menjadi partner terbaik dalam segala urusan termasuk penyusunan skripsi

ini. Kepada teman-teman kimochi yang telah membuat masa perkuliahan semakin berkesan. Terima kasih atas semua dukungan dan motivasi

yang telah diberikan hingga sekarang.

ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan serta kritik

dari pembaca yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik. Terakhir, semoga skripsi yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak khususnya pembelajar basa Jepang.

Denpasar, 16 Agustus 2021

Penulis

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Nilai Kemandirian Anak pada Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) Karya Ono
Eriko”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kemandirian dan faktor pembentuk kemandirian yang digambarkan tokoh
dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pustaka
teknik simak baca, metode deskriptif analitis dan metode informal. Teori yang digunakan terdiri dari tiga teori, yaitu teori antropologi sastra
menurut Endraswara, teori kemandirian menurut Nandang, dan teori faktor pembentuk kemandirian menurut Masrun. Hasil penelitian dalam
manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), terdapat nilai-nilai dan faktor-faktor pembentuk kemandirian. Nilai-nilai kemandirian yaitu, ke-
mandirian emosional (Miiko merasa malu dan ingin membuat bentou sendiri) dan kemandirian perilaku (Yukko menyiapkan pembalut seba-
gai anak perempuan dan Yukko membuat bentou sendiri) yang terlihat pada tokoh-tokoh dalam manga tersebut. Kemudian faktor-faktor pem-
bentuk kemandirian yaitu faktor interaksi sosial (Miiko menerima nilai-nilai positif dari Yukko mengenai membuat bentou sendiri), faktor
pola asuh (Orang tua Miiko yang mendidik Miiko), faktor urutan kelahiran (Yukko sebagai anak sulung lebih bertanggung jawab) dan faktor
jenis kelamin (Kenta menjaga toko Bakery sebagai kasir, sedangkan Yukko menjaga adik-adiknya), faktor intelegensi (Yukko yang lebih
cepat menyelesaikan masalah dibanding teman-temannya), dan faktor pendidikan (Miiko, Yukko, dan Mari yang sedang membersihkan kelas
mereka sebelum pulang sekolah) yang tertanam pada tokoh-tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko).

Kata Kunci: Nilai Kemandirian, Faktor Pembentuk Kemandiran, Yuuko, Miiko

x
要旨

この研究は、「小野恵理子のマンガ『ハイ、ミイコ!』における子どもの自立の価値」というタイトルで行われました。(こちむいて!
みい子)』(小野恵理子著)です。本研究の目的は、漫画「ハイ、ミイコ!」の登場人物が語る自立の価値とその形成要因を明らかにすること
である。(こちむいて!みい子』小野恵理子著。本研究で用いた方法は、図書館法、読解法、記述的分析法、非公式法である。使用した理論は 、
エンドラスワラによる文学的人類学の理論、ナンダンによる独立の理論、マスランによる独立を形成する要因の理論の 3 つからなるもので
ある。その結果、漫画「ハイ、ミイコ!」での研究成果 (こちむいて!みい子』では、自立を構成する価値観や要素が登場します。自立の価値観
として、情緒的自立(みいこが恥ずかしがって自分でお弁当を作りたがる)と行動的自立(ゆっこが女の子として生理用品を用意したり、優
子が自分でお弁当を作ったりする)が、マンガの登場人物に見られます。そして、自立を形成する要因としては、社会的相互作用要因(美衣
子はお弁当を作ることに対してユッコから肯定的な価値観を得ている)、親の要因(美衣子の両親が美衣子を教育している)、出生順位要
因(長女であるユッコの方が責任感が強い)、性別要因(健太はベーカリーショップのレジ係として世話をしているが、ユッコは下の子の世話
をしている。また、知能要因(ユッコは友達よりも問題を解くのが早い)、教育要因(学校に行く前に教室を掃除しているミイコ、ユッコ、マリ)
などがあります。放課後に)漫画「ハイ、ミイコ!」の登場人物に埋め込まれている。(こちむいて!みいこ)のキャラクターに埋め込まれています。

キーワード:  自立の価値、自立の要因、優子、みい子

DAFTAR ISI

MOTTO UNIVERSITAS UDAYANA SERTA VISI


UNIVERSITAS, FAKULTAS, DAN PROGRAM STUDI ii
PRASYARAT GELAR iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
PENETAPAN PANITIA UJIAN vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viii
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK xi
要旨 xii
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR GAMBAR xvi
BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.3.1 Tujuan Umum 3

1.3.2 Tujuan Khusus 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

xii
1.4.1 Manfaat Akademik 3

1.4.2 Manfaat Praktis 4

1.5 Jangkauan Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 5

2.1 Kajian Pustaka 5

2.2 Konsep 9

2.2.1 Kemandirian 10

xiii
2.2.2 Pola Asuh 11

2.3 Kerangka Teori 12

2.3.1 Antropologi Sastra 12

2.3.2 Teori Kemandirian 12

2.3.3 Teori Pembentuk Kemandirian 14

BAB III METODE PENELITIAN 16

3.1 Rancangan Penelitian 16

3.2 Jenis dan Sumber Data 18

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 19

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data 19

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis 20

BAB IV SINOPSIS 21

4.1 Riwayat Hidup Ono Eriko 21

4.2 Ono Eriko Sebagai Penulis 22

4.3 Karya-Karya Ono Eriko 24

BAB V NILAI KEMANDIRIAN YANG DIGAMBARKAN TOKOH DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE!
MIIKO) KARYA ONO ERIKO 33

5.1 Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy) 34

5.2 Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy) 39

BAB VI FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK NILAI KEMANDIRIAN DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE!
MIIKO) KARYA ONO ERIKO 46

6.1 Faktor Pembentuk Kemandirian pada Tokoh Miiko 47

6.2 Faktor Pembentuk Kemandirian pada Tokoh Yuuko 48

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 51

xiv
7.1 Simpulan 51

7.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

DAFTAR UNDUHAN 55

LAMPIRAN 56

CURRICULUM VITAE 58

DAFTAR GAMBAR

xv
Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Miiko tersadar akan perbuatannya 35

Gambar 2 Miiko ingin membuat bentou sendiri 36

Gambar 3 Yuuko menjelaskan kepada Miiko dan Mari 40

Gambar 4 Miiko, Kenta, dan Tappei protes terhadap orangtua mereka


42

Gambar 5 Miiko, Kenta, dan Tappei tersadar dan malu 43

Gambar 6 Orang tua mendidik Miiko 49

Gambar 7 Yukko cepat menyelesaikan tugas 52

Gambar 8 Miiko, Yukko, Mari membersihkan kelas 53

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain,

mampu untuk berpikir penuh inisiatif, dan mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri (Patriana, 2007 :21).

Kemandirian juga merupakan salah satu ciri kualitas hidup manusia yang memegang peranan penting bagi kesuksesan hidup bangsa

maupun individu (Nashori, 1999:32). Dalam kehidupan bangsa Jepang, anak-anak sudah diajarkan kemandirian sejak usia sangat muda

(Bankin, 2015 :20). Hal ini dimulai dari tugas-tugas sederhana, seperti belajar makan sendiri dan belajar membuang sampah kecil.

Setelah itu berlanjut pada saat usia sekolah mereka diajarkan untuk menyiapkan makan siang di sekolah, membersihkan kelas tanpa

bergantung pada petugas kebersihan, tata cara menggunakan transportasi umum, serta belajar menjaga diri saat bepergian dengan salah

satu caranya yaitu wajib membawa sejenis alarm gantung (bouhan bouzai) yang akan berbunyi keras saat ditekan atau ditarik jika

mereka menghadapi keadaan ataupun seseorang yang membahayakan mereka.

Penerapan kemandirian pada anak-anak Jepang sudah banyak ditampilkan dalam bentuk manga maupun acara TV. Dalam

acara TV bernama Hajimete no Otsukai ‘Tugas Pertama’ diperlihatkan anak-anak kecil melakukan tugas-tugas sederhana secara

mandiri, peran yang dimiliki orangtua pada acara Hajimete no Otsukai yaitu para orangtua memberikan arahan kepada anak-anaknya

untuk melaksanakan tugas mereka. Kemudian mengantar anak mereka sampai ke depan rumah bertujuan memberi semangat serta

keberanian kepada anak-anak mereka melakukan tugas yang diberikan. Salah satu manga yang banyak menggambarkan kemandrian

anak-anak Jepang adalah manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko yang menceritakan bagaimana tokoh Miiko

beserta teman-temannya yang menerapkan sikap mandiri dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga para pembaca manga ini dapat

mengambil pelajaran yang bermanfaat seperti melatih diri melakukan kegiatan sehari-hari baik di dalam rumah maupun di lingkungan

sekitar secara mandiri.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, berikut dirumuskannya permasalahannya sebagai berikut :

1) Bagaimanakah nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya

Ono Eriko ?

2) Bagaimanakah faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya

Ono Eriko ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki dua tujuan yang dapat dipaparkan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menambah pengetahuan serta wawasan mengenai

penerapan budaya - budaya yang ada di Jepang melalui pendekatan antropologi sastra.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah tujuan umum, berikut tujuan khusus yang akan dipaparkan berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai

berikut :

1) Untuk mengetahui nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya

Ono Eriko.

2) Untuk mengetahui faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya

Ono Eriko.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian memiliki manfaat yang akan diberikan terhadap para pembaca. Manfaat yang terkandung dalam

penelitian ini memiliki dua bagian adalah manfaat akademik dan manfaat praktis.

2
1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian yang telah dilaksanakan ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lainnya dalam mengambil bidang

antropologi sastra. Penelitian ini mengenai nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite!

Miiko) karya Ono Eriko serta faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya

Ono Eriko melalui pendekatan antropologi sastra. Dengan kata lain, penelitian ini dapat diharapkan menjadi referensi bagi para peneliti

selanjutnya, khususnya para peneliti yang telah mengambil dalam bidang antropologi sastra.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang terkandung dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat langsung kepada

masyarakat, terutama mengetahui penerapan nilai-nilai kemandirian terhadap anak-anak di Jepang serta faktor yang membentuk

kemandirian tersebut dari manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Serta memberikan manfaat untuk civitas

akademika yang mengerjakan topik skripsi yang sama dengan subjek yang disesuaikan dengan penelitian peneliti, khususnya orangtua

yang ingin menambah wawasan tentang cara mendidik kemandirian pada anak-anak.

1.5 Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi sastra untuk menganalisis penerapan nilai -

nilai kemandirian terhadap anak - anak di Jepang serta melibatkan nilai kemandirian tersebut dalam manga “Hai, Miiko!”

(Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Penelitian ini telah dibatasi pada nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga

“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko serta faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!”

(Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko melalui pendekatan antropologi sastra.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Dalam pembuatan skripsi ini, penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya digunakan sebagai kajian pustaka.

Terdapat beberapa penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka yaitu penelitian Desi Julia Ambarita (2009), penelitian Diana Mai

Putri, Dewi Kania Izmayanti, dan Irma (2015), serta penelitian Atik Yuliani, Achmad Hufad, Sardin (2016).

Penelitian Ambarita (2009) yang berjudul “Tinjauan Budaya Amae dalam Pola Pengasuhan Anak Jepang Melalui Teori

Takeo Doi” mengkaji mengenai budaya amae yang terjadi dalam pola pengasuhan anak dimulai dari fase bayi, anak-anak, dan remaja

yang ditinjau dari teori Takeo Doi serta budaya amae direalisasikan oleh orangtua (khususnya ibu) dalam mengasuh anaknya dimulai

dari fase bayi, anak-anak, dan remaja ditinjau dari teori Takeo Doi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan teori yang digunakan merupakan teori budaya amae dan teori pola asuh orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa

budaya amae telah tertanam kuat dalam mentalitas orang-orang Jepang dan amae menjadi satu bagian terpenting dalam sisi kehidupan

mereka dan hal ini direalisasikan dalam pola pengasuhan anak. Penelitian Ambarita dapat memberikan informasi terkait dengan budaya

amae merupakan konsep kunci untuk memahami struktur masyarakat Jepang. Hal ini dapat membantu dalam mengkaji bahwa budaya

amae yang telah dilakukan oleh orangtua Miiko tidak dapat diterapkan terhadap Miiko, bahkan membuat Miiko menjadi tidak mandiri.

4
Penelitian Putri, Izmayanti, dan Irma (2015) yang berjudul “Pola Asuh Nuclear Family di Jepang” mengkaji mengenai

pola asuh dalam nuclear family di Jepang pada anak usia 0-6tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan teori yang digunakan merupakan teori struktur keluarga dan teori peranan orangtua serta pola asuh dalam nuclear family

di Jepang. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam struktur keluarga seperti suami pada keluarga nuclear Jepang, berperan sebagai

pencari nafkah utama dalam keluarga. Ia bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan kehidupan keluarganya. Namun, melihat

seorang ayah juga memegang peranan penting dalam mendidik anak. Selain ayah, yang paling berperan dalam mengasuh anak adalah

ibu. Peran penting seorang ibu bagi keluarga adalah child raising atau membesarkan anak. Bagi wanita Jepang, tugasnya sebagai ibu

adalah mendidik anak-anak dan sebagai istri mengurus rumah tangga sudah merupakan tanggungjawab. Ia berperan dalam

menanamkan norma, nilai, dan sopan santun pada anak-anaknya dimasa kecil karena semua hal yang ia lakukan untuk anaknya sangat

berpengaruh bagi kepribadian sang anak. Dalam pola nuclear family Jepang, cara pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua di

Jepang yaitu ketika di luar rumah, ayah-ibu kerap memperingatkan anaknya apabila bergaul dengan teman sekelompoknya, maka

sangat ditekankan pada anak supaya bergaul dengan baik, jangan sampai sang anak berbeda dengan anak lainnya. Karena perbedaan itu

nantinya akan menjadikan sang anak dikucilkan oleh teman sekelompoknya. Pada usia sekolah ini juga, ibu Jepang senantiasa

membimbing anak-anaknya dalam mengerjakan pekerjaan rumah (shukudai). Ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar, ibu akan

memasukkan anaknya untuk belajaran tambahan berupa kursus di luar jam belajar di sekolah. Karena pendidikan anak-anak merupakan

hal yang sangat penting bagi ibu-ibu Jepang. Penelitian Mai Putri, Izmayanti, dan Irma dapat memberikan informasi terkait dengan pola

asuh nuclear family di Jepang sangat penting untuk melatih anak - anak dapat mandiri ketika masuk ke dalam lingkungan masyarakat.

Hal ini dapat membantu dalam mengkaji bahwa dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), orangtua Miiko mengajarkan Miiko

untuk hidup dengan pola makan sehat, mengajar Miiko agar berpendidikan dan melakukan kegiatan secara mandiri.

Penelitian Yuliani, Hafad, dan Sardin (2015) yang berjudul “Penanaman Nilai Kemandirian Pada Anak Usia Dini”

mengkaji mengenai pola pengasuhan dalam penanaman kemandirian anak usia dini, keterlibatan anggota keluarga lain, serta hambatan-

hambatan yang dihadapi orangtua dalam menanamkan kemandirian anak usia dini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teori yang digunakan merupakan kemandirian usia dini, pengembangan

5
kemandirian, serta teori nilai kemandirian. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pola asuh dilakukan setiap saat, karena

karakteristik anak sangat unik, sehingga keunikannya anak sering mendapati hal-hal yang dianggapinya menarik perhatian dengan

demikian senantiasa orang tua harus mendampinginya untuk memberikan pemahaman mengenai apa yang di tanyakan dan dilihat oleh

anak. walaupun diantara keluarga-keluarga tersebut ada yang keduanya (ayah dan ibu) sibuk di luar rumah, kemudian melibatkan

anggota keluarganya seperti nenek dan kakek dikarenakan kedua orang tua anak sibuk bekerja. Walaupun demikian keterlibatan sebagai

orang tua masih cukup baik ketika mereka sedang bersama anak-anak untuk menghabiskan waktu bersama. Hambatan yang dialami

yaitu kadang-kadang tidak menurut (sulit memahami) apa yang dikatakan oleh orang tua dan sikap manja sehingga anak cenderung

tidak patuh. Karena seperti kemanjaan seorang anak tidak dapat dihindari pada saat anak dekat dengan orang tuanya, apalagi kemanjaan

tersebut diikuti dengan sikap tidak patuh terhadap apa yang sudah disepakati sebelumnya mengenai aturan-aturan yang telah

didiskusikan bersama. Faktor eksternal yang dialami, ketika sang anak bersama teman-temannya yang sesama manja, ia senantiasa

meniru apa yang dilakukan oleh teman- temannya. Hal tersebut yang paling sulit untuk dijelaskan pada anak, karena perbedaan cara

mendidik adalah hal yang paling prinsip. Sehingga terjadi ketidak seimbang antara kemauan orang tua dan anak. Penelitian Yuliani,

Hafad, dan Sardin dapat memberikan informasi terkait dengan pola asuh terhadap anak usia dini terdapat faktor internal dan eksternal

mempengaruhi kemandirian seorang anak. Hal ini dapat membantu dalam mengkaji bahwa pola asuh anak usia dini yang diterapkan

pada tokoh utama Miiko dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), Miiko memiliki sikap manja terhadap orangtuanya,

berbeda dengan adiknya, Mamoru.

Dari tiga kajian pustaka di atas, terdapat perbedaan antara ketiga kajian pustaka tersebut dengan penelitian skripsi ini.

Ketiga kajian pustaka diatas adalah membahas teori secara umum tentang kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang, sedangkan

penelitian dalam skripsi ini membahas beberapa kemandirian yang sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang,

yang disampaikan oleh pengarang berkebangsaan Jepang dalam bentuk manga.

Adapun penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah menggunakan metode yang sama seperti ketiga kajian

pustaka tersebut diatas, yaitu menggunakan metode deskriptif.

6
Sedangkan kontribusi yang dapat diberikan oleh penelitian dalam skripsi ini adalah memberikan beberapa contoh

mengenai kemandirian yang dilakukan oleh anak-anak Jepang sehingga dapat dilakukan juga oleh para pembaca.

2.2 Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti

kejadian, keadaan, kelompok. Dalam konsep diharapkan mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam

kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.2.1 Kemandirian

Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

(Mustari, 2014:77). Kemandirian tidak dapat langsung terbentuk karena membutuhkan latihan dan dukungan dari orangtua dan

lingkungan. Takashi Okada (2013:50) memaparkan bahwa kemandirian merupakan keadaan membuat anak menjadi mandiri dengan

tidak bergantung terhadap orang lain. Pada masyarakat Jepang sudah menjadi pemandangan umum yang mana anak-anak sekolah dasar

pergi dan pulang sekolah berjalan sendiri atau mengunakan transportasi umum secara mandiri dibandingkan dengan anak-anak sekolah

dasar yang ada di negara-negara lain. Sehingga anak-anak yang pulang sekolah berjalan sendiri atau menggunakan transportasi umum

menjadi lebih mandiri seperti menghafal jalan pulang, dapat menghadapi ketika situasi bahaya atau kejahatan terjadi dengan

menggunakan “Bouhan Bouzai”. Berbeda dengan anak-anak sekolah dasar di negara lain, mereka menjadi manja dengan orangtuanya

sehingga tidak dapat melakukan hal apapun secara mandiri termasuk dalam situasi berbahaya.

S. Bamkin (2015:30) memaparkan bahwa pendidikan moral membantu mengembangkan kemandirian. Kekuatan praktik pendidikan

moral di Jepang didukung oleh implisit keyakinan budaya yang dimiliki oleh komunitas praktisi pendidikan. Secara khusus, praktisi

memandang pendidikan sebagai bagian integral dari kontribusi yang sama pengetahuan, moralitas dan tubuh untuk perkembangan

pendidikan dan pentingnya latihan moral untuk sukses dalam pendidikan dan kehidupan. Tujuan dari pengembangan kapasitas untuk

hidup dengan orang lain dalam masyarakat dibahas dengan mempromosikan pertimbangan interpersonal untuk manusia lain (omoiyari),

7
ketekunan, dan perilaku. Kelas pendidikan moral memberikan kerangka kerja yang dilalui inti dari pendidikan moral, dalam kegiatan

sekolah, sukarela dan pengawasan umum, bisa dipraktekkan. Kasus Jepang dapat menunjukkan nilai dan kemungkinan untuk berdiskusi

pendidikan moral sebagai salah satu dimensi pemikiran yang dapat menopang pendidikan berlatih lebih dalam. Kegiatan sekolah

terstruktur atau pendekatan lain yang memungkinkan kehidupan sekolah untuk mencerminkan masyarakat dapat mempromosikan

pembelajaran diam-diam.

2.2.2 Pola Asuh

Diana Baumrid (dalam desmaita 2008, hal:144-145) menyatakan bahwa anak dengan pola asuh demokratis, akan

memiliki harga diri tinggi, mandiri, tumbuh rasa percaya diri, bisa mengontrol diri, serta senang belajar pada lingkungan.

Orang tua dengan pola asuh demokratis sangat merangsang kemandirian anak, serta orang tua merupakan tempat belajar

pertamanya anak-anak dan ayah sebagai kepala peran tempat belajar pertama bagi anak-anak. Untuk itu orang tua memiliki peran

sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan studi dan

pergaulannya baik di lingkungan keluarga dan sekolah.

2.3 Kerangka Teori

2.3.1 Antropologi Sastra

Endraswara (2013:107) menyatakan bahwa penelitian antropologi sastra dapat menitikberatkan pada dua hal. Pertama,

meneliti tulisan-tulisan etnografi yang berbau sastra untuk melihat estetikanya. Kedua, meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi,

yaitu untuk melihat aspek-aspek budaya masyarakat. Jadi, selain meneliti aspek sastra dari tulisan etnografi, fokus antropologi sastra

adalah mengkaji aspek budaya masyarakat dalam teks sastra. Terkait dengan karya sastra yang di dalamnya terdapat tokoh dan

penokohan, maka sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Endaswara di atas maka penelitian antropologi sastra merupakan

penelitian yang menggambarkan perilaku dan sikap tokoh-tokoh (penokohan) dalam karya sastra tersebut guna mengungkap budaya

masyarakat tertentu seperti tokoh-tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) yaitu budaya kemandirian.

8
2.3.2 Kemandirian

Yuyun Nurfalah (2010: 12) menyatakan bahwa dalam bahasa Jawa adalah istilah mandiri berarti berdiri sendiri atau

tidak bergantung pada orang lain. Mandiri bisa juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan dan

kebutuhan hidupnya dengan kekuatan sendiri. Pengertian ini lebih mengacu pada pemahaman bahwa prinsip hidup mandiri adalah

mengatasi persoalan hidup sehari-hari melaui upaya yang dilakukan atas perkasa sendiri, dengan terlebih dahulu mengetahui masalah

yang dihadapi, mengetahui penyebabnya untuk kemudian mencari jalan keluar pemecahannya. Steinberg (1995 : 289) membagi

kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan

kemandirian nilai (values autonomy). Kemandirian emosional (emotional autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang

berhubungan dengan perubahan keterikatan hubungan emosional remaja dengan orang lain, terutama dengan orang tua. Oleh karena itu

kemandirian emosional didefinisikan sebagai kemampuan remaja untuk tidak tergantung terhadap dukungan emosional orang lain,

terutama orang tua. Kemandirian behavioral (behavioral autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk kepada

kemampuan remaja membuat keputusan secara bebas dan konsekuen atas keputusannya itu. Kemandirian nilai (values autonomy) pada

remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk kepada kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah,

serta penting dan tidak penting.

Pada dasarnya kemandirian adalah tidak tergantung seseorang kepada orang lain, dalam arti dapat melakukan segala

aktifitas atau mengerjakan pekerjaanya sendiri tanpa bantuan orang lain tentu saja sesuai dengan kemampuannya sendiri. Dengan

demikian suatu kemandirian harus ditanamkan sejak awal atau sejak dini, agar setiap orang terbiasa dengan sikap mandiri agar memiliki

kepribadian yang tangguh.

2.3.3 Pembentuk Kemandirian

Paker dalam Nurianti (2009:45) memaparkan bahwa terdapat tahapan pembentuk kemandirian bisa digambarkan

sebagai berikut:

9
a. Tahap pertama. Mengatur kehidupan dan diri mereka sendiri misalnya: makan, ke kamar mandi, mencuci, membersihkan gigi,

memakai pakaian, dan sebagainya. Ketika seorang bayi bisa memindahkan makanan kedalam mulut dengan tangan mereka sendiri,

mereka harus di dorong untuk melakukannya. Ketika mereka bercerita disebagian besar waktu dan ketika mereka butuh buang air kecil,

kita harus memberi mereka tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Jika dalam tahap ini kita melakukan kontrol secara total, berarti

kita mengatakan bahwa mereka tidak bisa dipercaya.

b. Tahap kedua. Melaksanakan gagasan mereka sendiri dan menentukan arah permainan mereka sendiri.

c. Tahap ketiga. Mengurus hal-hal di dalam rumah dan bertanggung jawab terhadap :

1. Sejumlah pekerjaan rumah tangga, misalnya: merapikan kamar, meletakan pakaian kotor pada tempatnya, meletakan

sepatu pada tempatnya dan merapihkan meja.

2. Mengatur bagaimana mereka menyenangkan dan menghibur dirinya sendiri.

3. Mengelola uang saku mereka sendiri, pada masa ini anak-anak harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam

pengambilan dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, misalnya membelanjakan uang ikuti,

kesempakatan adanya hadiah tertentu yang diberikan karena tanggung jawab dan komitmen tambahan.

d. Tahap keempat. Mengatur diri sendiri di luar sekolah, menyelesaikan pekerjaan rumah, menyiapkan segala keperluan, kehidupan

sosial mereka, klub dan aktifitas ektra pelajaran musik dan lain sebagainya.

e. Tahap kelima. Mengurus orang lain baik di dalam maupun di luar rumah (menjaga adik, menyayangi binatang).

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Tahapan proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram pada gambar 3.1 sebagai berikut :

Deskripsi

11
Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko dianalisis dengan teori kemandirian oleh Yuyun Nurfalah

(2010), teori pembentuk kemandirian oleh Paker dalam Nurianti (2009), teori semiotika sastra oleh Pradopo (2013), dan teori

antropologi sastra oleh Endaswara (2013). Nilai kemandirian menunjukkan penggambaran kewajiban anak - anak dalam manga. Dalam

manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) menggunakan metode pustaka melalui teknik simak baca untuk pengumpulan data, yaitu

dengan cara membaca keseluruhan manga dengan cara membaca intensif, baca ulang, kemudian mengklasifikasi data dan memahami

manga tersebut, kemudian menggunakan metode deskriptif analisis untuk menganalisis data serta meneliti status sekelompok manusia,

objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Setelah dianalisis dengan metode deskriptif

analisis, penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode informal, yaitu menampilkan data dalam bentuk kata-kata

ataupun kalimat dan bukan dalam bentuk angka, bagan, ataupun statistik. Hasil analisis dijelaskan dengan bentuk kata-kata dan kalimat

untuk menunjukkan nilai kemandirian yang ditunjukkan dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko serta

faktor pembentuk kemandirian antara tokoh Miiko dan tokoh lainnya.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berupa manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Manga Hai Miiko

(Kocchi Muite! Miiko) hingga kini terdiri dari 25 jilid atau volume yang hanya terbit sekali setiap tahunnya dan serinya masih berlanjut.

Manga ini merupakan komik yang diterbitkan oleh perusahaaan penerbitan Shogakukan dari tahun 1995 hingga 2013. Masing-masing

volume biasanya terdiri dari kurang lebih 10 cerita yang mengisahkan keseharian Miiko dan teman-temannya yang dipenuhi tawa, haru

dan komedi dalam setiap ceritanya. Setiap volume berisi beberapa bab dengan cerita berbeda.

Selain itu pasti selalu terdapat pesan moral yang terselip di setiap ceritanya entah mengenai indahnya sebuah

persahabatan, arti penting keluarga, dan mengenai bahagianya menjalani kehidupan sebagai anak yang duduk di bangku sekolah dasar.

Dan yang tak kalah menarik adalah pada setiap akhir cerita utama dalam setiap volumenya, sang komikus yaitu Ono Eriko selalu

menyelipkan cerita lain seperti Tanya jawab dan segmen interaksi antara dirinya dengan penggemarnya sebagai jembatan untuk

12
membangun kedekatan dengan penggemar setia Miiko yang berasal dari berbagai negara. Sebagai salah satu manga dengan genre

shojo, Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) selain menjadi bacaan yang menghibur, manga ini juga memberikan banyak pelajaran positif

serta pesan-pesan moral yang dapat dijadikan inspirasi dan pembelajaran kehidupan terutama bagi pembacanya baik anak-anak, remaja,

ataupun orang tua. Selain menceritakan kisah seorang anak dan kehidupan dilingkungan sekitarnya, terdapat pula nilai-nilai positif

seperti nilai kemandirian seorang anak dari perspektif budaya Jepang yang tentu saja dapat menjadi cerminan ataupun pengetahuan baru

yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) digunakan sebagai

sumber data dalam penelitian ini karena sebagai komik dengan genre komedi serta menjadi objek penelitian yang sangat menarik untuk

diteliti dengan pendekatan antropologi sastra.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode pustaka melalui teknik simak baca, yaitu

dengan cara membaca keseluruhan manga dengan cara membaca intensif, baca ulang, kemudian mengklasifikasi data dan memahami.

Data berupa gambar dan percakapan didapatkan dari 25 volume manga berdasarkan keterkaitannya dengan topik pembahasan. Data

manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko seperti nilai dan faktor pembentuk kemandirian yang dilakukan oleh

tokoh utama Miiko dan teman-temannya.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Menurut Nazir (1988: 63)

dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antarfenomena yang diselidiki. Analisis data dilakukan untuk mencari nilai dan faktor pembentuk kemandirian yang

ditunjukkan dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko yang terjadi antara tokoh Miiko dengan tokoh lainnya.

Analisis nilai kemandirian dilakukan dengan teori semiotika yang mana teori tersebut menganalisis seperti simbol, lambang dan lainnya

13
dalam karya sastra khususnya dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Manga tersebut dianalisis dengan

teori kemandirian oleh Yuyun Nurfalah (2010) dan teori pembentuk kemandirian. Data-data dalam komik yang berkaitan dengan nilai -

nilai kemandirian akan dianalisis dalam penelitian ini.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode informal. Metode informal merupakan metode

yang menampilkan data dalam bentuk kata-kata ataupun kalimat dan bukan dalam bentuk angka, bagan, ataupun statistik. Hasil analisis

dijelaskan dengan bentuk kata-kata dan kalimat untuk menunjukkan nilai kemandirian yang ditunjukkan dalam manga “Hai, Miiko!”

(Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko serta faktor pembentuk kemandirian antara tokoh Miiko dan tokoh lainnya.

BAB IV

ONO ERIKO DAN KARYA-KARYANYA

Riwayat hidup seorang pengarang dapat mempengaruhi setiap karya yang diciptakannya. Oleh sebab itu, pada bab ini akan

dibahas mengenai riwayat hidup pengarang “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) atau Ono Eriko serta beberapa karya-karya Ono Eriko

yang populer di kalangan masyarakat.

4.1 Riwayat Hidup Ono Eriko

Eriko Ono ( お の え り こ ) atau kerap disapa Ono Sensei oleh para

penggemarnya adalah seorang komikus ternama asal Jepang. Karirnya mulai

melonjak setelah karyanya yang berjudul Kocchi Muite! Miiko diterbitkan sejak

tahun 1995 dan menjadi salah satu bacaan populer di Jepang. Ono Eriko sendiri

dilahirkan di Tokyo pada tanggal 5 Mei 1962. Ia belajar di Sekolah Menengah

Igusa ( 東 京 都 立 井 草 高 等 学 校 ), Tokyo dan menyelesaikan pendidikan

14
kuliahnya di Musashino Art University Junior College of Art and Design ( 武蔵野

美術大学短期大学部) dan mendaftar di Departemen Desain Komersial.

Ketika Eriko duduk di bangku sekolah dasar, ia sangat suka

menggambar seperti menggambar karakter chibi. Ia bahkan sering menggambar di

buku catatan kerja yang diberikan sang ayah kepadanya. Oleh karena itu, sejak

kecil ia bercita-cita menjadi komikus karena salah satu hobinya tersebut. Selain

itu Eriko juga hobi bermain piano dan sempat mengikuti kursus piano saat kelas 6

SD. Beranjak ke bangku SMP, Eriko mengikuti klub basket dan ketika SMA, barulah ia mulai menyalurkan hobinya

dengan mengikuti klub manga.

Eriko menikahi seorang pria asal Prefektur Oita yang bekerja sebagai

direktur pada program berita televisi dan mereka dikaruniai dua orang puteri. Puteri

pertamanya bernama Hina yang sedang kuliah di kota lain dan puteri keduanya bernama Mii-chan. Hina sedang kuliah sedangkan Mii-chan

masih kelas 1 SMA. Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama Mikako. Ia

memanggil sang kakak dengan sebutan “Mii-chan” dan karena panggilan ini, ia

terinspirasi memberi nama tokoh dalam manganya “Miiko”. Menurut Ono Eriko,

sifat sang kakak sangat mirip dengan karakter Miiko dalam manga “Kocchimuite!

Miiko”.

4.2 Ono Eriko Sebagai Penulis

Sebelum memulai karirnya menjadi seorang komikus, Ono Eriko pernah bekerja menjadi seorang asisten komikus, pernah

bekerja membuat iklan promosi untuk menu dan ilustrasi di beberapa majalah dan bahkan ia pernah bekerja paruh waktu di sebuah cafe dan

supermarket.

Ketika menjadi asisten komikus, Eriko pernah bekerja untuk komikus seperti Yasco Sugiki, Mai Jinn, Shiori Kanaki, Junko

15
Ogino, Midori Fujitsuka, Wakana Makihara, Pochi Kashiw, dan Ryoko Mizoguchi. Kemudian saat bekerja bersama Tamiko Akaboshi, be-

liau mengatakan bahwa Eriko sangat cocok untuk menggambar manga anak-anak, dan kemudian ia diperkenalkan dengan seorang kepala

editor majalah manga anak-anak. Pada usia 27 tahun, Ono Eriko kemudian memulai debutnya sebagai seniman manga pada majalah “Py -

onpyon”. Pyonpyon sendiri merupakan majalah manga shojo Jepang yang pernah diterbitkan oleh Shogakukan pada tahun 1988.

Ia memulai debutnya sebagai komikus dengan manga berjudul “食べながら

上手にやせる本 ” (Tabenagara Jōzu ni Yaseru Hon) yang dalam Bahasa Indonesia berarti “ Sebuah buku yang bisa

menurunkan berat badan sambil makan”. Manga tersebut pertama kali dirilis

pada tanggal 29 Januari 1988. Setelah itu ia juga merilis manga lainnya berjudul

やせるカロリーブック (Yaseru Karorībukku) 本当は大声で泣きたい—彼女

は な ぜ 過 食 症 に な っ た か (Hontōwa Ōgoe de Nakitai - Kanojo wa Naze

Kashokushō ni Natta ka).

Dua tahun setelah debutnya, pada edisi Juni 1990 di majalah “Pyonpyon”, serialisasinya dimulai sebagai manga one-shot

atau manga pendek dengan satu cerita utuh. Kemudian dari bulan Oktober di tahun yang sama, manga one-shot Eriko yaitu “Miiko de~

su!” ternyata disambut baik oleh pembaca dan mulai diserialisasikan sebagai manga berseri pada tanggal 1 Oktober. Setelah itu, judul se-

rial manga tersebut diubah menjadi “Kocchimuite! Miiko”.

Pada tahun 1995, Eriko mulai membuat manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) yang merupakan kelanjutan dari manga

sebelumnya yaitu “Miiko de~ su!” yang diterbitkan oleh Shogakukan Jepang. Pada tanggal 1 Maret tahun 1996, ia

memenangkan Penghargaan Manga Shogakukan ke-41 untuk “Kocchimuite!

Miiko” sebagai komikus paling berprestasi ke-41. Hingga tahun 2010 manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) telah diproduksi hingga

jilid 22. Tujuh belas jilid sebelumnya bahkan terjual sebanyak 2.300.000 eksemplar pada tahun 2006. Manga Hai Miiko (Kocchi Muite!

Miiko) telah diadaptasi ke dalam serial animasi televisi sebanyak 42 episode oleh アニメ週刊 DX! みいファぷー (Anime Weekly DX!

Mifapu) yang disiarkan pada program TV Asahi sejak 14 Februari 1998 hingga 6 Februari 1999.

16
Popularitas serta kesuksesan Ono Eriko sebagai komikus tidak hanya terbatas di Jepang, namun karya-karyanya terutama Hai

Miiko (Kocchi Muite! Miiko) juga dinikmati oleh pembaca di berbagai negara termasuk Indonesia. Pada tahun 2013, Ono Sensei, begitu

penggemarnya memanggilnya, pernah mengadakan jumpa fans di Jakarta pada bulan Juni. Bahkan di edisi Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)

jilid ke-26, ia menulis cerita khusus yang menceritakan kisah perjalanan Ono Eriko ketika berada di Jakarta. Selain pernah memunculkan

cerita khusus saat dirinya berada di Jakarta pada manganya, Ono Eriko juga membuat dirinya sebagai salah satu karakter dalam manga Hai

Miiko (Kocchi Muite! Miiko). Ia kerap muncul pada beberapa bagian cerita dan berperan sebagai komikus bernama Hono Eriko yang kerap

mondar-mandir mencari ide cerita.

4.3 Karya-Karya Ono Eriko

Selain Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko), karya-karya lainnya yang dibuat oleh Ono Eriko antara lain seperti やせる

カロリーブック (Yaseru Karorībukku), 本当は大声で泣きたい—彼女はな

ぜ 過 食 症 に な っ た か (Hontōwa Ōgoe de Nakitai - Kanojo wa Naze

Kashokushō ni Natta ka), みい子で〜す! (Mīko De~su!), こっちむいて!みい子 (Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)),

dan みい子の大江戸大変記 (Mīko no Ōedo Taihen-Ki). Diantara beberapa karya tersebut, berikut akan dipaparkan mengenai salah satu

karya Ono Eriko yang paling populer sekaligus karyanya yang berjudul Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) yang akan dianalisis pada peneli-

tian ini. Berikut akan dijelaskan mengenai kedua karya tersebut.

4.2.1 やせるカロリーブック (Yaseru Karorībukku)

や せ る カ ロ リ ー ブ ッ ク (Yaseru Karorībukku) adalah salah satu

manga karya Ono Eriko yang terbit setelah karya debutnya yang berjudul 本当

は大声で泣きたい—彼女はなぜ過食症になったか (Hontōwa Ōgoe de Naki-

tai - Kanojo wa Naze Kashokushō ni Natta ka) pertama kali diterbitkan pada

tahun 1988. Yaseru Karorībukku atau dalam Bahasa Inggris berarti Skinny Calo-

rie Book merupakan sekuel dari manga yang sama yang menjadi manga perta-

manya. Karakter atau tokoh utama dalam manga tersebut pun sama yaitu seo-

17
rang gadis bernama Momoko yang sedang berjuang dengan dietnya sambal

menaruh rasa suka kepada teman sekelasnya bernama Sakamoto. Manga

bergenre comedy dan slice of life tersebut diterbitkan dibawah perusahaan penerbit Shufu to Seikatsusha (主

婦と生活社) pada tahun 1993

Manga tersebut berjumlah 175 halaman dan terdiri dari beberapa bagian cerita diantaranya bagian pertama dengan judul Fukisokuna

Seikatsu Tsudzuki Amatō ni atau “Kehidupan yang Tidak Teratur Terus Menjadi Gigi Manis”, kemudian bagian kedua yaitu Eiyō no

Baransu Chōsei Bentō de atau “Dengan Makan Siang Bergizi Seimbang”, lalu Yoru no Gaishoku Karorī Keisan Tsui Wasure atau “Lu-

pakan Perhitungan Kalori Untuk Makan di Luar pada Malam Hari”, Yake-Gui De Sutoresu Herashi Niku Fuyashi atau “Makan Luka Bakar

Untuk Mengurangi Stres dan Meningkatkan Daging”, Tabetamono Karorīchekku De Jikaku Deki atau “Anda Bisa Mengetahui Apa yang

Anda Makan Dengan Memeriksa Kalorinya”, Kanshoku De Shirazushirazuni Shibō Tame atau “Menumpuk Lemak Tanpa Menyadarinya

dengan Camilan”, kanmi Tachi Tamani Wasurete Nagatsudzuki atau “Saya Terkadang Lupa Manisnya dan Itu Berlangsung Lama”, Usu Aji

no Ofukuro Ryōri Tayori Ni Shi atau “Andalkan Masakan Rumahan yang Rasanya Ringan”, lalu ada Odebuchan Sukoshi Yasetara

U~Ōkingu atau “Fat-chan Berjalan Jika Kalah Sedikit”, Yasetara U~Ōkingu Yaseyouto Hageshī Supōtsu Mi ni Tsukazu atau “Saya Tidak

Memakai Olahraga yang Intens Untuk Menurunkan Berat Badan”, dan bagian terakhir yaitu Setsunai ne Ashi Hosoku Naru Yume O Kai

(Hoka) atau “Maaf, Saya Membeli Mimpi yang Membuat Kaki Saya Lebih Kurus (Lainnya).

Selain menyelipkan cerita-cerita mengenai kesulitan dalam menjalani diet dari sudut pandang seorang gadis remaja yang

dibalut dengan sentuhan-sentuhan komedi ringan, manga berjudul Yaseru Karorībukku yang merupakan

karya kedua Ono Eriko ini juga mengandung banyak nilai-nilai positif yang bisa

menjadi inspirasi bagi pembacanya, terutama bagi mereka yang sedang dalam

masa diet dan berusaha mengikuti standar kecantikan perempuan dan ingin

merubah diri untuk mengesankan orang lain.

4.2.2 Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)

Hai Miiko! atau Kocchi Muite! Miiko merupakan sebuah manga atau seri manga shōjo bergenre komedi yang diterbitkan di

18
Jepang pada tahun 1995. Manga ini merupakan sekuel dari seri pendahulunya, Miiko desu! (みい子です!, “I'm Miiko!”) yang diterbitkan

di Jepang pada tahun 1991. Karya Ono Oriko ini dapat dikatakan sebagai awal kesuksesannya selama ia berkarir sebagai seorang komikus.

Manga karya Ono Eriko ini juga telah diterbitkan di Indonesia yang diterjemahkan oleh Widya Anggaraeni Winarya dan diterbitkan

dibawah penerbit m&c! dengan judul “Hai, Miiko!”.

Hai Miiko! merupakan manga yang mengisahkan mengenai kehidupan anak-anak sekolah dasar dengan segala keindahan

dan kenikmatan masa anak-anak serta kisah mereka yang tak luput dari permasalahan. Selain itu terdapat gambaran persahabatan, hubun -

gan antar keluarga yang hangat dan harmonis, dan juga kehidupan anak-anak yang selalu ceria dan berwarna. Terlepas dari beberapa hal

tersebut, tak jarang pula cerita dalam manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) menunjukkan nilai-nilai positif yang dapat menjadi pembe-

lajaran dan bisa diterapkan di kehidupan nyata bagi pembacanya seperti misalnya nilai-nilai kemandirian pada anak-anak.

Cerita dalam manga ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tokoh utama yaitu Miiko dan tokoh-tokoh

pendukung lainnya. Miiko yang duduk di kelas 5 SD Suginoki, pada saat itu sifat Miiko masih kekanak-kanakan dan belum mandiri

dibanding teman-teman Miiko. Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh Miiko dan teman-temannya selain mengalami berbagai

situasi yang menyenangkan, Situasi yang sulit dan berat, seperti Yuuko yang harus bertanggung jawab hampir setiap hari menyiapkan

makanan untuk adik-adiknya dikarenakan orangtuanya bekerja.

Namun berbeda dengan tokoh utama, Miiko, tidak biasa menyiapkan makanan sendiri karena sering mengandalkan

ibunya untuk menyiapkan dan mengeluh kepada ibunya karena menu makanan yang selalu sama. Sampai pada suatu hari dia menyadari

bahwa Yuuko, temannya, sudah sangat mandiri dengan menyiapkan makanan untuk adik adiknya karena ibunya juga bekerja dan ini

semua dilakukan tanpa mengeluh. Sejak peristiwa ini Miiko sadar dan merasa malu dan mulai belajar untuk menyiapkan makanan

setiap harinya.

Begitu pula dengan pengalaman yang dialami oleh Miiko dan Mari disaat mereka lupa membawa alarm gantung

(bouhan bouzai). Suatu sore ketika Miiko sedang bermain ayunan sendirian di taman bermain, terlihat dari kejauhan terdapat seorang

laki-laki memakai topi memperhatikan Miiko yang sedang sendirian. Laki-laki tersebut mendekati Miiko lalu mengatakan bahwa ibu

Miiko sedang berada di rumah sakit dan Miiko harus mengikuti laki-laki tersebut. Namun Miiko merasa curiga dengan perkataan laki-

19
laki tersebut sehingga Miiko ingin mengeluarkan alarm gantung (bouhan bouzai) untuk dibunyikan, akan tetapi Miiko lupa membawa

alarm tersebut karena ia meninggalkan alarm tersebut di rumahnya sehingga Miiko menjadi takut dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-

tiba Mari, sahabat Miiko datang, yang secara kebetulan melihat kejadian tersebut, ia langsung berteriak agar orang-orang sekitar

mengetahuinya. Miiko yang menyadari akan tindakan Mari, ia pun ikut berteriak dan orang-orang di sekitar menyadari bahwa laki-laki

tersebut adalah seorang penculik sehingga ia pun ditangkap polisi. Setelah itu, Miiko mengambil pelajaran dari pengalaman yang

dialaminya bahwa Miiko harus membawa alarm gantung (bouhan bouzai) kapanpun dan dimanapun ia berada.

Setiap chapter dalam manga “Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)” mempunyai plot-plot yang berbeda. Digolongkan ke

dalam alur campuran karena dalam menceritakan setiap kejadian yang dialami oleh tokoh utama bermula dari tahap awal pengenalan tokoh

utama dan tokoh-tokoh pendukung. Kemudian, di tengah cerita menampilkan usaha dari tokoh utama untuk menyelesaikan masalah yang

dialaminya. Akhir cerita menampilkan tokoh utama yang dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

Adapun tokoh-tokoh utama dalam manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) antara lain yaitu Miiko sendiri atau Yamada Miiko (山田 みい

子) yang merupakan pemeran utama di manga ini. Miiko diceritakan kerap diolok-olok oleh teman sepermainannya karena tingginya hanya

122 cm, hal itu membuat ia sangat ingin memiliki tubuh yang tinggi. Ia lahir pada tanggal 5 Mei di Tokyo. Miiko adalah anak perempuan

yang duduk di kelas 6 di SD Suginoki. Karakternya yang aktif, energik dan supel, serta sangat polos membuat ia tidak pernah sadar kalau

dua anak lainnya yaitu Tappei dan Yoshida menyukainya.

Kegemaran Miiko adalah makan dan membaca manga. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Ayah Miiko adalah sosok

yang hangat dan sangat baik, ia bekerja sebagai seorang reporter. Sang Ibu bekerja sebagai seorang penyunting majalah dan merupakan

sosok wanita karir yang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Sama seperti ayahnya, ibu Miiko juga orang yang sangat baik namun tak jarang

ia dibuat kesal oleh kebiasaan Miiko yang terkadang suka bermalas-malasan. Ketika sang ibu memarahi Miiko karena tak ingin melakukan

pekerjaan rumah, disanalah sang ayah muncul untuk membela Miiko.

Sebagai puteri sulung, Miiko memiliki seorang adik laki-laki bernama Yamada Mamoru dan adik perempuan bernama Ya-

mada Momo. Mamoru adalah lahir pada tanggal 9 November dan lebih muda 1 tahun dari Miiko. Ia memiliki wajah yang sangat mirip den-

gan ibunya. Meskipun Mamoru adalah seorang adik namun ia memiliki sifat yang jauh lebih dewasa dibandingkan dengan Miiko. Ia adalah

20
anak yang rajin bahkan ia kerap membantu sang ibu mengurus pekerjaan rumah. Selain rajin, Mamoru juga dikenal pandai, sehingga Miiko

seringkali merasa cemburu kepada Mamoru karena merasa ibunya lebih perhatian dan menyayangi Mamoru dibandingkan dengan dirinya.

Hal tersebut membuat Miiko tak jarang mengganggu Mamoru dan bermalas-malasan ketika Mamoru melakukan pekerjaan rumah yang

membuat Mamoru kesal. Namun terlepas dari hal tersebut, keduanya saling menyayangi satu sama lain.

Tokoh lainnya yaitu adik Momo, adik perempuan Miiko yang lahir pada tanggal 9 Januari. Momo menjadi kesayangan se-

mua orang di keluarga Yamada karena memiliki paras yang manis dan juga sangat mirip dengan sang ibu. Tokoh selanjutnya yang juga

penting yaitu dua sahabat Miiko yaitu Mari dan Yukko. Mari atau Shimura Mari adalah sahabat Miiko yang memiliki hobi yang sama den-

gan Miiko yaitu membaca manga dan sangat pandai menggambar manga, ia bercita-cita menjadi seorang komikus. Diantara Miiko dan

Yukko, Mari adalah yang paling egois dan sombong sehingga tak jarang mereka saling bertengkar. Namun sebenarnya ketiganya saling

menyayangi dan tidak dapat dipisahkan. Berbeda dengan Mari, Yukko atau Ogawa Yuuko adalah sahabat Miiko yang baik, pintar, tak

banyak bicara, penyabar, dan penuh perhatian, namun terkadang ia sedikit sensitif. Bagi gadis seusianya, Yukko dapat dikatakan termasuk

anak yang memiliki pemikiran dewasa sehingga banyak laki-laki yang menyukainya. Yukko gemar dan sangat terampil membuat kerajinan

tangan dan pandai memasak, ia juga tak jarang membuatkan Miiko dan Yukko kue setiap kali ada waktu.

Selain Mari dan Yukko, Miiko juga memiliki sahabat laki-laki yaitu Eguchi Tappei dan Satou Kenta. Eguchi Tappei atau

kerap dipanggil Tappei adalah teman sekelas Miiko. Ia termasuk anak yang tinggi di kelasnya dengan tinggi 154 cm. Tappei sering men -

jahili Miiko tetapi sebetulnya baik hati namun hanya tak pernah bisa mengungkapkannya dengan tulus. Tappei juga termasuk anak yang

disukai murid – murid perempuan di kelasnya, termasuk Miiko. Tappei gemar bermain baseball dan sepak bola. Kemudian sahabat laki-

laki Miiko adalah Kenta yang merupakan teman Miiko sejak masih kecil saat ia, Miiko dan Tappei pernah berada di tempat penitipan yang

sama saat TK. Kenta adalah anak pemilik Satou Bakery yang memiliki jiwa humoris dan baik, serta bertanggungjawab menjaga toko Bak-

ery sebagai kasir namun terkadang jahil. Ia memiliki keinginan untuk membuka toko roti bersama Yukko dimasa depan, sama seperti sang

ayah.

Tokoh selanjutnya yang tak kalah penting yaitu Yoshida Ikuya atau kerap disapa Yoshida. Ia adalah teman sekelas Miiko

yang sangat menyukai Miiko. Yoshida orang yang pendiam, sangat pintar, berasal dari keluarga terhormat dan merupakan salah satu murid

21
teladan di kelas. Berbanding terbalik dengan Tappei yang atletis dan gemar olahraga, Yoshida tak terlalu pandai dalam pelajaran tersebut.

Yoshida menganggap Tappei sebagai rivalnya dalam merebut cinta dan perhatian Miiko. Tanimura Miho juga termasuk tokoh yang cukup

penting, ia adalah perempuan populer di sekolah. Ia terkenal berparas cantik, modis, agak pemarah dan banyak anak laki-laki yang

menyukainya. Miho menganggap Miiko sebagai rival dalam hal cinta karena ia menyukai Tappei meskipun ia tahu Tappei sebenarnya

menyukai Miiko.

Adapun tokoh-tokoh tambahan lainnya seperti Makorin, Morimoto Nozomi, Matsumoto Kaoru, Morimoto Kurumi (pang-

gilan Kurumi-chan), Takahashi Yasuko (panggilan Yakko), Akane Tatsuya, Hayato, Nomura Yoshiki, Kobayashi Yuka, Oonishi Sensei,

Uranai, Chiharu, Suzuki, Izawa, Aoyama, Watanabe Hiroshi, Nasu, Nakazawa Takuto, Mizuki, Ootomo Takaaki, Takashi Shouma,

Sakamoto Haruna, Miyashita Tomomi, dan Hono Heriko. Selain beberapa tokoh diatas, terdapat banyak tokoh lainnya dalam manga Hai

Miiko (Kocchi Muite! Miiko) dengan total lebih dari 50 tokoh.

BAB V

NILAI KEMANDIRIAN YANG DIGAMBARKAN TOKOH DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)

KARYA ONO ERIKO

Bab V ini berisi pembahasan mengenai nilai - nilai kemandirian yang digambarkan melalui tokoh-tokoh yang terdapat

dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko). Kemandirian sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan individu untuk

berperilaku yang tepat berdasarkan pada prinsip diri sendiri sesuai keinginannya, seperti berani mengambil keputusan sendiri, ataupun

mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya (Steinberg dalam Patriana, 2007:20). Kemandirian termasuk salah satu aspek

kepribadian yang sangat penting bagi individu yang dapat diperoleh secara bertahap selama proses perkembangan berlangsung. Melalui

proses perkembangan tersebut individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sek-

22
itarnya maupun di lingkungan baru, sehingga pada akhirnya individu akan memiliki kemampuan berfikir serta kemampuan untuk

bertindak sendiri.

Sesuai dengan teori mengenai kemandirian yang dikemukakan oleh Steinberg, adapun nilai kemandirian yang akan di-

analisis lebih lanjut pada bab ini adalah kemandirian yang ditinjau berdasarkan beberapa aspek diantaranya yaitu kemandirian emo-

sional (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral autonomy), serta kemandirian nilai (values autonomy).

Berikut dibahas mengenai kedua aspek kemandirian yang digambarkan melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam

manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) beserta data dan analisisnya.

5.1 Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)

Kemandirian emosional atau emotional autonomy pada remaja ialah salah satu dimensi kemandirian yang memiliki

keterkaitan dengan perubahan keterikatan hubungan emosional anak atau remaja dengan orang lain, terutama dengan orang tua (Nan-

dang, 2010:5).

Adapun nilai kemandirian yang termasuk kedalam aspek kemandirian emosional atau emotional autonomy pada tokoh

dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) yaitu de-idealized terhadap orang tua.

De-idealized adalah aspek pertama dari kemandirian emosional yang dapat diartikan sebagai kemampuan anak untuk

mengurangi sikap mengidealkan orang tuanya seperti tidak lagi memandang orang tua bahwa mereka selamanya tahu, benar, dan memi-

liki kekuasaan atas anak, sehingga pada saat menentukan sesuatu maka mereka tidak lagi bergantung kepada dukungan emosional orang

tuanya (Steinberg dalam Nandang, 2010:10). Adapun sikap de-idealized terhadap orang tua pada manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite!

Miiko) ditunjukkan oleh situasi yang membuat Miiko tersadar akan perbuatannya dan ingin membuat bentou sendiri. Berikut data yang

akan dianalisis:

Gambar 1. Miiko tersadar akan perbuatannya

23
(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 3 halaman 13)

(1) みい子 :何?またお握り?僕の頭もうお握りになっているんだ

健太  :他に何を作れるんだ?

優子  :単純な物とかサンドイッチ見たい…

みい子 :なんか自分で昼ご飯を作れるかしら

(こっちむいて!みい子:第3巻:13 ページ)

Miiko:Nani?Mata onigiri?Boku no atama mou onigiri ni natteirunda.

Kenta : Hoka ni nani wo tsukurerunda?

Yuuko : tanjyun na mono toka sandoichi mitai...

Miiko :nanka jibun de hiru gohan wo tsukurerukashira

(Kocchimuite! Miiko : dai 3 kan : 13 peeji)

Miiko : Apa?Onigiri lagi?Wajahku sudah menjadi onigiri.

Kenta : Selain itu membuat apa lagi?

Yuuko : sederhana seperti sandwich

Miiko :Bisakah aku membuat makan siangku sendiri...

(“Hai, Miiko!”: volume 3 : halaman 13)

Gambar 1 pada data (1) menjelaskan tentang Miiko dan teman-temannya tersadar akan perbuatan mereka yang ingin

protes terhadap orangtua mereka, untuk membuat bentou yang lezat. Miiko langsung terkejut dan malu begitu mendengar

penjelasan Yuuko yang menyiapkan bentou untuk adik-adiknya.

Salah satu sahabat Miiko yaitu Yukko kerap kali bercerita bahwa ia menyiapkan bekal makanannya sendiri setiap

hari seperti yang tergambar pada data (1). Miiko yang mendengar hal tersebut berpikir bahwa menyiapkan bekal sendiri adalah

sesuatu yang sangat hebat sehingga kemudian mendorong Miiko untuk turut melakukan hal yang sama layaknya Yukko.

24
Dilihat dari keputusan Miiko tersebut, terdapat proses psikososial yang terjadi pada Miiko melalui orang-orang dis-

ekitarnya. Kemudian ia terdorong untuk mengembangkan kemandirian emosionalnya.

G ambar 2. Miiko ingin membuat bentou sendiri

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 3 halaman 14)

(2) 母  :何?

みい子:明日の昼ご飯を自分で作れるって良いかな?

母  :だめ!冷凍食品を買ってちゃだめ!

みい子:違う!僕たちのため料理しているから仕事に遅れてほしくないんだ

母  :へー?

みい子:先程、優子に中華料理の作り方を聞いてみましたよ~

(こっちむいて!みい子:第3巻:14 ページ)

Haha :Nani?

Miiko :Ashita no hiru gohan wo jibun de tsukurerutte yoikana?

Haha :Dame!Reitou Shokuhin wo kattechadame!

Miiko :Chigau!Bokutachi no tame ryourishite iru kara shigoto ni osorete hoshikunainda

Haha :e ー?

Miiko :sakihodo、yuuko ni chuukaryouri no tsukurikata wo kite mimashitayo~

25
(Kocchimuite! Miiko : dai 3 kan : 14 peeji)

Ibu :Apa?

Miiko :Besok boleh membuat makan siangku sendiri?

Ibu :Tidak boleh!Tidak boleh beli makanan beku!

Miiko :Bukan itu!Aku ingin membuat sendiri agar ibu tidak telat bekerja

Ibu :eh?

Miiko :Sebelumnya、aku bertanya pada yuuko bagaimana cara membuat makanan china~

(“Hai, Miiko!” : volume 3 : halaman 14)

Gambar 2 pada data (2) menjelaskan tentang Miiko tersadar sehingga ingin membuat bentou sendiri. Miiko bertanya

kepada ibunya apakah Miiko bisa membuat bentou sendiri agar ibunya tidak telat pergi bekerja. Kemudian Miiko menujukkan resep

masakan yang diberikan oleh Yuuko kepada ibunya untuk disiapkan besok pada pagi hari nanti. Data ini menggambarkan perilaku dan

sikap tokoh-tokoh (penokohan) dalam karya sastra tersebut guna mengungkap budaya masyarakat tertentu (Endraswara (2013:107)).

Dalam budaya Jepang, bentou merupakan salah satu tradisi yang telah ada dan dilakukan sejak Zaman Kamakura

(1185-1333) (Dharma, 2015:30). Di Jepang, menyiapkan bento sebagai bekal sekolah merupakan hal yang umum untuk dilakukan.

Menyiapkan Bento terkadang memang memakan waktu yang tidak sedikit sehingga orang tua biasa menyiapkan bahan-bahannya dan

mengemas semuanya ketika pagi. Kemudian terdapat indeks yang ditandai dengan indeks perilaku dari tokoh Miiko terhadap ibunya. Ia

merasa ibunya sangat kerepotan menyiapkan bentou untuk satu keluarga dan takut nantinya sang ibu yang bekerja sebagai penyunting

majalah tersebut akan terlambat tiba di kantornya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan bagi Miiko pada akhirnya memutuskan untuk

mulai menyiapkan bekal makanannya sendiri.

Miiko mengatakan kepada ibunya bahwa sebelumnya ia sempat bertanya mengenai cara membuat bekal makan siang

dengan masakan china, Miiko juga terlihat sangat bersemangat sambil memegang secarik kertas berisi resep dan cara memasak dari

Yukko. Dilihat dari keputusan Miiko tersebut, terdapat proses psikososial yang terjadi pada Miiko melalui orang-orang disekitarnya.

26
Kemudian ia terdorong untuk mengembangkan kemandirian emosionalnya. Proses dari data (1) pula yang selanjutnya mengembangkan

kemandirian emosional tersebut menjadi sikap deidealized tokoh Miiko terhadap ibunya. Ia mulai berpikir bahwa ia tidak ingin terlalu

bergantung pada sang ibu hanya karena bekal makan siangnya. Oleh karena itu, sikap tersebut dapat dikategorikan sebagai nilai ke-

mandirian emosional.

5.2 Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)

Kemandirian perilaku atau behavioral autonomy pada anak termasuk ke dalam dimensi kemandirian yang berkaitan

dengan kemampuan anak dalam membuat keputusan secara bebas dan melakukannya secara bertanggung jawab (Steinberg dalam Nan-

dang, 2010:13). Seperti contoh adapun sikap bertanggung jawab terhadap diri sendiri ditunjukkan oleh tokoh Yukko dalam manga

“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko). Yuuko menjelaskan kepada Miiko dan Mari bahwa pembalut harus dibungkus dengan kain agar

tidak terlihat oleh anak-anak laki di sekolah. Hal ini dikarenakan menurut Yukko sebagai perempuan, ia harus bertanggung jawab

dalam mengurus keperluan pribadi perempuan. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

G ambar 3. Yuuko menjelaskan kepada Miiko dan Mari

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 9 halaman 10)

(3) 優子    : そう、男性に見されようにナプキンはハンカチで包むしなければなりません。


マリちゃん : 先木下ちゃんは混乱しているんだ
(こっちむいて!みい子:第 9 巻:10 ページ)
Yuuko : sou、dansei ni misare you ni napukin ha hankachi de tsutsumu shinakereba narimasen。
Marichan : saki kinoshitachan ha konran shiteirunda
(Kocchimuite! Miiko : dai 9 kan : 10 peeji)
Yuuko : Ya, pembalut harus dibungkus dengan sapu tangan agar tidak terlihat oleh anak laki-laki.
Marichan : Tadi Kinoshita terlihat kebingungan

(“Hai, Miiko!” : volume 9 : halaman 10)

27
Data (3) menunjukkan percakapan yang terjadi antara kedua sahabat Miiko yaitu Yukko dan Mari. Mereka bercerita se-

belumnya teman laki-laki dikelasnya melihat sesuatu yang aneh terjatuh dari sapu tangan Yukko namun mereka tidak menanyakannya

baik kepada Mari, Miiko ataupun Yukko. Kemudian Yukko menjelaskan kepada Miiko dan Mari diperjalanan pulang dari sekolah men -

genai hal tersebut bahwa ia menyimpan pembalutnya di dalam sapu tangan agar tidak terlihat oleh orang lain terutama anak laki-laki.

Sikap Yukko tersebut dapat dikatakan sebagai sikap bertanggung jawab atas diri sendiri karena pada dasarnya, ketika anak sudah mulai

beranjak remaja, mereka harus sudah mulai belajar untuk mengurus diri sendiri terutama bagi remaja perempuan yang sudah mulai

memasuki fase menstruasi.

Selain bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang sejatinya harus ditanamkan pada anak yaitu

bertanggung jawab kepada keluarga misalnya seperti menjaga nama baik keluarga, memelihara kebersihan, kenyamanan, keamanan

dalam keluarga, mematuhi aturan yang ditetapkan bersama, bertingkah laku sesuai norma dan aturan yang berlaku dalam keluarga,

menjaga keharmonisan keluarga dengan saling menyayangi, menghormati, dan menghargai (Solihin, 2016:16). Dalam komik “Hai, Mi-

iko!” (Kocchimuite! Miiko), nilai kemandirian berupa tanggung jawab terhadap keluarga juga ditunjukkan oleh tokoh Yukko. Dalam

data ini Miiko, Kenta, dan Tappei terdiam dan malu karena sebelumnya ingin protes kepada orangtua mereka. Hal ini dapat dilihat pada

gambar berikut:

G ambar 4. Miiko, Kenta, dan Tappei protes terhadap orangtua mereka

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 3 halaman 11)

(4) マリちゃん    :昼ご飯?特にないよナポリタンとかポテトサラーとかフルーツクリームとか..

みい子、健太、達平:よし!今晩僕たちの両親文句言うなあ~

28
マリちゃん    :あっー優子!

健太       :遅いよ!

優子       :ごめんね!先弟妹の昼ご飯を料理したよ、だから遅わたんだ

(こっちむいて!みい子:第3巻:11 ページ)

Marichan     :Hiru gohan?toku ni nai yo naporitan toka potato sara toka furutsu kurimu toka..

Miiko、Kenta、Tappei:Yosh!konban bokutachi no ryoushi monku iu naa~

Marichan     :A ー Yuuko!

Kenta       :Osoiyo!

Yuuko       :Gomenne!Saki teimei no hiru gohan wo ryouri shitayo, dakara osowatanda

(Kocchimuite! Miiko : dai 3 kan : 11 peeji)

Marichan     :Makan siang?Tidak spesial seperti napolitan, salad kentang, krim buah..

Miiko、Kenta、Tappei:Ya!Malam ini kita protes orangtua kita~

Marichan     :A ー Yuuko!

Kenta        :Kamu telat!

Yuuko :Maaf!Tadi aku harus memasak makan siang untuk adikku makanya

aku terlambat.

(“Hai, Miiko!” : volume 3 : halaman 11)

29
G ambar 5. Miiko, Kenta, dan Tappei tersadar dan malu

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 3 halaman 12)

(5) 優子  :え?

みい子 :まさか...優子ちゃん、君はいつも弟妹のため料理をしたの?

優子  :えー母は働いているので彼らのため料理をしなければならないね。彼らに冷凍食品を買った
ら文句しているんだ、なんか彼らうんざり見たいね。

(こっちむいて!みい子:第3巻:12 ページ)

Yuuko  :e?

Miiko  :masaka...Yuukochan、kimi ha itsumo teimei no tame ryouri wo shitano?

Yuuko   : e ー haha ha hataraite iru node karera no tame ryouri wo shinakereba naranaine 。Karera ni reitou
shokuhin wo kattara monku shite irunda, nanka karera unzari mitaine。

(Kocchimuite! Miiko : dai 3 kan : 12 peeji)

Yuuko  :Eh?

Miiko  :Jangan-jangan...Yuuko, setiap hari kamu membuat makan siang untuk adikmu?

Yuuko  :E ー ibuku sibuk bekerja jadi aku yang membuatkan makan siang untuk mereka 。Kalau mereka di-
belikan makanan beku, mereka akan mengeluh bosan。

(“Hai, Miiko!” : volume 3 : halaman 12)

30
Gambar 5.2 menunjukkan adanya nilai kemandirian berupa rasa bertanggung jawab tokoh Yukko terhadap kedua

adiknya yang ditunjukkan oleh kebiasaan sehari-harinya membuatkan mereka bekal makan siang. Terdapat perkataan teman-teman Mi-

iko yaitu Tappei dan Kenta yang merasa iri terhadap bentou yang dibawa oleh Miiko. Mereka iri dikarenakan makanan yang dibawa

oleh Miiko dirasa lebih bervariasi dan lebih enak dibanding bentou yang mereka bawa. Kemudian pada data tersebut ditunjukkan oleh

perkataan Tappei yang berteriak bahwa mereka harus complain ke orang tua mereka karena tidak dibuatkan bekal yang tidak seperti

kepunyaan Miiko. Sedangkan perkataan yang ditunjukkan oleh Yukko setelah menjawab pertanyaan Miiko mengenai mengapa dirinya

terlambat yang mana ia lantas menjawab bahwa ia harus menyiapkan bekal untuk kedua adiknya. Hal tersebut menunjukkan adanya

sikap bertanggung jawab terhadap keluarga yaitu meringankan beban sang ibu dengan cara mengambil alih salah satu tugas ibu rumah

tangga yaitu membuatkan anak-anaknya bekal makan siang.

BAB VI

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK NILAI KEMANDIRIAN DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOC-

CHIMUITE! MIIKO) KARYA ONO ERIKO

Bab VI berisi pembahasan mengenai faktor-faktor pembentuk nilai kemandirian yang terdapat dalam manga “Hai,

Miiko!” (Kocchimuite! Miiko). Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan mengenai nilai-nilai kemandirian yang digambarkan oleh

tokoh-tokoh dalam manga, maka dari itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi proses ter -

bentuknya nilai-nilai kemandirian oleh tokoh. Masrun (dalam Yessica, 2008:26) mengemukakan bahwa terdapat tujuh faktor yang da-

pat mempengaruhi terbentuknya nilai kemandirian pada seseorang, diantaranya seperti faktor pola asuh, usia, pendidikan, urutan kelahi-

ran, jenis kelamin, intelegensi, serta faktor interaksi sosial. Ketujuh faktor pembentuk kemandirian tersebut tentunya memiliki keterkai-

tan dengan hasil terbentuknya sikap-sikap mandiri pada anak atau remaja yang nantinya dapat dikategorikan sebagai bentuk ke-

mandirian emosional, kemandirian tingkah laku ataupun kemandirian nilai. Faktor yang akan digunakan yakni faktor interaksi sosial,

faktor urutan kelahiran, serta faktor jenis kelamin.

31
Berikut dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya nilai-nilai kemandirian oleh tokoh dalam manga

“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) yang telah dibahas pada bab sebelumnya.

6.1 Faktor Pembentuk Kemandirian pada Tokoh Miiko

Nilai kemandirian yang ditunjukkan oleh tokoh Miiko tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu faktor adanya inter-

aksi sosial yang selanjutnya akan diuraikan melalui pembahasan berikut ini.

6.1.1. Faktor Interaksi Sosial

Perkembangan aspek-aspek kemandirian juga dapat dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang didapatkan dari lingkungan

sekitar individu. Interaksi sosial dengan orang lain mampu memberi kesadaran atau perubahan positif bagi seseorang jika dalam proses

interaksi tersebut terdapat orang lain yang menunjukkan nilai yang dianggap dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sendiri, seperti

misalnya nilai kemandirian. Hal tersebut terjadi kepada tokoh Miiko yang mencontoh nilai-nilai baru yang ia dapatkan sebagai hasil

dari proses interaksi antara dirinya dengan salah satu sahabatnya yaitu Yukko.

Sebagai seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sama seperti teman-temannya yang lain, Miiko selalu

dibekali bekal makan siang (bentou) oleh ibunya. Namun salah satu sahabatnya yang bernama Yukko justru menyiapkan bekal makan

siangnya sendiri alih-alih dibawakan oleh orang tua mereka, bahkan Yukko sendiri bertanggung jawab atas bekal makanan kedua

adiknya untuk meringankan beban sang ibu dalam melakukan tugas rumah tangga seperti yang dijelaskan Yukko pada gambar 4. Nilai

baru yang dirasa positif tersebut kemudian Miiko coba terapkan dalam kehidupannya. Ia kemudian meminta ibunya untuk tidak usah re-

pot-repot memasakkan bekal makan siangnya agar tidak terlambat berangkat ke kantornya. Hal ini pula dapat dilihat pada gambar 2

yang dibahas pada bab V. Faktor interaksi sosial tentu turut mempengaruhi proses terbentuknya nilai kemandirian dalam diri Miiko un -

tuk ia terapkan dalam kehidupannya sendiri.

6.1.2. Faktor Pola Asuh

Individu yang mempunyai kemandirian tinggi adalah individu yang orang tuanya dapat menerima secara positif. Orang tua

memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan

studi dan pergaulannya baik di lingkungan keluarga atau sekolah. Hal ini dapat terlihat pada tokoh Miiko.

32
Gambar 6. Orangtua Miiko mendidik Miiko

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 14 halaman 57)

Gambar 6 di atas terlihat orang tua Miiko yang mengajarkan Miiko tentang pelajaran sekolahnya, dengan orang tua yang memper-

hatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anaknya karena pola asuh dari orang tua Miiko tersebut, dapat diketahui pula dari gambar 1 dan

gambar 2 membuat Miiko timbul rasa malu terhadap Yukko sehingga Miiko mempunyai keinginan membuat bento sendiri. Dari hal-hal

tersebut menimbulkan kemandirian dalam diri Miiko.

6.2 Faktor Pembentuk Kemandirian pada Tokoh Yukko

Diantara Yukko dan teman-teman lainnya, ia memang dikenal sebagai pribadi yang mandiri dan juga rajin. Ia bahkan

kerap kali mendapat peringkat bagus dikelasnya. Jika ditelaah melalui data-data yang ada, nilai-nilai kemandirian yang dimiliki oleh

tokoh Yukko terbentuk dari beberapa faktor pendukung sesuai dengan teori pembentuk kemandirian yang dikemukakan oleh Masrun,

diantaranya faktor urutan kelahiran serta faktor jenis kelamin yang selanjutnya akan diuraikan melalui pembahasan berikut ini.

6.2.1. Faktor Urutan Kelahiran

Dalam suatu keluarga, biasanya anak yang lahir pertama atau anak sulung merupakan anak yang sangat diharapkan

orangtuanya sebagai pengganti mereka, biasanya anak sulung dituntut untuk memiliki rasa bertanggungjawab lebih dibandingkan

dengan anak yang lahir berikutnya (Hurlock, 1990:203). Hal yang sama juga dikemukakan Adler bahwa kepribadian seseorang remaja

bergantung pada faktor keturunan (gen), lingkungan sekitar dan kreativitas dirinya. Artinya, terdapat faktor urutan kelahiran yang dapat

mempengaruhi serta turut membentuk proses kepribadian atau kemandirian individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan ke-

mandirian seseorang muncul karena adanya perbedaan gaya hidup yang dikembangkan tiap anak berdasarkan interpretasinya terhadap

urutan kelahirannya.

Dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), diketahui bahwa tokoh Yukko merupakan anak sulung. Pada data

(5) yang dibahas pada bab V, dijelaskan bahwa Yukko bertanggung jawab atas bekal makan siang kedua adiknya. Ia melakukannya se -

tiap hari untuk membantu meringankan beban sang ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. sebagai anak sulung, tentunya

disini terlihat adanya faktor pendukung yang mempengaruhi proses terbentuknya nilai kemandirian dalam diri Yukko yaitu faktor uru-

33
tan kelahiran. Sebagai seorang kakak bagi kedua adiknya, tentunya Yukko merasa memiliki rasa bertanggungjawab atas kebutuhan ke-

dua adiknya selain kebutuhan untuk dirinya sendiri.

6.2.2. Faktor Jenis Kelamin

Selain dipengaruhi oleh faktor urutan kelahiran atau birth order, nilai kemandirian yang dimiliki oleh tokoh Yukko juga

dibentuk oleh faktor jenis kelamin. Pada data (3) yang dibahas pada bab sebelumnya, diketahui bahwa Yukko bertanggungjawab atas

keperluan pribadinya sebagai seorang remaja perempuan yang sedang melalui masa pubertas. Ia memiliki inisiatif untuk menyimpan

pembalutnya dalam sapu tangan. Hal tersebut ia lakukan untuk menghindari rasa tidak nyaman orang lain dan agar orang lain tidak

melihatnya. Dalam proses terbentuknya nilai kemandirian, faktor jenis kelamin tentunya berpengaruh dalam membentuk proses ke-

mandirian pada anak atau remaja, hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa nilai berbeda yang ditanamkan kepada anak laki-laki dan

perempuan dalam bertindak. Sebagai contoh, perbandingan antara kemandirian Kenta dan Yukko. Sebagai seorang remaja laki-laki,

Kenta sering membantu ayahnya dengan tanggungjawab menjaga toko Bakery sebagai kasir. Sedangkan Yukko sebagai seorang remaja

perempuan, ia menjaga adik-adiknya dengan kasih sayang serta membuatkan bentou untuk adik-adiknya.

6.2.3. Faktor Intelegensi

Seorang anak yang cerdas akan memiliki metode yang praktis dan tepat dalam setiap memecahkan masalah yang sedang

dihadapinya, sehingga akan dengan cepat mengambil keputusan untuk bertindak. Kondisi ini menunjukan adanya kemandirian setiap

menghadapi masalah yang sedang dihadapinya. Hal ini dialami oleh tokoh Yukko ketika mengerjakan tugas yang diberikan dari sekolah

bersama Miiko dan Mari di rumah Mari. Berikut gambar di bawah ini:

Gambar 7. Yukko cepat menyelesaikan tugas

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 14 halaman 45)

34
Gambar ini menjelaskan bahwa Yukko lebih cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dibanding kedua temannya

yaitu Miiko dan Mari. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa Yukko progresif dan ulet, ditunjukkan dengan adanya penuh ketekunan

dalam mengerjakan sesuatu sehingga dapat dengan cepat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

6.3 Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan ini secara tidak langsung telah membawa individu kepada suatu bentuk usaha dari lingkungan keluar-

ganya ke dalam kelompok teman sebayanya sehingga terlihat adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tenyata

semakin tinggi kemandirian seseorang.

Gambar 8. Miiko, Yukko, Mari membersihkan kelas

(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 12 halaman 34)

Dalam gambar 8 terlihat bahwa tokoh Miiko, Yukko, dan Mari sedang piket membersihkan kelas mereka. Sekolah di

Jepang tidak memiliki staf kebersihan atau biasa yang disebut Office Boy, melainkan siswa-siswi di Jepang diwajibkan membersihkan

kelas masing-masing sebelum pulang sekolah dengan menggunakan sistem o-sōji. Kegiatan o-sōji dilakukan oleh anak-anak di

seluruh Jepang setiap hari. Kegiatan ini merupakan program di sekolah-sekolah Jepang baik negeri maupun swasta dari mulai sekolah

dasar sampai sekolah menengah atas.

Satu kelompok kebersihan terdiri dari anak kelas rendah (I,II,III) sampai tinggi (IV,V,VI). Satu kelompok bertugas mem-

bersihan bagian tertentu, hampir setiap sudut sekolah ada anak-anak yang menjadi petugas kebersihan. Lantai aula atau lapangan in -

35
door, kaca kelas, ruang kelas, ruang perpustakaan, koridor, toilet, tangga, dan lainnya kecuali ruang guru dan kepala sekolah, semua

sudut sekolah dibersihkan peserta didik.

Setelah selesai kegiatan o-sōji anak-anak membereskan kembali peralatan kebersihan. Termasuk peralatan kebersihan yang

mereka bawa. Setiap anak di sekolah Jepang mempunyai lap yang mereka bawa dari rumah. Sistem inilah yang membuat anak-anak di

Jepang menjadi lebih mandiri dengan tidak bergantung pada staff kebersihan.

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu

untuk berpikir penuh inisiatif, dan mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri. Dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite!

Miiko), terdapat nilai-nilai dan faktor-faktor pembentuk kemandirian. Nilai-nilai kemandirian dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Mi-

iko) yaitu, kemandirian emosional (Miiko merasa malu dan ingin membuat bentou sendiri) dan kemandirian perilaku (Yukko menyiapkan

pembalut sebagai anak perempuan dan Yukko membuat bentou sendiri) yang terlihat pada tokoh-tokoh dalam manga tersebut. Kemudian fak-

tor-faktor pembentuk kemandirian yaitu faktor interaksi sosial (Miiko menerima nilai-nilai positif dari Yukko mengenai membuat bentou

sendiri), faktor pola asuh (Orang tua Miiko yang mendidik Miiko), faktor urutan kelahiran (Yukko sebagai anak sulung lebih bertanggung

jawab) dan faktor jenis kelamin (Kenta menjaga toko Bakery sebagai kasir, sedangkan Yukko menjaga adik-adiknya), faktor intelegensi

36
(Yukko yang lebih cepat menyelesaikan masalah dibanding teman-temannya), dan faktor pendidikan (Miiko, Yukko, dan Mari yang sedang

membersihkan kelas mereka sebelum pulang sekolah) yang tertanam pada tokoh-tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko).

7.2 Saran

Penelitian ini mengkaji pembahasan yang terbatas pada nilai-nilai dan faktor pembentuk kemandirian dalam manga “Hai,

Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pembahasan yang berbeda akan tetapi

menggunakan sumber data yang sama. Adapun aspek lain yang dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya berupa budaya amae di Jepang.

Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) juga dapat diteliti menggunakan teori sosiologi sastra untuk menganalisis amae.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Desi Julita. 2009. “Tinjauan Budaya Amae dalam Pola Pengasuhan Anak Jepang Melalui Teori Takeo Doi”. Medan: Program

Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Authon. 2016. “Kemandirian”. Surabaya: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel.

Baumrid, Diana. 2008. Desmaita, hlm. 144 - 145.

B. Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Budiman, Nandang. 2010. Perkembangan Kemandirian pada Remaja. Jurnal Pendidikan Vol 3 No 1. hlm. 1-12.

37
Hidayat, M. 2018. Lingkungan merupakan faktor terpenting dalam membentuk nilai, kepribadian dan kebiasaan individu serta

membentuk individu untuk mandiri dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi di sekitar lingkungannya, hlm. 10.

Lebra. 1976. Makna Interaksi bagi Masyarakat Jepang, hlm.149.

Novera, Clara. 2018. “Pengaruh Budaya Populer Manga dan Anime Jepang Terhadap Apresiasi Masyarakat Muda Indonesia”.

Bandung: Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan.

Okada, Takashi. 2013. Education for Children to Become Independent.Hlm.50. Jepang: Shogakukan Bunko.

Patriana, Pradnya. 2007. Hubungan Antara Kemandirian dengan Motivasi  Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa Di

Semarang. Jurnal. Hlm. 20. Semarang: Universitas Diponegoro.

Putri, Diana. 2015. “Pola Asuh Nuclear Family di Jepang”. Sumatera Barat: Program Studi Sastra Asia Timur Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Bung Hatta.

Pradopo, Rachmat. 1999. Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Pemaknaan Sastra, 11(1), hlm 1-9.

Ramadhani, Wulan. 2017. “Unsur Sosial Budaya Masyarakat Tradisional Jepang yang Tercermin Dalam Cerpen Natto Kassen Karya

Kikuchi Kan(tesis). Semarang: Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Rini, A. R. Puspito. 2012. Kemandirian Remaja Berdasarkan Urutan Kelahiran. Jurnal Pelopor Vol 3, No 1. Hlm. 62

Sa’diyah, Rika. 2017. Pentingnya Melatih Kemandirian Anak, 16(1): hlm. 1-16.

Solihin, Agus M., dkk. 2016. Pendidikan Orang Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab Pada Anak. Jakarta: Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan

Steinberg, Laurence. (1995). Adolescene Sanfrancisco : McGraw: Hill Inc.

Yessica, Intan Loretta. 2008. Fenomena Kemandirian Anak tunggal. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.

Wulansuci, Yolanda. 2010. “Budaya Populer Manga dan Anime Sebagai Soft Power Jepang”. Jakarta: Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

DAFTAR UNDUHAN

Ko, Kyota. 2018. Japanese and Chinese food – How are they different?. Diunduh pada tanggal 04 Juni 2021 dari halaman

https://www.metro-classic-japanese.net/japanese_and_chinese_difference/
Subqi, Imam. 2015. “Internalisasi Nilai Kemandirian dalam Pendidikan”. Kompasiana. (Diakses pada 24 Agustus 2020 dari alamat

https://www.kompasiana.com/imamsubqi/56443c658923bd6e07dbe2e4/
internalisasi-nilai-kemandirian-dalam-pendidikan)

38
Lampiran 1

SINOPSIS MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)

Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) adalah sebuah seri manga bergenre komedi karya Ono Eriko. Manga ini terbit

pada tahun 1995 dan masih berlanjut sampai sekarang. Pada tahun 1998 - 1999 telah dibuat seri animenya. Dalam manga ini diceritakan

tentang seorang anak perempuan bernama Yamada Miiko yang duduk di kelas 6 SD Suginoki. Miiko mempunyai sikap yang polos dan

semangat yang tinggi meskipun secara fisik dia lebih pendek dari teman - teman sekelasnya. Ayah Miiko adalah seorang wartawan

tabloid mingguan sedangkan ibunya adalah seorang editor manga. Miiko mempunyai adik laki - laki bernama Mamoru yang setahun

lebih muda tetapi mempunyai sikap yang lebih bertanggung jawab dalam hal membereskan rumah dan memasak dibandingkan dengan

Miiko. Dalam perjalanan cerita manga ini berikutnya diceritakan pula Miiko dan Mamoru menyambut adik perempuan mereka yang

baru lahir yang bernama Momo.

Sahabat Miiko adalah Shimura Mari yang mempunyai sifat setia kawan dan berpendirian teguh. Mari sangat disiplin

meluangkan waktu untuk berlatih menggambar manga karena bercita - cita sebagai mangaka. Miiko dan Mari bersahabat pula Ogawa

Yuuko yang mempunyai sifat sabar, penuh perhatian serta bisa bersikap lebih dewasa dibandingkan Miiko dan Mari. Selain itu, ada

39
pula tokoh - tokoh yang lain yaitu Eguchi Tappei, Satou Kenta, dan Yoshida Ikuya. Eguchi Tappei adalah anak laki - laki yang

menyukai Miiko, meskipun sering terlihat kasar tapi sebenarnya adalah anak yang baik hati. Satou Kenta adalah sahabat Eguchi Tappei

dan menyukai Yuuko. Keluarga Eguchi Tappei dan Satou Kenta masing - masing mempunyai toko dan mereka selalu membantu

pekerjaan di toko sesudah pulang sekolah. Yoshida Ikuya adalah anak laki - laki yang sangat pintar, rajin, agak pendiam dan juga

menyukai Miiko. Orangtuanya mewajibkan dia mengikuti les dengan jadwal yang padat sehingga kadang - kadang dia merasa tidak

bisa meluangkan waktu untuk bermain bersama teman - temannya.

Pengalaman - pengalaman yang dialami oleh Miiko dan teman - temannya selain mengalami berbagai situasi yang luas dan

menyenangkan, ada pula yang menunjukkan kemandirian dari para tokohnya seperti pada beberapa peristiwa diantaranya yaitu saat

Yuuko secara mandiri hampir setiap hari menyiapkan makanan untuk adik - adiknya dikarenakan orangtuanya bekerja. Mamoru yang

lebih bertanggung jawab untuk mencuci pakaian dan memasak dibandingkan dengan Miiko, persiapan Yoshida untuk pelajaran sekolah

dan tugas - tugas dari tempat les yang sudah dimulai sejak pagi sebelum berangkat sekolah, Mari yang tekun berlatih menggambar

manga supaya dapat mengikuti perlombaan manga di majalah. Miiko yang berusaha membantu seorang tunanetra yang mengalami

kesulitan menyebrang dan juga sikap Miiko dan Mari dalam menghadapi orang yang tidak mereka kenal yang mempunyai niat jahat

terhadap mereka.

Lampiran 2

CURRICULUM VITAE

Nama : Adriana Trevi Harjadi

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 15 Oktober 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Halmahera 26, Denpasar Barat

40
Agama : Katolik

Telepon : 08113983898

E-mail : adrianatreviharjadi@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2005-2011 : SD Athalia

2011-2014 : SMP Athalia

2014-2017 : SMA Athalia

2017-2021 : Universitas Udayana

41

Anda mungkin juga menyukai