Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Prolapsus uteri

Hari/Tanggal : / April 2015

Tempat : IRJ Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Waktu : 07.30 WIB

I. Latar Belakang

Prolapsus organ panggul adalah keadaan yang sering terjadi terutama pada wanita tua.

Diperkirakan lebih dari 50% wanita yang pernah melahirkan normal akan mengalami keadaan ini

dalam berbagai tingkatan, namun oleh karena tidak semua diantara mereka mengeluhkan hal ini

pada dokter maka angka kejadian yang pasti sulit ditentukan. Prolapsus organ panggul disebut

pula sebagai prolapsus uteri, prolapsus genitalis, prolapsus uterovaginal, pelvicrelaxation,

disfungsi dasar panggul, prolapsus urogenitalis, atau prolapsus dinding vagina (Widjanarko,

2009).

Di Indonesia prolapsus genetalia lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan,

wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat dan sering muncul pada wanita usia 60 tahun

lebih. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nulipara. Djafar Sidik dalam

penyelidikannya selama 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus prollapsus genetalis dari

5.372 kasus ginekologik di RS Dr. Pringadi di Medan, terbanyak pada grande multipara dalam
masa menopause, dan 31,74 pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur 40 tahun.

Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nulipara (Winkjosastro, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, kejadian prolapsus uteri sangat berkaitan dengan riwayat kejadian

persalinan terutama persalinan normal, karena itu upaya pencegahan dan pendeteksian dini

menjadi perhatian bidan, sehingga diharapkan kejadian prolapsus uteri dapat berkurang. Selain

itu dalam penatalaksanaanya memerlukan partisipasi dan kerjasama dari semua pihak termasuk

profesi kebidanan.

II. Tujuan

Setelah diberikan penyuluhan, peserta diharapkan mengetahui tentang prolapsus uteri.

III. Tujuan Khusus

1. Peserta mengetahui tentang pengertian prolapsus uteri.

2. Peserta mengetahui tentang etiologi prolapsus uteri.

3. Peserta mengeta gejala prolapsus uteri.

4. Peserta mengetahui tentang komplikasi prolapsus uteri.

5. Peserta mengetahui tentang pencegahan prolapsus uteri.

6. Peserta mengetahui tentang pengobatan prolapsus uteri.

IV. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien poli kandungan RSUD Dr. Soetomo

V. Komunikator

Mahasiswa profesi Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Surabaya.

VI. Materi

Terlampir (prolapsus uteri)

VII. Metode

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah dan tanya jawab. Metode

ceramah dipadukan dengan metode tanya jawab dimaksudkan untuk memotivasi minat dan

keterlibatan peserta penyuluhan.

VIII. Media

1. Leaflet

2. Lembar balik

IX. Pengorganisasian

Penanggung jawab : 1. K. Kasiati, S.Pd., M.Kes


2. Ernawati, S.Kep., Ns.

Moderator : Ayu MK

Penyaji : Alawiyah RD

Fasilitator : Petisa AS

Observer : Anindya DR

X. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Pembicara Peserta

1. 2 Menit Pembukaan: Menjawab sa

1. Memberi salam. Mendengark

2. Memperkenalkan diri. Mendengark

3. Menyampaikan topik bahasan. Mendengark


4. Menjelaskan tujuan penyuluhan. Mendengark

5. Melakukan kontrak waktu

2. 10 Menit Penyajian Materi: Menjawab.

1. Mengkaji pengetahuan awal peserta tentang topik yang akan Mendengark

disampaikan.

2. Menyampaikan materi tentang prolaps uterus.

1. 5 Menit Evaluasi: Bertanya.

1. Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya. Menjawab.

2. Menanyakan kembali pada peserta tentang materi yang

telah diberikan.
2. 3 Menit Penutup: Mendengark

1. Menyimpulkan materi. Menjawab sa

2. Memberi salam

XI. Evaluasi

1. Struktural

1) Peserta hadir di tempat penyuluhan.

2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Poli Kandungan RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 3 hari sebelumnya.

4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai.

2. Proses

1) Masing-masing anggota tim bekerja sesuai tugas.

2) Peserta antusias terhadap penyuluhan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan 50%

dari yang hadir.

3. Hasil

Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh sesuai dengan tujuan

khusus, yaitu perserta dapat:


1) Mengetahui tentang pengertian Prolapsus uteri.

2) Mengetahui tentang etiologi Prolapsus uteri.

3) Mengetahui tentang gejala Prolapsus uteri.

4) Mengetahui tentang pengobatan Prolapsus uteri.

5) Mengetahui tentang pencegahan Prolapsus uteri.

6) Mengetahui tentang pengobatan Prolapsus uteri.

4. Antisipasi masalah

1) Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat menstimulasi

dengan cara berdialog dengan pemberi materi dalam membahas apa yang sedang diberikan.

2) Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya dilakukan

konfirmasi dengan anggota pengorganisasian lainnya.

MATERI PENYULUHAN

PROLAPSUS UTERI

I. PENGERTIAN

Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi kendor

sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar dari vagina

(Widjanarko, 2009).

II. ETIOLOGI
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan

penyebab prorapsus genetalis, dan memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain

adalah tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap, perasat crede yang berlebihan

untuk mengeluarkan plasenta, dan sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan jika prolapsus

genatalia dapat terjadi segera sesudah partus atau dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor di

daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus genetalis. Bila prolapsus uteri dijumpai pada

nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang

uterus.

III. GEJALA

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:

1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.

2. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan

menghilang atau menjadi kurang.

3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:

a. miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila lebih berat juga

pada malam hari.

b. perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya

c. stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk, mengejan.Kadang-kadang

dapat terjadi retensio urinae pada sistokel yang besar sekali.

4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:


a. obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel

b. baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.

5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :

a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan bekerja.

Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.

b. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta luka pada

portio uteri.

6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di vagina.

IV. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri adalah :

1. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri.

2. Dekubitus

3. Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli

4. Gangguan miksi dan stress incontinence

5. Infeksi jalan kencing

6. Kemandulan

7. Kesulitan pada waktu partus

8. Haemorroid

9. Inkarserasi usus halus


V. PENCEGAHAN

1. Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu dilakukan elektif

(umpama ekstraksi forseps dengan kepala sudah di dasar panggul), membuat episiotomi,

memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan

dengan baik agar dihindarkan penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,

menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat crede), mengawasi involusi uterus

pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat

meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik.

2. Menghindari mengangkat benda-benda yang berat.

3. Menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering melahirkan.

VI. PENGOBATAN

1. Pengobatan Medis

a. Latihan-latihan otot dasar panggul

Latihan ini sangat berguna pada prolapsus enteng, terutama yang terjadi pada pasca persalinan

yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot

yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan.

Caranya : penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya

setelah selesai berhajat, atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan

air kencing dan tiba-tiba menghentikannya.


Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini

terdiri atas obturator yang dimasukkan kedalam vagina, dan yang dengan suatu pipa

dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul

dapat diukur.

b. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik

Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat

dipasang dalam pressarium yang dimasukkan ke dalam vagina.

c. Pengobatan dengan pessarium

Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di

tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi.

Prinsip pemakaian pessarium:

Alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga vagina tersebut

beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah.

Jika pessarium terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah, pessarium akan jatuh dan prolapsus

uteri akan timbul lagi. Pessarium yang paling baik adalah pessarium cincin, terbuat dari plastik.

Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier, yang terdiri dari suatu

gagang (steam) dengan ujung atas suatu mangkok (cup) dengan beberapa lobang dan diujung

bawah 4 tali. Mangkok ditempatkan di bawah serviks dan tali-tali dihubungkan dengan sabuk

pinggang untuk memberi sokongan kepada pessarium. Sebagai pedoman untuk mencari ukuran

yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vaginae,
ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan

dipakai.

Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit ke dalam vagina. Setelah bagian atas

masuk kedalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Apabila

pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari karet dengan per di

dalamnya. Pessarium ini dapat dikecilkan dengan menjepit pinggir kanan dan kiri antara 2 jari,

dan dengan demikian lebih mudah dimasukkan ke dalam vagina. Untuk mengetahui setelah

dipasang, apakah ukurannya cocok, penderita disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak

keluar, penderita di suruh jalan- jalan, apabila ia tidak meras nyeri, pessarium dapat dipakai

terus.

Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi secara teratur.

Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan sekali; vagina diperiksa inspekulo untuk

menentukan ada tidaknya perlukaan; pessarium dibersihkan dan disucihamakan, dan kemudian

dipasang kembali. Apabila pessarium dibiarkan dalam vagina tanpa pengawasan yang teratur,

dapat timbul komplikasi ulserasi, dan terpendamnya sebagian dari pessarium dalam dinding

vagina, malahan bisa terjadi fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.

Kontraindikasi pemakaian pessarium:

adanya radang pelvis akut atau subakut dan karsinoma.

Indikasi penggunaan pessarium :

a. kehamilan

b. bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi


c. sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan

d. penderita menolak untuk dioperasi, lebih suka terapi konsevatif

e. untuk menghilangkan simptom yang ada, sambil menunggu waktu operasi dapat dilakukan.

Jenis-jenis pessarium untuk prolapsus uteri

2. Pengobatan Operatif

Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor seperti

umur penderita, keinginanya untuk masih mendapatkan anak atau untuk mempertahankan uterus,

tingkat prolapsus dan adanya keluahan.

Macam-Macam Operasi

1. Ventrofiksasi

Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak dilakukan operasi untuk

membuat uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan ligamentum rotundum atau

mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.

2. Operasi Manchester

Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale

yang telah dipotong, di muka serviks; dilakukan pula kolporafia anterior dan

kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang

(elo ngasio kolli). Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus, dan

distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester adalah

penjahitan ligamentum kardinale didepan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum
kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi dan turunnya

terus dapat dicegah.

3. Histerektomi vaginal

Opersi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat lanjut, dan pada wanita yang

telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum

rotundum kanan kiri atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan

dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina

dikemudian hari.

4. Kolpokleisis (opearsi Neugebauer-Le Fort)

Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum baik

untuk wanita tua yang seksual tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi sederhana dengan

menjahitkan dinding vagina depan dengan dididing belakang, sehingga lumen vagina tertutup

dan uterus terletak di atas vagina. Akan tetapi operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan

rektokelnya sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urine, obstipasi serta keluhan prolaps

lainnya juga tidak hilang.

Anda mungkin juga menyukai