Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Gambaran umum tentang Jepang sekarang ini adalah negara yang maju
dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Kemajuan Jepang tersebut
salah satunya merupakan kontribusi dari perusahaan Jepang melalui bisnisnya, di
mana tentunya hal tersebut tidak lepas dari faktor etos kerja keras, pantang
menyerah, disiplin tinggi, dan semangat kerja yang sangat konsisten dari
masyarakat Jepang. Faktor-faktor tersebut merupakan budaya Jepang yang telah
menjadi karakteristik masyarakat Jepang. Karakteristik masyarakat Jepang tersebut
telah ditanamkan sejak dini, melalui pendidikan di sekolah, lingkungan masyarakat,
terutama dalam lingkungan keluarga, lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa
masyarakat Jepang mempunyai pedoman hidup yaitu etika moral yang disebut
Bushido.
Damar Priyambodo dalam kajiannya menyebutkan bahwa, Bushido adalah
“jalan ksatria” atau disebut juga dengan etika moral bagi kaum ksatria. Makna
secara umum, Bushido adalah sikap rela berkorban bagi pemimpin atau negara,
kemudian diperluas menjadi kode awal samurai. Semangat Bushido menjadi
prinsip hidup masyarakat Jepang dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam
bisnis.
Selain budaya Bushido banyak hal unik dari budaya Jepang yang penulis
amati dari budaya Jepang, salah satunya adalah Ojigi sehingga mendorong penulis
untuk membuat penelitian tentang bagaimana pengaruh budaya Ojigi terhadap
keberhasilan bisnis masyarakat Jepang. Hal ini terkait dengan pemahaman penulis
bahwa Ojigi adalah suatu etika dalam masyarakat Jepang yang mempunyai makna
jika itu tidak dilakukan tentunya akan mempengaruhi hubungan antar manusia di

Universitas Darma Persada


Jepang yang seharusnya saling menghormati. Sangat umum di dalam kehidupan
sosial untuk saling menghormati dan itu akan mempengaruhi sikap seseorang.
Sikap seseorang ketika pertama kali bertemu merupakan hal pertama yang
memberikan kesan bahwa orang tersebut baik atau tidaknya, sopan atau tidak, dapat
bekerja sama atau tidak dan lain-lain. Kesan pertama tersebut dapat ditunjukan
melalui Ojigi di mana Ojigi merupakan gerakan membungkuk yang mempunyai
arti menghormati orang lain. Membungkuk (Ojigi) adalah kebiasaan yang penting
di negara Jepang. Orang sering menyapa satu sama lain dengan membungkuk,
bukan berjabatan tangan dan orang-orang umumnya memiliki percakapan kecil
setelah atau sebelum mereka membungkuk.
Membungkuk bagi orang Jepang adalah sikap sopan terhadap orang lain.
Membungkuk dilakukan ketika bertemu, memulai percakapan, ketika berbicara di
telpon, dan mengucapkan salam perpisahan. Secara umum orang Jepang lebih
sopan membungkuk ketika mengucapkan perpisahan dibandingkan ketika bertemu
seseorang. Semakin dalam badan dibungkukkan saat melakukan Ojigi sebagai
salam, ungkapan terima kasih, ataupun ungkapan permintaan maaf, menunjukan
semakin besar atau semakin dalam perasaan yang disampaikan.
Dapat dikatakan bahwa Ojigi merupakan salah satu tradisi dan tata krama
sopan santun Jepang yang sampai saat ini masih dilakukan masyarakatnya di mana
saja dan kapan saja. Dengan melakukan Ojigi, orang Jepang menunjukan
penghargaan terhadap sesama manusia dan terhadap nilai budaya mereka sendiri.
Hal tersebut merupakan salah satu ciri khas budaya Jepang yang turun temurun
dilakukan dengan penuh kesadaran. Dapat dikatakan, sebagai bangsa yang maju
akan teknologi dan ilmu pengetahuan, masyarakat Jepang tetap menjunjung tinggi
budaya kesopanan dalam bertingkah laku dalam semua situasi termasuk dalam
dunia bisnis.
Dalam dunia bisnis, masyarakat Jepang melakukan Ojigi sebagai tanda
untuk menghormati rekan bisnisnya, sejak awal bertemu dengan rekan bisnis Ojigi
yang dilakukan, dapat menimbulkan satu kesan awal yang baik dari para rekan
bisnis. Oleh karena itu, Ojigi merupakan salah satu bagian dari etika bisnis

Universitas Darma Persada | 2


Jepang yang dilakukan masyarakat Jepang dalam berbisnis dan bekerja sama baik
dengan negara Jepang maupun negara lainnya. Bagian Ojigi itu diharapkan agar
kegiatan bisnis yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar, tentunya dengan
didukung pula oleh etos kerja yang juga baik dari para masyarakat Jepang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah
dalam penelitian adalah:
1. Ojigi merupakan budaya khas Jepang dan menjadi identitas bangsa Jepang.
2. Ojigi dilakukan untuk menghormati orang lain dengan cara membungkukan
badan.
3. Tujuan dilakukan Ojigi dapat dibedakan dengan kerendahan bungkukkan dan
durasi membungkuk.
4. Terdapat hubungan Ojigi dengan keberhasilan bisnis masyarakat Jepang di
Jepang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah dalam penelitian ini


adalah pengaruh budaya Ojigi ( お辞儀 ) terhadap keberhasilan bisnis masyarakat
Jepang di Jepang.

D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana makna Ojigi dalam masyarakat Jepang?
2. Bagaimana pengaruh Ojigi dalam keberhasilan bisnis masyarakat Jepang di
Jepang?

Universitas Darma Persada | 3


E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Makna Ojigi dalam masyarakat Jepang.
2. Pengaruh Ojigi dalam keberhasilan bisnis masyarakat Jepang di Jepang.

F. Landasan Teori
1. Pengaruh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849), pengaruh adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan dan perbuataan sesorang.
Menurut Badudu dan Zain (2001:1031), pengaruh adalah (1) daya yang
menyebabkan sesuatu yang terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau
mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau
kekuataan orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747), kata
pengaruh yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda)
yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang”.
Menurut WJS. Poerwardaminta (Poerwardaminta:731), pengaruh adalah
daya atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang
berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengaruh


merupakan sebuah hal abstrak yang tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan
keberadaan dan kegunaannya dalam kehidupan dan aktivitas manusia sebagai
makhluk sosial.

2. Budaya
Menurut Koentjoroningrat (Sujarwo, 1999:9), kebudayaan adalah
keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata

Universitas Darma Persada | 4


kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Richard Brisling (1990:11), kebudayaan sebagai mengacu pada
cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori,
asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak
sadar diterima sebagai “benar” dan “benar” oleh orang-orang yang
mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota masyarakat.
Menurut Croydon (1973:4), budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang
sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang
mengatur perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka
gerakannya.
Menurut Mitchell (Dictionary of Soriblogy), kebudayaan adalah sebagian
perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang
dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar
di alihkan secara genetikal.
Menurut C.Klluckhohn (1949:35), budaya sebagai total dari cara hidup
suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh individu dari grupnya.
Menurut Nyoman Kutha Ratna (2005:5), E.B. Tylor mengemukakan di
dalam bukunya “Primitive Culture” tahun 1871. Menurut Tylor, kebudayaan
adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Menurut Parsudi Suparlan (1981/1982:3), bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan
untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk
menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa budaya


merupakan cara hidup yang berkembang, serta dimiliki bersama oleh
kelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

Universitas Darma Persada | 5


terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, serta karya seni.

3. Ojigi
Menurut (Matsuura, 1994:755), Ojigi adalah membungkuk hormat kepada
lawan bicara.
Menurut Sudjianto (2008:79), Ojigi adalah membungkukan badan dan
kepala merupakan sikap yang dilakukan orang Jepang untuk menghormati
orang lain.
Menurut Shinsen kokugo jiten (1981:141), Ojigi adalah
相手への、あいさつ (敬意の表現)として、頭を下げること。
Aite e no. Aisatsu “keii no hyougen” to shite, atama o sageru koto.
Artinya : menundukan kepala sebagai ucapan salam (ekspresi hormat) kepada
lawan bicara.

Menurut Shinsen kokugo jiten (1996:151), Ojigi adalah


頭を下げ、腰をかがめてする礼。 Atama o sage,
koshi o kagamete suru rei.
Artinya : menundukan kepala, membungkukan punggung sebagai ungkapan
rasa syukur.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Ojigi merupakan


perilaku menundukan kepala dan membungkukan badan yang dilakukan orang
Jepang yang berarti menghormati orang lain baik orang yang dikenal ataupun
yang tidak dikenal.

Universitas Darma Persada | 6


4. Keberhasilan
Menurut Earl Nightingale (The Essence of Success), keberhasilan adalah
“realisasi secara progresif sebuah cita-cita yang berharga.” Ini berarti bahwa
keberhasilan adalah kesadaran yang selalu meluas, kebijaksanaan yang selalu
bertumbuh.
Menurut W.J.S Poerwadarminto (Strategi Belajar Mengajar:106),
keberhasilan adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya).
Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar (Strategi Belajar Mengajar:106),
keberhasilah adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa keberhasilan


adalah akhir dari sebuah proses yang dilakukan seseorang dalam upaya untuk
mencapai sesuatu secara maksimal dan terarah, dan merupakan suatu
pencapaian seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan yang sudah menjadi
keinginan, tujuan, dan harapan dalam kehidupannya. Dengan tujuan
mewujudkan suatu keadaan yang lebih unggul atau lebih baik dari pada masa
sebelumnya.

5. Etika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), menjelaskan etika dengan
membedakan tiga arti, yakni: ilmu tentang apa yang baik dan buruk, kumpulan
azas atau nilai, dan nilai mengenai benar dan salah.
Menurut Keraf (2005:14), etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam
bentuk jamaknya ta etha berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.
Menurut Sumaryono (1995), etika adalah studi tentang kebenaran dan
ketidak benaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui
kehendak manusia dalam bertindak.

Universitas Darma Persada | 7


Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), etika adalah seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau
segolongan masyarakat atau profesi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa etika secara tidak


langsung membantu manusia untuk mengambil keputusan tentang sikap dan
tindakan apa yang perlu dan yang tidak perlu untuk dilakukan. Mana yang baik
serta tidak baik, dengan begitu etika dapat diterapkan disetiap aspek kehidupan
manusia.

6. Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7), bisnis adalah usaha yang dijalankan
yang tujuan utamanya adalah keuntungan.
Menurut Bukhori Alma (1993:2), bisnis adalah sejumlah total usaha yang
meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi,
usaha jasa dan pemerintah, yang bergerak dalam bidang membuat dan
memasarkan barang dan jasa kepada konsumen.
Menurut Louis F. Boone (2007:5), bisnis adalah seluruh aktivitas dan usaha
untuk mencari keuntungan dengan menyidiakan barang dan jasa yang
dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang
berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa.
Menurut Umar (2005:3), pendapat Raymond E.Glos dalam buku “Business:
its nature and environment: An Introduction”, bisnis adalah seluruh kegiatan
yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan
mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.
Menurut Amirullah dan Imam Hardjanto (2005), bisnis adalah kegiatan
yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang (organisasi) yang

Universitas Darma Persada | 8


menciptakan nilai (create of value) melalui penciptaan barang dan jasa (create
of goods and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh
keuntungan melalui transaksi.
Menurut Huat, T Chwee (1990), bisnis dalam arti luas adalah sitilah umum
yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang
dan jasa dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bisnis dapat


diartikan sebagai kegiatan atau aktivitas teroganisir dalam memenuhi
kebutuhan orang atau masyarakat dengan menciptakan barang atau jasa dengan
tujuan mendapatkan keuntungan serta meningkatkan kualitas hidup manusia.

7. Masyarakat
Menurut Ralp Linton (TheStudy of Man:91), masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga
mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai
satu kesatuan sosial dengan batasan-batasan.
Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin (Cultural Sosiology), masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap
dan perasaan persatuan yang sama.
Menurut M.J. Herskovits (Man and His Works), masyarakat sebagai
kelompok individu yang diorganisasikan dengan mnegikuti suatu cara hidup
tertentu.
Menurut McKeachie dan Doyle (Jayadinata, 2000:26), masyarakat adalah
sekelompok manusia yang bergantung antara satu sama lain dan yang telah
memperkembangkan pola organisasi yang memungkinkan mereka hidup
bersama dan dapat mempertahankan diri sebagai kelompok.

Universitas Darma Persada | 9


Menurut Koentjaraningrat (1997:17), masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa masyarakat


adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup
bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya dan
saling berinteraksi dalam kehidupannya, dimana kebutuhan-kebutuhan anggota
kelompok hanya dapat dipenuhi dengan cara berinteraksi dengan individu
lainnya.

G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu
kepustakaan dan metode kuesioner. Metode kepustakaan adalah kegiatan untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi
objek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah,
tesis, artikel, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan
dengan Ojigi dan keberhasilan bisnis masyarakat Jepang.
Metode kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti
dimana tiap pertanyaan berkaitan dengan masalah penelitian. Keterangan-
keterangan yang hendak diperoleh melalui kuesioner biasanya adalah keterangan
dalam memperoleh dan memastikan sebuah fakta, memperkuat kepercayaan,
memperkuat perasaan, mengenali strandar kegiatan, dan untuk mengetahui suatu
alasan seseorang.

Universitas Darma Persada | 10


H. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian bagi penulis adalah untuk menambah wawasan tentang
pengaruh budaya Ojigi terhadap keberhasilan bisnis masyarakat Jepang di
Jepang.
2. Manfaat penelitian bagi pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan referensi mengenai pengaruh budaya Ojigi terhadap keberhasilan bisnis
masyarakat Jepang di Jepang.

I. Sistematika Penulisan
Bab I, bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II, bab ini berisi tentang pengertian dan awal mula Ojigi, jenis-jenis Ojigi,
fungsi Ojigi, dan kebiasaan unik dalam Ojigi.
Bab III, bab ini berisi pembahasan penelitian tentang pengaruh budaya Ojigi
terhadap keberhasilan bisnis masyarakat Jepangdi Jepang. Bab IV, kesimpulan

Universitas Darma Persada | 11

Anda mungkin juga menyukai