JOURNAL REVIEW
DOSEN PENGAMPU:
Wiflihani,S.Pd.,M.Pd
Rusia, Cina) dengan negara-negara Fasis (Jerman, Italia,
dan Jepang) pecah. Untuk menegaskan dan sekaligus
sebagi bukti komitmen Jepang akan janji itu maka tanggal
1 Maret 1945 Jepang mengemukakan akan membentuk
“Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia” (BPUPKI). Badan ini baru terbentuk tanggal 29
April 1945 dan dilantik tanggal 28 Mei 1945 kemudian
mulai bekerja tanggal 29 Mei 1945. Badan ini
beranggotakan 60 0rang dengan ketua Dr. Radjiman
Widiodiningrat.
Melalui rapat-rapat yang secara intensif dilakukan (14 – 16
Juli 1945), akhirnya Panitia Sembilan telah mencapai suatu
hasil yang sangat baik yaitu suatu perumusan Pancasila,
yang lazim dinenal dengan istilah “Piagam Jakarta”, yang
susunannya sebagai berikut:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
PersatuanIndonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalampermusyawatan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
III. Alasan Imperatif Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar
Negara
Suatu ideologi umumnya bersumber kepada aliran
filsafat, atau ideologi adalah operasionalisasi sistem filsafat
suatu bangsa. Begitu pula Ideologi Pancasila, adalah
operasionalisasi filsafat bangsa Indonesia. Kedudukan
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara ibarat dua sisi
dari satu mata uang yang sama, maingmasing menempati
kedudukannya sendiri tetapi keduanya dalam kesatuan
fungsi dalam praktik ketatanegaraan. Ideologi sebagai
kerangka idealitas, dasar negara sebagai ke rangka yuridis
bagi terselenggaranya sistem ketatanegaraan untuk
kelangsungan kehidupan bangsa dan negara.
IV. Asas Filosofis dan Urgensinya bagi Pancasila sebagai
Ideologi dan dasar Negara
1. Pendekatan ontologis, nilai-nilai Pancasila mengandung
sifat intrinsik dan ekstrinsik. Bersifat intrinsik, nilai-
nilai Pancasila berwujud filsafati, keseluruhan nilai-
nilai dasarnya sistematis dan rasional.
2. Pendekatan epistemologis, memberikan dasar-dasar
pemikiran bahwa dasar bagi berdirinya suatu negara
Indonesia merdeka
3.Pendekatan aksiologis, memberikan dasar-dasar
pertimbangan normatif tentang keberadaan Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara.
KRITERIA JURNAL
1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel
Pada jurnal ini, dituliskan bahwa bangsa Indonesia tidak dipersatukan oleh
sesuatu yang bersifat fisik atau kasat mata, seperti ras, kesatuan wilayah
geografis, budaya, bahasa atau agama. Dari segi ras, rakyat Indonesia
adalah keturunan dari berbagai ras yang berbeda. Dari segi kesatuan
wilayah geografis, wilayah yang didiami bangsa Indonesia berbentuk
kepulauan. Dari aspek budaya atau bahasa, ada ratusan budaya daerah dan
bahasa tradisional di seluruh Indonesia. Dari aspek agama, rakyat Indonesia
memeluk banyak ragam agama. Realitas seperti ini menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural berdimensi multikultural,
namun mereka dapat hidup menyatu ke dalam sebuah bangsa. Masyarakat
bangsa Indonesia menyatu dalam suatu sistem filsafat hidupnya yang
dijadikan ”philosofiche groundslag” dan ”weltanchauung” dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2.Dari aspek tata bahasa :
Bahasa yang digunakan pada jurnal karya Irianto
Widisuseno adalah bahasa resmi yang sopan. Tidak
berlebihan, dan mudah dimengerti oleh pembaca. Jenis font
yang digunakan sangat baik serta ukuran tulisan yang
dipilih juga sangat baik. Penggunaan rata paragraf yang
kurang rapi membuat beberapa kata terlihat tidak rapi
spasinya.
3.Dilihat dari aspek tampilan jurnal
Pada jurnal ini tampilannya lebih menarik karena dengan
pembahasan yang tidak terlalu panjang tetapi langsung
pada inti permasalahan dan tema jurnal ini. Di bagian atas
samping kiri jurnal ini ditampilkan jenis jurnal, volume,
nomor dan di bagian atas kanan jurnal ini ditampilkan
ISSN dari jurnal ini. Tetapi jurnal ini tidak menampilkan
bagian abstrak yang berbahasa indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Brata, Ida Bagus., Wartha, Bagus Nyoman.
(2017).Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa
Indonesia.Jurnal Santiaji Pendidikan. 7(1):120-132.