Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMUNOLOGI REPRODUKSI DAN ANTIBODY ANTISPERMA

Dosen Pengampu : Bd. Peny Ariani, S.S.T., M. Keb

Oleh :

Kelompok 7

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN INSTITUT


DELI HUSADA DELITUA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendamping presentasi kami
tentang Imunologi Reproduksi dan Antibody Antisperma ini. Shalawat serta salam kita haturkan
kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang atas perjuangan beliau sehingga kita dapat tetap
hidup dibawah naungan cahaya rahmat dan dapat terus menuntut ilmu guna mendapat derajat
kemuliaan di sisi-Nya serta dapat lebihmengenal hakikat-Nya. Makalah ilmiah ini telah kami
susun dan kami rangkai dengan baik dan benar guna melengkapi tugas presentasi kami pada
mata kuliah Genetika dan Reproduksi.

Kami harap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca guna menambah
pengetahuan.Terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah berperan membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini, serta permohonan maaf atas makalah yang
memilikibanyak kekurangan dan kesalahan ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dengan baik
bagi para pembacanya dan dapatbermanfaat, baik untuk kami dari tim penyusun maupun bagi
para pembaca. Sebelumnyakami memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan.
Maka dari itu, kamimohon kritik dan sarannya untuk perbaikan kami kedepannya.demi
perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.2 Imunologi Reproduksi
2.3 Antibody Antisperma

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya peningkatan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan berbagai virus atau antigen
spesifik lainnya dewasa ini sangat perlu mendapat perhatian serius. Biosintesis Immunoglobulin
sebagai protein yang mempunyai aktifitas antibodi untuk sistem kekebalan tubuh harus
diupayakan berlangsung secara normal dengan terpenuhinya kecukupan koenzim yang
dibutuhkan untuk biosintesis tersebut. Pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang
ditimbulkan oleh mikroorganisme pathogen seperti virus dan bakteri, sangat perlu mendapat
perhatian dari seluruh lapisan masyarakat. pencegahan dapat dilakukan melalui imunisasi aktif
maupun imunisasi pasif. pencegahan dengan imunisasi aktif dilakukan dengan cara
memasukkan/menyuntikkan antigen tertentu kedalam tubuh sehingga tubuh akan meresponnya
dengan membentuk antibodi spesifik, sedangkan imunisasi pasif dilakukan dengan cara
mengkonsumsi bahan makanan yang telah mengandung immunoglobulin /antibodi spesifik
terhadap antigen tertentu sehingga tubuh akan kebal terhadap serangan antigen tersebut.
Immunoglobulin merupakan protein yang mempunyai aktifitas antibodi. Protein ini dihasilkan
oleh sel – sel plasma sebagai akibat adanya interaksi antara limfosit B peka antigen dengan
antigen spesifik. Berdasarkan berat molekul dan sifat-sifat kimianya maka dikenal lima kelas
immunoglobulin yaitu IgG, IgM , IgA, IgD dan IgE di mana setiap kelas berbeda dalam hal sus
unan asam amino, berat molekul sekaligus berbeda juga dalam hal sifat - sifat biologiknya
(Kresno,1984).

Imunologi reproduksi mengacu pada bidang kedokteran yang mempelajari interaksi (atau
tidak adanya mereka) antara sistem kekebalan tubuh dan komponen yang berhubungan dengan
sistem reproduksi seperti toleransi kekebalan tubuh ibu terhadapat janin, atau interaksi imunologi
melintasi penghalang darah-testis . Konsep ini telah digunakan oleh klinik kesuburan untuk
menjelaskan masalah kesuburan berulang, keguguran dan komplikasi kehamilan diamati ketika
negara ini toleransi imunologi tidak berhasil dicapai. Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk
menghindari pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan tubuh ibu,
respon imun maternal harus tumpul, stimulus antigen janin harus ditekan, atau, seperti yang
paling mungkin, keduanya harus terjadi. Anatomi organ reproduksi wanita cukup rumit karena
terdapat dua percabangan indung telur. Pada wanita normal, setiap bulan kedua indung telur ini
bergantian menghasilkan sel telur dan apabila tidak dibuahi, maka akan menjadi
menstruasi. Di dalam organ reproduksi wanita juga beberapa kelenjar yang mempunyai peran
masing-masing. Berbeda dengan vagina dan ektoserviks, endoserviks dilapisi oleh sel epitel
kolumner simpleks yang memproduksi mukus yang akan membasahi dan melindungi epitel.

Setiap hari serviks memproduksi sekitar 20-60 mg mucus yang akan melindungi serviks
dan vagina dari patogen dan mencegah sperma maupun patogen masuk ke dalam uterus. Mukus
serviks terdiri atas air (9098%),bahan organic, ion inorganic, protein plasma, immunoglobulin
sekretori, enzim, molekul bakterisidal dan bakteriostatik. Yang termasuk molekul Bakteriostatik
antara lain lisosim, laktoferin, zinc, dan defensin. Mucus terbentuk dari musin, sejumlah
glikoprotein yang mengandung domain serine dan threonine. Lebih dari 80% massa molekul
musin terbentuk dari kompleks oligosakarida. Sedikitnya ada 18 gen musin yang berhasil
dikloning, dan berdasarkan data sequencing. Imunitas bawaan dipicu setelah invasi
mikroorganisme. Pengenalan imun bawaan prinsipnya dimediasi oleh reseptor selular yang
dikenal sebagai patternrecognition Receptor (PRR). Molekul tersebut mendeteksi
mikroorganisme virulen melalui pengenalan protein pemicu yang dimiliki oleh mikroorganisme
yang disebut pathogen associated molecular pattern (PAMP). Imunitas bawaan memiliki dua
system immunologi yaitu selular dan humoral. System immune selular terdapat pada sel epitel,
sel-sel fagosit dan protein antimicrobial. Pada system immune humoral dimediasi oleh antibodi
yang diproduksi oleh terminally differentiated antibody-secreting cells (ASCs) yang dikenal
sebagai sel plasma.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Imunologi Reproduksi?

2. Apa itu Antibody Antisperma?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Imunologi Reproduksi

2. Untuk Mengetahui Antibody Antisperma


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dasar Imunologi

Imunologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata Immunis dan Logos.
Immunis yang berarti kebal atau bebas, sedangkan logos berarti ilmu. Kata immunis dahulu
dipakai pada masa kerajaan Romawi untuk menyebut warganya yang terbebas dari membayar
pajak atau kerja paksa. Namun gabungan kedua kata immunis dan logos ini tidak diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak.
Dirunut dari sejarahnya, ternyata imunologi sudah dikenal sejak ratusan tahun sebelum masehi,
Raja Mithridates Eupatoris VI seorang Raja Yunani yang hidup pada 132-63 SM sebagai orang
pertama yang dianggap ahli imunologi pertama di dunia. Saat itu Raja Mithridates Eupatoris VI
itu selalu merasakan kegalauan dan kegelisahan dalam masa pemerintahannya dikarenakan
beliau takut pada musuh-musuh yang tidak nampak olehnya suatu saat akan membunuhnya
dengan menggunakan racun, Sang Raja pun mengebalkan dirinya dengan cara mencari segala
jenis racun yang ada pada saat itu dan meminumnya sedikit demi sedikit sehingga dirinya kebal
terhadap racun tersebut. Maka kemudian usaha pengebalan diri terhadap racun yang dilakukan
Raja Yunani ini dinamakan mithridatisme.

Imunologi berakar dari kata imunitas yang berarti kekebalan tubuh. Dalam
perkembangan selanjutnya Imunologi merupakan ilmu mandiri yang salah satunya mempelajari
tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari
dalam tubuh hewan atau manusia, baik yang bersifat infeksius maupun kemudian juga termasuk
non-infeksius. Imunologi juga berarti ilmu yang mempelajari kemampuan tubuh untuk melawan
atau mempertahankan dari dari serangan patogen atau organisme yang menyebabkan penyakit.
Selanjutnya Imunologi dikembangkan oleh para peneliti untuk membuat model pencegahan
melalui pendekatan sistem imun, baik seluler maupun humoral. Tubuh memerlukan imunitas
atau kekebalan agar tidak mudah terhindar dari serangan penyakit yang dapat menghambat
fungsi organ tubuh. Salah satu bentuk dari imunitas yaitu adanya antibodi yang di hasilkan oleh
sel-sel leukosit atau sel darah putih. Sel darah putih bekerja dengan cara mengikat dan kemudian
menghancurkan sel-sel patogen atau penyebab penyakit. Untuk lebih memahami pengertian
imunologi maka sebaiknya kita mengetahui sistem imun yang ada pada tubuh.

2.1.1 Imunologi Reproduksi pada Wanita

Imunologi Reproduksi Pada Wanita Mekanisme yang tepat yang terlibat dalam
keberhasilan nyata dari janin sebagai allograft hanya sebagian dipahami. Beberapa hipotesis
telah diusulkan, yang masing-masing didukung oleh penyelidikan ilmiah yang cukup besar.
Mekanisme yang menghubungkan berbagai hipotesis dan banyak sinyal dan faktor-faktor yang
tidak diketahui yang memulai dan mengatur sistem secara keseluruhan tetap tidak jelas.
Hipotesis dasar tetap bahwa terdapat dua hambatan fisik dan humoral penolakan kekebalan tubuh
janin. Pandangan yang agak sederhana ini tetap substansial tertandingi; Namun, pemahaman kita
pada tingkat molekuler telah berkembang. Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk menghindari
pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan tubuh ibu, respon imun
maternal harus tumpul, stimulus antigen janin harus ditekan, atau, seperti yang paling mungkin,
keduanya harus terjadi. Dalam penolakan allograft manusia yang normal, limfosit T memainkan
peran utama dalam pengakuan dan sitolisis sel antigen-bantalan asing. Peran ini terutama
dilakukan oleh limfosit T sitotoksik (CTL). Allograft janin harus dilindungi terhadap sel efektor.
Hal ini dapat terjadi dengan berbagai mekanisme seperti, peraturan pengakuan ibu dari allograft
janin, rahim sebagai sebuah situs untuk reaktivitas imun, cabang alloantigen unit fetoplasenta
dan peran imunologi untuk plasenta, pertukaran ibu janin komponen seluler dan humoral,
konsekuensi imunologi dari berbagai zat plasenta berlalu, respon imun marternal selama
kehamilan, kekebalan anti mikroba janin ibu, dan kekebalan aborsi spontan berulang.

2.1.2 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Anatomi organ reproduksi wanita cukup rumit
karena terdapat dua percabangan indung telur. Pada wanita normal, setiap bulan kedua indung
telur ini bergantian menghasilkan sel telur dan apabila tidak dibuahi, maka akan menjadi
menstruasi. Di dalam organ reproduksi wanita juga beberapa kelenjar yang mempunyai peran
masing-masing. Bagi anda yang ingin mengetahui lebih lengkap anatomi Organ Reproduksi
Wanita dan Fungsinya, silahkan cermati penjelasan dibawah ini:

1. Rahim Rahim (uterus) adalah Organ Reproduksi Wanita yang paling utama dengan salah satu
ujungnya adalah tabung falopian (tuba fallopi) dan ujung yang lainnya adalah leher rahim
(serviks). Rahim terletak di pelvis dan dorsal ke kandung kemih dan ventral ke rectum. Alat
Reproduksi ini ditahan oleh beberapa ligament. Di dalam rahim banyak terdapat otot dan
lapisan permanen jaringan otot yang paling dalam disebut endometrium. Ketika wanita tidak
dalam kondisi hamil, rahim hanya berukuran beberapa centimeter. Rahim berfungsi menerima
pembuahan ovum yang tertanam ke dalamendometrium dan mendapatkan makanan dari
pembuluh darah. Ovum yang dibuahi tersebut akan berkembang menjadi embrio dan
selanjutnya menjadi fetus dan terus berkembang hingga kelahiran setelah berusia Sembilan
bulan. Pemasangan KB Spiraluntuk mencegah kehamilan juga didalam rahim.

2. Indung Telur (Ovarium) Organ Reproduksi ini berupa kelenjar kelamin yang dimiliki oleh
wanita dan berjumlah dua buah. Fungsi Ovarium adalah memproduksi sel telur dan
mengeluarkan hormon peptide dan steroid seperti progesteron dan estrogen. Kedua hormon
tersebut akan mempersiapkan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi sel
sperma.. Hormon progesteron dan estrogen juga berperan memberikan sinyal pada kelenjar
hipotalamus dan pituari untuk mengatur siklus menstruasi. Sel telur yang telah berovulasi
akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak menuju rahim. Dan apabila ada sperma yang masuk,
sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan terjadilah proses kehamilan.

3. Tuba Fallopi Tuba fallopi (tabung falopi) adalah dua buah saluran halus yang menghubungkan
ovarium dengan rahim. Tuba falopi pada manusia adalah memiliki panjang antara 7 hingga 14
cm. Ketika sel telur berkembang di dalam ovarium, ia akan diselimuti oleh folikel ovarium.
Dan Apabila sel telur matang, maka folikel dan dinding ovarium akan runtuh dan
menyebabkan sel telur pindah memasuki tuba fallopi dan berlanjut ke dalam rahim dengan
bantuan cilia.

4. Leher Rahim (Serviks) Leher rahim (serviks) adalah bagian dari Anatomi Organ Reproduksi
Wanita yang terletak di bagian bawah rahim. Fungsi Leher Rahim (Serviks) adalah membantu
perjalanan sperma dari vagina menuju ke rahim. Leher rahim juga mengeluarkan beberapa
jenis lendir dengan tugas yang berbeda-beda dan berada di daerah yang berbeda-beda. 5.
Vagina Vagina adalah organ reproduksi wanita yang paling luar, berbentuk tabung dan
menjadi penghubung rahim ke bagian luar tubuh. Alat Reproduksi dapat menghasilkan
berbagai macam sekresi, seperti cairan endometrial, keringat, oviductal, skene pada vulva,
cervical mucus dan lain-lain. Sekresi pada dinding vagina berfungsi untuk meningkatkan
gairah seksual pada wanita. Ekosistem antara bakteri baik (95%) dan bakteri jahat (5%) di
vagina yang tidak seimbang disebabkan oleh diabetes mellitus, kontrasepsi oral, darah haid,
antibiotika, douching, cairan sperma, dan gangguan hormon seperti pubertas, kehamilan atau
menopause. Gangguan tersebut dapat menyebabkan infeksi dan tentu berbahaya untuk wanita.

Berbeda dengan vagina dan ektoserviks, endoserviks dilapisi oleh sel epitel kolumner
simpleks yang memproduksi mukus yang akan membasahi dan melindungi epitel. Setiap hari
serviks memproduksi sekitar 20-60 mg mucus yang akan melindungi serviks dan vagina dari
patogen dan mencegah sperma maupun patogen masuk ke dalam uterus. Mukus serviks terdiri
atas air (9098%),bahan organic, ion inorganic, protein plasma, immunoglobulin sekretori, enzim,
molekul bakterisidal dan bakteriostatik. Yang termasuk molekul Bakteriostatik antara lain
lisosim, laktoferin, zinc, dan defensin. Mucus terbentuk dari musin, sejumlah glikoprotein yang
mengandung domain serine dan threonine. Lebih dari 80% massa molekul musin terbentuk dari
kompleks oligosakarida. Sedikitnya ada 18 gen musin yang berhasil dikloning, dan berdasarkan
data sequencing. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lipopolisakarida bakteri dan beberapa
protease hospes dapat meningkatkan ekspresi gen musin; sedangkan beberapa glikosidase,
proteinase, dan glikofosfatase yang diproduksi organisme pathogen dapat mendegradasi musin.
Sebagai alat pertahanan tubuh, Serabut-serabut musin hanya mampu memerangkap partikel
berukuran sekitar 30 nm, sehingga HPV (55 nm) dan HIV (180 nm) tidak mampu diatasi oleh
musin. Untuk kondisi tersebut, diperlukan bantuan antibodi, terutama polivalen IgA dan IgM
yang mampu mengaglutinasi pathogen.

2.1.3 Respon Imun

1. Sistem Imun Alamiah/non spesifik

Sistem imun ini merupakan sistem imun yang memang sudah ada dalam tubuh. sistem
imun ini mendeteksi semua mikro-organisme yang masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu
dinamakan non spesifik. Sistem imun alamiah terdiri dari pertahanan fisik yang ada pada kulit
dan selaput lendir. Salah satu contohnya yaitu reaksi bersin ketika terdapat sesuatu yang di
anggap berbahaya oleh tubuh. selanjutnya adalah pertahanan biokimia, pertahanan ini melibatkan
zat zat kimia seperti cairan asam lambung yang dapat menghancurkan kuman dalam lambung
dengan tingkat keasamannya. Yang terakhir adalah petahanan humoral, reaksi pertahanan ini
adalah dengan secara langsung menghancurkan sel – sel yang penyebab penyakit dengan
menggunakan fagosit dan atau natural killer (NK).

2. Sistem Imun Spesifik

Disebut sistem imun spesifik karena sistem imun ini memiliki mekanisme kerja yaitu
mengenali benda asing yang masuk, kemudian jika sel imun bertemu lagi dengan benda asing
tersebut, maka sel imun akan dengan cepat mengenalinya dan akan langsung menghancurkan
benda asing tersebut. sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun humoral yang melibatkan sel
limfosit B yang akan berkembang menjadi antibodi ketika bertemu dengan benda asing. Sel
limfosit atau sel B ini menghasilkan antibodi yang berfungsi untuk melawan virus dan bakteri.
Kemudian ada juga sistem imun spesifik seluler yang melibatkan sel limfosit T. Sel Limfosit T
berasal dari sel yang sama dengan sel limfosit B. Namun keduanya memiliki fungsi yang
berlainan. Fungsi sel limfosit T adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup pada
intraseluler, jamur, virus dan keganasan. Respon imun spesifik terbagi menjadi 3 golongan :

1. Sistem Imunitas Humoral, Imunitas humoral atau imunitas humoural adalah aspek imunitas
yang dimediasi oleh makromolekul yang ditemukan dalam cairan ekstraseluler seperti anibodi
yang disekresikan,protein komplemen, dan peptida antimikroba tertentu. Imunitas humoral
dinamakan demikian karena melibatkan zat yang ditemukan dalam humor, atau cairan tubuh.
Imunitas ini berkebalikan dengan imunitas yang diperantarai sel. Aspek-aspeknya yang
melibatkan antibodi sering disebut imunitas yang diperantarai antibodi. Studi tentang
komponen molekuler dan seluler yang membentuk sistem imun, termasuk fungsi dan
interaksinya, merupakan pusat ilmu imunologi. Sistem imun dibagi menjadi sistem imun
bawaan yang lebih primitif, dan sistem imun vertebrata yang didapat atau adaptif, yang
masing-masing mengandung komponen humoral dan seluler. Imunitas humoral mengacu pada
produksi antibodi dan proses aksesori yang menyertainya, termasuk: aktivasi Th2 dan
produksi sitokin, pembentukan pusat germinal dan pengalihan isotipe, pematangan afinitas
dan generasi sel memori. Imunitas humoral juga merujuk pada fungsi efektor dari antibodi,
yang meliputi patogen dan netralisasi toksin, aktivasi komplemen klasik, dan promosi opsonin
untuk fagositosis dan eliminasi patogen.
2. Sistem Imunitas Seluler, Fungsi utama sistem imun spesifik seluler adalah untuk pertahanan
terhadap bakteri dan virus intra seluler, jamur, parasit dan tumor. Limfosit T merupakan sel
yang terbentuk jika sel induk dari sumsum tulang pindah ke kelenja Timus, mengalami
pembelahan dan pematangan.
3. Interaksi Antara Respons Imun Seluler dengan Humoral Interaksi ini disebut dengan antibody
dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC), karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh
antibodi. Dalam hal ini antibodi berfunsi melapisi antigen sasaran, sehingga sel natural killer
(NK), yang mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibodi, dapat melekat erat pada sel
atau antigen sasaran. Perlekatan sel NK pada kompleks antigen antibody tersebut
mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel sasaran.
2.2 Pengertian Antibodi

Antibodi adalah senyawa glikoprotein yang memiliki struktur tertentu serta disekresikan
oleh sel B yang sudah teraktivasi menajdi sel plasman, yang berupa respon dari antigen tertentu
dan reaktif atas antigen itu sendiri.Kekebalan tubuh manusia diatur oleh kemampuan tubuh
dalam menghasilkan antibodi, ketika melawan antigen. Antibodi ini bisa ditemukan pada area
darah atau pada kelenjar tubuh di vertebrata yang lainnya. Dan digunakan juga oleh sistem
kekebalan tubuh dalam melakukan identifikasi serta penetralan pada benda asing, misalnya
bakteri dan juga virus.Molekul antibodi beredar pada pembuluh dara dan masuk di jaringan
tubuh dengan melakukan proses peradangan.Antibodi tersusun atas struktur dasar yang
dinamakan denganrantai, masing-masing antibodi mempunyai dua rantai besar dan dua rantai
ringan. Antibodi sering juga disebut dengan immunoglobulin.Pada saat zat yang asing masuk,
otomatis monosit pun akan langsung menyerang zat tersebut dengan bantuan netrophil. Monosif
yang telah membunuh zat langsung mengirim ke limfosit B serta dibuatkan antibodi untuk jenis
zat asing yang telah mati. Lalu antibodi yang telah terbentuk, akan dipastikan kembali oleh
limfosit T yang sudah ada di permukaan sel tubuh.Ketika benda asing masuk, dibutuhkan waktu
sekitar 10-14 hari di dalam darah dan juga cairan nonseluler. Masing-masing dari antigen yang
terbentuk telah memiliki kesesuaian dengan zat asing atau antigen, dengan sempurna.
Diumpamakan dengan antigen, yaitu kunci serta antibodi yang merupakan gembok atau yang
biasa disebut dengan lock and key.

Antibodi adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel B Limfosit (salah satu jenis
sel darah putih/leukosit). Antibodi memiliki struktur tertentu dan telah teraktivasi sehingga
menjadi sel plasma. Antibodi ini merupakan sistem pertahanan tubuh melalui sistem kekebalan
tubuh (imunitas) untuk membunuh dan menetralisir zat-zat asing yang masuk kedalam tubuh
yang dapat membahayakan tubuh, seperti bakteri, virus, atau zat kimia lainnya.

2.2.2 Fungsi Antibodi

Berikatan dengan reseptor permukaan pada antigen dan mencegah masuk ke dalam sel
(inactivation), Antibodi memiliki kemampuan dalam mengenali serta juga menempel atau
melekat kepada antigen yang dikenali dapat menyebabkan penyakit pada tubuh. Dalam
mengenali serta juga melekat dengan antigen, zat antibodi tersebut selalu berperilaku ialah
sebagai penanda, setelah itu kemudian akan mengirimkan sinyal pada sel darah putih yang lain
untuk melakukan penyerangan dan membunuh zat asing yang masuk tadi.

2.2.3 Jenis Antibodi

1. Imuno globulin G (IgG)

Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin yang paling
sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe dancairan peritoneal. Ia
mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai
serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya
imunoglobulin yang dapat melewati plasenta.
2. Imuno globulin A (IgA)

Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, airmata,


cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktifadalahbentukdimer(yy),
sedangkan yang monomer (y) tidak aktif.Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah
sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk
kedalam lumen.

Fungsi dari IgA ini ialah:


a. Mencegah kumanpatogen menyerang permukaan sel mukosa
b.Tidak efektif dalam mengikat komplemen
c. Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalamcairan sekretori
yang mengandung IgA
d. Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif

3. Imuno globulin M (IgM)

ImunoglobulinM ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai waktu
paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya
dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya
antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan
isohem-aglutininalamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk
setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.

4. Imuno globulin D (IgD)

Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda permukaan
pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B normal. Sel B
membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.

5. Imuno globulin E (IgE)

Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan dengan mast
sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE berikatan pada
reseptor Fc pada sel-sel tersebut.

2.2.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Antibodi

1. Keturunan

Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat dibuktikan dangan suatu
penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak kembar homozigot lebih rentan terhadap suatu
allergen dibandingkan dengan pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini membuktikan

bahwa factor hereditas mempengaruhi system imun.


2. Stress

Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormon seperti neuro-
endokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Stres bahkan bisa berdampak buruk pada produksi
antibodi.

3. Usia

Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-anak system imun
belum matang di usia muda dan system imun akan menjadi matang di usia dewasa dan akan
menurun kembali saat usia lanjut.

4. Hormon

Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan perempuan adalah sama,
tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi, system imun antara keduanya sangatlah berbeda.
Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa hormone yang muncul.Pada wanita telah diproduksi
hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis IgG dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat).
Dan peningkatan produksi IgG dan IgA menyebabkan wanita lebih kebal terhadap infeksi.
Sedangkan pada pria telah diproduksi hormone androgen yang bersifat imunosupresan sehingga
memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap. infeksi.Oleh
karenanya, wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi.

5. Olahraga berlebihan

Olahraga berlebihan bisa membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh. Pembakaran
yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang sel sistem kekebalan tubuh dan
menurunkan jumlahnya.

6. Tidur

Studi yang dilakukan oleh Michael Irwin dari Universitas California menunjukkan bahwa
kurang tidur menyebabkan perubahan dalam jaringan sitokin.

2.2.5 Antibodi Antisperma

Sperma yang memasuki tubuh wanita akan memicu sistem kekebalan tubuh wanita
untuk memproduksi antibodi. Sistem imun bertugas untuk menyerang organisme asing yang bisa
penyebab antibodi antisperma pada laki-laki diantaranya :
1. varikokel, merupakan pembekakan pada pembuluh darah vena dalam skrotum.
2. cedera pada testis dapat mempengaruhi produksi antibodi antisperma pada laki-laki.
3. infeksi pada prostat/prostatitis adalah peradangan pada kelenjar prostat yang bisa terjadi
tiba-tiba (akut) atau berkembang secara bertahap dalam waktu yang lama (kronis)
4. kanker testis
5. orchitis atau peradangan pada testis.

Baik pada wanita maupun pria, produksi Antibody Antisperma diarahkan terhadap
antigen permukaan pada sperma, yang dapat mengganggu mortilitas dan transportasi sperma
melalui saluran reproduksi wanita, menghambat kapasitasi dan reaksi akrosom, gangguan
pemupukan, pengaruh pada proses implantasi, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
embrio.

Pengobatan Antibody Antisperma dengan menggunakan metode untuk menurunkan


produksi antibody antisperma, metode untuk menghilangkan antibody antisperma sudah terikat
sperma, dan ART (Assisted reproductive technoligy). Setiap strategi ini secara teoritis
mengurangi paparan gamet untuk antibody antisperma termasuk kondom dan pengobatan
kortikosteroid sistemik. Secara teori, beberapa paparan sperma ke betina hasil saluran reproduksi
dalam pembentukan antibody antisperma. oleh karena itu, mengakibatkan penurunan bersamaan
dalam produksi antibody antisperma.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Imunologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata Immunis dan Logos.
Immunis yang berarti kebal atau bebas, sedangkan logos berarti ilmu. Kata immunis dahulu
dipakai pada masa kerajaan Romawi untuk menyebut warganya yang terbebas dari membayar
pajak atau kerja paksa. Imunologi Reproduksi Pada Wanita Mekanisme yang tepat yang terlibat
dalam keberhasilan nyata dari janin sebagai allograft hanya sebagian dipahami. Beberapa
hipotesis telah diusulkan, yang masing-masing didukung oleh penyelidikan ilmiah yang cukup
besar. Mekanisme yang menghubungkan berbagai hipotesis dan banyak sinyal dan faktor-faktor
yang tidak diketahui yang memulai dan mengatur sistem secara keseluruhan tetap tidak jelas.
Hipotesis dasar tetap bahwa terdapat dua hambatan fisik dan humoral penolakan kekebalan tubuh
janin. Pandangan yang agak sederhana ini tetap substansial tertandingi; Namun, pemahaman kita
pada tingkat molekuler telah berkembang.
Antibodi adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel B Limfosit (salah satu jenis
sel darah putih/leukosit). Antibodi memiliki struktur tertentu dan telah teraktivasi sehingga
menjadi sel plasma. Antibodi ini merupakan sistem pertahanan tubuh melalui sistem kekebalan
tubuh (imunitas) untuk membunuh dan menetralisir zat-zat asing yang masuk kedalam tubuh
yang dapat membahayakan tubuh, seperti bakteri, virus, atau zat kimia lainnya. Antibodi
memiliki kemampuan dalam mengenali serta juga menempel atau melekat kepada antigen yang
dikenali dapat menyebabkan penyakit pada tubuh. Dalam mengenali serta juga melekat dengan
antigen, zat antibodi tersebut selalu berperilaku ialah sebagai penanda, setelah itu kemudian akan
mengirimkan sinyal pada sel darah putih yang lain untuk melakukan penyerangan dan
membunuh zat asing yang masuk tadi. Pengobatan Antibody Antisperma dengan menggunakan
metode untuk menurunkan produksi antibody antisperma, metode untuk menghilangkan antibody
antisperma sudah terikat sperma, dan ART (Assisted reproductive technoligy).

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai