Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH

MANAJEMEN KEUANGAN
“Review Teori CAPM, APT Dan Fama And French”

Disusun Oleh :

Dipo Hardi Dewantoro (241190044)


Mutasab Arung Prajoko (241190052)
Satya Adrianina (241190057)
Sigit Heri P. (241190059)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
CRITICAL REVIEW
ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) UNTUK MENGANALISIS
RETURN SAHAM
( Teori Harga Arbitrage, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Pengembalian Saham )

A. DEFINISI
APT merupakan model lain selain CAPM untuk menilai aset keuangan.
Model yang dikembangkan oleh Ross (1976) ini muncul berdasarkan ide bahwa
dalam pasar keuangan yang kompetitif, proses arbitrage akan membuat dua aset
yang memiliki karakteristik yang sama (seperti risiko yang sama) akan
memberikan ekspektasi return yang sama (Arifin, 2005).
Konsep yang digunakan dalam Arbitrage Pricing Theory adalah hukum
satu harga (the law of the one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama
tersebut dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk
melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah pada saat yang
sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba
tanpa risiko.
Proses arbitrage akan berlangsung ketika dua aset yang memiliki karakter
sama, namun ekpektasi tingkat pengembaliannya berbeda, sehingga
memungkinkan untuk membeli aset yang harganya lebih murah dan menjual aset
yang harganya lebih mahal. Akibatnya permintaan terhadap aset yang lebih
murah akan meningkat, sehingga harganya akan meningkat dan penawaran aset
yang lebih mahal juga akan meningkat, sehingga harganya akan turun. Proses
arbitrage akan terhenti pada saat kedua aset yang sama karakteristiknya memiliki
harga yang sama (Arifin, 2005).

APT disusun berdasarkan lima asumsi dasar yaitu;


 Pasar modal berada dalam kondisi persaingan sempurna;
 Investor memiliki ekspektasi yang sama terhadap return pada tiap-tiap
saham;
 Ekspektasi return ini berasal dari sejumlah (n) faktor yang berpengaruh
secara linear;
 Aktor loading menampung seluruh risiko sistematis dari aset yang dianalisis,
sehingga error term tidak saling berkorelasi secara cross sectional maupun
time series;
 jumlah faktor umum (sistematis) jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah aset yang dianalisis (Akpo, Hassan dan Esuike, 2015); Dengan
menggunakan faktor analisis dapat ditentukan berapa faktor yang secara
signifikan perlu dipertimbangkan dalam memprediksi return suatu sekuritas;

Return Saham
Hiriyappa (2008) mengatakan bahwa return saham merupakan faktor utama
yang mempengaruhi pola investasi yang dilakukan oleh investor. Investor selalu
menyukai tingkat pengembalian investasi yang tinggi di pasar modal.

Variabel – Variabel Makro ekonomi yang mempengaruhi harga Saham ;


 Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terjadi secara terus menerus (Murni, 2016). Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif tergantung tinggi atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi yang terjadi ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian kearah yang lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, jika inflasi yang
terjadi tinggi sekali (hyper Inflation) maka keadaan perekonomian menjadi
kacau.
 Nilai Tukar
Musdholifah dan Tony (2007), menyebutkan nilai tukar atau kurs adalah
perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Tingginya nilai tukar dapat mendorong semakin tingginya biaya
produksi untuk perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan input dari
luar negeri (impor), sehingga dapat menyebabkan turunnya tingkat
keuntungan perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi return
saham perusahaan (Mankiw, 2007). Nilai tukar cenderung berfluktuasi dari
waktu ke waktu yang dapat menimbulkan risiko. Risiko nilai tukar sangat
berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata
uang negara lain.
 Suku Bunga
Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu, artinya
masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk
meminjam uang yang diukur dalam rupiah atau dollar per tahun untuk setiap
rupiah atau dollar yang dipinjam merupakan suku bunga. Menurut Husnan
(2009), suku bunga merupakan rasio pengembalian atas sejumlah investasi
sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor. Sedangkan menurut
Sukirno (2006), suku bunga adalah persentase pendapatan yang diterima
oleh kreditur dari pihak debitur selama interval waktu tertentu.
 Secara formal, tingkat keuntungan suatu sekuritas dapat dituliskan menjadi:
R = E (R) + U
Keterangan:
R = tingkat keuntungan actual
E (R) = tingkat keuntungan yang diharapkan
U = bagian keuntungan yang tidak terduga

 Karena systematic dan unsystematic risk tersebut akan mempengaruhi bagian


keuntungan yang unexpected, maka tingkat keuntungan yang diperoleh oleh
pemodal dapat dituliskan sebagai berikut:
R = E(R) + U
= E(R) + m + ϵ
Keterangan:
R = Tingkat keuntungan
m = Risiko sistematis (juga disebut risiko pasar atau market risk) yang
mempengaruhi semua perusahaan
ϵ = Risiko yang tidak sistematis atau spesifik untuk perusahaan tertentu.
Jadi, risiko tidak sistematis dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan
risiko tidak sistematis dari perusahaan B, dengan demikian maka:
Korelasi (ϵA,ϵB) = 0

B. KEUNGGULAN
Daya Tarik APT adalah kita tidak perlu mengidentifikasikan market
portfolio (yang diperlukan untuk menghitung beta dalam CAPM). Karena itu kita
tidak perlu khawatir dengan perhitungan market portfolio, dan secara teoritis kita
bisa menguji APT meskipun kita hanya memiliki sejumlah saham yang berisiko.
Disamping itu, APT memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor untuk
menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan.

C. KELEMAHAN
Faktor-faktor yang diidentifikasikan dalam APT tidak bisa kita kenali,
dengan kata lain APT tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
pricing. CAPM sebaliknya, menyatukan semua faktor makro ke dalam satu
faktor yaitu return market portfolio. APT akan sangat bermanfaat jika bisa: 1)
mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor makro ekonomi, 2)
mengukur expected return dari masing - masing faktor tersebut, dan 3) mengukur
kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut.
CRITICAL REVIEW
CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)

A. DEFINISI
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan suatu model yang
menghubungkan expected return dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari
asset tersebut pada kondisi pasar equilibrium. CAPM dikembangkan pertama kali
pada tahun 1960 oleh William F.Sharpe, Litner dan Mossin. Weston, Copeland
dan Shastri (2005) mendefinisikan CAPM sebagai berikut: “A Model based on the
proposition that any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return
plus a risk premium,when risk reflect diversification”.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang diperkenalkan oleh Sharp
(1964) dan Linmer (1965) merupakan model untuk menentukan harga suatu
assets pada kondisi equilibrium. Dalam keadaan equilibirium tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko
saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis
yang diwakili oleh beta, karena resiko yang tidak sistematik bisa dihilangkan
dengan cara diversifikasi.
Bodie et al. (2007) menjelaskan bahwa CAPM merupakan hasil utama dari
ekonomi keuangan modern. CAPM memberikan prediksi yang tepat antara
hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return).
Walaupun CAPM belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing
Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model memiliki akurasi
yang cukup pada aplikasi penting.
Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukakan
oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik
(systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk
/unsystematic risk).
1. Resiko sistematis atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum merupakan
resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara
keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas retur
suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang
tidak dapat didiversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan
perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara
keseluruhan.
Risiko ini juga disebut indivertible risk. Faktor yang mempengaruhi adalah :
a. Perubahan tingkat bunga
b. Kurs valuta asing
c. Kebijakan pemerintah
d. Daya beli masyarakat, dll

2. Risiko tidak Sistematis (Unsystematic risk) adalah bagian dari risiko yang
tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Resiko yang
tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan),
adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan
penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko
perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam
suatu portofolio. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi :
a. Struktur modal
b. Struktur aset
c. Tingkat likuiditas
Berdasarkan model Markowitz, masing-masing investor diasumsikan
akan mendiversifikasikan portfolionya dan memilih portfolio yang optimal
atas dasar preferensi investor terhadap return dan risiko pada titik-titik
portfolio yang terletak di sepanjang garis portfolio efisien.
Di samping asumsi tersebut, menurut Fabozzi, (1999) terdapat beberapa
asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada
yaitu:
1. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa
depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi yang
hampir sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari
portofolio yang optimal. Semua investor menggunakan sumber informasi
seperti tingkat return, varians return dan matriks korelasi yang sama dalam
kaitannya dengan pembentukan portfolio yang efisien.
2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu
tahun.
3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending)
uang pada tingkat risk free rate of return.
4. Tidak ada biaya transaksi.
5. Tidak ada pajak pendapatan.
6. Tidak ada inflasi.
7. Semua aktiva bisa diperjualbelikan dalam fraksi yang kecil.
8. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat
mempengaruhi harga suatu sekuritas, semua investor adalah price-taker.
9. Pasar dalam keadan seimbang (equilibrium).

CAPM mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Konsep
hubungan β (risiko sistematis) dengan return dijelaskan oleh Security Market
Line (SML). Hubungan expected return dan risiko terletak pada garis SML,
dengan komponen utama CAPM meliputi:
1. Risk free rate of return
2. Premi risiko untuk sekuritas
Hubungan expected return suatu investasi dan risikonya (β) dapat disajikan
pada gambar berikut:

Sumbu tegak menunjukkan expected return suatu investasi dan sumbu


datarnya adalah risiko yang diukur dengan beta. Investasi pada seluruh saham
merupakan investasi pada portfolio pasar, karena itu b adalah 1,0. Garis yang
menghubungkan expected return dengan β disebut sebagai Security Market Line
(SML). Tingkat expected return dari investasi-investasi lain akan berada pada
garis tersebut sesuai dengan β investasi tersebut. Semakin besar β-nya semakin
besar pula expected return dari investasi tersebut. Jack Treynor, William Sharpe
dan John Litner pada pertengahan 1960-an memformulasikan dan membuktikan
bahwa Security Market Line (SML) adalah linier.
Dalam lingkup CAPM risiko diukur dengan β. Faktor risiko harus dimasukan
dalam penilaian suatu investasi.. Karena risiko suatu aktiva bergantung antara
lain pada tingkat return yang layak bagi aktiva tersebut, maka CAPM dapat
digunakan untuk menentukan berapa tingkat return yang layak untuk suatu
investasi dengan mengingat risiko investasi tersebut. β juga merupakan ukuran
dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar
saham. Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja
seluruh pasar seperti yang diukur indeks pasar (market index), contohnya nilai
yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan Standard and Poor’s 500-stock-
index atau IHSG. Bila β > 1,00 (Aggressive Stock) artinya saham cenderung naik
dan turun lebih tinggi daripada pasar. Ini berarti risiko saham lebih besar dari
risiko pasar. Sedangkan jika β < 1,00 (DefensiveStock) artinya saham cenderung
naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum atau dengan kata
lain risiko saham lebih kecil dari risiko pasar.
Perubahan persamaan risiko dan return (Equation Risk and Return) dengan
memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
E(Rs ) = Rf + β s (E(RM ) - Rf )
Dimana:
E(Rs) = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
E(RM) = Expected return on the stock market as a
whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu

B. KELEBIHAN CAPM
1. Tidak ada biaya transaksi. Dengan demikian, siapapun dapat membeli atau
menjual sekuritas tanpa dibebankan dengan biaya transaksi.
2. Fully Divisibel. Artinya investasi sepenuhnya dapat dibagi-bagi. Dengan kata
lain, investor dapat berinvestasi sekecil apapun pada seluruh jenis sekuritas.
3. Tidak ada pajak penghasilan. Artinya, investor akan merasa indifferent antara
memperoleh dividen atau memilih capital gain.
4. Investor tidak dapat mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli
atau menjual saham.
5. Investor bertindak atas pertimbangan expected value menggunakan standard
deviasi return
6. Diperbolehkan Short Sales. Artinya, investor dapat membeli dan menjual
sekuritas dalam waktu yang singkat dengan mengharapkan Capital Gain.
7. Terdapat riskless lending and borrowing rate. Artinya, investor dapat
menyimpan dan meminjam aset dengan tingkat bunga yang sama.
8. Pengharapan yang homogen. Artinya, investor sepakat mengenai expected
return, standard deviasi, dan koefisien korelasi antar return.
9. Semua aktiva dapat diperjualbelikan.

C. KELEMAHAN KONSEP CAPM


Beta adalah konsep yang sangat umum dalam investasi. Bisa digunakan pada
investasi saham begitu pula juga dengan investasi reksa dana. Kegunaannya juga
banyak, mulai dari menilai seberapa berisiko suatu saham / reksa dana,
mengevaluasi apakah reksa dana tersebut bagus atau tidak, sampai pada
memprediksi berapa return yang akan dihasilkan oleh instrumen tersebut pada
masa yang akan datang. Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah konsep
yang menggunakan beta dalam perumusannya.
Secara umum, ada beberapa kelemahan dalam konsep beta antara lain:
1. Tidak Ada Standarisasi Periode dan Pecahan Data Dalam Pengukuran
Beta.
Selama ini, penggunaan beta sangat subjektif. Sebab tidak ada standarisasi
yang jelas apakah beta tersebut dihitung dari data 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun
atau 10 tahun terakhir. Tidak juga disebutkan data yang digunakan, apakah
itu harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Tiadanya standar menyebabkan
ketika kita mendapatkan informasi beta dari 2 sumber yang berbeda,
menjadikan angka tersebut tidak bisa dibandingkan satu sama lain.
2. Multiperiod Beta
Adalah istilah dalam teori investasi yang menyebutkan bahwa nilai beta
sebenarnya berfluktuasi dari waktu ke waktu.
3. Tidak bisa digunakan untuk seluruh saham
Konsep beta mengukur risiko atau memprediksi perubahan harga saham
terhadap perubahan benchmark yang menjadi acuannya. Dalam kasus saham
di Indonesia, benchmark yang dijadikan sebagai acuan adalah IHSG.
Namun, dalam beberapa kasus, ada saham-saham tertentu yang
pergerakannya ternyata tidak berhubungan dengan arah pasar sama sekali
sehingga penggunaan beta akan menjadi kurang efektif.

CRITICAL REVIEW
FAMA AND FRENCH THREE FACTOR MODEL

A. DEFINISI
Fama and French Three-Factor Model (atau singkatnya Fama French Model)
adalah model penetapan harga aset yang dikembangkan pada tahun 1992 yang
memperluas model penetapan harga aset modal (CAPM) dengan menambahkan
risiko ukuran dan faktor risiko nilai pada faktor risiko pasar di CAPM. Model ini
mempertimbangkan fakta bahwa nilai dan saham berkapitalisasi kecil
mengungguli pasar secara teratur. Dengan memasukkan dua faktor tambahan ini,
model menyesuaikan kecenderungan yang lebih baik ini, yang dianggap
membuatnya menjadi alat yang lebih baik untuk mengevaluasi kinerja manajer.
Fama and French mengatakan bahwa book equity adalah nilai buku dari saham
biasa yang ditambahkan dengan pajak yang ditangguhkan yang ada pada neraca,
dan market equity menunjukkan size perusahaan yang berhubungan dengan tingkat
profitabilitas. Sehingga dari pengertian tersebut untuk mencari besarnya book to
market equity suatu saham dapat dirumuskan menjadi:
Book to market equity = book equity : market equity
Apabila book value memiliki nilai yang rendah yaitu kurang dari satu dengan
market value maka perusahaan tersebut memiliki book to market equity yang
rendah dan dikatakan bahwa saham perusahaantersebut overvalued sebaliknya
apabila saham perusahaan tersebut mengalami undervalues maka perusahaan
dikatakan memiliki book to market yang tinggi.
Keterbatasan dari model Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah terlalu
banyak menggunakan asumsi dan hanya memperhitungkan satu faktor dalam
mempengaruhi return. Setelah melakukan beberapa kali penelitian, Fama dan
French memperkenalkan sebuah model multi indek yaitu Three Factor Model
Fama dan French dengan menambahkan dua faktor lain selain risiko pasar ke
dalam modelnya yaitu faktor firm size dan book to market ratio. Formula yang
digunakan adalah sebagai berikut (Elton, Gruber, dan Blake: 2011):
Rit − Rft = αi + βiM IMt + βiSMB ISMBt + βiHMLIHMLt + εit
Keterangan:
Rit : Return reksa dana i pada periode t
Rft : Risk-free rate pada periode t
IMt : Excess return on market dikurangi risk-free rate pada periode t
ISMBt : Return pada faktor “small minus big” (SMB) pada periode t
IHMLt : Return pada faktor “high minus low” (HML) book-to-market pada
periode t
αi : Excess return pada portofolio i yang diperoleh dari portofolio 3 faktor
yang memiliki risiko yang sama.

Model Fama and French memiliki tiga faktor:


Ukuran perusahaan, nilai book-to-market dan pengembalian berlebih di pasar.
Dengan kata lain, tiga faktor yang digunakan adalah SMB (kecil minus besar),
HML (tinggi minus rendah) dan pengembalian portofolio dikurangi tingkat
pengembalian bebas risiko. SMB menyumbang perusahaan publik dengan
kapitalisasi pasar kecil yang menghasilkan pengembalian lebih tinggi, sementara
HML menyumbang nilai saham dengan rasio book-to-market yang tinggi yang
menghasilkan pengembalian lebih tinggi dibandingkan dengan pasar.
Ada banyak perdebatan tentang apakah kecenderungan kinerja yang unggul
adalah karena efisiensi pasar atau ketida kefisienan pasar. Untuk mendukung
efisiensi pasar, kinerja yang lebih baik umumnya dijelaskan oleh risiko berlebih
yang dihadapi nilai dan saham kecil sebagai akibat dari biaya modal yang lebih
tinggi dan risiko bisnis yang lebih besar. Untuk mendukung inefisiensi pasar,
kinerja yang lebih baik dijelaskan oleh para pelaku pasar yang secara salah menilai
harga perusahaan-perusahaan ini, yang memberikan kelebihan pengembalian
dalam jangka panjang seiring dengan penyesuaian nilai. Investor yang
berlangganan ke tubuh bukti yang disediakan oleh Hipotesis Pasar Efisien (EMH)
lebih cenderung setuju dengan sisi efisiensi.

B. KELEMAHAN FAMA AND FRENCH


1. Data yang dibutuhkan cukup banyak dan beberapa data sulit untuk didapat
kan secara terbuka
2. Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam melakukan perhitungan hasil
estimasi return saham karena fama and French tiga factor model mengunakan
tiga factor yaitu market risk, size dan book to market equity

C. KELEBIHAN FAMA AND FRENCH


Kelebihan fama and French dalam mengistemasi return saham adalah hasil
estimasi return saham yang didapatkan lebih akurat karena fama amd French
menggunakan tiga factor yaitu market rich, size dan boo, to market equality.
KAPAN BISA MENGGUNAKAN TIGA TEORI CAPM, APT DAN FAMA
AND FRENCH

Model penilaian (pricing model) merupakan sebuah model untuk menentukan


tingkat pengembalian aset yang diharapkan. Dalam memprediksi pendapatan
saham yang diharapkan, ada dua model yang sering digunakan oleh investor,
yaitu  Capital Asset Pricing Model  (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT).
Namun hingga saat ini keduanya masih menjadi perdebatan tentang tingkat
keakuratannya. Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa CAPM
lebih akurat, manum ada juga penelitian yang menyatakan bahwa APT mampu
memprediksikan return  saham lebih baik daripada menggunakan CAPM.
Capital Asset Pricing Model  (CAPM) mengasumsikan bahwa para investor
adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama
mengenai keadaan pasar dan mencari mean variance dari portofolio
optimal. Capital Asset Pricing Model  (CAPM) juga mengasumsikan ahwa pasar
saham yang ideal adalah pasar saham yang besar dan para investor adalah
para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat
diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam pada jumlah
yang tidak terbatas pada tingkar suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk
free rate).  Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya
identik.
Pendapat lain muncul setelah CAPM diperkenalkan. Ada banyak studi empiris
yang menguji tenang apakah model tersebut cukup untuk menggambarkan
perilaku harga saham pasar dalam praktik. Pengembangan dari CAPM
adalah Arbitrage Pricing Theory  (APT). APT dan CAPM sama-sama
memperhitungkan hubungan antara risiko dan imbal hasil, tetapi APT
menggunakan asumsi dan teknik yang berbeda. 
APT dinilai fleksibel dibandingkan CAPM karena dalam membuat model
dapat menggunakan berbagai faktor makroekonomi yang beragam dalam
menghitung premi risiko suatu aset atau dalam membentuk suatu model penilaian
aset. APT diperkenalkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976 dengan tiga
proposisi: (i) imbal hasil sekuritas dapat dijelaskan dengan sebuah model faktor;
(ii) terdapat cukup banyak sekuritas untuk menghilangkan risiko spesifik dengan
diversifikasi; dan (iii) pasar sekuritas yang berfungsi dengan baik tidak
memungkinkan terjadinya peluang arbitrase secara terus menerus.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum Fama and
French Three Factor Model dapat menjelaskan variasi dari Expected return (suatu
asset merupakan hasil penjumlahan dari possible return dikalikan dengan
probabilitas asset tersebut) dibandingkan dengan model CAPM.
DAFTAR PUSTAKA

Bodle, Z, A. Kane, dan A.J. Marcus. 2007. “Essential of Investment"; Sixth Edition,
The McGraw-Hill Companies. Inc. USA

Copeland, T. and J. Weston. Shastri 2005. Financial Theory and Corporate Policy.
Fourth edition (Reading, Mass.; Wokingham: Addison-Wesley)

Hendrawan, B. 2010. Pengujian Capital Aset Pricing Model (CAPM) secara Empiris
terhadap Kelompok Saham Kompas 100 (K-100). Jurnal Poli Batam. Vol 2
(1), 2010 ISSN : 2085-3858

Sadono, S. 2017. Konsep Capital Assets Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage
Pricing Theory (APT) Kelebihan dan Kelemahan.
sriwidodoweb.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai