Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMUNOLOGI GIZI

IMUNITAS SALURAN PENCERNAAN

Disusun Oleh : OURA SALSABILA

Nim : P07131221019

Dosen Pembimbing : EVA FITRIANINGSIH S.TP. M.SI

KEMENTRIAN KESEHATAN POLTEKKE KEMENKES ACEH

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puji syukur atas rahmat dan karunia Allah swt, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dan selesai tepat
waktu.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang
membimbing kami dalam pengerjaan makalahh ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang selalu setia membantu dalam mengarahkan saya dalam pembuatan makalah
ini. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi syarat mat kuliah IMUNOLOGI GIZI.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui,
maka dari itu saya mohon saran dan kritik dari teman-teman dan dosen demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Banda Aceh, 11 maret 2023

Oura Salsabila
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian
2.1 Imunitas system pencernaan

3.1 Pengaruh probiotik pada system imun


4.1 Pengaruh mikrobiota dalam system kekebalan tubuh

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunitas atau kekebalan adalah kemampuan organisme multisel untuk melawan


mikroorganisme berbahaya atau pertahanan pada organisme untuk melindngi tubuh dari
pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh pathogen. Kekebalan melibatkan
komponen spesifik dan nonspesifik.

Tubuh manusia memiliki sistem imun yang mengatur mekanisme perlindungan terhadap
penyakit dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Mekanisme ini diperankan oleh jaringan limfoid, sel imun yang merupakan sel efektor khusus,
dan substansi kimia (seperti sitokin dan kemokin). Komponen-komponen tersebut akan berkerja
sama dalam menjaga kekebalan tubuh. Sistem imun ini terbagi menjadi dua yaitu sistem imun
bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Dua sistem ini saling
berinteraksi untuk menyediakan perlindungan dengan aktivasi dan proliferasi sel-sel efektor.

Saluran pencernaan merupakan salah satu organ terbesar imunitas dan memiliki berbagai
fungsi untuk tubuh. Saluran pencernaan yang sehat dikatakan sebagai salah satu kunci penting
yang dapat menentukan kualitas kesehatan seseorang, terutama pada penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan saluran pencernaan seperti diare. Diare merupakan salah satu masalah
masyarakat yang kompleks dan diare dapat mempengaruhi sistem kekebalan atau imunitas tubuh
manusia (Tari et al.,2020)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakseimbangan mikroflora dalam tubuh,


seperti pola konsumsi yang tidak sehat, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, gaya hidup
yang tidak seimbang, sanitasi yang kurang baik. Ketidakseimbangan mikroflora juga dapat
terjadi ketika pertumbuhan bakteri berlebihan. Hal ini menyebabkan infeksi atau inflamasi
terlokalisasi di usus, peningkatan permeabilitas usus dan gangguan sistem barier usus. Padahal
kondisi mikroflora yang seimbang di usus berperan secara signifikan dalam proses pencernaan,
sintesis vitamin K, dan sistem kekebalan tubuh (Tangapo, 2019).
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan pathogen, termasuk
virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Tubuh manusia memiliki sistem imun yang mengatur mekanisme perlindungan terhadap
penyakit dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Mekanisme ini diperankan oleh jaringan limfoid, sel imun yang merupakan sel efektor khusus,
dan substansi kimia (seperti sitokin dan kemokin). Komponen-komponen tersebut akan berkerja
sama dalam menjaga kekebalan tubuh. Sistem imun ini terbagi menjadi dua yaitu sistem imun
bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Dua sistem ini saling
berinteraksi untuk menyediakan perlindungan dengan aktivasi dan proliferasi sel-sel efektor.

Saluran pencernaan merupakan salah satu organ terbesar imunitas dan memiliki berbagai
fungsi untuk tubuh. Saluran pencernaan yang sehat dikatakan sebagai salah satu kunci penting
yang dapat menentukan kualitas kesehatan seseorang, terutama pada penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan saluran pencernaan seperti diare. Diare merupakan salah satu masalah
masyarakat yang kompleks dan diare dapat mempengaruhi sistem kekebalan atau imunitas tubuh
manusia (Tari et al.,2020)

Sistem pencernaan adalah serangkaian jaringan organ yang bekerja untuk mencerna
makanan. Selama dalam saluran pencernaan, makanan akan mengalami proses pencernaan, baik
secara mekanik maupun secara kimia. Pencernaan secara mekanik adalah proses pengubahan
makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk yang lebih kecil atau halus.Proses itu
terjadi di dalam mulut dengan bantuan gigi dan lidah. Pencernaan secara mekanik juga terjadi di
dalam lambung dengan bantuan gerak peristaltik dinding lambung, sehingga makanan seperti
diaduk. Sedangkan, pencernaan secara kimia adalah proses pengubahan zat makanan dari bentuk
yang kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan bantuan enzim pencernaan.

2.1 Imunitas system pencernaan

Sistem pencernaan manusia memiliki beragam fungsi selain menghaluskan dan menyerap
nutrisi makanan yang hanya mencakup sebagian fungsi saluran cerna. Saluran cerna merupakan
organ pertahanan dan kekebalan tubuh terbesar. Sekitar 70-80% perkembangan sel imun
dipengaruhi oleh saluran cerna. Saluran cerna kita yang memiliki luas permukaan sekitar 400
m2 memang sangat berpotensi menjadi tempat masuknya kuman, baik dari dalam maupun luar
tubuh, seperti lewat makanan yang kita konsumsi setiap hari.

Saluran cerna dapat melawan kuman tersebut melalui pertahanan mekanis, pertahanan
kimia, pertahanan imunitas, dan pertahanan biologi. Pertahanan mekanis terdiri dari lapisan sel
usus yang berfungsi melindungi saluran cerna dari invasi kuman dan lendir yang berfungsi untuk
menjebak kuman. Contoh pertahanan kimia adalah asam lambung yang dapat membunuh kuman
yang masuk dan enzim-enzim yang bersifat antibakteri. Sedangkan Imunoglobulin A (IgA), sel
darah putih, makrofag, sel pembunuh alami, plak Peyer, dan kelenjar getah bening
merupakan pertahanan imunitas. IgA berperan memblok perlekatan bakteri jahat pada lapisan
usus dan menetralisir zat racun serta virus. Gangguan pada komponen tersebut dapat
menimbulkan peradangan atau alergi. Ketika usus meradang, lapisan usus menjadi meregang dan
kurang kuat sehingga kuman akan mudah masuk. Sedangkan pertahanan biologi adalah adanya
bakteri baik di usus yang berperan membantu melawan kuman yang masuk.

Saluran pencernaan kita secara alami merupakan suatu area yang dikolonisasi oleh
berbagai macam bakteri dalam jumlah luar biasa banyak. jumlah bakteri yang mengkolonisasi
tubuh terutama dalam saluran pencernaan kita berjumlah 10 kali lipat dibandingkan jumlah sel
dalam tubuh. Sehingga bila dikalkulasikan maka sebenarnya 90% dari sel yang terdapat pada
tubuh kita adalah mikroorganisme. Mayoritas bakteri ditemukan pada usus besar (sekitar 1011-
12 bakteri/g). Sedangkan jumlah bakteri pada usus kecil lebih sedikit (sekitar 104-7 bakteri/ml).
Spesies yang dominan pada usus besar berasal dari golongan ibfidobacteria dan bacteroides
sedangkan lactobacilli dan streptococci mendominasi daerah usus kecil.

Tidak cukup menghadapi berbagai jenis bakteri itu saja, saluran pencernaan kita pun
terus menerus mengalami paparan sejumlah besar antigen dari makanan dan dari partikel-partikel
yang terhirup kemudian sampai ke dalam sistem pencernaan kita. Oleh karena itu, jelas
dibutuhkan suatu benteng pertahanan yang kokoh untuk menghadapi semuanya itu dan bukanlah
menjadi suatu hal yang mengejutkan apabila ternyata 80% sistem imun tubuh kita ditemukan di
sekitar area saluran pencernaan dan terutama pada sekitar usus kecil.

Ketika awal diperkenalkan, probiotik dimaknai sebagai makanan tambahan (food


supplements) yang bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan seseorang dan didefinisikan
sebagai suatu mikro-organisme dan substansi yang bertujuan memperbaiki keseimbangan mikro-
organis- me dalam usus. Pada perkembangan selanjutnya, probiotik didefinisikan sebagai mikro-
organisme hidup dalam bentuk makanan tambahan yang memberikan keuntungan melalui
kemampuan memodulasi mukosa, aktivitas imun sistemik dan fungsi epitel. FAO (the Food
Agriculture Organization) dan WHO (World Health Organization) men- definisikan probiotik
sebagai mikro-organisme hidup yang apabila diberikan dalam jumlah cukup bermanfaat
memperbaiki kesehatan inang.

Cara kerja probiotik

Usus merupakan sumber makanan yang berlimpah sehingga teori mengenai persaingan
antar mikroorganisme nampaknya tidak dapat diterima, namun perlu diingat bahwa
keberlangsungan mekanisme persaingan dengan mikro-organisme patogen hanya memerlukan
pelibatan satu jenis nutrient. Temuan penelitian in vitro menunjukkan mikro-organisme usus
dalam bentuk koloni bersaing secara lebih efisien terhadap C. difficile berkaitan dengan
monomeric glucose, N-acetyl-glucosamine dan asam salisilat.

Cara kerja bakteria probiotik dalam mendesak pertumbuhan bakteri penyebab penyakit
nampaknya diawali dari pengaruh kerjanya terhadap sistem imun. Pada dekade belakangan
ditemukan bahwa lactobacilli yang dimakan dapat menstimulasi aktivitas makrofag terhadap
beberapa spesies bakteri yang berbeda. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh absorbsi antigen
atau translokasi lactobacilli melalui dinding usus langsung ke peredaran darah untuk kemudian
menstimulasi makrofag. Penelitian membuktikan bahwa lactobacilli yang disuntikkan intravena
ditemukan hidup dalam hati, limpa dan paru disertai aktivitas NK-cell yang meningkat.

3.1 Pengaruh probiotik pada system imun

Sistem imun dalam usus.

Sekitar 80% dari total sel yang memproduksi imunoglobulin dalam tubuh manusia berada
dalam lamina propria usus. Enterosit (intestinal epithelial cells, IEC) merupakan sel
imunokompeten yang berperan pada berbagai reaksi lokal terhadap mikro-organisme patogen
(22). Interaksi enterosit dengan faktor-faktor sekitar selain mengaktivasi proses enzimatik
terhadap antigen makanan juga mengaktivasi ekspresi molekul adesi, MHC kelas I dan II,
presentasi antigen terhadap limfosit, produksi sitokin, transportasi sIg (secretory
immunoglobulins) dan kompleks imun dengan sIgA. Sel imunokompeten yang lain adalah
makrofag dan sel dendrit yang memegang peran penting dalam melindungi tubuh terhadap
antigen di tingkat mukosa.

Sistem imun seluler yang teraktivasi oleh kehadiran mikro-organisme probiotik akan
meningkatkan produksi IgA (imunoglobulin A) yang berperan pada sistem imun mukosa.
Sintesis IgA tergantung pada sel T dan sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang teraktivasi.
Faktor yang mempengaruhi kerja limfosit dan produksi imunoglobulin yang bertanggungjawab
terhadap timbulnya penyakit antara lain adalah nutrisi, aktivitas fisik, tidur, emosi, umur, jenis
kelamin, ritme sirkadian, temperatur tubuh, obat-obatan dan penyakit yang sedang diderita.

Nutrisi enteral (NE) memegang peran penting dalam mengontrol reaksi fase akut dan
respons imun di samping sebagai pemasok kalori. Temuan penelitian menunjukkan adanya
peningkatan parameter imun seperti aktivitas sel NK (natural killer), jumlah limfosit, respons
terhadap PHA (phytohemagglutinin) pada kelompok yang memperoleh nutrisi enteral (kelompok
NE) dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh nutrisi parenteral (kelompok NP). Secara
klinis, kelompok NE juga menunjukkan perbaikan dalam kasus seperti SIRS (systemic
inflammatory response syndrome), sepsis, MOF (multi organs failure) dan durasi rawat di ICU
(intensive care unit). Konsumsi asam lemak jenuh terbukti mempengaruhi respons imun,
menghambat fungsi makrofag dan lebih mengaktivasi respons Th2 dibandingkan dengan respons
Th1. Dilaporkan bahwa pemberian probiotik dapat membantu menurunkan kolesterol melalui
peningkatan aktivitas hidrolase garam empedu yang diikuti oleh peningkatan ekskresi kolesterol.

Salah satu aktivitas mikroorganisme baik di dalam saluran pencernaan manusia adalah
menstimulasi sistem imun. Walaupun demikian, sebenarnya mekanisme bakteri baik dalam
menstimulasi sistem imun sangatlah kompleks dan hingga saat ini masih banyak hal yang belum
dapat dijelaskan secara rinci. Namun, suatu model untuk menjelaskan sistem yang rumit ini telah
berhasil disusun oleh sekelompok tim peneliti dari Argentina yang beranggotakan Galdeano dkk.
Ada 3 mekanisme yang diajukan oleh mereka, yaitu:
1. Probiotik mengalami kontak secara langsung dengan sel-sel epitel saluran pencernaan (IEC),
yang mensekresikan berbagai sitokinin seperti Interleukin-6 (IL-6) dan menginisiasi
komunikasi dengan sel-sel imun di sekitarnya.
2. Melalui sel-sel epitel terspesialisasi yaitu sel-sel M (MC) yang ada di sepanjang saluran
pencernaan. Makrofage (MQ) atau sel-sel dendritik (DC) adalah sel-sel pertama di bawah
sel-sel M yang secara langsung mengalami kontak dengan probiotik atau fragmen-fragmen
antigennya dan menghasilkan sitokinin.
3. DC pada lamina propria saluran pencernaan ditemukan dapat memanjangkan dendrit mereka
di antara IEC dan mungkin dapat secara langsung mengambil sampel dan memproses
probiotik pada lumen saluran pencernaan.

Bakteri baik yang hidup maupun mati dapat memberikan efek stimulasi imun yang sama
secara in vitro. Untuk beberapa efek imunomodulasi memang diperlukan integritas sel dalam hal
ini berarti sel yang masih hidup, tetapi untuk beberapa kasus yang lain, komponen-komponen
bakteri tersebut sudah merupakan stimulan dengan sendirinya. Sel-sel hidup memang lebih
disukai karena dengan demikian dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam saluran
cerna. Sejauh ini komponen aktif dari bakteri yang diduga dapat memberikan efek
imunomodulasi adalah DNA dan komponen dinding selnya.
4.1 Pengaruh mikrobiota dalam system kekebalan tubuh

Saluran cerna merupakan rumah bagi triliunan mikroba yang terdiri dari berbagai macam
jenis. Kumpulan mikroba yang hidup di tubuh disebut dengan mikrobiota. Hubungan timbal
balik yang dibentuk oleh mikrobiota dan saluran cerna memiliki peran besar dalam
perkembangan imun saluran cerna. Mikrobiota usus juga memiliki dampak besar terhadap
kesehatan dan kekebalan tubuh secara umum diluar sistem pencernaan seperti perannya dalam
proses metabolisme, kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta saraf. Mikrobiota juga
berkontribusi pada penyesuaian respon imun seperti meningkatkan toleransi terhadap mikroba
yang tidak berbahaya, dan membantu menjaga toleransi diri (kemampuan sistem kekebalan
untuk tidak bereaksi merugikan diri sendiri.

Mikrobiota dan sistem kekebalan usus dimulai dengan bakteri komensal yang
mempromosikan lingkungan anti inflamasi (gambar diatas). Dalam konteks simbiosis, MAMP
terus merangsang IEC untuk keluarkan regenerasi γ REGIII ke lumen, timus stroma
lymphopoietin (TSLP), IL-33, IL-25, dan pertumbuhan tumor faktor β (TGF- β) di bawah epitel.
Penengah imunologi mendorong perkembangan makrofag tolerogenic dan DC tolerogenik
(Maynard et Al., 2012). DC tolerogenik menghasilkan TGF- β dan asam retinoat (RA) yang
merangsang perkembangan sel-sel peraturan T.Dengan demikian, melalui sel-sel Treg (yang
menggunakan mekanisme beragam regulasi), makrofag (yang menghasilkan IL- 10), dan DC
tolerogenik,sistem kekebalan mampu usus membangun dan memelihara lingkungan anti
inflamasi. Imunoglobulin ini mampu mencegah pengikatan bakterikomensal pada epitel inang
dan dengan demikian terlibat dalam pembentukan usus mikrobiota (Macpherson et al., 2012).

Dalam konteks disbiosis, kehadiran patogen dapat mengganggu lingkungan anti-


inflamasi diatur ini. Ketika patogen enteric mengatasi bakteri komensal, ke mangkuk antara
komensal dan bakteri patogen menyebabkan siang yang signifikan dari MAMP. Peningkatan
MAMPs ini dapat menginduksi IEC, DC diaktifkan, dan makrofag untuk mengeluarkan sitokin
inflamasi seperti IL-1 β, IL -6, IL-12, dan IL-23. .Sitokin ini merangsang perkembangan efektor
CD4 T pembantu 1 (TH1) sel dan sel TH17 (yang memproduksi IL-17A, IL-17F, dan IL-22)
yang mengakibatkan perih kronis (Maynard et al .,2012). Dalam konteks ini, IL -22 sitokin
memiliki peran penting. Molekul ini, diprodkamuksi oleh sel TH17 Dsebuah oleh sel kekebalan
bawaan (seperti NK-sel dansel γδ T), bertindak pada sel -sel epitel usus dengan menginduksi
ekspresi beberapa AMP sebagai γ REGIII dan β REGIII yang secara langsung mempengaruhi
mikrobiota.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Saluran pencernaan merupakan salah satu organ terbesar imunitas dan memiliki berbagai
fungsi untuk tubuh. Saluran pencernaan yang sehat dikatakan sebagai salah satu kunci penting
yang dapat menentukan kualitas kesehatan seseorang, terutama pada penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan saluran pencernaan seperti diare. Diare merupakan salah satu masalah
masyarakat yang kompleks dan diare dapat mempengaruhi sistem kekebalan atau imunitas tubuh
manusia (Tari et al.,2020).

Sistem pencernaan manusia memiliki beragam fungsi selain menghaluskan dan menyerap
nutrisi makanan yang hanya mencakup sebagian fungsi saluran cerna. Saluran cerna merupakan
organ pertahanan dan kekebalan tubuh terbesar. Sekitar 70-80% perkembangan sel imun
dipengaruhi oleh saluran cerna. Saluran cerna kita yang memiliki luas permukaan sekitar 400
m2 memang sangat berpotensi menjadi tempat masuknya kuman, baik dari dalam maupun luar
tubuh, seperti lewat makanan yang kita konsumsi setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA
(PENGARUH PROBIOTIK PADA RESPON IMUN EFFECTS OF PROBIOTICS ON IMMUNE
RESPONSE Djoni Djunaedi Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unibraw /
RSU Dr. Saiful Anwar Malang, n.d.)

(Hasibuan & Kolondam, 2017)Hasibuan, F. E. B., & Kolondam, B. J. (2017). Interaksi Antara
Mikrobiota Usus Dan Sistem Kekebalan Tubuh Manusia. Jurnal Ilmiah Sains, 17(1), 35.
https://doi.org/10.35799/jis.17.1.2017.15221

PENGARUH PROBIOTIK PADA RESPON IMUN EFFECTS OF PROBIOTICS ON IMMUNE


RESPONSE Djoni Djunaedi Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unibraw /
RSU dr. Saiful Anwar Malang. (n.d.).

rujukan web. 2020. saluran cerna sehat. Yayasan Gastroenterologi Indonesia. jakarta pusat
diakses tanggal 15 maret 2023 http://ygi.or.id/benarkah-kondisi-saluran-cerna-kita-
memengaruhi-sistem-kekebalan-tubuh/

Jayadi, alpian, S.Kep., Ns.,M.Imun. 2019. Kaitan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
dengan probiotik. Surabaya : Stikes Surabaya

diakses tanggal 15 maret 2023 https://stikessurabaya.ac.id/2019/04/10/kaitan-sistem-kekebalan-


tubuh-atau-sistem-imun-dengan-probiotik/

Anda mungkin juga menyukai