Bahasa latin anti = lawan bios = hidup Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris Dr. Alexander Flemming yaitu antibiotik Penisilin pada tahun 1982 di London.
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba
terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya(racun) terhadap manusia relatif kecil. Secara garis besar : Antibiotik Bakterisid Bakteriostatik 1. Golongan Penisilin 2. Golongan Sefalosporin 3. Golongan Aminoglikosida 4. Golongan Kloramfenikol 5. Golongan Tetrasiklin 6. Golongan Makrolida 7. Golongan Rifampicin & Asam Ausidat 8. Golongan Polipeptida 9. Golongan Lain-lain 1. Zat-zat dengan aktrivitas luas (broad spektrum) Zat aktif yang berkhasiat hanya pada satu jenis atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif saja atau bakteri gram negative saja).
2. Zat-zat dengan aktrivitas sempit (narrow spektrum)
Zat aktif yang berkhasiat untuk semua jenis bakteri, mau yang gram negative ataupun gram positif. Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal atau kadar hambat minimalnya. Akibatnya, proses patogenisitas akibat infeksi akan tetap berlangsung.
Konsekuensi Akibat Resisten Antibiotik
• Meningkatnya kejadian efek samping seperti alergi pada pasien yang alergi dan interaksi obat • Pemborosan Faktor Penyebab Resistensi Antibiotik : • Menurut WHO (2012), ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan antibiotik merupakan penyebab paling utama menyebarnya mikroorganisme resisten. • Kelemahan atau ketiadaan system monitoring dan surveilans • Ketidakmampuan sistem untuk mengontrol kualitas suplai obat • Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan obat • Buruknya pengontrolan pencegahan infeksi penyakit • Kesalahan diagnosis dan pengobatan yang diberikan
Contoh Kasus di Masyarakat :
• Pasien yang tidak mengkonsumsi antibiotik yang telah diresepkan oleh dokternya • Ketika kualitas antibiotik yang diberikan buruk • Banyaknya jenis pembagian, klasifikasi, pola kepekaan kuman, dan penemuan antibiotika baru seringkali menyulitkan klinisi dalam menentukan pilihan antibiotika yang tepat ketika menangani suatu kasus penyakit. Hal ini juga merupakan salahsatu faktor pemicu terjadinya resistens Resistensi mikroorganisme dibedakan :
1. Resistensi Bawaan (Resistensi Primer)
Resistensi primer merupakan resistensi yang menjadi sifat alami mikroorganisme. Hal ini misalnya dapat disebabkan oleh adanya enzim pengurai antibiotik pada mikroorganisme sehingga secara alami mikroorganisme dapat menguraikan antibiotik. Contohnya adalah Staphylococcus dan bakteri lainnya yang mempunyai enzim penisilinase yang dapat menguraikan penisilin dan sefalosporin. 2. Resistensi Dapatan (Sekunder) Mekanisme resistensi sekunder (dapatan) diperoleh akibat kontak dengan agen antimikroba dalam waktu yang cukup lama dengan frekunsi yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya mutasi pada mikroorganisme. Terbentuknya mutan yang resisten terhadap obat antimikroba dapat secara cepat (resistensi satu tingkat) dan dapat pula terjadi dalam kurun waktu yang lama (resistensi multi tingkat). Mekanisme resistensi dapatan juga dapat berlangsung akibat adanya mekanisme adaptasi atau penyesuaian aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk melawan efek obat, contohnya dengan perubahan pola enzim. Dengan demikian, mikroorganisme dapat membentuk enzim yang menguraikan antibiotic. Misalnya pembentukan enzim penisilinase untuk menguraikan penisilin, enzim asetilase terhadap streptomisin, kanamisin, dan neomisin. Mekanisme resistensi dapatan yang lain adalah dengan memperkuat dinding sel mikroorganisme sehingga menjadi impermeable terhadap obat, dan perubahan sisi perlekatan pada diding sel. 3. Resistensi Episomal (Oleh faktor genetik) di luar khromosom (plasmid) Resistensi episomal disebabkan oleh faktor genetik di luar kromosom (episom=plasmid pada plasmidnya yang dapat menular pada bakteri lain yang memilki kaitan spesies melalui kontak sel secara konjugasi maupun transduksi. Contohnya Salmonella, Escherichia, Yersinia, Klebsiela, Serratia, Proteus. Gen yang bertanggung jawab atas resistensi terhadap antibiotik tersebut adalah plasmid faktor- R (faktor resistensi) dengan daerah resistence transfer factor (RTF) yang disambung dengan gen r yang mengkode enzim-enzim yang dapat menginaktivasi obat-obat yang spesifik. Plasmid faktor-R yang kecil tanpa daerah RTF biasanya hanya berperan dalam resistensi satu macam antibiotik. Ada beberapa mekanisme terjadinya resistensi :
1. Mikroorganisme memproduksi enzim yang
dapat merusak zat antibiotik Bakteri ini mengkode gen yang menghasilkan enzim yang mengurai molekul antibiotik sebelum antibiotik ini membunuh bakteri. Contohnya adalah enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakter, enzim ini akan menguraikan struktur beta laktam pada antibiotik, sehingga antibiotik menjadi rusak dan tidak dapat membunuh bakteri. 2. Mikroorganisme mampu merubah permeabilitas membran dan meningkatkan efluks aktif antibiotik
a. Mengubah porins pada membran luar bakteri
untuk mencegah masuknya antibiotik. Molekul polar kecil, termasuk antibiotika, masuk ke dalam sel melalui kanal protein yang disebu porin. Jika porin mengalami mutasi sehingga fungsinya atau bentuknya terganggu akan mengakibatkan perlambatan masuknya obat ke dalam sel atau bahkan mencegah masuknya obat sehingga akan mengurangi konsentrasi obat pada target organ. b. Memproduksi molekul transportasi baru untuk memompa obat keluar dari bakteri Bakteri memproduksi pompa efluks yang dapat mentransport obat ke luar sel. Mekanisme efluks terjadi ketika gen resisten mengkode protein yang secara aktif mendorong antibiotik keluar dari sel bakteri, sehingga kadar antibiotik di dalam sel menjadi rendah dan tidak mampu untuk membunuh bakteri. 3. Mikroorganisme mengubah tempat target tertentu (Reseptor) didalam sel yang menjadi target antibiotik Pada mekanisme ini, bakteri memperoleh mutasi gen yang mengubah target antibiotik sehingga menurunkan efektivitasnya. Masing- masing antibiotika dirancang untuk menyasar proses penting dalam tubuh bakteri. Sebagai contohnya, antibiotika fluorokuinolon bekerja dengan cara mengganggu fungsi protein yang terlibat dalam proses replikasi DNA bakteri. Mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap fluorokuinolon seringkali mengubah konformasi protein ini, sehingga mengurangi pengikatan antibiotik ke sasarannya. 4. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh obat Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak membutuhkan PABA ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk. Sehingga Sulfonamid yang berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh terhadap metabolisme sel bakteri. 1. Non Genetik Hampir semua antibiotik bekerja dengan baik pada saat mikroba aktif melakukan pembelahan selnya, dengan demikian mikroba yang sedang tidak aktif membelah umumnya resisten terhadap obat. Contoh : • Bakteri TBC di dalam jaringan inang sedang tidak membelah karena pertahan tubuh inang baik, maka bakteri resisten terhadap obat. • Tetapi jika inang kondisinya lemah, maka bakteri TBC akan aktif membelah, maka pada kondisi tersebut obat dapat membunuh (bakteri tidak resisten). 2. Resistensi Genetik Terjadinya resistensi mikroba terhadap zat antimikroba pada umumnya karena perubahan genetik. Perubahan genetik dapat terjadi secara : • Evolusi Vertikal Terjadi akibat adanya mutasi kromosomal. Resistensi pada evolusi vertikal diduga karena adanya mutasi spontan pada lokus DNA. • Evolusi Horizontal Terjadi akibat adanya pertukaran material genetik yaitu plasmid dari organisme yang telah resisten. Organisme resisten tersebut dapat berasal dari spesies yang sama maupun dari spesies atau genus yang berlainan. Pertukaran material genetik terjadi melalui proses konjugasi, transduksi, dan transformasi. 1. Konjugasi yautu transfer materi genetik antar bakteri secara kontak langsung. Contohnya melalui pilus', yaitu struktur perpanjangan suatu protein yang menghubungkan dua organisme. 2. Tranduksi terjadi melalui material genetik yang ditransfer oleh bakteriofag (virus yang menyerang bakteri). 3. Transformasi terjadi melalui segmen DNA dari bakteri resisten yang ada di lingkungan bakteri non-resisten yang ada saat lisis bakteri resisten. a. Multidrug-resistant (MDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan sebagai ketidaksensitifan bakteri terhadap paling tidak satu agen antibiotik dari tiga atau lebih kategori agen antibiotik.
b. Extensively drug-resistant (XDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan
sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap paling tidak satu agen antibiotik dari semua kategori agen antibiotik kecuali satu atau dua kategori yang masih sensitif.
c. Pandrug-resistant (PDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan sebagai
ketidaksensitifan bakteri terhadap semua agen antibiotik dari semua kategori Menurut Walsh (2000) terdapat beberapa strategi untuk mengatasi resistensi bakteri patogen yaitu :
1. Menemukan target berdasarkan mekanisme resistensi
2. Pengembangan kelas antibiotik baru 3. Penggunaan teknik genomik untuk menentukan target baru. 4. Mengembangkan strategl untuk memperlama siklus penggunaan antibiotik. Terima kasih