MANAJEMEN KEUANGAN
“Review Teori CAPM, APT Dan Fama And French”
Disusun Oleh :
A. DEFINISI
APT merupakan model lain selain CAPM untuk menilai aset keuangan.
Model yang dikembangkan oleh Ross (1976) ini muncul berdasarkan ide bahwa
dalam pasar keuangan yang kompetitif, proses arbitrage akan membuat dua aset
yang memiliki karakteristik yang sama (seperti risiko yang sama) akan
memberikan ekspektasi return yang sama (Arifin, 2005).
Konsep yang digunakan dalam Arbitrage Pricing Theory adalah hukum
satu harga (the law of the one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama
tersebut dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk
melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah pada saat yang
sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba
tanpa risiko.
Proses arbitrage akan berlangsung ketika dua aset yang memiliki karakter
sama, namun ekpektasi tingkat pengembaliannya berbeda, sehingga
memungkinkan untuk membeli aset yang harganya lebih murah dan menjual aset
yang harganya lebih mahal. Akibatnya permintaan terhadap aset yang lebih
murah akan meningkat, sehingga harganya akan meningkat dan penawaran aset
yang lebih mahal juga akan meningkat, sehingga harganya akan turun. Proses
arbitrage akan terhenti pada saat kedua aset yang sama karakteristiknya memiliki
harga yang sama (Arifin, 2005).
Return Saham
Hiriyappa (2008) mengatakan bahwa return saham merupakan faktor utama
yang mempengaruhi pola investasi yang dilakukan oleh investor. Investor selalu
menyukai tingkat pengembalian investasi yang tinggi di pasar modal.
B. KEUNGGULAN
Daya Tarik APT adalah kita tidak perlu mengidentifikasikan market
portfolio (yang diperlukan untuk menghitung beta dalam CAPM). Karena itu kita
tidak perlu khawatir dengan perhitungan market portfolio, dan secara teoritis kita
bisa menguji APT meskipun kita hanya memiliki sejumlah saham yang berisiko.
Disamping itu, APT memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor untuk
menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan.
C. KELEMAHAN
Faktor-faktor yang diidentifikasikan dalam APT tidak bisa kita kenali,
dengan kata lain APT tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
pricing. CAPM sebaliknya, menyatukan semua faktor makro ke dalam satu
faktor yaitu return market portfolio. APT akan sangat bermanfaat jika bisa: 1)
mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor makro ekonomi, 2)
mengukur expected return dari masing - masing faktor tersebut, dan 3) mengukur
kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut.
CRITICAL REVIEW
CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)
A. DEFINISI
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan suatu model yang
menghubungkan expected return dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari
asset tersebut pada kondisi pasar equilibrium. CAPM dikembangkan pertama kali
pada tahun 1960 oleh William F.Sharpe, Litner dan Mossin. Weston, Copeland
dan Shastri (2005) mendefinisikan CAPM sebagai berikut: “A Model based on the
proposition that any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return
plus a risk premium,when risk reflect diversification”.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang diperkenalkan oleh Sharp
(1964) dan Linmer (1965) merupakan model untuk menentukan harga suatu
assets pada kondisi equilibrium. Dalam keadaan equilibirium tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko
saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis
yang diwakili oleh beta, karena resiko yang tidak sistematik bisa dihilangkan
dengan cara diversifikasi.
Bodie et al. (2007) menjelaskan bahwa CAPM merupakan hasil utama dari
ekonomi keuangan modern. CAPM memberikan prediksi yang tepat antara
hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return).
Walaupun CAPM belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing
Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model memiliki akurasi
yang cukup pada aplikasi penting.
Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukakan
oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik
(systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk
/unsystematic risk).
1. Resiko sistematis atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum merupakan
resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara
keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas retur
suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang
tidak dapat didiversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan
perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara
keseluruhan.
Risiko ini juga disebut indivertible risk. Faktor yang mempengaruhi adalah :
a. Perubahan tingkat bunga
b. Kurs valuta asing
c. Kebijakan pemerintah
d. Daya beli masyarakat, dll
2. Risiko tidak Sistematis (Unsystematic risk) adalah bagian dari risiko yang
tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Resiko yang
tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan),
adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan
penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko
perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam
suatu portofolio. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi :
a. Struktur modal
b. Struktur aset
c. Tingkat likuiditas
Berdasarkan model Markowitz, masing-masing investor diasumsikan
akan mendiversifikasikan portfolionya dan memilih portfolio yang optimal
atas dasar preferensi investor terhadap return dan risiko pada titik-titik
portfolio yang terletak di sepanjang garis portfolio efisien.
Di samping asumsi tersebut, menurut Fabozzi, (1999) terdapat beberapa
asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada
yaitu:
1. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa
depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi yang
hampir sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari
portofolio yang optimal. Semua investor menggunakan sumber informasi
seperti tingkat return, varians return dan matriks korelasi yang sama dalam
kaitannya dengan pembentukan portfolio yang efisien.
2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu
tahun.
3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending)
uang pada tingkat risk free rate of return.
4. Tidak ada biaya transaksi.
5. Tidak ada pajak pendapatan.
6. Tidak ada inflasi.
7. Semua aktiva bisa diperjualbelikan dalam fraksi yang kecil.
8. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat
mempengaruhi harga suatu sekuritas, semua investor adalah price-taker.
9. Pasar dalam keadan seimbang (equilibrium).
CAPM mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Konsep
hubungan β (risiko sistematis) dengan return dijelaskan oleh Security Market
Line (SML). Hubungan expected return dan risiko terletak pada garis SML,
dengan komponen utama CAPM meliputi:
1. Risk free rate of return
2. Premi risiko untuk sekuritas
Hubungan expected return suatu investasi dan risikonya (β) dapat disajikan
pada gambar berikut:
B. KELEBIHAN CAPM
1. Tidak ada biaya transaksi. Dengan demikian, siapapun dapat membeli atau
menjual sekuritas tanpa dibebankan dengan biaya transaksi.
2. Fully Divisibel. Artinya investasi sepenuhnya dapat dibagi-bagi. Dengan kata
lain, investor dapat berinvestasi sekecil apapun pada seluruh jenis sekuritas.
3. Tidak ada pajak penghasilan. Artinya, investor akan merasa indifferent antara
memperoleh dividen atau memilih capital gain.
4. Investor tidak dapat mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli
atau menjual saham.
5. Investor bertindak atas pertimbangan expected value menggunakan standard
deviasi return
6. Diperbolehkan Short Sales. Artinya, investor dapat membeli dan menjual
sekuritas dalam waktu yang singkat dengan mengharapkan Capital Gain.
7. Terdapat riskless lending and borrowing rate. Artinya, investor dapat
menyimpan dan meminjam aset dengan tingkat bunga yang sama.
8. Pengharapan yang homogen. Artinya, investor sepakat mengenai expected
return, standard deviasi, dan koefisien korelasi antar return.
9. Semua aktiva dapat diperjualbelikan.
CRITICAL REVIEW
FAMA AND FRENCH THREE FACTOR MODEL
A. DEFINISI
Fama and French Three-Factor Model (atau singkatnya Fama French Model)
adalah model penetapan harga aset yang dikembangkan pada tahun 1992 yang
memperluas model penetapan harga aset modal (CAPM) dengan menambahkan
risiko ukuran dan faktor risiko nilai pada faktor risiko pasar di CAPM. Model ini
mempertimbangkan fakta bahwa nilai dan saham berkapitalisasi kecil
mengungguli pasar secara teratur. Dengan memasukkan dua faktor tambahan ini,
model menyesuaikan kecenderungan yang lebih baik ini, yang dianggap
membuatnya menjadi alat yang lebih baik untuk mengevaluasi kinerja manajer.
Fama and French mengatakan bahwa book equity adalah nilai buku dari saham
biasa yang ditambahkan dengan pajak yang ditangguhkan yang ada pada neraca,
dan market equity menunjukkan size perusahaan yang berhubungan dengan tingkat
profitabilitas. Sehingga dari pengertian tersebut untuk mencari besarnya book to
market equity suatu saham dapat dirumuskan menjadi:
Book to market equity = book equity : market equity
Apabila book value memiliki nilai yang rendah yaitu kurang dari satu dengan
market value maka perusahaan tersebut memiliki book to market equity yang
rendah dan dikatakan bahwa saham perusahaantersebut overvalued sebaliknya
apabila saham perusahaan tersebut mengalami undervalues maka perusahaan
dikatakan memiliki book to market yang tinggi.
Keterbatasan dari model Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah terlalu
banyak menggunakan asumsi dan hanya memperhitungkan satu faktor dalam
mempengaruhi return. Setelah melakukan beberapa kali penelitian, Fama dan
French memperkenalkan sebuah model multi indek yaitu Three Factor Model
Fama dan French dengan menambahkan dua faktor lain selain risiko pasar ke
dalam modelnya yaitu faktor firm size dan book to market ratio. Formula yang
digunakan adalah sebagai berikut (Elton, Gruber, dan Blake: 2011):
Rit − Rft = αi + βiM IMt + βiSMB ISMBt + βiHMLIHMLt + εit
Keterangan:
Rit : Return reksa dana i pada periode t
Rft : Risk-free rate pada periode t
IMt : Excess return on market dikurangi risk-free rate pada periode t
ISMBt : Return pada faktor “small minus big” (SMB) pada periode t
IHMLt : Return pada faktor “high minus low” (HML) book-to-market pada
periode t
αi : Excess return pada portofolio i yang diperoleh dari portofolio 3 faktor
yang memiliki risiko yang sama.
Bodle, Z, A. Kane, dan A.J. Marcus. 2007. “Essential of Investment"; Sixth Edition,
The McGraw-Hill Companies. Inc. USA
Copeland, T. and J. Weston. Shastri 2005. Financial Theory and Corporate Policy.
Fourth edition (Reading, Mass.; Wokingham: Addison-Wesley)
Hendrawan, B. 2010. Pengujian Capital Aset Pricing Model (CAPM) secara Empiris
terhadap Kelompok Saham Kompas 100 (K-100). Jurnal Poli Batam. Vol 2
(1), 2010 ISSN : 2085-3858
Sadono, S. 2017. Konsep Capital Assets Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage
Pricing Theory (APT) Kelebihan dan Kelemahan.
sriwidodoweb.wordpress.com