Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Dosen: Siswiyanti, S.Kp.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Dhiya Salsabila (P27224018 109)


2. Ellen Agustin (P27224018 112)
3. Febyola Ayu Nikita (P27224018 114)
4. Geashinta Shendy Prastiwi (P27224018 117)
5. Kiki Wijayani (P27224018 121)
6. Lathifah Tiya Paramudita (P27224018 122)
7. Maylina Khansa Damara (P27224018 123)

D-IV Kebidanan Reguler B Semester II

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tugas Mikrobiologi dan Parasitologi ini dengan baik dan
selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya, makalah ini masih jauh dalam
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada supaya tidak terulang
kembali.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di
negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan
fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya
akan mengakibatkan kerugian materiil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian
infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum,
sedangkan dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan
upaya pengobatannya.
Mikrobiologi Kedokteran sangat berperan dalam penanganan penyakit infeksi
terutama untuk mengetahui penyebab infeksinya sehingga mudah diketahui berbagai cara
penanggulangannya baik yang terjadi di komunitas maupun di rumah sakit. Mikrobiologi
kedokteran dalam pelayanan medis di klinik, selanjutnya disebut Mikrobiologi Klinik,
berperan pada pada semua tahap proses medis, mulai tahap pengkajian, tahap analisis dan
penegakan diagnosis klinik, penyusunan rancangan intervensi medis, implementasi rancangan
intervensi medis, sampai dengan tahap evaluasi, dan penetapan tindak lanjut.
Mikrobiologi Klinik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang berfungsi
menjembatani laboratory science, khususnya mikrobiologi medik, dengan clinical sciences,
khususnya yang berkaitan dengan manajemen infeksi. Pada pelayanan/asuhan medis dalam
menghadapi masalah medis yang berhubungan dengan infeksi, diagnosis rasional dan bijak
apabila analisis data dan informasi hasil pengkajian menggunakan landasan teori dan konsep
mikrobiologi kedokteran, terutama kepentingannya dalam merancang alternatif tindakan dan
terapi antibiotik pilihan (educated-guess).
Dengan bertambah jelasnya bidang garapan mikrobiologi klinik dalam menghadapi
masalah medis, maka bertambah jelas pula macam dan lingkup perannya dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah medis yang berhubungan dengan penyakit
infeksi, baik pengetahuan ilmiah maupun cara-cara pemeriksaan bakteriologi, virologi,
mikologi, dan serologi/imunologi, yang sangat berperan dalam proses medis dan
pengambilan keputusan medis.
Resistensi bakteri terhadap antimikroba (disingkat : resistensi antimikroba) telah
menjadi masalah kesehatan yang mendunia, karena menyulitkan terapi penderita dengan
antibiotik pada penyakit infeksi sebagai dampak yang merugikan karena dapat menurunkan
mutu pelayanan kesehatan.
Data pola keseluruhan penggunaan antibiotik di dalam rumah sakit telah terlihat
dalam kepustakaan selama lebih dari satu dekade. Umumnya data tersebut menunjukkan
bahwa seperempat sampai sepertiga populasi yang dirawat di rumah sakit telah menerima
antibiotik sistemik. Penelitian lain di tujuh rumah sakit umum yang tersebar di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa 30 % penderita menerima satu atau lebih antibiotik sistemik,
tetapi hanya 38 % dari penderita yang menerima obat tersebut benar-benar mengalami
infeksi.
Berdasarkan penelitian Djoko Widodo di RSCM Jakarta dinyatakan bahwa 52 % dari
seluruh terapi antimikroba dipertimbangkan tidak sesuai. Berdasarkan pada penggunaanya
pada pela yanan diketahui bahwa 42 % dari seluruh pelayanan medik tidak sesuai sedangkan
dibagian bedah mencapai 62 % dari seluruh terapi antibiotik.
Penggunaan yang cukup banyak obat-obat antibakteri tertentu di rumah sakit, apakah
pemberiannya untuk indikasi yang tepat atau tidak, mempunyai efek yang besar terhadap
inang yang menerima obat-obat tersebut dan bakteri yang terpapar oleh obat tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan mikrobiologi?
2. Bagaimana perkembangan diagnostik mikrobiologi?
3. Apa saja macam-macam uji mikrobiologi yang ada dan dipergunakan dalam pemeriksaan
mikrobiologi?
4. Bagaimana penjelasan dari masing-masing uji mikrobiologi yang ada?

1.3. Tujuan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat 5 mekanisme yang menyebabkan mikroorganisme bersifat resisten terhadap
obat, yaitu
1. menghasilkan enzim yang menghancurkan obat aktif contohnya Staphylococcus
yang resisten terhadap penisilin G menghasilkan ²-lactamase yang menghancurkan obat. ²-
laktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang gram negatif.
2. mengubah permeabilitas terhadap obat, contohnya tetrasiklin menumpuk pada
bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri resisten. Resistensi terhadap polimiksin juga
dikaitkan dengan permeabilitas terhadap obat. Streptococcus mempunyai sawar
permeabilitas alami terhadap aminoglikosida. Resistensi terhadap amikasin dan
beberapa aminoglikosida lain dapat bergantung pada kurangnya permeabilitas
terhadap obat-obatan.
3. dengan mengubah target struktural untuk obat, contohnya organisme resisten
eritromisin mempunyai reseptor yang berubah pada subunit 50S ribosom, disebabkan
oleh metilasi RNA 23S ribosom.
4. dengan mengubah jalur metabolik yang dilintasi oleh reaksi penghambatan obat,
contohnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan
PABA ekstraseluler tetapi, seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat yang
telah dibentuk sebelumnya.
5. dengan mengubah enzim yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi
kurang dipengaruhi obat, contohnya pada bakteri yang resisten trimetropim, asam
dihidrofolat reduktase dihambat kurang efisien daripada pada bakteri yang rentan
trimetropim.
Pada penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar bakteri penyebab ISK sensitif
terhadap meropenem. Meropenem merupakan antibiotik yang bersifat bakterisidal dengan
menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Kemampuannya yang tinggi mempenetrasi
dinding sel, dan sangat stabil terhadap berbagai serine enzim beta lactamase serta ditandai
dengan afinitas yang tinggi terhadap penicillin-Binding Proteins (PBPs) menjelaskan
aktivitas poten yang dimiliki meropenem sebagai antibiotik spektrum luas baik terhadap
bakteri aerob maupun anaerob.
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil sebagian besar bakteri penyebab ISK resisten
terhadap cefixime dan amoxicillin. Tingginya angka resistensi terhadap golongan beta laktam
ini diakibatkan oleh kemampuan bakteri membentuk enzim beta lactamase.
Turunan sefalosporin masih tahan terhadap bermacam-macam lactamase yang
dibentuk oleh berbagai kuman, namun kenyataannya bakteri penyebab infeksi saluran kemih,
sebagian besar menunjukkan angka resistensi yang cukup tinggi terhadap sefalosporin.
Tingginya angka resistensi 100 terhadap sefalosporin diakibatkan oleh penggunaan
sefalosporin secara luas dan tidak rasional.
Ciprofloxacin biasanya digunakan sebagai kemoterapika cadangan untuk pengobatan
infeksi yang disebakan oleh bakteri yang resisten terhadap obat-obat standar, namun kini
memperlihatkan angka resisten tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab infeksi saluran
kemih. Terjadinya resistensi pada kuman diakibatkan oleh kemampuan kuman melakukan
mutasi pada DNA atau membran sel kuman.
Resistensi terhadap sulfonamida dapat terjadi sebagai hasil mutasi, menyebabkan
produksi PABA yang berlebihan, suatu perubahan struktur dalam enzim folat sintetase
dengan penurunan afinitas terhadap sulfonamida atau kehilangan permeabilitas.
Gentamicin merupakan antibiotik spektrum luas golongan aminoglikosida.
Kebanyakan bakteri streptococcus resisten terhadap gentamisin karena kegagalan obat ini
untuk mencapai ribosom di dalam sel kuman.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka antibiotik yang direkomendasikan
untuk infeksi saluran kemih secara umum dan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif adalah meropenem. Antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri gram positif adalah gentamicin, ciprofloxacin,
dan trimethoprim-sulfomethoxazole. Antibiotik yang tidak direkomendasikan sebagai
pengobatan infeksi saluran kemih adalah cefixime dan amoxicillin karena memiliki resistensi
yang tinggi terhadap bakteri penyebab infeksi saluran kemih.

Anda mungkin juga menyukai