Anda di halaman 1dari 10

PATOFISIOLOGI, FARMAKOLOGI, DAN TERAPI DIET

PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


TB PARU KANKER PARU

Disusun oleh:

MUHAMMAD RAFLI 032021035


EZRI SOZANOLO TELAUMBANUA 032021020
ANGEL CICILIA GINTING 032021004

DOSEN PEMBIMBING:

Murni Sari Dewi Simanullang, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
TA : 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur para penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, para penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan terima kasih juga, kami sampaikan
kepada dosen pengampu matakuliah ini, yang telah dengan rela hati membekali, membimbing
dan membantu dalam penyusunan makalah ini hingga selesai.
Dalam penyusunan makalah ini, kami para penulis sangat menyadari bahwa masih
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kehilafan yang kami miliki. Maka dari itu, dengan rendah hati mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga. Semoga Tuhan membalas dan selalu
melimpahkan rahmat serta berkat-Nya atas bantuan yang telah para diberikan kepada penulis
dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi kita semua.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 TUJUAN

1.2.1 Untuk mengetahuai, apa pengertian dari patofisiologi.farmakologi dan terapi diet
1.2.2 Untuk mengetahui, patofisiologi farmakologi dan trapi diet pada gangguan sistem
pernafasan. pada penyakit TB PARU
1.2.3 Untuk mengetahui, patofisiologi farmakologi dan trapi diet pada gangguan sistem
pernafansan. Pada penyakit KANKER PARU

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patofisiologi


Patofisiologi atau physiopathology adalah berasal dari dua kata yaitu patologi dengan
fisiologi. Patologi adalah disiplin medis yang menggambarkan kondisi yang biasanya diamati
selama keadaan penyakit, sedangkan fisiologi adalah disiplin biologi yang menjelaskan
proses atau mekanisme yang beroperasi dalam suatu organisme. Patologi menggambarkan
kondisi abnormal atau tidak diinginkan, di atau tidak diinginkan, dimana patofisiologi mana
patofisiologi menjelaskan proses atau menjelaskan proses atau mekanisme fisiologis
mekanisme fisiologis dimana kondisi tersebut berkembang dan dimana kondisi tersebut
berkembang dan berlanjut. berlanjut. Patofisiologi juga bisa berarti perubaha atofisiologi juga
bisa berarti perubahan fungsional yang berhubungan dengan atau akibat penyakit atau cedera.
Definisi lain adalah  perubahan fungsional yang menyertai penyakit tertentu
• Patologi ilmu yang mempelajari tentang penyakit
• Patologi anatomi: ilmu yang mempelajar yang mempelajari tentang perubah perubahan
morfologi sel ologi sel dan jaringan
• Patologi klinis: ilmu yang mempelajari tentang perubahan kimia klinis reaksi biokimia
sel atau jaringan, mikrobiologi, hematologi, imunologi, imunohematologi
• Patofisiologi: ilmu yang mempelajari tentang perubahan fisiologik akibat penyakit
• Patofisiologi merupakan integratif ilmu: anatomi, fisiologi, biologi sel dan molekuler,
genetika, farmakologi dan patologi
• Patofisiologi fokus pada mekanisme penyakit, atau proses dinamik yang menampakan
tanda sign dan gejala symptom

2.2 Pengertian Farmakologi


Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikansebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system
biologis. Farmakognosi adalah ilmuyang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau
hewan yang dapat digunakan sebagai obat.Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek-
efek dari senyawa kimia pada jaringan hidup. (Joyce L.Kee, Evelyn R. Hayes, 1996)Menurut
Kamus Kesehatan, Farmakologi adalah studi obat-obatan dalam semua aspek
mereka.Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu bahan kimia/obat
berinteraksi dengansistem biologis, khususnya mempelajari aksi obat di dalam tubuh.
(Ekawati, Zullies. 2014)Farmakologi adalah Ilmu yang mempelajari interaksi antara obat
dengan konstituen tubuh hingga timbulsuatu efek terapi. (Dewi, Rani. 2013)
-prinsip ilmiah dalam klinik untukpencegahan dan pengobatan penyakit.pencegahan dan
pengobatan penya

2.3 Pengertian Terapi Diet

Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar
seseorang tetap sehat, dan bagi orang sakit bertujuan meningkatkan status gizi dan
membantu kesembuhan, serta mencegah permasalahan lain mis diare atau intolerasni thd
jenis makanan tertentu

Tujuan lain diet rumah sakit adl utk meningkatkan atau mempertahankan daya tahan tubuh
dlm menghadapi penyakit/cedera, khususnya infeksi, dan membantu kesembuhan pasien
dari penyakit/cederanya dg memperbaiki jaringan yg aus atau rusak serta memulihkan
keseimbangan dlm tubuh (homeostatis)
 Menurut Hutapea (1993), diet merupakan program terpadu antara pengaturan
makanan dan kebiasaan makan serta peningkatan kegiatan olahraga. 
 Menurut Dariyo (2003), diet adalah cara membentuk atau mencapai proporsi
berat badan dan taraf kesehatan yang seimbang (normal) melalui pengaturan
pola aktivitas, seperti makan, minum, dan aktivitas fisik seperti kerja, istirahat,
dan olahraga.
 Menurut Yuliatin (2011), diet adalah jumlah makanan dan asupan nutrisi yang
dikonsumsi seseorang atau organisme tertentu dengan tujuan menurunkan
berat badan dan menjaga keseimbangan postur tubuh. 
 Menurut Sutriandewi (2003), diet merupakan perilaku pengaturan asupan
(intake) makanan yang masuk ke tubuh dengan tujuan yang beraneka macam,
salah satunya untuk menurunkan berat badan

2.4 Patofisiologi.Farmakologi Dan Terapi Diet Pada Gangguan Pernafasan: TB PARU

2.4.1 Patofisioplogi TB paru

Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh


infeksi Mycobacterium tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran
mukosa paru-paru individu yang telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru
yang aktif batuk, bersin, atau meludah, droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika
terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan
organisme akan berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu
kompleks Ghon. Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis
kaseosa di bagian tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag
alveolar dari bagian subpleura paru-paru.
Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi
bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis.
Nodul fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan berpotensi
reaktivasi

2.4.2 Farmakologi TB paru


Tb Paru atau infeksi tuberkulosis pada paru disebabkan oleh adanya infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosisdapat ditandai dengan gejala seperti batuk lebih dari 3
minggu, dapat disertai dengan batuk darah, demam, penurunan nafsu makan,
berkeringat di malam hari, penurunan berat badan, nyeri dada, dan juga dapat
meningkat risikonya jika ada yang mengalami kondisi serupa di sekitar rumah. Untuk
memastikannya perlu dilakukan wawanca medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang seperti lab darah IGRA, pemeriksaan sampel dahak, tes kulit mantux, foto
rontgen dan pemeriksaan lain yang diperlukan.
Jika nantinya didiagnosa sebagai infeksi TB paru maka perlu untuk
menjalankan pengobatan selama minimal 6 bulan dengan menggunakan obat
kombinasi yang disebut dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari
isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan ethambutol. OAT sendiri disesuaikan dosis
dan cara penggunaannya dibagi menjadi fase intensif dan fase lanjutan. OAT ini
memiliki beberapa efek samping seperti urine menjadi kemerahan, gangguan
penglihatan, gangguan hati, mual dan muntah, dan juga menurunkan efektivitas alat
kontrasepsi seperti pil Kb, Kb suntik atau susuk. Pengobatan TB paru sendiri
menggunakan OAT disesuaikan dengan kategori infeksi kuman TB tersebut apakah
infeksi TB menginfeksi paru, menginfeksi organ di luar paru, infeksi baru pertama
kali, infeksi relaps atau kambuhan dan juga kategori infeksi tb paru yang resisten
terhadap OAT.
Untuk itu penting untuk menegakkan diagnosa dengan tepat dan juga memastikan
penderita infeksi TB patuh menjalankan pengobatan sesuai anjuran agar pengobatan
dapat berjalan dengan baik, menghindari penularan pada orang lain dan juga
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat antituberkulosis. Untuk itu
penting juga untuk menjaga perilaku hidup bersih dan sehat pada kehidupan sehari-
hari.

Dosis Obat OAT

2.4.3 Terapi Diet TB paru


Pengaturan Makan dan Zat Gizi pada Tuberkulosis

TB menyebabkan atau memperburuk kondisi malnutrisi yang sudah ada sebelumnya


dan meningkatkan katabolisme. Pedoman WHO menyarankan pasien rawat
inap yang kekurangan gizi parah dapat meningkatkan risiko mortalitas.
Suplementasi makanan dianjurkan sampai pasien mencapai Indeks Massa
Tubuh (IMT) 18,5 kg/m2.5
Dalam jangka pendek, malnutrisi meningkatkan risiko infeksi dan perkembangan
awal infeksi untuk menghasilkan TB aktif. Dalam dalam jangka panjang,
malnutrisi meningkatkan risiko pengaktifan kembali penyakit TB.
Malnutrisi juga dapat menurunkan efektivitas rejimen obat anti-TB, yang
harus dipakai pasien beberapa bulan. Kemanjuran vaksin Bacillus Calmette-
Guerin (BCG) juga bisa terganggu oleh malnutrisi.4

NUTRISI.NUTRISI YANG DI BUTUHKAN PADA PENYAKIT TB PARU


Energi
Kebutuhan energi dan zat gizi protein meningkat karena terjadi infeksi bakteri pada
paru paru pada penyakit tuberkulosis. Rekomendasi energi untuk kekurangan gizi dan
pasien katabolik, 35 sampai 40 kkal / kg berat badan ideal (BBI). Untuk pasien
dengan infeksi lain seperti HIV, kebutuhan energi meningkat 20% sampai 30% untuk
mempertahankan berat badan.

Protein
Protein sangat penting dalam mencegah pemborosan jaringan otot dan asupannya dari
15% kebutuhan energi atau 1,2 sampai 1,5 g / kg BBI, dianjurkan asupan protein
sekitar 75 sampai 100 g per hari.

Vitamin dan Mineral


Suplemen multivitamin dan mineral yang menyediakan 50 – 150% dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sangat membantu, karena kebutuhan pasien tuberkulosis
meningkat yang tidak mungkin dipenuhi dengan diet saja. Zat gizi seperti vitamin A,
B, C dan E, seng, dan selenium biasanya tergolong kurang pada pasien TB. Ini sangat
penting untuk integritas respons imun. Defisiensi vitamin D biasa terjadi pada pasien
TB, yang terjadi karena asupan vitamin D kurang dan paparan sinar matahari yang
terbatas.6
Isoniazid adalah antagonis vitamin B6 (piridoksin) dan sering digunakan dalam
pengobatan TB. Oleh karena itu, 25 mg suplementasi B6 direkomendasikan pada
pasien TB. Penelitian telah mendokumentasikan peningkatan prevalensi anemia
dengan pasien TB, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Anemia
defisiensi besi merupakan penyumbang terpenting dalam perkembangan anemia pada
pasien TB. Bukti menunjukkan bahwa suplementasi zat besi mungkin berlebihan
berbahaya bagi pasien TBC, dan penggunaan terapi zat besi tidak direkomendasikan
secara universal.
4

2.5 Patofisiologi.FarmakologiDan Terapi Diet Pada Gangguan Pernafasan:Kanker


Paru

2.5.1 Patofisiologi Kanker Paru


Kanker paru primer terbagi menjadi dua jenis, yaitu kanker paru bukan sel kecil dan
kanker paru sel kecil. Kanker paru bukan sel kecil terdiri dari adenokarsinoma,
karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar.  Masing-masing dari kanker ini
memiliki patofisiologi yang berbeda. [1-3]
>Kanker Paru Bukan Sel Kecil
Paparan agen yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker paru. Di Amerika, perokok aktif berkaitan dengan 90%
kasus kanker paru. Paparan agen yang berasal dari lingkungan maupun pekerjaan
berkaitan dengan 9-15% kasus kanker paru. [1,3,4]
Asap rokok mengandung lebih dari 300 jenis zat yang berbahaya dan 40 diantaranya
merupakan karsinogen poten. Hidrokarbon poliaromatik dan nitrosamine ketone yang
berasal dari nikotin diketahui dapat menyebabkan kerusakan DNA dan
membentuk DNA adducts pada hewan coba. Benzo-A-pyrine juga menginduksi
pensinyalan molekular seperti Akt dan mutasi dari p53 dan tumor suppressor
gene lainnya. [1,3]
Faktor risiko lingkungan yang paling sering menyebabkan kanker paru adalah
asbestos. Berdasarkan studi, paparan radon berkaitan dengan 10% kanker paru dan
polusi udara luar berkaitan dengan 1-2% kasus. Penyakit paru seperti penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru dan tuberkulosis berkaitan dengan
peningkatan angka kejadian kanker paru. [1,3]
Abnormalitas genetik yang paling banyak berkaitan dengan kanker paru bukan sel
kecil adalah keluarga onkogen ras (rat sarcoma). Onkogen ras terdiri dari H-ras, K-
ras dan N-ras. Gen-gen ini mengkode protein dari permukaan dalam membran sel
melalui aktivitas guanosin trifosfat (GTP) yang berkaitan dengan transduksi sinyal.
Studi pada manusia menemukan bahwa aktivasi ras berkontribusi pada progresi tumor
pada penderita kanker paru. Mutasi gen ras terjadi terutama pada adenokarsinoma dan
ditemukan pada 30% kasus. Mutasi ini tidak ditemukan pada adenokarsinoma pasien
yang tidak merokok. Mutasi k-ras merupakan faktor prognostik yang bersifat
independen. Penelitian saat ini difokuskan pada pemberian terapi berdasarkan ada
tidaknya mutasi gen ras. [3]
>Adenokarsinoma
Adenokarsinoma berasal dari kelenjar mukosa bronkus dan merupakan kanker paru
bukan sel kecil yang paling sering ditemukan di Amerika (35-40% dari keseluruhan
kanker paru). Subtipe ini ditemukan paling banyak pada penderita yang tidak
merokok. Kanker ini biasanya muncul dari perifer paru,tetapi dapat pula muncul pada
lokasi jaringan parut, luka dan inflamasi. [1,3]
Karsinoma bronkoalveolar merupakan subtipe yang berbeda dari adenokarsinoma
dengan manifestasi klasik sebagai penyakit paru interstisial pada foto polos dada.
Subtipe ini dapat muncul sebagai nodul paru soliter, multifokal atau bentuk
pneumonik dengan progresifitas tinggi. Temuan karakteristik pada penderita stadium
terminal yaitu sputum encer dalam jumlah besar. [1,3]
>Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa mencakup pada 25-30% dari keseluruhan kasus kanker paru.
Kanker ini biasanya berawal dari bagian sentral paru. Manifestasi klasik dari kanker
ini adalah lesi kavitasi pada bronkus proksimal. Kanker ini juga sering berkaitan
dengan hiperkalsemia. [1,3]
>Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar berkaitan dengan 10-15%dari keseluruhan kasus kanker
paru.Kanker ini umumnya muncul sebagai massa besar di perifer paru pada foto polos
dada. [1,3]
>Kanker Paru Sel Kecil
Kanker paru sel kecil merupakan karsinoma neuroendokrin yang bersifat agresif,
tumbuh cepat, sangat sensitif pada kemoterapi dan radiasi, sering bermetastasis pada
fase dini dan sering menyebabkan gejala paraneoplastik. [1.2,5]
Kanker paru sel kecil berasal dari peribronkial dan menginfiltrasi submukosa bronkus.
Metastasis luas dapat terjadi pada onset awal dari penyakit ini, dengan penyebaran
tersering pada limfonodi mediastinum, hati, tulang, kelenjar adrenal dan otak.
Berbagai hormon peptida diproduksi oleh sel kanker dan menyebabkan sindrom
paraneoplastik, yang paling sering adalah syndrome of inappropriate secretion of
antidiuretic hormone (SIADH) dan syndrome of ectopic adrenocorticotropic
hormone production. Fenomena autoimun juga dapat menyebabkan gangguan
neurologik seperti lambert eaton syndrome. [1,2,5]

2.5.2 Farmakologi Kanker Paru


Pengobatan kanker paru-paru dilakukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, dan stadium kanker,
serta kondisi pasien secara keseluruhan. Ada beberapa metode pengobatan yang dapat
dilakukan dokter, yaitu

1. Operasi
Operasi dilakukan jika kanker masih berada di satu sisi paru-paru dan belum
menyebar ke sisi lain paru atau organ lain (stadium I dan II). Prosedur ini dilakukan
dengan mengangkat tumor dan sebagian jaringan sehat di sekitarnya. Tujuannya
adalah untuk untuk menghambat penyebaran sel kanker.
Berdasarkan penyebarannya, ada beberapa operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

 Segmentektomi
Jenis operasi ini dilakukan untuk mengangkat sebagian kecil dari salah satu paru-paru
yang terkena kanker. Prosedur ini hanya dilakukan pada kanker yang belum
menyebar atau berukuran sangat kecil.
 Lobektomi
Lobektomi dilakukan untuk mengangkat setengah bagian dari salah satu paru-paru
yang terkena kanker. Prosedur ini dilakukan pada kanker yang belum menyebar,
tetapi berukuran cukup besar.
 Pneumonektomi
Pneumonektomi dilakukan untuk mengangkat salah satu paru-paru secara
keseluruhan, bisa paru kanan atau paru kiri. Operasi ini dilakukan ketika kanker
berada di tengah rongga dada atau telah menyebar ke seluruh paru-paru.

Perlu diingat bahwa meskipun sebagian paru-paru telah diangkat, penderita kanker
paru-paru tetap dapat bernapas normal hanya dengan satu paru-paru.

2. Kemoterapi
Pada kanker paru stadium lanjut, kemoterapi dilakukan selama beberapa minggu atau
beberapa bulan untuk membunuh sel kanker, serta menghambat pertumbuhan dan
penyebaran sel kanker yang masih tersisa setelah operasi.
Kemoterapi juga dapat dilakukan sebelum operasi, untuk menyusutkan kanker
sehingga lebih mudah diangkat. Selain itu, kemoterapi juga berfungsi untuk
meredakan gejala kanker yang dialami pasien.

3. Radioterapi
Radioterapi dilakukan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa.
Ketika operasi tidak mungkin lagi dilakukan pada kanker paru stadium lanjut, maka
terapi radiasi bertujuan untuk meredakan gejala dan menghambat penyebaran kanker.

4. Terapi target
Terapi target adalah pemberian obat yang menyerang protein pertumbuhan dari sel-sel
kanker. Obat ini diberikan pada pasien kanker stadium lanjut, jika operasi dan
radioterapi sudah tidak efektif. Jenis obat terapi target untuk kanker paru-paru antara
lain erlotinib dan gefitinib.

5. Krioterapi
Krioterapi menggunakan gas bersuhu sangat dingin untuk menyusutkan tumor atau
membunuh sel kanker. Krioterapi dilakukan jika kanker telah menyumbat saluran
pernapasan sehingga menyebabkan pasien sulit bernapas.

6. Terapi ablasi
Terapi ini ditujukan pada penderita kanker paru-paru stadium awal. Terapi ablasi
menggunakan gelombang radio yang dapat menghasilkan panas untuk membunuh sel
kanker.

7. Terapi fotodinamik
Pengobatan ini ditujukan pada pasien kanker paru-paru stadium awal yang menolak
untuk menjalani operasi. Terapi fotodinamik menggunakan sinar laser untuk
menghancurkan sel kanker.

Anda mungkin juga menyukai