Anda di halaman 1dari 11

PENENTUAN KERENTANAN SUATU BAKTERI

TERHADAP BERBAGAI SEDIAAN ANTIBIOTIKA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kerentanan suatu bakteri terhadap berbagai sediaan antibiotika,
melalui tes resistensi dengan metode cakram kertas (Paper Disk Plate).

II. PRINSIP PERCOBAAN


a. Munculnya zona bening di sekitar reservoir antibiotika tertentu merupakan
suatu indikator bahwa bakteri tidak resisten terhadap antibiotik tersebut.
b. Metode cakram kertas.

III. TEORI
Resistensi ialah ketahanan suatu mikroba terhadap antibiotika tertentu
yang dapat berupa resistensi alamiah, resistensi kromosomal, resistensi
ekstrakromosomal, maupun resistensi silang. Resistensi kromosomal terjadi akibat
adanya mutasi spontan pada mikroba, resistensi ekstrakromosomal terutama terjadi
akibat adanya faktor R pada sitoplasma bakteri, sedangkan resistensi silang ialah
resistensi akibat pemindahan gen resisten atau faktor R atau plasmid dari bakteri
lainyang telah resisten yang masuk ke dalam bakteri. Resistensi kromosomal dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Resistensi kromosomal primer, dimana mutasi terjadi sebelum pengobatan
dengan antibiotika dan selama pengobatan terjadi seleksi bibit yang
resisten.
2. Resistensi kromosomal sekunder, dimana mutasi terjadi selama kontak
dengan antibiotika kemudian terjadi seleksi bibit yang resisten.
Beberapa bakteri tidak peka terhadap antibiotika tertentu karena sifat
mikroba secara alamiah tidak dapat mati oleh antibiotika tertentu. Hal ini
disebabkan tidak ada reseptor yang cocok atau dinding sel mikroba tidak dapat
ditembus oleh antibiotika.
Menurut definisi Waksman, antibiotika adalam zat yang dibentuk oleh
mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan
mikroorganisme lain. Definisi ini kemudian diperluas dikarenakan zat yang bersifat
antibiotika dapat pula dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi
(Mutschler,1991).
Antibiotik adalah salah satu dari zat-zat kemoterapi yang dibuat oleh
organisme hidup aktif terhadap organisme hidup lainnya. Sebagian besar dibuat
oleh Actinomycetes tanah (Melnick & Adelberg, 1996).
Lazimnya, antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan
dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Ada kita kenal antibiotika
yang tidak dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri,
misalnya tirotrisin dihasilkan Bacillus brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis,
polimiksin oleh Bacillus polymyxa.
 Antibiotika semisintesis
Yaitu apabila pada persemaian (culture substrate) dibubuhi zat-zat pelopor
tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi ke dalam antibiotikum dasarnya. Hasilnya
disebut senyawa semisintesis, misalnya penisilin-V.
 Antibiotika sintesis
Antibiotika sintesis tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis tersebut,
melainkan dengan jalan sintesis kimiawi, misalnya kloramfenikol. (Syarief, Amir.
Dr. SM. 1995)
 Mekanisme resistensi bakteri
Ada banyak mekanisme yang berbeda dari mikroorganisme dapat
menunjukkan bahwa ia resisten terhadap suatu obat tertentu. Dibawah ini adalah
beberapa diantaranya:
a) Mikroorganisme memproduksi enzim yang dapat menghancurkan sisi
aktif dari obat. Misalnya Staphilococci resisten terhadap penicilin karena
memproduksi sebuah beta-lactamase yang menghancurkan obat tersebut.
b) Beta lactamase juga diproduksi oleh bakteri gram negatif. Bakteri gram
negatif resisten terhadap aminoglycosides. Bakteri gram negatif juga
terhadap chloramphenicol jika diproduksi chloramphenicol
acetyltransferase.
c) Mikroorganisme merubah permeabilitas mereka terhadap obat.
Misalnya; tetracyclines dikumpulkan di dalam bakteri yang lemah,
namun tidak di dalam bakteri yang resisten
d) Resistensi terhadap amikacin dan senyawa aminoglycosides dapat
bergantung terhadap dari permeabilitas yang kecil terhadap obat.
Nampaknya menunjuk kepada transpor aktif yang menyebrangi
membran sel kurang sempurna.
e) Mikroorganisme mengadakan peningkatan dalam mengubah struktur
dari target dari obat. Misalnya; Erithromycin resisten terhadap
organisme yang mengubah reseptor terhadap 50 S yang mengubah
ribosom dan menghasilkan 23 S ribosomal RNA dari Methylation.
f) Mikroorganisme meningkatkan jalan yang berfungsi memotong secara
reaksi yang secara langsung dapat menghambat obat. Misalnya beberapa
bakteri yang resisten terhadap Sulfonamide, tidak meminta PABA
ekstraseluler. Namun seperti pada sel mamalia yang lain, dapat
digunakan sebagai persiapan dari asam.
g) Mikroorganisme meningkatkan enzim penghambat, yang tetap dapat
berfungsi di dalam proses metabolisme. Namun, berefek lebih sedikit
terhadap obat daripada terhadap dalam kelemahan organisme. Misalnya;
pada beberapa bakteri yang lemah terhadap senyawa Sulfonamide, asam
tetralyduoptenoic synthetase memiliki afinitas yang jauh lebih besar
terhadap sulfonamid dibandingkan terhadap PABA. (Ganiswarna,
Sulistia; dkk. 1995.)

 Antibiotik-antibiotik yang digunakan


a) Cloramphenicol/ Kloramfenikol ( INN )
adalah bakteriostatik antimikrobial. Hal ini dianggap sebagai prototipe
antibiotika spektrum luas , di samping tetrasiklin. Kloramfenikol efektif
terhadap berbagai Gram-positif dan Gram-negatif bakteri, termasuk
sebagian organisme anaerobik . Karena resistensi dan masalah keamanan,
maka tidak ada lagi agen-line pertama untuk setiap indikasi di negara-
negara maju, meskipun kadang-kadang digunakan secara topikal untuk
infeksi mata, bagaimanapun, masalah global maju resistensi bakteri
terhadap obat yang lebih baru telah menyebabkan ketertarikan dalam
penggunaannya. Di negara-negara berpenghasilan rendah, kloramfenikol
masih banyak digunakan karena sangat murah dan mudah tersedia.
(Falagas ME,et al. 2008)
b) Lincomycin
adalah lincosamide antibiotik yang berasal dari Actinomyces
Streptomyces lincolnensis. Telah struktural diubah oleh klorida tionil
untuk umum yang lebih dikenal-kloro-7-deoxy derivatif 7, klindamisin.
Meskipun serupa dalam struktur, spektrum antibakteri, dan mekanisme
kerja untuk makrolid mereka juga efektif terhadap spesies lain juga yaitu
aktinomycetes, Mycoplasma, dan beberapa spesies Plasmodium. Namun,
karena efek samping dan toksisitas, jarang digunakan saat ini dan
disediakan untuk pasien yang baik alergi terhadap penisilin atau dimana
bakteri telah mengembangkan resistensi. (Spízek J, et al. 2004)
c) Amikasin
adalah aminoglikosida antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai
jenis bakteri infeksi. Amikasin bekerja dengan mengikat bakteri 30S
ribosomal subunit, menyebabkan salah membaca dari mRNA dan
meninggalkan bakteri tidak mampu mensintesis protein penting untuk
pertumbuhan. Amikasin yang paling sering digunakan untuk mengobati,
infeksi yang didapat di rumah sakit berat dengan berbagai obat tahan
Gram negatif bakteri seperti aeruginosa Pseudomonas, Acinetobacter,
dan Enterobacter . Amikasin dapat digabungkan dengan antibiotik beta
laktam- untuk terapi empiris untuk orang dengan neutropenia dan
demam. (Edson RS, et al. 1999)
d) Sulfonamida
adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida
merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran
kemih (ISK). Demi pengertian yang baik, pertama – tama akan
dibicarakan sepintas lalu beberapa aspek dari aspek dari ISK.Infeksi
saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari
flora usus. Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung)
adalah pertama kuman gram negative. Pada umumnya, seseorang
dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000 kuman dalam 1
ml urine.Sebagai kemoterapuetikum dalam resep, biasanya sulfa
dikombinasikan dengan natrium bikarbonat atau natrium sitras untuk
mendapatkan suasana alkalis, karena jika tidak dalam suasana alkalis
maka sulfa – sulfa akan menghablur dalam saluran air kecing, hal ini
akan menimbulkan iritasi yang cukup mengerikan. Tapi tidak semua sulfa
dikombinasikan dengan natrium bikarbonat atau natrium sitrat. Misalnya
Trisulfa dan Elkosin. Hal ini karena pH-nya sudah alkalis, maka kristal
urea dapat dihindariSulfonamida berupa kristal putih yang umumnya
sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. (Ganiswara.
1995)

BACILLUS SUBTILIS
Bacillus subtilis dapat menyebabkan meningitis, endokarditis, infeksi mata
dan lain-lain (Syahrurachman, dll.,1994). Kuman ini berbentuk batang lurus Gram
positif berukuran 1,5 x 4,5 , sendiri-sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai,
bergerak dan tidak bersimpai. Tumbuh pada agar darah membentuk zona hemolisis
beta yang lebih lebar. Dapat juga tumbuh pada kaldu, agar gizi dan lain-lain.
Kuman ini tidak membuat toksin apapun. Beberapa jenis membuat hemolisin yang
dapat larut, kuman ini bersifat patogen oportunis, menyebabkan infeksi pada telur
dan septicemia (Jawetz, et al., 1996).
IV. ALAT DAN BAHAN
 Alat:
1. Spreader,
2. Cawan petri,
3. Mikropipet,
4. Pembakar spirtus, dan
5. Jangka sorong.

 Bahan:
1. Suspensi bakteri Bacillus subtilis,
2. Nutrient Agar (NA), dan
3. Cakram kertas antibiotika: Cloramphenicol 30 μg, Amicacin 30 μg,
Sulfonamide 300 μg, Lycomicin 2 μg.

V. PROSEDUR
Tuangkan 20 mL NA cair bersuhu 40-50oC ke dalam cawan petri, lalu
diamkan sampai membeku. Setelah membeku dan dingin, secara aseptis masukan
suspensi bakteri sebanyak 30 μL menggunakan mikropipet. Kemudian dengan
menggunakan spreader, sapukan atau sebarkan secara merata suspensi bakteri
tersebut ke seluruh permukaan agar dalam cawan petri sampai merata. Lalu
biarkan selama lebih kurang 30 menit. Kemudian letakkan cakram-cakram
antibiotika pada permukaan agar dengan jarak sedemikian rupa, sehingga
diharapkan tidak terjadi penumpukan zona inhibisi. Kemudian inkubasikan semua
cawan petri pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Ukur zona inhibisi yang terjadi
dengan menggunakan jangka sorong.
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

CAWAN PETRI ZONA INHIBISI (mm)


A B C D
1 2,238 1,854 0,782 1,492

Keterangan :
A : Cloramphenicol
B : Amicacin
C : Sulfonamide
D : Lyncomicin
VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kerentanan suatu bakteri
terhadap berbagai sediaan antibiotika, melalui tes resistensi dengan metode
cakram kertas (Paper Disk Plate).
Prosedur percobaan dengan Paper Disk Plate adalah pertama-tama
disiapkan 20 mL NA kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Lalu ditunggu
hingga NA mengering dan suhunya kira-kira suam-suam kuku karena jika suhu
terlalu panas Bacillus subtilis akan mati. Setelah NA memadat, suspensi Bacillus
subtilis sebanyak 30 μL diteteskan di atas permukaan NA kemudian diratakan
dengan spreader hingga terasa kesat. Rasa kesat menandakan bahwa Bacillus
subtilis telah merata pada seluruhpermukaan NA, tunggu selama 30 menit agar
bakteri mengering sempurna. Setelah 30 menit, tempelkan 4 antibiotik uji pada
masing-masing zona (1 cawan petri dibagi 4 zona, 1 zona untuk 1 antibiotik uji).
Setelah itu, inkubasikan cawan petri dalam inkubator selama 18-24 jam. Hal ini
bertujuan agar zona yang dibentuk oleh Bacillus subtilis dapat teramati dengan
jelas.
Dari 4 antibiotik yang diujikan terhadap Bacillus subtilis, keempat dari
antibiotic tersebut memberikan hasil positif, berupa adanya zona hambat bakteri
(zona bening) disekitar cakram kertas. Namun dari keempatnya terdapat
perbedaan besarnya diameter pembentukan zona hambat bakteri. Pada
cloramphenicol memberikan zona hambat sebesar 2,238 mm, Amicacin 1,854
mm, Sulfonamide 0,782 mm dan Lyncomicin 1,492 mm.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa Bassilus subtillis sangat sensitive
terhadap antibiotik cloramphenicol dan mulai terlihat resisten terhadap antibiotic
Sulfonamide .
Pada zona antibiotic sulfonamide dan lyncomicin terlihat bahwa diameter
zona bening/hambat yang terbentuk berukuran kecil dan tidak benar-benar bulat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa daya hambat antibiotic sulfonamide dan
Lyncomicin terhadap Bacillus subtilis tidak terlalu besar.
Pada zona antibiotic cloramphenicol terbentuk zona bening dengan
ukuran paling besar dari zona hambat antibitik uji lainnya. Hal ini berarti daya
hambat antibiotic tersebut terhadap Bacillus subtilis besar.

VIII. KESIMPULAN
Dari 4 antibiotik yang diuji, dapat disimpulkan bahwa Bacillus subtilis
dapat terinhibisi secara berurutan pertumbuhannya oleh Cloramphenicol,
Amicacin, Lyncomicin, dan Sulfonamide.
DAFTAR PUSTAKA

Edson RS, Terrell CL. The aminoglikosida Clin. Mayo Proc. 1999.
http://www.wikipedia.com (diakses : 5 April 2010)

Falagas ME, Grammatikos AP, Michalopoulos A . 2008. Potensi antibiotik generasi tua
untuk mengatasi kebutuhan saat ini untuk antibiotik baru. .http://www.
wikipedia.com (diakses: 5 April 2010)

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi. FK-Universitas


Indonesia: Jakarta

Jawetz, Melnick and Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. diterjemahkan oleh dr.
Edi dan dr. R . F. Maulany. EGC: Jakarta

Mutschler,E.1991. Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Mathilda B. Widianto dan Anna


Setiadi Ranti. ITB: Bandung.

Spízek J, Rezanka T. 2004. Lincomycin, cultivation of producing strains and


biosynthesis: Appl. Lincomycin, budidaya memproduksi strain dan biosintesis.
http://www.wikipedia.com (diakses: 5 April 2010)

Sulistia; dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI: Jakarta

Syahrurachman, dll.1994. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Binarupa Aksara:


Jakarta
Syarief, Amir. Dr. SM. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 1. FK UI: Jakarta
LAPORAN AKHIR

PENENTUAN KERENTANAN SUATU BAKTERI


TERHADAP BERBAGAI SEDIAAN ANTIBIOTIKA

DISUSUN OLEH :
AULIA ASSARI (260110080077)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010

Anda mungkin juga menyukai