Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

BERDUKA DISFUNGSIONAL

Dosen Pembimbing:

Disusun oleh Kelompok 6 :

1. Ahmad khalilurrahman
2. Anggela Virda Mirantika
3. Elya farahnas
4. Dimas yulio pratama

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN

STRADA INDONESIA

2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “WAHAM” dengan tepat waktu.Makalah ini di susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II Selain itu makalah ini di susun
untuk memperluas ilmu tentang “ Kekurangan Kalori Protein”.Kami menyadari
bahwa terdapat kekurangan dalam makalah kami, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak yang telah membaca, sangat kami harapkan
untuk menghasilkan makalah yang lebih baik untuk masa mendatang.Akhir kata, kami
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan ini, mulai dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua.

Kediri, 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan
atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi
yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien
dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
 Mengetahui konep berduka
 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien berduka disfungsional
2. Tujuan khusus
 Mengetahui proses berduka
 Mengetahui tanda dan gejala berduka disfungsional
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksut dengan berduka disfungsional ?
2. Apasaja fase dan tahapan berduka disfungsional?
3. Bagaimana tanda dan gejata berduka disfungsional?
4. Apa diagnosa keperawatan dan intervensinya?
BAB 2
ISI

A. Definisi
Berduka merupakan respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan dengan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain. Secara umum pengertian berduka merupakan reaksi terhadap
suatu kehilangan atau kematian. Menurut Totok Wisyasaputra (2003:24-25) bahwa
berduka selalu berkaitan secara langsung dengan kehilangan sesuatu atau seseorang
yang dianggap berharga atau bernilai. Berduka merupakan reaksi manusiawi untuk
mempertahan diri ketika sedang mengalami peristiwa kehilangan. Sebenarnya
berduka bukan hanya tanggapan seseorang secara kognitif (pikiran,logika) dan emotif
(perasaan) terhadap kehilangan, tetapi juga merupakan tanggapan, seseorang secara
holistik terhadap kehilangan sesuatu yang dianggap bernilai, berharga, atau penting.
Berduka merupakan tanggapan holistik karena seseorang mengerahkan seluruh aspek
keberadaannya (fisik, mental kognitif, mental spiritual dan sosial) sebagai suatu
kesatuan yang utuh untuk menghadapi peristiwa kehilangan yang di hadapi.

B. Fase berduka
Menurut teori Rondo dalam Yusuf (2015) menjelaskan proses berduka meliputi
tiga fase yaitu
1. Fase awal
Pada fase awal seseorang menunjukkan raksi syok, tidak yakin, tidak percaya,
perasaan dingin, perasaan kebal dan bingung. Perasaan tersebut berlangsung
selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada perasaan berduka
berlebihan. Selanjutnya, individu merasakan konflik dan mengekspresikan
dengan menangis dan ketakutan. Fase ini akan berlangsung selama beberapa
minggu.
2. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai minggu ketiga dan di tandai dengan adanya perilaku obsesif.
Sebuah perilaku yang terus mengulang-ngulang peristiwa kehilangan yang
terjadi.
3. Fase pemulihan
Fase terakhir ini dialami setelah setahun pertama kehilangan. Individu
memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk melanjutkan
kehidupan. Pada fase ini individu sudah mulai berpartisipasi kembali dalam
kegiatan sosial.
C. Jenis Berduka
Berikut ini jenis berduka:
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik
diri dari aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilanganatau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima
diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan urusannya sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan
dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak yang
mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.

D. Tahapan berduka
Tatahapan berduka menurut Elisabeth Kubler Ross dan David Kessler(2004:7-24)
terdapat 5 tahapan yaitu:
1. Danial (penolakan)
Seseorang yang baru saja mengalami kejadian menyedihkan akan berpikir ini
mungkin terjadi. Reaksi penolakan ini adalah sebuah reaksi yang normal
dilakukan banyak orang yang sedang dipemuhi dengan emosi. Penolakan atau
denial merupakan salah satu mekanisme pertambahan yang bisa dilakukan orang
untuk melindungi hal yang ia percayai. Orang yang sedang berada dalam tahap
ini belum bisa mempercai peristiwa yang dialami sekaligus menarik diridari
semua orang. Tahap ini adalah respon sementara yang membawa seseorang pada
gelombang rasa sakit yang pertama.
Reaksi pertama yaitu kaget, tidak percaya, atau mengingkari kenyataan.
Berlangsug beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Anger (marah)
Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi dengan rasa sakit
yang belim bisa diterima seseorang. Seseorang dengan rasa sakit rentan terpicu
emosi untuk melampiaskan rasa sakitnya melaui kemarahan. Rasa marah kadang
dikaitkan deengan rasa marah yang berkaitan dengan peristiwa yang dialami
seseorang. Seperti membenci orang yang sudah meninggal. Merasa kecewa akan
peristiwa yang terjadi. Namun, bukan tidak mungkin rasa marah, rasa membenci
dan rasa kecewa ini dilampiaskan pada orang yang tidak berkaitan,
3. Bergaining (penawaran)
Pada tahap ini seseorang diam-diam akan membuat kesepakatan dengan
tuhan sebagai upaya melindungi diri dari rasa sakit.fase ini adalah fase
pertahanan yang paling lemah dan melindungi seseorang dari kenyataan yang
menyakitkan. Pada fase ini sesorang sudah mulai percaya terhadap apa yang
sudah menimpanya. Setelah kemarahan mulai pudar mulai timbul rasa bersalah
atau penyesalan dan biasanya diiringi dengan pikiran seperti “kalau saja saya
sadar sebelumnya ..’.dan sebagainya.
4. Depression (depresi)
Depresi ini berisi kesedihan, kekhawatiran, dan kegelisahan. Fase ini dapat
berakhir ketika seseorang mendapat klarifikasi dan jaminan yang dapat
meyakinkan bahwa hidup mereka akan baik-baik saja. Depresi ini bisa jadi
sebuah persiapan untuk melepas dan menerima seluruh keadaan.fase ini dapat
berkurang dengan mendapat afeksi berupa pelukan dan pujian.
Dalam tahap ini menunjukkan sikap menarik diri, bersikap sangat penurut,
menyatakan keputusasaan, kesedihan, keragu-raguan, bahkan merasa tidak
berharga.
5. Acceptance (penerimaan)
Penerimaan tidak sealu menjadi tahap yang membahagiakan atau
membangkitkan semangat. Tahap ini tidak berarti seseorang telah melewati
kesedihan. Seseorang mungkin akan merasa perubahan besar dalam hidupnya.
Perasaan kurang puas dalam fase ini dapat diminimalisir apabila seseorang sudah
bisa bahwa masalah ini tidah akan terlalu berat jika dibandingkan hal buruk
lainnya yang untungnya tidak mereka alami atau mereka berhasil mereka lewati
sebelumnya.
Tahapan ini memikirkan objek yang hilang beralih keobjek yang lain, dan
menerima kenyataan kehilangan. Serta memulai memandang kedepan.
E. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang terdapat pada klien yang mengala berduka disfungsional
antara lain :
1. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
2. Depresi menyangkal yang berkepanjangan
3. Raksi emosional yang lambat
4. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien yang mengalami berduka
disfungsional antara lain :
1. Isolasi sosial atau menarik diri
2. Gagal untuk mengembangkan hubungan atau minat-minat baru
3. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan
F. Diagnosa keperawatan
1. Dukacita
Suatu proses kompleks yang normal meliputi respon dan perilaku emosional,
fisik, spiritual, sosial, dan intektual ketika individu, keluarga, dan komunitas,
memasukkan kehilangan yang aktual, adaptif atau dipresepsikan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. (00136,NANDA)
2. Dukacita terganggu
Suatu gangguan yang terjadi setelah kematian orang terdekat, ketika
pengalaman distres yang menyertai kehilangan gagal memenui harapan normatif
dan bermanifestasi gangguan fungsional. (00135,NANDA)
G. Intervensi keperawatan
 Identifikasi kehilangan
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi kealamiahan keterkaitan, (klien) dengan
obyek atau orang yang hilang
 Bantu pasien untuki mengidentifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
 Dukung pasien untuk mengekspresikan perasaan mengenai kehilangan
 Dengarkan ekspresi berduka
 Dukung pasien untuk mendiskusikan pengalaman kehilangan sebelumnya
 Dukung pasien untuk memverbalisasikan ingatan mengenai kehilangan, baik
masa lalu ataupun masakini
 Buat pertanyaan empatik mengenai duka cita
 Dukung identifikasi adanya perasaan takut yang paling besar terkait dengan
kehilangan
 Berikan intruksi dalam proses fase berduka, dengan tepat
 Dukung kemajuan untuk melalui tahap berduka pribadi
 Libatkan orang yang paling penting bagi klien untuk mendiskusikan dan
membuat keputusan, dengan tepat
 Bantu mengidentifikasi strategi-strategi koping pribadi
 Dukung pasien untuk mengimplementasikan kebiasaan budaya, agama, sosial
yang terkait kehilangan
 Jawablah pertanyaan anak-anak dengan kehilangan yang dialaminya
 Gunakan bahasa yang jelas misalnya kematian dengan menggunakan bahasa
kiasan
 Dukung anak-anak untuk dapat mendiskusikan perasaan-perasaannya
 Dukung ekspresi dan perasaan yang ada dengan cara yang nyaman bagi anak
misalnya dengan membaca menulis atau bermain
 Bantu anak untuk mengklarifikasi kesalah pahaman
 Identifikasi sumber dukungan yang ada di komunitas
 Dukung usaha untuk menyelesaikan konflik yang terjadi sebelumnya dengan
cepat
 Kuatkan kemajuan dalam proses berduka
 Bantu dalam mengidentifikasi kebutuhan untuk modifikasi gaya hidup
Nursing Interventions Classification(NIC)2016
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Berduka disfungsional adalah suat status yang merupakan pengalan individu yang
responnya di besar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipr ini kadang-kadang menjurus
ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan. Peran perawat adalah untuk mendapat
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadapperilaku
dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8324741/ASUHAN_KEPERAWATAN_KEHILANGAN_D
AN_BERDUKA_Diposkan_oleh_Rizki_Kurniadi
Nursing Intervention Classification(NIC), 6th indonesian edition, by Glorya Bulechek,
Howard K.Butcher,Joanne M. Dochterman, and Cheryl
Wager@Copyright2016ElsevierSingaporePteLtd.
(NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2018-
2020)
Repository.unj.ac.id

Anda mungkin juga menyukai