Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Dosen pembimbing : Ns.Fauziah,M.Kep

Disusun oleh :

Razita Humaira (21010611)

Rauzatul laziah(21010670)

Ayu nisafunna (21010605)

Nyak mutia (21010647)

Khairami (21010628)

UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE

FAKULTAS KESEHATAN, TEKNOLOGI DAN SAINS ( FKTS )


2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Stress dan Adaptasi Dunia dan Indonesaia
dengan baik dan tepat pada waktunya.Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit
hambatan.Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing.Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya
makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang Konsep Stress dan Adaptasi. Makalah ini mungkin kurang sempurna,
untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Lhokseumawe, 23 Desember 2022


BAB l

1. Latar belakang

Tifus adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna. Diagnosis
tifus bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam, lemas, nyeri perut, susah buang
air besar dan dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
adalah pemeriksaan darah yang spesifik (seperti kultur kuman atau pengambilan/pemisahan
kuman, tes widal). Penyakit tifus menyerang sekitar 22 juta orang per tahun dengan angka
kematian mencapai 200.000 jiwa per tahun. Menurut WHO, pada tahun 2003 terdapat sekitar
900,000 kasus di Indonesia, di mana sekitar 20.000 penderitanya meninggal dunia. Banyaknya
kasus pasien tifus yang kambuh kembali diakibatkan oleh beberapa faktor terutama sistem
pengobatan yang tidak efektif sehingga masyarakat mulai memilih obat tradisional untuk
meningkatkan sistem imun yang dapat mencegah berbagai macam penyakit salah satunya
penyakit tifus. Tanaman herbal yang berfungsi untuk mengobati tifus di masyarakat sangat
banyak di antaranya adalah daun salam, buah mengkudu, bidara upas, dan lain-lain."

Umbi bidara upas (Merremia mammosa) adalah tanaman yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Pemilihan umbi bidara upas (Merremia mammosa) dikarenakan tanaman ini
merupakan tanaman langka dan minimnya penelitian tentang tanaman bidara upas ini. Sebagian
besar

penelitian terdahulu yaitu melihat efek bidara upas sebagai antibakteri secura in vitro,
belum ada yang melihat efek bidara upas sebagai imunomodulator. Imunomodulator digunakan
untuk memperbaiki sistem imun dengan cara stimulasi (imunostimulan) pada kondisi defisiensi
imun dan menekan (imunosupresan) atau menormalkannya pada saat reaksi imun berlebihan. Hal
inilah yang melatar belakangi penulis memilih tanaman umbi bidara upas pada penelitian kali ini.

Mekanisme umbi bidara upas (Merremia mammosa) sebagai imunomodulator dikarenakan


kandungan yang terdapat di dalamnya. Kandungan umbi bidara upas (Merremia mammosa)
antara lain adalah alkaloid, flavonoid, pati, resin dan lain-lain. Akan tetapi, yang berperan dalam
peningkatan sistem imun adalah alkaloid dan flavonoidnya. Mekanisme flavonoid dan alkaloid
sebagai imunomodulator pada umbi bidara upas (Merremia mammosa) kurang lebih sama seperti
mekanisme pada tanaman yang mengandung senyawa ini, yaitu dengan meningkatkan aktivitas
IL-2 dan proliferasi limfosit. Sel CD4 akan mempengaruhi proliferasi limfosit kemudian
menyebabkan sel Thi teraktivasi. Sel Thi yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF. yaitu
molekul-molekul termasuk IFNy yang dapat mengaktifkan makrofag. Aktivasi makrofag dapat
dilihat salah satunya dengan meningkatnya proses fagositosis makrofag dan meningkatnya
produksi nitrit oksida.

Makrofag termasuk sistem imun seluler yang berperan pada endositosis partikel lipoprotein,
makrofag juga mampu mengikat berbagai mikroba. Makrofag berfungsi sebagai fagosit
professional dan kedua sebagai APC (Antigen Presenting Cell) yang berfungsi menyajikan
antigen kepada limfosit. Sebagai fagosit professional, sel ini dapat menghancurkan antigen
dalam fagolisosom, dan juga melepaskan berbagai enzim dan isi granula ke luar sel, bersama-
sama dengan sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) yang dapat membunuh organisme
patogen.

NO juga sangat penting peranannya dalam sistem imun tubuh. NO bekerja sama dengan
lisosom makrofag untuk membunuh patogen seperti bakteri, jamur dan virus NO memegang
peranan penting dalam kerusakan sel, baik untuk sitostatik maupun sitotoksik yang tidak hanya
untuk menyerang mikroorganisme tetapi juga untuk sel yang memproduksi dan untuk sel di
sekitarnya. Penelitian kali ini ingin dilihat efek umbi bidara upas terhadap respon fagositosis
makrofag dan produksi nitrit oksida."

Dosis yang digunakan untuk melihat respon makrofag adalah dosis bertingkat yaitu dosis 1.
0.32mg/ mencit, 1,6mg/mencit, 8mg/mencit. Pemilihan dosis bertingkat ini untuk melihat dosis
mana yang lebih baik [11.42, 28/4/2023] Khaira: berfungsi menyajikan antigen kepada limfosit.
Sebagai fagosit professional, sel ini dapat menghancurkan antigen dalam fagolisosom, dan juga
melepaskan berbagai enzim dan isi granula ke luar sel, bersama-sama dengan sitokin seperti
tumor necrosis factor (TNF) yang dapat membunuh organisme patogen."

NO juga sangat penting peranannya dalam sistem imun tubuh. NO bekerja sama dengan
lisosom makrofag untuk membunuh patogen seperti bakteri, jamur dan virus NO memegang
peranan penting dalam kerusakan sel, baik untuk sitostatik maupun sitotoksik yang tidak hanya
untuk menyerang mikroorganisme tetapi juga untuk sel yang memproduksi dan untuk sel di
sekitarnya. Penelitian kali ini ingin dilihat efek umbi bidara upas terhadap respon fagositosis
makrofag dan produksi nitrit oksida.

Dosis yang digunakan untuk melihat respon makrofag adalah dosis bertingkat yaitu dosis 1.
0,32mg/ mencit, 1,6mg/mencit, 8mg/mencit. Pemilihan dosis bertingkat ini untuk melihat dosis
mana yang lebih baik untuk meningkatkan respon makrofag terhadap sistem imun seluler.
Besarnya dosis bertingkat dipilih berdasarkan penggunaan dosis di masyarakat yang digunakan
untuk mengobati tifus yaitu sebagai antibakteri. Di masyarakat dosis yang digunakan untuk
mengobati tifus (dosis sebagai antibakteri) berkisar antara 10-100gr yang kemudian
dikonversikan ke mencit sehingga diperoleh dosis di atas.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia mammosa) berbagai dosis dapat
meningkatkan respon makrofag pada mencit yang diinfeksi Salmonella typhimurium dibandingkan
dengan yang tidak diberi

1.3.1 Tujuan Umum


Membuktikan efek pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia mammosa) berbagai
dosis terhadap peningkatan respon makrofag pada mencit yang diinfeksi Salmonella typhimurium
dibandingkan dengan yang tidak diberi ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia mammosa).
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran
darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi A, B dan C,
selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat penyakit
ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever
atau Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus di dalam perut (Widoyono. 2002).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran
(Sudoyo, 2009).

B. ETIOLOGI

tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa, (food and water borne disease).
Seseorang yang sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan
atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies,
termasuk dalam kingdom Bakteria. Phylum Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria, Ordo
Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella thyposa adalah
bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-
kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen VI (hyalin, protein membrane). Dalam serum
penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul
sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penakit
yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit ini
ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu: demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam
hari (Widodo Joko, 2006).
D. PATOFISIOLOGI

Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu
Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah). Fly (lalat), dan melalui Feses.
Yang paling menojol yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju
lambung, sebagian

1. Patogenesis

Salmonella typhi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam rubah manusia. Manusia
yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi dapat mengekskresikannya melalui secer saluran nafas,
urin dan tinja dalam jangka wakm yang bervariasi. Patogenesis demam tifoid melibatkan 4
proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofag Peyer's
patch, bertahan hidup di utiran durah dan menghasilkan enteroksin yang menyebabkan keduanya
elektrolit dan air ke lumen intestinal. Bakteri Salmonella typi bersama makinan atau minuman
masuk ke dalam tubuh melalui mulun. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam banyak
bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai uses halus. melekat pada sel makosa
kemudian menginvasi dan menembas dinding usas patya di ileam dan jejunum. Sel M. sel epitel
yang melapisi Peyer's patch merupakan tempat bertahan hidup dan maltiplikasi Salmonella typia.
Bakteri mencapai folikel limfe asas halai menimbulkan tukak pada mukosa usus. Tukak dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usu. Kemudian mengikuti aliran ke kelenjar life
mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan Reticulo
Endothelial System (RES) di organ hati dan lampu. Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi
keluar dari habitatnya melalui duktus torasikus masak ke sirkulasi sistemik mencapai hati, fingu,
sumsum tulang, kamlung empedu dan Peyer's patch dari ileum erminal. Ekskresi bakteri di
empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui feses. Endotoksin
merangsang makrofag di hati. limpa, kelenjar limfoid intestinal dan mesenterika untuk
melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hari dan
secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid.

Pelaran Salmella typu sebagian besar jalur fekal ural, yaitu melahi makanan atau
minuman yang tercemur oleh bakteri yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama dengan feses. Dupat juga terjadi transmisa transplusental dari seorang ibu hamil
yang berada pada keadaan bekterima kepada bayinya (Ardiuria, 2019)
2. Manifestasi Klinis

Penyakit Typhoid Fever (TF) atas masyarakat awam mengenalnya dengan situs ialah
penyakit demam karena adanya infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyebar keseluruh tubuh.
Salmella typhi (Stypkijevogakan kuman pathogen penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit
infeksi sistemak dengan garaburan demum yang berlangsung lama, adanya bacterimia disertai
flamasi yang dapat merusak usus dan organ-organ hati. Gejala penyakit im berkembang selam
satu sampai dua minggu setelah seorang pasien serinleksi aleb bakien tersebut. Gejala umum
yang terjadi pada penyakit tifoid adalah demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu
demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam huri,
sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mul, muntah, obstipasi atau diure. Demam merupakan kelahan
dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderia demam uloid. Demum dapat
muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai segisemin
och karena Serpoccur au Peumococcur daripada Sryph. Sakit kepala hehat yang menyertai
demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain STph juga dapat menembas sawar
darah otak dan menyebabkan meningitis.

Manifesi gejala memal kadang mendominasi gambar klinis, yainı konfusi, stapor,
psikotik atau koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap
lanjut dapat muncul gambarim peritonitis akibat perforasi usas (Ardiaria, 2019).

E. PENATALAKSANAAN THYPOID FEVER

1. Istirahat dan perawatan

Tirah bang dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah komplikass. Pada anak
tirah burung dengan perawatan sepenuhnya di sempat seperti makan, minum, mandi, hoang air
kecil dan besar kan membantu mempercepat man penyembahan. Dalam perawatan demam
thypoid pada anak pertu sekali di jaga kebersihan tempat tick, pakaian dan perlengkapan yang di
pakai, khasnya tempat makan MUHAM 2 Dit dan terapi penunjang.

Die epokan bal vang paling penting dalam proses penyembuhan penyakit dengun typhoid
fever pada anak karena makanan yang karang bersib da vergini akan memurunkan keadaan aina
dan gizi penderita akan semakin tunti dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Pada anak
dengan demam typhoid diberikan makanan yang halus fals seperti bahin saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubar kasar dan akhimaya di beri nasi, yang perubahan diet senisesuaikan
dengan tingkaat kesembelum pasien anak tersebut. Pemberian babarang tersebut di tunjukan
untuk menghindari komplikasi perlarutian salurum cerna atau peforasi usus. Hal ini disebabkan
ada pendapat bahwa usas harus di isticalation. beberapa penelitian menunjukan haiwu peraberian
makanan padat dini yata nasi dengan lack pank rendah selulosa (menghindari sementara sayuran
yang berserut) dapat diberikan dengan amun pada anak yang mengalami typhoid fever
F. Konsep Demam

1. Pengertian Demam

Demam adalah peningkatan tik pasokan (set point) suhu hipotalamus. Dikatakan demam
jāku suhu orang menjadi lebih duri 37,5 (Amin, 2015) Anak cenderung mengalami demam
disebabkan oleh system kekebalan yang masih rendah. Selain itu komposisi tabah mak adalah 60
% adalah cairan. Apabila anak kekurangan curan maka cenderung mengalami peningkatan suhu
tubuh.

Tipe demam yang sering kita jumpai antaa lain:

a.Demam septik

Sahu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali keringkat diatas normal pada pagi hari Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebutt turun ketingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.

b. demam remiten

suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu hadan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demum septik.

c. demam intermiten

Sahu badan moran ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terhebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d. demam kontinyu

variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebi dari satu derajat.pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

e. demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang ikuti oleh beberapao
perinde bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula

Demam adalah peningkatan tik pasokan (set point) suhu hipotalamus. Dikatakan demam
jāku suhu orang menjadi lebih duri 37,5 (Amin, 2015) Anak cenderung mengalami demam
disebabkan oleh system kekebalan yang masih rendah. Selain itu komposisi tabah mak adalah 60
% adalah cairan. Apabila anak kekurangan curan maka cenderung mengalami peningkatan suhu
tubuh.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus adalah
penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa. Tetapi demam
tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada
orang dewasa Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau
masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti
halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya
Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh
salmonella tyhpi.

B. Saran

Melalui makalah ini kami selaku penyusun makalah ini berharap agar pembaca
senantiasa memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya agar terhindar
dari penyakit menular khususnya penyakit Typhus dengan melakukan pencegahan sejak dini
sehinnga penyakit ini tidak menjadi suatu kejadian Luar Biasa (KLB).
DAFTAR PUSTAKA

Addin, A. 2009. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Bandung: PT. Puri Delco.

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Arisman 2008. Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Artanti N.W. 2012. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan, Higiene PeroranganM dan
Karakteristik Individu dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2012. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Semarang 2012.

Chin J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: C.V Info Medika

Dahlah A., Munawar A dan Supriadi. 2013. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Faktor Budaya
Dengan Kejadian Tifus di Wilayah Kerja Puskesmas Lambur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.14 (1) 2014.

Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Rixer Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Depkes RI 2008.

Dinkes Boyolali. 2013. Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas. Boyolali: Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali.

Anda mungkin juga menyukai