Anda di halaman 1dari 9

Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017

e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

KARAKTERISTIK MASYARAKAT JEPANG

Elizabeth Ika Hesti Aprilia Nindia Rini


eliz_ikahesti@yahoo.co.id

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Abstract

Characteristics of a nation is formed from the crystallization of the values that are imbued by
society. This research uses a descriptive method. The character of Japanese society mostly derived
from the bushidou code of ethics that is rooted and practiced since feudal times, namely integrity,
honesty, courage, generosity, honor, sincerity, loyalty and loyalty. Japanese society has a habit of
maintaining harmony in behaving with the aim of creating stability in society, speak vaguely to
keep the other person's feelings.Moreover, the value of the shaping characteristics of Japanese
society is the attitude of empathy; attitude dependent; feelings of debt; obligation to pay for
services / merit; feelings of universal love.

Keywords:characteristic, value, bushidou

1. PENDAHULUAN Indonesia.Pada kesempatan ini penulis


tertarik untuk mengkaji karakteristik
Masyarakat Jepang dikenal rajin, masyarakat Jepang berikut nilai-nilai
ulet, dan mempunyai disiplin tinggi. yang dijiwai dalam kehidupan sehari-
Dengan banyaknya perusahaan Jepang hari pembentuk karakter manusia
di Indonesia, dan adanya interaksi yang Jepang.
terjalin baik secara langsung maupun Menurut KBBI karakteristik
tidak langsung sebagian besar setuju adalah sifat khas sesuai dengan
dengan anggapan tersebut. Namun perwatakan tertentu. Karakteristik
demikian apakah persepsi kita terhadap merupakan fitur pembeda seseorang
sifat-sifat tersebut juga mewakili atau sesuatu. Sedangkan karakter
karakter masyarakat Jepang secara sendiri adalah sifat-sifat kejiwaan,
keseluruhan? Dan bagaimanakah akhlak, atau budi pekerti yang
karekteristik masyarakat Jepang membedakan seseorang dengan yang
sesungguhnya. lain; tabiat; watak. Karakter merupakan
Menurut Clark (1979), orang ciri khas seseorang atau sekelompok
Jepang digambarkan sebagai orang yang mengandung nilai,
masyarakat yangmemiliki mentalitas kemampuan, kapasitas moral, dan
kelompok, memiliki rasa malu yang ketegaran dalam menghadapi kesulitan
tinggi,menganut gaya manajerial dan tantangan.
keluarga,jujur, tertib, bersih,dan Adapun rumusan masalah dalam
sebagainya.Hal ini terlihatpula dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
interaksi dengan masyarakat Jepang di

30 Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

karakteristik dan nilai-nilai yang ada dalam manusia yang bersifat subjektif.
masyarakat Jepang? Dorongan naluri (drive) ada tujuh
macam yaitu, (1) dorongan
mempertahankan hidup. (2) dorongan
2. METODE PENELITIAN seks, (3) dorongan mencari makan, (4)
dorongan bergaul dan berinteraksi
Penelitian ini merupakan penelitian dengan sesama, (5) dorongan meniru
studi pustaka. Studi pustaka adalah teknik tingkah laku sesama, (6) dorongan
pengumpulan data dengan melakukan berbakti, dan (7) dorongan akan
penelaahan terhadap berbagai buku, literatur, keindahan dalam arti keindahan bentuk,
catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan warna, suara, atau gerak. Sementara itu,
dengan masalah yang ingin dipecahkan karakter (seikaku) merujuk pada suatu
(Nazir : 1988). Selain itu digunakan metode hal yang berbedadengan yang lain
deskriptifyang bertujuan membuat gambaran, sehingga menjadi suatu ciri penting.
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat Dengan mengetahui persamaan karakter
mengenai data, sifat-sifat serta hubungan pada suatu kelompok individu pada
fenomena-fenomena yang diteliti umumnya dapat menjadi gambaran
(Djajasudarma, 2010 : 9). umum karakter kelompok masyarakat
tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN DalamKebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010
Kepribadian atau personaliti adalah -2025 disebutkan bahwa karakter adalah
susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang nilai-nilai yang khas yang terpateri dalam diri
menentukan perbedaan tingkah laku atau dan terejawantahkan dalam perilaku.
tindakan dari tiap individu manusia Karakter memancar dari hasil olah pikir, olah
(Koentjaraningrat, 2009:83). Kepribadian hati, olar raga, serta olah rasa dan karsa
merupakanciriwatakindividu yang seseorang atau sekelompok orang.
bersifatkonsisten.Kepribadiandasardalamhub
ungannyadengankepribadianumumberartise
muaunsurkepribadian yang 3.2 Karakter Masyarakat Jepang
dimilikibersamaolehsebagianbesarwargamas
yarakat.Kepribadiandasarterbentukkarenase Seperti yang dikutip dari buku
muaindividu,wargasuatumasyarakatmengala Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
mipengaruhlingkungankebudayaan yang Bangsa Tahun 2010 -2025, karakter bangsa
samaselamamasatumbuhkembangnya. adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan
yang khas - baik yang tercermin dalam
3.1 Kepribadian kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan
perilaku berbangsa dan bernegara sebagai
Kepribadian terdiri atas hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, dan karsa,
pengetahuan, perasaan, dorongan naluri, serta olah raga seseorang atau sekelompok
dan karakter. Pengetahuan merupakan orang.
seluruh penggambaran, persepsi dan
apersepsi, pengamatan, konsep dan
fantasi. Perasaan merupakan kesadaran

Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 31


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

Karakter masyarakat Jepang terbentuk penguasaan atas diri melalui pengendalian


dipengaruhi aspek historis maupun dirilah, kekuatan akan timbul sehingga
sosiokultural. samurai dapat menaklukkan lawan.
Nilai-nilai dalam ajaran bushidou
nampak ketika terjadi perang antardaimyou
3.2.1 PrinsipBushidou yang terjadi sejak zaman kamakura sampai
Bushidou berasal dari kata bushi 武士 tahun 1600. Perang yang melibatkan banyak
‘ksatria’ dan dou 道‘jalan’, sehingga secara samurai ini menanamkan pula nilai-nilai
keseluruhan dapat diartikan sebagai jalan kesetiaan, keberanian, dan kehormatan dalam
ksatria. Bushidoumerupakansebuahaturan masyarakat Jepang. Kaum samurai berhasil
moral ksatria yang berlaku di kalangan memberi pengaruh pada kehidupan
samurai padazamanfeodal (abad 12- masyarakat Jepang dengan prinsip-prinsip
19).Pada masa itu, samurai sangat disegani yang menjiwai sikap mereka dalam
masyarakat, terlebih pada zaman Tokugawa, kehidupan bermasyarakat.
saat diterapkannya politik sakoku (politik Etika bushidou juga tampak saat perang
mengisolasi diri dari dunia luar). dunia II, yaitu sikap berani mati yang
Saatitusecararesmibushidoudisusundalambe ditunjukkan oleh tentara Jepang. Semangat
ntuketika yang diterapkandenganketat, bushidou terus menyertai perjalanan bangsa
dandiajarkanpadamasyarakat. Jepang dari masa ke masa sehingga akhirnya
Prinsip bushidouerat Jepang berhasil bangkit dari keterpurukan
kaitannyadengan ajaran Budha Zen, karena Perang Dunia II dan kemudian muncul
perkembangannya di Jepang terjadi pada sebagai raksasa ekonomi. Meski perubahan
masa yang hampir sama. Kepercayaan para besar-besaran terjadi pada zaman Meiji, nilai-
samurai,Budha Zen ini memunculkan sikap nilai ini tetap dianut sebagian besar orang
untuk menjaga harmoni dengan alam semesta, Jepang karena sudah terinternalisasi dalam
khususnya dengan alam lingkungan. masyarakat secara kuat melalui proses
Harmoni diupayakan untuk memperoleh selama ratusan tahun.Hal
ketenangan, kesederhanaan, dan keindahan yang paling mendasar
(Suharman, 1987: 123 ).Dalam buku dalam prinsip Bushidou adalah ajaran
Bushidou, The Soul of untuk senantiasa hidup dengan kejujuran
Japandijelaskanpentingnya ajaran Zen terhadap diri sendiri. Ajaran tersebut sangat
mengenai kepercayaan pada takdir dan bermakna dan membawa kedamaian
ketenangan hati yang ditempuh melalui dalam hati setiap samurai.
meditasi bagi para samurai. Ajaran Saat ini, dapat dikatakan bahwa
inimembuat samurai dapat bersikap tenang bushidou menjadi kepribadian bangsa Jepang.
dan siap menjalani tugas yang diberikan Bushidou berasal dari ajaran kepercayaan di
tanpa rasa takut. Sikap berani yang didapat Jepang, yang terutama adalah Konfusianisme.
dari ketenangan hati ini merupakan salah satu Dari ajaran 5 pola hubungan sosial
prinsip bushidouyang utama. Sementara itu Konfusianisme, berkembang istilah on, yaitu
ajaran Shintou mengajarkan loyalitas pada kewajiban atau utang yang harus dibayar
pimpinan, penghormatan pada warisan karena telah menerima kebaikan orang lain.
leluhur, dan sikap bakti. Kombinasi dua Pembayaran on terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
kepercayaan ini membentuk jiwa samurai gimu dan giri. Salah satu bentuk gimu disebut
yang tangguh. Aspek spiritual menjadi aspek chu, yaitu pengabdian kepada Kaisar. Chu
yang penting dalam bushidou karena dengan dianggap sebagai on tertinggi yang harus

32 Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

diutamakan sebelum on lainnya. Pengabdian yang tertanam dalam hati masyarakat Jepang
kepada kaisar ini dikarenakankaisar ini dianggap sangat berperan dalam
menempati posisi tertinggi dalam lingkup pencapaian akhir dari setiap problematika
kehidupan orang Jepang. Pengabdian kepada kehidupan masyarakat Jepang.
Kaisar berarti pengabdian terhadap negara.
Nilai keberanian pada bushidou diterapkan Pola pikir dan pola hidup yang
orang Jepang dalam mempertahankan diwariskan leluhur ini, menjadikan
negerinya, seperti pasukan Kamikaze yang Jepang yang salah satu negara yang
berani mati pada Perang Dunia II. Jenis melesat maju dan bangkit dari
pembayaran on selanjutnya adalah giri. Giri keterpurukan. Sebagai bukti adalah
mencakup kesetiaan pengikut kepada kebangkitan Jepang dari kekalahan
tuannya dan menjaga nama baik. Kesetiaan dalam Perang Dunia II, dimana
kepada atasan diidentifikasikan sebagai Hiroshima dan Nagasaki hancur dibom
kebajikan seorang samurai, sehingga samurai oleh Amerika. Begitu pula ketika
rela mengorbankan hidup matinya bagi Jepang bangkit dari kehancuran akibat
tuannya, yang telah berjasa gempa 9 skala richter yang
mengurusnya.Selain itu, giri terhadap nama menghantam Sendai. Jepang
baik juga tak kalah penting dalam nilai-nilai menunjukkan semangat untuk bangkit,
Bushidou. Giri mewajibkan setiap orang hal ini terbukti tidak membutuhkan
Jepang untuk menjaga kehormatan nama waktu lama untuk membangun kembali
mereka. Di Jepang, kehormatan merupakan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan
suatu kebajikan dan selalu ingin dicapai oleh gempa tersebut. Semangat bangkitnya
masyarakatnya. Salah satu cara mereka orang Jepang tersebut tidak lepas dari
melakukan giri ini adalah dengan nilai-nilai bushidou yang sudah
mengendalikan diri, contohnya bersikap mengakar dan mendarah daging dalam
tabah. Tindakan mereka merupakan salah hati masyarakat Jepang.
satu wujud menghormati diri mereka. Giri ini Singkatnyabushidoumemiliki tujuh
kemudian berkembang menjadi mental kode etik yang menjadi nilai utama sebagai
bangsa Jepang yang mengutamakan cinta berikut :
nama baik dan hal tersebut tak bisa diraih jika
1. Integritas (Gi 義)
masih ada kotoran (penghinaan) yang masih
melekat pada diri mereka. Jika tidak ada lagi Integritas berarti jujur dan utuh.
pilihan lain yang dapat membersihkan nama Keutuhan yang dimaksud yakni keutuhan
mereka , mereka tidak segan-segan dari segal aspek kehidupan, terutama antara
melakukan bunuh diri karena bunuh diri pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nilai ini
merupakan tindakan terhormat untuk sangat dijunjung tinggi dalam falsafah
menegakkan kembali citra mereka. bushidou dan merupakan dasar bagi manusia
Prinsip bushidou mampu memberikan untuk lebih mengerti tentang moral dan etika
dampak dalam sejarah perkembangan
masyarakat Jepang dari waktu ke waktu.
Nilai-nilai dalam prinsip bushidou diajarkan 2. Keberanian (Yu 勇)
para samurai dan tertanam dalam hati Keberanian merupakan sebuah
individu masyarakat Jepang. Aspek mental karakter dan sikap untuk bertahan demi

Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 33


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

prinsip kebenaran yang dipercayai meski kehormatan adalah dengan tidak menyia-
mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. nyiakan waktu.
Keberanian juga merupakan ciri para samurai.
7. Loyalitas / Kesetiaan (Chuugi 忠義)
Samurai siap dengan resiko apapun termasuk
memperaruhkan nyawa demi Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi
memperjuangkan apapun yang diyakini dan yang tinggi dalam melaksanakan tugas.
dibela olehnya. Kesetiaan seorang ksatria tidak hanya saat
pimpinannya dalam keadaan sukses dan
3. Welas Asih (Jin 仁)
berkembang. Bahkan dalam situasi yang
Bushidou memiliki aspek tidak diharapkan terjadi, misalnya pimpinan
keseimbangan antara maskulin (yin) dan mengalami banyak beban permasalahan,
feminim (yang). Jin mewakili sifat feminim seorang ksatria tetap setia pada pimpinannya
yaitu mencintai. Meski berlatih ilmu pedang dan tidak meninggalkannya. Puncak
dan strategi berperang, para samurai harus kehormatan seorang samurai adalah mati
memiliki sifat mencintai sesama, kasih dalam menjalankan tugas dan perjuangan.
sayang, dan peduli.
4. Penghormatan (Rei 礼) 3.2.2 Harmoni (wa)
Samurai tidak pernah berikap kasar dan Dalam hubungan
ceroboh, namun senantiasa menggunakan kemasyarakatannya,bangsa Jepang lebih
kode etiknya secara sempurna sepanjang mengutamakan interaksi sosial dan
waktu. Sikap santun dan hormat tidak saja kebersamaan dalam kelompok. Hal ini terkait
ditunjukkan pada pimpinan dan orang tua, dengan nilai budaya harmoni (wa) yang
namun kepaa tamu atau siapapun yang dianut dalam masyarakat. Dalam hidup
ditemui. Sikap santun meliputi cara duduk, bermasyarakat, masyarakat Jepang sangat
berbicara, bahkan dalam memperlakukan memperhatikan 調 和 (chouwa), yaitu
dan merawat benda ataupun senjata. keselarasan, keseimbangan, keserasian,
harmoni, dan keharmonisan dalam
5. Kejujuran (Makoto 信)
masyarakat.
Seorang samurai senantiasa bersikap Sikap memaksakan pendapat sendiri
jujur dan tulus, berkata dan memberikan tanpa memperhatikan kondisi sekitar,
informasi yang sesuai kenyataan dan
dianggap sebagai 我 を 通 す wa o toosu
kebenaran. Para ksatria harus menjaga
ucapannya dan selalu waspada, tidak ‘memaksakan individulitas’ yang tidak
menggunjing, bahkan saat melihat atau disukai dalam kehidupan masyarakat. Orang
mendengar hal-hal buruk tentang kolega. Jepang percaya bahwa harmoni antaranggota
masyarakat sangat penting, dan diperlukan
6. Kehormatan (Meiyo 名誉) dalam membangun stabilitas dalam
Cara samurai menjaga kehormatan masyarakat.Masyarakat Jepang sering
adalah dengan menjalankan kode bushidou disebut sebagaimasyarakat yang berorientasi
secara konsisten sepanjang waktu dan tidak kolektif atau group oriented society.Sebagai
menggunakan jalan yang amoral. Seorang contoh sikap menjaga harmoni dalam
samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang kehidupan bermasyarakat adalah penggunaan
benar-benar dijaga dengan cara berperilaku kata hai ‘ya’ maupun iie‘ya’ yang biasanya
terhormat. Salah satu cara menjaga merupakan tanda pembicara berpendapat
sama / tidak saja dengan lawan bicara,

34 Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

namun di Jepang kata ini tidak bisa dijadikan loyalitas sebagai masyarakat dengan
patokan apakah yang bersangkutan setuju kesadaran kelompok, tidak terlepas dari tata
atau tidak dengan pendapat lawan bicaranya. nilai dan norma budaya Omoiyari, Amae, On,
Orang Jepang adalah sosok yang menentukan Gimu dan Giri berikut ini.
sikap individu dengan menyesuaikan
perasaan lawan bicara, sikap menjaga 和 wa 1. Omoiyari
seperti demikian memeriksa secara detil 【思い遣り】相手の立場を考える。同情
situasi dan memantauperasaan lawan bicara,
する。いたわる。(Obunsha,1991:159)
mempertimbangkanposisi lawan bicara,
untuk menjaga harmoni. Omoiyari mengacu pada sikap empati dan
Identitas ‘kelompok’ tidak hanya ketulusan tanpa mengharapkan balasan dari
merujuk pada kelompok yang terbentuk pihak penerima. Omoiyari ditunjukkan
karena hubungan darah, namun juga karena dengan kemampuan untuk merasakan apa
ikatan secara geografis, dan hubungan yang dirasakan orang lain. Omoiyari bisa
pekerjaan, seperti dalam perusahaan. berarti membantu mewujudkan mimpi dan
Keterikatan hubungan individu dalam keinginan orang lain. Omoiyari bagi
kelompok menuntut loyalitas dan komitmen masyarakat Jepang merupakan bentuk
yang kuat dari para anggotanya. Sebuah kesiapan untuk memberikan apa yang
kebanggaan yang diperoleh individu akan dibutuhkan orang lain (loyal) dan mencegah
dianggap sebagai kebanggaan kelompok dan perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
sebaliknya sebuah aib yang menimpa seorang
anggotanya akan menjadi aib bagi kelompok 2. Amae
tersebut. Menjaga reputasi (kao) juga
【甘え】人の好意をあてにする気持ち
menjadi salah hal yang penting dalam hal ini.
Amae berarti sikap ketergantungan terhadap
3.2.2 Konsep Uchi Soto orang lain. Hal ini berhubungan dengan
Kesadaran sebagai anggota dalam konsep omoiyori karena dalam pemikiran
kelompok yang kuat menjadi latar mnculnya masyarakat Jepang seseorang yang
konsep uchi soto. Konsep uchi sotoini melakukan omoiyori memerlukan orang yang
membagi kelompok berdasarkan, 1) apakah bergantung kepadanya, demikian pula
seseorang merupakan anggota kelompok sebaliknya.Nilai budaya amae ini tidak
tertentu atau bukan; 2) baru pertama kali berkonotasi negatif, yang mengajarkan
bertemu atau sudah lama kenal; atau 3) masyarakat Jepang untuk tidak mandiri.
apakah orang tersebut secara usia dan Pengertian konsep amae inimempunyai sikap
kepangkatan berada di atas atau bawah menganggap orang lain selalu memiliki niat
pembicara. Hal-hal tersebut menentukan baik dan tulus, sehingga akan selalu siap
sikap dan ragam bahasa yang digunakan oleh membantu kapan saja dibutuhkan.
orang Jepang.
3. On
3.2.3 Omoiyari, Amae, On, Gimu, Giridan
【恩】他の人から受けた世話・情け・め
Ninjou
ぐみ。
Sikap keterikatan, komitmen serta

Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 35


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

On adalah beban, hutang, atau suatu berkat / (Obunsha,1991;304)


bantuan yang kita terima dari orang lain. Giri tidak jauh berbeda dengan gimu yaitu
Pengertian konsep onini tidak hanya pada aturan yang mewajibkan seseorang untuk
kewajiban membalas budi, namun juga membayar kembali apa yang telah diterima.
mempunyai makna cinta kasih, kesetiaan dan Secara sederhana giri adalah jenis lain dari
keramahan. On menunjukkan nilai moralitas kewajiban untuk pemenuhan onlainnya.
masyarakat Jepang yang sangat tinggi akan Berbeda dengan gimu, giri mempunyai
kesetiaan, ketulusan dan pengabdian. Dalam batasan waktu pembayaran. Hutang dan
sebuah keluarga Jepang misalnya, penerapan beban yang diterima dari orang lain wajib
nilai onterlihat dari ungkapan sayang anak dibayar dengan jumlah yang sama. Giri
laki-laki pada ibunya, ia akan dalam konsep ini terbagi menjadi dua bagian,
mengungkapkan bahwa ia tidak dapat yaitu giri kepada dunia yang berarti
melupakan on yang diterima dari sang ibu. kewajiban untuk membayar on kepada
Istilah on disini mengacu pada segala sesuatu mereka yang telah memberi hadiah atau jasa,
yang telah dilakukan ibunya semenjak dia dan giri terhadap nama sendiri yaitu
bayi hingga dewasa yang membuatnya kewajiban untuk selalu menjaga nama baik
merasa berhutang, dan harus menebusnya dan reputasi seseorang. Untuk giri jenis ini
dengan berbagai cara. termasuk di dalamnya adalah kewajiban
untuk membersihkan nama baik akibat
4.Gimu penghinaan atau tuduhan, kewajiban untuk
【義務】道徳・法律の立場から人間が当 mengakui kegagalan atau ketidaktahuannya
然果たさなければならないこと。 dalam menjalankan suatu peran dalam
(Obunsha,1991;279) masyarakat, kewajiban untuk memperhatikan
sopan santun dengan cara menjalankan
Gimu adalah kewajiban seseorang untuk semua norma yang berlaku di masyarakat,
membayar kembali apa yang telah diterima. serta kewajiban untuk dapat menahan emosi
Dalam konsep nilai budaya masyarakat dalam situasi yang tidak tepat.
Jepang, gimu berhubungan erat dengan
konsep on. Gimu berarti kewajiban seseorang 6. Ninjou
untuk membayar on yang telah diterimanya. 【人情】自然に備わる人間の愛情・いつ
Gimu berhubungan dengan ikatan yang くしみ・情け。
secara ketat melingkupi saat seseorang
lahir,antara lain ikatan dengan keluarga, Ninjou merujuk pada perasaan universal
wilayah, atau negara dimana dia dilahirkan. manusia terhadap manusia lainnya seperti
Gimu dalam sistem nilai budaya Jepang rasa cinta, perhatian, belas kasih, simpati,
mengacu pada pembayaran kewajiban yang kesedihan, dan perasaan alami selayaknya
tidak memiliki batasan waktu sehingga terhadap orang tua, anak, kekasih.
adakalanya gimu dirasa tidak pernah
mencukupi walaupun dilakukan seumur
hidup. 3.2.4Aimai Hyougen (Honne‘maksud
sebenarnya’dan Tatemae‘aturan
5. Giri bertingkah laku dalam masyarakat’)
りがい Aimai hyougen adalah pengungkapan
【義理】人として利害を離れてしなけれ maksud pembicara secara samar-
ば な ら な い 行 動 の 基 準 。 samar.Masyarakat Jepang acap kali

36 Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

menggunakan ungkapan tidak langsung 4. SIMPULAN


(enkyoku) dalam mengemukakan maksudnya.
Bahkan tidak hanya ungkapan tidak langsung Sebagai hasil penelitian didapatkan
saja, melainkan ada juga yang simpulan sebagai berikut :
mengungkapkan hal berkebalikan dengan Karakteristik masyarakat Jepang terbentuk
harapan lawan bicara memahami maksud dari nilai-nilai yang dijiwai oleh
sebenarnya. Komunikasi seperti ini masyarakatnya dan pengalaman kolektif
membutuhkan rasa saling pengertian satu masyarakat .
sama lain.
1. Selain itu juga terdapat nilai-nilai budaya
Misalnya pada latar seseorang mengajak
pembentuk karakter bangsa yang
rekannya melakukan aktivitas bersama-sama,
mengakar dari pengaruh hidup
meskipun tidak ingin pergi, orang Jepang
berdampingan dengan para samurai
tidak akan mengatakan “tidak” pada lawan
berikut ini.
bicara, namun memilih kata atau
menggantungkan kalimat sedemikian rupa a. integritas atau kejujuran hati (gi 義)
sehingga lawan bicara akhirnya memahami
bahwa ia tidak bisa / mau pergi. b. keberanian (yuu 勇)
Selain itu ada pula situasi digunakannyakata c. kemurahan hati (jin 仁)
atau ungkapan yang berkebalikan dengan
d. hormat (rei 礼)
perasaan / maksud sebenarnya, dengan
harapan lawan bicara memahami maksud hati e. kejujuran dan ketulusan (makoto 信)
sesungguhnya. Misalnya pada latar bertamu
ke rumah orang Jepang, meskipun sang tamu f. kehormatan (meiyo 名誉)
sudah berkunjung terlalu lama di rumah, istri g. loyalitas atau kesetiaan (chuugi 忠
pemilik rumah akan menghidangkan teh atau 義)
kopi dan mempersilakan “douzo goyukkuri”
‘silakan menikmati’. Ini merupakan tanda Dengan tersosialisasi kode etik bushidou
bahwa sudah waktunya untuk pulang. Dalam yang ejawantahkan dalam kehidupan
hal ini orang Jepang mengundang / tersebut Jepang mampu membangun diri
mengharapkan terealisasinya honne ‘maksud sebagai bangsa yang bermartabat,
sebenarnya’, dan mengatakan “goyukkuri” tangguh dan mampu menghadapi
tidak lebih hanya sekedar tatemae ‘formalitas’ berbagai tantangan dalam kehidupan
belaka.Tatemae seperti ini diterapkan pada dalam masyarakat dunia
lingkungan selain keluarga. 2. Karakteristik masyarakat Jepang dijiwai
Kebiasaan orang Jepang dalam berkirim dalam nilai-nilai budaya yang dipegang
parselochuugen dan oseibo pada awal dan teguh dalam kehidupan masyarakat
akhir tahun pun untuk memastikan pada Jepang adalah sebagai berikut :
orang yang dihormati, bahwa perasaan a. Wa yaitu menjaga keselarasan,
kedekatan mereka dengan orang yang keserasian, keseimbangan, harmoni,
dikirimi parsel masih sama dengan tahun lalu. dan keharmonisan dalam kehidupan
masyarakat.

Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 37


Kiryoku, Volume 1, No 3, 2017
e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

b. Uchisotoyaitu kesadaran kelompok Karakter Bangsa Tahun 2010 -2025.


yang berpatokan pada uchi soto Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.
kankei (hubungan kelompok dalam
vs luar), jouge kankei (hubungan Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
atasan vs bawahan ) dan shinso kankei Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
(hubungan akrab vs asing) dalam Matsui, Yoshikazu. 1991. Nihonjin no
bersikap maupun berbicara. Kangaekata “Nihonron “ e no Annai.
c. Omoiyari yaitu sikap empati dan tulus Urawa : Bonjinsha.
tanpa mengharapkan balasan.
d. Amaeyaitu sikap tergantung pada Nitobe, I. 1908. Bushidou : The Soul of
orang lain dengan anggapan bahwa Japan. Tokyo : Teibi Printing.
orang lain siap memberi bantuan.
e. Onyaitu moralitas hutang atas sesuatu
yang diterima dari orang lain.
f. Gimuyaitu kewajiban untuk
membayar kembali apa yang diterima.
g. Giriyaitu membayar kembali apa yang
telah diterima berbatas waktu.
h. Ninjou yaitu perasaan kasih universal
seperti cinta, perhatian, belas kasih,
simpati, kesedihan.
i. Amai hyougen pengungkapan secara
samar-samar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. The Kondansha Bilingual


Encyclopedia of Japan. Tokyo :
Kondansha International Ltd.
Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang
dilihat dari Kacamata Indonesia, Jakarta:
Pustaka Utama Graffiti
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi
Penelitian Kebudayaan. Jogjakarta :
Gajah Mada University Press.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi.
2003. Kebijakan Nasional Pembangunan

38 Copyright @2017, KIRYOKU, e-ISSN:, 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497

Anda mungkin juga menyukai