Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(DEMAM BERDARAH DENGUE)

Di Susun Oleh :

Kelompok 8

APRIYANTI

ASTRID RESKY HIJRIA


GALANG RAMADHAN.
PUTRI RAHAYU
SRI WAHYUNI

R2D/III

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Bahaya Aborsi

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Sasaran : Primer : Remaja

Sekunder : keluarga

Tersier :

A. Latar Belakang

Kehamilan yang tidak diinginkan tersebut memiliki korelasi dengan kasus aborsi, artinya
aborsi itu dilakukan karena kondisi kehamilan yang diproduk melalui kegiatan pergaulan bebas.
Dengan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan tersebut, maka para pelaku mencari jalan
agar janin tersebut tidak terlahir, jalan yang ditempuh tentunya adalah aborsi.

B. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit


diharapkan para remaja, dan dewasa dapat memahami dan mengerti tentang aborsi serta
bahaya tindak aborsi, agar tindak aborsi dapat dicegah serta dapat menurunkan angka
kejadian aborsi di Indonesia.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dilakukan,
diharapkan para Remaja dan Dewasa dapat :
1.      Menjelaskan pengertian aborsi
2.      Menyebutkan macam-macam aborsi
3.      Menjelaskan alasan melakukan aborsi
4.      Menjelaskan resiko aborsi
5.      Menjelaskan solusi mencegah aborsi

C. Sub Pokok Bahasan


1.      Pengertian aborsi
2.      Macam-macam aborsi
3.      Alasan melakukan aborsi
4.    Resiko aborsi
5.      Solusi mencegah aborsi
D. Metode

a. Ceramah

E. Media dan Alat

a. Media

o Leaflet

b. Alat

F. Setting Tempat
G. Kegiatan Penyuluhan

N TAHAP WAKTU KEGIATAN


O PENYULUH PESERTA
1 PEMBUKAAN 5 MENIT 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Menyimak
3. Kontrak Waktu 3. Menyimak
4. Menyampaikn pokok 4. Menyimak
bahasan
5. Menyampaikan tujuan 5. Menyimak
6. Menggali kemampuan 6. Menjawab
klien Pertanyaan
2 Kegiatan inti 20 menit 1.      Pengertian aborsi 1. Peserta mendengar
dengan seksama
2.     Macam-macam 2. Peserta
aborsi memperhatikan
3. Bertanya jika ada
3.      Alasan melakukan yang tidak jelas.
aborsi
4.    Resiko aborsi
5.      Solusi mencegah
aborsi
6.Memberikan
kesempatan untuk
bertanya jika ada yang
kurang jelas
3 Penutup 14 menit 1. Mengevaluasi 1. Menjawab
pengetahuan peserta pertanyaan
penyuluhan tentang 2. Mendengarkan dan
materi yang disampaikan memperhatikan
dengan memberi 3. Menjawab salam
pertanyaan.
2. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan.
3. Memberi salam
LAMPIRAN MATERI

ABORSI

1. PENGERTIAN ABORSI

Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus”. Yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian
kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan
sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban
perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari
calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon
ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan
resikonya.

2. MACAM-MACAM ABORSI

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:


1.      Aborsi Spontan/alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2.      Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun
si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
3.      Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian, yakni
Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation Abortion).
Yang dimaksud dengan aborsi spontan yakni aborsi yang tanpa kesengajaan (keguguran).
Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:

          Abortus Iminen
       Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “ Threaten Abortion “, terancam
keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda
yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.
           Abortus Inklomplitus
       Secara sederhana bisa disebut aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran
buah kehamilan tetapi tidak komplit.
           Abortus Klomplitus
       Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap,
sudah seluruhnya keluar.
           Abortus Insipien
Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya, tetapi belum dikeluarkan.
Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion yakni buah kehamilan mati di
dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
Sedangkan aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni
Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya
khusus melihat Abortus Provokatus Medialis yang terdiri dari :
           Dilatasi dan kuretase (D&C)
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan
pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat,
sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya
metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode
D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti perdarahan
rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya
dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.
           Sedot
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode
penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini.
Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat
mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa
darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol
yang dihubungkan dengan alat penyedot ini.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan perdarahan
hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat
terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang
tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan
komplikasi paska-aborsi.
           Peracunan dengan garam
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16
minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita
dan 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan
konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan akan teracuni.
Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-
kira satu jam, janin akan mati.
Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan
melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari
wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan
diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali
diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan perdarahan hebat dan efek samping serius pada
sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga
dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah
hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan
asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal
aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping
yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi
pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
           Histerektomi atau bedah sesar
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa
yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita,
karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di
kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.
           Prostalglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses
melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses
kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai
kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi
terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan
mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar
dalam keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal
karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
perdarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
3. ALASAN MELAKUKAN ABORSI

a)      Kehamilan karena pemerkosaan


b)      Mengetahui bahwa anak yang dikandung menderita cacat
c)      Kesehatan tidak mengijinkan hamil
d)     Tidak mengetahui perilaku seks yang dilakukan akan menyebabkan kehamilan
e)      Kehamilan anak remaja

4. RESIKO YANG HARUS DITANGGUNG BAGI YANG MELAKUKAN ABORSI

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1.      Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik.


Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan
dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:
a)      Kematian mendadak karena perdarahan hebat.
b)      Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c)      Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
d)     Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
e)      Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
f)       Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
g)       Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
h)      Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
i)        Kanker hati (Liver Cancer).
j)        Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan perdarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
k)      Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (infertil)
l)        Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
m)    Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).

2.      Resiko gangguan psikologis.


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-
Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
a). Kehilangan harga diri (82%).
b). Berteriak-teriak histeris (51%).
c). Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%).
d).  Ingin melakukan bunuh diri (28%).
e). Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%).
f).  Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%).

Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

5. SOLUSI MENCEGAH ABORSI

a). Memberikan pendidikan agama


b). Bila terjadi kehamilan di luar nikah sebaiknya dinikahkan
c). Orang tua harus menciptakan tatanan kehidupan religius
d). Bagi yang melakukan tindakan aborsi dapat dikenai sanksi
DAFTAR PUSTAKA

Bertens K. (2002).Aborsi Sebagai Masalah Etika.Edisi Pertama.Jakarta: PT. Grasindo.


Smeltzer & Brenda. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Edisi
Delapan.vol.2.Jakarta :EGC.
MD,Paustista S.(1982). Atlas Kebidanan
  Hawari,Danang(2006).Aborsi. Edisi Pertama. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai