UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
SKRIPSI
NIM 1701581025
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
Motto Universitas Udayana
Berlandaskan Kebudayaan”
ii
NILAI KEMANDIRIAN ANAK PADA MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)
Universitas Udayana
(1701581025)
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
iii
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA PROGRAM STUDI
No : 3089/UN14.2.1/TD.06/2021
iv
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Nilai Kemandirian Anak pada Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) Karya Ono Eriko”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan turut mem-
bantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Pertama-tama, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si.,
selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, saran, serta masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum., selaku pembimbing kedua yang juga banyak mem-
berikan bimbingan, arahan, dan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rektor Uni-
versitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas pengalaman serta fasilitas yang telah diberikan selama penulis menimba ilmu
di Universitas Udayana. Begitu juga Dekan Fakultas Ilmu Budaya Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum., dan Koordinator Program Studi
Sastra Jepang Universitas Udayana Ngurah Indra Pradhana, S.S., M.Hum. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada I Ny-
oman Rauh Artana, SS., M.Hum., selaku pembimbing akademik, serta seluruh dosen pengajar Program Studi Sastra Jepang Universitas
Udayana yang telah memberikan banyak ilmu melalui pengajaran selama penulis melaksanakan perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung penulis selama masa perkuliahan sampai
penyusunan skripsi yaitu orang tua penulis Juanita Julia Setyadi dan Martinus Benjamin Harjadi atas dukungan dan semangat secara moral
dan materi selama menempuh jenjang S1 pada program Studi Sastra Jepang. Kakak penulis Karina Auryn Harjadi yang juga telah mem -
berikan dukungan moral serta materi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Fauzan yang senantiasa menemani,
memotivasi dan memberikan saran-saran yang membangun serta menjadi partner terbaik dalam segala urusan termasuk penyusunan skripsi
ini. Kepada teman-teman kimochi yang telah membuat masa perkuliahan semakin berkesan. Terima kasih atas semua dukungan dan motivasi
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan serta kritik
dari pembaca yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik. Terakhir, semoga skripsi yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Nilai Kemandirian Anak pada Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) Karya Ono
Eriko”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kemandirian dan faktor pembentuk kemandirian yang digambarkan tokoh
dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pustaka
teknik simak baca, metode deskriptif analitis dan metode informal. Teori yang digunakan terdiri dari tiga teori, yaitu teori antropologi sastra
menurut Endraswara, teori kemandirian menurut Nandang, dan teori faktor pembentuk kemandirian menurut Masrun. Hasil penelitian dalam
manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), terdapat nilai-nilai dan faktor-faktor pembentuk kemandirian. Nilai-nilai kemandirian yaitu, ke-
mandirian emosional (Miiko merasa malu dan ingin membuat bentou sendiri) dan kemandirian perilaku (Yukko menyiapkan pembalut seba-
gai anak perempuan dan Yukko membuat bentou sendiri) yang terlihat pada tokoh-tokoh dalam manga tersebut. Kemudian faktor-faktor pem-
bentuk kemandirian yaitu faktor interaksi sosial (Miiko menerima nilai-nilai positif dari Yukko mengenai membuat bentou sendiri), faktor
pola asuh (Orang tua Miiko yang mendidik Miiko), faktor urutan kelahiran (Yukko sebagai anak sulung lebih bertanggung jawab) dan faktor
jenis kelamin (Kenta menjaga toko Bakery sebagai kasir, sedangkan Yukko menjaga adik-adiknya), faktor intelegensi (Yukko yang lebih
cepat menyelesaikan masalah dibanding teman-temannya), dan faktor pendidikan (Miiko, Yukko, dan Mari yang sedang membersihkan kelas
mereka sebelum pulang sekolah) yang tertanam pada tokoh-tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko).
x
要旨
この研究は、「小野恵理子のマンガ『ハイ、ミイコ!』における子どもの自立の価値」というタイトルで行われました。(こちむいて!
みい子)』(小野恵理子著)です。本研究の目的は、漫画「ハイ、ミイコ!」の登場人物が語る自立の価値とその形成要因を明らかにすること
である。(こちむいて!みい子』小野恵理子著。本研究で用いた方法は、図書館法、読解法、記述的分析法、非公式法である。使用した理論は 、
エンドラスワラによる文学的人類学の理論、ナンダンによる独立の理論、マスランによる独立を形成する要因の理論の 3 つからなるもので
ある。その結果、漫画「ハイ、ミイコ!」での研究成果 (こちむいて!みい子』では、自立を構成する価値観や要素が登場します。自立の価値観
として、情緒的自立(みいこが恥ずかしがって自分でお弁当を作りたがる)と行動的自立(ゆっこが女の子として生理用品を用意したり、優
子が自分でお弁当を作ったりする)が、マンガの登場人物に見られます。そして、自立を形成する要因としては、社会的相互作用要因(美衣
子はお弁当を作ることに対してユッコから肯定的な価値観を得ている)、親の要因(美衣子の両親が美衣子を教育している)、出生順位要
因(長女であるユッコの方が責任感が強い)、性別要因(健太はベーカリーショップのレジ係として世話をしているが、ユッコは下の子の世話
をしている。また、知能要因(ユッコは友達よりも問題を解くのが早い)、教育要因(学校に行く前に教室を掃除しているミイコ、ユッコ、マリ)
などがあります。放課後に)漫画「ハイ、ミイコ!」の登場人物に埋め込まれている。(こちむいて!みいこ)のキャラクターに埋め込まれています。
キーワード: 自立の価値、自立の要因、優子、みい子
DAFTAR ISI
xii
1.4.1 Manfaat Akademik 3
2.2 Konsep 9
2.2.1 Kemandirian 10
xiii
2.2.2 Pola Asuh 11
BAB IV SINOPSIS 21
BAB V NILAI KEMANDIRIAN YANG DIGAMBARKAN TOKOH DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE!
MIIKO) KARYA ONO ERIKO 33
BAB VI FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK NILAI KEMANDIRIAN DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE!
MIIKO) KARYA ONO ERIKO 46
xiv
7.1 Simpulan 51
7.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
DAFTAR UNDUHAN 55
LAMPIRAN 56
CURRICULUM VITAE 58
DAFTAR GAMBAR
xv
Nomor Judul Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu untuk berpikir penuh inisiatif, dan mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri (Patriana, 2007 :21).
Kemandirian juga merupakan salah satu ciri kualitas hidup manusia yang memegang peranan penting bagi kesuksesan hidup bangsa
maupun individu (Nashori, 1999:32). Dalam kehidupan bangsa Jepang, anak-anak sudah diajarkan kemandirian sejak usia sangat muda
(Bankin, 2015 :20). Hal ini dimulai dari tugas-tugas sederhana, seperti belajar makan sendiri dan belajar membuang sampah kecil.
Setelah itu berlanjut pada saat usia sekolah mereka diajarkan untuk menyiapkan makan siang di sekolah, membersihkan kelas tanpa
bergantung pada petugas kebersihan, tata cara menggunakan transportasi umum, serta belajar menjaga diri saat bepergian dengan salah
satu caranya yaitu wajib membawa sejenis alarm gantung (bouhan bouzai) yang akan berbunyi keras saat ditekan atau ditarik jika
Penerapan kemandirian pada anak-anak Jepang sudah banyak ditampilkan dalam bentuk manga maupun acara TV. Dalam
acara TV bernama Hajimete no Otsukai ‘Tugas Pertama’ diperlihatkan anak-anak kecil melakukan tugas-tugas sederhana secara
mandiri, peran yang dimiliki orangtua pada acara Hajimete no Otsukai yaitu para orangtua memberikan arahan kepada anak-anaknya
untuk melaksanakan tugas mereka. Kemudian mengantar anak mereka sampai ke depan rumah bertujuan memberi semangat serta
keberanian kepada anak-anak mereka melakukan tugas yang diberikan. Salah satu manga yang banyak menggambarkan kemandrian
anak-anak Jepang adalah manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko yang menceritakan bagaimana tokoh Miiko
beserta teman-temannya yang menerapkan sikap mandiri dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga para pembaca manga ini dapat
mengambil pelajaran yang bermanfaat seperti melatih diri melakukan kegiatan sehari-hari baik di dalam rumah maupun di lingkungan
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, berikut dirumuskannya permasalahannya sebagai berikut :
1) Bagaimanakah nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya
Ono Eriko ?
2) Bagaimanakah faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya
Ono Eriko ?
Dalam penelitian ini memiliki dua tujuan yang dapat dipaparkan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menambah pengetahuan serta wawasan mengenai
penerapan budaya - budaya yang ada di Jepang melalui pendekatan antropologi sastra.
Setelah tujuan umum, berikut tujuan khusus yang akan dipaparkan berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1) Untuk mengetahui nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya
Ono Eriko.
2) Untuk mengetahui faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya
Ono Eriko.
Setiap penelitian memiliki manfaat yang akan diberikan terhadap para pembaca. Manfaat yang terkandung dalam
penelitian ini memiliki dua bagian adalah manfaat akademik dan manfaat praktis.
2
1.4.1 Manfaat Akademik
Penelitian yang telah dilaksanakan ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lainnya dalam mengambil bidang
antropologi sastra. Penelitian ini mengenai nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite!
Miiko) karya Ono Eriko serta faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya
Ono Eriko melalui pendekatan antropologi sastra. Dengan kata lain, penelitian ini dapat diharapkan menjadi referensi bagi para peneliti
selanjutnya, khususnya para peneliti yang telah mengambil dalam bidang antropologi sastra.
Manfaat praktis yang terkandung dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat langsung kepada
masyarakat, terutama mengetahui penerapan nilai-nilai kemandirian terhadap anak-anak di Jepang serta faktor yang membentuk
kemandirian tersebut dari manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Serta memberikan manfaat untuk civitas
akademika yang mengerjakan topik skripsi yang sama dengan subjek yang disesuaikan dengan penelitian peneliti, khususnya orangtua
yang ingin menambah wawasan tentang cara mendidik kemandirian pada anak-anak.
Jangkauan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi sastra untuk menganalisis penerapan nilai -
nilai kemandirian terhadap anak - anak di Jepang serta melibatkan nilai kemandirian tersebut dalam manga “Hai, Miiko!”
(Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Penelitian ini telah dibatasi pada nilai kemandirian yang digambarkan tokoh dalam manga
“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko serta faktor pembentuk nilai kemandirian yang ada dalam Manga “Hai, Miiko!”
3
BAB II
Dalam pembuatan skripsi ini, penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya digunakan sebagai kajian pustaka.
Terdapat beberapa penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka yaitu penelitian Desi Julia Ambarita (2009), penelitian Diana Mai
Putri, Dewi Kania Izmayanti, dan Irma (2015), serta penelitian Atik Yuliani, Achmad Hufad, Sardin (2016).
Penelitian Ambarita (2009) yang berjudul “Tinjauan Budaya Amae dalam Pola Pengasuhan Anak Jepang Melalui Teori
Takeo Doi” mengkaji mengenai budaya amae yang terjadi dalam pola pengasuhan anak dimulai dari fase bayi, anak-anak, dan remaja
yang ditinjau dari teori Takeo Doi serta budaya amae direalisasikan oleh orangtua (khususnya ibu) dalam mengasuh anaknya dimulai
dari fase bayi, anak-anak, dan remaja ditinjau dari teori Takeo Doi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan teori yang digunakan merupakan teori budaya amae dan teori pola asuh orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa
budaya amae telah tertanam kuat dalam mentalitas orang-orang Jepang dan amae menjadi satu bagian terpenting dalam sisi kehidupan
mereka dan hal ini direalisasikan dalam pola pengasuhan anak. Penelitian Ambarita dapat memberikan informasi terkait dengan budaya
amae merupakan konsep kunci untuk memahami struktur masyarakat Jepang. Hal ini dapat membantu dalam mengkaji bahwa budaya
amae yang telah dilakukan oleh orangtua Miiko tidak dapat diterapkan terhadap Miiko, bahkan membuat Miiko menjadi tidak mandiri.
4
Penelitian Putri, Izmayanti, dan Irma (2015) yang berjudul “Pola Asuh Nuclear Family di Jepang” mengkaji mengenai
pola asuh dalam nuclear family di Jepang pada anak usia 0-6tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan teori yang digunakan merupakan teori struktur keluarga dan teori peranan orangtua serta pola asuh dalam nuclear family
di Jepang. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam struktur keluarga seperti suami pada keluarga nuclear Jepang, berperan sebagai
pencari nafkah utama dalam keluarga. Ia bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan kehidupan keluarganya. Namun, melihat
seorang ayah juga memegang peranan penting dalam mendidik anak. Selain ayah, yang paling berperan dalam mengasuh anak adalah
ibu. Peran penting seorang ibu bagi keluarga adalah child raising atau membesarkan anak. Bagi wanita Jepang, tugasnya sebagai ibu
adalah mendidik anak-anak dan sebagai istri mengurus rumah tangga sudah merupakan tanggungjawab. Ia berperan dalam
menanamkan norma, nilai, dan sopan santun pada anak-anaknya dimasa kecil karena semua hal yang ia lakukan untuk anaknya sangat
berpengaruh bagi kepribadian sang anak. Dalam pola nuclear family Jepang, cara pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua di
Jepang yaitu ketika di luar rumah, ayah-ibu kerap memperingatkan anaknya apabila bergaul dengan teman sekelompoknya, maka
sangat ditekankan pada anak supaya bergaul dengan baik, jangan sampai sang anak berbeda dengan anak lainnya. Karena perbedaan itu
nantinya akan menjadikan sang anak dikucilkan oleh teman sekelompoknya. Pada usia sekolah ini juga, ibu Jepang senantiasa
membimbing anak-anaknya dalam mengerjakan pekerjaan rumah (shukudai). Ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar, ibu akan
memasukkan anaknya untuk belajaran tambahan berupa kursus di luar jam belajar di sekolah. Karena pendidikan anak-anak merupakan
hal yang sangat penting bagi ibu-ibu Jepang. Penelitian Mai Putri, Izmayanti, dan Irma dapat memberikan informasi terkait dengan pola
asuh nuclear family di Jepang sangat penting untuk melatih anak - anak dapat mandiri ketika masuk ke dalam lingkungan masyarakat.
Hal ini dapat membantu dalam mengkaji bahwa dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), orangtua Miiko mengajarkan Miiko
untuk hidup dengan pola makan sehat, mengajar Miiko agar berpendidikan dan melakukan kegiatan secara mandiri.
Penelitian Yuliani, Hafad, dan Sardin (2015) yang berjudul “Penanaman Nilai Kemandirian Pada Anak Usia Dini”
mengkaji mengenai pola pengasuhan dalam penanaman kemandirian anak usia dini, keterlibatan anggota keluarga lain, serta hambatan-
hambatan yang dihadapi orangtua dalam menanamkan kemandirian anak usia dini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teori yang digunakan merupakan kemandirian usia dini, pengembangan
5
kemandirian, serta teori nilai kemandirian. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pola asuh dilakukan setiap saat, karena
karakteristik anak sangat unik, sehingga keunikannya anak sering mendapati hal-hal yang dianggapinya menarik perhatian dengan
demikian senantiasa orang tua harus mendampinginya untuk memberikan pemahaman mengenai apa yang di tanyakan dan dilihat oleh
anak. walaupun diantara keluarga-keluarga tersebut ada yang keduanya (ayah dan ibu) sibuk di luar rumah, kemudian melibatkan
anggota keluarganya seperti nenek dan kakek dikarenakan kedua orang tua anak sibuk bekerja. Walaupun demikian keterlibatan sebagai
orang tua masih cukup baik ketika mereka sedang bersama anak-anak untuk menghabiskan waktu bersama. Hambatan yang dialami
yaitu kadang-kadang tidak menurut (sulit memahami) apa yang dikatakan oleh orang tua dan sikap manja sehingga anak cenderung
tidak patuh. Karena seperti kemanjaan seorang anak tidak dapat dihindari pada saat anak dekat dengan orang tuanya, apalagi kemanjaan
tersebut diikuti dengan sikap tidak patuh terhadap apa yang sudah disepakati sebelumnya mengenai aturan-aturan yang telah
didiskusikan bersama. Faktor eksternal yang dialami, ketika sang anak bersama teman-temannya yang sesama manja, ia senantiasa
meniru apa yang dilakukan oleh teman- temannya. Hal tersebut yang paling sulit untuk dijelaskan pada anak, karena perbedaan cara
mendidik adalah hal yang paling prinsip. Sehingga terjadi ketidak seimbang antara kemauan orang tua dan anak. Penelitian Yuliani,
Hafad, dan Sardin dapat memberikan informasi terkait dengan pola asuh terhadap anak usia dini terdapat faktor internal dan eksternal
mempengaruhi kemandirian seorang anak. Hal ini dapat membantu dalam mengkaji bahwa pola asuh anak usia dini yang diterapkan
pada tokoh utama Miiko dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), Miiko memiliki sikap manja terhadap orangtuanya,
Dari tiga kajian pustaka di atas, terdapat perbedaan antara ketiga kajian pustaka tersebut dengan penelitian skripsi ini.
Ketiga kajian pustaka diatas adalah membahas teori secara umum tentang kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang, sedangkan
penelitian dalam skripsi ini membahas beberapa kemandirian yang sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang,
Adapun penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah menggunakan metode yang sama seperti ketiga kajian
6
Sedangkan kontribusi yang dapat diberikan oleh penelitian dalam skripsi ini adalah memberikan beberapa contoh
mengenai kemandirian yang dilakukan oleh anak-anak Jepang sehingga dapat dilakukan juga oleh para pembaca.
2.2 Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti
kejadian, keadaan, kelompok. Dalam konsep diharapkan mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam
kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Konsep yang digunakan dalam
2.2.1 Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
(Mustari, 2014:77). Kemandirian tidak dapat langsung terbentuk karena membutuhkan latihan dan dukungan dari orangtua dan
lingkungan. Takashi Okada (2013:50) memaparkan bahwa kemandirian merupakan keadaan membuat anak menjadi mandiri dengan
tidak bergantung terhadap orang lain. Pada masyarakat Jepang sudah menjadi pemandangan umum yang mana anak-anak sekolah dasar
pergi dan pulang sekolah berjalan sendiri atau mengunakan transportasi umum secara mandiri dibandingkan dengan anak-anak sekolah
dasar yang ada di negara-negara lain. Sehingga anak-anak yang pulang sekolah berjalan sendiri atau menggunakan transportasi umum
menjadi lebih mandiri seperti menghafal jalan pulang, dapat menghadapi ketika situasi bahaya atau kejahatan terjadi dengan
menggunakan “Bouhan Bouzai”. Berbeda dengan anak-anak sekolah dasar di negara lain, mereka menjadi manja dengan orangtuanya
sehingga tidak dapat melakukan hal apapun secara mandiri termasuk dalam situasi berbahaya.
S. Bamkin (2015:30) memaparkan bahwa pendidikan moral membantu mengembangkan kemandirian. Kekuatan praktik pendidikan
moral di Jepang didukung oleh implisit keyakinan budaya yang dimiliki oleh komunitas praktisi pendidikan. Secara khusus, praktisi
memandang pendidikan sebagai bagian integral dari kontribusi yang sama pengetahuan, moralitas dan tubuh untuk perkembangan
pendidikan dan pentingnya latihan moral untuk sukses dalam pendidikan dan kehidupan. Tujuan dari pengembangan kapasitas untuk
hidup dengan orang lain dalam masyarakat dibahas dengan mempromosikan pertimbangan interpersonal untuk manusia lain (omoiyari),
7
ketekunan, dan perilaku. Kelas pendidikan moral memberikan kerangka kerja yang dilalui inti dari pendidikan moral, dalam kegiatan
sekolah, sukarela dan pengawasan umum, bisa dipraktekkan. Kasus Jepang dapat menunjukkan nilai dan kemungkinan untuk berdiskusi
pendidikan moral sebagai salah satu dimensi pemikiran yang dapat menopang pendidikan berlatih lebih dalam. Kegiatan sekolah
terstruktur atau pendekatan lain yang memungkinkan kehidupan sekolah untuk mencerminkan masyarakat dapat mempromosikan
pembelajaran diam-diam.
Diana Baumrid (dalam desmaita 2008, hal:144-145) menyatakan bahwa anak dengan pola asuh demokratis, akan
memiliki harga diri tinggi, mandiri, tumbuh rasa percaya diri, bisa mengontrol diri, serta senang belajar pada lingkungan.
Orang tua dengan pola asuh demokratis sangat merangsang kemandirian anak, serta orang tua merupakan tempat belajar
pertamanya anak-anak dan ayah sebagai kepala peran tempat belajar pertama bagi anak-anak. Untuk itu orang tua memiliki peran
sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan studi dan
Endraswara (2013:107) menyatakan bahwa penelitian antropologi sastra dapat menitikberatkan pada dua hal. Pertama,
meneliti tulisan-tulisan etnografi yang berbau sastra untuk melihat estetikanya. Kedua, meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi,
yaitu untuk melihat aspek-aspek budaya masyarakat. Jadi, selain meneliti aspek sastra dari tulisan etnografi, fokus antropologi sastra
adalah mengkaji aspek budaya masyarakat dalam teks sastra. Terkait dengan karya sastra yang di dalamnya terdapat tokoh dan
penokohan, maka sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Endaswara di atas maka penelitian antropologi sastra merupakan
penelitian yang menggambarkan perilaku dan sikap tokoh-tokoh (penokohan) dalam karya sastra tersebut guna mengungkap budaya
masyarakat tertentu seperti tokoh-tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) yaitu budaya kemandirian.
8
2.3.2 Kemandirian
Yuyun Nurfalah (2010: 12) menyatakan bahwa dalam bahasa Jawa adalah istilah mandiri berarti berdiri sendiri atau
tidak bergantung pada orang lain. Mandiri bisa juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan dan
kebutuhan hidupnya dengan kekuatan sendiri. Pengertian ini lebih mengacu pada pemahaman bahwa prinsip hidup mandiri adalah
mengatasi persoalan hidup sehari-hari melaui upaya yang dilakukan atas perkasa sendiri, dengan terlebih dahulu mengetahui masalah
yang dihadapi, mengetahui penyebabnya untuk kemudian mencari jalan keluar pemecahannya. Steinberg (1995 : 289) membagi
kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan
kemandirian nilai (values autonomy). Kemandirian emosional (emotional autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang
berhubungan dengan perubahan keterikatan hubungan emosional remaja dengan orang lain, terutama dengan orang tua. Oleh karena itu
kemandirian emosional didefinisikan sebagai kemampuan remaja untuk tidak tergantung terhadap dukungan emosional orang lain,
terutama orang tua. Kemandirian behavioral (behavioral autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk kepada
kemampuan remaja membuat keputusan secara bebas dan konsekuen atas keputusannya itu. Kemandirian nilai (values autonomy) pada
remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk kepada kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah,
Pada dasarnya kemandirian adalah tidak tergantung seseorang kepada orang lain, dalam arti dapat melakukan segala
aktifitas atau mengerjakan pekerjaanya sendiri tanpa bantuan orang lain tentu saja sesuai dengan kemampuannya sendiri. Dengan
demikian suatu kemandirian harus ditanamkan sejak awal atau sejak dini, agar setiap orang terbiasa dengan sikap mandiri agar memiliki
Paker dalam Nurianti (2009:45) memaparkan bahwa terdapat tahapan pembentuk kemandirian bisa digambarkan
sebagai berikut:
9
a. Tahap pertama. Mengatur kehidupan dan diri mereka sendiri misalnya: makan, ke kamar mandi, mencuci, membersihkan gigi,
memakai pakaian, dan sebagainya. Ketika seorang bayi bisa memindahkan makanan kedalam mulut dengan tangan mereka sendiri,
mereka harus di dorong untuk melakukannya. Ketika mereka bercerita disebagian besar waktu dan ketika mereka butuh buang air kecil,
kita harus memberi mereka tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Jika dalam tahap ini kita melakukan kontrol secara total, berarti
b. Tahap kedua. Melaksanakan gagasan mereka sendiri dan menentukan arah permainan mereka sendiri.
c. Tahap ketiga. Mengurus hal-hal di dalam rumah dan bertanggung jawab terhadap :
1. Sejumlah pekerjaan rumah tangga, misalnya: merapikan kamar, meletakan pakaian kotor pada tempatnya, meletakan
3. Mengelola uang saku mereka sendiri, pada masa ini anak-anak harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam
pengambilan dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, misalnya membelanjakan uang ikuti,
kesempakatan adanya hadiah tertentu yang diberikan karena tanggung jawab dan komitmen tambahan.
d. Tahap keempat. Mengatur diri sendiri di luar sekolah, menyelesaikan pekerjaan rumah, menyiapkan segala keperluan, kehidupan
sosial mereka, klub dan aktifitas ektra pelajaran musik dan lain sebagainya.
e. Tahap kelima. Mengurus orang lain baik di dalam maupun di luar rumah (menjaga adik, menyayangi binatang).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
Tahapan proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Deskripsi
11
Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko dianalisis dengan teori kemandirian oleh Yuyun Nurfalah
(2010), teori pembentuk kemandirian oleh Paker dalam Nurianti (2009), teori semiotika sastra oleh Pradopo (2013), dan teori
antropologi sastra oleh Endaswara (2013). Nilai kemandirian menunjukkan penggambaran kewajiban anak - anak dalam manga. Dalam
manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) menggunakan metode pustaka melalui teknik simak baca untuk pengumpulan data, yaitu
dengan cara membaca keseluruhan manga dengan cara membaca intensif, baca ulang, kemudian mengklasifikasi data dan memahami
manga tersebut, kemudian menggunakan metode deskriptif analisis untuk menganalisis data serta meneliti status sekelompok manusia,
objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Setelah dianalisis dengan metode deskriptif
analisis, penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode informal, yaitu menampilkan data dalam bentuk kata-kata
ataupun kalimat dan bukan dalam bentuk angka, bagan, ataupun statistik. Hasil analisis dijelaskan dengan bentuk kata-kata dan kalimat
untuk menunjukkan nilai kemandirian yang ditunjukkan dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko serta
Sumber data dari penelitian ini berupa manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Manga Hai Miiko
(Kocchi Muite! Miiko) hingga kini terdiri dari 25 jilid atau volume yang hanya terbit sekali setiap tahunnya dan serinya masih berlanjut.
Manga ini merupakan komik yang diterbitkan oleh perusahaaan penerbitan Shogakukan dari tahun 1995 hingga 2013. Masing-masing
volume biasanya terdiri dari kurang lebih 10 cerita yang mengisahkan keseharian Miiko dan teman-temannya yang dipenuhi tawa, haru
dan komedi dalam setiap ceritanya. Setiap volume berisi beberapa bab dengan cerita berbeda.
Selain itu pasti selalu terdapat pesan moral yang terselip di setiap ceritanya entah mengenai indahnya sebuah
persahabatan, arti penting keluarga, dan mengenai bahagianya menjalani kehidupan sebagai anak yang duduk di bangku sekolah dasar.
Dan yang tak kalah menarik adalah pada setiap akhir cerita utama dalam setiap volumenya, sang komikus yaitu Ono Eriko selalu
menyelipkan cerita lain seperti Tanya jawab dan segmen interaksi antara dirinya dengan penggemarnya sebagai jembatan untuk
12
membangun kedekatan dengan penggemar setia Miiko yang berasal dari berbagai negara. Sebagai salah satu manga dengan genre
shojo, Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) selain menjadi bacaan yang menghibur, manga ini juga memberikan banyak pelajaran positif
serta pesan-pesan moral yang dapat dijadikan inspirasi dan pembelajaran kehidupan terutama bagi pembacanya baik anak-anak, remaja,
ataupun orang tua. Selain menceritakan kisah seorang anak dan kehidupan dilingkungan sekitarnya, terdapat pula nilai-nilai positif
seperti nilai kemandirian seorang anak dari perspektif budaya Jepang yang tentu saja dapat menjadi cerminan ataupun pengetahuan baru
yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) digunakan sebagai
sumber data dalam penelitian ini karena sebagai komik dengan genre komedi serta menjadi objek penelitian yang sangat menarik untuk
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode pustaka melalui teknik simak baca, yaitu
dengan cara membaca keseluruhan manga dengan cara membaca intensif, baca ulang, kemudian mengklasifikasi data dan memahami.
Data berupa gambar dan percakapan didapatkan dari 25 volume manga berdasarkan keterkaitannya dengan topik pembahasan. Data
manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko seperti nilai dan faktor pembentuk kemandirian yang dilakukan oleh
Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Menurut Nazir (1988: 63)
dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki. Analisis data dilakukan untuk mencari nilai dan faktor pembentuk kemandirian yang
ditunjukkan dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko yang terjadi antara tokoh Miiko dengan tokoh lainnya.
Analisis nilai kemandirian dilakukan dengan teori semiotika yang mana teori tersebut menganalisis seperti simbol, lambang dan lainnya
13
dalam karya sastra khususnya dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Manga tersebut dianalisis dengan
teori kemandirian oleh Yuyun Nurfalah (2010) dan teori pembentuk kemandirian. Data-data dalam komik yang berkaitan dengan nilai -
Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode informal. Metode informal merupakan metode
yang menampilkan data dalam bentuk kata-kata ataupun kalimat dan bukan dalam bentuk angka, bagan, ataupun statistik. Hasil analisis
dijelaskan dengan bentuk kata-kata dan kalimat untuk menunjukkan nilai kemandirian yang ditunjukkan dalam manga “Hai, Miiko!”
(Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko serta faktor pembentuk kemandirian antara tokoh Miiko dan tokoh lainnya.
BAB IV
Riwayat hidup seorang pengarang dapat mempengaruhi setiap karya yang diciptakannya. Oleh sebab itu, pada bab ini akan
dibahas mengenai riwayat hidup pengarang “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) atau Ono Eriko serta beberapa karya-karya Ono Eriko
melonjak setelah karyanya yang berjudul Kocchi Muite! Miiko diterbitkan sejak
tahun 1995 dan menjadi salah satu bacaan populer di Jepang. Ono Eriko sendiri
14
kuliahnya di Musashino Art University Junior College of Art and Design ( 武蔵野
buku catatan kerja yang diberikan sang ayah kepadanya. Oleh karena itu, sejak
kecil ia bercita-cita menjadi komikus karena salah satu hobinya tersebut. Selain
itu Eriko juga hobi bermain piano dan sempat mengikuti kursus piano saat kelas 6
SD. Beranjak ke bangku SMP, Eriko mengikuti klub basket dan ketika SMA, barulah ia mulai menyalurkan hobinya
Eriko menikahi seorang pria asal Prefektur Oita yang bekerja sebagai
direktur pada program berita televisi dan mereka dikaruniai dua orang puteri. Puteri
pertamanya bernama Hina yang sedang kuliah di kota lain dan puteri keduanya bernama Mii-chan. Hina sedang kuliah sedangkan Mii-chan
memanggil sang kakak dengan sebutan “Mii-chan” dan karena panggilan ini, ia
terinspirasi memberi nama tokoh dalam manganya “Miiko”. Menurut Ono Eriko,
sifat sang kakak sangat mirip dengan karakter Miiko dalam manga “Kocchimuite!
Miiko”.
Sebelum memulai karirnya menjadi seorang komikus, Ono Eriko pernah bekerja menjadi seorang asisten komikus, pernah
bekerja membuat iklan promosi untuk menu dan ilustrasi di beberapa majalah dan bahkan ia pernah bekerja paruh waktu di sebuah cafe dan
supermarket.
Ketika menjadi asisten komikus, Eriko pernah bekerja untuk komikus seperti Yasco Sugiki, Mai Jinn, Shiori Kanaki, Junko
15
Ogino, Midori Fujitsuka, Wakana Makihara, Pochi Kashiw, dan Ryoko Mizoguchi. Kemudian saat bekerja bersama Tamiko Akaboshi, be-
liau mengatakan bahwa Eriko sangat cocok untuk menggambar manga anak-anak, dan kemudian ia diperkenalkan dengan seorang kepala
editor majalah manga anak-anak. Pada usia 27 tahun, Ono Eriko kemudian memulai debutnya sebagai seniman manga pada majalah “Py -
onpyon”. Pyonpyon sendiri merupakan majalah manga shojo Jepang yang pernah diterbitkan oleh Shogakukan pada tahun 1988.
上手にやせる本 ” (Tabenagara Jōzu ni Yaseru Hon) yang dalam Bahasa Indonesia berarti “ Sebuah buku yang bisa
menurunkan berat badan sambil makan”. Manga tersebut pertama kali dirilis
pada tanggal 29 Januari 1988. Setelah itu ia juga merilis manga lainnya berjudul
Dua tahun setelah debutnya, pada edisi Juni 1990 di majalah “Pyonpyon”, serialisasinya dimulai sebagai manga one-shot
atau manga pendek dengan satu cerita utuh. Kemudian dari bulan Oktober di tahun yang sama, manga one-shot Eriko yaitu “Miiko de~
su!” ternyata disambut baik oleh pembaca dan mulai diserialisasikan sebagai manga berseri pada tanggal 1 Oktober. Setelah itu, judul se-
Pada tahun 1995, Eriko mulai membuat manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) yang merupakan kelanjutan dari manga
sebelumnya yaitu “Miiko de~ su!” yang diterbitkan oleh Shogakukan Jepang. Pada tanggal 1 Maret tahun 1996, ia
Miiko” sebagai komikus paling berprestasi ke-41. Hingga tahun 2010 manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) telah diproduksi hingga
jilid 22. Tujuh belas jilid sebelumnya bahkan terjual sebanyak 2.300.000 eksemplar pada tahun 2006. Manga Hai Miiko (Kocchi Muite!
Miiko) telah diadaptasi ke dalam serial animasi televisi sebanyak 42 episode oleh アニメ週刊 DX! みいファぷー (Anime Weekly DX!
Mifapu) yang disiarkan pada program TV Asahi sejak 14 Februari 1998 hingga 6 Februari 1999.
16
Popularitas serta kesuksesan Ono Eriko sebagai komikus tidak hanya terbatas di Jepang, namun karya-karyanya terutama Hai
Miiko (Kocchi Muite! Miiko) juga dinikmati oleh pembaca di berbagai negara termasuk Indonesia. Pada tahun 2013, Ono Sensei, begitu
penggemarnya memanggilnya, pernah mengadakan jumpa fans di Jakarta pada bulan Juni. Bahkan di edisi Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)
jilid ke-26, ia menulis cerita khusus yang menceritakan kisah perjalanan Ono Eriko ketika berada di Jakarta. Selain pernah memunculkan
cerita khusus saat dirinya berada di Jakarta pada manganya, Ono Eriko juga membuat dirinya sebagai salah satu karakter dalam manga Hai
Miiko (Kocchi Muite! Miiko). Ia kerap muncul pada beberapa bagian cerita dan berperan sebagai komikus bernama Hono Eriko yang kerap
Selain Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko), karya-karya lainnya yang dibuat oleh Ono Eriko antara lain seperti やせる
Kashokushō ni Natta ka), みい子で〜す! (Mīko De~su!), こっちむいて!みい子 (Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)),
dan みい子の大江戸大変記 (Mīko no Ōedo Taihen-Ki). Diantara beberapa karya tersebut, berikut akan dipaparkan mengenai salah satu
karya Ono Eriko yang paling populer sekaligus karyanya yang berjudul Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) yang akan dianalisis pada peneli-
manga karya Ono Eriko yang terbit setelah karya debutnya yang berjudul 本当
tai - Kanojo wa Naze Kashokushō ni Natta ka) pertama kali diterbitkan pada
tahun 1988. Yaseru Karorībukku atau dalam Bahasa Inggris berarti Skinny Calo-
rie Book merupakan sekuel dari manga yang sama yang menjadi manga perta-
manya. Karakter atau tokoh utama dalam manga tersebut pun sama yaitu seo-
17
rang gadis bernama Momoko yang sedang berjuang dengan dietnya sambal
bergenre comedy dan slice of life tersebut diterbitkan dibawah perusahaan penerbit Shufu to Seikatsusha (主
Manga tersebut berjumlah 175 halaman dan terdiri dari beberapa bagian cerita diantaranya bagian pertama dengan judul Fukisokuna
Seikatsu Tsudzuki Amatō ni atau “Kehidupan yang Tidak Teratur Terus Menjadi Gigi Manis”, kemudian bagian kedua yaitu Eiyō no
Baransu Chōsei Bentō de atau “Dengan Makan Siang Bergizi Seimbang”, lalu Yoru no Gaishoku Karorī Keisan Tsui Wasure atau “Lu-
pakan Perhitungan Kalori Untuk Makan di Luar pada Malam Hari”, Yake-Gui De Sutoresu Herashi Niku Fuyashi atau “Makan Luka Bakar
Untuk Mengurangi Stres dan Meningkatkan Daging”, Tabetamono Karorīchekku De Jikaku Deki atau “Anda Bisa Mengetahui Apa yang
Anda Makan Dengan Memeriksa Kalorinya”, Kanshoku De Shirazushirazuni Shibō Tame atau “Menumpuk Lemak Tanpa Menyadarinya
dengan Camilan”, kanmi Tachi Tamani Wasurete Nagatsudzuki atau “Saya Terkadang Lupa Manisnya dan Itu Berlangsung Lama”, Usu Aji
no Ofukuro Ryōri Tayori Ni Shi atau “Andalkan Masakan Rumahan yang Rasanya Ringan”, lalu ada Odebuchan Sukoshi Yasetara
U~Ōkingu atau “Fat-chan Berjalan Jika Kalah Sedikit”, Yasetara U~Ōkingu Yaseyouto Hageshī Supōtsu Mi ni Tsukazu atau “Saya Tidak
Memakai Olahraga yang Intens Untuk Menurunkan Berat Badan”, dan bagian terakhir yaitu Setsunai ne Ashi Hosoku Naru Yume O Kai
(Hoka) atau “Maaf, Saya Membeli Mimpi yang Membuat Kaki Saya Lebih Kurus (Lainnya).
Selain menyelipkan cerita-cerita mengenai kesulitan dalam menjalani diet dari sudut pandang seorang gadis remaja yang
dibalut dengan sentuhan-sentuhan komedi ringan, manga berjudul Yaseru Karorībukku yang merupakan
karya kedua Ono Eriko ini juga mengandung banyak nilai-nilai positif yang bisa
menjadi inspirasi bagi pembacanya, terutama bagi mereka yang sedang dalam
masa diet dan berusaha mengikuti standar kecantikan perempuan dan ingin
Hai Miiko! atau Kocchi Muite! Miiko merupakan sebuah manga atau seri manga shōjo bergenre komedi yang diterbitkan di
18
Jepang pada tahun 1995. Manga ini merupakan sekuel dari seri pendahulunya, Miiko desu! (みい子です!, “I'm Miiko!”) yang diterbitkan
di Jepang pada tahun 1991. Karya Ono Oriko ini dapat dikatakan sebagai awal kesuksesannya selama ia berkarir sebagai seorang komikus.
Manga karya Ono Eriko ini juga telah diterbitkan di Indonesia yang diterjemahkan oleh Widya Anggaraeni Winarya dan diterbitkan
Hai Miiko! merupakan manga yang mengisahkan mengenai kehidupan anak-anak sekolah dasar dengan segala keindahan
dan kenikmatan masa anak-anak serta kisah mereka yang tak luput dari permasalahan. Selain itu terdapat gambaran persahabatan, hubun -
gan antar keluarga yang hangat dan harmonis, dan juga kehidupan anak-anak yang selalu ceria dan berwarna. Terlepas dari beberapa hal
tersebut, tak jarang pula cerita dalam manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) menunjukkan nilai-nilai positif yang dapat menjadi pembe-
lajaran dan bisa diterapkan di kehidupan nyata bagi pembacanya seperti misalnya nilai-nilai kemandirian pada anak-anak.
Cerita dalam manga ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tokoh utama yaitu Miiko dan tokoh-tokoh
pendukung lainnya. Miiko yang duduk di kelas 5 SD Suginoki, pada saat itu sifat Miiko masih kekanak-kanakan dan belum mandiri
dibanding teman-teman Miiko. Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh Miiko dan teman-temannya selain mengalami berbagai
situasi yang menyenangkan, Situasi yang sulit dan berat, seperti Yuuko yang harus bertanggung jawab hampir setiap hari menyiapkan
Namun berbeda dengan tokoh utama, Miiko, tidak biasa menyiapkan makanan sendiri karena sering mengandalkan
ibunya untuk menyiapkan dan mengeluh kepada ibunya karena menu makanan yang selalu sama. Sampai pada suatu hari dia menyadari
bahwa Yuuko, temannya, sudah sangat mandiri dengan menyiapkan makanan untuk adik adiknya karena ibunya juga bekerja dan ini
semua dilakukan tanpa mengeluh. Sejak peristiwa ini Miiko sadar dan merasa malu dan mulai belajar untuk menyiapkan makanan
setiap harinya.
Begitu pula dengan pengalaman yang dialami oleh Miiko dan Mari disaat mereka lupa membawa alarm gantung
(bouhan bouzai). Suatu sore ketika Miiko sedang bermain ayunan sendirian di taman bermain, terlihat dari kejauhan terdapat seorang
laki-laki memakai topi memperhatikan Miiko yang sedang sendirian. Laki-laki tersebut mendekati Miiko lalu mengatakan bahwa ibu
Miiko sedang berada di rumah sakit dan Miiko harus mengikuti laki-laki tersebut. Namun Miiko merasa curiga dengan perkataan laki-
19
laki tersebut sehingga Miiko ingin mengeluarkan alarm gantung (bouhan bouzai) untuk dibunyikan, akan tetapi Miiko lupa membawa
alarm tersebut karena ia meninggalkan alarm tersebut di rumahnya sehingga Miiko menjadi takut dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-
tiba Mari, sahabat Miiko datang, yang secara kebetulan melihat kejadian tersebut, ia langsung berteriak agar orang-orang sekitar
mengetahuinya. Miiko yang menyadari akan tindakan Mari, ia pun ikut berteriak dan orang-orang di sekitar menyadari bahwa laki-laki
tersebut adalah seorang penculik sehingga ia pun ditangkap polisi. Setelah itu, Miiko mengambil pelajaran dari pengalaman yang
dialaminya bahwa Miiko harus membawa alarm gantung (bouhan bouzai) kapanpun dan dimanapun ia berada.
Setiap chapter dalam manga “Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko)” mempunyai plot-plot yang berbeda. Digolongkan ke
dalam alur campuran karena dalam menceritakan setiap kejadian yang dialami oleh tokoh utama bermula dari tahap awal pengenalan tokoh
utama dan tokoh-tokoh pendukung. Kemudian, di tengah cerita menampilkan usaha dari tokoh utama untuk menyelesaikan masalah yang
dialaminya. Akhir cerita menampilkan tokoh utama yang dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri.
Adapun tokoh-tokoh utama dalam manga Hai Miiko (Kocchi Muite! Miiko) antara lain yaitu Miiko sendiri atau Yamada Miiko (山田 みい
子) yang merupakan pemeran utama di manga ini. Miiko diceritakan kerap diolok-olok oleh teman sepermainannya karena tingginya hanya
122 cm, hal itu membuat ia sangat ingin memiliki tubuh yang tinggi. Ia lahir pada tanggal 5 Mei di Tokyo. Miiko adalah anak perempuan
yang duduk di kelas 6 di SD Suginoki. Karakternya yang aktif, energik dan supel, serta sangat polos membuat ia tidak pernah sadar kalau
Kegemaran Miiko adalah makan dan membaca manga. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Ayah Miiko adalah sosok
yang hangat dan sangat baik, ia bekerja sebagai seorang reporter. Sang Ibu bekerja sebagai seorang penyunting majalah dan merupakan
sosok wanita karir yang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Sama seperti ayahnya, ibu Miiko juga orang yang sangat baik namun tak jarang
ia dibuat kesal oleh kebiasaan Miiko yang terkadang suka bermalas-malasan. Ketika sang ibu memarahi Miiko karena tak ingin melakukan
Sebagai puteri sulung, Miiko memiliki seorang adik laki-laki bernama Yamada Mamoru dan adik perempuan bernama Ya-
mada Momo. Mamoru adalah lahir pada tanggal 9 November dan lebih muda 1 tahun dari Miiko. Ia memiliki wajah yang sangat mirip den-
gan ibunya. Meskipun Mamoru adalah seorang adik namun ia memiliki sifat yang jauh lebih dewasa dibandingkan dengan Miiko. Ia adalah
20
anak yang rajin bahkan ia kerap membantu sang ibu mengurus pekerjaan rumah. Selain rajin, Mamoru juga dikenal pandai, sehingga Miiko
seringkali merasa cemburu kepada Mamoru karena merasa ibunya lebih perhatian dan menyayangi Mamoru dibandingkan dengan dirinya.
Hal tersebut membuat Miiko tak jarang mengganggu Mamoru dan bermalas-malasan ketika Mamoru melakukan pekerjaan rumah yang
membuat Mamoru kesal. Namun terlepas dari hal tersebut, keduanya saling menyayangi satu sama lain.
Tokoh lainnya yaitu adik Momo, adik perempuan Miiko yang lahir pada tanggal 9 Januari. Momo menjadi kesayangan se-
mua orang di keluarga Yamada karena memiliki paras yang manis dan juga sangat mirip dengan sang ibu. Tokoh selanjutnya yang juga
penting yaitu dua sahabat Miiko yaitu Mari dan Yukko. Mari atau Shimura Mari adalah sahabat Miiko yang memiliki hobi yang sama den-
gan Miiko yaitu membaca manga dan sangat pandai menggambar manga, ia bercita-cita menjadi seorang komikus. Diantara Miiko dan
Yukko, Mari adalah yang paling egois dan sombong sehingga tak jarang mereka saling bertengkar. Namun sebenarnya ketiganya saling
menyayangi dan tidak dapat dipisahkan. Berbeda dengan Mari, Yukko atau Ogawa Yuuko adalah sahabat Miiko yang baik, pintar, tak
banyak bicara, penyabar, dan penuh perhatian, namun terkadang ia sedikit sensitif. Bagi gadis seusianya, Yukko dapat dikatakan termasuk
anak yang memiliki pemikiran dewasa sehingga banyak laki-laki yang menyukainya. Yukko gemar dan sangat terampil membuat kerajinan
tangan dan pandai memasak, ia juga tak jarang membuatkan Miiko dan Yukko kue setiap kali ada waktu.
Selain Mari dan Yukko, Miiko juga memiliki sahabat laki-laki yaitu Eguchi Tappei dan Satou Kenta. Eguchi Tappei atau
kerap dipanggil Tappei adalah teman sekelas Miiko. Ia termasuk anak yang tinggi di kelasnya dengan tinggi 154 cm. Tappei sering men -
jahili Miiko tetapi sebetulnya baik hati namun hanya tak pernah bisa mengungkapkannya dengan tulus. Tappei juga termasuk anak yang
disukai murid – murid perempuan di kelasnya, termasuk Miiko. Tappei gemar bermain baseball dan sepak bola. Kemudian sahabat laki-
laki Miiko adalah Kenta yang merupakan teman Miiko sejak masih kecil saat ia, Miiko dan Tappei pernah berada di tempat penitipan yang
sama saat TK. Kenta adalah anak pemilik Satou Bakery yang memiliki jiwa humoris dan baik, serta bertanggungjawab menjaga toko Bak-
ery sebagai kasir namun terkadang jahil. Ia memiliki keinginan untuk membuka toko roti bersama Yukko dimasa depan, sama seperti sang
ayah.
Tokoh selanjutnya yang tak kalah penting yaitu Yoshida Ikuya atau kerap disapa Yoshida. Ia adalah teman sekelas Miiko
yang sangat menyukai Miiko. Yoshida orang yang pendiam, sangat pintar, berasal dari keluarga terhormat dan merupakan salah satu murid
21
teladan di kelas. Berbanding terbalik dengan Tappei yang atletis dan gemar olahraga, Yoshida tak terlalu pandai dalam pelajaran tersebut.
Yoshida menganggap Tappei sebagai rivalnya dalam merebut cinta dan perhatian Miiko. Tanimura Miho juga termasuk tokoh yang cukup
penting, ia adalah perempuan populer di sekolah. Ia terkenal berparas cantik, modis, agak pemarah dan banyak anak laki-laki yang
menyukainya. Miho menganggap Miiko sebagai rival dalam hal cinta karena ia menyukai Tappei meskipun ia tahu Tappei sebenarnya
menyukai Miiko.
Adapun tokoh-tokoh tambahan lainnya seperti Makorin, Morimoto Nozomi, Matsumoto Kaoru, Morimoto Kurumi (pang-
gilan Kurumi-chan), Takahashi Yasuko (panggilan Yakko), Akane Tatsuya, Hayato, Nomura Yoshiki, Kobayashi Yuka, Oonishi Sensei,
Uranai, Chiharu, Suzuki, Izawa, Aoyama, Watanabe Hiroshi, Nasu, Nakazawa Takuto, Mizuki, Ootomo Takaaki, Takashi Shouma,
Sakamoto Haruna, Miyashita Tomomi, dan Hono Heriko. Selain beberapa tokoh diatas, terdapat banyak tokoh lainnya dalam manga Hai
BAB V
NILAI KEMANDIRIAN YANG DIGAMBARKAN TOKOH DALAM MANGA “HAI, MIIKO!” (KOCCHIMUITE! MIIKO)
Bab V ini berisi pembahasan mengenai nilai - nilai kemandirian yang digambarkan melalui tokoh-tokoh yang terdapat
dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko). Kemandirian sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan individu untuk
berperilaku yang tepat berdasarkan pada prinsip diri sendiri sesuai keinginannya, seperti berani mengambil keputusan sendiri, ataupun
mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya (Steinberg dalam Patriana, 2007:20). Kemandirian termasuk salah satu aspek
kepribadian yang sangat penting bagi individu yang dapat diperoleh secara bertahap selama proses perkembangan berlangsung. Melalui
proses perkembangan tersebut individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sek-
22
itarnya maupun di lingkungan baru, sehingga pada akhirnya individu akan memiliki kemampuan berfikir serta kemampuan untuk
bertindak sendiri.
Sesuai dengan teori mengenai kemandirian yang dikemukakan oleh Steinberg, adapun nilai kemandirian yang akan di-
analisis lebih lanjut pada bab ini adalah kemandirian yang ditinjau berdasarkan beberapa aspek diantaranya yaitu kemandirian emo-
sional (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral autonomy), serta kemandirian nilai (values autonomy).
Berikut dibahas mengenai kedua aspek kemandirian yang digambarkan melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam
Kemandirian emosional atau emotional autonomy pada remaja ialah salah satu dimensi kemandirian yang memiliki
keterkaitan dengan perubahan keterikatan hubungan emosional anak atau remaja dengan orang lain, terutama dengan orang tua (Nan-
dang, 2010:5).
Adapun nilai kemandirian yang termasuk kedalam aspek kemandirian emosional atau emotional autonomy pada tokoh
dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) yaitu de-idealized terhadap orang tua.
De-idealized adalah aspek pertama dari kemandirian emosional yang dapat diartikan sebagai kemampuan anak untuk
mengurangi sikap mengidealkan orang tuanya seperti tidak lagi memandang orang tua bahwa mereka selamanya tahu, benar, dan memi-
liki kekuasaan atas anak, sehingga pada saat menentukan sesuatu maka mereka tidak lagi bergantung kepada dukungan emosional orang
tuanya (Steinberg dalam Nandang, 2010:10). Adapun sikap de-idealized terhadap orang tua pada manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite!
Miiko) ditunjukkan oleh situasi yang membuat Miiko tersadar akan perbuatannya dan ingin membuat bentou sendiri. Berikut data yang
akan dianalisis:
23
(“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) volume 3 halaman 13)
(1) みい子 :何?またお握り?僕の頭もうお握りになっているんだ
健太 :他に何を作れるんだ?
優子 :単純な物とかサンドイッチ見たい…
みい子 :なんか自分で昼ご飯を作れるかしら
(こっちむいて!みい子:第3巻:13 ページ)
Gambar 1 pada data (1) menjelaskan tentang Miiko dan teman-temannya tersadar akan perbuatan mereka yang ingin
protes terhadap orangtua mereka, untuk membuat bentou yang lezat. Miiko langsung terkejut dan malu begitu mendengar
Salah satu sahabat Miiko yaitu Yukko kerap kali bercerita bahwa ia menyiapkan bekal makanannya sendiri setiap
hari seperti yang tergambar pada data (1). Miiko yang mendengar hal tersebut berpikir bahwa menyiapkan bekal sendiri adalah
sesuatu yang sangat hebat sehingga kemudian mendorong Miiko untuk turut melakukan hal yang sama layaknya Yukko.
24
Dilihat dari keputusan Miiko tersebut, terdapat proses psikososial yang terjadi pada Miiko melalui orang-orang dis-
(2) 母 :何?
みい子:明日の昼ご飯を自分で作れるって良いかな?
母 :だめ!冷凍食品を買ってちゃだめ!
みい子:違う!僕たちのため料理しているから仕事に遅れてほしくないんだ
母 :へー?
みい子:先程、優子に中華料理の作り方を聞いてみましたよ~
(こっちむいて!みい子:第3巻:14 ページ)
Haha :Nani?
Haha :e ー?
25
(Kocchimuite! Miiko : dai 3 kan : 14 peeji)
Ibu :Apa?
Miiko :Bukan itu!Aku ingin membuat sendiri agar ibu tidak telat bekerja
Ibu :eh?
Miiko :Sebelumnya、aku bertanya pada yuuko bagaimana cara membuat makanan china~
Gambar 2 pada data (2) menjelaskan tentang Miiko tersadar sehingga ingin membuat bentou sendiri. Miiko bertanya
kepada ibunya apakah Miiko bisa membuat bentou sendiri agar ibunya tidak telat pergi bekerja. Kemudian Miiko menujukkan resep
masakan yang diberikan oleh Yuuko kepada ibunya untuk disiapkan besok pada pagi hari nanti. Data ini menggambarkan perilaku dan
sikap tokoh-tokoh (penokohan) dalam karya sastra tersebut guna mengungkap budaya masyarakat tertentu (Endraswara (2013:107)).
Dalam budaya Jepang, bentou merupakan salah satu tradisi yang telah ada dan dilakukan sejak Zaman Kamakura
(1185-1333) (Dharma, 2015:30). Di Jepang, menyiapkan bento sebagai bekal sekolah merupakan hal yang umum untuk dilakukan.
Menyiapkan Bento terkadang memang memakan waktu yang tidak sedikit sehingga orang tua biasa menyiapkan bahan-bahannya dan
mengemas semuanya ketika pagi. Kemudian terdapat indeks yang ditandai dengan indeks perilaku dari tokoh Miiko terhadap ibunya. Ia
merasa ibunya sangat kerepotan menyiapkan bentou untuk satu keluarga dan takut nantinya sang ibu yang bekerja sebagai penyunting
majalah tersebut akan terlambat tiba di kantornya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan bagi Miiko pada akhirnya memutuskan untuk
Miiko mengatakan kepada ibunya bahwa sebelumnya ia sempat bertanya mengenai cara membuat bekal makan siang
dengan masakan china, Miiko juga terlihat sangat bersemangat sambil memegang secarik kertas berisi resep dan cara memasak dari
Yukko. Dilihat dari keputusan Miiko tersebut, terdapat proses psikososial yang terjadi pada Miiko melalui orang-orang disekitarnya.
26
Kemudian ia terdorong untuk mengembangkan kemandirian emosionalnya. Proses dari data (1) pula yang selanjutnya mengembangkan
kemandirian emosional tersebut menjadi sikap deidealized tokoh Miiko terhadap ibunya. Ia mulai berpikir bahwa ia tidak ingin terlalu
bergantung pada sang ibu hanya karena bekal makan siangnya. Oleh karena itu, sikap tersebut dapat dikategorikan sebagai nilai ke-
mandirian emosional.
Kemandirian perilaku atau behavioral autonomy pada anak termasuk ke dalam dimensi kemandirian yang berkaitan
dengan kemampuan anak dalam membuat keputusan secara bebas dan melakukannya secara bertanggung jawab (Steinberg dalam Nan-
dang, 2010:13). Seperti contoh adapun sikap bertanggung jawab terhadap diri sendiri ditunjukkan oleh tokoh Yukko dalam manga
“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko). Yuuko menjelaskan kepada Miiko dan Mari bahwa pembalut harus dibungkus dengan kain agar
tidak terlihat oleh anak-anak laki di sekolah. Hal ini dikarenakan menurut Yukko sebagai perempuan, ia harus bertanggung jawab
dalam mengurus keperluan pribadi perempuan. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
27
Data (3) menunjukkan percakapan yang terjadi antara kedua sahabat Miiko yaitu Yukko dan Mari. Mereka bercerita se-
belumnya teman laki-laki dikelasnya melihat sesuatu yang aneh terjatuh dari sapu tangan Yukko namun mereka tidak menanyakannya
baik kepada Mari, Miiko ataupun Yukko. Kemudian Yukko menjelaskan kepada Miiko dan Mari diperjalanan pulang dari sekolah men -
genai hal tersebut bahwa ia menyimpan pembalutnya di dalam sapu tangan agar tidak terlihat oleh orang lain terutama anak laki-laki.
Sikap Yukko tersebut dapat dikatakan sebagai sikap bertanggung jawab atas diri sendiri karena pada dasarnya, ketika anak sudah mulai
beranjak remaja, mereka harus sudah mulai belajar untuk mengurus diri sendiri terutama bagi remaja perempuan yang sudah mulai
Selain bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang sejatinya harus ditanamkan pada anak yaitu
bertanggung jawab kepada keluarga misalnya seperti menjaga nama baik keluarga, memelihara kebersihan, kenyamanan, keamanan
dalam keluarga, mematuhi aturan yang ditetapkan bersama, bertingkah laku sesuai norma dan aturan yang berlaku dalam keluarga,
menjaga keharmonisan keluarga dengan saling menyayangi, menghormati, dan menghargai (Solihin, 2016:16). Dalam komik “Hai, Mi-
iko!” (Kocchimuite! Miiko), nilai kemandirian berupa tanggung jawab terhadap keluarga juga ditunjukkan oleh tokoh Yukko. Dalam
data ini Miiko, Kenta, dan Tappei terdiam dan malu karena sebelumnya ingin protes kepada orangtua mereka. Hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut:
(4) マリちゃん :昼ご飯?特にないよナポリタンとかポテトサラーとかフルーツクリームとか..
みい子、健太、達平:よし!今晩僕たちの両親文句言うなあ~
28
マリちゃん :あっー優子!
健太 :遅いよ!
優子 :ごめんね!先弟妹の昼ご飯を料理したよ、だから遅わたんだ
(こっちむいて!みい子:第3巻:11 ページ)
Marichan :Hiru gohan?toku ni nai yo naporitan toka potato sara toka furutsu kurimu toka..
Marichan :A ー Yuuko!
Kenta :Osoiyo!
Yuuko :Gomenne!Saki teimei no hiru gohan wo ryouri shitayo, dakara osowatanda
Marichan :Makan siang?Tidak spesial seperti napolitan, salad kentang, krim buah..
Marichan :A ー Yuuko!
Yuuko :Maaf!Tadi aku harus memasak makan siang untuk adikku makanya
aku terlambat.
29
G ambar 5. Miiko, Kenta, dan Tappei tersadar dan malu
(5) 優子 :え?
みい子 :まさか...優子ちゃん、君はいつも弟妹のため料理をしたの?
優子 :えー母は働いているので彼らのため料理をしなければならないね。彼らに冷凍食品を買った
ら文句しているんだ、なんか彼らうんざり見たいね。
(こっちむいて!みい子:第3巻:12 ページ)
Yuuko :e?
Yuuko : e ー haha ha hataraite iru node karera no tame ryouri wo shinakereba naranaine 。Karera ni reitou
shokuhin wo kattara monku shite irunda, nanka karera unzari mitaine。
Yuuko :Eh?
Miiko :Jangan-jangan...Yuuko, setiap hari kamu membuat makan siang untuk adikmu?
Yuuko :E ー ibuku sibuk bekerja jadi aku yang membuatkan makan siang untuk mereka 。Kalau mereka di-
belikan makanan beku, mereka akan mengeluh bosan。
30
Gambar 5.2 menunjukkan adanya nilai kemandirian berupa rasa bertanggung jawab tokoh Yukko terhadap kedua
adiknya yang ditunjukkan oleh kebiasaan sehari-harinya membuatkan mereka bekal makan siang. Terdapat perkataan teman-teman Mi-
iko yaitu Tappei dan Kenta yang merasa iri terhadap bentou yang dibawa oleh Miiko. Mereka iri dikarenakan makanan yang dibawa
oleh Miiko dirasa lebih bervariasi dan lebih enak dibanding bentou yang mereka bawa. Kemudian pada data tersebut ditunjukkan oleh
perkataan Tappei yang berteriak bahwa mereka harus complain ke orang tua mereka karena tidak dibuatkan bekal yang tidak seperti
kepunyaan Miiko. Sedangkan perkataan yang ditunjukkan oleh Yukko setelah menjawab pertanyaan Miiko mengenai mengapa dirinya
terlambat yang mana ia lantas menjawab bahwa ia harus menyiapkan bekal untuk kedua adiknya. Hal tersebut menunjukkan adanya
sikap bertanggung jawab terhadap keluarga yaitu meringankan beban sang ibu dengan cara mengambil alih salah satu tugas ibu rumah
BAB VI
Bab VI berisi pembahasan mengenai faktor-faktor pembentuk nilai kemandirian yang terdapat dalam manga “Hai,
Miiko!” (Kocchimuite! Miiko). Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan mengenai nilai-nilai kemandirian yang digambarkan oleh
tokoh-tokoh dalam manga, maka dari itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi proses ter -
bentuknya nilai-nilai kemandirian oleh tokoh. Masrun (dalam Yessica, 2008:26) mengemukakan bahwa terdapat tujuh faktor yang da-
pat mempengaruhi terbentuknya nilai kemandirian pada seseorang, diantaranya seperti faktor pola asuh, usia, pendidikan, urutan kelahi-
ran, jenis kelamin, intelegensi, serta faktor interaksi sosial. Ketujuh faktor pembentuk kemandirian tersebut tentunya memiliki keterkai-
tan dengan hasil terbentuknya sikap-sikap mandiri pada anak atau remaja yang nantinya dapat dikategorikan sebagai bentuk ke-
mandirian emosional, kemandirian tingkah laku ataupun kemandirian nilai. Faktor yang akan digunakan yakni faktor interaksi sosial,
31
Berikut dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya nilai-nilai kemandirian oleh tokoh dalam manga
“Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Nilai kemandirian yang ditunjukkan oleh tokoh Miiko tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu faktor adanya inter-
aksi sosial yang selanjutnya akan diuraikan melalui pembahasan berikut ini.
Perkembangan aspek-aspek kemandirian juga dapat dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang didapatkan dari lingkungan
sekitar individu. Interaksi sosial dengan orang lain mampu memberi kesadaran atau perubahan positif bagi seseorang jika dalam proses
interaksi tersebut terdapat orang lain yang menunjukkan nilai yang dianggap dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sendiri, seperti
misalnya nilai kemandirian. Hal tersebut terjadi kepada tokoh Miiko yang mencontoh nilai-nilai baru yang ia dapatkan sebagai hasil
dari proses interaksi antara dirinya dengan salah satu sahabatnya yaitu Yukko.
Sebagai seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sama seperti teman-temannya yang lain, Miiko selalu
dibekali bekal makan siang (bentou) oleh ibunya. Namun salah satu sahabatnya yang bernama Yukko justru menyiapkan bekal makan
siangnya sendiri alih-alih dibawakan oleh orang tua mereka, bahkan Yukko sendiri bertanggung jawab atas bekal makanan kedua
adiknya untuk meringankan beban sang ibu dalam melakukan tugas rumah tangga seperti yang dijelaskan Yukko pada gambar 4. Nilai
baru yang dirasa positif tersebut kemudian Miiko coba terapkan dalam kehidupannya. Ia kemudian meminta ibunya untuk tidak usah re-
pot-repot memasakkan bekal makan siangnya agar tidak terlambat berangkat ke kantornya. Hal ini pula dapat dilihat pada gambar 2
yang dibahas pada bab V. Faktor interaksi sosial tentu turut mempengaruhi proses terbentuknya nilai kemandirian dalam diri Miiko un -
Individu yang mempunyai kemandirian tinggi adalah individu yang orang tuanya dapat menerima secara positif. Orang tua
memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan
studi dan pergaulannya baik di lingkungan keluarga atau sekolah. Hal ini dapat terlihat pada tokoh Miiko.
32
Gambar 6. Orangtua Miiko mendidik Miiko
Gambar 6 di atas terlihat orang tua Miiko yang mengajarkan Miiko tentang pelajaran sekolahnya, dengan orang tua yang memper-
hatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anaknya karena pola asuh dari orang tua Miiko tersebut, dapat diketahui pula dari gambar 1 dan
gambar 2 membuat Miiko timbul rasa malu terhadap Yukko sehingga Miiko mempunyai keinginan membuat bento sendiri. Dari hal-hal
Diantara Yukko dan teman-teman lainnya, ia memang dikenal sebagai pribadi yang mandiri dan juga rajin. Ia bahkan
kerap kali mendapat peringkat bagus dikelasnya. Jika ditelaah melalui data-data yang ada, nilai-nilai kemandirian yang dimiliki oleh
tokoh Yukko terbentuk dari beberapa faktor pendukung sesuai dengan teori pembentuk kemandirian yang dikemukakan oleh Masrun,
diantaranya faktor urutan kelahiran serta faktor jenis kelamin yang selanjutnya akan diuraikan melalui pembahasan berikut ini.
Dalam suatu keluarga, biasanya anak yang lahir pertama atau anak sulung merupakan anak yang sangat diharapkan
orangtuanya sebagai pengganti mereka, biasanya anak sulung dituntut untuk memiliki rasa bertanggungjawab lebih dibandingkan
dengan anak yang lahir berikutnya (Hurlock, 1990:203). Hal yang sama juga dikemukakan Adler bahwa kepribadian seseorang remaja
bergantung pada faktor keturunan (gen), lingkungan sekitar dan kreativitas dirinya. Artinya, terdapat faktor urutan kelahiran yang dapat
mempengaruhi serta turut membentuk proses kepribadian atau kemandirian individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan ke-
mandirian seseorang muncul karena adanya perbedaan gaya hidup yang dikembangkan tiap anak berdasarkan interpretasinya terhadap
urutan kelahirannya.
Dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko), diketahui bahwa tokoh Yukko merupakan anak sulung. Pada data
(5) yang dibahas pada bab V, dijelaskan bahwa Yukko bertanggung jawab atas bekal makan siang kedua adiknya. Ia melakukannya se -
tiap hari untuk membantu meringankan beban sang ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. sebagai anak sulung, tentunya
disini terlihat adanya faktor pendukung yang mempengaruhi proses terbentuknya nilai kemandirian dalam diri Yukko yaitu faktor uru-
33
tan kelahiran. Sebagai seorang kakak bagi kedua adiknya, tentunya Yukko merasa memiliki rasa bertanggungjawab atas kebutuhan ke-
Selain dipengaruhi oleh faktor urutan kelahiran atau birth order, nilai kemandirian yang dimiliki oleh tokoh Yukko juga
dibentuk oleh faktor jenis kelamin. Pada data (3) yang dibahas pada bab sebelumnya, diketahui bahwa Yukko bertanggungjawab atas
keperluan pribadinya sebagai seorang remaja perempuan yang sedang melalui masa pubertas. Ia memiliki inisiatif untuk menyimpan
pembalutnya dalam sapu tangan. Hal tersebut ia lakukan untuk menghindari rasa tidak nyaman orang lain dan agar orang lain tidak
melihatnya. Dalam proses terbentuknya nilai kemandirian, faktor jenis kelamin tentunya berpengaruh dalam membentuk proses ke-
mandirian pada anak atau remaja, hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa nilai berbeda yang ditanamkan kepada anak laki-laki dan
perempuan dalam bertindak. Sebagai contoh, perbandingan antara kemandirian Kenta dan Yukko. Sebagai seorang remaja laki-laki,
Kenta sering membantu ayahnya dengan tanggungjawab menjaga toko Bakery sebagai kasir. Sedangkan Yukko sebagai seorang remaja
perempuan, ia menjaga adik-adiknya dengan kasih sayang serta membuatkan bentou untuk adik-adiknya.
Seorang anak yang cerdas akan memiliki metode yang praktis dan tepat dalam setiap memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya, sehingga akan dengan cepat mengambil keputusan untuk bertindak. Kondisi ini menunjukan adanya kemandirian setiap
menghadapi masalah yang sedang dihadapinya. Hal ini dialami oleh tokoh Yukko ketika mengerjakan tugas yang diberikan dari sekolah
bersama Miiko dan Mari di rumah Mari. Berikut gambar di bawah ini:
34
Gambar ini menjelaskan bahwa Yukko lebih cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dibanding kedua temannya
yaitu Miiko dan Mari. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa Yukko progresif dan ulet, ditunjukkan dengan adanya penuh ketekunan
dalam mengerjakan sesuatu sehingga dapat dengan cepat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Faktor pendidikan ini secara tidak langsung telah membawa individu kepada suatu bentuk usaha dari lingkungan keluar-
ganya ke dalam kelompok teman sebayanya sehingga terlihat adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tenyata
Dalam gambar 8 terlihat bahwa tokoh Miiko, Yukko, dan Mari sedang piket membersihkan kelas mereka. Sekolah di
Jepang tidak memiliki staf kebersihan atau biasa yang disebut Office Boy, melainkan siswa-siswi di Jepang diwajibkan membersihkan
kelas masing-masing sebelum pulang sekolah dengan menggunakan sistem o-sōji. Kegiatan o-sōji dilakukan oleh anak-anak di
seluruh Jepang setiap hari. Kegiatan ini merupakan program di sekolah-sekolah Jepang baik negeri maupun swasta dari mulai sekolah
Satu kelompok kebersihan terdiri dari anak kelas rendah (I,II,III) sampai tinggi (IV,V,VI). Satu kelompok bertugas mem-
bersihan bagian tertentu, hampir setiap sudut sekolah ada anak-anak yang menjadi petugas kebersihan. Lantai aula atau lapangan in -
35
door, kaca kelas, ruang kelas, ruang perpustakaan, koridor, toilet, tangga, dan lainnya kecuali ruang guru dan kepala sekolah, semua
Setelah selesai kegiatan o-sōji anak-anak membereskan kembali peralatan kebersihan. Termasuk peralatan kebersihan yang
mereka bawa. Setiap anak di sekolah Jepang mempunyai lap yang mereka bawa dari rumah. Sistem inilah yang membuat anak-anak di
Jepang menjadi lebih mandiri dengan tidak bergantung pada staff kebersihan.
BAB VII
7.1 Simpulan
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu
untuk berpikir penuh inisiatif, dan mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri. Dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite!
Miiko), terdapat nilai-nilai dan faktor-faktor pembentuk kemandirian. Nilai-nilai kemandirian dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Mi-
iko) yaitu, kemandirian emosional (Miiko merasa malu dan ingin membuat bentou sendiri) dan kemandirian perilaku (Yukko menyiapkan
pembalut sebagai anak perempuan dan Yukko membuat bentou sendiri) yang terlihat pada tokoh-tokoh dalam manga tersebut. Kemudian fak-
tor-faktor pembentuk kemandirian yaitu faktor interaksi sosial (Miiko menerima nilai-nilai positif dari Yukko mengenai membuat bentou
sendiri), faktor pola asuh (Orang tua Miiko yang mendidik Miiko), faktor urutan kelahiran (Yukko sebagai anak sulung lebih bertanggung
jawab) dan faktor jenis kelamin (Kenta menjaga toko Bakery sebagai kasir, sedangkan Yukko menjaga adik-adiknya), faktor intelegensi
36
(Yukko yang lebih cepat menyelesaikan masalah dibanding teman-temannya), dan faktor pendidikan (Miiko, Yukko, dan Mari yang sedang
membersihkan kelas mereka sebelum pulang sekolah) yang tertanam pada tokoh-tokoh dalam manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko).
7.2 Saran
Penelitian ini mengkaji pembahasan yang terbatas pada nilai-nilai dan faktor pembentuk kemandirian dalam manga “Hai,
Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) karya Ono Eriko. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pembahasan yang berbeda akan tetapi
menggunakan sumber data yang sama. Adapun aspek lain yang dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya berupa budaya amae di Jepang.
Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) juga dapat diteliti menggunakan teori sosiologi sastra untuk menganalisis amae.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Desi Julita. 2009. “Tinjauan Budaya Amae dalam Pola Pengasuhan Anak Jepang Melalui Teori Takeo Doi”. Medan: Program
Authon. 2016. “Kemandirian”. Surabaya: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel.
B. Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Budiman, Nandang. 2010. Perkembangan Kemandirian pada Remaja. Jurnal Pendidikan Vol 3 No 1. hlm. 1-12.
37
Hidayat, M. 2018. Lingkungan merupakan faktor terpenting dalam membentuk nilai, kepribadian dan kebiasaan individu serta
membentuk individu untuk mandiri dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi di sekitar lingkungannya, hlm. 10.
Novera, Clara. 2018. “Pengaruh Budaya Populer Manga dan Anime Jepang Terhadap Apresiasi Masyarakat Muda Indonesia”.
Bandung: Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan.
Okada, Takashi. 2013. Education for Children to Become Independent.Hlm.50. Jepang: Shogakukan Bunko.
Patriana, Pradnya. 2007. Hubungan Antara Kemandirian dengan Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa Di
Putri, Diana. 2015. “Pola Asuh Nuclear Family di Jepang”. Sumatera Barat: Program Studi Sastra Asia Timur Fakultas Ilmu Budaya
Pradopo, Rachmat. 1999. Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Pemaknaan Sastra, 11(1), hlm 1-9.
Ramadhani, Wulan. 2017. “Unsur Sosial Budaya Masyarakat Tradisional Jepang yang Tercermin Dalam Cerpen Natto Kassen Karya
Kikuchi Kan(tesis). Semarang: Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Rini, A. R. Puspito. 2012. Kemandirian Remaja Berdasarkan Urutan Kelahiran. Jurnal Pelopor Vol 3, No 1. Hlm. 62
Sa’diyah, Rika. 2017. Pentingnya Melatih Kemandirian Anak, 16(1): hlm. 1-16.
Solihin, Agus M., dkk. 2016. Pendidikan Orang Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab Pada Anak. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Yessica, Intan Loretta. 2008. Fenomena Kemandirian Anak tunggal. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Wulansuci, Yolanda. 2010. “Budaya Populer Manga dan Anime Sebagai Soft Power Jepang”. Jakarta: Program Studi Sastra Jepang
DAFTAR UNDUHAN
Ko, Kyota. 2018. Japanese and Chinese food – How are they different?. Diunduh pada tanggal 04 Juni 2021 dari halaman
https://www.metro-classic-japanese.net/japanese_and_chinese_difference/
Subqi, Imam. 2015. “Internalisasi Nilai Kemandirian dalam Pendidikan”. Kompasiana. (Diakses pada 24 Agustus 2020 dari alamat
https://www.kompasiana.com/imamsubqi/56443c658923bd6e07dbe2e4/
internalisasi-nilai-kemandirian-dalam-pendidikan)
38
Lampiran 1
Manga “Hai, Miiko!” (Kocchimuite! Miiko) adalah sebuah seri manga bergenre komedi karya Ono Eriko. Manga ini terbit
pada tahun 1995 dan masih berlanjut sampai sekarang. Pada tahun 1998 - 1999 telah dibuat seri animenya. Dalam manga ini diceritakan
tentang seorang anak perempuan bernama Yamada Miiko yang duduk di kelas 6 SD Suginoki. Miiko mempunyai sikap yang polos dan
semangat yang tinggi meskipun secara fisik dia lebih pendek dari teman - teman sekelasnya. Ayah Miiko adalah seorang wartawan
tabloid mingguan sedangkan ibunya adalah seorang editor manga. Miiko mempunyai adik laki - laki bernama Mamoru yang setahun
lebih muda tetapi mempunyai sikap yang lebih bertanggung jawab dalam hal membereskan rumah dan memasak dibandingkan dengan
Miiko. Dalam perjalanan cerita manga ini berikutnya diceritakan pula Miiko dan Mamoru menyambut adik perempuan mereka yang
Sahabat Miiko adalah Shimura Mari yang mempunyai sifat setia kawan dan berpendirian teguh. Mari sangat disiplin
meluangkan waktu untuk berlatih menggambar manga karena bercita - cita sebagai mangaka. Miiko dan Mari bersahabat pula Ogawa
Yuuko yang mempunyai sifat sabar, penuh perhatian serta bisa bersikap lebih dewasa dibandingkan Miiko dan Mari. Selain itu, ada
39
pula tokoh - tokoh yang lain yaitu Eguchi Tappei, Satou Kenta, dan Yoshida Ikuya. Eguchi Tappei adalah anak laki - laki yang
menyukai Miiko, meskipun sering terlihat kasar tapi sebenarnya adalah anak yang baik hati. Satou Kenta adalah sahabat Eguchi Tappei
dan menyukai Yuuko. Keluarga Eguchi Tappei dan Satou Kenta masing - masing mempunyai toko dan mereka selalu membantu
pekerjaan di toko sesudah pulang sekolah. Yoshida Ikuya adalah anak laki - laki yang sangat pintar, rajin, agak pendiam dan juga
menyukai Miiko. Orangtuanya mewajibkan dia mengikuti les dengan jadwal yang padat sehingga kadang - kadang dia merasa tidak
Pengalaman - pengalaman yang dialami oleh Miiko dan teman - temannya selain mengalami berbagai situasi yang luas dan
menyenangkan, ada pula yang menunjukkan kemandirian dari para tokohnya seperti pada beberapa peristiwa diantaranya yaitu saat
Yuuko secara mandiri hampir setiap hari menyiapkan makanan untuk adik - adiknya dikarenakan orangtuanya bekerja. Mamoru yang
lebih bertanggung jawab untuk mencuci pakaian dan memasak dibandingkan dengan Miiko, persiapan Yoshida untuk pelajaran sekolah
dan tugas - tugas dari tempat les yang sudah dimulai sejak pagi sebelum berangkat sekolah, Mari yang tekun berlatih menggambar
manga supaya dapat mengikuti perlombaan manga di majalah. Miiko yang berusaha membantu seorang tunanetra yang mengalami
kesulitan menyebrang dan juga sikap Miiko dan Mari dalam menghadapi orang yang tidak mereka kenal yang mempunyai niat jahat
terhadap mereka.
Lampiran 2
CURRICULUM VITAE
40
Agama : Katolik
Telepon : 08113983898
E-mail : adrianatreviharjadi@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2005-2011 : SD Athalia
41