NISA ANDINI
Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar
Sarjana Humaniora
oleh
NISA ANDINI
NPM 0704010363
Program Studi Indonesia
Skripsi ini telah diuji pada hari Kamis, tanggal 31 Juli 2008.
PANITIA UJIAN
Ketua, Pembimbing,
Panitera Pembaca I
Pembaca II
Nisa Andini
NPM. 0704010363
Untuk Mamah,
untuk Mamah,
untuk Mamah,
dan untuk Ayah...
Persembahan cinta untuk Emak, Mami, Nda, Ndy, Ichal, dan Mas...
akhirnya dapat merampungkan skripsi ini. Penelitian yang diuraikan dalam skripsi
ini mengangkat hal yang berkaitan dengan kategori sekunder dalam bahasa
mengenai kategori ini memang cukup jarang dilakukan. Oleh karena itu, melalui
penelitian ini, penulis berharap dapat membuka jalan bagi penelitian selanjutnya.
Materi yang menjadi acuan dalam membuat makalah diperoleh dari buku-
buku yang digunakan selama kuliah berlangsung dan juga referensi lain yang
penelitian, penulis berharap dapat menerapkan apa yang telah didapat dalam
Penulis,
Nisa Andini
kekuatan kepada penulis hingga purnalah skripsi ini. Penulis tidak akan berhasil
menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan TERIMA KASIH kepada
1. kedua orang tua penulis yang dengan caranya sendiri selalu mendukung
dan memberi semangat moril dan materil. Skripsi ini adalah persembahan
perdana Ananda untuk Ayah dan Mamah;
2. Ibu Felicia “Cis” Utorodewo, pembimbing, penasihat, dan pengayom bagi
penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih banyak atas segala
bimbingan, nasihat, dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Terima
kasih pula karena telah berkenan menerima penulis sebagai “penguping”
selama dua semester tambahan untuk mata kuliah Morfologi dan Sintaksis.
3. para dosen Program Studi Indonesia FIB UI yang telah memberikan
banyak ilmu kepada penulis. Penulis memberi testimoni khusus kepada
Ibu Edwina dan Pak Syahrial sebagai pembimbing akademis penulis
selama kuliah, terima kasih banyak.
4. Mami Cemut sebagai penasihat pribadi yang selalu meluangkan waktu
untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Terima kasih juga atas dukungan
materil yang Mami berikan selama penulis kuliah.
5. rekan-rekan seperjuangan, IKSI 2004, serta rekan-rekan dari berbagai
angkatan. Terima kasih atas tawa, canda, dan airmata yang terurai
bersama. Khusus untuk Rafa, Anis, Nuri, Kusum, Deediy, Novi, Nene,
Siti, Putri, Ati, Leni, Fenty, dan Ojab (maaf kalau ada yang terlewat),
terima kasih untuk persahabatan dan malam-malam yang indah di Pondok
Dewi Sri☺;
6. Amir dan Ronal, teman-teman seperguruanku, yang jatuh bangun
bersamaku. Akhirnya.....;
JAZAKALLAH!
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
(SMD) ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT SINGKAT
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
masalah kewaktuan secara gramatikal, seperti bahasa Inggris, Perancis, dan Arab.
Ada pula bahasa yang tidak mempunyai sistem tersebut. Bahasa Indonesia
masalah kewaktuan tersebut. Masalah kewaktuan yang dimaksud di sini adalah yang
dalam bahasa Inggris terwujud sebagai present tense, past tense, present perfect
tense, past perfect tense, present continuous tense, present perfect continuous tense
dan sebagainya1. Bentuk-bentuk tersebut memang tidak terdapat dalam sistem bahasa
Indonesia.
mengungkap masalah kewaktuan secara gramatikal. Hal ini berarti bahwa saat
terjadi sebuah peralihan bentuk kewaktuan tersebut dalam bahasa Indonesia. Bentuk
perwujudan masalah kewaktuan dalam bahasa Indonesia inilah yang akan penulis
paparkan.
Sebagai contoh adalah kalimat I have been waiting for you for a year. Bentuk
terjemahan bahasa Indonesia dari kalimat tersebut adalah saya telah menunggumu
untuk diterjemahan. Konsep waktu have been waiting tidak terealisasikan sepenuhnya
karena jika diartikan ke bahasa Indonesia hanya terwakili oleh kata telah.
Sebenarnya, bentuk have been waiting tersebut berarti telah dan masih akan terus
1
Benny H. Hoed dalam disertasinya, Kala dalam Novel: Fungsi dan Penerjemahannya,
menyebut konsep ini sebagai kala. Menurut Gonda (1954: 248) dalam Hoed (1992: 88), “Verba dari
rumpun yang disebutnya “Indonesian languages” tidak mengandung makna temporal (kala) maupun
modalitas. Yang ada ternyata unsur-unsur leksikal yang memberi tambahan makna kewaktuan pada
suatu peristiwa. Unsur leksikal ini juga mengandung makna keaspekan (sudah, belum), temporal, dan
modalitas (hendak, mau).”
progressive tense). Pekerjaan menunggu telah dilakukan sejak suatu waktu yang
sudah lampau, tetapi masih berlangsung sampai saat diujarkan atau diungkapkan.
Kalimat yang dimaksud Samsuri adalah kalimat rapatan waktuan. Kalimat ini
terbentuk dari dua kalimat pemadu yang salah satunya menyatakan peristiwa,
tindakan, atau keadaan, yang dilatarbelakangi oleh kalimat lain sebagai waktu
terjadinya hal-hal itu. Dua kalimat pemadu (atau lebih) ini dihubungkan oleh perapat
Seperti yang dingkapkan Gonda (1954: 248) dalam Hoed (1992: 88), verba
temporal (kala) maupun modalitas. Yang ada ternyata unsur-unsur leksikal yang
memberi tambahan makna kewaktuan pada suatu peristiwa. Penulis ingin melihat
terjemahan dari bahasa Inggris. Masalah kewaktuan dalam bahasa Indonesia ini akan
dilihat melalui buku cerita dwibahasa karena buku dwibahasa juga mengandung
dwibahasa, yakni buku cerita berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bisa terdapat
transformasi bentuk dari bahasa Inggris yang mengungkap masalah kewaktuan secara
gramatikal ke dalam bahasa Indonesia yang tidak demikian halnya. Masalah yang
penulis coba pecahkan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Menyelamatkan Dunia?
bahasa Inggris?
kewaktuan dalam bahasa Indonesia yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris.
Dalam penelitian ini, penulis akan mencari bentuk-bentuk kewaktuan yang ada dalam
Dunia, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kemudian, penulis akan
Untuk menjawab masalah penelitian yang telah disebutkan pada bagian 1.2,
Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan cara
penulis dapat melihat bentuk-bentuk kewaktuan apa saja yang muncul dalam bahasa
konsep kewaktuan ini difokuskan pada penelitian mengenai perwujudan kategori kala
dan aspek. Dalam hal ini, penulis akan membatasi penelitian sebagaimana yang telah
dirumuskan dalam permasalahan penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
penulis akan melihat dan memaparkan bentuk kewaktuan dalam bahasa Indonesia
yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris melalui buku cerita dwibahasa.
Buku cerita dwibahasa yang penulis gunakan berjudul Spiderman Saves the
Cerita dalam buku tersebut merupakan adaptasi dari film yang sudah sangat terkenal,
yakni Spiderman. Buku ini diadaptasi oleh Acton Figuera berdasarkan film oleh
David Koepp yang ceritanya berdasarkan pada komik Marvel. Versi bahasa
Penulis memilih buku cerita dwibahasa sebagai sumber data karena buku ini
peristiwa yang membentuk jalan cerita. Dengan demikian, akan terdapat berbagai
bentuk ungkapan kewaktuan baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia
Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), penulis juga belum menemukan penelitian
yang menggunakan buku cerita dwibahasa sebagai sumber data. Dengan alasan-
Metode penelitian, menurut Nawawi dan Hadari (1992: 67), adalah cara atau
prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Penelitian kali ini
Adapun metode yang penulis gunakan dalam hal penyediaan data adalah
metode simak. Disebut demikian karena cara yang digunakan untuk memperoleh data
kewaktuan, yang ada dalam buku cerita dwibahasa. Menurut Mahsun (2005: 90),
“Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara
Dalam Mahsun (2005: 90) juga disebutkan bahwa metode simak mempunyai
teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Hal ini berarti, penulis dalam upaya
sekelompok informan, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam penelitian ini, penulis
menyadap penggunaan bahasa yang digunakan dalam buku cerita dwibahasa sebagai
bahasa Indonesia.
Data dipilih berdasarkan observasi dengan melihat buku-buku cerita anak dwibahasa
menentukan buku cerita SMD sebagai sumber data dengan alasan-alasan yang telah
diungkapkan pada bagian 1.4. Dari data yang penulis peroleh tersebut, penulis
di dalam data. Kemudian, penulis memberi penomoran pada setiap kalimat yang ada
kemunculan bentuk kewaktuan serta untuk melihat tipe terjemahan yang terdapat
kewaktuan yang muncul pada bentuk bahasa Inggris, terjemahan harafiah, serta
Kerangka teori didapatkan dari penelusuran pustaka dan juga melihat pada
diperoleh akan digunakan untuk menganalisis data dari buku cerita SMD. Setelah
melakukan analisis terhadap data yang diperoleh, penulis akan menarik sebuah
kesimpulan yang merangkum semua hasil analisis data. Dengan demikian, penulis
berharap agar semua masalah penelitian ini dapat dijawab secara tuntas.
Penelitian mengenai bentuk kewaktuan dalam hal kategori aspek dan kala
dalam bahasa Indonesia masih sedikit terutama dalam tataran skripsi. Penelitian ini
terutama mengenai penanda kategori aspek dan kala, khususnya dalam tataran skripsi.
Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi dunia penerjemahan di Indonesia karena
Penelitian ini disusun dalam bentuk skripsi yang terdiri atas empat bab. Bab
pertama merupakan bagian pendahuluan yang subbabnya terdiri atas latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, manfaat penelitian, serta
Setelah memberikan garis besar penelitian pada bab pendahuluan, penulis akan
menjelaskan kerangka teori yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
Bab kedua merupakan uraian dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian
mengenai bentuk kewaktuan, baik yang terdapat dalam bahasa Indonesia maupun
yang dibahas dalam linguistik umum. Melalui bab ini, penulis berharap agar pembaca
Dalam bab ketiga, peneliti menganalisis data yang telah didapatkan dan
mengaitkannya dengan teori mengenai bentuk kewaktuan, yakni kategori aspek dan
kala. Penulis akan memaparkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam data dan
membuat terjemahan harafiah dari kalimat-kalimat tersebut. Dengan hal ini, pembaca
diharapkan melihat uraian mengenai bentuk penanda kategori aspek dan kala yang
penulis temukan dalam buku cerita anak terjemahan yang penulis jadikan sumber
data. Melalui terjemahan harafiah ini pula dapat terlihat perbandingan kategori aspek
Bab yang terakhir atau bab keempat berisi konklusi atas penelitian yang telah
dilakukan. Bab terakhir ini juga merupakan rangkuman dari seluruh penelitian yang
telah dilakukan. Melalui bab terakhir ini, pembaca dapat melihat apakah penulis telah
menjawab permasalahan penelitian penulis dengan tuntas atau belum. Hal ini
BAB II
LANDASAN TEORI
bahasa Indonesia. Seperti yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya, bentuk
ini diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda dalam setiap bahasa. Pembahasan
bahasa Inggris.
Para ahli menggunakan istilah yang berbeda-beda dalam hal konsep kewaktuan
(aspek, kala, dan aksionalitas). Oleh karena itu, penulis akan memaparkan
ahli bahasa. Penulis juga menggunakan beberapa kamus, seperti Kamus Inggris-
Indonesia (1996), Kamus Linguistik (2001), dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
1. waktu fisis (temps physique), yakni waktu yang secara alamiah kita alami
yang sifatnya sinambung, linear, tidak terhingga, dan tidak dapat kita alami
lagi;
2. waktu kronis (temps chronique), yakni waktu yang dipikirkan kembali atau
hanya mengalami waktu fisis yang terus berjalan tanpa dapat dikembalikan lagi.
mengetahui sejarah, masa kini, dan hari esok. Untuk mengungkapkan apa yang
disebut waktu fisis dan kronis tersebut, digunakanlah bahasa sebagai alat sehingga
muncullah waktu kebahasaan yang dikaitkan dengan saat penuturan atau saat
pengujaran.
Setiap bahasa di dunia ini mempunyai kategori yang berkaitan dengan waktu
kebahasaan karena kategori ini bersifat universal. Artinya, setiap bahasa mempunyai
unsur yang digunakan untuk mengungkap waktu yang terlibat dalam pengujaran.
Pada bahasa-bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, kategori ini diungkapkan secara
gramatikal. Akan tetapi, ada pula bahasa yang menggunakan bentuk-bentuk leksikal
(3) I have eaten fried rice ‘Saya sudah makan nasi goreng’
yakni Tense (1985) dan Aspect (1985). Tense (kala) yang diungkapkan Comrie (1985:
9) merupakan bentuk gramatikal yang menempatkan peristiwa dalam waktu. Hal ini
berarti bentuk kala terintegrasi dalam sistem suatu bahasa. Bentuk kala dalam bahasa
Tidak semua bahasa mempunyai kategori kala dalam sistem bahasanya. Pada
bahasa tak berkala, pengungkapan peristiwa dalam waktu dapat dilakukan dengan
merujuk pada bentuk leksikal tertentu. Kalimat contoh di bawah ini menunjukkan
bahwa kala lampau dipahami berdasarkan nomina waktu kemarin, bukan berdasarkan
unsur internal kewaktuan dalam suatu situasi atau peristiwa. Unsur-unsur internal
kewaktuan yang dimksud adalah masalah pungtual dan duratif, telis, dan atelis, serta
dalam bentuk makna aspektual. Hal ini berarti kategori aspek yang diungkapkan
Comrie (1985: 6) merujuk pada hal yang bersifat semantis. Dalam bahasa Inggris,
(7) John was singing dan (8) John is singing berbeda dalam hal tense (kala).
Sementara itu, (9) John was singing dan (10) John sang berbeda dalam segi aspek.
Kalimat contoh (7) berbentuk lampau (past) yang ditandai dengan verba bantu
(auxilary verb) bentuk lampau was. Sementara itu, kalimat contoh (8) berbentuk kini
(present) yang ditandai dengan verba bantu is. Selain itu, keduanya sama-sama
Di lain pihak, kalimat contoh (9) dan (10) sama-sama berbentuk lampau, tetapi
makna aspektual yang dapat dipahami dari kedua kalimat tersebut berbeda. Kalimat
contoh (9) mengungkap aspek progresif melalui verba berakhiran –ing, sementara
kalimat contoh (10) yang berbentuk kala lampau mengungkap aspek perfektif, yakni
(1992: 29) merumuskan beberapa istilah yang terkait dengan masalah kewaktuan. Ia
Dari perumusan Hoed (1992: 29) tersebut, dapat diketahui bahwa fokus
sebuah kerangka semantis SRW. Istilah kala dapat dikatakan sebagai padanan dari
Kala yang dimaksud Hoed (1992: 33—34) adalah alat kebahasaan yang
bahasa berkala dan bahasa tanpa kala. Bahasa-bahasa seperti bahasa Inggris dan
Berdasarkan penjelasan tersebut, bukan berarti bahwa bahasa tanpa kala tidak
peristiwa dalam waktu dengan alat kebahasaan lain. Bahasa yang disebut Hoed
(1992: 33—34) sebagai bahasa berkala, seperti bahasa Perancis dan bahasa Inggris,
disebutnya sebagai bahasa tanpa kala, seperti bahasa Indonesia, menggunakan bentuk
kala.
kewaktuan dalam bahasa, yakni kala, modus, dan aspek. Lyons (1995: 298)
kontras gramatikal yang semantis. Kontras gramatikal dalam hal ini yaitu past,
3
Penjelasan mengenai kala yang dirumuskan oleh Hoed (1992) akan diberikan pada subbab
selanjutnya.
present, dan future (‘lampau’, ‘kini’, dan ‘mendatang’). Banyak ahli yang menyangka
tiga bentuk gramatikal tersebut merupakan ciri bahasa yang universal. Tetapi Lyons
(1995: 298) menyatakan tidak demikian halnya. Kala tidak terdapat dalam semua
bahasa.
Contoh: (11) I jumped from the rooftop ‘saya lompat dari atap’
Bentuk kala pada contoh di atas adalah simple past tense. Hal ini ditandai
dengan verba infleksi jumped (V-ed) yang mengungkap makna kala lampau.
Peristiwa jumped ‘lompat’ terjadi pada suatu waktu sebelum waktu pengujaran
sebagai titik acuan. Makna ‘lampau’ merupakan kategori semantis yang diketahui
berdasarkan bentuk yang terwujud secara morfologis, yakni verba infleksi jumped.
modus. Lyons (1995: 300) menerangkan modus sebagai hal yang berkenaan dengan
sikap pembicara terhadap apa yang diutarakannya. Modus diungkapkan dalam bentuk
sebagainya, yang berkaitan dengan sikap pembicara. Bentuk ini sesungguhnya tidak
dikaitkan dan dipersilangkan dengan kala. Ada ahli bahasa yang menganggap bentuk
kala tertentu terkadang mengungkap makna modus. Akan tetapi, hal ini terjadi pada
kasus khusus dan berbeda dengan hal yang penulis teliti sehingga tidak akan
Istilah lain yang diungkap Lyons (1995) dalam hal kewaktuan adalah aspek.
Lyons (1995: 307) secara umum menjelaskan aspek sebagai alat untuk
sebuah peristiwa sudah, sedang, atau belum berlangsung. Istilah-istilah yang terkait
dengan aspek menurut Lyons (1995) antara lain perfektif, imperfektif, habituatuf,
progresif, statif, duratif, dan pungtual (momentan). Penjelasan lebih lanjut mengenai
Lyons tidak membedakan antara aspek dan aksional. Dalam Nurhayati (1999:
13—14), Lyons (1977) menyebut Aktionsart hanya bermakna ‘kind of action’ yakni
‘bagian makna verba yang secara lazim mengacu ke jenis-jenis situasi tertentu.’
Carl Bache, linguis asal Jerman, secara konsisten membedakan antara kala,
aspek, dan aksionalitas. Dalam bukunya, The Study of Aspect, Tense, and Action,
Bache (1997) menyebutkan kala (tense), aspek (aspect), dan aksional (action) sebagai
Perbedaan antara aspek dan aksional terdapat dalam tataran semantik. Istilah
aksional berasal dari bahasa Jerman Aktionsart. Istilah tersebut dapat diartikan
sebagai ‘manner of action’4, yakni dapat dikatakan pula sebagai karakteristik aksi
yang terdapat dalam predikatnya. Menurut Bache (1985: 11) dalam Nurhayati (1999:
42), “Aktionsart tidak sama dengan makna aktual verba, tetapi mengacu pada
kewakuan—seperti statif dan duratif, telis dan atelis, serta duratif dan momentan,
Semetara itu, ahli bahasa lain, seperti Comrie (1985) dan Lyons (1995) menelaahnya
beberapa istilah yang berkaitan dengan bentuk kewaktuan dalam bahasa. Terdapat
kategori kala, yakni kategori yang berkaitan dengan penempatan peristiwa dalam
waktu (kini, lampau, dan mendatang); kategori modus yang berkaitan dengan sikap
pembicara (harus, ragu, boleh, dan sebagainya); kategori aspek yang berkaitan
4
Dalam Routledge Dictionary of Language and Linguistics, Aktionsart didefinisikan
sebagai, “German term meaning ‘manner of action’; itu is used by some linguist (esp. German and
Slavinic) to denote the lexicalization of semantic distinction in verbal meaning, as opossed to aspect.”
(hlm. 14)
dengan keselesaian suatu peristiwa (sudah, akan, atau sedang berlangsung); serta
kategori kala dan aspek. Penulis tidak akan membahas modus karena kategori ini
tidak berkaitan dengan penelian. Sementara itu, aksional juga tidak akan dibahas
karena unsur-unsur yang terdapat di dalamnya juga dibahas dalam kategori aspek.
Telah disebutkan sejak awal bahwa dalam bahasa Indonesia tidak terdapat
makna temporal (kala) dalam sistem verbanya. Hal ini diungkapkan Gonda (1954)
dalam Hoed (1992: 88). Akan tetapi, Gonda menambahkan bahwa terdapat bentuk-
bentuk tertentu yang dapat memberi tambahan makna kewaktuan pada suatu
peristiwa.
Dalam penelitian ini, kategori kala juga turut diuraikan dalam teori karena
dalamnya. Uraian ini diberikan untuk menganalisis bentuk kala yang muncul dalam
data bahasa Inggris. Lyons (1995: 298) menyebutkan ciri hakiki kategori kala adalah
bahwa hal itu menghubungkan waktu perbuatan, kejadian, atau peristiwa bahasa yang
diacu dalam kalimat dengan waktu ujaran. Kategori kala tidak harus terdapat dalam
suatu bahasa karena setiap bahasa mempunyai cara yang berbeda-beda untuk
mengungkap kewaktuan.
Comrie (1985: 13) menyebut kala sebagai kategori deiktis karena merujuk pada
hal di luar bahasa, yakni waktu. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa perujukan waktu
tersebut dilakukan secara arbitrer karena kita tidak pernah tahu dengan pasti bagian
yang merupakan titik awal atau pun akhir dari waktu. Kita baru dapat menentukan
sebuah peristiwa yang diujarkan mengungkap kala kini, lampau atau mendatang
setelah mengetahui titik yang menjadi rujukan (pusat deiktis). Kala kini (present)
merupakan bentuk yang biasanya dijadikan sebagai pusat deiktis. Berikut adalah garis
mengenai bentuk kala mutlak (absolute tense). Terdapat tiga kala mutlak yang
dirumuskan Comrie (1985: 36), yakni present tense, past tense, dan future tense.
yang berlangsung pada pusat deiktis dalam garis waktu. Dalam bahasa inggris,
bentuk present tense ditandai denggan verba bentuk dasar (base) atau verba dengan
akhiran –s/-es.. Dalam banyak bahasa, termasuk bahasa Inggris, present tense juga
Misalnya pada kalimat (12) John goes to work at eight o’clock in the morning
(everyday). ‘Pergi ke kantor setap pukul delapan pagi’ merupakan kebiasaan yang
dilakukan John setiap hari. Tanpa menuliskan keterangan everyday pun kebiasaan
peristiwa dalam waktu sebelum waktu kini. Dalam garis waktu, kala lampau terletak
di sebelah kiri pusat deiktis. Bentuk ini ditandai oleh verba bentuk lampau atau verba
Contoh: (13) John went to the cinema yesterday ‘John pergi ke bioskop kemarin.’
Peristiwa ‘pergi ke bioskop’ telah terjadi pada suatu waktu sebelum kini. Bentuk past
tense mutlak seperti ini juga mengungkap aspek perfektif karena peristiwa tersebut
sudah selesai terjadi di waktu sebelum waktu kini. Hal ini menunjukkan kaitan antara
(SMD, hlm.4)
penulis ambil dari data. Kalimat tersebut mengungkapkan aspek inkoatif, yakni aspek
yang berlangsung pada waktu sebelum kini. Dalam garis waktu, peristiwa yang
diungkapkan dalam kalimat contoh (14) tersebut berada di sebelah kiri pusat deiktis
peristiwa dalam waktu setelah waktu kini. Dalam garis waktu, kala mendatang
terletak di sebelah kanan pusat deiktis. Bentuk ini ditandai dengan verba bantu will.
Sebenarnya, bentuk kala ini masih menimbulkan perdebatan. Comrie (1985: 45)
menyatakan tidak ada bahasa yang mengungkap futur tense secara benar-benar
gramatikal. Bentuk ini ditandai oleh bentuk leksikal will. Verba dalam kala ini tetap
Contoh: (15) I will go to Anyer next week ‘saya akan pergi ke Anyer pekan depan.’
(16) They will have an exam tomorrow ‘mereka akan mengikuti ujian besok.’
kejadian, atau peristiwa bahasa yang diacu dalam kalimat dengan waktu ujaran.
Kategori ini mengungkap apakah suatu peristiwa terjadi pada waktu lampau, kini,
atau mendatang (past, present, atau future), dengan waktu ujaran sebagai tolok ukur
pusat deiktis.
Kategori kala tidak harus selalu diungkapkan secara gramatikal dalam bahasa.
Dalam hal ini bahasa Indonesia yang tidak mempunyai sistem kala tidak harus
berkala, seperti bahasa Inggris. Akan tetapi, bentuk kewaktuan lampau, kini, dan
mendatang dapat dipahami dengan mengaitkan unsur-unsur lain yang muncul, seperti
nomina waktu.
muncul dalam bahasa Indonesia. Pada data berbahasa inggris, kategori kala tentu
dapat diidentifikasi secara gramatikal. Bentuk kewaktuan ini memang tidak harus
Unsur yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan unsur kala dalam bahasa
Indonesia adalah verba dan waktu pengujaran. Berbeda dengan bentuk wacana lisan,
waktu pengujaran pada wacana tertulis—seperti buku cerita yang penulis gunakan
makna kala hanya dipahami berdasarkan konteks yang terbangun dalam cerita.
Bentuk yang sama tidak berarti mengungkap makna yang sama, tergantung
konteksnya.
Istilah aspek, menurut Lyons (1995: 2980, pertama kali diungkapkan untuk
mengacu pada perbedaan ‘perfektif’ dan ‘imperfektif’ dan infleksi verba dalam
bahasa Rusia dan bahasa-bahasa Slavonika lainnya. Smith (1991: 22) mengemukakan
bahwa kategori aspek merupakan kategori yang bersifat universal. Sistem aspek yang
Dalam setiap bahasa, kategori aspek berkaitan dengan masalah perfektif dan
pungtual, dan sebagainya. Lyons (1995: 307) secara umum menjelaskan aspek
Indonesia, masalah perfektif dan imperfektif atau ‘selesai’ dan ‘belum/tidak selesai’
Dalam kalimat contoh tersebut, aspek perfektif diketahui berdasarkan konteks verba
berprefiks ter- yang menyatakan perbuatan telah selesai dan berarti ‘dapat
dipecahkan’.
Oleh karena bersifat universal, kategori aspek juga dibicarakan dalam bahasa
dalam wacana bahasa Indonesia. (1) makna aspektual perfektif; (2) makna aspektual
imperfektif; dan (3) makna aspektual yang netral. Sudut pandang perfektif
berinteraksi dengan situasi yang bertitik akhir, sementara sudut pandang imperfektif
berinteraksi dengan situasi yang tidak bertitik akhir alamiah. Sudut pandang netral
makna perfektif dilakukan melalui verba berafiks me-i, me-kan, di-i, di-kan, memper-
i, memper-kan, diper-i, diper-kan, ter- dan frase verbal dengan pemarkah sudah,
melalui verba berafiks ber- dan frase verbal bermarkah sedang, tengah, lagi, masih,
terus, sering, selalu. Akan tetapi, pada umumnya, untuk menyatakan konsep
kewaktuan dalam bahasa Indonesia dipakai alat-alat kebahasaan seperti (a) nomina
waktu; (b) adverbia waktu; (c) bentuk leksikal tertentu; (d) afiks; atau (e) verba.
membentuk verba bermakna repetitif. Selain itu, ada prefiks ter- yang bermakna
Di samping afiks pembentuk verba, alat kebahasaan lain yang muncul untuk
menyebutkan beberapa nomina yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, seperti pagi,
petang, waktu, zaman, tahun, hari, sore dan minggu. Kridalaksana (2005: 85) juga
memaparkan adverbia sebagai penanda aspek, yakni lagi, masih, pernah, sudah,
telah, mulai. Akan tetapi, ia menambahkan catatan bahwa terdapat beberapa aspek
yang tidak diungkapkan oleh adverbia melainkan diungkapkan oleh alat kebahasaan
lainya.
masalah aspek sebagai bagian yang menjadi pemadu dalam kalimat yang menjelaskan
atau hal sesuatu, atau singkatnya proposisi yang dinyatakan oleh kalimat, dalam
Hal ini berbeda dengan pengertian kala (tense) pada bahasa Inggris karena
dalam bahasa Indonesia keadaan itu tidak dinyatakan dengan menggunakan bentuk
konstruksi dasar. Oleh karena partikel itu menunjukkan semacam aspek dari
peristiwa, keadaan, atau hal yang dimaksudkan dalam kalimat, Samsuri menyebut
penulis membahas beberapa makna aspektual yang muncul dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini beberapa makna aspektual yang akan dibahas pada bagian analisis.
berkali-kali (kekerapannya).
kebiasaan.
Contoh: (22) Biasanya, jalanan ibukota menjadi lebih padat pada hari Senin.
sebentar.
penjabaran dari dua bentuk aspek yang utama, yakni aspek perfektif dan imperfektif.
Aspek momentan dapat digolongkan sebagai bagian dari aspek perfektif. Aspek ini
inkoatif, kontinuatif, progresif, dan repetitif dapat dikatakan pula sebagai aspek
rumusan Comrie (1985: 25), terungkap bahwa aspek habituatif, kontinuatif, dan
yang diungkapkan dalam predikat. Aspek dapat mengungkap apakah peristiwa sudah
selesai, belum selesai, sedang berlangsung, selalu berlangsung, atau baru saja
berlangsung. Dalam bahasa Indonesia, kategori aspek dapat dipahami secara semantis
berdasarkan bentuk-bentuk leksikal yang ada. Aspek juga dapat dipahami dengan
melihat unsur-unsur yang muncul dalam wacana. Oleh karena itu, makna aspektual
terjemahan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama ialah terjemahan yang dilakukan
kata demi kata, dengan tujuan tidak menyimpang sedikit pun dari ciri-ciri lahiriah
penerjemahan yang dilakukan baris per baris (interlinear). Penerjemahan jenis ini
sangat berguna untuk studi bahasa sumber. Akan tetapi, penerjemahan harfiah tidak
cukup membantu pembaca bahasa sasaran yang ingin mengetahui makna teks
Kelompok kedua adalah terjemahan yang bentuk bahasanya tidak terikat pada
naskah sumbernya, tetapi tujuannya ialah mengungkapkan intisari dari ide atau
maksud yang terkandung dalam naskah asli. Terjemahan jenis ini biasanya paling
Terjemahan seperti itu juga dapat disebut sebagai terjemahan bebas. Larson (1989:
18) menyatakan, “Sebuah terjemahan disebut terlalu bebas jika dalam penerjemahan
itu ditambahkan informasi lain yang tidak ada dalam teks sumber atau jika kenyataan
ekuivalensi antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Terjemahan seperti itu tidak
termasuk terjemahan harfiah karena tidak didasarkan pada terjemahan kata demi kata.
Akan tetapi, terjemahan macam itu tidak pula disebut sebagai terjemahan yang bebas
karena dalam hal bentuknya masih terikat dengan ciri lahiriah naskah sumber.
Terjemahan yang seperti itu dapat disebut sebagai terjemahan idiomatik. Terjemahan
yang idiomatik dapat dianggap ada di tengah kedua ekstrem, antara terjemahan yang
leksikal dan terjemahan idiomatis makna teks itu. Sesungguhnya, tidak mudah
penerjemah dalam hal penerjemahan tenses. Tidak seperti pada bahasa Inggris,
bahasa Indonesia tidak mempunyai konsep verbal concord, yakni persesuaian bentuk
kata kerja dengan subjeknya, dan juga tidak ada tenses, yaitu persesuaian bentuk kata
kerja sesuai dengan waktunya: waktu sekarang, lampau, atau akan datang. Oleh
karena itu, penerjemahan bentuk tenses bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
mengungkapnya.
Kata kerja bahasa Inggris dalam bentuk lampau tidak harus selalu diimbangi
dengan kata telah atau sudah pada terjemahannya karena dalam bahasa Indonesia ada
verba tertentu yang telah mencakup makna aspek tertentu. Misalnya, kalimat last
week, I went to the cinema dapat diterjemahkan menjadi minggu lalu, saya pergi ke
bioskop tanpa harus menambah kata telah atau sudah sebelum kata pergi. Keterangan
waktu minggu lalu sudah cukup mejelaskan peristiwa pergi sudah terjadi dan
waktunya sudah lewat sehingga penerjemah tidak perlu mengutak-atik verbanya lagi.
Hal ini juga berlaku pada penerjemahan tenses lainnya, seperti perfect tense,
gabungan antara past tense dengan perfect tense; progressive tense dengan perfect
tense; atau bahkan gabungan tiga tenses sekaligus. Dalam hal ini, penerjemah harus
seperti sudah sedang, akan sedang, telah akan, sudah akan sedang. Konsep waktu
utama. Segala bentuk kemudahan hendaknya dibuat agar pembaca dapat mengerti
kemudahan pengertian. Oleh karena itu, pekerjaan menerjemah akan melibatkan apa
Sebagai contoh, ungkapan jika menegur seseorang “Selamat pagi, Bu! Mau ke
“Good morning, Ma’am! Where are you going?” Seharusnya, dalam bahasa Inggris
ungkapan tersebut menjadi “Good morning, Ma’am! How are you?” Dalam contoh
tersebut, kesalahan terjadi karena performance bahasa Inggris dan bahasa Indonesia
tersebut dilihat berdasarkan konteks atau situasi menyampaikan salam atau menegur
Menurut Larson (1989: 15), kategori terjemahan yang lebih baik adalah
Akan tetapi, terdapat bentuk kalimat yang sudah dapat dipahami melalui terjemahan
harfiah saja. Memang cukup sulit membuat suatu bentuk terjemahan dengan satu tipe
tertentu secara konsisten. Selain itu, kombinasi bentuk terjemahan akan membuat
Pada buku-buku bacaan tertentu, tenses dalam bahasa Inggris dapat terwujud
dengan cukup rumit. Atas dasar masalah tenses yang rumit ini, penulis menggunakan
buku cerita anak sebagai sumber data. Dalam cerita anak, kompleksitas tenses
dihindari karena berkaitan dengan kemampuan bahasa anak-anak sehingga data ini
Penerjemahan idiomatis terdapat pada kalimat yang jika diterjemahkan secara harfiah
tidak memiliki nilai komunikasi terhadap pembaca sasarannya. Akan tetapi, penulis
tetap memaparkan terjemahan harfiah atas setiap kalimat yang ada dalam data. Hal
ini dilakukan untuk melihat perbandingan pemunculan bentuk kategori aspek dan
BAB III
Menyelamatkan Dunia
kebahasaan seperti (a) nomina waktu; (b) adverbia waktu; (c) bentuk leksikal
tertentu; (d) afiks; atau (e) kata kerja (Montolalu, 2001: 3). Pada saat menerjemahkan
muncul.
Misalnya, dalam kalimat I have been waiting for you for a year yang
dipaparkan di bawah ini. Bentuk terjemahan bahasa Indonesia dari kalimat tersebut
adalah aku sudah menunggumu selama setahun. Akan tetapi, terjemahan tersebut,
kala lampau dan masih berlangsung sampai saat diujarkan (Azar, 1989: 36). Have
been dalam kalimat tersebut merupakan bentuk auxilary verb (verba bantu) yang
menyatakan aspek perfektif pada bentuk kala kini (present). Verba yang diikuti sufiks
–ing, yakni waiting, mengungkap aspek progresif sehingga makna kalimat tersebut
tentang kegiatan wait ‘menunggu’ yang telah dilakukan sejak suatu waktu di kala
sudah menunggu. Hal ini membuat hanya aspek perfektifnya yang terungkapkan,
Selain itu, bentuk kala kini yang tidak terungkap dalam terjemahannya.
untuk melihat bentuk-bentuk konsep kewaktuan—dalam hal ini kala dan aspek—
yang muncul di dalam bahasa Indonesia. Penulis menggunakan buku yang berjudul
akan memaparkan terjemahan secara harfiah untuk melihat transformasi kala dan
aspek dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia. Sebuah kamus Inggris-Indonesia
yang disusun John M. Echols dan Hassan Shadily (1996) digunakan untuk
ini. Dalam bukunya, cerita terjemahan langsung ditulis di bawah cerita bahasa
Inggrisnya. Seperti yang telah dijelaskan, terdapat 45 kalimat yang akan penulis
analisis, termasuk kalimat pada judul. Oleh karena itu, penulis melakukan penomoran
yang menandai setiap kalimat yang ada. Kemudian, penulis membuat terjemahan
harfiah dari setiap kalimat untuk dibandingkan dengan terjemahan yang terdapat di
buku. Dengan begitu, akan terlihat perbandingan bentuk konsep kewaktuan dalam
buku cerita dwibahasa ini. Penulis juga mencantumkan kelas kata dari setiap kata
yang ada. Hal ini dilakukan agar perubahan yang terjadi dari bahasa Inggris ke bahasa
menyajikannya dalam bentuk tabel, diharapkan pembaca akan lebih mudah menelaah
6. This man runs the corner grocery Bapak ini punya toko kelontong di
store (12). He’s been there for years belokan (12). Sudah bertahun-tahun
(13). All the kids buy candy from ia hidup di sana (13). Semua anak
him (14). He’s a nice man (15). membeli permen di tokonya (14). Ia
orang yang baik (15).
7. But bad guys will be bad guys (16). Tapi orang jahat tetap orang jahat
One night somebody tried to rob (16). Suatu malam ada yang
him (17). The grocer was in big mencoba merampoknya (17). Si
trouble (18). pemilik toko dalam bahaya (18).
8. I sensed there was a problem (19). I Aku merasakan ada masalah (19).
came (20). I saw (21). I aimed a big Aku datang (20). Aku melihatnya
web-strand at the robber (22). (21). Kutembakkan benang labah-
labah ke arah si perampok (22).
9. The problem was solved (23). Masalah itu pun terpecahkan (23).
10. One night a couple of guys decided Pada suatu malam sepasang
to rob a jewelery store (24). It penjahat memutuskan untuk
didn’t take long for me to wrap merampok toko perhiasan (24).
things up (25). Dalam waktu singkat aku sudah
membereskan masalah itu (25).
12. I hate to see anyone in trouble (26). Aku benci melihat orang dalam
But I get really angry when I see kesulitan (26). Tapi aku sangat
someone I like getting pushed marah kalau melihat orang yang
arround (27). kusukai diganggu orang (27).
18. I don’t usually take credit for the Biasanya aku tidak mengaku akulah
good deeds I do (32). yang melakukan semua aksi itu
(32).
19. But sometimes I can’t help myself Tapi kadang-kadang aku tidak tahan
(33). (33).
21. And some people think I might be Dan sebagian orang mengira
dangerous, too (36). mungkin aku juga berbahaya (36).
22. People can think whatever they Orang-orang boleh berpikir sesuka
want (37). mereka (37).
23. I have a job to do, and I do it (38). Aku punya tugas yang harus
dilakukan, dan aku melakukannya
(38).
24. Knowing i’ve helped someone is all Hanya mengetahui aku sudah
the reward I need (39). menolong seseorang, aku sudah
puas (39).
25. Some people have their wrong idea Beberapa orang sering salah sangka
about me...(40) terhadapku...(40)
26. ...until they see me in action (41). ...sampai mereka melihat aku
beraksi (41).
27. This is the best part of my job (42). Inilah bagian terbaik dari
pekerjaanku (42).
28. Whenever someone in city needs Setiap kali orang di kota ini
me, I’ll be there (43). You can be membutuhkanku, aku pasti datang
sure of that (44). I’m your friendly (43). Kamu boleh percaya itu (44).
neighbourhood Spiderman! (45) Aku Spiderman, tetanggamu yang
ramah (45).
dalam tataran wacana. Sebagai wacana yang utuh, SMD mengisahkan kehidupan
seorang pahlawan yang selalu membantu dan menyelamatkan orang lain. Dalam hal
Sebagai buku cerita yang bersifat naratif, SMD juga terikat dengan jalinan
waktu dari peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Konsep kewaktuan terungkap
pada saat tokoh mengisahkan perjalanan hidupnya sebagai pahlawan. Dimulai dengan
sehari-harinya sebagai pahlawan. Kisah ini juga mengungkap kebiasaan dan juga
harapan serta janji sang pahlawan di masa mendatang kepada orang-orang di kotanya.
Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan hasil analisis berdasarkan data
dalam SMD. Penulis juga akan memaparkan bentuk alat-alat kebahasaan dalam SMD
yang merujuk pada kategori aspek dan kala. Perbandingan dengan bentuk yang
muncul dalam bahasa Inggris dilakukan untuk melihat perbedaan perwujudan kala
analisis. Bagian (a) adalah bentuk kalimat dalam bahasa Inggris yang diperoleh dari
data. Bagian (b) merupakan terjemahan harfiah yang penulis sertakan untuk
Terakhir, bagian (c) adalah terjemahan yang terdapat dalam buku, yakni terjemahan
yang sudah disesuaikan untuk menyampaikan makna yang tepat. Berikut ini adalah
Kalimat pertama ini merupakan kalimat yang diambil dari judul. Judul tersebut
diterjemahkan sebagai Spiderman Menyelamatkan Dunia. Kata the day pada judul
tidak diartikan sebagai ‘hari’, padahal secara harfiah, day berarti ‘hari’. Ada makna
yang dianggap penerjemah lebih mewakili konsep the day dalam judul tersebut
sehingga penerjemah menggunakan konsep ‘dunia’ sebagai terjemahan dari the day.
diterjemahkan. Bentuk saves dalam Spiderman Saves the Day menunjukkan pola
simple present tense dalam bahasa Inggris. Bentuk dasar save yang ditambah akhiran
-es tersebut menunjukkan bentuk kegiatan, peristiwa, atau hal yang dilakukan pada
saat kini dan dilakukan sebagai kebiasaan. Terkandung aspek habituatif dalam
kalimat tersebut. Aspek habituatif tersebut tidak dapat dilihat dalam terjemahannya,
sudah dilakukan oleh ‘Spiderman’ sebagai pelaku. Hal ini sesuai dengan rumusan
adalah menggunakan konfiks me-kan. Hal ini menunjukkan kategori aspek yang
terungkap dalam bahasa Inggris dapat saja berbeda dengan bentuk terjemahannya.
Sementara itu, kala kini yang terdapat dalam bahasa Inggris tidak tertuang
dalam terjemahannya. Dalam bahasa Inggris, kala kini terungkap melalui verba
mengungkap kala. Secara kontekstual, makna kala juga tidak jelas. Sebagai judul,
dikaitkan dengan kalimat-kalimat lain. Dengan demikian, pada kalimat (1) ini bentuk
kala dalam bahasa Indonesia tidak terungkap sementara aspek yang terungkap adalah
aspek perfektif.
b. Menjadi seorang pahlawan super adalah berbeda dari kamu boleh pikir.
V Num. Ntakrif Adj. V V Prep. Pron. Adv. V
Subjek pada kalimat (2) ini berbentuk frasa, yakni being a superhero. Akhiran
–ing pada being merupakan penanda aspek kontinuatif dan verba be dalam hal ini
kalimat (2) ini. Artinya, ‘menjadi superhero’ terjadi pada suatu waktu sebagai titik
Kalimat (2a) merupakan kalimat dalam bentuk simple present tense dengan is
Sementara itu, dalam predikat pada (2c) Menjadi superhero sangat berbeda dari yang
kau bayangkan muncul verba dengan prefiks ber-, yakni berbeda, yang mengungkap
yang tidak bertitik akhir sehingga bermakna imperfektif. Hal ini, sesungguhnya,
sesuai dengan yang diungkapkan Montolalu (2001: 3) bahwa prefiks ber- dalam
Kita dapat mengetahui kala yang digunakan dalam bentuk (2c) melalui verba is
yang merupakan verba dalam bentuk kala kini (present). Dalam terjemahannya,
bentuk kala tidak terungkap. Verba berbeda tidak mengungkap makna kala. Akan
tetapi, kala dalam kalimat ini dapat diketahui dengan memperhatikan konteks frasa
verbal menjadi superhero. Oleh karena frasa tersebut mengungkap makna aspektual
yang kontinuatif, ‘menjadi superhero’ berarti masih berlangsung sampai pada saat
pengujaran. Artinya, kala dalam kalimat (2c) ini adalah kala kini. Dengan demikian,
pada kalimat (2) ini, bahasa Indonesia tidak mengungkap kala secara leksikal, tetapi
dipahami berdasarkan konteks. Selain itu, aspek yang terdapat dalam kalimat (2) ini
Bentuk terjemahan (3c) dalam kalimat ketiga ini sangat berbeda dari
terjemahan harfiahnya, yakni kalimat (3b). Akan tetapi, terjemahan yang dibuat dapat
dimengerti tanpa harus menerjemahkan seluruh bagian kalimat (3a). Makna yang
ingin disampaikan dari bahasa sumber (Bsu) sudah dapat dipahami dalam bahasa
sasarannya (Bsa). Bentuk terjemahan seperti pada kalimat (3) ini adalah
penerjemahan bebas karena bentuk terjemahannya tidak terikat secara harfiah dengan
bahasa Inggrisnya.
different than you might think. Kala yang digunakan dalam kalimat (3) ini pun
masih kala kini (present) karena dipahami berdasarkan konteks pada kalimat (2).
Dalam bahasa Inggrisnya, kala tertandai pada verba is, sementara hal ini tidak
tertandai dalam bahasa Indonesia. Kata seru sebagai predikat tidak mengungkap
makna kala. Akan tetapi, kalimat ini masih terkait dengan kalimat sebelumnya.
‘Keseruan’ dalam kalimat (3c) berkaitan dengan ‘menjadi superhero’. Dengan begitu,
kala yang terdapat pada kalimat ini juga kala kini, sesuai dengan kalimat sebelumnya.
aspektual netral. Seru sebagai predikat tidak berinteraksi dengan titik awal maupun
titik akhir. Akan tetapi, bentuk ini dapat saja berbeda pada situasi tertentu, tergantung
dari konteksnya. Dalam kalimat ini, penulis menganggap makna aspektual yang
b. Aku mendapatkan untuk berayun melewati kota dan memanjat naik gedung-
Pron. V Prep. V V N Konj. V V N
gedung.
Jamak
b. Tapi ada adalah banyak lebih untuk hal itu daripada itu.
Dem. V V Adj. Adv. Prep. N Dem. Prep. Dem.
Dalam bahasa Inggris, kala dapat terungkap melalui bentuk verba yang berubah
sesuai dengan kalanya. Sementara itu, verba bahasa Indonesia tidak dapat
menentukan kala jika tidak bergabung dengan adverbia waktu atau pun afiks tertentu.
Kalimat (4a) sampai (8a) menggunakan kala kini yang ditandai oleh penggunaan
verba bentuk dasar yakni is, get to dan climb up serta modal bentuk dasar, yakni can.
Kala kini pada kalimat (4c)—(8c) dapat diketahui secara kontekstual dengan
melihat kaitannya dengan kalimat (2c) dan (3c). Kalimat-kalimat ini merupakan
rangkaian penjelasan dari ‘keseruan menjadi superhero’. Dengan begitu, kala kini
dapat dipahami. Akan tetapi, secara gramatikal ataupun leksikal, kala kini memang
Dalam bahasa Inggris, kala present (simple present tense) dapat mengungkap
aspek habituatif. Artinya, perbuatan yang diungkap melalui verba dapat dipahami
sebagai sebuah kegiatan yang biasanya terjadi. Pada terjemahannya, verba yang
Pada kalimat (4c) Aku bisa berayun ke seantero kota dan memanjat gedung-
imperfektif. Perbuatan ‘berayun’ merupakan situasi yang tidak bertitik akhir. Dalam
konteks kalimat (4c) ini, predikatnya merupakan frasa verba bisa berayun. Verba bisa
yang ada menjadi berubah. Jika tidak ada kata bisa, makna aspektual yang muncul
dari predikat kalimat ini memang imperfektif. Akan tetapi, muncul verba bisa yang
membuat makna aspektualnya menjadi netral. Makna yang ingin disampaikan adalah
‘kebisaan dalam hal berayun’ sehingga tidak ada interaksi dengan titik akhir alamiah.
Verba lain yang muncul dalam kalimat ini adalah memanjat. Makna aspektual
dalam verba memanjat sulit diketahui jika tidak ada bentuk lain yang menyertainya,
seperti adverbia sudah, sedang, atau akan. Makna verba ini adalah ‘melakukan hal
panjat’. Menurut penulis, verba ini tidak berinteraksi dengan titik akhir. Dengan
Pada kalimat (5c) Aku bisa menembakkan benang labah-labah, verba yang
muncul adalah menembakkan. Jika tidak berdampingan dengan verba bisa dalam
predikat yang berupa frasa verba, kata menembakkan mempunyai makna aspektual
perfektif.
pada kalimat contoh tersebut mengungkap makna aspektual yang berbeda. Pada
kalimat contoh, titik acuan awal dan akhir peristiwa ‘menembak’ dapat dirasakan.
Perbuatan ‘menembak’ telah berakhir saat amunisi, yakni benang labah-labah, keluar
dari ‘alat penembak’. Sementara itu, saat bergabung dengan verba bisa, titik acuan
akhir ini menjadi tidak ada karena fokusnya menjadi ‘kebisaan dalam hal
Selanjutnya, kalimat (6c) dan (7c) juga mengandung verba bisa dalam
predikatnya sehingga membuat makna aspektual yang muncul menjadi netral. Dalam
kalimat (6c) Aku bisa menempel di dinding, verba menempel sebenarnya juga
Kalimat (7c) Aku bisa merasakan bila orang-orang dalam bahaya juga
mempunyai predikat dengan bentuk frasa verbal bisa merasakan. Makna aspektual
yang muncul adalah makna netral. Pada klausa kedua, yakni orang-orang dalam
bahaya, predikatnya adalah frasa dalam bahaya. Bentuk ini juga mengungkap makna
Makna aspektual yang muncul dalam (8c) adalah makna aspektual imperfektif.
Predikat dalam kalimat (8c) Tapi ada lebih banyak lagi selain itu mengungkap makna
aspektual imperfektif karena verba ada mengungkap situasi yang tidak bertitik akhir.
Kalimat ini mengungkap makna bahwa terdapat keseruan-keseruan lain yang ada
karena menjadi superhero. ‘Ke-ada-an’ ini merupakan situasi yang tidak ada titik
akhirnya. Hal ini dipahami berdasarkan keterkaitan kalimat (8c) dengan kalimat-
kalimat sebelumya.
misalnya dengan bergabung dengan verba bisa. Begitu pula dengan verba lainnya
mempunyai kesenangan.
V N
Kala dalam kalimat (9) ini adalah kala lampau. Dalam kalimat bahasa Inggris,
kala tersebut terungkap melalui verba bentuk lampau, yakni V+ed, used, yang
berfungsi sebagai predikat. Kala lampau juga terungkap melalui keterangan waktu at
first. Dalam terjemahannya, kala lampau tidak terungkap melalui verba pada
mula. Adverbia ini mengungkap perbuatan yang sudah terjadi di waktu lampau.
Kata mula-mula dalam kalimat (9c) dapat mengungkap kategori kala sekaligus
aspek yang ada dalam kalimat bahasa Indonesia. Selain mengungkap kala lampau,
kekuatan untuk bersenang-senang sudah dilakukan pada suatu waktu yang sudah
perfektif. Perbuatan ‘menggunakan’ tersebut dilakukan hanya pada waktu awal ‘aku’
Verba lain yang muncul pada kalimat (9c) adalah bersenang-senang. Bentuk
verba dengan prefiks ber- biasanya mengungkap situasi yang tidak bertitik akhir.
Begitu pula dengan verba yang muncul ini. ‘Bersenang-senang’ merupakan situasi
yang tak bertitik akhir sehingga makna aspektual yang terungkap adalah imperfektif.
Akan tetapi, verba ini terikat dengan bentuk lain. Dalam kalimat, fungsi verba ini
adalah sebagai keterangan. Verba utama yang menjadi predikat dalam kalimat
menandai kala dalam bahasa Indonesia. Mula-mula muncul sebagai padanan dari
bentuk at first. Dalam bahasa Inggris, kala lampau ditandai dengan bentuk verba
lampau used dan keterangan waktu at first. Sementara itu, bahasa Indonesia dapat
mengungkap kala lampau dan makna aspektual melalui adverbia waktu mula-mula.
(10) a. But then I remembered what Uncle Ben told me: “With great power
Konj. Adv. Pron. Vpast konj. Npersona V Pron. Prep. Adj. N
b. Tapi lalu aku dulu ingat apa Paman Ben dulu katakan aku: “Dengan
Konj. Konj. Pron. N V Intr. Npersona N V Pron. Prep.
c. Tapi lalu aku ingat apa yang dikatakan Paman Ben: “Kekuatan
Konj. Adv. Pron. V Pron. Konj. V Npersona N
this city.
Dem. N
b. Itu adalah dulu waktu untuk aku untuk berbuat sesuatu baik untuk
Dem. V N N Prep. Pron. Prep. V Pron. Adj. Prep.
Kalimat (10) dan (11), pada dasarnya, sama halnya dengan kalimat (9) At first I
used my powers to have fun, yakni menggunakan kala lampau (past tense). Kalimat
dapat dipahami berdasarkan verba dengan konfiks di-kan, yakni dikatakan. Dalam
bahasa Indonesia, verba dalam bentuk pasif seperti pada kalimat (10c) ini dapat
mengungkap kala lampau. Kalimat Tapi lalu aku ingat apa yang dikatakan Paman
Ben mengungkap makna bahwa hal ‘yang dikatakan Paman Ben’ sudah diungkapkan
pada suatu waktu di kala lampau. Sementara itu, makna aspektual yang dapat terlihat
dari terjemahan (10c) adalah makna aspek perfektif yang juga terlihat melalui konfiks
Pada klausa kedua kalimat (10), yakni with great power comes great
responsibility ‘kekuatan yang besar berarti tanggung jawab yang besar’, muncul
verba dengan akhiran –s, yakni comes. Fungsinya adalah penanda aspek habituatif
dengan kala kini (present). Bentuk tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi berarti yang tidak mengungkap kala kini ataupun aspek habituatif.
Verba ini bermakna ‘mempunyai arti’ dan ‘mempunyai’ adalah keadaan yang tidak
ada titik akhirnya. Dalam kalimat (10c) tersebut, terungkap bahwa tanggung jawab
yang besar akan selalu ada saat kekuatan besar itu masih ada. Keadaan tersebut tidak
unsur pengungkap aspek imperfektif. Hal ini berarti fungsi prefiks ber- pada kalimat
mengungkap kala lampau dan aspek perfektif. Pada terjemahannya, kala lampau tidak
terungkap. Hal yang terjadi justru berkebalikan. Kalimat (11a) It was time for me...
secara jelas mengungkap kala lampau melalui verba was. Akan tetapi, pada
terjemahannya muncul nomina waktu kini yang menyatakan kala kini (present), yakni
kalimat (11c) Kini saatnya aku.... Dalam kalimat ini, terjadi perubahan wujud kala
lampau dalam bahasa Inggris karena diungkap dengan nomina waktu kini dalam
Sementara itu, muncul verba berbuat dalam kalimat (11c) Kini saatnya aku
berbuat kebaikan untuk penghuni kota ini yang bermakna imperfektif. Peristiwa
‘berbuat kebaikan’ berlangsung terus sampai waktu yang tidak diketahui karena
memang tidak ada titik akhir yang menjadi acuannya. Dengan demikian, makna
Verba runs pada (12a) menyatakan bentuk kala kini (present) dan menyatakan
aspek habituatif. Kedua hal tersebut tidak teridentifikasi dalam terjemahannya. Runs
dipadankan dengan kata punya yang sama-sama berfungsi sebagai predikat, tetapi
punya tidak mengungkap makna aspektual habituatif seperti pada bentuk bahasa
Inggrisnya.
muncul pada kalimat (13c) Sudah bertahun-tahun ia hidup di sana. Artinya, ‘Ia’
sudah hidup di sana selama bertahun-tahun dari suatu waktu di kala lampau sampai
saat ini. Hal ini berarti pula ‘Ia’ mempunyai toko kelontong sampai kini. Kala dalam
terjemahan ini dipahami berdasarkan keterkaitan kalimat (12c) dengan bentuk yang
aspektual yang terungkap melalui verba ini adalah makna perfektif. Artinya, ‘toko
kelontong di belokan’ memang sudah ‘dipunyai’ oleh ‘Ia’. Hal itulah yang menjadi
Has been dalam kalimat (13) menunjukkan aspek perfektif dengan bentuk
kala present perfect tense. Aspek perfektif pada kalimat (13) ini ditandai oleh bentuk
present perfect yang dinyatakan melalui has been. Has yang diikuti verba bentuk
perfektif yang dalam hal ini adalah been merupakan penanda kala present perfect.
Titik akhir pengujarannya adalah saat ini. Maksudnya, sampai saat ini peristiwa hidup
disana sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Oleh karena itu pula, kala yang
terungkap adalah kala kini. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Montolalu
(2001), yakni adverbia waktu sudah merupakan salah satu penanda perwujudan aspek
dalam bahasa Indonesia, dalam hal ini aspek perfektif. Fungsi adverbia sudah pada
Kalimat (14) dan (15) mengungkap kala kini dan aspek habituatif melalui
bentuk simple present tense. Bentuk tersebut terungkap lewat verba dasar buy dan is.
Akan tetapi, pada terjemahannya, bentuk ini tidak terungkap. Makna kala dalam (14c)
Kedua kalimat ini adalah lanjutan penjelasan tokoh Bapak yang telah diungkapkan
pada (12c) Bapak ini punya toko kelontong di belokan. Hal ini berarti bahwa kalimat
(14c) dan (15c) juga berbentuk kala kini, tetapi sebenarnya bentuk ini tidak
Buku cerita dwibahasa yang penulis gunakan merupakan buku cerita bergambar.
Pada jenis buku seperti ini, gambar juga berperan dalam penyampaian makna. Verba
‘membeli’ sedang dilakukan oleh anak-anak. Makna ini sangat kontekstual karena
terkait dengan gambar dan titik acuan pengujaran dalam penelitian ini adalah pada
Kalimat (15c) Ia orang yang baik merupakan kalimat yang berupa ungkapan
perasaan berupa penilaian. Hal ini membuat predikatnya tidak berinteraksi dengan
titik akhir situasi. Orang yang baik merupakan ungkapan yang beupa penilaian tokoh
Aku dalam cerita ini. Makna aspektual yang terungkap dalam predikat tersebut adalah
netral.
Bentuk ‘But bad guys will be bad guys’ jika diterjemahkan secara harfiah
adalah ‘Tapi jahat orang-orang akan menjadi jahat orang-orang’. Akan tetapi,
bentuk tersebut diterjemahkan sebagai ‘Tapi orang jahat tetap orang jahat.’. Secara
harfiah, kata will dalam bahasa Inggris diartikan sebagai ‘akan’ karena will adalah
penanda bentuk futur (future tense) sedangkan be dapat diartikan sebagai ‘menjadi’.
Konsep kewaktuan dalam kata will tidak diterjemahkan karena dalam kalimat
tersebut memang tidak diperlukan. Bentuk will be jika diterjemahkan secara harfiah
mendatang melalui akan dan makna aspektual kontinuatif melalui menjadi. Akan
tetapi, bentuk terjemahan yang muncul dalam (16c) adalah tetap. Verba ini memang
tidak mengungkap kala mendatang, tetapi verba tetap mengandung aspek kontinuatif
Pron. V V N
(20) a. I came.
Pron. V
c. Aku datang.
Pron. V
(21) a. I saw.
Pron. V
Perampok.
N
peristiwa yang diungkapkan dalam kalimat (17) One night some body tried to rob him
peristiwa perampokan di suatu malam yang sudah lampau. Oleh karena peristiwa
perampokan terjadi di waktu lampau, verba yang digunakan merupakan verba lampau
(17), yakni simple past tense. Semua verba yang berfungsi sebagai predikat dalam
melalui konteks kalimat (17c) Suatu malam ada yang mencoba merampoknya, pada
bagian keterangan waktu suatu malam. Hal ini dapat dipahami karena kalimat (18)—
(23) merupakan sebuah rangkaian cerita yang menggambarkan suatu peristiwa yang
tersebut dipahami sebagai bentuk lampau dengan makna aspektual perfektif karena
Makna aspektual perfektif muncul dalam (23c) Masalah itu pun terpecahkan
aspektual perfektif. Makna yang terungkap adalah bahwa masalah perampokan yang
dapat diselesaikan. Hal ini sejalan dengan Montolalu (2001: 70) yang menyebut
perhiasan.
N
Sama halnya dengan kalimat (17)—(23), kalimat (24)—(25) ini adalah sebuah
rangkaian cerita yang terikat pada satu waktu. Bentuk yang digunakan pun bentuk
lampau. Hal ini juga dapat dilihat melalui verba pada predikatnya yang berbentuk
verba lampau decided dan didn’t take. Pada kalimat (25), muncul didn’t (did not)
sebagai bentuk lampau dari verba bantu don’t (do not) yang menyatakan negasi.
waktu lampau di kedua kalimat tersebut. Konsep waktu lampau tersebut juga
dipertegas oleh adverbia sudah pada kalimat (25) yang sekaligus menyatakan aspek
perfektif. Hal ini menunjukkan kembali bahwa dalam bahasa Indonesia, verba pada
predikat tidak mewujudkan kala sebagaimana bahasa Inggris karena kala diketahui
melalui bentuk leksikal lain, yakni frasa adverbial yang menyatakan waktu pada
suatu malam.
Makna aspektual yang muncul dalam terjemahan kedua kalimat ini adalah
makna perfektif. Dalam kalimat (24c), perbuatan memutuskan untuk merampok toko
perhiasan sudah terjadi pada suatu waktu di kala lampau yang diungkapkan melalui
keterangan pada suatu malam. Sementara itu, dalam kalimat (25c) Dalam waktu
singkat aku sudah membereskan masalah itu, makna aspektual perfektif terungkap
perfektif karena verba tersebut bermakna ‘membuat jadi beres atau selesai’.
Makna aspektual lain yang muncul dalam kalimat (25c) ini adalah aspek
momentan, yakni aspek yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar. Makna ini
waktu singkat’.
Kala yang terdapat dalam kalimat ini adalah kala kini (present). Kalimat ini
berupa ungkapan perasaan subjek yang benci melihat orang lain dalam kesulitan.
Dalam bahasa Inggris, kalimat dengan predikat berupa ajektiva tidak menunjukkan
penanda kala karena penanda kala hanya terdapat pada verba. Jika tidak ada penanda
kala, kalimat tersebut dianggap sebagai bentuk present. Secara gramatikal maupun
leksikal, kalimat (26a) dan (26c) tidak mengungkapkan aspek habituatif. Akan tetapi,
terdapat aspek habituatif yang terungkap karena perbuatan hate atau benci tidak
hanya berlangsung pada suatu waktu saja. Perbuatan benci dalam kalimat ini
merupakan ungkapan perasaan yang selalu muncul saat melihat orang dalam
(27) a. But I get really angry when I see someone I like getting pushed
Konj. Pron. V Adv. Adj. Konj. Pron. V Pron. Pron. V V V
arround.
Adv.
b. Tapi aku mendapat sangat marah ketika saya melihat seseorang saya
Konj. Pron. V Adv. Adj. Konj. Pron. V Pron. Pron.
c. Tapi aku sangat marah kalau melihat orang yang ku sukai diganggu
Konj. Pron. Adv. Adj. Konj. V Pron. Konj. Pron. V V
orang.
Pron.
Kalimat (27) dan (28) menggunakan bentuk kala kini (present). Hal ini
terwujud melalui verba bentuk dasar get dan come. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, bentuk present tense mengungkap aspek habituatif. Pada kalimat (27c)
Tapi aku sangat marah kalau melihat orang yang kusukai diganggu orang, aspek
habituatif muncul karena predikat dalam kalimat ini berupa ungkapan perasaan yang
muncul tidak hanya pada satu waktu saja. Tokoh Aku selalu marah pada kondisi
tertentu, yakni jika melihat orang yang ia sukai diganggu orang. Hal ini menjadi
Bentuk kewaktuan bahasa Indonesia muncul dalam (28c), yakni frasa adverbial
pada saat-saat seperti ini yang berfungsi sebagai keterangan waktu yang
menunjukkan kala kini. Makna aspektual yang muncul dalam (28c) adalah
imperfektif, yakni melalui prefiks ber- dalam berguna. Keadaan ‘berguna’ adalah
(29) a. People began to wonder about the amazing Spiderman who was fighting
Pron. V Prep. V Prep. Art. Adj. N Konj. V V
superhero.
N
b. Koran-koran dulu menulis tentang si baru memintal benang, memanjat
Njamak N V Prep. Art. Adj. V N V
Dalam kalimat (29)—(31), bentuk kala yang digunakan adalah kala lampau
(past tense). Hal ini diketahui melalui penggunaan verba lampau began pada (29a),
wrote (30a), dan wanted (31a). Dalam bahasa Indonesia, salah satu bentuk yang biasa
digunakan untuk menyatakan bentuk lampau adalah nomina waktu dulu atau dahulu.
Namun, bentuk ini tidak diwujudkan dalam terjemahannya. Bentuk lampau ini juga
Pada kalimat (29), began dipadankan dengan mulai. Began sebagai verba
mengungkap kala lampau, aspek perfektif, dan juga aspek inkoatif. Kala lampau
terlihat karena began merupakan bentuk verba lampau dari begin. Aspek perfektif
dipahami karena peristiwa tersebut sudah terjadi di waktu lampau dan makna aspek
inkoatif diperoleh dari makna verba began yang berarti ‘mulai’. Sementara itu,
bentuk padanannya, yakni mulai tidak mengungkap kala lampau, tetapi justru
mengungkap kala kini. Verba-verba pada kalimat (29c)—juga (30c) dan (31c)—
konteksnya.
Kata mulai dalam (29c) menyatakan titik awal suatu keadaan yang dalam hal
ini adalah bertanya-tanya. Dalam konteks kalimat ini, keadaan ‘mulai bertanya-
tanya’ terjadi saat pengujaran, yakni pada kala kini. Dengan begitu, kala yang
adalah aspek inkoatif dan imperfektif. Aspek inkoatif diperoleh dari makna verba
mulai itu sendiri. Makna aspektual imperfektif muncul melalui prefiks ber- dalam
akhir. Situasi ‘bertanya-tanya’ dimulai pada saat pengujaran, tetapi titik akhirnya
Bentuk lain yang muncul adalah bentuk past progressive tense dalam (29a).
Bentuk ini muncul pada frasa ...Spiderman who was fighting crime—and winning—in
their city. Bentuk lampau ditandai dengan verba bantu was dan bentuk progresif
ditandai dengan verba yang dimodifikasi dengan bentuk –ing, yakni fighting dan
winning. Bentuk was fighting dipadankan dengan menumpas yang tidak mewujudkan
Dalam terjemahannya, yakni frasa abaout the amazing Spiderman who was
hebat yang menumpas kejahatan—dan menang—di kota mereka. Frasa ini berfungsi
dipahami dalam frasa ini adalah aspek habituatif. Makna yang dipahami dalam
kalimat ini adalah orang-orang mulai mempertanyakan Spiderman yang saat ini
muncul menjadi sosok yang biasa menumpas kejahatan di kota mereka. ‘Menumpas
kejahatan’ sekarang menjadi hal yang biasa dilakukan Spiderman di kota itu. Dengan
memintal benang labah-labah dan memanjat dinding, verba yang muncul adalah
menulis, memintal, dan memanjat. Kalimat ini muncul sebagai lanjutan dari kalimat
juga menulis tentang kehebatannya. Konteks kala kini juga terdapat dalam kalimat ini
Makna aspektual yang dipahami lewat verba menulis adalah makna aspek
progresif. Perbuatan menulis dalam konteks kalimat ini berlangsung ketika orang
memanjat pada kalimat (30c) ini mengungkap aspek habituatif. Verba ini
Kalimat selanjutnya yang akan dibahas adalah kalimat (31c). Predikat dalam
kalimat ini adalah frasa verba ingin tahu. Makna aspektual yang terungkap dalam
kalimat ini adalah makna aspektual perfektif. Keingintahuan dalam konteks ini
mempunyai rasa ingin tahu, mereka bertanya-tanya. Situasi ingin tahu selesai, tetapi
bertanya-tanya tidak.
(32) a. I don’t usually take credit for the good deeds I do.
Pron. Aux. Adv. V N Prep. Art. Adj. N.jamak Pron. V
ku lakukan.
Pron. V
c. Biasanya aku tidak mengaku aku lah yang melakukan semua aksi itu.
Adv. Pron. Adv. V Pron. Part. Konj. V Num. N Dem.
yang mengungkap makna aspektual dalam bahasa Indonesia. Kedua adverbia tersebut
mengungkap makna aspek habituatif dan frekuentatif. Bentuk ini sejalan dengan
makna aspektual yang terungkap dalam bahasa Inggrisnya. Kalimat (32) I don’t
usually take credit for the good deeds I do yang berbentuk simple present memang
mengungkap aspek habituatif. Begitu pula dengan kalimat (33) karena bentuk simple
dilakukan tokoh Aku. Hal ini terungkap melalui keterangan biasanya yang secara
Situasi tidak tahan dalam hal mengakui aksi-aksi hebat dilakukan sesekali oleh tokoh
b. Sebagian orang berpikir aku adalah gila untuk melakukan apa aku lakukan.
Num. Pron. V Pron. V Adj. Prep. V Intr. Pron. V
ku lakukan.
Pron. V
(35) a. It is dangerous.
Pron. V Adj.
b. Aku mempunyai sebuah pekerjaan untuk dilakukan dan aku melakukan nya.
Pron. V Num. N Prep. V Konj. Pron. V Pron.
c. Aku punya tugas yang harus dilakukan dan aku melakukan nya.
Pron. V N Konj. Adv. V Konj. Pron. V Pron.
bentuk simple present tense. Hal ini ditandai oleh verba dan modal dalam bentuk kala
kini pada bagian predikatnya, yakni think (34) dan (36), is (35), can (37), serta have
(38). Makna aspektual yang muncul melalui bentuk simple present tense adalah aspek
habituatif. Bentuk kala kini tidak terwujud dalam terjemahannya. Bentuk yang
muncul dalam bahasa Indonesia adalah makna aspektual perfektif dan imperfektif.
melakukan apa yang kulakukan, verba yang muncul adalah menganggap dan
pikiran sebagian orang terhadap Aku. Anggapan tersebut muncul karena ‘apa yang
sudah dilakukan’ oleh Aku. Oleh karena itu, verba menganggap juga mengungkap
adalah verba berbahaya yang mengungkap situasi yang tidak bertitik akhir. Situasi
‘berbahaya’ yang dimaksud dalam kalimat ini adalah menyangkut aksi-aksi yang
dilakukan oleh tokoh Aku. Aksi-aksi tersebut tetap berbahaya pada konteks saat ini
Sama halnya seperti verba menganggap pada kalimat (34c), verba mengira
pada kalimat (36c) juga mengungkap makna aspektual perfektif. Perbuatan ‘mengira’
diujarkan sehingga bermakna perfektif. Verba berbahaya yang muncul pada kalimat
Predikat pada kalimat (37c) berdampingan dengan adverbia boleh. Hal ini
membuat makna aspektual yang terungkap dalam kalimat ini menjadi netral.
Kegiatan ‘berpikir’ merupakan situasi yang tidak bertitik akhir. Akan tetapi,
munculnya adverbia boleh membuat makna aspektual dalam kalimat ini menjadi
netral karena makna kalimat menjadi terfokus pada ke-boleh-an perbuatan berpikir.
Verba punya, dilakukan, dan melakukan pada kalimat (38c) Aku punya tugas
yang harus dilakukan, dan aku melakukannya mengungkap aspek perfektif. Tugas
yang menjadi objek dalam kalimat ini memang ‘dipunyai’ oleh Aku dan ‘sudah
dilakukan’ oleh Aku. Dalam bahasa Indonesia, prefiks di- menyatakan sesuatu uang
Dalam bahasa Inggris, terdapat bentuk perfect tense yang menyatakan aspek
perfektif. Pada kalimat (39), bentuk yang muncul dalam klausa subjek knowing I have
helped someone adalah bentuk present perfect tense. Hal ini ditandai dengan verba
bantu bentuk present, have, yang diikuti verba past participle, helped (have+V3).
Salah satu penanda aspek perfektif dalam bahasa Indonesia adalah adverbia
sudah. Bentuk ini muncul pada (39c) sebagai padanan dari have. Pada dasarnya,
kalimat (39) berbentuk simple present dengan verba is sebagai predikat. Subjek
dalam kalimat ini berupa klausa knowing I have helped someone yang berbentuk
present perfect tense. Bentuk yang muncul dalam terjemahannya hanya aspek
Akhiran –ing pada kata knowing mengungkap makna aspek progresif. Pada
bersifat perfektif. Situasi mengetahui artinya si tokoh Aku sudah tahu bahwa ia sudah
menolong seseorang dan ia sudah merasa puas atas hal itu. Jadi, makna asepektual
yang dipahami dalam kalimat (39c) Hanya mengetahui aku sudah menolong
c. Setiap kali orang di kota ini membutuhkan ku, aku pasti datang.
Num. N Pron. Prep. N Dem. V Pron. Pron. Adv. V
sebelumnya, bentuk simple present tense selain mengungkap kala kini juga
pada saat tokoh Aku menjadi seorang superhero, yakni saat ini. Artinya, kala yang
kekerapan dari keadaan ‘salah sangka’. Artinya, keadaan tersebut terjadi dengan
kalimat (40). Kalimat ini menyiratkan makna bahwa mereka sudah melihat tokoh
Aku beraksi sehingga mereka tidak menjadi salah sangka lagi. Peristiwa melihat
pekerjaanku adalah bagian terbaik. Bentuk ini tidak mengungkap makna aspektual
karena bentuknya adalah frasa nomina. Kategori aspek berkenaan dengan ciri verba
dalam kaitannya dengan keselesaian peristiwa yang diungkap oleh verba tersebut.
Kalimat (43) Whenever someone in city needs me, I will be there merupakan
kalimat dengan kala mendatang (future tense) yang ditandai dengan modal will.
Bentuk ini biasanya dipadankan dengan adverbia akan. Akan tetapi, terjemahannya,
yakni kalimat (43c) setiap kali orang di kota ini membutuhkanku, aku pasti datang,
tidak memadankan will dengan akan melainkan dengan pasti. Artinya, bentuk kala
percaya tidak berinteraksi dengan titik akhir. Sementara itu, kalimat (45c) Aku
Spiderman, tetanggamu yang ramah mengungkap aspek habituatif karena sifat ‘yang
Penulis telah memaparkan bentuk kategori aspek dan kala dalam SMD pada
bagian 3.2. Selanjutnya, penulis akan memberikan perbandingan bentuk aspek dan
kala yang muncul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dengan memaparkan
perbandingan ini, dapat dilihat bentuk-bentuk aspek dan kala apa saja yang terwujud
dalam SMD.
digunakan dalam menyatakan kategori aspek dan kala dalam data di antaranya adalah
sebagai berikut.
- (11) kini saatnya aku berbuat kebaikan untuk penghuni kota ini (hlm. 5),
- (17) suatu malam ada yang mencoba merampoknya (hlm. 7), dan
- (25) dalam waktu singkat aku sudah membereskan masalah itu (hlm. 10);
- (28) pada saat-saat seperti ini kekuatan superku sangat berguna (hlm 14),
- (32) biasanya aku tidak mengaku akulah yang melakukan semua aksi itu (hlm. 18),
Berdasarkan data, terdapat lima bentuk tenses yang digunakan dalam bagian
bahasa Inggris. Kelima tenses yang terdapat dalam data adalah simple present tense,
simple past tense, simple future tense, present perfect tense, dan past progressive
tense. Bentuk yang paling banyak muncul adalah bentuk simple present tense.
Kala kini dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam data diwujudkan
melalui nomina waktu kini. Bentuk ini muncul sekali pada kalimat (11c) Kini saatnya
aku berbuat kebaikan intuk penghuni kota ini. Selebihnya, kala kini tidak terungkap
dalam bahasa Indonesia. Artinya, kala kini dalam bahasa Indonesia, sebagai padanan
dari present tense dalam bahasa Inggris, cenderung tidak terungkap. Dari 27 kalimat
yang berbentuk simple present tense, bahasa Indonesia hanya mengungkap satu kali
Sementara itu, kala lampau dalam bahasa Indonesia terungkap sebanyak tiga
kali dalam bentuk adverbia dan frasa nomina, yakni dalam kalimat (9c) mula-mula,
(17c) suatu malam, dan (24c) pada suatu malam. Bentuk kala mendatang sama sekali
tidak terungkap dalam terjemahan SMD. Dalam SMD, terdapat lima belas kalimat
yang menggunakan kala lampau. Dengan hanya tiga kalimat dalam bahasa Indonesia
yang mengungkap kala lampau ini, berarti pengungkapan kala lampau dalam bahasa
Makna aspektual dalam bahasa Indonesia dalam SMD muncul melalui verba
berafiks ber-, ter-, me-kan, me-i, di-, di-kan serta bentuk-bentuk leksikal seperti
mula-mula, mulai, sering, dan sudah. Makna apektual yang muncul pun tidak selalu
sama dengan yang terungkap dalam bahasa Inggris. Makna aspektual dalam bahasa
Indonesia tidak selalu dapat dipahami jika hanya dilihat per kalimat saja. Makna
bentuk lain yang muncul sebelum atau sesudahnya. Kita harus melihatnya dari tataran
wacana.
Untuk memperlihatkan makna aspektual dan bentuk kala yang muncul dalam
lebih mudah melihat bentuk-bentuk kategori aspek dan kala yang muncul dalam
SMD. Tanda (-) berarti behwa bentuk kala tidak terwujud dalam kalimat. Akan tetapi,
Tabel 3.3: Perbandingan Bentuk Apek dan Kala yang Muncul dalam SMD
BAB IV
menyangkut kategori aspek dan kala, memang masih jarang dilakukan. Hal ini bukan
berarti bahwa topik tersebut tidak menarik. Justru topik tersebut adalah topik yang
menarik. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang bertipe bahasa tidak beraspek,
buku-buku berbahasa asing yang bertipe bahasa beraspek. Bagaimana bentuk aspek
dituangkan dalam bahasa yang tidak bertipe bahasa beraspek adalah hal yang menarik
untuk diteliti.
Penulis telah melakukan penelitian untuk melihat kategori aspek dan kala
dalam bahasa Indonesia yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris. Seperti
yang kita ketahui, bahasa Indonesia bukanlah bahasa beraspek, sedangkan bahasa
Inggris mempunyai pola aspek dan kala dalam sistem verbanya. Penulis
menggunakan buku cerita dwibahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,
untuk melihat bentuk aspek dan kala yang muncul dalam bahasa Indonesia.
4.1 Kesimpulan
menyimpulkan beberapa hal. Terdapat bentuk kewaktuan yang muncul dalam bahasa
Indonesia. Berdasarkan data yang penulis peroleh, penulis menemukan alat-alat yang
bentuk-bentuk yang muncul dalam satu kalimat dengan yang muncul dalam kalimat
lainnya. Makna aspektual yang muncul dalam bahasa Indonesia pada penelitian ini
Akan tetapi, bentuk present tense yang mengungkap aspek habituatif dalam bahasa
Berdasarkan hasil penelitian, aspek yang muncul dalam bahasa Inggris dan bahasa
berikut. Kategori kala yang diungkapkan secara gramatikal dalam bahasa Inggris
bahasa Indonesia. Akan tetapi, terdapat pula bentuk-bentuk leksikal nomina dan
adverbia waktu yang muncul untuk mengungkap kategori kala. Hanya saja, dari 45
kalimat yang dianalisis, bentuk kala hanya terwujud sebanyak lima kali. Salah satu
dari lima kalimat bahasa Indonesia yang mengandung kala tersebut justru
mengungkap kala yang berbeda dari bentuk bahasa Inggris. Kala yang muncul
tersebut adalah kala lampau dan kini, sementara kala mendatang tidak ada yang
terungkap. Dengan demikian, bentuk kala yang terungkap secara gramatikal dalam
menyampaikan makna yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa
sasaran (BSa). Meskipun terdapat konsep yang berbeda dalam BSu dan BSa, makna
Pada penelitian ini, bahasa Inggris sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai
BSa mempunyai perbedaan dalam hal pengungkapan kategori aspek dan kala.
ini, penulis menganggap tujuan utama penerjemahan tetap tercapai. Makna yang
4.2 Saran
Penelitian ini telah mengungkap sebagian kecil dari masalah bentuk kewaktuan
dalam bahasa Indonesia. Tentu saja masih terdapat banyak kekurangan dari penelitian
ini. Berbagai kekurangan yang ada diharapkan dapat membuka peluang bagi
kewaktuan yang tidak dibahas dalam penelitian ini, seperti kategori aksional. Selain
itu, penelitian seperti ini juga dapat dilakukan dengan data terjemahan bentuk lain
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Azar, Betty Schrampfer. 1989. Understanding and Using English Grammar. New
Jersey: Prentice-Hall.
Bache, Carl. 1997. The Study of Aspect, Tense, and Action: Towards a Theory of The
Semantics of Gramatical Caegories. Frankfurt: Peter Lang.
Echols, John M., dan Hasan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Hoed, Benny. H. 1992. Kala dalam Novel: Fungsi dan Penerjemahannya. Seri
ILDEP. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Montolalu, Lucy Ruth. 2001. “Makna Aspektual dalam Wacana Bahasa Indonesia”.
Disertasi Doktoral. Depok: FIB UI.
Nawawi dan Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.