(SAP)
I. Latar Belakang
Prolapsus organ panggul adalah keadaan yang sering terjadi terutama pada wanita tua.
Diperkirakan lebih dari 50% wanita yang pernah melahirkan normal akan mengalami keadaan ini
dalam berbagai tingkatan, namun oleh karena tidak semua diantara mereka mengeluhkan hal ini
pada dokter maka angka kejadian yang pasti sulit ditentukan. Prolapsus organ panggul disebut
disfungsi dasar panggul, prolapsus urogenitalis, atau prolapsus dinding vagina (Widjanarko,
2009).
Di Indonesia prolapsus genetalia lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan,
wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat dan sering muncul pada wanita usia 60 tahun
lebih. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nulipara. Djafar Sidik dalam
5.372 kasus ginekologik di RS Dr. Pringadi di Medan, terbanyak pada grande multipara dalam
masa menopause, dan 31,74 pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur 40 tahun.
Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nulipara (Winkjosastro, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, kejadian prolapsus uteri sangat berkaitan dengan riwayat kejadian
persalinan terutama persalinan normal, karena itu upaya pencegahan dan pendeteksian dini
menjadi perhatian bidan, sehingga diharapkan kejadian prolapsus uteri dapat berkurang. Selain
itu dalam penatalaksanaanya memerlukan partisipasi dan kerjasama dari semua pihak termasuk
profesi kebidanan.
II. Tujuan
IV. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien poli kandungan RSUD Dr. Soetomo
V. Komunikator
Mahasiswa profesi Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
VI. Materi
VII. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah dan tanya jawab. Metode
ceramah dipadukan dengan metode tanya jawab dimaksudkan untuk memotivasi minat dan
VIII. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
IX. Pengorganisasian
Moderator : Ayu MK
Penyaji : Alawiyah RD
Fasilitator : Petisa AS
Observer : Anindya DR
X. Kegiatan Penyuluhan
disampaikan.
telah diberikan.
2. 3 Menit Penutup: Mendengark
2. Memberi salam
XI. Evaluasi
1. Struktural
4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai.
2. Proses
2) Peserta antusias terhadap penyuluhan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan 50%
3. Hasil
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh sesuai dengan tujuan
4. Antisipasi masalah
1) Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat menstimulasi
dengan cara berdialog dengan pemberi materi dalam membahas apa yang sedang diberikan.
2) Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya dilakukan
MATERI PENYULUHAN
PROLAPSUS UTERI
I. PENGERTIAN
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi kendor
sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar dari vagina
(Widjanarko, 2009).
II. ETIOLOGI
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan
penyebab prorapsus genetalis, dan memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain
adalah tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap, perasat crede yang berlebihan
untuk mengeluarkan plasenta, dan sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan jika prolapsus
genatalia dapat terjadi segera sesudah partus atau dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor di
daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus genetalis. Bila prolapsus uteri dijumpai pada
nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang
uterus.
III. GEJALA
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan
a. miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila lebih berat juga
c. stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk, mengejan.Kadang-kadang
b. baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan bekerja.
Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
b. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta luka pada
portio uteri.
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di vagina.
IV. KOMPLIKASI
2. Dekubitus
6. Kemandulan
8. Haemorroid
1. Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu dilakukan elektif
(umpama ekstraksi forseps dengan kepala sudah di dasar panggul), membuat episiotomi,
memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan
dengan baik agar dihindarkan penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,
menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat crede), mengawasi involusi uterus
pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat
3. Menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering melahirkan.
VI. PENGOBATAN
1. Pengobatan Medis
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus enteng, terutama yang terjadi pada pasca persalinan
yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot
Caranya : penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya
setelah selesai berhajat, atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan
terdiri atas obturator yang dimasukkan kedalam vagina, dan yang dengan suatu pipa
dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul
dapat diukur.
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di
tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi.
Alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga vagina tersebut
beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah.
Jika pessarium terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah, pessarium akan jatuh dan prolapsus
uteri akan timbul lagi. Pessarium yang paling baik adalah pessarium cincin, terbuat dari plastik.
Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier, yang terdiri dari suatu
gagang (steam) dengan ujung atas suatu mangkok (cup) dengan beberapa lobang dan diujung
bawah 4 tali. Mangkok ditempatkan di bawah serviks dan tali-tali dihubungkan dengan sabuk
pinggang untuk memberi sokongan kepada pessarium. Sebagai pedoman untuk mencari ukuran
yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vaginae,
ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan
dipakai.
Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit ke dalam vagina. Setelah bagian atas
masuk kedalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Apabila
pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari karet dengan per di
dalamnya. Pessarium ini dapat dikecilkan dengan menjepit pinggir kanan dan kiri antara 2 jari,
dan dengan demikian lebih mudah dimasukkan ke dalam vagina. Untuk mengetahui setelah
dipasang, apakah ukurannya cocok, penderita disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak
keluar, penderita di suruh jalan- jalan, apabila ia tidak meras nyeri, pessarium dapat dipakai
terus.
Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi secara teratur.
Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan sekali; vagina diperiksa inspekulo untuk
menentukan ada tidaknya perlukaan; pessarium dibersihkan dan disucihamakan, dan kemudian
dipasang kembali. Apabila pessarium dibiarkan dalam vagina tanpa pengawasan yang teratur,
dapat timbul komplikasi ulserasi, dan terpendamnya sebagian dari pessarium dalam dinding
a. kehamilan
e. untuk menghilangkan simptom yang ada, sambil menunggu waktu operasi dapat dilakukan.
2. Pengobatan Operatif
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor seperti
umur penderita, keinginanya untuk masih mendapatkan anak atau untuk mempertahankan uterus,
Macam-Macam Operasi
1. Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak dilakukan operasi untuk
mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.
2. Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale
yang telah dipotong, di muka serviks; dilakukan pula kolporafia anterior dan
(elo ngasio kolli). Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus, dan
distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester adalah
penjahitan ligamentum kardinale didepan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum
kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi dan turunnya
3. Histerektomi vaginal
Opersi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat lanjut, dan pada wanita yang
telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum
rotundum kanan kiri atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan
dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina
dikemudian hari.
Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum baik
untuk wanita tua yang seksual tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi sederhana dengan
menjahitkan dinding vagina depan dengan dididing belakang, sehingga lumen vagina tertutup
dan uterus terletak di atas vagina. Akan tetapi operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan
rektokelnya sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urine, obstipasi serta keluhan prolaps