Obat asal tumbuhan (OAT) merupakan salah satu sumber yg berasal dr bahan alam yg lbh populer dg istilah tanaman obat.
Masyarakat dunia saat ini cenderung
menempuh gaya hidup kembali kealam dlm mencapai tujuan hidup sehat dr berbagai gangguan kesehatan.
Dampak semua itu adl meningkatnya
permintaan obat-obatan dr bahan alam (HERBAL). Pengetahuan ttg tan berkhasiat obat/ Herbal sdh lama dimiliki nenek moyang kt dan sdh terbukti scr ilmiah. Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek yg baik. Faktor yg mendukung : 1. Kekayaan sumber daya alam sebagai bahan baku simplisia ( bhn yg tlh dikeringkan dan blm mengalami pengolahan ) yg dpt dijadikan obat. 2. keikut sertaan segenap lapisan masyarakat (petani tan obat,penjual,pemakai dan masyarakat ) langsung dan tidak langsung berhub . Dg tan obat atau pengobatan tradisional yg sgt mendukung pengembangan agroindustri tan obat.
Pemakaian tan.obat meningkat sejalan
dg berkembangnya industri jamu ,obat tradisional,kosmetik, makanan dan minuman. Data eksport tan obat /herbal : Hongkong rata –rata per th 730 ton dg nilai US$ 526,6 ribu, Singapura mencapai 582 ton dan jerman 115 ton ,berikutnya Taiwan ,Jepang,Korea Selatan dan malaysia. berdasarkan fungsinya, herbal dan rempah-rempah diklasifikasikan ke dalam bahan kuliner, kosmetik, dan farmasi. Pada jaman yang modern seperti sekarang, rempah sbg : seni kuliner di seluruh dunia, industri pangan sebagai bahan penyedap dan bumbu bahan farmasi untukpengobatan dan perawatan kecantikan. mengandung minyak atsiri, oleoresin, oleogum dan resin, yang memberi citarasa, rasa pedas dan warna terhadap makanan Peran Fungsional Rempah-rempah dan herbal dimanfaatkan daunnya (segar atau kering), batang, kulit maupun umbi (rimpang) sebagai penyedap makanan dan minuman. dan bumbu- bumbuan.
mempunyai nilai nutrisi, antioksidan, anti-
mikrobia dan sebagai obat-obatan. Minyak atsiri yang diekstrak dari batang, daun dan bunga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, parfum dan pengharum toilet. Minyak jg digunakan sebagai penyedap berbagai jenis minuman dan sebagai bahan farmasi. Nilai Nutrisi Sebagian besar herbal dan rempah- rempah kaya dengan sumber protein, vitamin (khususnya vitamin A, C dan B) dan mineral seperti kalsium, fosfor, natrium, kalium dan besi. Buah lada merah mengandung gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa, karoten, dan vitamin C (Navarro et al., 2006). Parsley kaya vitamin A dan K. Ketumbar (coriander) kaya dengan vitamin C dan A. Rempah banyak mengandung :Minyak atsiri, oleoresin dan bahkan ekstrak air dari rempah-rempah mempunyai sifat antioksidan. Sifat Anti mikrobia Herbal dan rempah-rempah juga dapat mempunyai sifat antimikrobia. Minyak atsirinya dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikrobia di dalam makanan dan dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif bahan tambahan makanan Contoh : Alicin, yang merupakan senyawa aktif dari hancuran bawang putih, mempunyai berbagai aktivitas anti mikrobia (Ankri dan Mirelman, 1999). Di Meksiko herbal banyak digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti infeksi, kelainan jantung, sakit kepala, demam, astma dan sakit datang bulan. Setelah dianalisis terhadap komponen bioaktif, ternyata herbal tersebut banyak mengandung antioksidan (VanderJagt et al.,2002). Hasil studi mengenai kandungan metabolit di dalam lada atau merica menunjukkan bahwa lada atau merica dapat meningkatkan citarasa makanan. Selain itu, di dalam lada dan merica terkandung beragam metabolit yang mempunyai aktivitas antioksidan, hypoglikemik, immunogenic, antihypertensive, antikolesterol, antiimplammatory, dan antimutagenik (Kwon et al., 2007; Menichini et al., 2009). Sifat Repelen terhadap Serangga Rempah herbal mempunyai sifat repelen atau penolakan terhadap beberapa jenis serangga. Kemampuan repelen diperlihatkan terhadap hama gudang dari biji-bijian dan kacang- kacangan. Rempah herbal juga dapat digunakan sebagai repelen nyamuk. Ekstrak sereh mempunyai kemampuan sebagai repelen beberapa serangga, seperti nyamuk, lalat dan kecoak. Minyak atsiri yang diekstrak dari daun sereh mempunyai efikasi yang lebih baik terhadap ulat bulu dibandingkan dengan minyak atsiri yang diekstrak dari cengkeh, jahe dan pala (Sumiarta danSudiarta, 2011).