Anda di halaman 1dari 9

Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL

Tutorial Blok : 1E
Modul :2
Judul Skenario: Antibiotika
Nama tutor : dr. Hendi Wicaksono
Nama : Kent Miracle

Hasil Pembelajaran Tutorial :


Learning Objective (LO) yang harus dicapai :
1. Apa pengaruh pemeriksaan tanda vital terhadap pemberian obat ibuprofen dan antibiotik
terhadap pasien?
2. Bagaimana mekanisme kerja antibiotik?
3. Apa macam-macam golongan antibiotik dan perannya?
4. Bagaimana farmakoterapi pada radang tenggorokan?
5. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat amoxicillin?
6. Apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum memberikan antibiotik?
7. Apa itu antibiotik profilaksis dan fungsinya
8. Bagaimana mekanisme dan penyebab resistensi antibiotik?

Jawaban :
1. Apa pengaruh pemeriksaan tanda vital terhadap pemberian obat ibuprofen dan antibiotik
terhadap pasien?
Jawab : Pemeriksaan tanda vital dilakukan pada pasien yang mengkonsumsi antibiotik
dengan tujuan mengetahui sejauh mana efektivitas antibiotik dan mengetahui ROTD.
pemeriksaan tanda vital biasanya dilakukan 72 jam disertai pemeriksaan mikrobiologi
dan data laboratorium.
Perlunya dilakukan pemeriksaan tanda vital sebelum pemberian obat ibuprofen
karena ibuprofen merupakan OAINS golongan non-selektif yang dapat meningkatkan
risiko penyakit kardiovaskular. Ibuprofen juga menyebabkan penghambatan
siklooksigenase-2 yang berhubungan dengan berkurangnya prostaglandin, sehingga
terjadi pula penurunan ekskresi natrium harian melalui urine. Pada pasien dengan

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL
penyakit ginjal akan dapat menyebabkan retensi air dan garam dalam jumlah besar,
sehingga dapat berujung pada edema, hipertensi, dan gagal jantung. Sedangkan pada
pasien hipertensi, mengkonsumsi ibuprofen dapat menyebabkan penurunan efektivitas
obat antihipertensi dan gagal ginjal akut, karena ibuprofen dapat berikatan dengan obat
antihipertensi golongan ACE, ARB, dan diuretik.

Sumber :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. “Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Untuk Terapi Antibiotik”.
Zahra, A. P. & Carolia, N. 2017. “Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs):
Gastroprotective vs Cardiotoxic”. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Bagaimana mekanisme kerja antibiotik?


Jawab : Mekanisme kerja dari antibiotik adalah menyerang sel kuman, berbeda dari obat
pada umumnya yang target antimikrobanya adalah sel host. Obat yang sampai pada
lokasi infeksi dengan kadar yang cukup dan melebihi KHM, akan penetrasi ke dalam sel
bakteri dan mengganggu proses metabolisme bakteri sehingga bakteri menjadi inaktif dan
mati. Cara kerja dari antibiotik pun berbeda-beda :
A. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
B. Merusak permeabilitas membran sel bakteri sehingga terjadi kebocoran intrasel
C. Menghambat sintesis protein bakteri secara reversible dengan mempengaruhi subunit ribosom
30S dan 50S
D. Mengikat subunit ribosom 30S sehingga mengakibatkan kematian sel bakteri
E. Menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
F. Menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme folat

Sumber :
Amin, Lukman Zulkifli. “Pemilihan Antibiotik yang Rasional”. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

3. Apa macam-macam golongan antibiotik dan perannya?


Jawab : Antibiotik digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan struktur kimianya.
A. Penisilin dan antibiotika yang memiliki struktur mirip Beta-laktam memiliki peran
menghambat pertumbuhan bakteri dengan mempengaruhi sintesis dinding sel kuman.
Yang termasuk golongan : penisilin, sefamisin, dan sefalosporin.
B. Kloramfenikol, Makrolida, Tetrasiklin, Clindamisin, dan Streptogramin merupakan
golongan agen yang berperan dalam menghambat sintesis protein bakteri dengan

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL
mengikat dan mengganggu ribosom. Yang termasuk golongan : kloramfenikol,
makrolida, tetrasiklin, klindamisin, oksazolidin, dan streptogramin.
C. Aminoglikosida berperan efektif dalam menangani bakteri aerob gram negatif. Yang
termasuk golongan : neomisin, streptomisin, kanamisin, tobramisin, gentamisin,
etilmicin, dan sisomicin.
D. Sulfonamida bekerja menghambat sintesis dihidropteroat secara kompetitif. Yang
termasuk golongan : sulfasitin, sulfamethizole, sulfisoksazole, sulfadiazine, sulfapiridin,
sulfamethoksazole, dan sulfadoxine.
E. Trimethoprin dan kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol bekerja dalam menghambat
aktivitas reduktase asam dihidrofolik protozoa dan jalur asam dihidrofolik reduktase.
F. Quinolones bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA bakteri pada
topoisomerase II dan IV atau biasa disebut fluoroquinon. Yang termasuk golongan : asam
oksolinat, asam nalidiksat, siprofloksasin, sinoksasin, levofloksasin, enoksasin,
slinafloksasin, lomefloksasin, gatifloksasin, ofloksasin, moxifloksasin, norfloksasin,
trovafloksasin, dsb.

Sumber :
Yanty, Reva Dwi & Oktarlina, Rasmi Zakiah. 2018. “Pengaruh Penggunaan Antibiotik
Terhadap Kasus Stevens Johnson Syndrome” dalam Jurnal Ilmiah Bakti
Farmasi Volume 3 No. 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

4. Bagaimana farmakoterapi pada radang tenggorokan?


Jawab : Radang tenggorokan merupakan suatu peradangan pada nasofaring yang biasa
disebut dengan faringitis. Penyebab faringitis yang paling sering ditemukan adalah
karena virus, tetapi dapat juga disebabkan karena bakteri. Bila disebabkan oleh virus,
faringitis dapat ditangani dengan terapi nonfamakologi, seperti pemberian lozenges dan
obat kumur, pemberian nutrisi dan cairan yang cukup, istirahat yang cukup, dan juga
pemberian analgesik antipiretik topikal atau sistemik.
Sedangkan jika penyebabnya adalah bakteri, maka perlu diberikan terapi
antibiotika. Untuk detail petunjuk pemakaian antibiotik dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL

Sumber :

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL
Loputra, Alwi Semar. 2014. “Farmakoterapi Faringitis dan Penerapannya di Apotek
Keselamatan”. Universitas Indonesia.

5. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat amoxicillin?


Jawab : Amoxicillin secara kompetitif menghambat protein pengikat penisilin sehingga
meyebabkan peningkatan regulasi enzim autolitik dan penghambatan sintesis dinding sel.
Amoxicillin memiliki durasi kerja yang lama, sehingga biasanya diberikan 2 kali sehari.
Pasien harus diberikan konseling terkait risiko anafilaksis dan resistensi bakteri.
Amoxicillin memiliki bioavailabilitas berkisar 70% melalui oral dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak adalah 1-2 jam. Amoxicillin
memiliki waktu kerja yang cepat dan diabsorbsi baik di traktus gastrointestinal. Mudah
didistribusikan di kantung empedu, jaringan perut, hati, prostat, efusi telinga tengah,
sekresi sinus maksilaris, kulit, lemak, tulang, jaringan otot, dan pada cairan peritoneal
dan sinoval. Tetapi sulit didistribusikan ke dalam otak dan cairan serebrospinal, kecuali
saat meninges meradang. Amoxicillin dapat melintasi plasenta dan memasuki ASI dalam
jumlah yang kecil. Amoxicillin dimetabolisme di hati dengan cara di hidrolisis menjadi
asam penisilloat tidak aktif. Diskresikan melalui urine dengan waktuh paruh eliminasi
sekitar 1 jam dan 60% masih dalam bentuk obat yang tidak berubah.

Sumber :
Amoxicillin. DrugBank. <https://go.drugbank.com/drugs/DB01060>, di lihat pada
tanggal 9 Februari 2021.
Amoxicillin (General Medicine Info ). MIMS.
<https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amoxicillin?
mtype=generic>, di lihat pada tanggal 10 Februari 2021.

6. Apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum memberikan antibiotik?


Jawab : Sebelum dokter memberi resep antibiotik kepada pasien, perlu diketahui dulu
bakteri apa yang menginfeksi pasien. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
mikrobiologis dan uji kepekaan kuman, untuk mengetahui jenis kuman dan sifat
resistensi bakteri pada pasien. Tetapi pada kasus-kasus tertentu yang memang
membutuhkan antibiotik secara segera, dapat didasari pada educated guess. Selain itu
dokter juga harus memperhatikan faktor lainnya, seperti fungsi hati dan ginjal. Karena
sebagian besar obat yang masuk ke dalam tubuh, akan dimetabolisme di hati dan ginjal.
Selain itu riwayat alergi, status imunologis, beratnya infeksi, daya tahan obat, usia, etnis,
hamil atau menyusui, dan penggunaan obat konkomitan atau kontrasepsi oral juga perlu
diperhatikan sebelum memberikan antibiotik.

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL
Sumber :
BPOM RI. “Antibakteri”. <http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri> di
lihat pada 10 Februari 2021.

7. Apa itu antibiotik profilaksis dan fungsinya


Jawab : Antibiotik profilaksis merupakan obat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada pasien yang diduga berpeluang besar terinfeksi kuman. Antibiotik
profilaksis biasanya diberikan kepada pasien bedah dengan tujuan untuk mengurangi
risiko terjadinya infeksi, mengurangi jumlah koloni bakteri, dan meminimalisir terjadinya
kontaminasi. Antibiotik ini diberikan sebelum terlihat tanda-tanda infeksi sebagai
tindakan profilaksis. Pemberian antibiotik ini terbukti efektif dalam menurunkan angka
infeksi luka akibat operasi.

Sumber :
Hamidy, M. Y, Fauzia, D, Nugraha, D. P, Muttaqien, M. I. 2016. “Penggunaan Antibiotik
Profilaksis Bedah pada Sectio Cesarea di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”
dalam JIK Volume 10 No. 1. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

8. Bagaimana mekanisme dan penyebab resistensi antibiotik?


Jawab : Resistensi bakteri terhadap antibiotik dibagi menjadi 2, yaitu secara intrinsik dan
didapat. Resistensi secara intrinsik bersifat keturunan yang terjadi secara khromosomal
dan dengan multiplikasi sel. Sedangkan resistensi yang didapat, terjadi akibat mutasi
khromosomal atau karena transfer DNA. Hal ini menyebabkan perubahan genetik yang
dapat diturunkan dan bersifat stabil. Mutasi, transduksi, transformasi, dan konjugasi dapat
menyebabkan sifat resisten, karena pada proses-proses tersebut dihasilkan komposisi
genetik bakteri. Pada bakteri kokus Gram positif, proses mutasi, transduksi, dan
transformasi merupakan penyebab utama dari terjadinya resistensi bakteri. Sedangkan
pada bakteri batang Gram negatif setiap proses memiliki andil dalam menyebabkan
resistensi.
Penyebab resistensi dapat terjadi akibat :
1. Mutasi pada struktur sel bakteri, mutasi ini dapat mengubah struktur “target site” pada
ribosom, membran plasma menjadi impermeabel terhadap obat, hilangnya dinding sel
bakteri, dan perubahan reseptor pada permukaan.
2. Perantaraan plasmid, berhubungan dengan sintesis protein enzimatik yang dapat
merusak obat atau memodifikasi obat sehingga tidak bersifat bakteriostatik-bakterisid.
Gen pada plasmid lebih bersifat mobil dibandingkan dengan gen pada kromosom,

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL
sehingga transfer gen resisten yang berlokasi pada plasmid lebih mudah ditransferkan ke
sel lain.
3. Perantaraan transposon, merupakan migrasi struktur DNA melalui genom suatu
organisme. Plasmid yang mengandung gen resisten dapat dipindahkan ke sel lain dan
bereplikasi, sehingga menyebabkan resistensi.

Sumber :
Sudigdoadi, Sunarjati. “Mekanisme Timbulnya Resistensi Antibiotik Pada Infeksi
Bakteri”. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020


Kelompok Tutorial F

TUGAS TUTORIAL

Fakultas Kedokteran UKDW | 2020

Anda mungkin juga menyukai