Di Susun Oleh :
Kelompok 8
APRIYANTI
R2D/III
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Sekunder : keluarga
Tersier :
A. Latar Belakang
Kehamilan yang tidak diinginkan tersebut memiliki korelasi dengan kasus aborsi, artinya
aborsi itu dilakukan karena kondisi kehamilan yang diproduk melalui kegiatan pergaulan bebas.
Dengan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan tersebut, maka para pelaku mencari jalan
agar janin tersebut tidak terlahir, jalan yang ditempuh tentunya adalah aborsi.
B. Tujuan
a. Ceramah
a. Media
o Leaflet
b. Alat
F. Setting Tempat
G. Kegiatan Penyuluhan
ABORSI
1. PENGERTIAN ABORSI
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus”. Yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian
kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan
sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban
perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari
calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon
ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan
resikonya.
2. MACAM-MACAM ABORSI
Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian, yakni
Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation Abortion).
Yang dimaksud dengan aborsi spontan yakni aborsi yang tanpa kesengajaan (keguguran).
Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:
Abortus Iminen
Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “ Threaten Abortion “, terancam
keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda
yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.
Abortus Inklomplitus
Secara sederhana bisa disebut aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran
buah kehamilan tetapi tidak komplit.
Abortus Klomplitus
Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap,
sudah seluruhnya keluar.
Abortus Insipien
Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya, tetapi belum dikeluarkan.
Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion yakni buah kehamilan mati di
dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
Sedangkan aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni
Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya
khusus melihat Abortus Provokatus Medialis yang terdiri dari :
Dilatasi dan kuretase (D&C)
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan
pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat,
sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya
metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode
D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti perdarahan
rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya
dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.
Sedot
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode
penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini.
Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat
mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa
darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol
yang dihubungkan dengan alat penyedot ini.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan perdarahan
hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat
terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang
tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan
komplikasi paska-aborsi.
Peracunan dengan garam
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16
minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita
dan 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan
konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan akan teracuni.
Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-
kira satu jam, janin akan mati.
Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan
melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari
wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan
diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali
diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan perdarahan hebat dan efek samping serius pada
sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga
dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah
hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan
asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal
aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping
yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi
pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
Histerektomi atau bedah sesar
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa
yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita,
karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di
kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.
Prostalglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses
melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses
kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai
kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi
terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan
mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar
dalam keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal
karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
perdarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
3. ALASAN MELAKUKAN ABORSI
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.
Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.