Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERANAN GIZI DALAM SISTEM IMUN DAN INFEKSI

NAMA : VIRA DELVIANA SARURAN


NIM : 1910057
KELAS : B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA MAKASSAR


TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental.
Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.
Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat
gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu.
Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan
makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor
tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan pengetahuan tentang
gizi anak tersebut.
Peningkatan pengetahuan tentang gizi dapat dilakukan dengan program
pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat
memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap
kebiasaan makannya.
Secara umum diterima bahwa gizi merupakan salah satu determinan penting
respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa
kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan resiko penyakit
infeksi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh gizi pada sistem imun dan infeksi?

C. Tujuan
Mengetahui pengaruh gizi pada sistem imun dan infeksi.

BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum diterima bahwa gizi merupakan salah satu faktor penentu penting
respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa
kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan risiko infeksi
penyakit. Sanitasi dan kebersihan perorangan yang buruk, kepadatan penduduk
yang tinggi, kontaminasi pangan dan air, dan pengetahuan gizi yang tidak
berkontribusi terhadap kerentanan terhadap penyakit infeksi. Berbagai yang
dilakukan selama kurun waktu 35 tahun yang lalu membuktikan bahwa gangguan
imunitas adalah suatu faktor penelitian antara gizi dengan penyakit infeksi1 (Unicef,
1997).
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh, ada 2 pengelompokan besar dari zat
gizi yaitu zat gizi Makro dan zat gizi Mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang
dibutuhkan dalam jumlah besar. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi adalah
karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi makro ini biasanya menggunakan satuan
gram. Zat gizi mikro merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
atau sedikit. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan
vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan
vitamin. Contoh zat gizi mikro di antaranya adalah beragam jenis vitamin mulai dari
vitamin A, B, C, D, E, K dan berbagai jenis mineral seperti zat besi, yodium, seng,
dsb.

1. Zat Gizi Makro


Zat Gizi makro yang eratnya dengan status gizi dan imunitas adalah energi dan
protein. Energi itu sendiri berasal dari sumbangan besar dari protein, karbohidrat
dan lemak disamping sumbangan kecil dari vitamin dan mineral. Dampak nyata
kekurangan energi dan protein adalah timbulnya penyakit infeksi, terutama pada
bayi dan anak-anak berdasarkan penelitian secara luas. Intervensi gizi (energi dan
protein) pada bayi dan anak-anak dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
di Asia dan Amerika Latin. Berbagai penelitian juga telah meyakinkan bahwa
menunjukkan bahwa peranan gizi pada penurunan angka kematian dan kematian ini
adalah melalui perbaikan pada fungsi imunitas. Kekurangan energi protein, misalnya
yang berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel, fungsi fagosit,
komplemen sistem,

2. Zat Gizi Mikro


Seperti telah datang di depan bahwa zat gizi mikro termasuk vitamin dan
mineral. Vitamin adalah komponen organik yang diperlukan dalam jumlah kecil,
namun sangat penting untuk reaksi-reaksi metabolik di dalam tubuh dan sel, serta
diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa vitamin
berfungsi sebagai koenzim yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya
reaksi-reaksi kimia yang esensial atau penting di dalam tubuh. Sebagian besar
koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein.
Mineral terutama mikro terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di tubuh, namun
mempunyai peran penting untuk kehidupan dan kesehatan. Salah satu peran
penting dari vitamin dan mineral tersebut yaitu dalam mempertahankan sistem tubuh
yang sehat. Contoh zat gizi mikro di antaranya adalah beragam jenis vitamin mulai
dari vitamin A, B, C, D, E, K dan berbagai jenis mineral seperti zat besi, yodium,
seng, dsb.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar vitamin dan seluruh mineral tidak dapat
disintesa oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan terutama buah, sayur
dan pangan hewani. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral ini maka
diperlukan konsumsi makanan yang seimbang dan beragam. Dalam kenyataannya
pada kondisi tertentu tidak semua vitamin dan mineral yang berasal dari makanan
dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan, maka pada kondisi seperti ini dapat
dipenuhi dengan konsumsi suplementasi vitamin dan mineral. Kelompok dengan
kondisi tersebut di atas disebut juga kelompok rawan termasuk kelompok lansia,
anak-anak, kelompok individu dengan kondisi sosial ekonomi rendah, pengungsi,
penduduk dalam kondisi darurat dan wanita hamil serta wanita usia subur
(WUS). Kelompok lain yang memerlukan tambahan vitamin dan mineral adalah
perokok,

Lalu Apa Sistem Imun Tubuh Itu?


Secara singkat, imunitas dapat diartikan sebagai pertahanan tubuh terhadap
penyakit infeksi. Pertahanan tubuh (imun) memiliki dua sistem, yaitu sistem
pertahanan tubuh bawaan (sistem imun bawaan) yang bersifat nonspesifik dan
sistem pertahanan tubuh adaptif (sistem imun adaptif) yang lebih spesifik.

saya. Sistem imun bawaan (sistem imun bawaan) atau sistem imun nonspesifik
Secara alami, manusia telah dianugerahi sistem pertahanan tubuh untuk melawan
penyakit sejak peningkatan. Sistem tersebut dikenal dengan sistem pertahanan
tubuh bawaan (sistem kekebalan bawaan). Sistem imunitas bawaan ini berada di
garis depan (front liner) perlawanan terhadap penyakit dan reaksinya sangat cepat
(dalam hitungan menit).
Sistem imunitas bawaan memiliki empat komponen yang akan bekerja saat ada
serangan patogen, yaitu:
1. Pembatas alami (natural barrier), seperti kulit dan membran mukus.
2. Pertahanan sel, seperti sel neutrofil, makrofag, natural killer (NK), dan mast cell.
3. Mediator Zat terlarut yang segera diaktivasi tubuh yang melihat ada patogen yang
masuk. Zat tersebut antara lain kinin, sitokin, dan interferon.
4. Pattern recognition molecule, yang memiliki reseptor terhadap keberadaan
patogen seperti toll-like-receptors TLRs, retinoic acid-inducible gene I (RIG-I; juga
dikenal sebagai DDX58), dan NOD-like receptors (NLRs)

Gambar 1. Komponen sistem pertahanan tubuh bawaan (bawaan)

Sistem imunitas bawaan bersifat tidak spesifik terhadap patogen yang masuk ke
dalam tubuh dan tidak memiliki memori jangka panjang mengenai patogen apa yang
pernah dilawan.

ii. Sistem imun adaptif


Jika ada patogen (benda asing yang dapat masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan penyakit infeksi seperti virus, bakteri, atau parasit), maka sistem imun
bawaan (bawaan) selanjutnya akan mengirimkan sinyal kepada sistem imun adaptif
untuk bekerja sama. Tidak seperti sistem imun bawaan, sistem imun adaptif ini
memiliki memori jangka panjang terhadap patogen spesifik yang pernah lawan. Oleh
sebab itu, seseorang yang pernah sembuh dari penyakit cacar, maka hidup
hidupnya dia akan terlindungi sepanjang hidupnya dari penyakit yang sama karena
adanya sistem imunitas adaptif.
Seorang bayi yang terlahir dengan gangguan sistem imun adaptif yang parah,
berisiko mengalami kematian karena infeksi patogen. Oleh sebab itu, bayi tersebut
memerlukan isolasi dan perawatan intensif untuk mencegah penularan penyakit.
Zat satu yang mampu respon sistem imun adaptif disebut sebagai antigen
(generator antibodi). Berkat kemajuan IPTEK, kini sistem pertahanan tubuh adaptif
dapat diperoleh secara buatan dengan proses memasukkan zat asing yang tidak
berbahaya ke dalam tubuh. Proses ini kita kenal dengan imunisasi.
Garis besar, respon sistem imun adaptif ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
respon antibodi dan respon imun yang dimediasi sel (respon imun yang dimediasi
sel). Kedua tanggung jawab tersebut dibawa oleh limfosit untuk membunuh patogen
sasaran.
Sebuah. Respon antibodi, dibawa oleh limfosit yang bernama B-cell. Jika diaktifkan,
sel B ini dapat mengeluarkan antibodi yang dikenal dengan nama
imunoglobulin. Imunoglobulin dapat diambil di dalam aliran darah dan dapat masuk
ke dalam cairan tubuh lainnya, berfungsi untuk mematikan virus dan racun mikroba
dengan cara yang menghalangi mereka untuk berikatan dengan sel inang. Selain itu,
antibodi juga dapat merusak patogen sehingga memudahkan sistem imun bawaan
(bawaan), terutama sel fagosit, untuk melahap patogen yang telah dilumpuhkan
tersebut.
b. Respon imun yang dimediasi sel, dibawa oleh limfosit yang bernama T-cell. T-cell
dapat diaktifkan dan secara langsung akan menyerang sel inang yang memiliki
antigen satu orang. Jadi, fungsi dari T-cell ini utamanya adalah untuk mengeliminasi
sel yang terinfeksi sebelum si virus dapat bereplikasi menjadi banyak. Selain itu, T-
cell juga dapat menghasilkan molekul sebagai sebuah sinyal untuk mengaktifkan
makrofag yang dapat memusnahkan fagosit yang telah mengikat mikroba asing.

Gambar 2. Limfosit yang membawa respon sistem imun adaptif, respon baik antibodi
maupun respon yang dimediasi sel. Limfosit akan bereaksi dengan adanya infeksi
virus, dengan 2 cara:
1) Sel B akan mengeluarkan antibodi yang menetralkan virus dengan cara
mencegah virus bersatu dengan sel inang.

2) T-cell akan membunuh sel inang yang terinfeksi virus untuk mencegah bereplikasi
virus.

Lalu Apa saja Zat Gizi Itu?

Zat gizi merupakan penentu penting bagi respons imunitas. Perbaikan pada fungsi
imunitas merupakan faktor antara gizi pada pencegahan penyakit infeksi. Gizi dan
penyakti infeksi secara sinergistis. Penelitian banyak yang menghasilkan paradigma
baru, antara gizi (diet) dan patogen (agen), yaitu diet diketahui mempengaruhi agen
(misalnya terjadi mutasi virus) seperti Covid seperti sekarang ini.

1. Protein
Ketika sedang sakit dan imunitas atau daya tahan tubuh menurun, diminta untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung protein. Protein mampu mendongkrak
pemesanan sel-sel yang dibutuhkan untuk melawan penyakit. Untuk pencegahan
maka amannya protein hewani maupun nabati harus selalu ada dalam makanan
kita. Protein yang berasal dari hewani seperti telur, daging ayam, ikan laut atau ikan
tawar, daging sapi, daging kerbau dan lain-lain. Sedangkan pangan yang berasal
dari protein nabati adalah dari kacang-kacangan dan olahannya seperti kacang
hijau, kacang merah, kacang kedelai, tahu dan tempe.
Pangan tanaman mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mempunyai mutu
zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral yang lebih baik, karena kandungan zat gizi
tersebut lebih banyak dan mudah diserap tubuh. Tetapi pangan hewani yang
mengandung tinggi kolesterol (kecuali ikan) dan lemak. Lemak dari daging dan
unggas lebih banyak mengandung lemak jenuh. Kolesterol dan lemak jenuh
diperlukan tubuh terutama pada anak-anak tetapi perlu dibatasai asupannya pada
orang dewasa.
Protein pangan nabati keunggulan keunggulan mengandung lemak tidak jenuh yang
lebih banyak dibanding pangan hewani. Juga mengandung isoflavon, yaitu
kandungan fitokimia sebagai antioksidan serta anti kolesterol. Konsumsi kedelai dan
tempe terbukti dapat menurunkan kolesterol dan mampu menangkal racun dan
radikal bebas dalam tubuh
2. Vitamin A
Dalam lingkungannya dengan fungsi imunitas vitamin yang menarik perhatian dan
yang sering menjadi fokus penelitian adalah vitamin A, vitamin E, vitamin C, dan
kelompok vitamin B. Di antara vitamin tersebut, vitamin A adalah yang paling luas
diteliti.
Vitamin A mempunyai peran penting dalam pemeliharaan sel epitel. Sel epitel
merupakan salah satu jaringan tubuh yang terlibat didalam fungsi imunitas non-
spesifik. Imunitas non-spesifik melibatkan pertahanan fisik seperti kulit, selaput
lendir, silia saluran nafas. Kita tahu bersama bahwa virus novel corona ini atau
Covid-19 akan membahayakan kesehatan manusia bila sudah berada dalam saluran
pernafasan. Jika vitamin A cukup, maka pertahanan dan kesehatan saluran nafas
juga menjadi optimal. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak
kekurangan vitamin A yang menderita penyakit penyakit pernafasan dan mengalami
keparahan penyakit diare. Vitamin A secara luas pada fungsi imunitas. Vitamin A
sangat penting untuk memasukkan integritas integritas, termasuk epitel usus.
Beberapa sumber Vitamin A yang banyak kita jumpai adalah semua sayuran
berwarna seperti wortel, bayam, kangkung, labu kuning, cabe merah. Vitamin A
yang mudah diserap banyak terdapat pada kuning telur, mentega, hati ayam dan
minyak ikan. Vitamin A tidak berfungsi sebagai penjaga kesehatan mata, namun
juga sebagai tentara untuk menjaga daya tahan tubuh kita.

3. Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks adalah vitamin B yang terdiri dari delapan jenis yaitu B1 (tiamin),
B2 (riboflavin), B3 (niacin), B5 (pantothenic acid), B6 (pyridoxine), B7 (biotin), B9
( asam folat) dan B12 (cobalamin). Setiap jenis vitamin B bermanfaat untuk
mendukung kinerja tubuh kita. Vitamin B memiliki peran masing-masing dalam
fungsinya dalam metabolisme tubuh sehingga tidak dapat meningkatkan ketahanan
tubuh. Yang paling sering memiliki kontribusi besar dalam imunitas adalah B3, B6
dan B9 serta B12 Vitamin B kompleks sangat dibutuhkan oleh ibu hamil selama
kehamilannya.
Sebuah. Vitamin B1 (Tiamin) memiliki fungsi untuk meningkatkan energi. Vitamin ini
mendorong sel tubuh agar memproduksi energi. Selain itu, manfaat lainnya adalah
untuk kesehatan jantung dan metabolisme karbohidrat.
b. Vitamin B2 (Riboflavin) tidak dapat diandalkan untuk melindungi tubuh dari
sejumlah penyakit berbahaya seperti kanker atau katarak.
c. Vitamin B3 (Niacin) bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol, mengurangi
depresi dan mengatasi masalah sendi.
d. Vitamin B5 (Asam Panthothenate) berkhasiat untuk mengatasi mengatasi,
meningkatkan sistem saraf dan Metabolisme, serta mengurangi alergi.
e. Vitamin B6 (Pyridoxine) untuk membantu produksi sel darah merah. Selain itu
juga dapat meringankan gejala darah tinggi.
f. Vitamin B7 (Biotin) merupakan vitamin yang berperan dalam pelepasan energi dari
karbohidrat. Vitamin ini juga berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku.
g. Vitamin B9 (Asam Folat) berperan penting membentuk hemoglobin,
perkembangan janin dan perawatan anemia.

Vitamin B3 banyak terdapat pada susu, telur, ikan, kacang-kacangan dan


daging. Sedangkan vitamin B12 sangat membantu kesehatan saluran pencernaan
dan sistem imunitas. Vitamin B6 ada terdapat pada ikan, ayam, hati ayam, salmon,
coklat, kentang, daging sapi, nasi dan beras yang sedikit berwarna. Vitamin B12
banyak terdapat pada susu, telur, keju, ikan makarel, daging, kuning telur dan
tempe.

4. Vitamin C
Vitamin C dikenal sebagai antioksidan yang membantu menetralisir radikal
bebas. Vitamin C sebagai antioksidan karena kemampuannya dalam mereduksi
beberapa reaksi kimia, salah satunya vitamin C mampu mereduksi spesies oksigen
reaktif (SOR). Vitamin C juga berperan sebagai elektron donor. Kemampuan vitamin
C sebagai elektron donor membuat vitamin C menjadi sangat efektif sebagai
antioksidan karena vitamin C dapat dengan cepat memutus rantai reaksi SOR
(Spesies Oksigen Reaktif) dan SNR (Spesies Nitrogen Reaktif).
Peran vitamin C di dalam sistem imun terkait erat dengan peran vitamin C sebagai
antioksidan. Oleh karena vitamin C mudah mendonorkan elektronnya ke radikal
bebas maka sel-sel termasuk sel imun terlindung dari kerusakan yang disebabkan
oleh radikal bebas. Sumber vitamin C banyak terdapat pada sayuran dan buah
terutama adalah pada jambu biji, pepaya, brokoli, cabe merah, strawberry, lemon,
jeruk dan kiwi.

5. Vitamin E
Vitamin E sering disebut sebagai vitamin antioksidan. Hal ini dikarenakan perannya
untuk menangkal radikal bebas. Karena kemampuannya menahan tekanan radikal
oksidatif ini pula vitamin E disebut sebagai vitamin antipenuaan.
Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga dikenal sebagai zat gizi penting untuk
pencegahan penyakit infeksi. Penelitian pada berbagai jenis hewan coba
menunjukkan bahwa vitamin yang berkaitan dengan peningkatan fungsi imunitas
(Bendich, 1990 dalam Pallast et al., 1999). Sumber vitamin E ada terdapat pada
minyak bunga matahari, minyak wijen, minyak kelapa sawit, minyak kacang kedelai,
minyak zaitun, minyak kacang tanah.

6. Mineral Selenium
Selenium (Se) adalah suatu zat gizi mikro (trace element) yang sangat esensial
pada sejumlah protein yang berkaitan dengan fungsi enzim, termasuk glutasi
peroksidase, glutasi reduktase, dan tioredoksin reduktase. Selenoprotein (ikatan
antara Se dan protein) tidak bisa memainkan peran penting sebagai enzim
antioksidan (selenosistein) (Beck, 2001). Selenium berperan penting dalam fungsi
imunitas. Selenium mempengaruhi baik sistem imunitas bawaan, nonadaptif, dan
buatan (aquired). Selain itu, mempengaruhi fungsi neutrofil (Arthur, 2003).

7. Mineral Zinc
Mikromineral lain yang tak kalah pentingnya pada fungsi imunitas adalah seng
(Zn). Asupan zinc merupakan faktor penting pada modulasi respons imunitas
berperantara sel. Kekurangan seng berdampak pada penurunan respons, pesanan
antibodi dalam limfa (Chandra dan Au, 1980). Kekurangan zinc juga berkaitan
dengan respons imunitas yang diindikasikan oleh kuantitas limposit dalam darah
perifer, proliferasi T-limfosit, pelepasan IL-2, atau citotoksik limposit (Keen dan
Gerswhin, 1990).
Suplemetasi zinc pada orang tua yang kekurangan seng dapat memperbaiki respons
imunitas (Lesourd, 1997). Suplementasi zinc bersama-sama dengan mikromineral
lain (selenium dan kuprum) juga menurunkan infeksi bronchopneumonia dan
mempersingkat waktu rawat pasien yang menderita luka bakar (Berger et al., 1998).
Beberapa bahan makanan yang kaya zinc adalah kerang-kerangan, daging merah,
kacang kacangan, produk susu seperti yogurt dan keju, telur, biji-bijian utuh seperti
kuaci, kacang kemiri, kentang dan cokelat hitam.

8. Mineral Fe
Seperti kita ketahui bahwa zat besi berperan dalam sintesa hemoglobin dan yang
terkait erat dengan masalah anemia. Peranan zat besi berhubungan dengan
kemampuannya dalam reaksi oksidasi dan reduksi, zat besi merupakan unsur yang
sangat reaktif sehingga mampu dapat oksigen. Sebagian besar zat besi berada
dalam hemoglobin, hemoglobin didalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke
paru-paru untuk dikeluarkan tubuh, selain itu zat besi juga digunakan dalam imunitas
dan pemesanan sel-sel limfosit. Disamping itu dua protein pengikat besi yaitu
transferin dan laktoferin yang dapat mencegah terjadinya infeksi dengan cara yang
masuk dari mikroorganisme, karena besi yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk berkembang biak.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang maksimal dalam
menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebutkan kapasitas kerja orang
dewasa. Namun apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka
orang akan bekerja dibawah kapasitas kerja seharusnya. Secara keseluruhan
kandungan energi yang rendah dalam makanan akan membawa dampak berupa
penurunan kegiatan otot, efisiensi kerja otot rendah dan lama waktu bekerja
berkurang. Dengan adanya gangguan ini maka kapasitas kerja secara keseluruhan
menjadi berkurang dan keadaan ini tentunya akan menyebabkan penurunan
produktivitas kerja.

B.Saran
Hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan
status gizi kerja dengan tidak mengganti jatah makan tambahan dengan
uang makan sehingga program gizi kerja dapat tercapai serta mengadakan
penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
 Kerangka kesehatan konseptual 1997
 Jurnal departemen kesehatan USU

Anda mungkin juga menyukai