Anda di halaman 1dari 16

MUHAMMAD ALHADA FUADILLAH HABIB

Belajar dari Masyarakat


Kategori
**Galeri Foto** (45)

Alat Musik Tradisional (32)

Cerpen (23)

Esay (34)

Islamiah (90)

Jurnal Sosiologi (61)

Lagu Favorit (62)

Makalah (35)

Naskah Drama (12)

Penelitian (55)

Pengalaman Pribadi (16)

Pengetahuan Akademik (76)

Pengumuman (33)

Petuah (31)

Poster (32)

Puisi (26)

Umum (44)

Artikel Terbaru
Tips Menghadapi Oknum Polisi Jalan Raya

Event Ulang Tahun Radio UNAIR

Upah Meningkatkan Kinerja dan Motivasi Kerja para Pekerja di Industri Manufaktur di Kota Makassar

Hubungan yang Timpang antara CSR, Antaretnis, dan Iklan Korporat

Pengaruh Pandangan Sosio-Kultural Sultan Hamengku Buwana IX terhadap Eksistensi Keraton Yogyakarta

Artikel Populer
Contoh Undangan Walimatul Ursy'

Contoh Proposal Kegiatan dan Surat Perjanjian Kerjasama (sponsor)

Isilah Buku Tamu

PATTERNS OF ORGANIZATION

Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia

**_* *_* *_* *_* *_* *_**


o Beranda
o Profile
o Buku Tamu
o Diskusi
o Tukar Link
o Download
o Login

Search

Terimakasih...!!
Find Me on Facebook
Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia

diposting oleh alhada-fisip11 pada 07 March 2012


di Makalah - 39 komentar

ABSTRAKSI
Identitas nasional Indonesia merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang membedakan
dengan bangsa lain di dunia ini. Faktor-faktor yang mendukung kelahran identitas bangsa Indonesia tersebut meliputi:
faktor objektif (geografis, ekologis dan demografis), faktor subjektif (historis, social, politik dan kebudayaan) yang
dimiliki bangsa Indonesia. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia tersebut meliputi: suku bangsa, agama,
kebudayaan, dan bahasa. Dalam menentukan identitas nasional Indonesia, yang terpenting adalah perilaku atau
kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan ideologinya yaitu Pancasila. Perilaku tersebut tercermin dalam nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu berketuhanan YME, berkemanusiaan yang adil dan beradap, berkesatuan
Indonesia, berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan Ideologi Pancasila
tersebut dalam era Globalisasi ini mudah sekali terkontaminasi oleh pengaruh kebudayaan dari negara lain. Secara
umum melihat fakta-fakta yang ada saat ini, keadaan jati diri jati diri Bangsa Indonesia sedang mengalami
kerusakan/keterpurukan. Langkah-langkah paling efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia tersebut yang
pertama dimulai dari diri kita sendiri, selanjutnya kita mengajarkan atau mengejak orang lain yang beradi di sekitar
kita. Kemudian peran pemerintah untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dan menumbuhkan karakter bangsa
yang bagus yang sesuai dengan pancasila yaitu dengan mengalakkan program wajib belajar ajaran agama (untuk
meningkatkan ketakwaan) dan juga pendidikan umum (untuk meningkatkan rasa kebangsaan).

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikantugas makalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang berjudul Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah
tak ada gading yang tak retak , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Surabaya, 03 Januari 2011

PENYUSUN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Identitas nasional Indonesia merupakan pembeda atau ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang dapat
dijadikan pembeda dengan bangsa lainnya di dunia ini. Identitas nasional merupakan suatu hal yang sangat penting
dimiliki oleh setiap bengsa di dunia ini termasuk Indonesia sebagai karakter dan pola perilaku yang seharusnya
tertanam kuat sebagai acuan masyarakat dalam berprilaku atau bersikap di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara agar tatanan kehidupan di negara kita ini dapat berjalan teratur dan sesuai dengan ciri khas bangsa
Indonesia yang telah tertanam sejak dahulu kala.
Jika suatu bangsa tidak mempunyai ciri khas atau cirikhasnya telah pudar kerena suatu hal, bangsa tersebut
akan mengalami perubahan sikap dan tatanan kehidupan yang terjadi pada masyarakatnya. Mereka akan cenderung
meniru perilaku atau cirikhas bangsa lain yang diidolakannya. Padahal ciri khas bangsa lain belum tentu cocok dan
sesuai bila digunakan pada bangsa tersebut. Ketidak cocokan tersebut mungkin dikarenakan karena faktor letak
geografis, kebudayaan, agama yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, sejarah pembentukan bangsa, dan
sebagainya.
Dampak dari hilangnya identitas suatu bangsa dan pola perilaku masyarakat yang baru tersebut tidak sesuai
dengan keadaan bangsa itu, maka akan melemahkan keadaan bangsa tersebut dalam berbagai bidang. Sehingga
dapat dengan mudah bangsa itu dihancurkan atau dijajah oleh negara lain.
Dari uraian diatas kita tahu betapa pentingnya identitas nasional itu dimiliki oleh setiap bangsa. Maka dari itu
dalam makalah ini penulis ingin mengetahui bagaimana kondisi identitas nasional Indonesia sebagai jati diri bangsa
Indonesia saat ini. Kemudian apabila ternyata identitas bangsa Indonesia ini mulai pudar, maka penulis ingin
mengetahui bagaimana langkah-langkah yang efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia agar kembali
kepada jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa definisi dari Identitas Nasional Indonesia?
2. Bagaimana sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia?
3. Apa sajakah unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia?
4. Bagaimana jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya?
5. Bagaimana pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia?
6. Bagaimana kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini?
7. Bagaimana cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari Identitas Nasional Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia
4. Untuk mengetahui jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya
5. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia
6. Untuk mengetahui kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini
7. Untuk mengetahui cara efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan dan pengumpulan data dalam makalah ini yaitu di lakukan dengan
sistim dokumentatif, yaitu mengambil referensi bahan dari berbagai sumber yang relefan kemudian menganalisisnya
sesuai dengan kasus yang kami angkat.

E. Batasan Masalah
Dalam Pembuatan Makalah ini, penulis hanya mengulas dan membatasi masalah seputar:
1. Definisi dari Identitas Nasional Indonesia
2. Sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia
3. Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia
4. Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya
5. Pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia
6. Kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini
7. Cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia

F. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dri penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagi penulis
Manfaat yang bisa diambil oleh penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
definisi bangsa Indonesia, jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya, kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini, dan
cara mengenbalikan jati diri bangsa Indonesia. Sehingga penulis dapat megapresiasikan pengetahun tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka terbentuknya jati diri bangsa indonesia yang sesungguhnya.
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat yang bisa diperoleh bagi mahasiswa yaitu sebagai salah satu acuan untuk memahami materi kuliah
mengenai identitas nasional Indonesia. Serta agar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik pada diri mereka
sendiri maupun menularkannya kepada orang lain demi terwujudnya jati diri bangsa indonesia yang sesungguhnya
yang bisa membawa kita menjadi manusia yang Excellent with Morallity.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Identitas Nasional
Menurut Kaelan (2007:07) Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang
demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan
wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang
undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan
oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional
sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu
bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa. Pengertian kepribadian suatu identitas
sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari
manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki
suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia
lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah
keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.
Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga
seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada
keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Menurut Kibawa (2010:01) identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion yang
memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita,
tujuan serta ideologi bersama.Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. dentitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang
dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam
Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia, ideolgi dan agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan
keamanan.

B. Sejarah Pembentukan Identitas Nasional Indonesia


Menurut Kaelan (2007:18) Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat,ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahran identitas bangsa Indonesia meliputi (1) factor objektif yang meliputi
factor geografis, ekologis dan demografis, (2) factor subjektif yaitu factor,historis, social, politik dan kebudayaanyang
dimiliki bangsa Indonesia.
Kondisi geografis ekologis Indonesia sebagai wilayah kepulauan terletak diantara dua benua yaitu Asia
dan Australia yang menjadi jalur komunikasi di Asi tenggara turut mempengaruhi perkembangan kehidupan
demografis, ekonomis, social dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu factor historis yang ada di Indonesia
mengakibatkan berbagai macam interaksi yang terjadi di dalamnya turut menyumbang proses pembentukan identitas
nasional yang ada di Indonesia.Robert De Ventos mengungkapakan terdapat empat factor penting sebagai akibatdari
interaksi historis yaitu factor primer, factor pendorong, factor penarik dan factor reaktif. Faktor yang pertama
mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama dan sejenisnya. Hal seperti inilah yang merupakan kesatuan meskipun
memiliki beragam perbedaan tetapi hal ini tetap menjadi sebuah kesatuan yang kemudian dinamakan Bhineka Tunggal
Ika. Faktor yang kedua meliputi pembangunan telekomunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembangunan lainnya dalam kehidupan negara. Dalam hal ini kemajuan iptek dan pembangunan negara juga menjadi
salah satu identitas nasional yang bersifat dinamis atau dapat terus berubah tetapi tetap berpegang teguh pada
kepribadian bangsa. Hal ini tergantung sesuai dengan prestasi bangsa tersebut serta kemampuannya dalam mencapai
prestasi tersebut. Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan persatuan dan kesatuan untuk memajukan negara dan bangsa
Indonesia ini.
Faktor yang ketiga yaitu mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya
birokrasi, dan pemantapan system pendidikan nasional. Di sini bangsa Indonesia memiliki berbagai macam bahasa
mengingat terdapat berbagai macam suku,etnis dengan berbagai macam kebudayaan mereka tetapi mereka tetap
bersatu yaitu dengan satu bahasa yang menjadi bahasa bersama yaitu bangsa Indonesia. Di dalam pendidikan pun
menggunakan bahasa Indonesia sebagai meia komunikasi untuk mempersatukan mereka. Faktor yang keempat
meliputi penindasan, dominasi dan pencarian identitas alternative melalui memori kolektif rakyat. Penderitaan dan
kesengsaraan yang dialami masyarakat Indonesia merupakan salah satu factor strategis dalam membentuk memori
kolektif rakyat. Semangat perjuangan itulah yang kemudian menjadi identitas yang mampu memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa.
Selain itu, bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang sampai terbentuknya bangsa yang seperti
sekarang ini. Faktor sejarah tersebutlah yang menjadi donator yang cukup besar dalam perkembangan identitas
nasional dan hal tersebut tidak terlepas dari budaya yang merupakan hasil dari sejarah tersebut. Kepribadian dan jati
diri bangsa Indonesia dituangkan dalam pancasila harus dilacak dari sejarah pada masa lampau seperti pada jaman
kerajaan seperti majapahit, sriwijaya dan sebagainya. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang
berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

C. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia


Menurut Prince (2010:01) Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-
majemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan,
dan bahasa.
o Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya
dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis
dengan tidak kurang [1]300 dialek bahasa.
o Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang
di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa
Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah
agama resmi negara dihapuskan.
o Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau
model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
o Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang
yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi
antar manusia.

Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut:
1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan ldeologi Negara.
2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
Bendera Negara, Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya".
3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya,
serta agama dan kepercayaan (agama).

D. Jati Diri Bangsa Indonesia yang Sesungguhnya


Menurut Robert (2002:04) jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada perilaku masyarakat
Indonesia pada umumnya yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pancasila. Perilaku yang sesuai dengan
nilai dalam pancasila dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sesungguhnya yaitu:

1.Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masing masing

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.

Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain

Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

Suka bekerja keras.

Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Itulah ciri khusus bangsa Indonesia sebagai Identitas nasional yang seharusnya dimiliki, dikembangkan, dan
menjadi kepribadian masyarakat Indonesia, agar cita-cita luhur bangsa Indonesia ini yaitu menjadi bangsa yang adil,
makmur, dan sejahtera dapat terwujut.

E. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri Bangsa Indonesia


Menurut Widianto (2009:82) Berbagai problem mengusik kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita hadapi
pada saat ini. Salah satunya yaitu adanya isu bahwa semakin banyak kebudayaan bangsa asing yang masuk di
Indonesia.
Dewasa ini kita dihadapkan kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu
1. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya yang
beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap
yang mampu mengatasi ikatan-ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2. Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem
nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser
dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota
masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai
bangsa.
3. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa pengaruh terhadap
intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya
dengan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung
dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan
dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendari sebagai bangsa.
Menurut Moestopo (1983:23) Budaya asing yang masuk ke Indonesia tersebut tidak menutup kemungkinan
membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut diantaranya yaitu:
a. Pengaruh Positif

Memberi inspirasi bagi kita agar tidak tertinggal informasi tentang kecanggihan teknologi.

Menggunakan sebagai motivasi untuk hidup yang lebih baik dan maju.

Memberi semangat bagi kita untuk memperkenalkan dengan Negara asing bahwa kebudayaan Indonesia
yang beragam mampu bersaing dengan kebudayaan mereka.

b. Pengaruh Negatif

Etika atau cara berperilaku akan merubah seorang individu perilaku yang lama ke perilaku baru. Pada
awalnya individu etika yang lama sudah tidak sesuai dengan peilaku yang ada sehingga ia cenderung
merubah etikanya untuk menyesuaikan dengan yang baru. Padahal etika yang baru belum tentu sesuai
dengan norma yang berlaku pada kehidupannya.

Cara berpakaian oleh para remaja yang terkena dampak ini akan menyesuaikan cara berpakaiannya dengan
kebudayaan yang ia pelajari. Pada awalnya individu merasa tertarik untuk mencoba berpakaian yang
berbeda untuk mengikuti tren yang sedang marak namun lambat laun akan merubah gaya berpakaian untuk
seterusnya.

Adanya teknologi yang canggih menyebabkan hidup seesorang cenderung ke arah hedonisme dan arogan.

Adanya teknologi yang dirasa lebih berguna sehingga mengesampingkan tenaga manusia. Padahal sebelum
mengenal teknologi, masyarakat Indonesia menghargai jasa manusia.

F. Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia Saat Ini


Menurut Habib (2011:01) kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat kita kaji dan kita identifikasi dengan
melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia pada umumnya yang tercermin pada tingkah laku masyarakat
Indonesia sehari-hari. Perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini yaitu:
Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan butir-butir pancasila. Sebagai
contoh yaitu sekarang ini banyak generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Kita lihat saja, sekarang ini
banyak pemuda-pemudi muslim yang tidak memegang teguh agamanya sesuai syariah Islam. Contohnya banyak
pemuda-pemudi yang sekarang ini menjalin cinta kasih dengan pasangan yang bukan muhrimnya, dan tidak jarang hal
tersebut sampai kepada prilaku yang sangat memalukan yaitu berhubungan sek bebas dengan pasangan yang bukan
muhrimnya. Tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda bangsa indonesia juga dijajah melalui beredarnya vidio-
vidio porno diinternet yang dapat diakses dengan mudah sehingga banyak diantara pemuda Indonesia yang melihat
dan bahkan menirukan aksi dari video porno tersebut. Selain itu,model-model pakaian para generasi muda saat ini
kebanyakan telah meniru bangsa barat yang dikenal modis dan trend masa kini. Mereka lebih bangga mengenakan
pakaian-pakaian tersebut dari pada pakaian asli budaya Indonesia. Padahal belum tentu model pakaian itu cocok
dikenakan di indonesia. Model pakaian tersebut nampak jelas terutama pada model pakaian cewek yang terlalu
terbuka sehingga menimbulkan gairah lawan jenisnya dan mengakibatkan sekarang ini tidak jarang kita temui kasus
pemerkosaan di Indonesia ini. Selain masalah penampilan, sekarang ini masalah akhlak pemuda di negara Indonesia
juga kian memburuk. Faktanya generasi muda saat ini banyak yang melampiaskan masalah-masalah yang sedang
meraka hadapi seperti: ketika putus dengan pacar, bertengkar dengan orang tua, merasa terasing dengan lingkungan
teman, dan ketika pusing dengan beban-beban tugas sekolah yang mereka anggap berat. Mereka mengatasi masalah-
masalah tersebut cenderung dengan jalan pintas. Seperti minum miunuman keras, menggunakn narkoba, pergi ke
tempat-tempat hiburan malam dan bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sungguh ini
merupakan kerusakan moral dari jati diri bangsa yang begitu fatal. Selain moral dan gaya hidup, ketaqwaan generasi
muda bangsa indonesia yang mencermainkan sila pertama juga luntur seperti contoh nyatanya banyak generasi muda
muslim indonesia yang tidak bisa membaca Al-quan. Hal itu terjadi karena lemahnya sistem pendidikan agama di
negara ini. Padahal sebenarnya jika generasi muda mempunyai ketaqwaan yang tinggi pasti tidak akan ada tindakaan
tindakan yang melanggar hukum seperi korupsi, kolusi, pelecehan seksual, dan tindakan menyimpang lain, karena
mereka menganggap dirinya selalu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga mereka takut dosa dan akan selalu
berbuat baik.
Disamping fakta-fakta tentang sila pertama di atas, di paragraf saya akan mengemukakan fakta tentang
keadaan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan sila kedua sebagai jati diri bangsa indonesia.
Sekarang ini banyak diantara pemuda indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain sebagai mana mestinya.
Maksutnya yaitu mereka tidak menganggap manusia berhakekat sebagai manusia yang mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dihargai seperti dirinya. Segai contoh yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus perkelahian antar
pelajar yang disertai daengan penyiksaan salah satu pihak yang kalah. Mereka menjadikan pihak yang kalah itu
sebagai bulan-bulanan dan dianggap sebagai boneka yang dapat dimain-mainkan dan mereka siksa. Kasus lain yaitu
adanya playboy dikalangan remaja Indonesia. Mereka menganggap wanita sebagai mainan yang dapat di pergunakan
sesuka hati untuk memuaskan nafsu birahinya dan apabila telah bosan meraka buang sesuka hati tanpa menghargai
wanita sebagai manusia yang punya hati dan persaan. Dalam fakta lain yang terjadi dan lebih parah yaitu adanya
pemerkosaan yang dilakuakan oleh para remaja Indonesia. Mereka memperlakukan orang yang ia perkosa seperti
mainan pemuas nafsu birahi tanpa mereka anggap sebagai manusia yang mempunyai hak, dan perasaan sama seperti
dirinya.
Lalu fakta-fakta lain yang terjadi dan mencerminkan terjadinya krisis jati diri pada generasi muda sesuai sila ke-
3 yaitu seperti memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia saat
ini. Hal tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus bentrok antar pelajar atau mahasiswa, bentrok antar seporter
sepakbola, bentrok antar genk, dan lain sebagainya. Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa rasa persatuan kita
sebagai warga negara indonesia sudah mulai luntur dan mudah dipengaruhi atau diprovokasi oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab. Keadaan seperti inilah yang menjadi bibit-bibit terjadinya konflik yang lebih besar seperti
konflik antar agama, ras, maupun suku. Selain itu fenomena-fenomena yang terjadi yang mencerminkan tidak
tertanamkannya rasa persatuan indonesia yaitu terjadinya perpecahan disetiap kelompok sosial. Sebagai contoh
dalam kelas sosiologi terdapat sub-sub kelompok kecil yang biasanya terjadi konflik antar kelompok tersebut.
Kelompok tersebut biasanya terbentuk karena adanya perasaan sederajat (dalam hal ekonomi), kesukaan/hobi yang
sama, pandangan hidup yang sama, bahkan juga bisa karena musuh yang sama. Hal inilah yang sekarang ini mewabah
pada generasi penerus bangsa yang cenderung membentuk perpecahan.
Selanjutnya fakta ke-4 yaitu mengenai kepemimpinan yang demokratis. Maksutnya pemimpin di negara kita ini
harus bersifat demokratis baik dalam hal pemilihannya maupun ketika telah membuat keputusan/kebijakan umum
yang terkait dengan masyarakat karena kekuasaan tertinggi di negara kita ini sebenarnya berada di tangan rakyat,
dan para pemimpin hanya sebagai wakil/pelayan bagi rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan dalam negara
demi tercapainya kemakmuran bersama. Sekarang ini fenomena-fenomena pemimpin yang tidak demokratis sudah
banyak terjadi pada generasi muda saat ini, dan apabila hal itu dibiarka saja berlanjut maka kelak ketika mereka
menjadi pemimpin bangsa ini, mereka akan bertindak seperti apa yang mereka biasakan sejak dini. Contoh nyata yaitu
ketua dalam kelas sosiologi misalnya. Dia dalam mengambil kebijakan untuk urusan kelas seperti hendak mengadakan
acara pentas seni dan lain sebagainya, dia hanya mendiskusikan/memilih pengurus dalam acara tersebut secara
sepihak. Dia hanya berdiskusi dan menerima usulan dari teman-teman yang dekat/akrab dengan dia, sebenarnya
untuk formalitas dia telah mengadakan musyawarah namun usul dari teman-temannya yang kurang dekat dengan dia,
pasti tidak didengar apalagi dilaksanakan. Inilah contoh kecil saja yang biasanya kita rasakan pada kelompok-
kelompok kecil dikalangan remaja Indonesia saat ini.
Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidak adilan yang di lakukan oleh generasi
muda bangsa Inonesia saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini dapat kita lihat pada kelompok belajar kita saja sebagai
faktanya. Dalam kelompok belajar PPKN misalnya, tugas PPKN membuat makalah secara kelompok ketidak adilan
selalu kita rasakan. Hal tersebut karena sebenarnya yang mengerjakan tugas kelompok dari 8 anggota kelompok,
hanya 3 orang saja dan yang lainnya tinggal nitip nama. Padahal ia menginginkan mendapatkan nilai yang sama.
Sungguh ini adalah contoh kecil yang berada pada kehidupan para pelajar sehari-hari. Jika hal ini terus berlanjut dapat
kia lihat kelak mereka akan seperti para anggota DPR yang ketika sidang mereka ada yang tidur, bertelfon, dan bahkan
ada yang menonton fideo porno. Padahal mereka menginginkan upah/gaji yang sama dengan anggota yang
melaksanakan musyawarah dengan baik. Sebenarnya hal ini terjadi pada mulanya dimulai dari kasus-kasus kecil
seperti diatas yang kemuadian berlanjut karena kebiasaan sampai mereka bekerja pada nantinya.

Menurut Adib (2011:01) selain kasus diatas, secara global dapat kita lihat kerusakan jati diri bangsa Indonesia
saat ini yang berhubungan dengan aspek-aspek kenegaraan yaitu:
Pertama, fenomena besar krisis multidimensional yang menimpa masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
adalah suatu fakta yang signifikan hingga sampai saat ini.Memang telah dilakukan upaya dan pendekatan untuk
menyelesaikan krisis multidimensional yang mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun
hasil dari upaya national recovery, terutama economic recovery belum cukup memadai dan masih jauh dari harapan
seluruh rakyat Indonesia.
Kedua, terdapat fenomena pengelolaan masyarakat, bangsa dan negara yang keliru atau salah, sehingga
bangsa dan negara Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber dalam manusia (SDM) yang besar,
yang pada akhirnya kurang berhasil membawa masyarakat, bangsa dan negara mencapai tingkat keadilan,
kesejahteraan dan kemakmuran yang memadai. Bahkan cenderung membawa sebagian rakyat Indonesia hidup dalam
kemiskinan dan serba kekurangan.
Ketiga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi masalah mendasar dalam memilih
peminpin-peminpin bangsa dan negara yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dan memiliki kualitas diri yang
tinggi, sehingga peminpin bangsa dan negara tidak mampu memperlihatkan kualitas diri sebagai negarawan yang
sejati. Atau tidak mampu memiliki jati diri yang berjiwa Pancasilais yang kokoh. Akibatnya banyak pemimpin bangsa
dan negara memiliki moral dan ahlak yang buruk atau busuk.
Keempat, persaingan dan perseteruan kekuasaan (power) telah kehilangan dasar-dasar moral dan akhlak,
sehingga dalam kehidupan politik muncul etika materialisme dan vulger yaitu menghalalkan segala cara atau jalan
untuk mencapai tujuan (kemenangan). Bahkan kondisi tersebut telah memperluas iklim KKN dan praktik money
politics, yang dapat merugikan semua pihak termasuk bangsa dan negara.
Kelima, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung kehilangan semangat kemandirian dan harga
dirinya sebagai dampak ketergantungan dengan bangsa dan negara asing, yang pada akhirnya melahirkan
imperialisme gaya baru.
Keenam, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung terjebak ke dalam pertarungan luas antara
budaya modern-materialistik yang datang dari luar (Barat) dengan budaya tradisional dan konservatif yang hidup di
masyarakat Indonesia, sehingga melahirkan kehidupan bangsa dan negara yang paradoks dan permisif terhadap gaya
hidup materialistik, individualistik, liberalistik, hedonistik, dan vulgeristik
Ketujuh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung tidak bersikap tegas, lugas, dan tidak memiliki
komitmen kuat dalam penegakan hukum, sehingga telah terjadi kerusakan lingkungan hidup dan kondisi SDA, serta
munculnya kerugian-kerugian lain yang lebih parah.
Kedelapan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia belum siap melakukan transformasi sosial sehingga belum
mampu membangun masyarakat Indonesia modern yang lebih rasional, terbuka, dan menghargai nilai Ipteks, yang
pada akhirnya sulit untuk melaksanakan rule of law.
Kesembilan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan belum memiliki komitmen yang kuat
untuk membangun kehidupan berdemokrasi yang berkualitas melalui pemilu. Dan, belum memiliki komitmen dalam
membangun pola-pola kehidupan masyarakat sipil (civil society) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sehingga
pembangunan demokrasi masih diwarnai dengan tindak kekerasan dan konflik sosial yang berkepanjangan
Kesepuluh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan belum memiliki tanggung jawab
bersama yang kuat dalam menciptakan ketertiban dan keamanan nasional, regional dan lokal, sehingga tindak
kekerasan dan bahkan tindak kriminalitas menjadi fenomena yang luas dan signifikan
Kesebelas, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan mengalami krisis jatidiri yang cukup
parah, sehingga menimbulkan krisis moral dan akhlak yang sangat luas, sehingga memberi peluang berkembangnya
perilaku KKN yang tercela. KKN tidak akan dapat diberantas bilamana kualitas moral dan akhlak itu rendah.
Dari uraian kasus dan fakta diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Jati Diri Bangsa Indonesia saat ini
sedang mengelami krisis. Hal itu dapat kita lihat dari Ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia
yang merupakan lndasan dalam bertindak dan berperilaku sebagai masyarakat Indonesia, sudah tidak dilaksanakan
dengan baik oleh masyarakat Indonesia sebagai kepribadiannya.

G. Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia


Menurut Habib (2011:01) cara efektif yang bisa digunakan untuk membangun dan mengembalikan jati diri
bangsa Indonesia serta menekan pengaruh buruk pihak lain baik yang berasal dari luar maupun dari dalam yang
mengikis jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari diri kita sendiri. Hal itu dapat dilakukan dengan
membiasakan diri dari sekarang untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai
jati diri kita. Seperti harus bertakwa kepada Tuhan YME, maksutnya kita harus selalu menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhi laranganNya. Dari sila pertama ini saja sebanarnya jika diterapkan dengan baik bangsa Indonesia ini pasti
akan menjadi bangsa yang damai, tentram, aman, adil, dan sejahtera. Sebab masyarakat Indonesia akan takut
terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku. Dalam kaitannya dengan sila pertama ada nilai-
nilai yang harus kita kembangkan pada diri kita yaitu:
Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam
pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas
Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi
berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi beragama. Sebab Ideologi Pancasila
adalah ideologi beragama.

Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan
ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat.

Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda
agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang
dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.

Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai moralitas
bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan.

Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu.

Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan
moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar
agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan
salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.

Selain itu kita harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Maksutnya kita harus
memenusiakan orang lain tanpa pandang bulu dan bersikap adil kepada siapa saja yaitu kita tidak boleh sewenang-
wenang memperlakukan orang yang lemah kemudian tunduk patuh terhadap orang yang mempunyai kekuasaan tinggi
dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini terjadi dapat menjadiakn keadilan bangsa kita ini menjadi lemah,
karena hukum hanya bersifat tajam bagi masyarakat yang kedudukannya rendah sementara bagi kalangan atas hukum
sangat tumpul dan bahkan bisa dibeli dengan uang. Sehingga nilai keadilan sosial harus dikembangkan dan ditegakkan
di semua kalangan terutama pada kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian kia juga harus selalu bersatu sebagai negara kesauan republik Indonesia, walaupun sebenarnya kita
mempunyai kebudayaan, agama, ras, dsb yang beranekaraga, namun dari keberanekaragaman tersebut sebenarnya
kalau disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan besar yang saling melengkapi dan memajukan
bangsa Indonesia. Sehingga kita tidak perlu mempersoalkan kebinekaan tersebut apalagi terlalu fanatik dan ingin
menghancurkan satu sama lain, hal inilah yang dapat melemahkan persatuan Indonesia dan memudahkan bangsa
Indonesia untuk dihancurkan. Sehingga kita harus mengikis sikap primordialisme yang berlebihan terhadap budaya
lokal agar kasus-kasus pertikaian antar suku, agama, dsb dapat ditekan bahkan dihilangkan dari NKRI. Selanjutnya kita
juga harus ikut menjaga dan melestarikan keutuhan NKRI dan jangan berusaha melepaskan diri dari wilayah NKRI yang
terbentang luas dari Sabang sampai Merauke.
Lalu kita juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi, yaitu apabila kita menjadi seorang pemimpin di
negara Indonesia ini kita harus sadar bahwa kita ini sebenarnya sebagai wakil rakyat untuk mengatur dan mengambil
kebijakan dalam rangka memajukan dan mensejahterakan bengsa Indonesia. Bukan sebaliknya, sebagai pemimpin
hanya untuk mencari harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Ingat negara Indonesia sebagai negara
demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi sebagai seorang pemimpin sebanarnya
merupakan pelayan dan wakil untuk rakyat. Banyak kasus-kasus korupsi di negara ini karena mensalahartikan
kekuasaannya sebagai ajang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Hal inilah yang membuat perekonomian
negara Indonesia ini semakin mempuruk. Kemudian dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin kita
juga harus memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak mengambil keputusan secara sepihak yang
menguntungkan kelompok tertentu. Dan yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan waklil rakyat sikap adil dan
demokratis harus benar-benar kita junjung tinggi. Kita harus menghindari kasus suap-menyuap, agar negara kita ini
benar-benar menjadi negara yang demokratis sesuai dengan nilai yang terkandung dalam panca sila sebagai
kepribadian yang harus kita miliki.
Selanjutnya kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan tanpa pandang bulu dan di segala sektor bagi
seluruh warga negara Indonesia. Jika ke-5 sila tersebut sudah tertanam kuat pada diri sendiri selanjutnya kita harus
mengajak orang-orang yang ada di sekitar kita. Semisal dengan mengajar nilai-nilai Pancasila di sekolah melalui mata
pelajaran PPKN kepada peserta didik kita, agar mereka menanamkan nilai pancasila dalam kepribadiannya, Sebagai
orang tua kita mendidik dan menanamkan nilai pancasila pada anak kita agar nilai Pancasila menjadi kepribadian yang
melekat baik pada anak kita. Mengajak teman-teman disekitar kita agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila, dan menasetinya/menegur apabila teman-teman kita berperilaku bertentangan dengan
Pancasila.
Agar masyarakat Indonesia mampu menjalankan nilai-nilai pancasila dengan baik, cara efektif yang dapat
dilakukan yaitu dengan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME. Karena dengan ketakwaan dan keyakinan yang
tingi, masyarakat akan mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga mereka akan enggan berbuat salah. Kasus-
kasus seperti: korupsi, kolusi, penipuan, pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual, dsb. Pasti tidak akan terjadi.
Namun jika primordialisme terhadap agama yang dianut terlalu tinggi maka akan mengakibatkan perpecahan. Hal ini
dapat diatasi dengan menenemkan sikap toleransi melalui pendidikan di sekolah umum. Maka dari itu, sebaikya
pemerintah mewajibkan para generasi penerus bangsa untuk mendapatkan program wajib belajar selain sekolah
umum juga sekolah keagamaam seperti madrasah/pondok pesantren bagi yang muslim. Sehingga untuk meningkatkan
ketakwaan agar tidak perprilaku menyimpang yaitu melalui program pendidikan Agama. Selanjutnya untuk
mendapatkan pendidikan mengenai cara hidup berkemajemukan (bertoleransi) serta untuk meningkatkan
keahlian/ketrampilan khusus, melalui sekolah umum.
Secara otomatis apabila kita telah menanamkan kuat jati diri bangsa Indonesia pada diri kita melalui cara-cara
diatas, kita akan mempunyai filter dengan sendirinya untuk memilih dan memilah pengaruh kebudayaan lain yang
masuk ke negara kita. Yang baik kita pakai dan yang buruk atau tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, kita
tinggalkan. Kemudian pengaruh kebudayaan lokal juga dapat kita saring melalui pendidikan kewarganegaraan di
sekolah umum serta kita juga harus berusaha mengikis primordialisme yang berlebihan pada diri kita.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat
khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Ciri khas tersebut dapat kita lihat
dari perilaku masyarakat Indonesia sehari-hari secara umum dan juga kebudayaan serta atribut-atribut khas yang
dimiliki bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya dan merupakan harapan bangsa yaitu pribadi
masyarakat Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Jati diri bangsa Indonesia
tersebut dapat tercemari oleh kebudayaan lain melalui globalisasi apabila kita tidak dapat menjaga dan
melestarikannya dengan baik. Sekarang ini jati diri bangsa Indonesia sedang mengalami krisis, hal tersebut dapat kita
lihat dari prilaku masyarakat secara umum yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Cara
efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari merubah sikap dan perilaku
diri kita sendiri agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kemudian kita juga harus mengajak dan mempengaruhi orang-
orang yang ada di sekitar kita agar mengikuti kita dalam menanamkan nilai pancasila sebagai kepribadian bangsa.
Untuk membangun jati diri bangsa Indonesia peran yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu harus menggalakkan
pendidikan agama dan pendidikan umum pada generasi penerus bangsa.
B. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menginginkan perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa Indonesia,
kita harus memulai perubahan itu dari hal kecil dalam diri kita sendiri. Perilaku/kepribadin yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila harus kita kikis. Sementara itu, kita harus memupuk dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada
diri kita. Selanjutnya kita juga harus menularkannya pada orang-orang disekitar kita, agar kepribadian bangsa
Indonesia sebagai Identitas Nasional dapat sesuai dengan Pancasila. Sehingga harapan bangsa sebagai bangsa yang
aman, adil, makmur, sentosa, sejahtera, dan makmur dapat terwujut, demi kebahagiaan seluruh masyarakat
Indonesia.

REFERENSI
Mustopo, Habib. (1983). Manusia dan Budaya. Kumpulan Essay.Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional

Widianto, Bambang. (2009). Perspektif Budaya: Kumpulan Tulisan Koentjaraningrat. Jakarta: RajaGrafindo
Persada

Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi pertama

http://kibaw90.wordpress.com/2010/03/29/identitas-nasional-indonesia/

http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/jatidiri-bangsa-indonesia/

http://ideologipancasila.wordpress.com/2007/07/02/bedah-butir-pada-pancasila-sila-pertama/

http://ideologipancasila.wordpress.com/butir-pancasila/

http://hadahabib.blogspt.com/2011/11/esay-jati-diri-generasi-muda-indonesia.html

http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html

Anda mungkin juga menyukai