Anda di halaman 1dari 138

KATA UMPATAN (NONOSHIRI NO KOTOBA)

TOKOH HASHIBIRA INOSUKE DALAM

ANIME KIMETSU NO YAIBA KARYA HARUO SOTOZAKI

Oleh :
Nahda Salsabila Fionna
NIM. 2018620028

Pembimbing
Dra. Titien Wahyu Andarwati, M.Hum.
NIDN. 0701126702

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
AGUSTUS 2022
KATA UMPATAN (NONOSHIRI NO KOTOBA)

TOKOH HASHIBIRA INOSUKE DALAM

ANIME KIMETSU NO YAIBA KARYA HARUO SOTOZAKI

Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Dr. Soetomo
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Sarjana Sastra

Oleh:
Nahda Salsabila Fionna
2018620028

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
AGUSTUS 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Nahda Salsabila Fionna NIM 2018620028 dengan judul "Kata
Umpatan (Nonoshiri no Kotoba) tokoh Hashibira Inosuke dalam Anime Kimetsu
no Yaiba karya Haruo Sotozaki" yang dibimbing dan disetujui untuk mengikuti
ujian skripsi pada hari Senin, 8 Agustus 2022 oleh pembimbing yang bertanda
tangan di bawah ini.

Surabaya, 15 Agustus 2022

Pembimbing,

(Dra. Titien Wahyu Andarwati, M.Hum.)

NIDN. 0701126702

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi oleh Nahda Salsabila Fionna NIM 2018620028 telah dipertahankan di

depan Dewan Penguji sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana dalam

bidang Sastra Jepang pada hari Senin, 8 Agustus 2022.

Ketua Dewan Penguji

(Isnin Ainie, S.Pd., M.Pd.)


NIDN. 0722118501

Dewan Penguji

(Dra. Listyaningsih, S.S., M.Pd.)


NIDN. 0717055901

Dewan Penguji

(Dra. Cicilia Tantri Suryawati, M.Pd.)


NIDN. 0712116601

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Sastra Jepang Dekan Fakultas Sastra

(Isnin Ainie, S.Pd., M.Pd.) (Dra. Cicilia Tantri Suryawati, M.Pd.)


NIDN. 0722118501 NIDN. 0712116601

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nahda Salsabila Fionna

NIM : 2018620028

Program Studi : Sastra Jepang

Fakultas/Program : Sastra

Perguruan Tinggi : Universitas Dr. Soetomo

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Surabaya, 15 Agustus 2022

Yang membuat pernyataan,

Nahda Salsabila Fionna

NIM. 2018620028

v
ABSTRAK

Fionna, Nahda Salsabila. 2022. Kata Umpatan (Nonoshiri no Kotoba) Tokoh


Hashibira Inosuke dalam Anime Kimetsu no Yaiba Karya Haruo Sotozaki.
Skripsi. Program Studi Sastra Jepang. Fakultas Sastra, Universitas Dr.
Soetomo. Pembimbing: Dra. Titien Wahyu Andarwati, M.Hum.
Kata Kunci: Kimetsu no Yaiba, Nonoshiri Kotoba, Sosiopragmatik
Bahasa merupakan gambaran kondisi suatu masyarakat. Interaksi antar
manusia dalam suatu masyarakat digambarkan melalui bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi sehari-hari. Dalam melakukan komunikasi antarindividu,
manusia seringkali berselisih pendapat. Hal ini dapat menimbulkan umpatan
karena sesuatu terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kata umpatan
merupakan kajian kebahasaan yang menarik karena setiap bahasa memiliki kata
umpatan tersendiri, tak terkecuali Bahasa Jepang. Kata umpatan tidak hanya
muncul dalam komunikasi sehari-hari di dunia nyata, namun kata umpatan juga
muncul pada percakapan anime, film, drama, novel bahkan komik. Hal tersebut
menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti kata umpatan tokoh Hashibira Inosuke
dalam anime Kimetsu no Yaiba yang menceritakan perjalanan korps pemburu
iblis. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Apa referensi kata umpatan
yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season
1? Dan (2) Bagaimana faktor penggunaan kata umpatan yang diucapkan tokoh
Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1?. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis dan mendeskripsikan referensi dan faktor penggunaan kata
umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba
season 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiopragmatik dengan teori
referensi kata umpatan menurut Wijana dan Rohmadi (2006: 119-124) dan
Hughes (dalam Prabawa, 2015: 3) serta teori faktor penggunaan kata umpatan
menurut Liedlich (dalam Prabawa, 2015: 5). Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif karena menjelaskan secara deskriptif dari hasil analisis data
yang ditemukan. Data pada penelitian ini adalah satuan lingual kata yang
mengandung makna umpatan yang diucapkan oleh tokoh Hashibira Inosuke
dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1. Dari hasil analisis, ditemukan lima dari
sembilan referensi kata umpatan yang dikemukakan oleh Wiyana dan Rohmadi,
dan Hughes yaitu keadaan (20 data), benda (11 data), kekerabatan (13 data),
aktivitas (7 data) dan general term atau istilah umum (5 data). Ditemukan juga
tiga dari lima faktor penggunaan kata umpatan yang dikemukakan oleh Liedlich
yaitu melegakan emosi (29 data), mendiskredit (25 data) dan provokasi (2 data).

vi
要旨

フィオンナ、ナーダサルサビラ。2022 年。論文。日本文学学科文学部、
ウニトモ大学。メンター:Dra. Titien Wahyu Andarwati, M.Hum.

キーワード:鬼滅の刃、罵り言葉、社会語用論

言語は社会の状態を説明するものです。社会における人間間の相互作
用は、日常のコミュニケーション手段として使用される言語を通じて記述
されます。個人間のコミュニケーションにおいて、人間はしばしば意見の
相違を持ちます。これは、期待どおりに進まないことが起こったために、
罵り言葉につながる可能性があります。日本語を含むすべての言語には独
自の悪口があるため、悪口は興味深い言語学研究です。罵り言葉は、現実
生活日常的なコミュニケーションだけでなく、アニメ、映画、ドラマ、小
説、漫画などの会話にも登場します。これにより、研究者は鬼狩り隊の旅
を描いたアニメ「鬼滅の刃」における伊之助のキャラクターの罵り言葉を
調べることに興味を持ちます。この研究における問題の定式化は次のとお
りです。 (1) アニメ「鬼滅の刃」シーズン 1 で、伊之助のキャラクター
によって話された悪口への参照は何ですか? (2)アニメ「鬼滅の刃」シーズ
ン 1 で、伊之助のキャラクターによって、罵り言葉の使用における要因
は何ですか?この研究の目的は、アニメ「鬼滅の刃」シーズン 1 で、伊
之助のキャラクターが発する罵り言葉の使用における参考文献と要因を分
析し、説明することです。この研究では、Wijana and Rohmadi (2006: 119-
124) と Hughes (in Prabawa, 2015: 3) による罵り言葉参照理論、および
Liedlich による罵り言葉の使用における要因理論 (in Prabawa、2015: 5)。
この調査では、見つかったデータ分析の結果を記述的に説明するため、定
性的な調査方法を使用しています。研究の結果、Wiyana と Rohmadi、お
よび Hughes が提唱した 9 つの悪態の言葉のうち 5 つが見つかりました、
状況 (20 データ)、オブジェクト (11 データ)、親族関係 (13 データ)、活
動 (7 データ) であることがわかりました。データ ) および一般用語 (5
データ)。また、Liedlich が提唱した罵り言葉を使用する 5 つの要因のう
ち、感情的な安堵 (29 データ)、信用の失墜 (25 データ)、挑発 (2 データ)
の 3 つであることがわかりました。

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Kata Umpatan (Nonoshiri no Kotoba) tokoh
Hashibira Inosuke dalam Anime Kimetsu no Yaiba karya Haruo Sotozaki”.
Penulisan dan penyusunan Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Dr. Soetomo.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini tidak
akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik berupa do’a,
bimbingan, dan motivasi dalam proses penyusunannya. Penulis pada kesempatan
ini ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Cicilia Tantri Suryawati, M.Pd selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Dr. Soetomo.
2. Ibu Isnin Ainie, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Sastra Universitas Dr. Soetomo .
3. Ibu Dra. Titien Wahyu Andarwati, M.Hum selaku dosen pembimbing
yang telah menyempatkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini.
4. Seluruh pengajar Fakultas Sastra Universitas Dr. Soetomo yang telah
membimbing dan memberikan materi perkuliahan kepada penulis.
5. Seluruh staf tata usaha Fakultas Sastra Universitas Dr. Soetomo yang telah
membantu dalam pengurusan berkas-berkas yang dibutuhkan.
6. Kedua orang tua tercinta dan terkasih, Bapak Heru Novianto, S.E dan Ibu
Titik Indahyani, S.sos yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang,
nasihat, dukungan moral dan material, serta motivasi selama penulisan dan
penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

7. Athalillah Elfanovia Rafikhananda sebagai adik perempuan satu-satunya


yang senantiasa memberikan dukungan moral dan do’a.

viii
8. Rosania Agustin Hariyanto, Kevin Basyarah, Edina Tamara, Debora
Israelia dan Putri Safitri Agustina yang tidak pernah bosan mendengarkan
keluh kesah penulis, selalu menghibur, menasehati sehingga dapat
meningkatkan semangat dalam penyelesaian skripsi dengan rasa ikhlas dan
penuh syukur.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi Agustus 2022 yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
10. Teman-teman angkatan Sastra Jepang angkatan 2018 yang telah saling
mendo’akan kebaikan dan saling memberikan semangat.
11. Seluruh sahabat dan kerabat dekat yang telah memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
12. Three Musketeers (Dika, Kiki, Mirza), Shofy, dan Galuh yang tidak jarang
menjadi stress relief saya dengan bercandaan hangatnya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan do’a, dukungan serta motivasi selama penyelesaian skripsi
ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak dalam penyempurnaanya. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam
program studi Sastra Jepang. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surabaya, 15 Agustus 2022

Penulis,

Nahda Salsabila Fionna

ix
x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
要旨.......................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
PEDOMAN TRANSLITERASI............................................................................xii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................6
1. Manfaat Teoretis........................................................................................6
2. Manfaat Praktis..........................................................................................6
E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian........................................................6
F. Definisi Istilah Kunci....................................................................................6
G. Sistematika Penulisan...................................................................................7
BAB II......................................................................................................................9
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI..................................................9
A. Kajian Pustaka...............................................................................................9
B. Landasan Teori............................................................................................12
1. Sosiopragmatik........................................................................................12
2. Konteks....................................................................................................16
3. Nonoshiri Kotoba (Kata Umpatan).........................................................18

xi
4. Referensi Kata Umpatan.........................................................................21
5. Faktor Penggunaan Kata Umpatan..........................................................25
6. Anime......................................................................................................30
BAB III..................................................................................................................32
METODE PENELITIAN.......................................................................................32
A. Pendekatan Penelitian.................................................................................32
B. Sumber Data dan Data................................................................................33
1. Sumber Data............................................................................................33
2. Data.........................................................................................................34
C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................34
D. Teknik Analisis Data...................................................................................36
BAB IV..................................................................................................................38
ANALISIS DATA.................................................................................................38
A. Pendahuluan................................................................................................38
B. Pembahasan.................................................................................................39
1. Referensi Kata Umpatan.........................................................................39
2. Faktor Penggunaan Kata Umpatan..........................................................87
BAB V..................................................................................................................101
PENUTUP............................................................................................................101
A. SIMPULAN..............................................................................................101
B. SARAN.....................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................104
LAMPIRAN.........................................................................................................106

xii
13

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Hiragana

あ い う え

a i u e o
が  ぎ  ぐ  げ  ご きゃ きゅ きょ
か き く け
こ ga gi gu ge go kya kyu kyo
ka ki ku ke ko ざ  じ  ず  ぜ  ぞ ぎゃ ぎゅ ぎょ
さ し す せ za ji zu ze zo gya gyu gyo

だ ぢ づ で ど しゃ しゅ しょ
sa shi su se so
da di du de do sha shu sho
た ち つ て
と ば  び  ぶ  べ  ぼ じゃ じゅ じょ
ta chi tsu te to ba bi bu be bo jya jyu jyo
な に ぬ ね ぱ  ぴ  ぷ  ぺ  ぽ ちゃ ちゅ ちょ

pa pi pu pe po
na ni nu ne no cha chu cho

は ひ ふ へ にゃ にゅ にょ

nya nyu nyo
Ha hi fu he ho
ひゃ ひゅ ひょ
ま み む め
も hya hyu hyo

ma mi mu me mo びゃ びゅ びょ

や     ゆ     よ bya byu byo


ya yu yo ぴゃ ぴゅ ぴょ
ら り る れ pya pyu pyo

りゃ りゅ りょ
ra ri ru re ro rya ryu ryo
わ   を   ん
wa wo n

13
2.

3. Katakana

ア  イ  ウ  エ  オ ガ ギ グ ゲ ゴ キャ キュ キョ
a i u e o ga gi gu ge go kya kyu kyo
カ  キ  ク  ケ  コ ザ   ジ  ズ  ゲ   ゾ ギャ ギュ ギョ
ka ki ku ke ko za ji zu ze zo gya gyu gyo
サ  シ  ス  セ  ソ ザ     デ シャ シュ ショ

sa shi su se so sha shu sho
da    de do
タ  チ  ツ  テ  ト ジャ ジュ ジョ
バ   ビ  ブ  ベ   ボ
ta chi tsu te to jya jyu jya
ba bi bu be bo
ナ  ニ  ヌ  ネ  ノ チャ チュ チョ
パ ピ プ ペ ポ
na ni nu ne no cha chu cho
pa pi pu pe po
ハ  ヒ  フ  ヘ  ホ ニャ ニュ ニョ
ha hi fu he ho nya nyu nyo
マ  ミ  ム  メ  モ ヒャ ヒュ ヒョ
ma mi mu me mo hya hyu hyo
ヤ      ユ      ヨ ビャ ビュ ビョ
ya yu yo bya byu byo
ラ   リ  ル   レ  ロ ピャ オユ ピョ
ra ri ru re ro pya pyu pyo
ワ   ヲ   ン リャ リュ リョ
wa wo n rya ryu ryo

4. Chouon (Vokal Panjang)

14
Sistem bunyi dalam bahasa Jepang yang terjadi ketika huruf konsonan

berakhiran bunyi huruf vokal bertemu dengan huruf vowel a/i/u/e/o dan

dibunyikan panjang 1 vowel. Seperti kata okaasan (おかあさん) kata

15
“ か” ka dalam okaasan bertemu dengan huruf “ あ ” a, maka “ か ”

ka dibunyikan panjang. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian di bawah:

Akhiran konsonan -a bertemu あ maka dibunyikan ああ

Contoh: おばあさん / obaasan

Akhiran konsonan -i bertemu い maka dibunyikan いい

Contoh : ちいかい / chiikai

Akhiran konsonan -u bertemu う maka dibunyikan うう

Contoh: ゆうき / yuuki

Akhiran konsonan -e bertemu い maka dibunyikan えい

Contoh: えいが / eiga

Akhiran konsonan -o bertemu う maka dibunyikan おう

Contoh: べんきょう / benkyou

Sebaliknya, penulisan bunyi chouon pada huruf katakan berbeda dari

penulisan yang ada pada huruf hiragana. Di dalam katakana vokal panjang

ditandai atau diwakilkan oleh tanda “ ー” . Seperti kata juusu di dalam

huruf katakana ditulis ジュース dan biiru ditulis ビール.

xvi
5. Sokuon (Konsonan Dobel)

Konsonan dobel, makna kata dobel mengartikan bahwa ada dua huruf

konsonan bertemu dalam satu suku kata, seperti dalam kata jisshi. Pada

kata jisshi terdapat konsonan dobel yaitu huruf “s”. Di dalam bahasa

jepang, bunyi huruf konsonan dobel dituliskan dengan “ つ ” tsu kecil.

Maka penulisan Jepang jisshi adalah じ っ し . Contoh lain seperti kata

kekkonshimasu ditulis けっこんします, dan kata sekken ditulis せっけ

ん.

6. Partikel

Hiragana は 、 を 、 へ yang difungsikan sebagai partikel dituliskan

sesuai dengan bunyi, yaitu wa, o, e. Contoh : 山田さんはインドネシア

へインドネシア語を勉強しに行きます。 Yamada san wa Indonesia e

Indonesiago o benkyou shini ikimasu.

7. Dakuon

Dakuon merupakan huruf hiragana dan katakana standar yang

diberikan tanda kutip (“). Tanda kutip memiliki fungsi untuk menebalkan

bunyi pada hiragana dan katakana. Contohnya seperti pada hiragana が ぎ

ぐげご ditulis ga, gi, gu, ge, go.

8. Handakuo

Seperti halnya dakuon, handakuon juga merupakan perubahan dari

hiragana dan katakana standar. Tetapi hiragana dan katakana handakuon

menggunakan tanda (○). Tanda (○) berfungsi mengubah cara baca huruf

xvii
aslinya. Contohnya seperti pada hiragana ぱぴ ぷ ぺ ぽ ditulis dengan pa,

pi, pu , pe, po.

9. Yuon

Merupakan hiragana standar yang penulisannya diberikan tanda や

ya 、 ゆ yu 、 dan よ yo kecil. Ya, yu dan yo kecil berfungsi untuk

menggabungkan bunyi hiragana standar. Sepeti benkyoushimasu べんきょ

うします dan konshuu こんしゅう.

10. “ん”dilambangkan dengan “n”.

Contoh : おじさん ojisan, 新聞 しんぶん shinbun *shimbun.

11. Tanda Apostrof

Tanda apostrof (‘) digunakan untuk memisahkan suku kata “n” dari

suku kata berikutnya yang diawali dengan huruf /y/, /n/, dan vokal.

Contoh : 万葉集 まんようしゅう Man’youshuu, 案内 あんない an’nai,

単位 たんい tan’i

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan gambaran kondisi suatu masyarakat. Interaksi antar

manusia dalam suatu masyarakat digambarkan melalui bahasa yang digunakan

sebagai alat komunikasi sehari-hari. Maka dari itu, bahasa memiliki sifat dinamis

yang diartikan bahwa bahasa akan selalu mengikuti perubahan zaman.

Perkembangan bahasa mengiringi perkembangan kehidupan sosial masyarakat.

Interaksi menggunakan bahasa bertujuan untuk menyampaikan suatu maksud atau

tujuan kepada lawan bicara. Tujuan tersebut dapat berupa menyampaikan

informasi, bertukar dan mengemukakan pendapat atau gagasan, mengutarakan

perasaan, mengungkapkan emosi dan sebagainya.

Manusia selalu menciptakan, menemukan, menggunakan dan membentuk

bahasa baru yang bertujuan untuk memperlancar komunikasi antarindividu. Setiap

individu memiliki ciri khas dan cara tersendiri dalam berkomunikasi dan

menggunakan bahasa sehingga pemakaian bahasa berbeda-beda tergantung pada

penuturnya. Hal tersebut menciptakan keanekaragaman bahasa. Ragam bahasa

disebabkan oleh latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan, strata sosial,

usia, jenis kelamin, konteks dan tujuan penutur serta lawan tutur dan lainnya.

Dalam melakukan komunikasi antarindividu, manusia seringkali berselisih

paham atau berbeda pendapat antara satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat

menimbulkan rasa kecewa serta menimbulkan umpatan untuk mengungkapkan

rasa emosi karena sesuatu terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada

1
masa sekarang pun, banyak orang dari berbagai kalangan menggunakan kata

umpatan dalam interaksinya dengan orang lain. Hal tersebut menandakan bahwa

setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan perasaannya.

Kata umpatan adalah kata-kata yang memiliki arti buruk akan tetapi

memiliki maksud yang tidak selalu buruk. Kesalahpahaman atau kesalahan

pemilihan bahasa oleh penutur kepada lawan tutur dapat menerbitkan kata

umpatan yang bermakna negatif. Akan tetapi, kata umpatan dapat memiliki makna

positif apabila kata-kata tersebut diucapkan sebagai bentuk keakraban, kedekatan,

pelancar komunikasi dan menciptakan suasana yang santai. Menurut Wijana dan

Rohmadi (2006: 109) umpatan adalah alat pembebasan dari segala bentuk dan

situasi yang tidak mengenakkan, walaupun dengan tidak menolak adanya fakta

pemakaian umpatan yang secara pragmatik mengungkapkan pujian, keheranan

dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab. Pada saat ini, banyak kalangan

yang menggunakan kata umpatan dalam berkomunikasi mulai dari anak-anak

hingga dewasa, tidak memandang profesi, tidak memandang jenis kelamin dan

tidak memandang strata sosial. Hal tersebut merupakan tanda bahwa tidak

selamanya kata umpatan memiliki makna yang vulgar dan tabu.

Kata umpatan merupakan kajian kebahasaan yang menarik karena setiap

bahasa memiliki kata umpatan tersendiri. Perbedaan penyebutan kata umpatan

dilandasi oleh latar belakang kebudayaan dan kondisi masyarakat yang berbeda.

Meskipun ada beberapa kata umpatan yang merupakan hasil terjemahan

antarbahasa, akan tetapi banyak juga kata umpatan yang merupakan hasil

masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, kata umpatan merupakan bagian dari kajian

2
sosiopragmatik. Kajian sosiopragmatik merupakan kajian yang relatif baru. Kajian

ini merupakan kajian yang menghubungkan sosiolinguistik dengan pragmatik.

Menurut Aslinda dan Syafyahya (2014: 13), bahasa apa digunakan oleh

masyarakat sehingga komunikasi menjadi lancar, hal itu merupakan kajian

sosiolinguistik. Pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan

tutur sehingga komunikasi menjadi serasi merupakan kajian pragmatik.

Kata umpatan tidak hanya muncul dalam komunikasi sehari-hari di dunia

nyata, namun kata umpatan juga muncul pada percakapan film, anime, drama,

novel bahkan komik. Banyak kata umpatan yang terdapat pada anime Jepang yang

memiliki makna negatif maupun positif. Pengucapan kata umpatan dalam anime

Jepang diiringi dengan intonasi suara yang memberikan penjelasan alasan kata

umpatan tersebut diucapkan. Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk

meneliti kata umpatan dalam anime tersebut serta faktor penggunaan kata

umpatan pada percakapannya.

Salah satu anime yang terdapat banyak kata umpatan di dalamnya adalah

anime berjudul Kimetsu no Yaiba karya Haruo Sotozaki. Anime Kimetsu no Yaiba

diadaptasi dari seri manga (komik) berjudul sama. Anime ini memiliki genre fiksi

petualangan. Kimetsu no Yaiba bercerita tentang korps pemburu iblis. Berawal

dari seorang pemuda bernama Kamado Tanjiro yang memiliki dendam kepada

iblis atas kematian anggota keluarganya dan hanya menyisakan adik perempuan

yang berubah menjadi setengah iblis bernama Nezuko. Hal tersebut menjadikan

Tanjiro memiliki keinginan bergabung dalam Korps Pemburu Iblis untuk

membasmi iblis-iblis di hutan dekat tempat tinggalnya. Di sinilah awal mula

3
Tanjiro mengenal anggota Korps Pemburu Iblis bernama Hashibira Inosuke.

Inosuke merupakan anggota korps pemburu iblis yang selalu memakai topeng

babi hutan. Inosuke memiliki watak yang keras, suka berbicara kasar dan selalu

menggunakan nada tinggi ketika berbicara. Wataknya yang keras inilah

menjadikan Inosuke sering melontarkan kata-kata umpatan yang disebabkan oleh

banyaknya perkataan kasar dalam banyak perlawanan yang diberikan anggota

korps pemburu iblis kepada iblis. Kata umpatan tersebut bertujuan untuk

menghina dan mengekspresikan rasa tidak suka kepada iblis.

Berikut ini merupakan contoh kata umpatan yang diucapkan Hashibira

Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1 :

Konteks : Tuturan ini terjadi di sebuah ruangan khas Jepang. Di dalamnya

terdapat Tanjiro yang sedang berperang membasmi iblis.

Kemudian, Tanjiro mencium aroma aneh tapi bukan aroma iblis,

ternyata Inosuke datang dengan menghunuskan pedangnya untuk

membantu Tanjiro melawan iblis.


い の す け

伊之助 : さあ.. 化け物! 屍をさらし て, 俺が より強くなるため


より高く行くための踏み台となれ!
Saa bakemono! Shikabane wo sarashite, ore ga yori tsuyoku naru
tame yori takaku iku tame no fumidai to nare!
Nah, Iblis! Matilah untuk menjadi pijakanku agar aku bisa mencapai
tempat lebih tinggi dan lebih kuat!
KNY/11/20.50/akt/dskr
Pada tuturan tersebut, Inosuke meloncat dari kejauhan dan

menghina Iblis dengan suara keras mengucapkan umpatan yaitu “Saa

bakemono! Shikabane wo sarashite (さあ.. 化け物! 屍をさらして..)”

yang memiliki arti “Nah, iblis! matilah untuk menjadi pijakanku”. Inosuke

4
menggunakan kata umpatan “matilah” untuk mengungkapkan

kemarahannya kepada iblis. Kata tersebut merupakan kata umpatan yang

mereferensikan suatu keadaan. Kata mati memiliki makna ‘tidak

bernyawa’. Kata umpatan tersebut digunakan Inosuke untuk mendiskredit

iblis atau menjatuhkan wibawa iblis di hadapan Tanjiro yang sedang

berusaha melawan iblis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa referensi kata umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke

dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1?

2. Bagaimana faktor penggunaan kata umpatan yang diucapkan tokoh

Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kata-kata

umpatan (nonoshiri kotoba) yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke

dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan referensi kata umpatan yang diucapkan tokoh

Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1.

b. Menganalisis faktor penggunaan kata umpatan yang diucapkan tokoh

Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian

serupa terkait kata umpatan (罵り言葉) dalam anime Jepang. Penelitian ini

diharapkan mampu menjadi referensi penelitian-penelitian selanjutnya

mengenai referensi dan faktor penggunaan kata umpatan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi

pembaca mengenai kata umpatan ( 罵 り 言 葉 ) dalam anime Jepang

khususnya anime berjudul Kimetsu no Yaiba Karya Haruo Sotozaki.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi kata-kata atau kalimat

percakapan yang merujuk pada kata umpatan ( 罵 り 言 葉 ) dalam anime

Kimetsu no Yaiba season 1 dengan analisis kajian sosiopragmatik.

Penelitian ini dibatasi pada kata umpatan ( 罵 り 言 葉 ) yang diucapkan

tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1 karya

Haruo Sotozaki.

F. Definisi Istilah Kunci

1. Anime :

6
Anime merupakan singkatan dari kata animeeshon yang berarti

animasi. Animasi merupakan film yang dibuat dengan tangan, bingkai

demi bingkai, memberikan ilusi gerakan yang tidak direkam langsung

dalam pengertian fotografi konvensional (Wells, 1998: 10).

2. Konteks :

Konteks secara pragmatik adalah aspek-aspek lingkungan fisik

atau sosial yang kait-mengait dengan ujaran tertentu (Kridalaksana, 2008:

134).

3. Nonoshiri Kotoba :

Kata umpatan dalam bahasa Jepang. Kata umpatan merupakan

sesuatu hal yang mengacu pada sesuatu yang tabu, kurang sopan dan

sesuatu yang dilarang di dalam suatu budaya (Trudgill dan Andersson

dalam Stone, 2015: 66).

4. Sosiopragmatik :

Kajian terhadap entitas kebahasaan yang menggabungkan

ancangan penulisan sosiolinguistik dan ancangan pragmatik dalam wadah

dan lingkup kebudayaan dan jangkauan kultur tertentu (Rahardi, 2009: 4)

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab I mengenai latar belakang yang berisi alasan pemilihan judul,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan

batasan penelitian, definisi istilah kunci dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

7
Bab II berisi kajian pustaka dalam penelitian ini yang memaparkan

hasil penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini serta

landasan teori yang menguraikan pedoman teori penelitian ini seperti

sosiopragmatik, konteks, nonoshiri kotoba, referensi kata umpatan dan

faktor penggunaan kata umpatan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi metode penelitian, sumber data dan data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab IV memaparkan hasil analisis mengenai jenis dan fungsi kata

umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no

Yaiba season 1.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V terdapat simpulan dari hasil dari analisis yang telah

dilakukan serta saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi rujukan atau sumber yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini.

LAMPIRAN

8
9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

kemiripan bidang dan topik kajian dengan penelitian yang dilakukan saat ini.

Penelitian tersebut berkaitan dengan nonoshiri kotoba (kata makian atau kata

umpatan). Terdapat beberapa penelitian mengenai nonoshiri kotoba diantaranya :

1. Skripsi berjudul Penggunaan Nonoshiri Kotoba (Kata Makian) dalam Film

Crows Zero 1 Karya Takashi Miike yang ditulis pada tahun 2016 oleh

Muhamad Babun Ilmi, Mahasiswa Universitas Dr. Soetomo. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk nonoshiri kotoba

(kata makian) yang terdapat dalam film Crows Zero 1 karya Takashi Miike

serta mendeskripsikan ekspresi yang muncul dari penggunaannya.

Penelitian tersebut menggunakan teori sosiolinguistik dengan pendekatan

analisis deskriptif. Dari hasil penelitian tersebut diketahui terdapat 6 dari 8

bentuk nonoshiri kotoba (kata makian) yang terdapat dalam film Crows

Zero 1 karya Takashi Miike dengan jumlah 47 data di antaranya adalah

bagian tubuh (sei) sebanyak 3 data, benda (haisetsu) sebanyak 5 data,

keadaan (kirisuto kyo) sebanyak 14 data, binatang (doubutsu) sebanyak 3

data, aktivitas sebanyak 11 data, profesi sebanyak 11 data serta tidak

ditemukan nonoshiri kotoba dengan bentuk makhluk halus dan

kekerabatan.

9
10

2. Skripsi berjudul Umpatan (Nonoshiri No Kotoba) dalam Bahasa Jepang 日

本語の罵りの言葉 yang ditulis pada tahun 2016 oleh Nurul

Agiamintasari, Mahasiswa Universitas Diponegoro. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mendeskripsikan referensi dan konteks penggunaan

umpatan bahasa Jepang dalam drama Dragon Zakura. Penelitian tersebut

menggunakan teori sosiopragmatik dengan metode analisis data kualitatif.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 83 dialog yang

mengandung sekitar 24 macam kata umpatan. Dari 83 dialog yang

ditemukan, kata paling sering digunakan untuk mengumpat adalah kata

baka. Hal ini ditunjukkan dari 83 dialog umpatan, terdapat 25 dialog

umpatan yang memakai kata baka. Terdapat lima dari enam referensi

umpatan antara lain, umpatan yang bereferensi pada kotoran,

keterbelakangan mental binatang, anotomi yang berhubungan dengan

anggota tubuh manusia dan kata umpatan umum. Kemudian, konteks

penggunaan kata umpatan, kebanyakan tuturan umpatan dituturkan pada

situasi informal, karena umpatan bersifat kurang sopan. Tuturan umpatan

biasanya dituturkan oleh penutur yang memiliki hubungan cukup dekat

dengan lawan tutur atau orang yang dijadikan objek umpatan.

3. Artikel berjudul Tuturan Umpatan Bahasa Jepang dalam Film Crows Zero

1 yang ditulis pada tahun 2016 oleh Rudy Tri Hartanto, Mahasiswa

Universitas Dian Nuswantoro. Penelitian tersebut bertujuan untuk

menemukan bagaimana penggunaan tuturan umpatan, fungsi dan makna

yang terkandung di dalamnya ketika dihubungkan dengan pragmatik.


11

Penelitian tersebut menggunakan teori pragmatik dengan metode analisis

data kualitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 12

jenis tuturan umpatan, yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori,

yakni kategori umpatan berupa kata keadaan, kata kerja, kata sapaan

orang , dan sebutan binatang.

4. Skripsi berjudul Tindak Tutur Ekspresif Nonoshiri Kotoba dalam Animasi

Danshi Koukousei No Nichijou Episode 1-12 Karya Shinji Takamatsu yang

ditulis pada tahun 2019 oleh Crisma Chilka Permata, Mahasiswa

Universitas Dr. Soetomo. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mendeskripsikan kategori lokusi dalam animasi Danshi Koukousei no

Nichijou episode 1-12 karya Shinji Takamatsu serta mendeskripsikan

ilokusinya. Penelitian tersebut menggunakan teori pragmatik dengan

metode kualitatif yang dilakukan secara triangulasi (gabungan) dengan

pendekatan analisis deskriptif. Dari hasil penelitian tersebut diketahui

terdapat 5 jenis nonoshiri kotoba yang berjumlah 83 data yaitu 69 data

nonoshiri kotoba jenis keadaan, 3 data nonoshiri kotoba jenis benda, 7

data nonoshiri kotoba jenis bagian tubuh, 2 data nonoshiri kotoba jenis

makhluk halus, 2 data nonoshiri kotoba jenis aktivitas. Dari 5 jenis

nonoshiri kotoba diketahui memiliki 5 ilokusi yang terdiri dari 15 data

kesulitan, 1 data kesukaan, 49 data kebencian, 1 data kesenangan, 17 data

kesengsaraan. Penelitian tersebut juga menemukan dari 83 data lokusi

ekspresif yang ditemukan, hanya ada 37 nonoshiri kotoba yang memiliki

ilokusi yang terdiri dari 32 data nonoshiri kotoba jenis keadaan, 1 data
12

nonoshiri kotoba jenis benda, 2 data nonoshiri kotoba jenis bagian tubuh,

1 data nonoshiri kotoba jenis aktivitas, 1 data nonoshiri kotoba jenis

makhluk halus. Dari 5 jenis nonoshiri kotoba yang ditemukan, peneliti

hanya menemukan 4 ilokusi yaitu 19 data representatif, 8 data ekspresif, 8

data direktif, 2 data komisif dan tidak menemukan ilokusi deklaratif.

Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang

terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objek kajiannya yaitu

nonoshiri kotoba atau kata umpatan, dan metode penelitian. Selain itu,

terdapat persamaan penelitian ini dengan penelitian milik Agiamintasari

yaitu menggunakan teori sosiopragmatik. Perbedaan utama penelitian ini

dengan penelitian terdahulu terletak pada sumber data dan pendekatan

teori yang digunakan. Selain itu, terdapat perbedaan penelitian ini dengan

penelitian milik Permata yang menggunakan metode kualitatif secara

triangulasi (gabungan). Meskipun objek kajiannya sama, dengan sumber

data yang berbeda diharapkan penelitian ini akan menghasilkan temuan

baru yang belum ditemukan pada penelitian sebelumnya dan diharapkan

mampu membawa kebaruan tentang penelitian terkait nonoshiri kotoba

dan sosiopragmatik.

B. Landasan Teori

1. Sosiopragmatik
13

Prayitno (2017: 44) menyebutkan bahwa kajian sosiopragmatik dalam

kancah penelitian disiplin linguistik dapat dikatakan sebagai kajian yang relatif

baru. Lahirnya studi ini didasarkan atas ketidakpuasan studi pragmatik yang

hanya memusatkan kajiannya pada maksud penutur (speakers meaning) dan studi

sosiolinguistik yang hanya bertumpu pada variasi bahasa pada kelompok

masyarakat. Sosiopragmatik menurut Leech (dalam Sulistyo, 2014: 5-6) disebut

ketepatan isi (appropriateness in meaning), yaitu sejauh mana fungsi komunikasi

tertentu, sikap, dan gagasan dianggap sesuai dengan situasi yang berlaku. Hal ini

berkaitan dengan sosiologi. Deskripsi pragmatik harus dikaitkan dengan kondisi-

kondisi sosial tertentu, dengan kata lain sosiopragmatik merupakan titik

pertemuan antara sosiologi dan pragmatik.

Berkaitan dengan itu, Fishman (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2014: 12)

menyebutkan bahwa sosiolinguistik mengkaji variasi bahasa dan penggunaan

bahasa dalam hubungannya dengan perilaku masyarakat atau variasi bahasa dalam

hubungannya dengan konteks sosial masyarakat yang mendukungnya. Aslinda

dan Syafyahya (2014: 13) menyebutkan bahwa konteks adalah unsur di luar

bahasa yang erat hubungannya dengan kajian pragmatik. Menurut peneliti,

konteks berperan untuk menentukan kata-kata itu tergolong kata umpatan (罵り言

葉) atau tidak. Konteks juga berperan untuk mengetahui faktor penggunaan atau

tujuan penutur mengucapkan kata umpatan tersebut. Kemudian, Gunarwan (dalam

Prayitno, 2017: 44) mengemukakan bahwa sosiopragmatik mengkaji maksud

penutur, tepatnya kajian terhadap daya (maksud) ilokusi ujaran, berdasarkan siapa

berbicara kepada siapa, di mana, untuk apa, bilamana, bagaimana, tentang apa,
14

dan sebagainya yang dikaitkan dengan masyarakat sosial tertentu. Selanjutnya,

Canale dan Swain (dalam Takatsuka, 2001: 42-43) menyebutkan bahwa :

“語用論的知識(能力)とは、言語を用いて、様々な言語機能(マクロ・
ミクロ)を、言語の使用場面(対話者を含む様々な要因 'parameters'から
成る)との関係で「適切」に遂行することを可能にする知識(能力)であ
り、従来、社会言語学的知識(能力)と呼ばれているものを包含するもの
であると考えることができる。その際、「適切」とは、言語機能そのもの
が言語使用場面において適切であるということ、及びその言語機能を実現
するのに使用する形式(言語・非言語)が適切であることを意味する。”
Goyōronteki chishiki (nōryoku) to wa, gengo wo mochiite, samazamana gengo
kinō (makuro mikuro) wo, gengo no shiyō bamen (taiwa-sha o fukumu
samazamana yōin' parameters' kara naru) to no kankei de `tekisetsu' ni suikō suru
koto o kanō ni suru chishiki (nōryoku)deari, jūrai, shakai gengo-gaku-teki chishiki
(nōryoku) to yoba rete iru mono o hōgan suru monodearu to kangaeru koto ga
dekiru. Sono sai,`tekisetsu' to wa, gengo kinō sonomono ga gengo shiyō bamen ni
oite tekisetsudearu to iu koto, oyobi sono gengo kinō o jitsugen suru no ni shiyō
suru keishiki (gengo higengo) ga tekisetsudearu koto o imi suru.
Pengetahuan (kemampuan) pragmatik adalah hubungan antara berbagai fungsi
kebahasaan (makro dan mikro), menggunakan dan penggunaan bahasa (terdiri
dari berbagai faktor 'parameter' termasuk lawan bicara). Pengetahuan
(kemampuan) itulah yang memungkinkan pelaksanaan yang “tepat” dan dianggap
mencakup apa yang secara konvensional disebut pengetahuan (kemampuan)
sosiolinguistik. Yang dimaksud dengan “tepat” adalah bahwa fungsi bahasa sesuai
dengan konteks penggunaan bahasa dan bahwa bentuk (bahasa/nonbahasa) yang
digunakan untuk mewujudkan fungsi bahasa tersebut sudah sesuai.
“Canale and Swain(1980)や Canale (1983)は、前者を「意味の適切性」、
後者を「形式の適切性」と呼んでいるが、それぞれ、 Leech(1983)や
Thomas (1984)が、「社会語用論」(sociopragmatics)、「語用言語学」
(pragmalinguistics)と呼んでいるものと関わっていると思われる。社会
語用論は、話し手の言語使用場面内の社会的要因(対話者間の社会的距離、
対話相手への負担の程度、及び対話者間の相対的権利と義務など)の捉え
方査定に関わる領域であり、例えば、「いつ、どんなことに対して、誰に
対して礼を言うのが適切なのか」を判断することに関わる。”
Kanare ando sū~ein (1980) ya kanare (1983) wa, zensha o `imi no tekisetsu-sei',
kōsha o `keishiki no tekisetsu-sei' to yonde iruga, sorezore, Leech (1983) ya
tomasu (1984) ga,`shakaigoyōron' (sociopragmatics),`goyōgengogaku'
(pragmalinguistics) to yonde iru mono to kakawatte iru to omowa reru.
Shakaigoyōron wa, hanashite no gengo shiyō bamen-nai no shakai-teki yōin
(taiwa-sha-kan no shakai-teki kyori, taiwa aite e no futan no teido, oyobi taiwa-
sha-kan no aitaiteki kenri to gimu nado) no toraekata satei ni kakawaru
ryōikideari, tatoeba,`itsu, don'na koto ni taishite, dare ni taishite rei o iu no ga
tekisetsuna no ka' o handan suru koto ni kakawaru.
Canale dan Swain (1980) dan Canale (1983) menyebut yang pertama sebagai
"kesesuaian makna", yang terakhir disebut "kesesuaian bentuk", tampaknya terkait
dengan gambaran oleh Leech (1983) dan Thomas (1984) yang sebut sebagai
"sosiopragmatik" dan "pragmalinguistik". Sosiopragmatik digunakan untuk
menilai bagaimana memahami faktor-faktor sosial dalam penggunaan bahasa
penutur (jarak sosial antara lawan bicara, tingkat tanggungan lawan bicara, hak
15

dan kewajiban relatif antara lawan bicara dan lainnya) misalnya, dalam
menentukan “kapan, apa, dan kepada siapa pantas berterima kasih”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

Pragmatik adalah hubungan antara berbagai fungsi kebahasaan, bagaimana

menggunakan dan penggunaan bahasa itu sendiri. Pengetahuan itulah yang

memungkinkan pelaksanaan yang “tepat” dan mencakup pengetahuan

sosiolinguistik. Yang dimaksud dengan “tepat” adalah fungsi bahasa

sesuai dengan konteks penggunaan bahasa dan bahwa bentuk

(bahasa/nonbahasa) yang digunakan untuk mewujudkan fungsi bahasa

tersebut sudah sesuai. Sosiopragmatik digunakan untuk menilai bagaimana

memahami faktor-faktor sosial dalam penggunaan bahasa penutur (jarak

sosial antara lawan bicara dan lainnya) dalam menentukan, misalnya

“kapan, tentang apa, dan kepada siapa pantas berterima kasih”.

Kemudian, Kridalaksana mengemukakan masing-masing

pengertian pragmatik dan sosiolinguistik yang merupakan unsur penyusun

sosiopragmatik. Kridalaksana (1993: 176) mengemukakan bahwa

pragmatik adalah (1) aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar

bahasa yang memberikan sumbangan pada makna ujaran, (2) syarat-syarat

yang menyebabkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam

komunikasi. Kemudian, Yule (2015: 188) menyebutkan bahwa pragmatik

merupakan kajian tentang apa yang dimaksud pembicara atau “maksud

pembicara”. Pragmatik merupakan kajian makna “yang tidak terlihat” atau

bagaimana kita mengetahui apa yang dimaksud bahkan ketika makna

tersebut sebenarnya tidak dikatakan atau ditulis.


16

Kridalaksana (1993: 201) menyebutkan bahwa sosiolinguistik

merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling

pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Sedangkan pragmatik

merupakan aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang

memberikan sumbangan kepada makna ujaran. Dari pernyataan-

pernyataan tersebut dapat diketahui bagaimana sosiolinguistik dan

pragmatik dapat menjadi suatu kajian yang selaras.

Berdasarkan pernyataan diatas, sosiopragmatik secara konkret

merupakan kajian terhadap entitas kebahasaan yang menggabungkan

ancangan penulisan sosiolinguistik dan ancangan pragmatik dalam wadah

dan dalam lingkup kebudayaan dan jangkauan kultur tertentu (Rahardi,

2009: 4).

2. Konteks

Konteks merupakan bagian dari pragmatik yang memiliki peran penting

dalam kajian sosiopragmatik. Konteks mendukung pembicaraan agar mudah

dipahami oleh penutur dan lawan tutur serta agar tujuan pembicaraan dapat

tercapai. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mey (dalam Nadar, 2013: 3) yang

mendefinisikan konteks sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang

memungkinkan pembicara dan pendengar untuk dapat berinteraksi dan membuat

apa yang mereka bicarakan dapat dipahami satu sama lain. Sehubungan dengan

itu, Aslinda dan Syafyahya (2014: 13) mendefinisikan konteks sebagai aspek-

aspek lingkungan fisik atau sosial yang saling berkaitan dengan ujaran tertentu.
17

Lingkungan sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa di antaranya adalah

status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi dan jenis kelamin.

Kemudian, Prayitno (2017: 40) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

konteks adalah ihwal siapa yang mengatakan kepada siapa, tempat dan waktu

diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat di dalam

tindakan mengutarakan kalimat itu.

Pendapat tersebut dikuatkan oleh Sulistyo (2014: 49-50) yang menyatakan

bahwa pembicaraan antara penutur dan petutur harus mempunyai latar belakang

yang sama dan dikaitkan dengan konteks tertentu. Konteks dapat diartikan sebagai

aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Selain

itu, menurut kamus linguistik Kridalaksana (1993: 201) konteks merupakan (1)

aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait-mengait dengan ujaran tertentu;

(2) pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga

pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara. Berdasarkan pernyataan

para ahli tersebut, konteks merupakan unsur yang diperlukan dalam memahami

maksud sebuah tuturan.

Lebih lanjut, Kridalaksana (1993: 201) membagi konteks menjadi tiga

bagian yaitu konteks budaya, konteks linguistis, dan konteks situasi. Konteks

budaya yang merupakan keseluruhan kebudayaan dimana sebuah komunikasi

terjadi. Konteks linguistis merupakan konteks yang memberi makna pada unsur

bahasa; mencakup konteks sintaksis dan konteks semiotaktis. Konteks sintaksis

merupakan lingkungan gramatikal dari unsur bahasa yang menentukan kelas dan

fungsi unsur tersebut, sementara konteks semiotaktis merupakan lingkungan


18

semantis yang ada di sekitar suatu unsur bahasa; makna unsur bahasa. Konteks

situasi merupakan alat untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk

memahami makna ujaran.

3. Nonoshiri Kotoba (Kata Umpatan)

Kata umpatan dalam Bahasa Jepang disebut 罵り言葉(nonoshiri kotoba).

Kata umpatan dianggap sebagai kata-kata kasar untuk didengar dan tidak biasa

karena tidak semua orang menggunakan dan mengucapkan kata umpatan dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Hal itu sesuai dengan

pernyataan Hornby (dalam Dirgantara, 2014: 10) bahwa kata umpatan adalah jenis

kata-kata tabu yang digunakan ketika si pemakai ingin mengumpat atau dalam

keadaan marah dan tersinggung. Sumarsono dan Paina (2004:106) menyebutkan

bahwa tabu tidak hanya menyangkut ketakutan terhadap roh gaib, melainkan juga

berkaitan dengan sopan santun dan tata krama, orang yang tidak ingin dianggap

“tidak sopan” akan menghindari penggunaan kata tertentu. Yule (2015:392)

menjelaskan bahwa istilah tabu adalah kata dan frasa yang dihindari orang-orang

karena alasan yang berkaitan dengan agama, kesopanan dan perilaku yang

dilarang. Istilah tersebut biasanya kata-kata sumpah serapah yang biasanya

“diredamkan” dalam penyiaran publik dan “diberi tanda bintang” dalam cetakan.

Hamada (dalam Masayih dan Bethvine, 2021: 25) mengemukakan bahwa :

“悪口ということばには、類義語として、悪態悪口雑言、罵倒語、罵晋 議
語などがあるが、ここではそれらを総称するものとして、「悪口」という
言葉を用いる。そして「悪口」を「対象の持つマイナス面に言及する か 、
あるいは、マイナスの評価を付し、対象を攻撃する言語行動」と定義 す
る。”
19

Waruguchi to itu kotoba ni wa ruigigo toshite, akutai akkou zougon, batougo,


nonoshishin gigo nado ga aru ga, koko dewa sorera wo soushousuru mono
toshite, 「 waruguchi 」 to iu kotoba wo mochiiru. Soshite, 「 waruguchi 」 wo
「 taishou no motsu mainasumen ni genkyuusuruka, aruiwa, mainasu no hyouka
wo fushi, taishou wo kougekisuru gengokoudou」to teigisuru.
“Kata “pembicaraan buruk” memiliki sinonim seperti kutukan, ucapan buruk, dan
kata-kata kasar, tetapi di sini, kata “pembicaraan buruk” digunakan sebagai istilah
umum untuk mereka. Kemudian, “pembicaraan buruk” diartikan sebagai “perilaku
verbal yang mengacu pada sisi negatif dari target atau memberikan evaluasi
negatif dan menyerang target”.

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nonoshiri

kotoba merupakan bagian dari waruguchi karena dalam waruguchi

terdapat pula kata-kata kasar untuk didengar ketika berinteraksi dengan

lawan tutur. Kemudian, Azuma (1999: 94) menyebutkan bahwa :

“ここで、スラング、 特に社会できわめて否定的にとらえられているいわ
ゆる「罵り言葉」というものについて少し考えてみよう。 罵り言葉とい
うものが(自分が使うかどうかは別として) 実際に社会に存在 し、かなり
頻繁に使う人々もいる、ということは、だれもが認める事実である。この
意味で、 罵り言葉はわれわれの言語生活とは切り離すことのできないも
のなのだが、学問の対象としてはあまり研究されていないようだ。 学問
とはそもそももっと高尚なもので、罵り言葉のような下品な、言葉の「く
ず」とでもいっていいようなものを、まじめに言語研究の 対象とするの
はかなりの勇気がいることなのかもしれない。 しかしながら、この罵り
言葉を研究対象とした言語学者がまったくいないというわけではない”。
Koko de, suranggu, tokuni shakai de kiwamete hiteiteki ni toraerareteiru iwayuru
`nonoshiri kotoba' (Swearing) to iu mono ni tsuite sukoshi kangaete miyou.
Nonoshiri kotoba to iu mono ga (jibun ga tsukau kadouka wa betsu to shite) jissai
ni shakai ni sonzai shi, kanari hinpan ni tsukau hitobito mo iru, to iu koto wa,
dare mo ga mitomeru jijitsu de aru. Kono imi de, nonoshiri kotoba wa wareware
no gengo seikatsu to wa kirihanasu koto no dekinai mono na no da ga, gakumon
no taishō to shite wa amari kenkyūsareteinai yōda. Gakumon to wa somosomo
motto kōshōna mono de, nonoshiri kotoba no yōna gehin'na, kotoba no `kuzu' to
demo itte ī yōna mono o, majime ni kotoba kenkyū no taishō to suru no wa kanari
no yūki ga iru koto na no kamoshirenai. Shikashi nagara, kono nonoshiri kotoba
o kenkyū taishō to shita gengo gakusha ga mattaku inai to iu wakedewanai.

Sekarang mari kita berpikir sedikit tentang bahasa gaul, terutama yang disebut
"kata umpatan", yang dianggap negatif di masyarakat. Sebuah fakta yang tak
terbantahkan bahwa kata-kata umpatan benar-benar ada di masyarakat (baik Anda
menggunakannya atau tidak) dan beberapa orang sering menggunakannya. Dalam
pengertian ini, kata umpatan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kebahasaan,
tetapi tampaknya belum banyak dipelajari sebagai mata pelajaran akademis.
20

Semula, belajar adalah hal yang mulia jadi diperlukan keberanian yang besar
untuk secara serius mempelajari penelitian linguistik terkait hal-hal vulgar seperti
kata-kata umpatan, yang bisa disebut "sampah"-nya kata-kata. Namun, bukan
berarti tidak ada ahli bahasa yang mempelajari kata umpatan ini.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kata

umpatan dianggap negatif di masyarakat padahal faktanya, kata umpatan

terdapat di masyarakat, sering digunakan dan tidak dapat dipisahkan dari

kebahasaan. Perlu keberanian besar untuk mempelajari kata umpatan

karena dianggap sebagai hal yang kurang baik. Namun demikian bukan

berarti tidak ada ahli bahasa yang mempelajari kata umpatan.

Sedikit berbeda dengan pernyataan sebelumnya, Allan (dalam

Wijana dan Rohmadi, 2006: 109) menjelaskan makian adalah alat

pembebasan dari segala situasi yang tidak mengenakkan walaupun

terdapat pemakaian makian yang secara pragmatis mengungkapkan pujian,

keheranan dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab. Sejalan

dengan itu, Andersson (dalam Dirgantara, 2014: 12) menyebutkan bahwa

setiap tuturan umpatan mengandung konteks emosi yang tidak hanya

mengungkapkan situasi kemarahan tapi juga dapat mengungkapkan

konteks keterkejutan, ketakutan, kesedihan, kekecewaan, kesukaan,

kegembiraan dan kebosanan.

Tidak jarang orang yang mengucapkan kata umpatan dipandang

sebagai orang yang kasar. Dari pendapat di atas, kata umpatan tidak selalu

memiliki makna atau arti yang buruk tergantung pada konteks tuturan.
21

Selain sebagai bentuk ungkapan ekspresi negatif seperti marah, kesal,

kecewa, kata umpatan juga dapat mengungkapkan ekspresi positif seperti

memuji dan bisa menciptakan suasana lebih dekat serta akrab.

4. Referensi Kata Umpatan

Dalam mengungkapkan suatu umpatan, penutur menggunakan acuan atau

referensi kata umpatan yang bermacam-macam yang berkaitan dengan maksud

tuturannya. Hal tersebut menandakan bahwa kata umpatan tidak mengandung

makna sebernarnya dan hanya mengandung makna kiasan. Seperti misalnya kata

babi atau anjing yang memiliki konotasi negatif di sebagian daerah di Indonesia.

Sementara itu, pada daerah atau negara lain, kata tersebut memiliki makna yang

berbeda.

Wijana dan Rohmadi (2006: 119-124) mengklasifikasikan kata umpatan

berdasarkan referensi (acuan) ke dalam 8 jenis yaitu keadaan, binatang, makhluk

halus, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, aktivitas dan profesi. Sementara

itu, Hughes (dalam Prabawa, 2015: 3) mengklasifikasikan kata umpatan kedalam

6 jenis referensi yaitu animal term, anatomical term, imbelicilic term, genital

term, excretory term, dan general term. Dari kedua referensi tersebut terdapat

referensi yang sama yaitu animal term termasuk referensi binatang, anatomical

term termasuk referensi bagian tubuh, imbelicilic term termasuk referensi keadaan

(mental), genital term termasuk referensi bagian tubuh, excretory term termasuk

referensi benda. Dengan demikian, merujuk dari dua referensi tersebut, dalam

penelitian ini digunakan 9 referensi yaitu referensi keadaan, binatang, makhluk

halus, benda, bagian tubuh, kekerabatan, profesi, aktivitas dan general term.
22

a. Keadaan

Kata-kata yang mengungkapkan keadaan yang tidak

menyenangkan. Terdapat tiga hal yang dapat dihubungkan dengan keadaan

yang tidak menyenangkan, yaitu keadaan mental (contoh : gila, sinting,

bodoh dan lainnya), keadaan yang tidak direstui Tuhan atau agama

(contoh : jahanam, kafir dan lainnya) dan keadaan yang berhubungan

dengan peristiwa tidak menyenangkan yang menimpa seseorang (contoh :

celaka, mati, mampus dan lainnya). Adapun kata-kata lain yang

menunjukkan ekspresi kagum, terkejut, heran dan sebagainya (contoh :

astaga, gila dan lainnya). Hughes (dalam Prabawa, 2015: 3) juga

menyebutkan referensi imbelicilic term, yaitu istilah yang berhubungan

dengan keadaan mental.

b. Binatang

Kata-kata yang mengacu pada sifat-sifat tertentu binatang. Sebagai

contoh adalah anjing dan babi yang memiliki sifat menjijikkan dan

diharamkan, tungau atau bangsat memiliki sifat mengganggu dan buaya

memiliki sifat senang mencari pasangan. Selain itu, ada dua ragam

nonfornal yang sering digunakan untuk menggambarkan keburukan muka

referennya yaitu monyet dan kunyuk. Hughes (dalam Prabawa, 2015: 3)


23

juga menyebutkan referensi animal term, yaitu istilah yang berhubungan

dengan nama-nama hewan dan perilaku khas yang dimiliki.

c. Makhluk Halus

Kata-kata yang mengacu pada makhluk-makluk halus yang sering

mengganggu kehidupan manusia. Terdapat 3 buah kata yang sering

digunakan yaitu setan, setan alas dan iblis.

d. Benda-benda

Kata-kata yang mengacu pada benda-benda yang bernilai buruk.

Contoh benda-benda yang sering digunakan sebagai referensi kata makian

adalah tai,tai kucing dan tai anjing yang mengacu pada bau tidak sedap,

gombal yang mengacu pada hal kotor dan usang serta sompret yang

mengacu pada suara yang menganggu. Hughes (dalam Prabawa, 2015: 3)

juga menyebutkan referensi excretory term, yaitu istilah ekskresi (hasil

pembuangan sisa metabolisme dalam tubuh) seperti feses.

e. Bagian Tubuh

Kata-kata yang mengacu pada bagian tubuh dan bagian yang erat

kaitannya dengan aktivitas seksual. Hal ini dianggap tabu dan tidak sopan

karena bersifat personal. Contohnya adalah matamu yang mengacu pada

seseorang yang melakukan kesalahan karena tidak memanfaatkan

pengelihatannya dengan baik. Selain itu ada frasa lain seperti hidung
24

belang yang mengacu pada laki-laki yang mudah berganti pasangan dan

mata duitan yang mengacu pada orang yang memprioritaskan uang dalam

hal apapun. Hughes (dalam Prabawa, 2015: 3) juga menyebutkan

referensi anatomical term, istilah yang berhubungan dengan anggota tubuh

manusia dan genital term, yaitu istilah genital merupakan istilah yang

berhubungan dengan kemaluan seperti vag***.

f. Kekerabatan

Kata-kata yang mengacu pada orang-orang yang dihormati atau

orang-orang yang mengajarkan hal-hal baik. Untuk menghormati

seseorang, kata-kata tersebut sebaiknya digunakan pada kondisi dan

tempat yang sesuai. Akan tetapi, dalam mengumpat, kata-kata tersebut

sering digunakan dengan tambahan –mu seperti mak-mu, kakek-mu, mbah-

mu dan sebagainya

g. Aktivitas

Kata-kata yang mengacu pada suatu aktivitas dengan ditambahkan

afiks –di seperti diamput dan diancuk. Kata diamput diduga merupakan

perubahan fonologis dari kata diancuk. Kata diamput maknanya tidak jauh

beda dari kata diancuk. Hal tersebut lazim terjadi dalam usaha penutur

memperhalus ucapan. Contoh lain seperti asu (anjing) yang menjadi asem

(buah yang memiliki rasa asam) dan juga bajingan yang menjadi bajigur

(minuman).

h. Profesi
25

Kata-kata yang mengacu pada profesi rendah dan diharamkan

agama. Contohnya seperti maling, pelacur atau lonte, bajingan, copet dan

lainnya. Ada pula profesi serta kebiasaan yang dimetaforakan dengan

perbandingan binatang tertentu seperti lintah darat, buaya darat dan

lainnya.

i. General term

Istilah umum yakni kata umpatan yang telah berlaku secara umum

dalam masyarakat seperti fuck dan busyet.

5. Faktor Penggunaan Kata Umpatan

Kata umpatan umumnya digunakan untuk mengekspresikan rasa jengkel,

kecewa, marah dan sebagainya. Tetapi tidak hanya itu, kata umpatan bisa

digunakan untuk mengekspresikan rasa terkejut, heran, pujian dan menciptakan

keakraban. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan pengucapan kata umpatan serta

faktor yang melatarbelakangi kata umpatan tersebut diucapkan.

Hughes mengemukakan bahwa kebanyakan orang menggunakan kata

umpatan untuk menghina orang lain. Lebih rinci, Liedlich (dalam Prabawa, 2015)

mengemukakan bahwa tujuan utama mengumpat adalah untuk meluapkan emosi

sehingga merasa lega, untuk mencari perhatian, untuk mendiskreditkan atau

menurunkan kredibilitas seseorang, untuk menghasut sebuah pertengkaran, untuk

menunjukkan kasih sayang atau kedekatan. Berikut adalah faktor-faktor seseorang

menggunakan kata umpatan menurut Liedlich :

a. Melegakan emosi
26

Kata umpatan digunakan untuk melegakan emosi karena merasa

tersakiti, terganggu dan marah akan tetapi dapat juga digunakan secara

sengaja untuk menyakiti orang lain. Ketika seseorang memiliki masalah,

biasanya ia akan menggunakan kata-kata makian sebagai obat atas

kekesalannya yang tak tertahankan untuk diteriakkan. Ketika seseorang

marah, kecewa, atau terluka, dia akan menunjukkan perasaannya. Jika kata

makian digunakan penutur untuk meluapkan emosinya, artinya penutur

terluka, kesal, kecewa, atau terganggu oleh seseorang atau penutur ingin

seseorang disakiti. Contoh : Listen, you fuckin' cunt. ‘Dengar kau, sialan’.

Dalam hal ini, “cunt” digunakan oleh Ace untuk mengekspresikan

emosinya kepada Ginger. Ungkapan tersebut digunakan Ace untuk

mengungkapkan kemarahannya karena dia kesal dengan istrinya (Ginger)

yang tidak bertanggung jawab atas anaknya. Dia juga ingin Ginger terluka

dengan mengucapkan kata ini. 聞いてくれよクソ野郎

b. Menarik perhatian

Kata-kata dengan konotasi kasar mampu menarik perhatian karena

mengundang respon emosional dari pendengar hal tersebut digunakan agar

seseorang diketahui keberadaannya. seseorang menggunakan kata-kata

umpatan untuk menarik perhatian dan mereka ingin menjadi orang yang

paling diperhatikan diantara yang lainnya. Mendapatkan perhatian dengan

menggunakan bahasa yang bersemangat dan kuat yang berkonotasi

menimbulkan respon emosional langsung dari pendengar. Seseorang yang

menggunakan kata-kata itu ingin menjadi pusat perhatian di antara yang


27

lain. Dengan mengucapkan kata-kata itu dia ingin orang-orang mengetahui

kondisinya. Contoh : He hates my fuckin' guts. ‘Dia membenci nyaliku’.

Dalam ungkapan tersebut, Ginger datang ke Nicky untuk meminta

bantuan. Ketika dia berbicara dengan Nicky, kata "fuckin`" digunakan oleh

Ginger untuk menarik perhatian Nicky. Dengan kata ini dia ingin

memberitahu Nicky bahwa dia benar-benar membutuhkan bantuan. Dia

ingin Nicky melihat kondisinya. Setelah mendengar itu Nicky berjanji

untuk membantunya mencarikan sponsor untuknya. 彼は私の内臓が嫌い

です。

c. Mendiskredit

Kata umpatan yang digunakan untuk mengekspresikan

ketidaksukaan terhadap sesuatu dan berusaha menjatuhkan atau

menjelekkan wibawa. Diskredit dapat terjadi ketika orang yang

menggunakan kata-kata umpatan untuk mengungkapkan ketidakpercayaan

mereka tentang banyak hal dalam kenyataan yang mereka anggap tidak

sesuai dengan opini publik. Akibatnya, seseorang yang suka menggunakan

kata-kata makian untuk mendiskreditkan orang atau institusi tertentu

dianggap “melanggar aturan”. Contoh : FBI! That prick's been dodging me

for three weeks. ‘FBI! Si brengsek itu telah menghindariku selama tiga

minggu’. Pada ungkapan tersebut, "prick" digunakan dalam situasi

informal. Dalam situasi formal, “prick” diganti dengan pen** yang

mengacu pada alat kelamin. Ini digunakan oleh Nicky untuk

mendiskreditkan Charlie Clark yang tidak dapat membantu untuk


28

meminjamkan uang kepadanya. 連邦捜査局!その刺し傷は 3 週間私

をかわしてきました。

d. Provokasi

Kata umpatan yang digunakan untuk memprovokasi seseorang

untuk melakukan sesuatu dan memperkeruh suasana pertengkaran atau

keributan. Meskipun tindakan kekerasan fisik, seperti melempar batu bata

dan botol ke jendela dapat memicu tindakan kekerasan, kata-kata cabul

adalah "metode paling efektif yang tersedia untuk menghasut respons

kekerasan". Beberapa kata makian mengandung maksud ini ketika penutur

atau penulis mengharapkan tanggapan tertentu (konfrontasi dengan

kekerasan) dari pendengar atau pembaca. Contoh : Fuckin' asshole won't

budge. ‘Bajingan sialan tidak mau mengalah’. Dalam situasi formal,

"asshole" diganti dengan "anus". Namun, bila digunakan dalam situasi

informal atau tidak sopan, kata ini biasanya digunakan oleh penutur untuk

mengungkapkan emosi penutur, untuk memancing respon tertentu dari

lawan tutur. Dalam ungkapan tersebut, Ace menyampaikan kepada

Sherbert untuk memberi tahu Koboi agar melepaskan kakinya dari meja.

Ketika Sherbert mencoba memberi tahu Koboi untuk melepaskan kakinya

dari meja, Koboi tidak peduli dan mengabaikannya. Sherbert kesal dengan

Koboi. Dia kembali ke Ace dan berkata "bajingan sialan tidak mau

mengalah". Sengaja atau tidak sengaja memberikan stimulus pada Ace

yang akhirnya menjadi sebuah tindakan. Setelah mendengar itu, Ace

menyuruh Security untuk keluar dari Koboi dan menggunakan kepalanya


29

untuk membuka pintu. Akhirnya, Koboi dipaksa keluar dari Casino. くそ

野郎は動じない。

e. Menunjukkan kedekatan

Kata umpatan yang digunakan untuk menunjukkan hubungan dekat

antara penutur dan lawan tutur. Istilah sayang atau menunjukkan

kedekatan adalah suatu kondisi ketika kata-kata umpatan digunakan oleh

pembicara untuk meningkatkan kekompakan atau untuk menciptakan

harmoni. Biasanya terjadi ketika seseorang memanggil temannya dengan

menggunakan kata-kata makian. Penggunaan kata-kata tersebut tidak

dipandang sebagai hal yang buruk karena fungsi dari kata-kata tersebut

hanya untuk mempererat hubungan. Contoh : oh, shit!. ‘oh, sial!’ Dalam

hal ini, kata "sialan" diucapkan Jordan karena Donnie mengatakan mereka

tinggal di apartemen yang sama. Dalam konteks khusus ini, kata “sialan”

digunakan penutur untuk mengungkapkan ekspresi perasaan terkejutnya

dan akan mempererat hubungan di antara mereka. Terbukti setelah Jordan

mengucapkan kata shit Donnie tidak marah padanya. ああ、くそ!。

Kemudian, Muranaka (2019: 21) menyebutkan bahwa :

罵り表現の機能として,次のようなものが挙げられる.
1. 聞き手もしくは第三者を低く位置付けていることを示す.マイナ
ス待遇表示機能.
2. 聞き手もしくは第三者への親しみの気持ちを表す.親愛表示機能.

3. 聞き手もしくは第三者への怒りを表出して,憂さを晴らす.カタ
ルシス機能.
Nonoshiri hyōgen no kinō to shite,-ji no yōna mono ga age rareru.
30

1. Kikite moshikuwa daisansha o hikuku ichidzukete iru koto o shimesu.


Mainasu taigū hyōji kinō.
2. Kikite moshikuwa daisansha e no shitashimi no kimochi o arawasu.
Shin'ai hyōji kinō.
3. Kikite moshikuwa daisansha e no ikari o hyōshutsushite, usawoharasu.
Katarushisu kinō.
Fungsi ungkapan makian antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi tampilan perlakuan negatif yang menunjukkan bahwa pendengar
atau pihak ketiga berperingkat rendah.
2. Fungsi tampilan afeksi yang mengungkapkan perasaan kedekatan
dengan pendengar atau pihak ketiga.
3. Mengekspresikan kemarahan terhadap pendengar atau pihak ketiga
untuk menghilangkan kekhawatiran seseorang, fungsi katarsis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, fungsi kata umpatan menurut Muranaka adalah

mendiskredit lawan bicara, mengungkapkan kedekatan dan meluapkan emosi.

6. Anime

Anime merupakan budaya populer Jepang selain J-Pop, manga, dorama

dan lain sebagainya. Anime merupakan film animasi buatan Jepang yang digemari

oleh berbagai kalangan dari berbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Hal

tersebut dapat dilihat dari banyaknya anime yang dikenal dan selalu ditunggu oleh

masyarakat Indonesia seperti Doraemon, Sinchan, Naruto, One Piece, Sailor

Moon dan lain-lain. Hal tersebut dikarenakan kemudahan memperoleh akses

untuk menikmati produk hiburan buatan Jepang tersebut. Selain ditayangkan

melalui televisi nasional dan bioskop, saat ini anime mulai merambah ke aplikasi

menonton berbayar seperti Netflix, WeTV, Disney+ Hotstar,Vidio.com dan

lainnya. Toi (2020: 70) berpendapat bahwa anime memiliki ciri-ciri gambar

warna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki keragaman karakter.


31

Terdapat tokoh yang berperan antagonis, protagonis dan figuran. Anime sangat

dipengaruhi gaya gambar manga yaitu komik khas Jepang.

Anime juga menjadi salah satu media pembelajaran bahasa Jepang. Banyak

kosakata yang mudah diingat karena dalam anime juga terdapat dari gambar atau

animasi serta audiovisual yang menarik. Akan tetapi, anime juga dapat

mempengaruhi nilai-nilai budaya apabila penikmat anime tidak mempelajari

bahasa Jepang dalam anime tersebut lebih lanjut mengingat dalam anime terdapat

banyak kata umpatan dan kata-kata kasar di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian

ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan terkait kata-kata kasar atau

umpatan dalam bahasa Jepang yang sebaiknya dihindari pengucapannya dalam

komunikasi sehari-hari.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Muhammad (2016: 27) berpendapat bahwa penelitian berasal dari kata

teliti yang bermakna ‘hati-hati’ dan konfiks pe-an yang merujuk pada kegiatan.

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara hati-hati dan teliti untuk

mencapai suatu tujuan. Penelitian dilakukan karena adanya permasalahan yang

harus diselesaikan dan ditangani hingga tuntas. Untuk menangani masalah

tersebut, perlu adanya langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Nazir

(2013: 33) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan urutan bagaimana

penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu

penelitian dilakukan. Kemudian, Sugiyono (2017: 2) menjelaskan metode

penelitian sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Bungin (2006: 65) mengemukakan bahwa persoalan penting

yang patur dikedepankan dalam metodologi penelitian adalah dengan cara apa dan

bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir

penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable. Berdasarkan

kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan

langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dalam menyajikan data

penelitian.

Metode penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam

Moleong, 2010: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

32
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sugiyono (2017: 7)

menyebutkan bahwa data kualitatif adalah data berbentuk kata, kalimat, gerak

tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto.

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Lofland (dalam Moleong, 2016: 157) menyebutkan bahwa sumber

data utama dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan.

Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Sumber

data dalam penelitian ini adalah anime Kimetsu no Yaiba season 1 yang

disutradarai oleh Haruo Sotozaki yang ditayangkan pada aplikasi

menonton berbayar WeTV. Season pertama anime ini terbit pada 6 April

2019 dan memiliki 26 episode. Peneliti menggunakan season 1 sebagai

sumber data karena data pada season tersebut dianggap cukup

menyediakan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian. selain itu,

peneliti menggunakan sumber data anime Kimetsu no Yaiba karena anime

ini relatif baru dan belum pernah dilakukan penelitian terhadap kata

umpatan yang terdapat di dalamnya. Anime ini berhasil mengundang

antusias dan respon positif dari penonton. Hal tersebut bisa diketahui dari

banyaknya penghargaan yang berhasil diraih anime ini seperti beberapa

penghargaan dalam acara Crunchyroll Anime Awards 2022 salah satunya

pada kategori film terbaik. Sebelumnya, pada tahun 2020 anime ini juga

33
34

pernah meraih penghargaan Anime of the Year dalam acara serupa.

Anime ini juga pernah meraih penghargaan kategori karya terbaik

(penayangan TV dan streaming) menurut Newtype Anime Awards 2018-

2019 majalah Monthly Newtype.

2. Data

Menurut Subroto (dalam Nugrahani, 2014: 211) data penelitian

adalah informasi yang terdapat pada segala sesuatu apapun yang menjadi

bidang dan sasaran penelitian. Data penelitian dapat digali dan

dikumpulkan melalui berbagai sumber data, antara lain : dokumen,

narasumber (informant), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi dan

benda. Data pada penelitian ini adalah satuan lingual kata yang

mengandung makna umpatan yang diucapkan oleh tokoh Hashibira

Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan

catat. Sudaryanto (2015: 203) mengatakan bahwa metode simak adalah

metode yang digunakan dalam penelitian bahasa dengan cara menyimak

penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Selanjutnya adalah

teknik catat. Sudaryanto (2015: 206) menjelaskan bahwa teknik catat

merupakan teknik lanjutan yang diterapkan sesudah dilakukan perekaman

dengan alat tulis tertentu. Dengan adanya kemajuan teknologi, pencatatan

bisa dilakukan dengan komputer atau alat semacamnya yang lebih canggih
35

dan akurat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

mengumpulkan data sebagai berikut :

1. Menonton anime Kimetsu no Yaiba season 1 dari awal hingga akhir

pada aplikasi menonton berbayar WeTV.

2. Mendengarkan dan mencermati tuturan tokoh dengan seksama.

3. Mentranskripsi tuturan tokoh (mengubah tuturan yang berbentuk

bunyi ke dalam bentuk tulisan).

4. Mencatat tuturan yang mengandung kata umpatan atau nonoshiri

kotoba yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke ke dalam tabel 3.1

(tabulasi data).

5. Memberikan kode pada setiap data yang telah diklasifikasikan.

Penulisan kode diawali oleh sumber data, nomor data, episode,

waktu, referensi dan faktor penggunaan. Contoh kode

KNY/1/11/20:50/Kead/Per. Kode tersebut memiliki arti anime

berjudul Kimetsu no Yaiba episode 11, menit ke 20:50, nonoshiri

kotoba jenis keadaan, faktor penggunaan untuk menarik perhatian

dan merupakan data ke-1.

Tabel 3.1

Contoh Tabel Pengumpulan Data Nonoshiri Kotoba

dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1

No Episode Menit Data Kode data

1.

2.
36

D. Teknik Analisis Data

Sudaryanto (dalam Muhammad, 2016: 222) mendefinisikan

analisis merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang

terkandung dalam data. Dalam analisis, terkandung tindakan mengurai

atau membedah dan memburaikan masalah.

Teknik analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif

yaitu dengan menjabarkan data-data yang telah dikumpulkan. Nazir (2013:

43) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang

diselidiki. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

menganalisis data sebagai berikut :

1. Mengecek ulang data yang telah diverifikasi.

2. Mereduksi data (menyederhanakan, menggolongkan, dan

membuang data yang tidak perlu sehingga data akhir mampu

menyajikan data yang bermakna dan sesuai dengan rumusan

masalah).

3. Mengklasifikasikan referensi kata umpatan pada tabel 3.2.

4. Mengklasifikasikan faktor penggunaan kata umpatan pada tabel 3.3.

5. Mengecek ulang hasil analisis data.

6. Menarik simpulan dari data yang telah dianalisis.


37

Tabel 3.2

Contoh Tabel Analisis Data Referensi Nonoshiri Kotoba dalam anime

Kimetsu no Yaiba season 1

No Nonoshiri Referensi nonoshiri kotoba Jumlah

Kotoba 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1.

2.

3.

Total

1 = Kead / Keadaan 4 = Bnd / Benda 7 = Akt / Aktivitas

2 = Bin / Binatang 5 = Btub / Bagian tubuh 8 = Prof / Profesi

3 = Mkh / Makhluk halus 6 = Krbt / Kekerabatan 9 = Um / Umum

Tabel 3.3

Contoh Tabel Analisis Data Faktor Penggunaan Nonoshiri Kotoba dalam

anime Kimetsu no Yaiba season 1

No Nonoshiri Faktor penggunaan

kotoba 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

1 = Ems/Melegakan emosi 2 = Prht/Menarik perhatian 3 = Dskr/Mendiskredit

4 = Prvk / Provokasi 5 = Kdkt / kedekatan


38

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Pendahuluan

Merujuk dari Wijana dan Rohmadi (2006: 119-124) dan Hughes (dalam

Prabawa, 2015: 3), penelitian ini menggunakan 9 referensi yaitu referensi

keadaan, binatang, makhluk halus, benda, bagian tubuh, kekerabatan, profesi,

aktivitas dan general term. Teori tersebut digunakan untuk menjawab rumusan

masalah pertama mengenai referensi kata umpatan yang diucapkan tokoh

Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1. Kemudian, Liedlich

(dalam Prabawa, 2015: 5) mengemukakan bahwa tujuan utama mengumpat adalah

untuk meluapkan emosi, untuk mencari perhatian, untuk mendiskreditkan, untuk

memprovokasi, untuk menunjukkan kasih sayang atau kedekatan. Teori tersebut

digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua mengenai faktor penggunaan

kata umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no

Yaiba season 1.

Bab ini menjelaskan tentang hasil temuan dari penelitian terhadap sumber

data anime berjudul Kimetsu no Yaiba season 1. Dari penelitian yang telah

dilakukan, ditemukan 56 data kata umpatan dalam anime Kimetsu no Yaiba. Kata

umpatan yang paling banyak ditemukan memiliki referensi keadaan sebanyak 20

data dan kata umpatan kuso sebanyak 9 data. Faktor penggunaan paling banyak

adalah melegakan emosi dengan jumlah 29 data.


39

B. Pembahasan

1. Referensi Kata Umpatan

Peneliti menggunakan 9 dari 14 referensi yang disebutkan yaitu

referensi keadaan, binatang, makhluk halus, benda, bagian tubuh,

kekerabatan, aktivitas dan general term.Berikut adalah tabel hasil analisis

data refrensi kata umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke

dalam anime Kimetsu no Yaiba season 1.

No Referensi Jumlah

1. Keadaan 20 data

2. Binatang -

3. Makhluk halus -

4. Benda 11 data

5. Bagian tubuh -

6. Kekerabatan 13 data

7. Aktivitas 7 data

8. Profesi -

9. General term (umum) 5 data

Total 56 data
40

a. Keadaan

Keadaan tidak menyenangkan (chikushou, uzai, kimochi

warui, urusai, mendokusai, uttoushii, jyama), dan keadaan mental

(botchan, yowamiso, yowacchii, baka, kusobakatare)

1) Keadaan tidak menyenangkan

(1) Chikushou(ちくしょう)(Matsuura, 2014: 106)

Arti : Sial, celaka

Konteks : Inosuke kewalahan berhadapan dengan iblis

Kyogai di bangunan yang sempit. Iblis Kyogai

mempunyai kekuatan yang dapat memutar

ruangan dan kondisi disekitarnya dalam waktu

sekejap hanya dengan menabuh drum di

tubuhnya.

伊之助 : ハアハア。。チッ。。また飛ばされた!3日
前からずっとこんな調子だ、ちくしょう!
こんな狭苦しい建物の中を進むのは。。得意
じゃ ねえんだよ、俺は!
Inosuke : Haa.. haa.. chhi.. Mata tobasareta! San nichi mae
kara zutto konna choushi da, chikushou! Konna
semakurushii tatemono no naka wo susumu no wa
tokuijyaneen da yo, ore wa!
: Heah.. heah.. chi.. Aku di pindahkan lagi! Begini
terus sejak 3 hari yang lalu, celaka! Berputar-
putar di gedung sempit seperti itu... Bukan
keahlianku!
KNY/02/12/11.00/kead/ems

Kata umpatan chikushou pada tuturan (1) memiliki

referensi pada keadaan tidak menyenangkan. Kata chikushou

memiliki arti ‘persetan’, ‘jahanam’, ‘celaka’, ‘setan’. Kata

chikushou pada tuturan (1) dituturkan oleh Inosuke ketika ia


41

sedang menghadapi iblis Kyogai yang memiliki drum di

tubuhnya. Drum itulah yang memiliki kekuatan untuk

mengubah dan memutar kondisi di sekitarnya. Drum di bagian

pusarnya dapan mengeluarkan cakar dan drum di bagian

punggungnya bisa memindahkan diri atau musuhnya ke tempat

lain. Kekuatan itulah yang membuat Inosuke merasa kesulitan

mengatasi Kyogai.

Kata chikushou bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan sesuatu yang ‘mencelakakan’ dan ‘bahaya’.

Kata umpatan chikushou pada tuturan (1) tidak digunakan

Inosuke untuk menghina iblis melainkan diucapkan Inosuke

untuk meluapkan rasa kesalnya dengan menggerutu. Inosuke

menuturkan kata chikushou karena ia merasa bahwa dirinya

dalam keadaan celaka ketika berhadapan dengan iblis Kyogai

karena kemampuan yang dimilikinya tidak dapat menandingi

kekuatan iblis tersebut sehingga membuatnya kewalahan.

(2) Uzai(うざい)

Arti : Mengganggu

Konteks : Inosuke berusaha merebut kotak kayu yang berisi

Nezuko dari Zenitsu. Inosuke kesal dengan

Zenitsu terus melindungi kotak kayu sekuat

tenaga karena permintaan Tanjiro, kakak Nezuko.

善逸 : 俺が。。。直接炭治郎に話を聞く。だから
お前は。。。引っ込んでろ!
42

伊之助 : 離しやがれ!ウゼエンだよ!
Zenitsu : Ore ga.. Chokusetsu Tanjiro ni hanashi wo kiku.
Dakara, omae wa.. Hikkondero !
Inosuke : Hanashiyagare! Uzeen da yo!
Zenitsu : Aku akan bertanya langsung kepada Tanjiro.
Kaulah yang harus minggir!
Inosuke : Lepaskan! Mengganggu saja!
KNY/08/13/18.40/kead/ems

Kata umpatan uzai pada tuturan (2) berubah bunyi menjadi

uzeen. Kata uzai memiliki referensi pada keadaan tidak

menyenangkan. Kata Uzai memiliki arti ‘berisik’ dan

‘mengganggu’. Kata umpatan uzai pada tuturan (2) dituturkan

oleh Inosuke kepada Zenitsu. Inosuke berusaha merebut kotak

kayu yang di dalamnya terdapat Nezuko, adik Tanjiro yang

berubah menjadi iblis. Inosuke terus-menerus berusaha

mendapatkan kotak tersebut dan berkeinginan untuk

menghabisi Nezuko karena pada dasarnya anggota Korps

Pemburu Iblis tidak boleh bersekutu dengan iblis. Inosuke

berusaha merebut kotak kayu itu karena ia tidak tau bahwa

Nezuko tidak pernah dan tidak akan memangsa manusia

karena terdapat bambu di mulutnya yang mencegah untuk

memangsa manusia.

Kata uzai bila dilihat dari maknanya menggambarkan

sesuatu yang ‘mengganggu kenyamanan orang lain’. Bila

digunakan untuk mengumpat berarti sama saja menganggap

seseorang yang menjadi objek tuturan umpatan tersebut

sebagai pengganggu. Maka dari itu Inosuke menuturkan


43

tuturan (2) untuk mengumpat Zenitsu karena menganggap

Zenitsu telah mengganggu dan menghalangi niatnya untuk

menghabisi kotak kayu yang berisi seorang iblis.

(3) Kimochi warui(気持ち悪い)(Matsuura, 2014: 492)

Arti : Tidak enak, tidak nyaman

Konteks : Zenitsu merasa ketakutan ketika memasuki area

hutan pegunungan Natagumo. Ia merengek kepada

Tanjiro dan Inosuke agar menggagalkan niat

mereka untuk masuk ke area pegunungan itu.

Inosuke jijik melihat kelakuan Zenitsu yang tidak

menggambarkan keberanian korps pemburu iblis.

善逸 : 待ってくれ!ちょっと待ってくれないか?
炭治郎 : 善逸、どうしたんだ?
善逸 : 怖いんだ目的地が近づいてきてとても怖い。
伊之助 : なに座ってんだこぜ。。気持ち悪いやつだ。
Zenitsu : Mattekure! Chotto mattekurenai ka?
Tanjiro : Zenitsu, doushitanda?
Zenitsu : Kowainda! Mokutekichi ga chikadzuitekite
totemo kowai!
Inosuke : Nani suwattenda koze.. kimochi warui yatsu da
na..
Zenitsu : Tunggu! Bisakah menunggu sebentar?
Tanjiro : Zenitsu, ada apa?
Zenitsu : Aku takut! Setelah sampai tujuan, aku merasa
ketakutan!
Inosuke : Kenapa malah duduk? Menjijikkan sekali.
KNY/17/15/07.14/kead/dskr

Kata umpatan kimochi warui pada tuturan (3) memiliki

referensi pada keadaan tidak menyenangkan. Kimochi warui

memiliki arti ‘tidak enak’ dan ‘tidak nyaman’. Kata umpatan

kimochi warui pada tuturan (3) dituturkan oleh Inosuke kepada


44

Zenitsu. Pada awalnya, Tanjiro, Inosuke dan Zenitsu sedang

menjalani rehabilitasi kesehatan karena cidera yang dialami

mereka ketika mengalahkan iblis Kyogai. Di pusat rehabilitasi

kesehatan tersebut, mereka mendapat pengobatan dan latihan-

latihan untuk memulihkan kekuatannya. Ketika kondisi

kesehatan mereka membaik, gagak hitam utusan Korps

Pemburu Iblis datang dan memerintahkan Tanjiro, Inosuke dan

Zenitsu agar pergi ke Gunung Natagumo untuk memburu Dua

Belas Iblis Bulan (Juuni Kizuki). Sesampainya di jalan masuk

hutan pegunungan Natagumo, Zenitsu merasakan hal

mencekam karena hutan pegunungan tersebut gelap gulita. Ia

merengek kepada Tanjiro serta Inosuke untuk menggagalkan

niatnya masuk ke hutan pegunungan tersebut. Zenitsu

menangis meraung-raung sambil duduk di tanah karena

ketakutan.

Kata kimochi warui bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan sesuatu yang tidak menyenangkan. Kata

kimochi warui memiliki referen (acuan) yang berhubungan

dengan keadaan yang tidak enak dan tidak nyaman. Keadaan

tersebut timbul karena adanya perbuatan menjijikkan, konyol

dan tidak semestinya mengakibatkan gangguan dan

ketidaknyamanan untuk orang lain. Bila digunakan untuk

mengumpat berarti sama saja menganggap seseorang yang


45

menjadi objek tuturan umpatan tersebut sebagai penyebab

orang lain merasa tidak nyaman. Maka dari itu Inosuke

menuturkan tuturan (3) kepada Zenitsu karena sikap Zenitsu

yang penakut dan kelakuan Zenitsu yang menangis meraung-

raung itu menyebabkan Inosuke merasa jijik karena seharusnya

mereka bersatu untuk mengalahkan iblis.

(4) Urusai (うるさい) (Matsuura, 2014: 1144)

Arti : Berisik, cerewet, ramai, rewel

Konteks : Di tengah hutan Pegunungan Natagumo, Inosuke

dan Tanjiro bertemu dengan anggota senior Korps

Pemburu Iblis. Senior tersebut bernama Murata.

Murata Senpai menginginkan kehadiran anggota

korps dari tingkat Hashira untuk membantunya,

bukan dari tingkat Mizunoto.

炭治郎 : 応援に来ました。階級・癸竈門炭治郎です。
村田 : 癸。。癸。。?? なんで 柱じゃないんだ!癸
なんて何人来ても同じだ!意味がない!
伊之助 : うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の
存在自体意味がねえんだよ!さっさと状況を
説明しやがれ弱味噌が!
村田 : なん。。なんだ こいつ。。俺のほうが先輩
なのに。。
Tanjiro : Ouen ni kimashita. Kaikyuu Mizunoto, Kamado
Tanjiro desu.
Murata : Mizunoto? Mizunoto? Nande Hashira jyanainda!
Mizunoto nante nannin kitemo onaji da! Imi ga
nai!
Inosuke : Urusee! Imi no aru nashi de ittara omae no
sonzai jitai imi ga neen da yo! Sassato joukyou
wo setsumeishiyagare yowamiso ga!
Murata : Nan.. Nanda koitsu.. Ore no houga senpai na no
ni..
46

Tanjiro : Kami datang membantu. Aku Kamado Tanjiro


dari tingkat Mizunoto.
Murata : Mizunoto.. mizunoto? Kenapa tidak mengirim
(tingkat) Hashira saja? Sebanyak apapun (tingkat)
Mizunoto akan sama saja. Sia-sia!
Inosuke : Berisik! Kalau kau bilang sia-sia, berarti
keberadaanmu pun sia-sia. Cepat ceritakan apa
yang terjadi, dasar makhluk lemah!
Murata : Siapa orang ini? Padahal aku seniornya.
KNY/19/15/11.48/kead/ems

Kata umpatan urusai pada tuturan (4) berubah bunyi

menjadi urusee. Dalam tuturan (4) terdapat umpatan yang

bereferensi pada keadaan tidak menyenangkan yaitu urusai.

Kata Urusai memiliki arti ‘berisik’, ‘cerewet’, ‘ramai’, dan

‘rewel’. Kata urusai pada tuturan (4) dituturkan oleh Inosuke

kepada Murata Senpai. Pada suatu hari, gagak hitam utusan

Korps Pemburu Iblis memerintahkan Tanjiro, Inosuke dan

Zenitsu untuk pergi ke Gunung Natagumo untuk memburu

Dua Belas Iblis Bulan (Juuni Kizuki). Akan tetapi, ketika

memasuki area hutan, Zenitsu ketakutan karena sangat gelap

dan mencekam. Tanjiro dan Inosuke membujuk Zenitsu

beberapa lama sebelum akhirnya Tanjiro mencium bau iblis

yang sangat menyengat dari dalam hutan. Karena bujukan

Tanjiro dan Inosuke tidak berhasil, akhirnya Zenitsu tidak

masuk ke area hutan pegunungan Natagumo. Sesampainya di

tengah hutan, Tanjiro dan Inosuke bertemu dengan Murata

Senpai, anggota Korps Pemburu Iblis yang merupakan kakak

tingkat dari Tanjiro, Inosuke dan Zenitsu. Dalam Korps


47

Pemburu Iblis, terdapat dua tingkatan yaitu Hashira dan

Mizunoto. Tingkat Hashira merupakan tingkatan atas,

sedangkan tingkat Mizunoto merupakan tingkatan bawah.

Murata Senpai, Tanjiro, Inosuke dan Zenitsu merupakan

anggota tingkatan Mizunoto. Murata Senpai menyayangkan

karena gagak hitam tidak mengutus tingkat Hashira.

Kata Urusai bila dilihat dari maknanya menggambarkan

sesuatu yang ‘berisik’, ‘gaduh’, dan ‘bising’. Bila digunakan

untuk mengumpat berarti sama saja menganggap seseorang

yang menjadi objek tuturan umpatan tersebut sebagai orang

yang tidak bisa diam. Maka dari itu Inosuke menuturkan

tuturan (4) kepada Murata Senpai karena Inosuke merasa

jengkel dengan perkataan Murata Senpai kepada dirinya dan

Tanjiro karena niat baiknya untuk membantu Murata Senpai

itu diremehkan dan keberadaannya tidak disambut dengan

baik.

(5) Mendokusai(めんどくさい)(Matsuura, 2014: 626)

Arti : Merepotkan, mengganggu

Konteks : Di tengah hutan, Tanjiro, Inosuke dan Murata

Senpai bertemu dengan anggota korps yang

dikendalikan oleh iblis laba-laba. Salah satu dari

mereka meminta Inosuke untuk membunuhnya saja

karena mereka tidak sanggup merasakan sakitnya


48

badan karena gerakan yang tidak terkendali.

Tanjiro melarang untuk membunuh sesama.

伊之助 : クソッ! めんどくせえ!こいつらまとめて


ぶっ飛ばす!
炭治郎 : ダメだ!やめろ!何か方法はあるはずだ. だ
からこの人たちを傷つけるのは 。。
Inosuke : Kuso! Mendokusee! Koitsura matomete
buttobasu!
Tanjiro : Dame da! Yamero! Nanika houhou wa aru hazu
da. Dakara kono hito tachi wo kizutsukeru no
wa..
Inosuke : Tahi! Merepotkan saja! Biar aku habisi mereka!
Tanjiro : Jangan! Hentikan! Pasti ada cara lain. Makanya,
jangan menyakiti orang-orang ini..
KNY/28/16/03.00/kead/ems

Kata umpatan mendokusai pada tuturan (5) berubah bunyi

menjadi mendokusee. Dalam tuturan (5) terdapat umpatan yang

bereferensi pada keadaan tidak menyenangkan yaitu

mendokusai. Kata Mendokusai memiliki arti ‘merepotkan’.

Kata mendokusai pada tuturan (5) dituturkan oleh Inosuke

kepada Tanjiro. Ketika sudah berada di hutan pegunungan

Natagumo, Inosuke dan Tanjiro bertemu Murata Senpai yang

menceritakan bahwa 9 orang kawannya telah dikendalikan

oleh iblis laba-laba. Iblis tersebut berusaha menghabisi nyawa

Korps Anggota Iblis dengan cara menjadikannya boneka

manusia dengan mengaitkan benang-benang tipis dengan jari-

jari iblis laba-laba. Sesampainya di tengah hutan, mereka

bertemu dengan anggota korps yang sudah dikendalikan iblis.

Anggota korps yang dikendalikan iblis meminta mereka untuk


49

membunuhnya saja karena mereka tidak sanggup menahan

tulang-tulang yang patah dan menusuk organ dalamnya.

Inosuke berniat menebas leher anggota yang dikendalikan iblis

tersebut tapi Tanjiro melarangnya.

Kata mendokusai bila dilihat dari maknanya

menggambarkan sesuatu yang ‘merepotkan’, dan ‘membebani

orang lain’. Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama

saja menganggap seseorang yang menjadi objek tuturan

umpatan tersebut sebagai orang yang merepotkan orang lain.

Maka dari itu Inosuke menuturkan tuturan (5) kepada Tanjiro

karena menghalangi niat Inosuke untuk membunuh anggota

Korps yang dikendalikan iblis. Tanjiro melarang Inosuke untuk

membunuh orang-orang tersebut atas dasar sesama anggota

Korps Pemburu Iblis. Inosuke merasa Tanjiro merepotkan

dirinya karena pada saat itu, ia sudah bersiap mengeluarkan

jurus ilmu nafas hewan buas yang diandalkannya dan terpaksa

menggagalkannya sebab larangan Tanjiro.

(6) Uttoushii(うっとうしい) (Matsuura, 2014: 1149)

Arti : Menjengkelkan, murung, muram, suram, pengap.

Konteks : Posisi Tanjiro dan Inosuke semakin dekat dengan

Iblis laba-laba yang mengendalikan 9 anggota

korps rekan Murata Senpai. Semakin mendekati

posisi iblis, semakin banyak pula benang-benang


50

halus yang berusaha melilit tubuh Tanjiro dan

Inosuke untuk menghambat rencana selanjutnya.

炭治郎 : それでいいんだな?こっちで。。
伊之助 : 俺の感覚に狂いはね。。けど。。なんだこの
うっとうしい糸は!
炭治郎 : それだけ鬼に近づいているんだ。
Tanjiro : Sore de iindana? Kocchi de..
Inosuke : Ore no kankaku ni kurui wa ne.. Kedo.. Nanda
kono uttoushii ito wa!
Tanjiro : Sore dake oni ni chikadzuiteirunda.
Tanjiro : Apakah benar? Arahnya kesini?
Inosuke : Indraku kacau. Tapi.. Apa-apaan benang-benang
menjengkelkan ini? 
Tanjiro : Ini pertanda kita semakin dekat dengan iblisnya.
KNY/34/16/04.28/kead/ems

Dalam tuturan (6) terdapat umpatan yang bereferensi pada

keadaan tidak menyenangkan yaitu uttoushii. Uttoushii

memiliki arti ‘menjengkelkan’, ‘berat’, ‘suram’, ‘pengap,’ dan

‘suasana menyebalkan’. Ketika sudah memasuki area hutan

pegunungan Natagumo, Tanjiro meminta Inosuke untuk

mendeteksi keberadaan iblis laba-laba melalui getaran karena

kepekaan Tanjiro terhadap bau iblis tidak berfungsi. Hal itu

disebabkan karena bau yang menyelimuti hutan tersebut sudah

bercampur dan terlalu pekat. Setelah mengetahui keberadaan

iblis laba-laba, Tanjiro dan Inosuke bergegas lari ke arah posisi

iblis berada. Semakin dekat dengan keberadaan iblis laba-laba,

semakin banyak benang-benang tipis yang berusaha melilit

mereka. Inosuke terus-menerus menyingkirkan benang-benang


51

itu dengan pedangnya dengan cara memotong benang-benang

yang menghalanginya.

Kata uttoushii bila dilihat dari maknanya menggambarkan

sesuatu yang ‘membuat jengkel’ dan ‘merepotkan’. Bila

digunakan untuk mengumpat berarti sama saja menganggap

sesuatu yang menjadi objek tuturan umpatan tersebut sebagai

sesuatu yang ‘membuat repot seseorang’. Kata uttoushii pada

tuturan (6) dituturkan oleh Inosuke ketika sedang bergumam

sambil berusaha memotong benang-benang yang berada di

sekitar tubuhnya. Maka dari itu Inosuke menuturkan tuturan

(6) karena benang-benang tipis tersebut rumit dan terus

menyambung meskipun dipotong berkali-kali sehingga

menghambat usaha serta memperlambat perjalanan mereka

membunuh iblis laba-laba.

(7) Jyama(邪魔)(Matsuura, 2014: 354)

Arti : Gangguan, halangan, rintangan

Konteks : Inosuke dan Tanjiro bersama-sama melawan iblis

tanpa kepala yang sangat besar dan kuat. Iblis

tersebut adalah ayah iblis laba-laba. Iblis tersebut

tiba-tiba muncul dari arah seberang sungai.

伊之助 : てめえ!これ以上俺をホワホワさすんじゃね!
邪魔だそこれは!
Inosuke : Temee! Kore ijou ore wo fuwafuwasasunjyanee~!
Jyama da zo kore wa!
: Brengsek! Jangan buat aku gemas! Itu sangat
mengganggu!
52

KNY/43/16/15.00/kead/ems

Dalam tuturan (7) terdapat umpatan yang bereferensi pada

keadaan tidak menyenangkan yaitu jyama. Kata Jyama

memiliki arti ‘gangguan’, ‘halangan’, dan ‘rintangan’. Kata

jyama pada tuturan (7) dituturkan oleh Inosuke kepada ayah

iblis laba-laba. Ketika Inosuke dan Tanjiro sudah berhasil

membunuh ibu iblis laba-laba dan berencana untuk kembali

keluar hutan untuk menemui Zenitsu, tiba-tiba muncul ayah

iblis laba-laba yang besar dan kuat dari arah sebrang sungai.

Kata jyama bila dilihat dari maknanya, menggambarkan

‘seseorang atau sesuatu yang mengganggu atau menghalangi

pihak lain dalam melakukan sesuat’. Bila digunakan untuk

mengumpat berarti sama saja menganggap seseorang yang

menjadi objek tuturan umpatan tersebut sebagai ‘pengganggu’

karena menghambat seseorang untuk melakukan sesuatu.

Maka dari itu Inosuke menuturkan tuturan (7) kepada ayah

iblis laba-laba karena ia merasa terganggu dengan keberadaan

iblis tersebut yang menghalangi langkahnya untuk bertemu

Zenitsu dan melanjutkan pemburuan dua belas iblis bulan.

2) Keadaan mental

(8) Botchan(坊ちゃん)(Matsuura, 2014: 82)

Arti : Buyung

Konteks : Inosuke pertama kali bertemu dengan Tanjiro


53

ketika berada di ruangan yang sama dengan iblis

Kyogai. Inosuke tidak mengetahui bahwa Tanjiro

juga merupakan anggota Korps Pemburu Iblis.

Fisik Tanjiro yang tidak gagah dan berotot

menyebabkan Inosuke mengira bahwa ia bukan

anggota korps.

伊之助 : 俺の刀は痛いぜ、坊ちゃんが使うような刀 
じゃねえからよ。ちぎり裂くような切れ味が
自慢な。
Inosuke : Ore no katana wa itai ze, botchan ga tsukau youna
katana jyanee kara yo. Chigirisaku youna kire aji
ga jiman na no sa.
: Pedangku menyakitkan, lho. Pedangku bukan
pedang yang biasa dipakai anak bawang. Sensasi
mencincang dagingnya adalah kebanggaanku.
KNY/01/12/03.02/kead/dskr

Dalam tuturan (8) terdapat umpatan yang bereferensi pada

keadaan mental yaitu botchan. Kata botchan memiliki arti

buyung. Buyung merupakan panggilan untuk bocah laki-laki.

Kata botchan pada tuturan (8) dituturkan oleh Inosuke kepada

Tanjiro di awal pertemuan mereka. Inosuke dan Tanjiro

bertemu pertama kali saat melawan iblis Kyogai, iblis yang

terdapat drum di tubuhnya dan memiliki kekuatan memutar-

balikkan kondisi dan tempat disekitarnya. Pada saat itu,

Inosuke belum mengetahui bahwa Tanjiro juga merupakan

Korps Pemburu Iblis. Ia menganggap remeh Tanjiro karena

merasa ikut campur ketika ia hendak menghabisi iblis Kyogai.


54

Ketika Tanjiro mengingatkan bahwa iblis Kyogai itu

berbahaya, Inosuke meremehkan Tanjiro dengan

memanggilnya botchan karena Inosuke merasa paling hebat.

Inosuke menganggap bahwa Tanjiro adalah anak biasa yang

tidak punya kemampuan melawan iblis. Ketika Tanjiro

mengingatkan bahwa iblis Kyogai itu berbahaya, Inosuke

meremehkan Tanjiro dengan memanggilnya botchan karena

Inosuke merasa paling hebat.

Kata botchan bila dilihat dari maknanya, menggambarkan

anak kecil atau yang biasa dikenal dengan istilah ‘bocah

ingusan’. Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama saja

menganggap seseorang yang menjadi objek tuturan umpatan

tersebut memiliki mental yang lemah dan tidak punya kekuatan

yang menandingi orang dewasa selayaknya anak kecil. Maka

dari itu Inosuke menuturkan tuturan (8) kepada Tanjiro karena

dirinya merasa paling hebat dan paling mampu untuk

berhadapan dengan iblis Kyogai. Selain itu, tubuh Tanjiro yang

mungil dan tidak berotot juga menyebabkan Inosuke tidak

mengetahui bahwa Tanjiro juga merupakan anggota Korps

Pemburu Iblis.

(9) Yowamiso(弱味噌)(Matsuura, 2014: 1192)

Arti : Orang lemah, pengecut

Konteks : Inosuke menyuruh Zenitsu untuk berhenti


55

menghalangi dan melindungi kotak kayu berisi

Nezuko. Ia terus menendang dan memukul

Zenitsu hingga lebam-lebam dan lemas.

伊之助 : おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!
この弱味噌が!
Inosuke : Oraa! Doke! Oraa! Katana wo nuite tatakae! Kono
yowamiso ga!
: Hei! Minggirlah! Hei! Hunuslah pedangmu dan
bertarung denganku! Dasar orang lemah!
KNY/05/13/13.46/kead/dskr

Dalam tuturan (9) terdapat umpatan yang bereferensi pada

keadaan mental yaitu yowamiso. Kata yowamiso memiliki arti

makhluk lemah, orang lemah, dan pengecut. Kata yowamiso

pada tuturan (9) dituturkan oleh Inosuke kepada Zenitsu.

Inosuke berusaha merampas kotak kayu yang berisi Nezuko

dari pelukan Zenitsu yang berusaha melindungi kotak tersebut

karena mendapatkan pesan dari Tanjiro, kakak Nezuko. Akan

tetapi, Inosuke terus menendang dan memukul Zenitsu agar ia

menyerahkan kotak kayu tersebut karena Inosuke berpegang

teguh pada aturan bahwa manusia tidak boleh bersekutu

dengan iblis.

Kata yowamiso bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan orang yang lemah, tidak berdaya dan

pengecut. Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama saja

menganggap seseorang yang menjadi objek tuturan umpatan

tersebut tidak punya kekuatan yang setara. Maka dari itu


56

Inosuke menuturkan tuturan (9) karena menganggap Zenitsu

sebagai orang lemah yang tidak mampu bertanding dengan

kekuatannya yang terus-menerus menginjak-injak tanpa

mendapat perlawanan balik dari Zenitsu dan berdusta dengan

aturan korps pemburu iblis.

(10) Yowacchii(弱っちい)

Arti : Lemah, sayu, remang

Konteks : Inosuke, Tanjiro dan Zenitsu mendapat kabar dari

gagak hitam untuk menuruni gunung dan

beristirahat hingga pulih dari luka yang dialami

karena melawan iblis Kyogai. Gagak meminta

mereka untuk mengikuti arah terbangnya. Setelah

sampai di gerbang rumah dengan lambang bunga

fuji, gagak menyuruh mereka istirahat di sana.

Tak lama kemudian, ada seorang nenek tua yang

membuka gerbang. Tubuhnya kecil dan bungkuk.

伊之助 : なんだ てめえは!


おばあさん :鬼狩り様でございますね.
伊之助 : 弱っちいそうだな。。
炭治郎 : おい!
おばあさん :どうぞ。。
Inosuke : Nan da temee wa!
Obaasan : Onikari sama de gozaimasu ne.
Inosuke : yowacchii sou da na..
Tanjiro : Oi!
Obaasan : Douzo..
Inosuke : Siapa orang ini!
Nenek : Kalian para pemburu iblis, benar?
Inosuke : Kau terlihat lemah..
Tanjiro : Hei!
57

Nenek : Silahkan masuk..


KNY/16/14/13.19/kead/dskr

Dalam tuturan (10) terdapat umpatan yang bereferensi

pada keadaan mental yaitu yowacchii. Kata Yowacchii

memiliki arti lemah, kelemahan hati. Kata yowacchii pada

tuturan (10) dituturkan oleh Inosuke kepada seorang nenek tua

yang ternyata pemilik pusat rehabilitasi kesehatan. Setelah

berhasil mengalahkan iblis Kyogai, seekor gagak hitam

menghampiri Inosuke, Tanjiro dan Zenitsu. Gagak tersebut

menyampaikan pesan kepada mereka agar segera menuruni

gunung dan rehabilitasi kesehatan hingga pulih dari luka.

Setelah itu, gagak memandu mereka hingga sampai di rumah

besar dengan gerbang bergambar bunga fuji dan gagak

menyuruh mereka untuk istirahat disana hingga sembuh. Tak

lama kemudian, ada nenek tua yang membuka gerbang

rumahnya itu untuk menyambut kehadiran mereka.

Kata yowacchii bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan keadaan yang lemah. Bila digunakan untuk

mengumpat berarti sama saja menganggap seseorang yang

menjadi objek tuturan tersebut lemah, tidak berenergi dan tidak

berdaya. Maka dari itu Inosuke menuturkan umpatan (10)

karena melihat fisik nenek tersebut yang pendek, bungkuk dan

berambut putih. Inosuke meremehkan nenek tersebut tetapi

ternyata, setelah masuk area rumah itu, nenek tua dengan gesit
58

mempersiapkan tempat tidur, makan malam, obat dan teh

hangat untuk Tanjiro, Inosuke dan Zenitsu seorang diri.

(11) Baka(バカ)(Matsuura, 2014: 53)

Arti : Bodoh

Konteks : Ada suara yang tiba-tiba datang entah darimana

asalnya, kemudian suara itu disusul dengan

kehadiran korps pemburu iblis yang telah

diperdaya iblis untuk saling bunuh. Mereka tidak

bisa mengendalikan gerakan tubuh dan

pedangnya.

炭治郎 : この音。。何だ?
村田 : またこの音だ…この音が聞こえてきて気付い
たら隊員同士が斬り合いになったんだ。
炭治郎 : 音は どこから。。
伊之助 : ハッハ〜!こいつら みんな バカだぜ。隊員
同士でやり合うのはご法度だって知らねえん
だ。
炭治郎 : いや、 違う!動きがおかしい!何かに
 操られている!
Tanjiro : Kono oto.. nanda?
Murata : Mata kono oto da.. Kono oto ga kikoetekite
kidzuitara taiindoushi ga kiriai ni nattanda.
Tanjiro : Oto wa doko kara,,
Inosuke : Haha.. Koitsura minna baka daze. Taiindoushi de
yariau no wa gohotto datte shitteraneenda.
Tanjiro : Iya, chigau! Ugoki ga okashii! Nani ka ni
ayatsurareteiru!
Tanjiro : Suara apa ini?
Murata : Suara ini lagi.. Begitu mendengar suara ini, para
anggota saling membunuh.
Tanjiro : Darimana asal suara itu?
Inosuke : Hahahaha.. Orang-orang ini semua bodoh.
Padahal dilarang bertarung sesama anggota.
Tanjiro : Tidak, bukan begitu. Gerakan mereka aneh. Ada
yang mengendalikan mereka.
KNY/23/15/15.35/kead/dskr
59

Dalam tuturan (11) terdapat umpatan yang bereferensi pada

keadaan mental yaitu baka. Kata baka memiliki arti orang

bodoh ; orang tolol ; si goblok ; kebodohan ; ketololan. Kata

baka pada tuturan (11) dituturkan oleh Inosuke kepada anggota

Korps Pemburu Iblis yang telah dikendalikan oleh iblis laba-

laba. Ketika sampai di tengah hutan, Inosuke, Tanjiro dan

Murata Senpai mendengar suara aneh. Tidak lama kemudian,

anggota korps yang telah dikendalikan iblis itu datang dan

saling membunuh. Tangan mereka terikat oleh benang-benang

yang terpusat pada iblis laba-laba dan pergerakan mereka

dimainkan layaknya boneka. Para anggota yang dikendalikan

tersebut tidak bisa mengontrol geraknya hingga saling

membunuh.

Kata baka bila dilihat dari maknanya, menggambarkan

kelakuan konyol atau bodoh seseorang yang menyimpang dari

hal yang seharusnya. Bila digunakan untuk mengumpat berarti

sama saja menganggap seseorang yang menjadi objek tuturan

tersebut bodoh dan konyol karena perilakunya yang

menyimpang. Maka dari itu Inosuke menuturkan umpatan (11)

karena menganggap anggota Korps yang dikendalikan iblis itu

sudah bodoh karena mereka saling membunuh padahal

seharusnya bersatu untuk mengalahkan keluarga iblis laba-laba

yang ada di Gunung Natagumo.


60

(12) Kusobakatare (クソバカタレ)

Arti : Bajingan idiot

Konteks : Inosuke menemukan ayah iblis laba-laba yang

berada di atas pohon. Iblis tersebut lari kabur

menjauhi Inosuke karena tangan kanannya

terkena tebasan pedang Inosuke hingga patah.

伊之助 : ハッ。。そこか!このクソバカタレ!どこま
で登ったんじゃ!
Inosuke : Ha! Soko ka! Kono kusobakatare! Doko made
nobottan jya!
: Ha! disana rupanya! Bajingan idiot ini! Mau
memanjat setinggi apa kau!
KNY/53/18/15.50/kead/dskr

Dalam tuturan (12) terdapat umpatan yang bereferensi

pada keadaan mental yaitu kusobakatare. Kata kusobakatare

memiliki arti bajingan idiot. Kata kusobakatare pada tuturan

(12) dituturkan oleh Inosuke kepada ayah iblis laba-laba.

Setelah melakukan perlawanan dan bertahan seorang diri

melawan ayah iblis laba-laba karena Tanjiro terpental jauh

masuk ke dalam hutan, Inosuke akhirnya berhasil menebas

tangan kanan ayah iblis laba-laba dan membuat iblis tersebut

lari menjauhinya. Inosuke terus mencari keberadaan iblis

tersebut hingga akhirnya ia menemukan iblis tersebut berada di

atas pohon. Tak lama kemudian, iblis tersebut turun dari pohon

dan berevolusi menjadi lebih besar serta lebih kuat. Kemudian,


61

iblis tersebut mencekik dan mengangkat Inosuke dengan

tangan kiri hingga kaki Inosuke tidak menyentuh tanah.

Kata kusobakatare bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan seseorang yang ‘memiliki kecepatan berpikir

rendah’. Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama saja

menganggap seseorang yang menjadi objek tuturan tersebut

memiliki daya pikir lemah dan kurang pandai. Maka dari itu

Inosuke menuturkan umpatan (12) karena menganggap ayah

iblis laba-laba tersebut kurang pandai dalam memilih tempat

bersembunyi. Badannya yang besar pasti dapat mudah

ditemukan oleh Inosuke.

b. Benda

Dalam anime Kimetsu no yaiba season 1, peneliti menemukan

kata umpatan yang mengacu pada benda yaitu kuso, gomikuso dan

shouben morashi .

(13) Kuso (くそ) (Matsuura, 2014: 571)

Arti : Tahi

Konteks : Inosuke terus berusaha merebut kotak yang

didalamnya ada Nezuko dari pelukan Zenitsu.

Zenitsu rela diserang berkali-kali oleh pedang dan

tendangan Inosuke demi melindungi kotak kayu

tersebut.

善逸 : それには触らせない! それは炭治郎の。。
大事なものだ!いつが戻ってくるまでは
62

触らせない!
伊之助 : クソが! おらあ! どけ!
善逸 : 嫌だ!どけ!
Zenitsu : Sore ni wa sawarasenai! Sore wa Tanjiro no.. Daiji
na mono da! Itsu ga modottekure made wa
sawarasenai!
Inosuke : Kuso ga! Oraa! Doke!
Zenitsu : Iya da! Doke !
Zenitsu : Tidak akan ku biarkan kau menyentuhnya! Itu adalah
barang berharga milik Tanjiro! Jangan menyentuhnya
sebelum dia kembali!
Inosuke : Tahi! Hei! minggir!
Zenitsu : Tidak mau! Minggirlah!

KNY/09/13/19.10/bend/ems

Dalam tuturan (13) terdapat umpatan yang bereferensi pada

benda yaitu kuso. Kata kuso memiliki arti berak ; tahi ;

kotoran. Kata kuso dalam tuturan (13) dituturkan oleh Inosuke

yang ditujukan pada Zenitsu. Inosuke merasa kesal kepada

Zenitsu karena ia terus-menerus melindungi kotak kayu yang

di dalamnya terdapat Nezuko, adik Tanjiro yang berubah

menjadi iblis. Kotak tersebut terlempar keluar ketika ruangan

yang digunakan Tanjiro untuk melawan iblis itu berputar

secara tiba-tiba dan berulang kali. Tidak lama kemudian,

Zenitsu juga terlempar keluar hingga pingsan karena kepalanya

mendarat di tanah terlebih dahulu. Tak lama kemudian, Zenitsu

terbangun karena mendengar teriakan Inosuke dari kejauhan.

Zenitsu memiliki kemampuan mendengar yang lebih tajam

daripada anggota Korps Pemburu Iblis lainnya. Ia bergegas lari

melindungi kotak kayu yang di dalamnya terdapat Nezuko

karena Inosuke lari sambil mengayunkan padangnya ke arah


63

kotak kayu tersebut. Inosuke berusaha menghabisi isi kotak

tersebut karena Korps Pemburu Iblis dilarang keras untuk

bersekutu dengan iblis.

Kata kuso bila dilihat dari maknanya, menggambarkan

kotoran, ampas atau sisa makanan yang telah dicerna di organ

pencernaan, sesuatu yang kotor, bau dan menjijikkan. Bila

digunakan untuk mengumpat berarti sama saja menganggap

seseorang yang menjadi objek tuturan tersebut kotor dan

menjijikkan. Maka dari itu Inosuke menuturkan umpatan (13)

karena menganggap Zenitsu sebagai seseorang yang

menjijikkan. Menjijikkan bisa dilihat dari fisik maupun

perilaku dari objek tuturan. Inosuke menganggap perilaku

Zenitsu menjijikkan karena tidak mencerminkan seorang

pemburu iblis. Perilaku Zenitsu berlawanan dengan apa yang

seharusnya dilakukan sehingga Inosuke menganggap hal itu

sebagai sesuatu yang menjijikkan.

(14) Gomikuso( ゴミクソ)(Matsuura, 2014: 224)

Arti : Sampah tai

Konteks : Inosuke melawan ayah iblis laba-laba seorang diri

karena Tanjiro terpental jauh ke dalam hutan

ketika mereka masih di awal perlawanan. Inosuke

memaksa dirinya agar berani menghadapi iblis

tersebut seorang diri.


64

伊之助 : 負けねえ。。絶対に負けねえ。。俺は鬼殺
隊の嘴平伊之助だ!かかってきあがれゴミ
クソが!
Inosuke : Makenee.. Zettai ni makenee.. Ore wa onikorotai
no Hashibira Inosuke da! Kakattekiagare
gomikuso ga!
: Aku tidak boleh kalah.. Pasti gak akan kalah. Aku
Hashibira Inosuke dari Korps Pemburu Iblis!
Maju kau, sampah tai!
KNY/54/18/31.17/bend/dskr

Dalam tuturan (14) terdapat umpatan yang bereferensi

pada benda yaitu gomikuso. Kata gomikuso memiliki arti

sampah tahi. Kata gomikuso pada tuturan (14) dituturkan oleh

Inosuke kepada ayah iblis laba-laba. Ketika sedang melakukan

perlawanan bersama Inosuke, Tanjiro terlempar jauh ke dalam

hutan sehingga Inosuke harus melawan ayah iblis laba-laba itu

seorang diri. Inosuke sempat merasa ketakutan namun

akhirnya sikapnya yang tidak mau diremehkan itu membuat

dirinya harus memberanikan diri. Inosuke berjanji kepada

dirinya sendiri bahwa ia harus tetap hidup sampai Tanjiro

kembali ke hadapannya.

Kata gomikuso bila dilihat dari maknanya, menggambarkan

tempat untuk sesuatu hasil pembuangan yang kotor, bau dan

menjijikkan. Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama

saja menganggap seseorang yang menjadi objek tuturan

umpatan tersebut merupakan benda kotor dan menjijikkan.

Maka dari itu Inosuke menuturkan umpatan (14) karena

menganggap ayah iblis laba-laba sebagai sesuatu dari hasil


65

buangan menjijikkan karena perbuatannya hanya membuat

repot manusia.

(15) Shoubenmorashi (小便漏らし)(Matsuura, 2014: 949)

Arti : Tukang ngompol

Konteks : Ketika Inosuke dan Tanjiro sedang menghadapi

anggota korps yang dikendalikan iblis, Murata

senpai datang dan menyuruh Inosuke dan Tanjiro

melanjutkan perjalanan yaitu pergi ke tempat iblis

laba-laba.

Tanjiro : 村田さん?
Murata : ここは俺に任せて先に行け!
Inosuke : 小便漏らしが何言ってんだぜ!
Murata : 誰が漏らしたこのクソ猪!てめえに話し
かけてねえわ黙っとけ!
Tanjiro : Murata san?
Murata : Koko wa ore ni makasete, saki ni ike!
Inosuke : Shouben morashi ga nani itten da ze!
Murata : Dare ga shouben morashita kono inoshishi!
Temee ni hanashi kakenee wa damattoke!
Tanjiro : Kak Murata?
Murata : Bagian ini serahkan padaku, kalian maju saja!
Inosuke : Ngomong apa kau tukang ngompol?
Murata : Siapa yang ngompol, babi hutan? Diam, aku tidak
bicara denganmu!

KNY/30/16/03.18/bend/dskr

Dalam tuturan (15) terdapat umpatan yang bereferensi pada

benda yaitu shouben morashi. Kata shouben morashi memiliki

arti ‘tukang ngompol’. Inosuke merasa kesal dengan Murata

senpai yang tiba-tiba datang untuk mengatasi anggota korps

yang dikendalikan iblis dan menyuruh Inosuke dan Tanjiro


66

pergi mencari keberadaan iblis laba-laba. Inosuke yang

memiliki sifat selalu ingin jadi boss itu tidak suka disuruh-

suruh. Kata shouben morashi dalam tuturan (15) dituturkan

oleh Inosuke kepada Murata senpai.

Kata shouben morashi dapat diartikan sebagai ‘tukang

ngompol’ atau ‘membiarkan pipis bocor’. Bila dilihat dari

maknanya, menggambarkan kegiatan mengeluarkan kotoran

sisa metabolisme tubuh yang bau dan menjijikkan. Bila

digunakan untuk mengumpat berarti sama saja menganggap

seseorang yang menjadi objek tuturan tersebut kotor dan

menjijikkan. Maka dari itu Inosuke menuturkan umpatan (15)

karena menganggap Murata senpai sebagai seseorang yang

menjijikkan. Ia tidak bisa mengatasi anggota-anggota korps

yang telah dikendalikan iblis seorang diri. Arti ‘tukang

ngompol’ juga bisa dikaitkan dengan seseorang yang penakut

karena anak kecil yang merasa ketakutan biasanya gemetar dan

mengeluarkan urine secara tidak sengaja.

c. Kekerabatan

Dalam anime Kimetsu no yaiba season 1, peneliti menemukan

kata umpatan yang mengacu pada kekerabatan yaitu temee, omae,

koitsura dan aitsu.

(16) Temee(てめえ)

Arti : Kamu, kau, anda


67

Konteks : Inosuke berusaha merebut kotak kayu yang berisi

Nezuko dari pelukan Zenitsu yang diminta

Tanjiro untuk selalu melindungi adik

perempuannya itu ketika ia sedang melawan iblis

Kyogai. Zenitsu tidak mengizinkan Inosuke

merebut kotak itu dari dirinya.

伊之助 : 早くそこをどけ!
善逸 :どかない!これは炭治郎の。。
伊之助 : ゴチャゴチャうるせえ!ならそいつも箱もま
とめて始末してやる。さっさとどけてめえ!
Inosuke : Hayaku soko wo doke!
Zenitsu : Dokanai! Kore wa Tanjiro no..
Inosuke : gocha gocha urusee! Nara soitu mo hako mo
matomete shimatsushite yaru. Sassato doke,
Temee!
Inosuke : Cepat menyingkir kesana!
Zenitsu : Tidak akan! (Kotak) ini milik tanjiro..
Inosuke : Jangan cerewet! Biar aku akan membasmi isi
kotak sekaligus pemiliknya. Cepat minggir, kau!
KNY/07/13/16.51/krbt/dskr

Dalam tuturan (16) terdapat umpatan yang bereferensi

pada kekerabatan yaitu temee. Kata temee memiliki arti kamu,

kau dan anda. Kata temee pada tuturan (16) dituturkan oleh

Inosuke kepada Zenitsu. Inosuke terus berusaha merebut kotak

kayu yang di dalamnya terdapat Nezuko dari pelukan Zenitsu.

Inosuke berkeinginan untuk menghabisi Nezuko karena pada

dasarnya anggota Korps Pemburu Iblis tidak boleh bersekutu

dengan iblis. Zenitsu menjaga kotak kayu tersebut sekuat

tenaga karena Tanjiro mempercayakan keselamatan adik


68

perempuannya itu kepada dirinya karena Tanjiro sedang

melawan iblis Kyogai.

Kata temee merupakan kata sapaan orang dalam bentuk

kasar. Kata temee merujuk pada penyebutan kata ganti orang

kedua tunggal. Kata temee memiliki bentuk lebih kasar dari

anata. Kata temee juga bisa diartikan sebagai keparat, bangsat,

bajingan.

(17) Omae(お前)(Matsuura, 2014: 761)

Arti : Kamu, kau, anda (untuk penyebutan laki-laki)

Konteks : Inosuke dan Tanjiro bertemu dengan anggota

Korps Pemburu Iblis yang dikendalikan oleh iblis

laba-laba. Anggota korps tersebut merupakan

rekan Murata Senpai yang pada awalnya

memasuki hutan bersama. Mereka meminta untuk

dibunuh saja tetapi Tanjiro melarang.

男隊士 : こ。。 殺してくれ! 手足も。。 骨。。 骨


が内臓に刺さって。。 るんだ。。動かされ
ると激痛で 。。耐えられない。。どのみ
ち。。もう 死ぬ。。助けてくれ。。とどめ
を。。刺してくれ!
伊之助 : よし、分かった!
炭治郎 : 待ってくれ! 何か助ける方法を!
伊之助 : うるせえ!お前 、うるせえ!
Prajurit : Ko.. koroshite kure! Teashi mo.. Hone.. Hone ga
naizou ni togesatte.. run da.. ugokasareru to
gekitsuu de.. Taerarenai.. Dono michi.. Mou
shinu.. Tasukete kure.. todome wo.. Sashite kure..
Inosuke : Yoshi, wakatta!
Tanjiro : Matte kure!
Inosuke : Urusee! Omae, urusee!
Prajurit : To, tolong bunuh aku. Tulang kaki dan
tanganku...
69

Patah.. Tulangku yang patah.. Menusuk organ


dalam.. Tiap kali dipaksa bergerak, sakitnya
bukan main.. Aku tidak sanggup menahannya.
Lagi pula hidupku tak akan lama. Tolong
aku..tolong akhiri penderitaanku!
Inosuke : Baiklah mengerti!
Tanjiro : Tunggu! Kita harus mencari cara untuk
menolongnya!
Inosuke : Berisik! Kau berisik!
KNY/36/16/07.30/krbt/dskr

Dalam tuturan (17) terdapat umpatan yang bereferensi

pada kekerabatan yaitu omae. Kata omae memiliki arti kamu,

kau dan anda (untuk penyebutan khusus laki-laki). Kata omae

pada tuturan (17) dituturkan oleh Inosuke kepada Tanjiro.

Sesampainya di tengah hutan, Tanjiro, Inosuke dan Murata

Senpai bertemu dengan anggota korps yang dikendalikan iblis

laba-laba dengan benang-benang tipis yang mengikat tubuh

mereka dan pengendalian jarak jauh berpusat pada jari-jari

iblis laba-laba. Anggota korps yang dikendalikan iblis tersebut

meminta mereka untuk membunuhnya saja karena mereka

tidak sanggup menahan tulang-tulang yang patah dan menusuk

organ dalamnya. Inosuke berniat menebas leher anggota yang

dikendalikan iblis tersebut tapi Tanjiro melarangnya.

Kata omae merupakan kata sapaan orang dalam bentuk

kasar. Kata omae merujuk pada penyebutan kata ganti orang

kedua tunggal berjenis kelamin laki-laki. Kata temee memiliki

bentuk yang setara dengan anata dan kimi. Apabila mendapat

tambahan ~ra menjadi omaera merujuk pada penyebutan kata


70

ganti orang kedua jamak berjenis kelamin laki-laki yang

memiliki arti kalian, anda semua (laki-laki).

(18) Koitsura(こいつら)(Matsuura, 2014: 521)

Arti : Orang-orang ini, bangsat-bangsat ini

Konteks : Saat berada di tengah hutan, Tanjiro, Inosuke dan

Murata Senpai bertemu dengan anggota korps

yang dikendalikan oleh iblis laba-laba. Tak lama

kemudian, mereka menyerang Tanjiro, Inosuke

dan Murata Senpai.

伊之助 : こいつらも速いから、モタモタしてたら、
こっちがやられるぞ!
炭治郎 : 分かってる。考えるから待ってくれ!技は
使いたくない。でも、糸を斬ってもまたす
ぐつながる。動きを止めるには。。そうだ!
Inosuke : Koitsura mo hayai kara, mota-motashitetara,
kocchi ga yarareruzo!
Tanjiro : Wakatteru. Kenggaeru kara mattekure! Waza wa
tsukaitakunai. Demo, ito wo kitte mo mata sugu
tsunagaru. Ugoki wo tomeru ni wa.. Sou da!
Inosuke : Gerakan mereka cepat. Kalau berlama-lama, kita
yang akan dihabisi.
Tanjiro : Aku tau. Aku sedang berpikir, beri aku waktu!
Aku tidak ingin menggunakan jurus. Namun,
memotong benangnya pun pasti akan tersambung
lagi. Jika ingin menghentikan gerakannya... Benar
juga!
KNY/38/16/08.24/krbt/dskr

Dalam tuturan (18) terdapat umpatan yang bereferensi pada

kekerabatan yaitu koitsura. Koitsura merupakan bentuk jamak

dari koitsu karena mendapatkan tambahan ~ra. Kata koitsura

pada tuturan (18) dituturkan oleh Inosuke kepada Tanjiro yang

merujuk pada anggota-anggota korps yang dikendalikan iblis.


71

Saat berada di tengah hutan, Tanjiro, Inosuke dan Murata

Senpai bertemu dengan anggota korps yang dikendalikan oleh

iblis laba-laba. Tak lama kemudian, mereka menyerang ke arah

Tanjiro, Inosuke dan Murata Senpai. Murata Senpai berusaha

memotong benang-benang yang melilit anggota korps yang

dikendalikan iblis sedangkan Tanjiro dan Inosuke berusaha

mencari cara untuk memendekkan benang-benang tersebut

agar pergerakannya terbatas.

Kata koitsu merupakan kata petunjuk orang untuk

penyebutan ‘orang ini’ dan apabila mendapat imbuhan ~ra

berubah menjadi jamak yaitu ‘orang-orang ini’. Kata koitsura

merujuk pada penyebutan kata ganti orang ketiga jamak. Kata

koitsura memiliki bentuk yang sama dengan aitsura dalam

bentuk jamak serta koitsu dan aitsu dalam bentuk tunggal.

(19) Aitsu(あいつ)(Matsuura, 2014: 7)

Arti : Orang itu, bangsat itu

Konteks : Inosuke jengkel kepada Murata Senpai karena

Murata Senpai menyuruh ia dan Tanjiro pergi ke

arah iblis laba-laba sedangkan Murata Senpai

hanya akan menghadapi anggota korps yang

dikendalikan iblis.

伊之助 : 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ。。
72

 あいつ絶対ぶん殴ってやる!
炭治郎 : そういうこと言うの やめろ!
Inosuke : Modotte kitara zettai naguru kara na.. kuso! Aitsu
zettai bun bunnagutte yaru!
Tanjiro : Sou iu koto iu no yamero!
Inosuke : Kau akan ku pukul kalau aku kembali! Tahi!
Pokoknya ku pukul orang itu nanti!
Tanjiro : Berhenti mengatakan hal itu!
KNY/32/16/04.09/krbt/dskr

Dalam tuturan (19) terdapat umpatan yang bereferensi pada

kekerabatan yaitu aitsu. Aitsu merupakan bentuk tunggal dari

kata aitsura yang memiliki arti ‘orang itu’. Apabila aitsu

mendapat imbuhan ~ra akan menjadi jamak menjadi ‘orang-

orang itu’. Kata aitsu pada tuturan (19) dituturkan oleh Inosuke

kepada Tanjiro yang merujuk pada Murata Senpai. Inosuke

marah kepada Murata Senpai karena Murata Senpai menyuruh

ia dan Tanjiro pergi ke arah iblis laba-laba sedangkan Murata

Senpai akan membereskan anggota korps yang dikendalikan

iblis. Inosuke sangat benci disuruh-suruh karena ia

menganggap dirinya lebih hebat dari siapapun. Tanjiro

meminta ia untuk menuruti saja apa yang dikehendaki Murata

Senpai. Dengan perasaan marah dan terpaksa, Inosuke mau

menuruti perkataan Murata Senpai untuk pergi ke arah iblis

laba-laba bersama Tanjiro.

Kata aitsu merupakan kata petunjuk orang untuk

penyebutan ‘orang itu’ dan apabila mendapat imbuhan ~ra

berubah menjadi jamak yaitu ‘orang-orang itu’. Kata aitsu


73

merujuk pada penyebutan kata ganti orang ketiga tunggal. Kata

aitsu memiliki bentuk yang sama dengan koitsu dalam bentuk

tunggal serta aitsura dan koitsura dalam bentuk tunggal.

d. Aktivitas

Dalam anime Kimetsu no yaiba season 1, peneliti menemukan

kata umpatan yang mengacu pada aktivitas yaitu tatakae, korosu zo,

shoubushiro, nagutte yaru, butta kitte yaru dan fuzakenjyanee zo.

(20) Tatakae(戦え)(Matsuura, 2014: 1050)

Arti : Bertarung, berperang

Konteks : Inosuke terus menendang dan megingjak-injak

Zenitsu dengan harapan kotak kayu berisi Nezuko

itu segera diberikan kepadanya.

伊之助 :刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
Inosuke : Katana wo nuite tatakae! Kono yowamiso ga!
: Hunuslah pedangmu dan bertarunglah
denganku! Dasar orang lemah!
KNY/11/13/19.45/akt/prvk

Dalam tuturan (20) terdapat umpatan yang bereferensi

pada aktivitas yaitu tatakae. Kata tatakae berasal dari kata

tatakau yang memiliki arti ‘bertarung’ atau ‘berperang’.

Apabila berubah bentuk menjadi tatakae, memiliki makna

perintah menjadi ‘bertarunglah’ atau ‘berperanglah’. Kata

tatakae pada tuturan (20) dituturkan oleh Inosuke kepada

Zenitsu. Inosuke terus berusaha merebut kotak kayu berisi

Nezuko dari pelukan Zenitsu. Akan tetapi, Zenitsu terus


74

berusaha melindungi kotak kayu tersebut meskipun ia sudah

lemas dan lebam-lebam karena terus-menerus ditendang dan

diinjak-injak oleh Inosuke.

Kata tatakae bila dilihat dari maknanya, menggambarkan

kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menantang. Bila

digunakan untuk mengumpat berarti sama saja mengajak orang

lain untuk bertarung atau melakukan perlawanan. Inosuke

menuturkan tatakae kepada Zenitsu karena ia menyuruh

Zenitsu untuk melawan dirinya. Maka dari itu Inosuke

menuturkan umpatan (20) karena ingin bertarung dengan

Zenitsu yang tidak mau menyerahkan kotak kayu berisi iblis

tersebut.

(21) Korosuzo(殺すぞ)(Matsuura, 2014: 544)

Arti : Membunuh

Konteks : Wajah Inosuke terlihat ketika topeng yang

dipakai lepas saat Tanjiro memukulkan dahinya

ke dahi Inosuke karena Inosuke terus-menerus

berusaha merebut kotak kayu berisi Nezuko.

Inosuke kesal karena Tanjiro dan Zenitsu

mengatakan bahwa ia cantik.

炭治郎 :君の顔に文句はない!こぢんまりしていて
色白でいいんじゃないかと思う!
伊之助 :殺すぞ、てめえ! かかってこい!
炭治郎 :ダメだ!もうかかっていかない!
Tanjiro : Kimi no kao ni monku wa nai!
Godjinmarishiteite, irojiro de iinjyanaika to
75

omou!
Inosuke : Korosuzo, temee! Kakattekoi!
Tanjiro : Dame da. Mou kakatte ikanai!
Tanjiro : Tidak ada masalah dengan wajahmu. Parasmu
cakep karena mungil dan putih.
Inosuke : Kubunuh kau! Sini maju!
Tanjiro : Tidak, aku tidak akan maju.
KNY/13/14/06.20/akt/ems

Dalam tuturan (21) terdapat umpatan yang bereferensi

pada aktivitas yaitu korosu zo. Kata korosu memiliki arti

‘membunuh’. Kata korosu zo pada tuturan (21) dituturkan oleh

Inosuke kepada Tanjiro. Setelah berhasil melawan iblis

Kyogai di dalam ruangan, Tanjiro keluar untuk menjemput

kotak kayu yang berisi adiknya, Nezuko. Ia sangat kesal

melihat Inosuke yang terus-menerus menginjak-injak Zenitsu

yang sedang melindungi kotak itu. Terjadilah baku hantam

antara Tanjiro dan Inosuke sebelum akhirnya dahi Inosuke

berdarah dan topeng babi hutannya terlebas sehingga paras

aslinya terlihat.

Kata korosu zo bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan

menghabisi nyawa orang lain. Terdapat partikel ~zo pada akhir

kata yang memberikan penegasan kuat atas kata sebelumnya.

Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama saja

menginginkan seseorang yang menjadi objek tuturan umpatan

tersebut untuk ‘mati’ dan ‘tidak bernyawa’. Maka dari itu

Inosuke menuturkan umpatan (21) karena ingin menghabisi


76

Tanjiro yang sudah membuat dirinya merasa malu karena

paras aslinya terlihat. Inosuke malu karena mendapat ejekan

dari Zenitsu yang mengatakan karena parasnya cantik seperti

wanita tetapi tubuhnya kekar berotot.

(22) Shoubushiro(勝負しろ)(Matsuura, 2014: 949)

Arti : Melawan, bertanding

Konteks : Inosuke menantang iblis Rui yang tiba-tiba

datang ketika Inosuke, Tanjiro dan Murata Senpai

sedang menghadapi anggota korps yang telah

dikendalikan iblis.

鬼 : 僕たち家族の静かな暮らしを邪魔するな。
炭治郎 : 浮いてる?いや。。糸の上に立ってるん
だ。家族って。。
鬼 : お前らなんて、すぐに母さんが殺すから
炭治郎 : 母さん?
伊之助 : うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!
勝負しろ!
Oni : Boku tachi kazoku no shizukana kurashi wo
jyama suru na.
Tanjiro : Uiteru? Iya.. Ito no ue ni tatterunda. Kazokutte..
Oni : Omaera nante, sugu ni kaasan ga korosu kara
Tanjiro : Kaasan?
Inosuke : Uoooo! Kuso’! Doko iku temee! Shoubushiro!
Iblis : Jangan mengganggu kehidupan keluarga kami.
Tanjiro : Melayang? Enggak.. Dia berdiri di atas benang..
Apa maksudnya “keluarga”..
Iblis : Ibu akan segera membunuh kalian
Tanjiro : Ibu?
Inosuke : Wooo! Tahi! Mau kemana kau? Lawan aku!
KNY/26/15/19.35/akt/prvk

Dalam tuturan (22) terdapat umpatan yang bereferensi

pada aktivitas yaitu shoubushiro. Kata shoubushiro berasal

dari kata shoubushimasu memiliki arti ‘perlawanan’,


77

‘pertandingan’ dan ‘kontes’. Kata shoubushiro pada tuturan

(22) dituturkan oleh Inosuke kepada Rui, salah satu anak iblis

laba-laba yang paling kuat. Ketika Inosuke, Tanjiro dan

Murata Senpai sedang berhadapan dengan anggota korps yang

dikendalikan iblis, Tanjiro meminta Inosuke mendeteksi

keberadaan iblis yang mengendalikan anggota korps tersebut.

Tak lama kemudian, Rui datang dan terlihat seperti jalan di

udara, tetapi ternyata ia berdiri di atas benang halus. Inosuke

berusaha melompat setinggi-tingginya untuk menebas benang

itu tetapi tidak berhasil dan akhirnya jatuh terhempas ke tanah.

Kata shoubushiro bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan bentuk perintah untuk menantang dan

melawan seseorang. Bentuk ~shimasu berubah menjadi ~shiro

yang memiliki makna ‘perintah’. Bila digunakan untuk

mengumpat berarti sama saja menginginkan seseorang yang

menjadi objek tuturan umpatan tersebut untuk melakukan

perlawanan atau pertandingan. Iblis Rui hanya datang dan

mengatakan kepada Tanjiro dan Inosuke agar tidak

mengganggu keluarganya. Maka dari itu Inosuke menuturkan

umpatan (22) karena ia menyuruh iblis Rui untuk melawan

dirinya dan bertanding mana yang akan mati, Inosuke atau

dirinya.

(23) Nagutte yaru(殴ってやる)(Matsuura, 2014: 685)


78

Arti : Pukul, hantam

Konteks : Inosuke jengkel kepada Murata Senpai karena

Murata Senpai menyuruh ia dan Tanjiro pergi ke

arah iblis laba-laba. Inosuke merasa dirinya

adalah pemimpin yang tidak seorang pun dapat

mengatur dirinya apalagi menyuruh.

伊之助 : 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ。。
    あいつ絶対ぶん殴ってやる!
炭治郎 : そういうこと言うの やめろ!
Inosuke : Modotte kitara zettai naguru kara na.. kuso! Aitsu
zettai bunnagutte yaru!
Tanjiro : Sou iu koto iu no yamero!
Inosuke : Kau akan ku pukul kalau aku kembali! tahi,
Pokoknya ku pukul orang itu nanti!
Tanjiro : Berhenti mengatakan hal itu!
KNY/33/16/04.09/akt/ems

Dalam tuturan (23) terdapat umpatan yang bereferensi

pada aktivitas yaitu nagutte yaru. Kata bunnaguru memiliki

arti ‘memukul’ atau ‘menghantam’. Kata bunnagutte yaru

pada tuturan (23) dituturkan oleh Inosuke kepada Tanjiro yang

merujuk pada Murata Senpai. Inosuke marah kepada Murata

Senpai karena Murata Senpai menyuruh ia dan Tanjiro pergi

ke arah iblis laba-laba sedangkan Murata Senpai akan

membereskan anggota korps yang dikendalikan iblis. Inosuke

sangat benci disuruh-suruh karena ia menganggap dirinya

lebih hebat dari siapapun. Tanjiro meminta ia untuk menuruti

saja apa yang dikehendaki Murata Senpai. Dengan perasaan


79

marah dan terpaksa, Inosuke mau menuruti perkataan Murata

Senpai untuk pergi ke arah iblis laba-laba bersama Tanjiro.

Kata bunnagutte yaru bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan kegiatan memberikan pukulan atau hantaman

kepada orang lain. Bentuk ~te yaru memiliki makna

‘melakukan sebuah kegiatan’. Bila digunakan untuk

mengumpat berarti sama saja menginginkan seseorang yang

menjadi objek tuturan umpatan tersebut untuk ‘dipukuli’.

Maka dari itu Inosuke menuturkan umpatan (23) karena ia

ingin menghantam Murata Senpai yang sudah berani

menyuruh dirinya. Inosuke kesal karena ia selalu merasa

paling tinggi sehingga seharusnya tidak ada yang berani

memerintah dirinya.

(24) Butta kitte yaru(ぶった斬ってやる)(Matsuura, 2014:

501)

Arti : Membunuh, menghabisi

Konteks : Inosuke dan Tanjiro tidak menyadari kehadiran

ayah iblis laba-laba di sekitar mereka. Mereka

sedang beristirahat dan bermain di sungai. Inosuke

emosi dan ingin menghabisi iblis tersebut.

炭治郎 : 鬼!この山全体に流れる臭いのせいで、
全く気付かなかった。
伊之助 : しゃあ!ぶった斬ってやるぜ!鬼 おらあ!
待ちやがれ!
Tanjiro : Oni! Kono yama zentai ni nagareru nioi no seide,
mattaku kidzukanakatta.
80

Inosuke : Shaa! Butta kitte yaru ze! Oni oraa!


Machiyagare!
Tanjiro : Iblis! Gara-gara bau menyengat di seluruh
gunung ini, aku sama sekali tidak sadar.
Inosuke : Akan ku bunuh kau! iblis cok! Tunggu!
KNY/44/17/20.20/akt/ems

Dalam tuturan (24) terdapat umpatan yang bereferensi

pada aktivitas yaitu butta kitte yaru ze. Kata butta kitte yaru ze

berasal dari kata butsu yang berarti ‘menyerang’,

‘mengalahkan’ dan kiru yang berarti ‘membunuh manusia

dengan pedang atau pisau’. Kata butta kitte yaru ze pada

tuturan (24) dituturkan oleh Inosuke kepada ayah iblis laba-

laba. Setelah berhasil membunuh ibu iblis laba-laba, Tanjiro

dan Inosuke pergi dan bermain di sungai sejenak untuk

melepas lelah. Ketika sedang asik bermain air, tiba-tiba ada

ayah iblis laba-laba datang dari sebrang sungai. Ia tidak terima

kenyataan bahwa istrinya dibunuh Tanjiro dan Inosuke. Bau

pekat bercampur-aduk di area Gunung itu membuat indra

penciuman Tanjiro yang tajam itu tidak berfungsi sehingga ia

tidak menyadari kehadiran iblis.

Kata butta kitte yaru ze bila dilihat dari maknanya,

menggambarkan kegiatan menyerang dan menghabisi lawan.

Bentuk ~yaru ze merupakan bentuk penekanan ringan terhadap

kata sebelumnya. Bila digunakan untuk mengumpat berarti

sama saja menginginkan seseorang yang menjadi objek tuturan

umpatan tersebut untuk ‘terbunuh’. Maka dari itu Inosuke


81

menuturkan umpatan (24) karena ia ingin ayah iblis laba-laba

tersebut mati terbunuh olehnya. Inosuke ingin segera

menghabisi ayah iblis laba-laba tersebut supaya tidak ada lagi

manusia yang menjadi mangsanya. Semakin banyak manusia

yang dimangsa, semakin kuat pula kekuatan iblis tersebut.

(25) Fuzakenjyanee zo ( ふ ざ け ん じ ゃ ね え ぞ ) (Matsuura,

2014: 196)

Arti : Jangan bercanda, jangan bergurau

Konteks : Inosuke memberanikan diri melawan ayah iblis

laba-laba seorang dan berhasil menebas tangan

kanan iblis yang membuat iblis itu lari menjauhi

dirinya.

伊之助 : ふざけんじゃねえぞ!クソ!
Inosuke : Fuzakenjyaneezo! Kuso!
: Jangan bercanda! Tai!
KNY/48/18/13.12/akt/ems

Kata umpatan fuzakenjyanai pada tuturan (25) berubah

bunyi menjadi fuzakenjyanee. Dalam tuturan (25) terdapat

umpatan yang bereferensi pada aktivitas yaitu

fuzakenjyaneezo. Kata tersebut berasal dari kata fuzakeru yang

memiliki arti berkelakar ; bersenda-gurau ; melucu ; bercanda ;

berseloroh ; bercumbu-cumbu. Kata fuzakeru yang diberi

tambahan ~nai, ~nna, ~jyanai akan menjadi bentuk negatif

sehingga berubah menjadi jangan bercanda atau jangan

bergurau.
82

Kata fuzakenjyanee zo pada tuturan (25) dituturkan oleh

Inosuke kepada ayah iblis laba-laba. Inosuke melawan ayah

iblis laba-laba seorang diri karena Tanjiro terpental jauh ke

dalam hutan saat bersama-sama melawan iblis tersebut. Pada

awalnya, Inosuke ketakutan karena iblis tersebut sangat kuat

sehingga ia bersembunyi di balik pohon. Akan tetapi, iblis

tersebut mengetahui bahwa Inosuke sedang bersembunyi dan

akhirnya iblis tersebut merobohkan pohon itu. Tak lama

kemudian, rasa sombong dan selalu ingin dipandang hebat

yang dimilikinya itulah yang membuat ia putar balik dan lari

ke arah iblis sampai ia berhasil memotong tangan kanan iblis

dan membuat iblis tersebut lari menjauhi dirinya.

Kata fuzakenjyanai zo bila dilihat dari maknanya, seperti

diucapkan seseorang kepada orang lain yang sedang bercanda

atau bergurau. Kata fuzakeru yang diberi tambahan ~jyanai

akan menjadi bentuk negatif sehingga berubah menjadi jangan

bercanda atau jangan bergurau. Terdapat partikel ~zo pada

akhir kata yang memberikan penegasan kuat atas kata

sebelumnya. Bila digunakan untuk mengumpat berarti sama

saja menyuruh seseorang yang menjadi objek tuturan umpatan

tersebut untuk jangan melakukan hal main-main. Maka dari itu

Inosuke menuturkan umpatan (25) karena menganggap ayah


83

iblis laba-laba tersebut mempermainkan dirinya dengan berlari

menjauhinya dan bersembunyi diatas pohon.

e. Umum

Selain mengklasifikasikan kata umpatan menurut referensinya

seperti di atas. Peneliti juga menemukan sebuah kata umpatan yang

tidak memiliki referensi atau sebuah acuan yaitu kata umpatan yarou

dan oraa.

(26) Ano yarou(あの野郎)(Matsuura, 2014: 1170)

Arti : Bajingan, bangsat dia

Konteks : Inosuke berlari-lari mencari keberadaan ayah iblis

laba-laba yang lari menjauhi dirinya setelah

tangankanannya putus akibat tertebas pedang

Inosuke.

伊之助 : クソッ。。 あの野郎どこへ行きやがった。。


クソ。。
Inosuke : Kuso! Ano yarou ikiyagatta.. Kuso..
: Tai. Kemana si bajingan itu pergi? Tai.
KNY/51/18/15.20/um/dskr

Dalam tuturan (26) terdapat kata umpatan yarou. Kata

yarou memiliki arti ‘umpatan untuk anak laki-laki’, ‘bajingan’,

‘bangsat’. Apabila dimaknai dari susunan huruf kanjinya, kanji

野 ya memiliki arti ‘lapangan’ dan ‘liar’ seperti 野鳥 yachou

yang memiliki arti burung liar dan 野犬 yaken yang memiliki

arti anjing liar atau anjing tanpa pemilik. Sementara itu, kanji

郎 rou memiliki arti ‘anak laki-laki’ atau ‘anak laki-laki


84

pertama’. Kanji ini sering digunakan sebagai nama anak laki-

laki seperti 一郎 ichirou dan 治郎 jirou. Wijana (2006:130)

mengelompokan kata yang murni digunakan untuk sebuah

umpatan yang dimana tidak memiliki arti tertentu sebagai

sebuah kata seru, seperti contoh dalam bahasa Indonesia

adalah buset. Wijana tidak menyebut kelompok kata seru ini

sebagai suatu jenis referensi atau karakteristik, seperti halnya

benda, binatang, keadaan, anggota tubuh, mahkluk halus dan

lain-lain. Jadi, bila dilihat dari penjelasan tersebut, bisa

disimpulkan bahwa yarou tidak memiliki referen (acuan)

tertentu sehingga hanya bisa dimaknai sebagai kata seru.

Yarou juga sering ditemukan bergabung dengan kata umpatan

lainnya, seperti ano yarou, kuzu yarou, kuso yarou dan baka

yarou.

Kata ano yarou pada tuturan (26) dituturkan Inosuke

kepada ayah iblis laba-laba. Ketika sedang melakukan

perlawanan seorang diri, Inosuke berhasil menebas tangan

ayah iblis laba-laba tersebut hingga putus sampai pedang yang

dimilikinya patah. Kemudian, ayah iblis laba-laba tersebut

melarikan diri dari Inosuke untuk bersembunyi. Kata umpatan

yarou digunakan Inosuke untuk menyebut panggilan ayah iblis

laba-laba tersebut. Inosuke menganggap iblis tersebut takut


85

kepada dirinya sehingga ia merendahkan iblis tersebut dengan

memanggilnya bajingan.

(27) Oraa(おらあ)

Arti : Brengsek, bangsat

Konteks : Tanjiro dan Inosuke tidak menyadari kehadiran

ayah iblis laba-laba di sebrang sungai. Mereka

terkejut karena ayah iblis tersebut sangat besar.

炭治郎 :鬼!この山全体に流れる臭いのせいで、全く
気付かなかった。
伊之助 :しゃあ!ぶった斬ってやるぜ!鬼 おらあ!
 待ちやがれ!
Tanjiro : Oni! Kono yama zentai ni nagareru nioi no seide,
mattaku kidzukanakatta.
Inosuke : Shaa! Butta kitte yaru ze! Oni oraa!
Machiyagare!
Tanjiro : Iblis! Gara-gara bau menyengat di seluruh
gunung ini, aku sama sekali tidak sadar.
Inosuke : Akan ku cincang kau! iblis brengsek! Tunggu!
KNY/45/17/20.20/um/ems

Dalam tuturan (27) terdapat umpatan yang bereferensi

pada aktivitas yaitu oraa. Kata oraa memiliki arti ‘brengsek’,

‘bangsat’, ‘bajingan’. Kata oraa pada tuturan (27) dituturkan

oleh Inosuke kepada ayah iblis laba-laba. Ketika sudah

berhasil membunuh ibu iblis laba-laba, Tanjiro dan Inosuke

pergi dan bermain di sungai sejenak untuk melepas lelah.

Ketika sedang asik bermain air, tiba-tiba ada ayah iblis laba-

laba dari sebrang sungai. Ia marah kepada Tanjiro dan Inosuke

karena telah membunuh istrinya. Bau pekat yang sudah

bercampur di area Gunung itu membuat indra penciuman


86

Tanjiro yang tajam itu tidak berfungsi sehingga ia tidak

menyadari kehadiran iblis.

Tidak ada referen (acuan) yang tepat untuk kata oraa

sehingga kata tersebut dapaty dimaknai sebagai kata seru.

Dalam bahasa Indonesia, kata oraa dapat diartikan sebagai

‘brengsek’. Kata brengsek memiliki makna ‘orang yang

kurang ajar’, ‘bandel’ dan ‘tidak beres’. Kata oraa pada

tuturan (27) dituturkan Inosuke kepada ayah iblis laba-laba.

Kata umpatan oraa digunakan Inosuke untuk menyeru

keberadaan ayah iblis laba-laba yang tiba-tiba muncul. Inosuke

menganggap ayah iblis laba-laba itu brengsek karena

kemunculannya membuat onar.

2. Faktor Penggunaan Kata Umpatan

Peneliti menggunakan teori faktor penggunaan kata umpatan

menurut Liedlich (dalam Prabawa, 2015: 5) yaitu untuk meluapkan

emosi sehingga merasa lega, untuk mencari perhatian, untuk

mendiskreditkan atau menurunkan kredibilitas seseorang, untuk

memprovokasi atau menghasut, untuk menunjukkan kasih sayang atau

kedekatan.

Berikut adalah tabel hasil analisis data faktor penggunaan kata

umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime

Kimetsu no Yaiba season 1.


87

No Faktor Penggunaan Jumlah


1. Melegakan emosi 29 data
2. Menarik perhatian -
3. Mendiskredit 25 data
4. Provokasi 2 data
5. Kedekatan -
Total 56 data

a. Melegakan emosi

Faktor yang melatarbelakangi seseorang mengumpat adalah

dengan tujuan melegakan emosi karena merasa tersakiti, terganggu

dan marah. Akan tetapi, seseorang mengumpat bisa juga secara

sengaja untuk menyakiti orang lain. Emosi dapat berupa marah, sedih,

kecewa, kesal atau jengkel dan lainnya. Berikut beberapa contoh

nonoshiri kotoba dengan faktor penggunaan untuk melegakan emosi

yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no

Yaiba season 1 :

(28) Konteks : Inosuke berhadapan dengan iblis Kyogai di

bangunan yang sempit. Inosuke merasa kesulitan

menghadapi iblis tersebut karena kekuatannya

dapat merubah kondisi sekitarnya dalam waktu

sekejap hanya dengan menabuh drum ditubuhnya.

伊之助 : ハアハア。。チッ。。また飛ばされた!3日
前からずっとこんな調子だ、ちくしょう!
こんな狭苦しい建物の中を進むのは。。得意
じゃねえんだよ、俺は!
Inosuke : Haa.. haa.. chhi.. Mata tobasareta! San nichi mae
kara zutto konna choushi da, chikushou! Konna
88

semakurushii tatemono no naka wo susumu no wa


tokuijyaneen da yo, ore wa!
: Heah.. heah.. chi.. Aku di pindahkan lagi! Begini
terus sejak 3 hari yang lalu, celaka! Berputar-
putar di gedung sempit seperti itu... Bukan
keahlianku!
KNY/02/12/11.00/kead/ems

Inosuke kesal dengan kondisinya yang sedang merasa

kesulitan melawan iblis Kyogai. Iblis Kyogai memiliki

kemampuan mengubah ruangan hanya dengan menabuh drum

yang ada di tubuhnya. Inosuke merasa sial dalam menghadapi

situasi tersebut karena kecepatannya bergerak itu lebih lambat

dibandingkan perubahan rotasi ruangan. Ia merasa dilempar

kesana-kemari karena tidak bisa bergerak cepat mengikuti

perubahan rotasi ruangan. Menghadapi situasi yang seperti itu,

Inosuke meluapkan emosinya dengan menuturkan umpatan

chikushou untuk menyalurkan rasa kesalnya. Kata chikushou

merupakan kata umpatan yang digunakan ketika keadaan tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan. Kata chikushou dalam tuturan

(28) memiliki makna ‘sial’ dan ‘celaka’. Inosuke menuturkan

tuturan (28) sebagai bentuk meluapkan emosi dan rasa kesalnya

karena ia tidak dapat menandingi kemampuan iblis Kyogai.

(Matsuura, 2014: 106)

(29) Konteks : Zenitsu menghalangi Inosuke dalam merebut

kotak kayu berisi Nezuko. Inosuke ingin

menghabisi Nezuko karena ia adalah seorang iblis


89

tetapi Zenitsu terus melindunginya karena

mendapat pesan dari Tanjiro, kakak Nezuko.

善逸 : 俺が。。。直接炭治郎に話を聞く。だから
お前は。。。引っ込んでろ!
伊之助 : 離しやがれ!ウゼエンだよ!
Zenitsu : Ore ga.. chokusetsu Tanjiro ni hanashi wo kiku.
Dakara, omae wa.. Hikkondero !
Inosuke : Hanashiyagare! Uzeen da yo!
Zenitsu : Aku akan bertanya langsung kepada Tanjiro.
Kaulah yang harus minggir!
Inosuke : Lepaskan! Mengganggu saja!
KNY/08/13/18.40/kead/ems

Inosuke merasa terganggu dengan Zenitsu yang menghalangi

niatnya untuk menghabisi Nezuko, adik Tanjiro yang berubah jadi

iblis. Inosuke ingin merebut kotak kayu yang di dalamnya terdapat

Nezuko karena anggota korps dilarang untuk bersekutu dengan

iblis. Ia kesal dengan Zenitsu yang menghalangi dan memperumit

usahanya untuk merebut dan menghabisi kotak kayu beserta isinya

itu. Menghadapi situasi yang seperti itu, inosuke meluapkan

emosinya dengan menuturkan umpatan uzeen untuk menyalurkan

rasa kesalnya. Kata uzeen berasal dari kata uzai, merupakan kata

umpatan yang digunakan ketika merasa terganggu dengan

keberadaan orang lain. Kata uzeen dalam tuturan (29) memiliki

makna ‘mengganggu’ dan ‘berisik’. Inosuke menuturkan tuturan

(29) sebagai bentuk meluapkan emosi karena Zenitsu tidak segera

menyerahkan kotak kayu beserta isinya itu kepadanya.

(30) Konteks : Inosuke bersembunyi di balik pohon karena ia


90

ketakutan melawan ayah iblis laba-laba

sendirian.

Ia berusaha mengumpulkan keberanian untuk

menghadapi ayah iblis laba-laba seorang diri.

伊之助 : クソ。。 こんな所で隠れてるなんて。。


なさけねえぜ。 でも、考えねえと太刀の通
らないヤツを斬る方法。。 どうする? ど
うする。。どうすれば斬れる?考えろ!考
えろ!考え ろ! 考え。。クソ〜!
Inosuke : Kuso.. Konna tokoro de kakureteru nante..
Nasakene ze.. Demo, kangaenee to tachi no
tooranai yatsu wo kiru houhu.. Dousuru?
Dousuru.. Dousureba kireru? Kangaero!
Kangaero! Kangaero! Kangae.. Kuso!
: Tahi. Sekarang aku cuma bisa sembunyi di
tempat seperti ini, memalukan sekali. Namun,
aku harus berpikir cara menebas makhluk yang
kebal pedang. Bagaimana? Apa yang harus ku
lakukan? Bagaimana cara menebasnya? Pikir!
Pikir! Pikir! Pi.. Tahi!
KNY/46/18/12.30/bend/ems

Inosuke merasa malu dengan diri sendiri karena bersembunyi

di balik pohon saat menghadapi ayah iblis laba-laba seorang diri

karena Tanjiro terlempar jauh ke dalam hutan. Inosuke merasa jadi

seorang pengecut karena tidak berani menghadapi

permasalahannya. Ia merasa jijik dan malu karena memilih

bersembunyi di balik pohon daripada melawan ayah iblis laba-

laba. Menghadapi situasi yang seperti itu, inosuke meluapkan

emosinya dengan menuturkan umpatan kuso untuk menyalurkan

rasa kesal atas dirinya sendiri. Karena terlalu kesal terhadap diri

sendiri, ia sampai mengulang umpatan kuso sebanyak dua kali.


91

Kata kuso merupakan kata umpatan yang digunakan untuk

menggambarkan sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Kata kuso

dalam tuturan (30) memiliki makna ‘tai’. Inosuke menuturkan

tuturan (30) sebagai bentuk meluapkan emosi karena ia merasa lari

dari musuh adalah hal menjijikkan yang seharusnya tidak

dilakukan oleh anggota korps pemburu iblis. (Matsuura, 2014:

571)

(31) Konteks : Sebelum pergi ke Gunung Natagumo, Inosuke,

Tanjiro dan Zenitsu diberikan sarapan berupa

onigiri yang dibuat oleh ketiga cucu perempuan

nenek tua pemilik pusat rehabilitasi kesehatan.

きよ : どうぞ
炭治郎 : ありがとう
善逸 :今食うな!
3人女の子 : いっぱい鬼を倒してくださいね!
炭治郎 : 頑張るよ!
善逸 : だから食うなって言ってるだろ!
伊之助 : うるせえ!
善逸 : うるせえじゃねえんだ…
Kiyo : Douzo
Tanjiro : Arigatou
Zenitsu : Ima kurauna!
Sannin onna no ko : Ippai oni wo taoshite kudasaine!
Tanjiro : Ganbaru yo!
Zenitsu : Dakara kurau natte itterun daro
Inosuke : Urusee!
Zenitsu : Urusee jyaneen da
Kiyo : Silahkan
Tanjiro : Terimakasih
Zenitsu : Jangan dimakan sekarang
3 anak : Kalahkan iblis yang banyak, ya!
Tanjiro : Kami usahakan!
Zenitsu : Ku bilang, jangan makan dulu!
Inosuke : Berisik!
Zenitsu : bukannya berisik.
92

KNY/56/26/16.27/kead/ems

Inosuke kesal dengan Zenitsu karena mengganggu dirinya

yang sedang menyantap onigiri. Sebelum berangkat ke Gunung

Natagumo, nenek tua pemilik pusat rehabilitasi kesehatan beserta

cucunya mengantar sampai teras rumah dan memberikan onigiri

untuk sarapan. Zenitsu melarang Inosuke makan onigiri dengan

rakus karena Zenitsu ingin membawa onigiri itu sebagai bekal.

Inosuke berpikiran bahwa onigiri itu bisa menjadi sumber energi

untuk melawan iblis nantinya. Akan tetapi, Zenitsu berpikiran

bahwa makan onigiri ketika kelelahan setelah melawan iblis saja.

Menghadapi situasi yang seperti itu, Inosuke meluapkan emosinya

dengan menuturkan umpatan urusee untuk menyalurkan rasa

kesalnya. Kata urusee berasal dari kata urusai, merupakan kata

umpatan yang digunakan ketika merasa terganggu dengan orang

lain yang ramai. Kata urusee dalam tuturan (31) memiliki makna

‘berisik’, ‘ramai’, ‘gaduh’ dan ‘bising’. Inosuke menuturkan

tuturan (31) sebagai bentuk meluapkan emosi dan rasa kesalnya

karena ia tidak dapat makan onigiri dengan tenang. (Matsuura,

2014: 1144)

(32) Konteks : Tanjiro berusaha mencari perhatian anggota korps

yang dikendalikan iblis dengan lari berputar-

putar.

Inosuke tidak mengetahui apa tujuan Tanjiro


93

selanjutnya sehingga ia kebingungan dan merasa

aneh melihat tingkah Tanjiro.

伊之助 : てめえ…何をグルグルと逃げ回ってんだ!
ふざけんじゃねえぞ!
Inosuke : Bajingan, kenapa malah lari berputar-putar?
Jangan main-main!
KNY/40/16/08.24/akt/ems
Ketika berada di tengah hutan, Tanjiro, Inosuke, dan Murata

Senpai bertemu dengan anggota korps yang telah dikendalikan

iblis. Anggota korps tersebut berusaha membunuh mereka dengan

mengayunkan pedang-pedangnya, hal itu diluar kendali mereka.

Inosuke dan Tanjiro mencari cara untuk membatasi pergerakan

mereka. Tanjiro berpikiran untuk menyangkutkan mereka ke atas

pohon dengan memancing perhatian mereka terlebih dahulu.

Tanpa Inosuke tau, Tanjiro melakukan aksinya dengan berlari

berputar-putar untuk memancing perhatian anggota korps yang

dikendalikan iblis. Menghadapi situasi yang seperti itu, Inosuke

merasa kebingungan melihat Tanjiro yang lari berputar-putar. Ia

meluapkan emosinya dengan menuturkan umpatan fuzakenjyanee

zo untuk menyalurkan rasa bingung dan kesalnya. Kata

fuzakenjyanee zo berasal dari kata fuzakeru yang berubah bentuk

menjadi negatif karena mendapat imbuhan ~nai. Partikel ~zo

memberikan penegasan pada kata sebelumnya. Fuzakenjyanee zo

merupakan kata umpatan yang digunakan ketika merasa terganggu

dengan orang lain yang sedang bercanda. Kata fuzakeru dalam


94

tuturan (32) memiliki makna ‘bercanda’, ‘bergurau’, dan ‘lelucon’.

Apabila berubah bentuk menjadi ~nai memiliki arti negatif yaitu

‘jangan bercanda’. Inosuke menuturkan tuturan (32) sebagai

bentuk meluapkan emosi dan rasa kesalnya karena ia kebingungan

melihat Tanjiro lari berputar-putar padahal ia tidak mengetahui

bahwa Tanjiro sedang berusaha memancing perhatian anggota

korps yang dikendalikan iblis.

b. Mendiskredit

Faktor lain yang melatarbelakangi seseorang menuturkan umpatan

adalah untuk mendiskredit dengan tujuan mengekspresikan

ketidaksukaan terhadap sesuatu dan berusaha menjatuhkan atau

menjelekkan wibawa objek tuturan. Berikut beberapa contoh

nonoshiri kotoba dengan faktor penggunaan untuk mendiskredit lawan

bicara yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu

no Yaiba season 1 :

(33) Konteks : Inosuke pertama kali bertemu dengan Tanjiro

ketika berada di ruangan yang sama dengan iblis

Kyogai. Inosuke tidak mengetahui bahwa Tanjiro

juga merupakan anggota Korps Pemburu Iblis.

Badannya yang kecil dan tidak berotot membuat

orang lain tidak menyangka bahwa ia seorang

anggota korps pemburu iblis.

伊之助 : 俺の刀は痛いぜ、坊ちゃんが使うような刀 
じゃねえからよ。ちぎり裂くような切れ味
95

が自慢な。
Inosuke : Ore no katana wa itai ze, botchan ga tsukau
youna katana jyanee kara yo. Chigirisaku youna
kire aji ga jiman na no sa.
: Pedangku menyakitkan, lho. Pedangku bukan
pedang yang biasa dipakai anak bawang. Sensasi
mencincang dagingnya adalah kebanggaanku.
KNY/01/12/03.02/kead/dskr
Tanjiro dan Inosuke pertama kali bertemu ketika sedang

menghadapi iblis Kyogai di suatu gedung sempit yang memiliki

banyak ruangan. Pada saat itu, Inosuke tidak menyadari bahwa

Tanjiro juga merupakan anggota korps pemburu iblis, sama seperti

dirinya. Ketika Tanjiro mengingatkan bahwa iblis Kyogai itu

berbahaya, Inosuke meremehkan Tanjiro karena ia merasa Tanjiro

ikut campur dalam urusannya. Inosuke mendiskredit Tanjiro

dengan menyebut Tanjiro sebagai botchan. Kata botchan pada

tuturan (33) memiliki arti ‘buyung’ atau ‘bocah laki-laki’ atau

biasanya dikenal sebagai ‘bocah ingusan’. Bila dilihat dari

maknanya menggambarkan anak kecil yang lemah dan tidak

punya kekuatan untuk menandingi orang dewasa. Maka dari itu

Inosuke mendiskredit Tanjiro dengan menuturkan umpatan

botchan karena tubuh Tanjiro yang mungil dan tidak berotot.

(34) Konteks : Di tengah hutan Pegunungan Natagumo, Inosuke

dan Tanjiro bertemu dengan anggota senior Korps

Pemburu Iblis. Senior tersebut bernama Murata.

Murata menginginkan kehadiran anggota korps

dari tingkat Hashira, bukan dari tingkat Mizunoto.


96

伊之助 : うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の
存在自体意味がねえんだよ!さっさと状況
を説明しやがれ弱味噌が!
Inosuke: Urusee! Imi no aru nashi de ittara omae no sonzai
jitai imi ga neen da yo! Sassato joukyou wo
setsumeishiyagare yowamiso ga!
Inosuke : Berisik! Kalau kau bilang sia-sia, berarti
keberadaanmu pun sia-sia. Cepat ceritakan apa
yang terjadi, dasar makhluk lemah!
KNY/21/15/11.48/kead/dskr

Inosuke, Tanjiro dan Zenitsu diperintah gagak hitam untuk

pergi ke Gunung Natagumo ketika kesehatannya sudah pulih.

Ketika sampai di area masuk gunung tersebut, Zenitsu menangis

karena ketakutan sehingga ia tidak ikut masuk. Kemudian di

dalam hutan pegunungan tersebut, Inosuke dan Tanjiro bertemu

dengan Murata Senpai yang juga merupakan anggota korps

pemburu iblis. Murata Senpai menginginkan kehadiran anggota

korps dari tingkat Hashira, bukan dari tingkat Mizunoto. Tingkat

Hashira merupakan tingkatan yang lebih tinggi daripada tingkat

Mizunoto. Inosuke, Tanjiro, Zenitsu dan Murata senpai merupakan

anggota tingkat Mizunoto. Inosuke mendiskredit Murata Senpai

dengan mengatakan tuturan yowamiso. Kata yowamiso pada

tuturan (34) memiliki arti ‘makhluk lemah’ atau ‘pengecut’. Bila

dilihat dari maknanya menggambarkan orang yang lemah dan

penakut. Maka dari itu Inosuke mendiskredit Murata Senpai

dengan menuturkan umpatan yowamiso karena Murata Senpai

tidak berani menghadapi teman-temannya yang sudah


97

dikendalikian iblis seorang diri dan membutuhkan bantuan

anggota korps yang lain.

(35) Konteks : Inosuke berlari-lari mencari keberadaan ayah iblis

laba-laba yang lari menjauhi dirinya setelah

tangan kanannya putus akibat tertebas pedang

Inosuke.

伊之助 : クソッ。。 あの野郎どこへ行きやがっ


た。。
クソ。。
Inosuke : Kuso’! Ano yarou ikiyagatta.. Kuso.
: Tai. Kemana si bangsat itu pergi? Tai.
KNY/51/18/15.20/um/dskr

Ketika bertarung dengan ayah iblis laba-laba, di tengah

perlawanan, Inosuke menghadapi ayah iblis laba-laba seorang diri

karena Tanjiro terlempar masuk ke dalam hutan. Inosuke berhasil

menebas tangan kanan iblis tersebut hingga putus dan membuat

iblis tersebut kabur bersembunyi darinya. Inosuke mendiskredit

Murata Senpai dengan mengatakan tuturan ano yarou. Kata ano

yarou pada tuturan (35) memiliki arti ‘bangsat itu’ atau ‘bajingan

itu’. Tidak ada referensi yang pasti untuk kata yarou karena bisa

diartikan sebagai ‘bangsat’ yang memiliki referensi hewan atau

‘bajingan’ yang memiliki referensi profesi atau hanya bisa

dimaknai sebagai kata seru bila bergabung dengan kata lainnya.

Maka dari itu Inosuke mendiskredit ayah iblis laba-laba dengan

menuturkan umpatan ano yarou karena menganggap iblis tersebut


98

penakut dan tidak berani menghadapi masalah yaitu melawan

dirinya.

c. Provokasi
Faktor lain yang menyebabkan seseorang menuturkan umpatan

adalah untuk memprovokasi seseorang untuk melakukan sesuatu dan

memperkeruh suasana pertengkaran atau keributan. Berikut beberapa

contoh nonoshiri kotoba dengan faktor penggunaan untuk

memprovokasi yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime

Kimetsu no Yaiba season 1 :

(36) Konteks : Inosuke menantang iblis Rui yang tiba-tiba

datang ketika Inosuke, Tanjiro dan Murata

Senpai sedang menghadapi anggota korps yang

telah dikendalikan iblis.

鬼 : 僕たち家族の静かな暮らしを邪魔するな。
炭治郎 : 浮いてる?いや。。糸の上に立ってるん
だ。家族って。。
鬼 : お前らなんて、すぐに母さんが殺すから
炭治郎 : 母さん?
伊之助 : うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!
勝負しろ!
Oni : Boku tachi kazoku no shizukana kurashi wo
jyama suru na.
Tanjiro : Uiteru? Iya.. Ito no ue ni tatterunda. Kazokutte..
Oni : Omaera nante, sugu ni kaasan ga korosu kara
Tanjiro : Kaasan?
Inosuke : Uoooo! Kuso’! Doko iku temee! Shoubushiro!
Iblis : Jangan mengganggu kehidupan keluarga kami.
Tanjiro : Melayang? Enggak.. Dia berdiri di atas benang.
Apa maksudnya “keluarga”..
Iblis : Ibu akan segera membunuh kalian
Tanjiro : Ibu?
Inosuke : Wooo! Tahi! Mau kemana kau? Lawan aku!
99

KNY/26/15/19.35/akt/prvk

Ketika Inosuke, Tanjiro dan Murata Senpai sedang

menghadapi anggota korps yang telah dikendalikan iblis,

datanglah iblis bernama Rui yang merupakan anak iblis laba-laba.

Rui tiba-tiba datang di atas mereka sehingga nampak seperti

terbang tetapi ternyata berdiri di atas benang tipis. Rui

menyampaikan kepada Inosuke, Tanjiro dan Murata senpai agar

tidak mengganggu keluarganya dan kemudian pergi begitu saja.

Melihat Rui yang akan beranjak pergi, Inosuke memprovokasi

dengan mengatakan shoubushiro. Kata shoubushiro pada tuturan

(36) memiliki arti ‘lawan aku’. Bila dilihat dari maknanya

menggambarkan sebuah tantangan untuk melakukan perlawanan.

Inosuke menantang iblis Rui untuk bertarung dengannya dan

memprovokasi sebuah pertengkaran karena Rui tiba-tiba datang

dan pergi begitu saja.

(37) Konteks : Inosuke terus menendang dan mengingjak-injak

Zenitsu dengan harapan kotak kayu berisi Nezuko

itu segera diberikan kepadanya. Tetapi Zenitsu

terus melindungi kotak kayu itu meskipun sudah

lemas di serang Inosuke.

伊之助 : 刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
Inosuke : Katana wo nuite tatakae! Kono yowamiso ga!
: Hunuslah pedangmu dan bertarung denganku!
Dasar orang lemah!
KNY/11/13/19.45/akt/prvk
100

Inosuke terus berusaha merebut kotak kayu berisi Nezuko dari

pelukan Zenitsu yang sudah lemas dan lebam-lebam karena terus-

menerus diinjak dan ditendangnya. Inosuke ingin menghabisi

kotak kayu dan isinya karena di dalamnya terdapat Nezuko, adik

Tanjiro yang berubah jadi iblis. Akan tetapi, Zenitsu terus

melindungi kotak kayu itu karena ia mendapat pesan dari Tanjiro

untuk terus menjaga kotak itu dan isinya. Kata tatakae pada

tuturan (37) memiliki arti ‘bertarunglah’. Bila dilihat dari

maknanya menggambarkan seruan untuk bertarung. Kata

“hunuslah pedangmu” juga menjadi ajakan kuat untuk melakukan

pertarungan. Inosuke menantang Zenitsu untuk bertarung

dengannya dan memprovokasi sebuah pertengkaran karena

Zenitsu sudah berbuat hal yang tidak seharusnya dilakukan yaitu

melindungi iblis.

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis mengenai referensi dan faktor penggunaan kata

umpatan yang diucapkan tokoh Hashibira Inosuke dalam anime Kimetsu no Yaiba

karya Haruo Sotozaki, diperoleh hasil simpulan sebagai berikut :


101

1. Dalam anime Kimetsu no Yaiba ditemukan lima dari sembilan

referensi kata umpatan yang dikemukakan oleh Wijana dan Rohmadi

serta Hughes. Kata-kata umpatan tersebut memiliki referensi (acuan)

pada keadaan, benda, kekerabatan, aktifitas dan umum. Kata umpatan

yang memiliki referen pada keadaan dibagi menjadi 2, yakni keadaan

tidak menyenangkan dan keadaan mental. Kata umpatan yang

memiliki referen pada keadaan tidak menyenangkan adalah chikushou

(sial), uzai (mengganggu), kimochi warui (tidak enak atau tidak

nyaman), urusai (berisik), mendokusai (merepotkan), uttoushii

(menjengkelkan), dan jyama (gangguan). Kata umpatan yang memiliki

referen pada keadaan mental adalah botchan (buyung), yowamiso

(orang lemah), yowacchii (lemah), baka (bodoh), dan kusobakatare

(bajingan idiot). Kata umpatan yang memiliki referen benda adalah

kuso (tahi), gomikuso (kantong sampah), dan shouben morashi (tukang

ngompol). Kata umpatan yang memiliki referen kekerabatan adalah

temee (anda, kamu, kau (lebih kasar daripada omae)), omae (anda,

kamu, kau), koitsura (orang-orang ini), dan aitsu (orang itu). Kata

umpatan yang memiliki referen aktivitas adalah tatakae (bertarung),

korosu zo (membunuh), shoubushiro (melawan), nagutte yaru

(memukul), butta kitte yaru ze (membunuh dengan pedang),dan

fuzakenjyanee zo (jangan bercanda). Kata umpatan yang memiliki

referen umum adalah ano yarou (bajingan itu) dan oraa (brengsek).

Dari hasil analisis, ditemukan lima dari sembilan referensi kata


102

umpatan yang dikemukakan oleh Wiyana dan Rohmadi, dan Hughes

yaitu keadaan (20 data), benda (11 data), kekerabatan (13 data),

aktivitas (7 data) dan general term atau istilah umum (5 data).

2. Dalam Kimetsu no Yaiba ditemukan tiga dari lima faktor penggunaan

kata umpatan yang dikemukakan oleh Liedlich. Faktor penggunaan

kata umpatan yang ditemukan adalah untuk melegakan emosi (29

data), mendiskredit lawan tutur (25 data), dan memprovokasi sebuah

pertengkaran (2 data).

3. Dalam Kimetsu no Yaiba ditemukan kata paling banyak yang

digunakan oleh Hashibira Inosuke untuk mengumpat adalah kuso

sebanyak 9 data yang memiliki referensi benda. Kata umpatan yang

paling banyak digunakan untuk melegakan emosi adalah kuso dan

urusee sedangkan kata umpatan yang paling banyak digunakan untuk

mendiskredit lawan tutur adalah temee.

4. Faktor penggunaan kata umpatan untuk melegakan emosi paling

banyak digunakan karena Hashibira Inosuke digambarkan sebagai

tokoh yang memiliki sumbu pendek sehingga mudah tersulut emosi.

5. Tidak terdapat faktor penggunaan untuk mengungkapkan kasih sayang

dan kedekatan karena anime Kimetsu no Yaiba menceritakan

perlawanan dan tidak mengutamakan unsur kedekatan sebagai kerabat

atau keluarga.

B. SARAN
103

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada

penelitian ini karena peneliti hanya membahas tentang konteks, referensi kata

umpatan, dan faktor penggunaan kata umpatan. Peneliti berharap dengan adanya

penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan sosiopragmatik, terutama

mengenai kata umpatan Bahasa Jepang (nonoshiri kotoba). Peneliti berharap pada

penelitian selanjutnya mengenai nonoshiri no kotoba dapat diperbanyak, diperluas

dan disempurnakan. Sumber penelitian tidak hanya dari anime, tetapi bisa juga

dari sumber lain seperti drama, manga, acara TV dan lain sebagainya. Penelitian

selanjutnya juga dapat meneliti perkembangan kata umpatan, dampak yang

ditimbulkan dari sebuah kata umpatan, perbedaan penggunaan kata umpatan

ditinjau dari segi geografis, umur, status sosial dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Agiamintasari, Nurul. 2016. Umpatan (Nonoshiri no Kotoba) dalam Bahasa


Jepang 日本語の罵りの言葉. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:
Refika Aditama.
Azuma, Shoji. 1997. 社会言語学入門. Jepang: Kenkyusha Shuppan.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Dirgantara, Pierre Rangga. 2014. Kata Umpatan (Nonoshiri no Kotoba)
dalam Drama Great Teacher Onizuka Episode 1-11 Karya Fukazawa
Masaki. Malang: Universitas Brawijaya
Hartanto, Rudy Tri. 2016. Tuturan Umpatan Bahasa Jepang Dalam Film
Crows Zero 1. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro
Ilmi, Muhamad Babun. 2016. Nonoshiri Kotoba (Kata Makian) dalam Film
Crows Zero 1 Karya Takashi Miike. Surabaya: Universitas Dr.
Soetomo.
104

Kridalaksana, H. 1993. Kamus linguistik. Jakarta : PT. Gramedia.


Masayih, Ahmad Anggit Nur dan Yovinza Bethvine. 2021. Kata Umpatan
罵り言葉 dalam Drama Hot Gimmick: Girl Meets Boy Karya 相原
実貴. HIKARI UNESA, Vol 5, No 1, 2021  
Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Muhammad. 2016. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nadar, F.X. 2013. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian
Pendidikan Bahasa. Solo: Cakra Books
Permata, Crisma Chilka. Tindak Tutur Ekspresif Nonoshiri Kotoba dalam
Animasi Danshi Koukousei no Nichijou Episode 1-12 Karya Shinji
Takamatsu. Surabaya: Universitas Dr. Soetomo.
Prabawa, I Nyoman Agus Wira. 2015. Swearing Expressions in The Casino
Movie Script. Humanis. Th. XI No.2, 2015. Bali: Universitas
Udayana.
Prayitno, Harun Joko. 2017. Studi Sosiopragmatik. Surakarta:
Muhammadiyah University Press
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga
Sudaryanto. 2015. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Sanata Dharma University Press.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sumarsono dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sulistyo, Edy Tri. 2014. PRAGMATIK: Suatu Kajian Awal. Surakarta :
UNS Press.
Shigenobu, Takatsuka. 2001. 語用論的問題を回避解決するためのコ
ミュニケーション方略一語用論的方略の分類法の 提案一. 中国
地 区 英 語 教 育 学 会 研 究 紀 要 , No.31, 2001. Jepang: Okayama
Daigaku
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik,
Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yamane, Toi. 2020. Kepopuleran dan Penerimaan Anime Jepang di
Indonesia. Jurnal Ayumi Volume 7, No 1, Maret 2020. Surabaya:
Universitas Dr. Soetomo.
Yule, George. 2014. Kajian Bahasa Edisi Kelima. Terjemahan Astry Fajria.
2015. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
105

LAMPIRAN

1. Tabel pengumpulan data

2. Tabel rumusan masalah 1

3. Tabel rumusan masalah 2


106

TABEL PENGUMPULAN DATA

NO NONOSHIRI KOTOBA KODE DATA


1 俺の刀は痛いぜ, 坊ちゃんが使うような刀じゃねえからよ. ちぎ KNY/01/12/03.02/kead/dskr
り裂くような切れ味が自慢なのさ.
2 ハア ハア…チッ .. また飛ばされた!3日前からずっとこんな調 KNY/02/12/11.00/kead/ems
子だ、ちくしょう!こんな狭苦しい建物の中を進むのは…得意
じゃねえんだよ、俺は!
3 おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!この弱味噌が! KNY/03/12/13.46/um/ems
4 おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!この弱味噌が! KNY/04/13/13.46/um/ems
5 おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!この弱味噌が! KNY/05/13/13.46/kead/dskr
6 ゴチャゴチャうるせえ!ならそいつも箱もまとめて始末してやる. KNY/06/13/16.51/kead/ems
さっさとどけ!てめえ
7 ゴチャゴチャうるせえ!ならそいつも箱もまとめて始末してやる. KNY/07/13/16.51/krbt/dskr
さっさとどけ!てめえ.
8 離しやがれ!ウゼエンだよ! KNY/08/13/18.40/kead/ems
9 クソが! おらあ!どけ! KNY/09/13/19.10/bend/ems
10 クソが! おらあ!どけ! KNY/10/13/19.10/um/ems
11 刀を抜いて戦え!この弱味噌が! KNY/11/13/19.45/akt/prvk
12 刀を抜いて戦え!この弱味噌が! KNY/12/14/19.45/kead/dskr
13 殺すぞ、てめえ!かかってこい! KNY/13/14/06.20/akt/ems
14 殺すぞ、てめえ!かかってこい! KNY/14/14/06.20/krbt/dskr
15 なんだ てめえは! KNY/15/14/13.19/krbt/dskr
16 弱っちそうだな. KNY/16/14/13.19/kead/dskr
17 なに座ってんだこぜ。。気持ち悪いやつだ. KNY/17/15/07.14/kead/dskr
18 やっぱ 気持ち悪いやつ. KNY/18/15/07.43/kead/dskr
19 うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の存在自体意味がねえ KNY/19/15/11.48/kead/ems
107

んだよ!さっさと状況を説明しやがれ弱味噌が!
20 うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の存在自体意味がねえ KNY/20/15/11.48/krbt/dskr
んだよ!さっさと状況を説明しやがれ弱味噌が!
21 うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の存在自体意味がねえ KNY/21/15/11.48/kead/dskr
んだよ!さっさと状況を説明しやがれ弱味噌が!
22 ハッハ〜!こいつら みんな バカだぜ. 隊員同士でやり合うのは KNY/22/15/15.35/krbt/dskr
ご法度だって知らねえんだ.
23 ハッハ〜!こいつら みんな バカだぜ. 隊員同士でやり合うのは KNY/23/15/15.35/kead/dskr
ご法度だって知らねえんだ.
24 うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!勝負しろ! KNY/24/15/19.35/bend/ems
25 うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!勝負しろ! KNY/25/15/19.35/krbt/dskr
26 うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!勝負しろ! KNY/26/15/19.35/akt/prvk
27 だあ! クソッ!  めんどくせえ!  こいつら まとめて ぶっ飛 KNY/27/16/03.00/bend/ems
ばす!
28 だあ! クソッ!  めんどくせえ!  こいつら まとめて ぶっ飛 KNY/28/16/03.00/kead/ems
ばす!
29 だあ! クソッ!  めんどくせえ!  こいつら まとめて ぶっ飛 KNY/29/16/03.00/krbt/dskr
ばす!
30 小便漏(しょうべんも)らしが何言ってんだぜ! KNY/30/16/03.18/bend/dskr
31 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ…あいつ絶対ぶん殴って KNY/31/16/04.09/bend/ems
やる!
32 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ…あいつ絶対ぶん殴って KNY/32/16/04.09/krbt/dskr
やる!
33 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ…あいつ絶対ぶん殴って KNY/33/16/04.09/akt/ems
やる!
34 俺の感覚に狂いはね.. けど…なんだこのうっとうしい糸は! KNY/34/16/04.28/kead/ems
35 うるせえ!お前  うるせえ! KNY/35/16/07.30/kead/ems
36 うるせえ!お前  うるせえ! KNY/36/16/07.30/krbt/dskr
37 うるせえ!お前  うるせえ! KNY/37/16/07.30/kead/ems
108

38 こいつらも速いから, モタモタしてたら, こっちがやられるぞ! KNY/38/16/08.24/krbt/dskr


39 てめえ…何をグルグルと逃げ回ってんだ! ふざけんじゃねえぞ! KNY/39/16/08.24/krbt/dskr
40 てめえ…何をグルグルと逃げ回ってんだ! ふざけんじゃねえぞ! KNY/40/16/08.24/akt/ems
41 あああああ.. ちくしょう… みんな 殺られたじゃねえかよ! KNY/41/16/11.48/kead/ems
42 てめえ! これ以上 俺をホワホワさすんじゃねぇ~! 邪魔だそこは! KNY/42/16/15.00/krbt/dskr
43 てめえ! これ以上 俺をホワホワさすんじゃねぇ~! 邪魔だそこは! KNY/43/16/15.00/kead/ems
44 しゃあ!ぶった斬ってやるぜ!鬼おらあ!待ちやがれ! KNY/44/17/20.20/akt/ems
45 しゃあ!ぶった斬ってやるぜ!鬼おらあ!待ちやがれ! KNY/45/17/20.20/um/ems
46 クソ… こんな所で隠れてるなんて.. 情けねえぜ. でも, 考えね KNY/46/18/12.30/bend/ems
えと太刀の通らないヤツを斬る方法.. どうする? どうする…ど
うすれば斬れる?考えろ 考えろ 考えろ 考え…クソ〜!
クソ… こんな所で隠れてるなんて.. 情けねえぜ. でも, 考えね KNY/47/18/12.30/bend/ems
えと太刀の通らないヤツを斬る方法.. どうする? どうする…ど
47 うすれば斬れる?考えろ 考えろ 考えろ 考え…クソ〜!
48 ふざけんじゃねえぞ!  クソ!!! KNY/48/18/13.12/akt/ems
49 ふざけんじゃねえぞ!  クソ!!! KNY/49/18/13.12/bend/ems
50 クソッ.. あの野郎どこへ行きやがった…クソッ.. KNY/50/18/15.20/bend/ems
51 クソッ.. あの野郎どこへ行きやがった…クソッ.. KNY/51/18/15.20/um/dskr
52 クソッ.. あの野郎どこへ行きやがった…クソッ.. KNY/52/18/15.20/bend/ems
53 ハッ… そこか!このクソバカタレ!どこまで登っとんじゃ! KNY/53/18/15.50/kead/dskr
54 負けねえ…絶対に負けねえ.. 俺は鬼殺隊の嘴平(はしびら)伊之助 KNY/54/18/31.17/bend/dskr
だ!かかってきあがれ ゴミクソが!
55 てめえ 何しやがる… KNY/55/24/07.53/krbt/dskr
56 うるせえ! KNY/56/26/16.27/kead/ems
109

REFERENSI FAKTOR PENGGUNAAN


NO NONOSHIRI KOTOBA
kead bin mkh bnd btub krbt akt prof um ems prht dskr prvk kdkt
俺の刀は痛いぜ, 坊ちゃんが
使うような刀じゃねえからよ.  
1 ちぎり裂くような切れ味が自
慢なのさ.
2 ハア ハア…チッ .. また飛ば  
された!3日前からずっとこ
んな調子だ、ちくしょう!こ
んな狭苦しい建物の中を進む
のは…得意じゃねえんだよ、
110

俺は!
おらあ!退け!おらあ!刀を  
3 抜いて戦え!この弱味噌が!
おらあ!退け!おらあ!刀を  
4 抜いて戦え!この弱味噌が!
おらあ!退け!おらあ!刀を  
5 抜いて戦え!この弱味噌が!
ゴチャゴチャうるせえ!なら
そいつも箱もまとめて始末し  
6 てやる. さっさとどけ!てめ

ゴチャゴチャうるせえ!なら
そいつも箱もまとめて始末し  
7 てやる. さっさとどけ!てめ
え.
8 離しやがれ!ウゼエンだよ!  
9 クソが! おらあ!どけ!  
10 クソが! おらあ!どけ!  
刀を抜いて戦え!この弱味噌  
11 が!
刀を抜いて戦え!この弱味噌  
12 が!
殺すぞ、てめえ!かかってこ  
13 い!
殺すぞ、てめえ!かかってこ  
14 い!
15 なんだ てめえは!  
16 弱っちそうだな.  
なに座ってんだこぜ。。気持  
17 ち悪いやつだ.
111

18 やっぱ 気持ち悪いやつ.  
うるせえ!意味のあるなしで
言ったらお前の存在自体意味  
19 がねえんだよ!さっさと状況
を説明しやがれ弱味噌が!
うるせえ!意味のあるなしで
言ったらお前の存在自体意味  
20 がねえんだよ!さっさと状況
を説明しやがれ弱味噌が!
うるせえ!意味のあるなしで
言ったらお前の存在自体意味  
21 がねえんだよ!さっさと状況
を説明しやがれ弱味噌が!
ハッハ〜!こいつら みんな
バカだぜ. 隊員同士でやり合  
22 うのはご法度だって知らねえ
んだ.
ハッハ〜!こいつら みんな
バカだぜ. 隊員同士でやり合  
23 うのはご法度だって知らねえ
んだ.
うおおおお!クッソ〜!どこ  
24 行くてめえ!勝負しろ!
うおおおお!クッソ〜!どこ  
25 行くてめえ!勝負しろ!
うおおおお!クッソ〜!どこ  
26 行くてめえ!勝負しろ!
だあ! クソッ!  めんどく
27 せえ!  こいつら まとめて  
ぶっ飛ばす!
28 だあ! クソッ!  めんどく  
せえ!  こいつら まとめて
112

ぶっ飛ばす!
だあ! クソッ!  めんどく
29 せえ!  こいつら まとめて  
ぶっ飛ばす!
小便漏らしが何言ってんだ  
30 ぜ!
戻ってきたら絶対殴るからな
31 〜!クソッ…あいつ絶対ぶん  
殴ってやる!
戻ってきたら絶対殴るからな
32 〜!クソッ…あいつ絶対ぶん  
殴ってやる!
戻ってきたら絶対殴るからな
33 〜!クソッ…あいつ絶対ぶん  
殴ってやる!
俺の感覚に狂いはね.. けど…
34 なんだこのうっとうしい糸  
は!
35 うるせえ!お前  うるせえ!  
36 うるせえ!お前  うるせえ!  
37 うるせえ!お前  うるせえ!  
こいつらも速いから, モタモ
38 タしてたら, こっちがやられ  
るぞ!
てめえ…何をグルグルと逃げ
39 回ってんだ! ふざけんじゃね  
えぞ!
てめえ…何をグルグルと逃げ
40 回ってんだ! ふざけんじゃね  
えぞ!
41 あああああ.. ちくしょう…  
113

みんな 殺られたじゃねえか
よ!
てめえ! これ以上 俺をホワホ
42 ワさすんじゃねぇ~! 邪魔だそ  
こは!
てめえ! これ以上 俺をホワホ
43 ワさすんじゃねぇ~! 邪魔だそ  
こは!
しゃあ!ぶった斬ってやる  
44 ぜ!鬼おらあ!待ちやがれ!
しゃあ!ぶった斬ってやる  
45 ぜ!鬼おらあ!待ちやがれ!
クソ… こんな所で隠れてるな
んて.. 情けねえぜ. でも, 考
えねえと太刀の通らないヤツ
46 を斬る方法.. どうする? ど  
うする…どうすれば斬れる?
考えろ 考えろ 考えろ 考え…
クソ〜!
クソ… こんな所で隠れてるな
んて.. 情けねえぜ. でも, 考
えねえと太刀の通らないヤツ
47 を斬る方法.. どうする? ど  
うする…どうすれば斬れる?
考えろ 考えろ 考えろ 考え…
クソ〜!
ふざけんじゃねえぞ!  ク  
48 ソ!!!
49 ふざけんじゃねえぞ!  ク  
ソ!!!
クソッ.. あの野郎どこへ行き  
50 やがった…クソッ..
114

クソッ.. あの野郎どこへ行き  
51 やがった…クソッ..
52 クソッ.. あの野郎どこへ行き  
やがった…クソッ..
ハッ… そこか!このクソバカ
53 タレ!どこまで登っとん  
じゃ!
負けねえ…絶対に負けねえ..
54 俺は鬼殺隊の嘴平(はしびら)  
伊之助だ!かかってきあがれ
ゴミクソが!
55 てめえ 何しやがる…  
56 うるせえ!  
TOTAL 20 - - 11 - 13 7 - 5 29 - 25 2 -
TABEL RUMUSAN MASALAH 1

Referensi nonoshiri kotoba


No NONOSHIRI KOTOBA Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. 坊ちゃん  1
2. ちくしょう  2
3. おらあ  4
4. 弱味噌  3
5. うるせえ  5
6. てめえ  7
115

7. ウゼエン  1
8. クソ  9
9. 戦え  1
10. 殺すぞ  1
11. 弱っちい  1
12. 気持ち悪い  2
13. お前  2
14. こいつら  3
15. バカ  1
16. 勝負しろ  1
17. めんどくせえ  1
18. 小便漏らし  1
19. あいつ  1
20. 殴ってやる  1
21. うっとうしい  1
22. 邪魔  1
23. ぶった斬ってやる  1
116

24. ふざけんじゃねえぞ  2
25. あの野郎  1
26. クソバカタレ  1
27. ゴミクソ  1
Total 56 data

TABEL RUMUSAN MASALAH 2

Faktor penggunaan
No NONOSHIRI KOTOBA
1 2 3 4 5
1. 俺の刀は痛いぜ, 坊ちゃんが使うような刀じゃねえからよ. ちぎり裂 
くような切れ味が自慢なのさ.
2. ハア ハア…チッ .. また飛ばされた!3日前からずっとこんな調子 
だ、ちくしょう!こんな狭苦しい建物の中を進むのは…得意じゃねえ
んだよ、俺は!
3. 
おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
4. 
おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
5. 
おらあ!退け!おらあ!刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
6. ゴチャゴチャうるせえ!ならそいつも箱もまとめて始末してやる . 
さっさとどけ!てめえ
7. ゴチャゴチャうるせえ!ならそいつも箱もまとめて始末してやる . 
さっさとどけ!てめえ.
117

8. 
離しやがれ!ウゼエンだよ!
9. 
クソが! おらあ!どけ!
10. 
クソが! おらあ!どけ!
11. 
刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
12. 
刀を抜いて戦え!この弱味噌が!
13. 
殺すぞ、てめえ!かかってこい!
14. 
殺すぞ、てめえ!かかってこい!
15. 
なんだ てめえは!
16. 
弱っちそうだな.
17. 
なに座ってんだこぜ。。気持ち悪いやつだ.
18. 
やっぱ 気持ち悪いやつ.
19. うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の存在自体意味がねえんだ 
よ!さっさと状況を説明しやがれ弱味噌が!
20. うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の存在自体意味がねえんだ 
よ!さっさと状況を説明しやがれ弱味噌が!
21. うるせえ!意味のあるなしで言ったらお前の存在自体意味がねえんだ 
よ!さっさと状況を説明しやがれ弱味噌が!
22. ハッハ〜!こいつら みんな バカだぜ. 隊員同士でやり合うのはご法 
度だって知らねえんだ.
23. ハッハ〜!こいつら みんな バカだぜ. 隊員同士でやり合うのはご法 
度だって知らねえんだ.
24. 
うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!勝負しろ!
118

25. 
うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!勝負しろ!
26. 
うおおおお!クッソ〜!どこ行くてめえ!勝負しろ!
27. だあ! クソッ !  めんどくせえ!  こいつら まとめて ぶっ飛ば 
す!
28. だあ! クソッ!  めんどくせえ!  こいつら まとめて ぶっ飛ば 
す!
29. だあ! クソッ!  めんどくせえ!  こいつら まとめて ぶっ飛ば 
す!
30. 
小便漏らしが何言ってんだぜ!
31. 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ…あいつ絶対ぶん殴ってや 
る!
32. 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ…あいつ絶対ぶん殴ってや 
る!
33. 戻ってきたら絶対殴るからな〜!クソッ…あいつ絶対ぶん殴ってや 
る!
34. 
俺の感覚に狂いはね.. けど…なんだこのうっとうしい糸は!
35. 
うるせえ!お前  うるせえ!
36. 
うるせえ!お前  うるせえ!
37. 
うるせえ!お前  うるせえ!
38. 
こいつらも速いから, モタモタしてたら, こっちがやられるぞ!
39. 
てめえ…何をグルグルと逃げ回ってんだ! ふざけんじゃねえぞ!
40. 
てめえ…何をグルグルと逃げ回ってんだ! ふざけんじゃねえぞ!
41. 
あああああ.. ちくしょう… みんな 殺られたじゃねえかよ!
119

42. 
てめえ! これ以上 俺をホワホワさすんじゃねぇ~! 邪魔だそこは!
43. 
てめえ! これ以上 俺をホワホワさすんじゃねぇ~! 邪魔だそこは!
44. 
しゃあ!ぶった斬ってやるぜ!鬼おらあ!待ちやがれ!
45. 
しゃあ!ぶった斬ってやるぜ!鬼おらあ!待ちやがれ!
46. クソ… こんな所で隠れてるなんて.. 情けねえぜ. でも, 考えねえと 
太刀の通らないヤツを斬る方法.. どうする? どうする…どうすれ
ば斬れる?考えろ 考えろ 考えろ 考え…クソ〜!
47. クソ… こんな所で隠れてるなんて.. 情けねえぜ. でも, 考えねえと 
太刀の通らないヤツを斬る方法.. どうする? どうする…どうすれ
ば斬れる?考えろ 考えろ 考えろ 考え…クソ〜!
48. 
ふざけんじゃねえぞ!  クソ!!!
49. 
ふざけんじゃねえぞ!  クソ!!!
50. 
クソッ.. あの野郎どこへ行きやがった…クソッ..
51. 
クソッ.. あの野郎どこへ行きやがった…クソッ..
52. 
クソッ.. あの野郎どこへ行きやがった…クソッ..
53. 
ハッ… そこか!このクソバカタレ!どこまで登っとんじゃ!
54. 負けねえ…絶対に負けねえ.. 俺は鬼殺隊の嘴平(はしびら)伊之助 
だ!かかってきあがれ ゴミクソが!
55. 
てめえ 何しやがる…
56. 
うるせえ!

Anda mungkin juga menyukai