Anda di halaman 1dari 5

EFEK PENGGUNAAN GADGET JANGKA PANJANG

Dapat karena genetik, selain itu miopi dapat disebabkan oleh pemakaian gadget
jangka panjang.
Menatap layar gadget terlalu lama juga membuat anak kurang melakukan aktivitas
berkedip. Padahal, berkedip berguna untuk membersihkan partikel yang menempel
pada mata, misalnya debu.
Rabun jauh dapat terjadi ketika anak terlalu lama menatap layar gadget. Cahaya
radiasi yang muncul dari gadget berisiko menyebabkan gangguan pada mata. Blue
light atau sinar biru digolongkan sebagai high-energy visible light (HEV light).

1) Merusak siklus jam tidur 

Paparan cahaya biru yang berlebihan pada malam hari bisa menyebabkan
terganggunya produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang muncul pada saat
seseorang menjelang tidur di malam hari.

2) Kelelahan pada mata

Menatap layar gawai terlalu lama bisa menyebabkan ketegangan pada mata yang
bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mata. Hal ini dikarenakan bermain
gadget dalam waktu yang lama dapat menurunkan jumlah kedipan mata.
Sehingga dapat memicu kelelahan pada mata yang disebut dengan computer
vision syndrome (CVS).

Gejala CVS biasanya ditandai dengan penglihatan kabur atau ganda, peka
terhadap cahaya silau, sulit berkonsentrasi, sulit membuka mata, sakit kepala,
serta nyeri di leher, bahu dan punggung.

3) Hilangnya kemampuan penglihatan

Mata manusia tidak memiliki perlindungan alami untuk menghindari paparan


sinar biru. Blue light memiliki efek jangka panjang berupa kerusakan pada retina.
Paparan sinar biru yang berlebih dapat mengakibatkan degenerasi makula,
glaukoma, degeneratif retina bahkan memicu kebutaan. Terpapar sinar biru
secara terus-menerus membuat kornea dan lensa mata tidak berfungsi lagi dalam
memantulkan cahaya. Paparan cahaya biru, yakni cahaya yang dipancarkan dari
sebagian besar smartphone, tablet, dan laptop dapat mempromosikan
pertumbuhan "molekul beracun" di mata, yang mengarah ke degenerasi makula --
> merusak retina mata. Hal ini karena kornea mata dan lensa tidak dapat
menghalangi atau memantulkannya. Hal ini menyebabkan bidikan cahaya lurus
ke fotoreseptor mata, yakni sel peka cahaya di retina.

KOMPLIKASI --> NEUROVASKULARISASI KOROID MIOPIA


DEFINISI
Neovaskularisasi Koroid (NVK) merupakan salah satu komplikasi miopia dan miopia
maligna yang dapat mengancam penglihatan. Istilah miopia maligna, miopia
degeneratif, atau miopia patologis digunakan untuk gangguan refraksi lebih besar dari
–6 Dioptri atau panjang aksial bola mata lebih dari 26,5 mm disertai perubahan
degeneratif pada sklera, koroid, epitel pigmen retina (EPR), dan gangguan refraksi.
Neovaskularisasi koroid miopia (NVKm) terjadi pada 10-15% pasien dengan panjang
aksial bola mata lebih dari 26,5 mm dan penyebab utama kebutaan pada miopia
maligna.

Terdapat tiga teori patogenesis NVKm.


1) Teori mekanik menyebutkan bahwa pemanjangan progresif aksis
anteroposterior bola mata sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara
komponen proangiogenik dan anti-angiogenik.
2) Teori heterodegeneratif disebutkan ada faktor herediter yang ikut
mempengaruhi kejadian NVK. Ketidakseimbangan hormon, kolagenopati,
deregulasi neuromediator, dan ditambah dengan kebiasaan membaca yang buruk
3) Teori hemodinamik bahwa terjadi penurunan perfusi darah pada mata miopia
disertai penipisan koroid, sehingga gangguan vaskularisasi menghambat
pemberian nutrisi dan oksigen. Sirkulasi koroid yang tidak adekuat menyebabkan
aktivasi epitel pigmen retina bersamaan dengan terjadinya penebalan atau
kerusakan membran Burch atau iskemia EPR. Hal tersebut akan menstimulasi
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan respons neovaskular kapiler
koroid

Sumber: Elvira & Victor Nugroho Wijaya. (2016). Neovaskularisasi Koroid Miopia
TATALAKSANA --> LENSA KONTAK
Tatalaksana untuk kelainan refraksi miopia dapat dibagi menjadi empat kategori
intervensi yaitu optikal, farmakologis, lingkungan atau perilaku dan bedah refraktif.

Jenis lensa kontak yang paling sering digunakan --> soft hydrogel contact lenses,
silicone hydrogel contact lenses with greater oxygen transmissibility, atau rigid gas-
permeable contact lenses . Lensa kontak lunak atau soft contact lenses (SCL) adalah
jenis lensa kontak yang paling sering digunakan, memiliki keunggulan periode
adaptasi yang relatif lebih singkat, waktu penggunaan yang fleksibel, kenyamanan,
juga memiliki beberapa jenis lensa sesuai lama waktu pemakaian seperti lensa
disposable. Indikasi dari penggunaan lensa kontak adalah kosmetik, pencapaian tajam
penglihatan yang memadai pada kelainan refraktif tinggi, anisekonia, anisometrop
simptomatik dan atau permukaan kornea yang tidak rata. Kelebihan dari penggunaan
lensa kontak adalah memiliki lapang pandang yang lebih luas, kenyamanan dan dapat
meningkatkan kualitas penglihatan.
Kontraindikasi lensa kontak yaitu iritasi kronis pada kelopak, konjungtiva, kornea,
adanya kelainan pada segmen anterior, gangguan lakrimasi, higienitas yang buruk,
kesulitan dalam penggunaan lensa kontak, riwayat penyakit autoimun atau
immunocompromised, alergi kronik dan penggunaan obat mata dalam jangka
panjang.

Terdapat tiga parameter dalam fitting lensa kontak yaitu diameter, base curve dan
kekuatan lensa. Ketiga parameter tersebut harus di evaluasi setelah proses fitting.
Diameter lensa kontak didapat dengan menjumlahkan hasil pengukuran HVID
ditambah 2 mm. Pemeriksaan keratometer dilakukan untuk menilai base curve dari
lensa kontak yang akan digunakan. Hasil dari keratometer didapatkan nilai
penjumlahan K1 dan K2 yang dibagi menjadi dua, lalu ditambahkan konstanta sesuai
jenis merk lensa kontak untuk mendapat ukuran base curve. Kekuatan lensa kontak
didapatkan setelah pengukuran refraksi subjektif kemudian hasil di konversi ke tabel
jarak vertex
Sumber: Sirait, Susanti Natalya. (2020). Tatalaksana Penggunaan Lensa Kontak pada
Pasien Miopia Gravior. DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

TATALAKSANA MIOPIA TINGGI


Prosedur alternatif untuk memperbaiki miopia tinggi adalah SMILE, pertukaran lensa
refraktif, dan implantasi IOL phakic

Small-incision lenticule extraction (SMILE) adalah operasi yang relatif baru untuk
metode prosedur bedah miopia. Metode SMILE bekerja dengan memotong bagian
stroma kornea. Prosedur ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan laser-in-situ
keratomileusis (LASIK) dan keratektomi fotorefraksi (PRK). SMILE tidak membuat
flap pada kornea, dan side-cut yang digunakan untuk ekstraksi lenticule lebih pendek
dibandingkan dengan side-cut pada prosedur LASIK. SMILE juga memiliki
keunggulan prosedur yang menyebabkan kerusakan persarafan yang minimal pada
bagian stroma anterior bila dibandingkan dengan LASIK. Berlawanan dengan PRK,
epitel kornea, dan stroma anterior dibiarkan utuh.

Intraocular Refractive Surgery Intra Okular Lens (IOL) yang dirancang khusus
dapat ditempatkan melalui prosedur bedah di ruang anterior, terpasang pada iris, atau
ditempatkan di ruang posterior anterior ke lensa kristal untuk mengoreksi refractive
error. Keuntungan termasuk pemulihan visual yang cepat, stabilitas koreksi, dan
kemampuan untuk mengoreksi miopia yang tinggi. Terdapat beberapa komplikasi
yang dapat terjadi termasuk endophthalmitis, kehilangan sel endotel, iridosiklitis
kronis, pembentukan katarak, distorsi iris, dispersi pigmen, peningkatan TIO,
glaukoma, dan dislokasi IOL. Terdapat dua model IOL phakic telah disetujui oleh
FDA untuk digunakan di Amerika Serikat dan desain lainnya sedang dalam uji klinis.
Prototipe IOL phakic multifokal memiliki potensi untuk menangani presbiopia. Kedua
jenis IOL phakic memerlukan iridektomi perifer atau iridotomi untuk mencegah
terjadinya pupil blok. Iridectomy dapat dilakukan baik sebelum operasi atau pada saat
insersi lensa.

Kekuatan IOL ditentukan menggunakan biometri standar yang mirip dengan


perhitungan daya IOL metode untuk operasi katarak. Penyisipan IOL adalah prosedur
intraokular yang membutuhkan teknik steril sama seperti operasi katarak. Dalam
kasus IOL phakic posterior, diperlukan dilatasi pupil yang adekuat. Lensa
ditempatkan melalui proses yang disebut enclavation di mana iris dibawa ke anterior
dalam bagian haptic dari IOL di kedua sisi.

Operasi Pertukaran Lensa Refraktif merupakan operasi katarak dengan penempatan


lensa intraokular sebelum atau tanpa terjadinya pembentukan katarak. Opsi ini dapat
mengoreksi refractive error serta menghilangkan terjadinya pembentukan katarak.
Keuntungannya termasuk rehabilitasi maupun penyembuhan yang relatif cepat dan
hasil visual yang dapat diperdiksi dari sebelum dilakukan tindakan. Kerugian yang
dapat terjadi setelah prosedur pembedahan seperti hilangnya reflek akomodasi pada
pasien muda dan juga risiko rosedur operasi pertukaran lensa refraktif lainnya sama
dengan operasi katarak, oleh sebab itu potensi komplikasi paska operasi mirip dengan
operasi katarak standar pada prosedur operasi intraokular lainnya seperti
endophthalmitis, edema macular kistik, dan peningkatan risiko ablasio retina,
terutama pada pasien dengan miopia aksial yang tinggi.

Sumber: Sirait, Susanti Natalya. (2020). Penatalaksanaan Miopia Gravior.


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Anda mungkin juga menyukai