Anda di halaman 1dari 15

1

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN BERDUKA DISFUNGSIONAL


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa
Dosen pembimbing NS. Sri Nyumirah, S.kep

Disusun Oleh :
Kelompok III
1.
2.
3.
4.
5.

Dewi Murdiyanti
Eka Sri Nurhayati Ningrum
Nurul Lestiyoningsih
Nurul Ulya Amalina
Syaifun Nuha

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2011/2012

BAB I
LATAR BELAKANG

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang
pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah
mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
2

kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry,
2005).
A. Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
disfungsional.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
Tujuan umum :
1. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.
2.
Mengetahui
asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan berduka
disfungsional
Tujuan khusus :
1. Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
2. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
( Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG. )

B. Etiologi
Kehilangan dan berduka dapat disebabkan oleh
1.

Kehilangan seseorang yang dicintai

2.

Kehilanganm yang ada pada diri sendiri ( lose of self ).

3.

Kehilangan objek eksternal.

4.

Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal.

5.

Kehilangan kehidupan atau meninggal.

C. Manifestasi Klinik
1.

Perasaan sedih, menangis.

2.

Perasaan putus asa, kesepian

3.

Mengingkari kehilangan

4.

Kesulitan dalam mengekspresikan perasaan

5.

Konsenterasi menurun

6.

Kemarahan yang berlebihan

7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain


8.

Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan

9.

Reaksi emosional yang lambat

10.

Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.

D. Karakteristik
1. Mengingkari
2. Marah
3. Tawar menawar
4. Depresi > 2 minggu
5. Penerimaan
E. Teori dari Proses Berduka
5

1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang
ajal.
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha

mencoba

untuk

sepakat/damai

dengan

perasaan

yang

hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian


yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.


Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a). Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan
seperti Tidak, tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada
saya! umum dilontarkan klien.
b). Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih
pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan.
Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung
dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa
dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c). Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus
atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali
mencari pendapat orang lain.
d). Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari


makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk
berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e). Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang
mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka
paling dalam dan dirasakan paling akut.
3. Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut


dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia seharihari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan
mereka.

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA


ENGEL
(1964)

Shock
dan tidak
percaya
Berkemb
angnya
kesadara
n
Restitusi

KUBLE
RROSS
(1969)
Menyan
gkal

MARTO
CCHIO
(1985)

RAND
O
(1991)

Shock and
disbelief

Penghin
daran

Marah

Yearning
and
protest

Tawarmenawa
r

Anguish,
disorganiz
ation and
despair
Identificati
on in
bereaveme
nt
Reorganiz
ation and
restitution

Idealizati
on

Depresi

Reorgani
zation /
the out
come

Penerim
aan

Konfron
tasi

Akomod
asi

10

F. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis


1. Terapi Psikofarmakologi Pada Pasien Jiwa
Psikofarmako adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang
bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan
mental bersifat komprehensif, yang meliputi:
a. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka,
lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT)
b. Psikoterapeutik
c. Terapi modalitas
2. Konsep Psikofarmakologi
a. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi
b. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
c. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA
(Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain
d. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan
kekacauan atau gangguan mental
e. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter
3. Konsep Psikofarmakologi
a. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh,
mengatur jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak
b. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga
dapat mempengaruhi sistem saraf
c. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal)
terjadi akibat penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat
keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin
d. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi
akibat penggunaan obat penghambat acetilkolin.
Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah
golongan:
1) Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti
Parkinson
2) Anti depresi
3) Anti maniak
4) Anti cemas (anti ansietas)
10

11

5) Anti insomnia
6) Anti obsesif-kompulsif
7) Anti panic
G. Kemungkinan terjadinya masalah karena berduka
( Cari )

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
11

12

e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
2. Identitas
3. Alasan masuk RS
4. Keluhan utama
5. Faktor predisposisi
6. Faktor presipitasi
7. Riwayat kesehatan sekarang
8. Riwayat kesehatan dahulu
9. Riwayat kesehatan keluarga
10. Faktor biologis
Penyakit
Trauma
Riwayat masuk RS
Pengobatan sembuh/tidak
Terakhir minum obat
11. Faktor psikologi
konsep diri
harga diri
12. Sosial spiritual
umur
agama
pekerjaan
pendidikan
status

B. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Berduka Disfungsional
Koping individu inefektif
C. Diagnosa
12

13

1. Berduka Disfungsional
D. Intervensi
( BUAT TABEL )

Dx. kep

7an

Kriteria

umum-

evaluasi

intervensi

Rasional

khusus

Masalah Psikososial : Kehilangan dan Berduka


1. Intervensi untuk klien
a. Tujuan
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami klien.
3)
Klien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya.
4) Klien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialami.
5) Klien dapat memanfaatkan faktor pendukung
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam teraupetik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien.
2) Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini ( kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum atau sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi ).
3)
a.
b.
c.
d.
4)

Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami


Cara verbal ( mengungkapkan perasaan )
Cara fisik ( memberikan kesempatan aktifitas fisik )
Cara sosial ( sharing melalui self help group )
Cara spiritual ( berdoa, berserah diri )
Memberikan informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk

saling memberikan pengalaman yang seksama.


5) Membantu klien memasukan kegiatan dalam jadwal harian
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
G. Intervensi untuk keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka
13

14

b.
c.
d.
2.
a.
1)
2)
3)
4)
b.

Keluarga memahami cara merawat klien berduka berkepanjangan


Keluarga dapat mempraktikan cara merawat klien berduka disfungsional
Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
Tindakan
Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terupetik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu keluarga.
Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan

dampaknya pada klien.


1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian kehilangan dan berduka.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab kehilangan dan berduka
3) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala kehilangan dan berduka.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang dampak kehilangan dan berduka pada klien.
c.
Diskusikan dan latih keluarga cara mengatasi anggota keluarga dengan
kehilangan dan berduka melalui aktifitas untuk menurunkan kehilangan dan berduka.
1) Cara verbal ( mengungkapkan perasaan )
2) Cara fisik ( memberi kesempatan aktifitas fisik )
3) Cara sosial ( sharing melalui self help group )
4) Cara spiritual ( berdoa, berserah diri )
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan
oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh klien.

14

15

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangandan-berduka/

15

Anda mungkin juga menyukai