Anda di halaman 1dari 5

Kiryoku, Volume 3 No 4 2019

e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

Mengenal Rahasia Karakter Orang Jepang: Selalu Menghargai Proses,


Tidak Hanya Hasil (Kajian Budaya Dalam Pendekatan Filosofis)

Iriyanto Widisuseno
Universitas Diponegoro

widisusenoiriyanto@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini mengkaji bagaimana pola budaya kerja orang Jepang yang menghargai proses,
tidak hanya hasil kerjanya. Tujuannya ingin mengungkap prinsip dan evidensi yang melandasi
pola budaya kerja orang Jepang yang selalu menghargai proses dan tidak hanya
hasil.Penelitian ini menggunakan metode kefilsafatan, yaitu cara analisis esensial,
komprehensif dan normative terhadap fakta kehidupan untuk berusaha mengurai dan
mendalami azas-azas eksistensi kehidupan,yaitu azas ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Azas ontologis, menggambarkan pijakan orang Jepangdalam mengkonsepsikan arti, hakikat
hidup dan kehidupannya di tengah lingkungan dunia. Azas epistemology, menggambarkan
caraorang Jepang mewujudkan konsep arti dan makna kehidupan di tengah dunianya. Azas
aksiologis, menggambarkan nilai-nilai yang menjadikan arah atau tujuan hidup.Keberadaan
ketiga azas eksistensi terebut saling beririsan dan sistemik. Hasil penelitian merumuskan
bahwasecara ontologis, orang Jepang dalam mengkonsepsikan arti dan makna hidupnya
bersandar pada nilai-nilai moral Bushido (integritas, keberanian, murah hati, hormat kepada
orang lain, kejujuran dan tulus ikhlas). Secara epistemologis, pola hidup orang Jepang
menggambarkan cara-cara dalam menemukan Ikigai dalam dirinya. Secara aksiologis, tujuan
hidup orang Jepang adalah “Ikigai”yaitu nilai-nilai kebahagiaan, sesuatu hal yang membuat
orangmelangkah maju ke masa depan. Sebagai simpulan penelitian, bahwa karakter orang
Jepang yang selalu menghargai proses, dan tidak hanya hasil adalah suatu pola epistemologi
kehidupan yang berbasis nilai Bushido, untuk membangun kerangka Aksiologi yang
bermuatan Ikigai.

Kata kunci: Pendekatan filosofis, Bushido, karakter orang Jepang, Ikigai.

Abstract

This study focuses on examining how Japanese work culture patterns respect processes, not
just the results of their work. The aim is to uncover the principles and evidence that underlie
the pattern of Japanese work culture that always respects the process and not only the results.
This study uses philosophical methods, which are essential, comprehensive and normative
analysis of the facts of life to try to unravel and explore the principles of existence of life,
namely the ontological, epistemological and axiological principles. The ontological principle,
describes the Japanese footing in conceptualizing the meaning, nature of life and life in the
midst of the world's environment. The principle of epistemology, describes the way the
Japanese realize the concept of meaning and meaning of life in their world. Axiological
principle, describes the values that make the direction or purpose of life. The existence of the
three principles of existence are interspersed and systemic. The research results formulated
that ontologically, the Japanese in conceptualizing the meaning and meaning of their lives
rely on Bushido's moral values (integrity, courage, generosity, respect for others, honesty and
sincerity). Epistemologically, Japanese lifestyles describe ways of finding Ikigai in him.
Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 221
Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

Axiologically, the goal of Japanese life is "Ikigai" which is the values of happiness, something
that makes people move forward into the future. As a conclusion of the study, that the
character of Japanese people who always respect the process, and not only the results is an
epistemological pattern of life based on Bushido values, to build an axiological framework
containing Ikigai.

Keywords: Philosophical approach, Bushido, Japanese character, Ikigai.

1. PENDAHULUAN pembangunan dan kemajuan bangsa


Dari segi historis bangsa Jepang (Widisuseno, Iriyanto, 2016). Artinya, ada
tidak kalah pengalaman sejarahnya dengan rahasia karakter orang Jepang yang perlu
bangsa lain dalam memperoleh berbagai dipelajari. Belajar dari budaya bangsa lain
musibah atau tragedi bangsa yang sangat yang sudah membuktikan kemajuan
menyedihkan. Mulai dari tragedi bom atom bangsanya seperti Jepang adalah suatu
di Nagasaki dan Hiroshima, sampai langkah produktif. Hasil penelitian ini
peristiwa bencana alam tsunami dan gempa dapat memberi nilai inspiratif bagi
bumi yang telah menghacurkan dan pengembangan kualitas sumber daya
memakan korban jiwa dan harta kekayaan. manusia Indonesia yang saat ini sedang
Namun dalam waktu singkat bangsa menjadi salah satu prioritas pembangunan
Jepang sekarang sudah bangkit dari nasional.
keterpurukannya. Kemudaian dari segi Penelitian masalah kejepangan
sumber daya alam, negara Jepang tidak memang sudah banyak dilakukan oleh
memiliki kekayaan alam melimpah seperti peneliti sebelumnya. Misalanya, peneltian
negara Indonesia. Negara Jepang jika dilakukan oleh Rosita Ningrum (2011),
dilihat dari segi populasi dan geografi tentang Kanyoku Verba “Dekiru” dalam
hanya 127 juta jiwa dan luas wilayahnya konteks sosiolinguistik. Penelitian lainnya
377,962 km², jauh lebih kecil dilakukan oleh Iriyanto Widisuseno, Sri
dibandingkan dengan Indonesia dengan Wahyu Utami dan Yuliani Rahmah (2015)
jumlah penduduk 250 juta jiwa dan luas tentang Kanyouku sebagai representasi
wilayah negara 1.905 million km². nilai budaya masyarakat Jepang. Kemudian
Faktanya sekarang negara Jepang sudah juga penelitian karakter bangsa Jepang
sangat maju diakui oleh dunia karena oleh Iriyanto yang focus pada pola perilaku
kemampuan teknologi dan industri yang baik bangsa Jepang yang inspirtif (2016).
menguasai pasar dunia, termasuk di Penelitian lain yang dilakukan oleh Asep
Indonesia (Widisuseno, Iriyanto, 2017). Firmansyah (2016), fokus pada etos kerja
Indonesia sebagai sesama rumpun bangsa dan budaya kerja bangsa Jepang.Kemudian
Asia dan berperadaban ketimuran, penelitian Frans Sartono (2017),
kemudian dengan potensi sumber daya mencermati budaya dan etos kerja orang
alam dan sumber daya manusia yang besar, Jepang lewat koleksi di Toyota
semestinya memiliki kesejajaran atau Automobile Museum. Penelitian kali ini
bahkan lebih maju dari bangsa-bangsa Asia sebuah studi filosofis, mengkaji rahasia
lainnya (Widisuseno, Iriyanto, 2016). karakter orang Jepang yaitu selalu
Kenyataan tersebut membuktikan bahwa menyukai proses, tidak hanya hasil kerja.
kemajuan suatu bangsa tidak selalu linier Tujuannya ingin mengungkap prinsip dan
dengan kondisi populasi dan geografi suatu evidensi yang melandasi pola budaya kerja
negara. Sehingga kemajuan suatu bangsa orang Jepang yang selalu menghargai
sebenarnya dapat dimiliki oleh setiap proses dan tidak hanya hasil
banga di dunia. Faktor sumber daya
manusia yang memiliki etos kerja tinggi
merupakan investasi utama bagi
222 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

2. METODE PENELITIAN 3.2. Pengertian Karakter


Penelitian ini menggunakan studi Menurut konsep yang tertuang
literature dan metode analisis filosofis. dalam Kebijakan Nasional Pembangunan
Sumber data berupa buku sumber dan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025,
jurnal yang berkaitan dengan masalah dinyatakan bahwa karakter adalah nilai-
karakter Jepang yang lebih menyukai nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan,
proses, tidak hanya hasil kerja. Metode mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
analisis filosofis, yaitu cara analisis dan berdampak baik terhadap lingkungan)
esensial, komprehensif dan normative yang terpateri dalam diri dan
terhadap fakta kehidupan orang Jepang terejawantahkan dalam perilaku. Karakter
untuk mengurai dan mendalami azas-azas secara koheren memancar dari hasil olah
eksistensi kehidupan, yaitu azas ontologis, pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa
epistemologis dan aksiologis. Azas dan karsa seseorang atau sekelompok
ontologis, menggambarkan bagaimana orang. Karakter merupakan ciri khas
orang Jepang dalam mengkonsepsikan arti, seseorang atau sekelompok orang yang
hakikat hidup dan kehidupannya di tengah mengandung nilai, kemampuan, kapasitas
lingkungan dunia. Hasil pemahaman azas moral, dan ketegaran dalam menghadapi
ontologis ini dapat memberikan landasan kesulitan dan tantangan.Karakter
asumsi yang dapat dijadikan pijakan atau terbangun dari kebijaksanaan (virtues)
pegangan bagi keberadaan hidup orang yang melekat pada jati diri seseorang.
Jepang. Azas epistemology, Sebagai bentuk dari pengungkapan nilai,
menggambarkan cara orang Jepang maka karakter terbangun dari seperangkat
mewujudkan konsep arti dan makna hakiki nilai luhur yang dijadikan ‘keyakinan
kehidupan di tengah dunianya. Azas utama’ (level of belief) dari suatu
aksiologis, menggambarkan nilai-nilai masyarakat. Nilai-nilai itu tergali dari
yang menjadikan arah atau tujuan hidup. kebudayaan yang meliputi nilai sosial, nilai
Keberadaan ketiga azas eksistensi terebut budaya, nilai ideologis, nilai agama, nilai
saling beririsan dan sistemik. estetis (seni). Nilai-nilai itu mengandung
keutamaan tertentu (the good) yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kemudian berkembang sebagai dasar
3.1. Profil Geografis Jepang moralitas (common ground morality)
Jepang (Jepang: 日本 Nippon atau Nihon; sehingga karakter menjadi sebuah sistem
nama resmi: 日 本 国 Nipponkoku atau makna yang tidak lagi berfungsi privat
Nihonkoku, nama harfiah: "Negara tetapi berfungsi publik (Budimansyah,
Jepang") adalah sebuah negara kepulauan 2010). Pendapat lain, Khan (2010)
di Asia Timur. Letaknya di ujung barat mengemukakan, bawa karakter adalah
Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut sikap pribadi sebagai hasil proses
Jepang, dan bertetangga dengan Republik konsolidasi secara progresif dan dinamis,
Rakyat Tiongkok, Korea, dan Rusia. integrasi pernyataan dan tindakan.
Pulau-pulau paling utara berada di Laut Berdassarkan pendapat dari
Okhotsk, dan wilayah paling selatan beberapa ahli tersebut dapat disarikan
berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut bahwa karakter adalah menggambarkan
Tiongkok Timur, tepatnya di sebelah adanya kekhasan yang melekat, di
selatan Okinawa yang bertetangga dengan dalamnya mengandung nilai-nilai kebaikan,
Taiwan. Jepang luasnya 377.835 km2 dan keluhuran, keutamaan. Nilai-nilai karakter
memiliki jumlah penduduk 126,890,000 itu representasi dari nilai budaya yang
(1,71% penduduk dunia). mensifati cara berfikir dan berperilaku
https://id.wikipedia.org/wiki/Jepang seseorang.

Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 223


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

3.3. Unsur Pembentuk Karakter Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh.


Namun dapat terjadi, orang melakukan
Menurut Muhaimin dalam Abdul suatu pekerjaan ada yang berorientasi
Majid dan Dian Andayani yang dituturkan pada (a) kerja; (b) hasil; (c) proses;(d)
oleh Hamdani (2016), unsur pembentuk proses dan hasil. Tipe orang yang bekerja
karakter yakni perilaku yang mencakup berorientasi pada kerja adalah
pikiran, sikap, dan tindakan yang melekat tipepuritanis, murni melakukan pekerjaan
dalam diri seseorang. Melalui bagaimana semata. Tipe orang yang bekerja
cara orang berfikir, bersikap dan bertindak, berorientasi pada hasil adalah tipe
akan memperlihatkan ciri khas atau pragmatis,bekerja yang penting membawa
karakter seseorang. Karakter merupakan hasil, apa pun cara bisa dilakukan.Tipe
nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita orang yang bekerja berorientasi pada
melalui pendidikan, pengalaman, proses adalah tipe idealis, bekerja taat
percobaan, pengorbanan dan pengaruh aturan, norma dan kaidah pekerjaan.
lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang Menggunakan cara bekerja yang tepat.
melandasi sikap dan perilaku kita. Tipe orang yang bekerja berorientasi pada
Karakter harus diwujudkan melalui nilai-
proses dan hasil adalah tipe perfeksionis.
nilai moral, karakter tidak datang dengan
sendirinya, melainkan harus dibentuk, 3.5. Proses dan Hasil sebagai Orientasi
dibangun dan kita tumbuhkembangkan Kerja Orang Jepang
(Widisuseno, Iriyanto, ed. dkk, 2019). Berdasarkan hasil analisis tersebut
3.4. Proses dan hasil sebagai Orientasi di atas, jika orang Jepang memiliki
Kerja karakter menyukai proses, dan tidak hanya
hasil kerja, maka tipe orang Jepang
Secara filosofis seseorang tergolong perfeksionis. Nilai-nilai apa yang
melakukan suatu pekerjaan seharusnya membentuk tipe orang Jepang perfeksionis.
memahami kerangka dasar filosofis Pembuktian filosofisnya adalah sebagai
pekerjaan, yaitu dasar ontologis, berikut. Alasan ontologis, orang Jepang
epistemologis dan aksiologis. (a) Dasar dalam mengkonsepsikan arti dan makna
ontologis menggambarkan pemahaman hidupnya bersandar pada nilai-nilai moral
tentang apahakikat pekerjaan yang akan Bushido atau “jalan ksatria” integritas (Gi),
dikerjakan. (b) Dasar epistemologis
keberanian (Yu), murah hati (Jin), hormat
menggambarkan pemahaman tentang kepada orang lain (Rei), kejujuran dan
bagaimana carayang tepat atau proses tulus ikhlas (makoto – Shin ).Nilai-nilai
untuk melakukan pekerjaan. (c) Dasar dasarinilah yang membentuk orang Jepang
aksiologis menggambarkan pemahaman memiliki sosok karakter yang kuat,
tentang tujuan atau hasil pekerjaan itu percaya diri, dan santun.
dilakukan. Cara pemikiran filosofis Alasanepistemologis, pola hidup
tersebut dikembangkan dalam lingkup keseharian orang Jepang menggambarkan
ilmu pengetahuan modern menjadi cara-cara yang selektif untuk menemukan
pendekatan system. Pola pemikirannya, Ikigai dalam dirinya. Dasar keyakinan
bahwa segala entitas mengandung
itulah yang mendorong setiap orang Jepang
kerangka system, yaitu in put, proses dan untuk intens dalam keterlibatan proses dari
out put (masukan, proses dan hasil). setiap pekerjaannya.Hal inilah yang
Cara pendekatan filosofis tersebut menyebabkan mengapa orang Jepang
menyadarkan orang bahwa melakukan selalu menyukai proses, tidak hanya hasil,
pekerjaan pastinya memahami apa yang menjaga kejujuran dalam proses pencarian
akan dilakukan, bagaimana cara kebenaran dan pengetahuan serta disiplin
melakukan pekerjaan, dan tujuan atau dalam bekerjanya. Dari aspek aksiologis,
manfaatnya apa dari pekerjaan itu. tergambar tujuan hidup orang Jepang

224 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN:
p 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/

adalah “Ikigai”yaitu mencapai suatu kemudahan


emudahan mencapai tujuan hidup
kehidupan yang bermakna, sesuatu hal (Ikigai).
yang membuat orang melangkah maju ke
masa depan. Ada empat elemen kunci yang REFERENSI
membentuk konsep Ikigai.. Ketika elemen
tersebut digabungkan, maka terbentuklah Budimansyah, 2010. Karakter Bangsa
Ikigai atau tujuan hidup. IIkigai adalah Jepang,, Unsur-unsur
gabungan dari gairah (passion), misi Pembentuknya.
(mission), profesi (profession), dan
pekerjaan (Vocation). Inilah yang Hamdani, 2016. Unsur-unsur
unsur dan Proses
membuat orang Jepang sebagai sosok Pembentukan Karakter Bangsa
pekerja keras. Perhatikan gambar di bawah Jepang
ini.
Tim Nasional Penyusunan Panduan
Pendidikan Karakter, 2016. Grand
Design Pembangunan Karakter
Bangsa, Jakarta
Widisuseno, Iriyanto, (2017).
(2017) Mengenal
Etos Kerja Bangsa Jepang :
Langkah Menggali Nilai-Nilai
Nilai
Moral Bushido,, Kiryoku: Jurnal
Studi Kejepangan, Prodi Bahasa
dan Kebudayaan Jepang, Fak. Ilmu
Budaya Undip.
Gambar 1 Elemen Ikigai

Audina Galeshita Widisuseno, Iriyanto, (2016)


(2016).Mengenal
(https://www.hipwee.com/motivasi/memahami
(https://www.hipwee.com/motivasi/memahami-konsep- Karakter Bangsa Jepang Melalui
ikigai-ala-orang-jepang-biar-lebih-semangat
semangat-bangun-tiap-
pagi-dan-menjalani-har
hari/ Perilaku Baik Yang Inspiratif.
Kiryoku: Jurnal
al Studi Kejepangan,
4. SIMPULAN Prodi Bahasa dan Kebudayaan
Secara filosofis, karakter orang Jepang Jepang, Fak. Ilmu Budaya Undip.
dibangun di atas pondasi ontologis yang
kuat yaitu menempatkan nilai moral Widisuseno, Iriyanto, dkk (Editor),
Bushido sebagai nilai dasar kehidupan Merajut dan Meneguhkan Jati Diri
sehari-hari
hari orang Jepang. Penanaman nilai Bangsa,Penerbit
Penerbit IPB Press, Bogor.
moral Bushido dilakukan sejak masa anak 2019
usia dini, dan melibatkan semua pihak,
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Jepang
aspek epistemologis, karena sudah
tertanam kuat pondasi dasi ontologis yang
bermuatan nilai-nilai
nilai moral Bushido, maka
cara-cara hidup sehari-hari
hari orang Jepang
terbentuk ke dalam pola-pola
pola metodologis
yang procedural. Selalu menghindari cara
cara-
cara hidup dan bekerja secara instan. Dari
Aspek aksiologis, karena sudah
sud terbentuk
kerangka epistemolologis yang kuat dalam
cara hidup keseharian, maka cara-cara
berfikir efektif membangun jalan

Anda mungkin juga menyukai