Anda di halaman 1dari 16

KEMATIAN DAN

MENJELANG AJAL
Oleh:
Tim Keperawatan Keluarga, Komunitas, dan Gerontik
Fakultas keperawatan
Universitas jember
POKOK BAHASAN
• Definisi menjelang ajal dan kematian
• Ciri dan tahapan lansia menjelang ajal dan kematian
• Teori menjelang ajal
• Kesiapan dan kecemasan lansia menjelang ajal
• Dukungan dan asuhan keperawatan menjelang ajal
DEFINISI MENJELANG AJAL DAN
KEMATIAN
• Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses
menuju akhir kehidupan atau kematian.
• Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak
bernafas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan beberapa reflek,
serta tidak ada kegiatan otak.
CIRI-CIRI MENJELANG AJAL
(KOZIER,ERB&WILKINSON)
1) Gerakan dan pengidraan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada
anggota tubuh, khususnya kaki dan ujung kaki,
2) Gerakan peristaltik usus menurun, nafsu makan menurun (1-4 hari sebelum kematian),inkontinen
fecal
3) Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung,
4) Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidung,
5) Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu,
6) Denyut nadi mulai tidak teratur,frekuensi cepat, cardiac output menurun, tekanan darah
menurun
7) Nafas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran
pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia, dapat terjadi pneumonia, CO2
meningkat,
8) Sedih, bingung, gangguan tidur, takut-cemas
9) Menanyakan arti hidup, kemaknaan diri, keyakinan
10) Terjadi gangguan kesadaran atau ingatan menjadi kabur.
TAHAPAN MENJELANG AJAL DAN
KEMATIAN
1. Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut jantung teratur
2. Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi masih mungkinnya
dilakukan penyelamatan
3. Kematian (mortality), atau kematian permanen (rigor mortis, algor mortis,
livor mortis)
Kubler Ross:
TEORI MENJELANG AJAL
a. Denial: menolak, membutuhkan dukungan melalui proses penolakan
b. Marah: seringkali marah pada perawat/kelg/Tuhan, bantu untuk
marah secara normal dan media curhat
c. Bargaining: menawar tenggat waktu, dukungan spiritual, dengarkan
dan tingkatkan kemauan untuk mencurahkan perasaan
d. Depression: (bersiap) kehilangan kenangan dan masa depan,
sentuhan, hadir di samping klien, membiarkan menangis
e. Menerima: siap dengan kehilangan, berikan pengertian keluarga,
kunjungan yg tenang, partisipasi program terapi
Lamberton: penyangkalan, ketergantungan, pemindahan dan regresi
(asuhan paliatif dibutuhkan: terapi menurunkan nyeri/bukan utk
memperpanjang hidup, mendapatkan pelayanan untuk meninggal
secara bermartabat/tindak ditinggalkan/tidak merasa sendiri)
Pattison: altruisme, humor, supresi, pikiran antisipasi, sublimasi denfan fase
akut, kehidupan kronis, menjelang ajal dan fase akhir.
Giacquinta: perasaan keputusasaan, kerentanan dan ketidakberdayaan
membutuhkan mengembangkan harapan, rasa aman, keberanian
merupakan tujuan asuhan keperawatan menjelang ajal
KESIAPAN DAN KECEMASAN
LANSIA MENJELANG AJAL
• Penelitian Adelina (2007) tentang hubungan kecerdasan ruhaniah dengan
kesiapan menghadapi kematian pada lansia menunjukkan bahwa lansia yang
memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi menghadapi kematiannya dengan
menghargai waktu yang dimiliki dan mengisi kegiatan yang bermanfaat bagi diri
sendiri, orang lain dan alam. Lansia dengan kecerdasan ruhaniah yang tinggi tidak
merasa cemas dan siap dalam menghadapi kematian.

• Penelitian dari Kurniawati (2009) tentang kecemasan pada lansia dalam


menghadapi kematian ditinjau dari tipe kepribadian lansia menunjukkan bahwa
lansia dengan tipe kepribadian integrated merasakan gejala kecemasan dalam
menghadapi kematian, yaitu jantung berdebar, keringat dingin, dan gugup.
Sementara pada lansia dengan tipe kepribadian disintegrated, lansia mengalami
kecemasan dalam menghadapi kematian dan ditampakkan melalui sifat negatif,
diantaranya dengan mengurung diri, menyendiri, menghindari kontak sosial.
KESIAPAN LANSIA MENJELANG
1. menyesuaikan hidupnya dengan cara meninggal sesuai
keinginannya AJAL
2. menyelesaikan beberapa recana, melakukan
pengaturan bagi orang yang masih hidup, dan
berpartisipasi dalam membuat keputusan mengenai
pemakamannya
3. Berkesempatan meninjau kembali hidupnya, bercakap-
cakap dengan orang yang penting dalam hidupnya,
dan mengakhiri kehidupannya dengan kesadaran
mengenai bagaimana kehidupannya selama ini
4. Paham apa yang terjadi dengan tubuhnya dan yang
dilakukan oleh staf kesehatan terhadap tubuhnya: sistem
komunikasi terbuka dengan orang yang menjelang
ajalnya, tidak membahas mengenai patologi atau
persiapan kematian namun sebaiknya menekankan
pada kekuatan mental.
MENINGGAL DENGAN INDAH?
• Kenyamanan fisik,
• dukungan dari orang dicintai,
• perawatan kesehatan yang memadai,
• menerima datangnya kematian dan
• tidak menjadi beban bagi orang lain.
“Sejauh mana seseorang telah menemukan makna dan tujuan dalam
hidupnya berkaitan dengan bagaimana mereka menghadapi kematian”
LINGKUNGAN MENJELANG AJAL
a. Rumah sakit: adanya perasaan bersalah pemberi
pelayanan kesehatan pada ps menjelang ajal
b. Panti: membutuhkan dukungan untuk
mengekspresikan perasaan lansia dan lingkungan
yang tenang dan empati
c. Perawatan di rumah: komitmen, koordinasi dan
kekuatan dari orang-orang yg terlibat dalam
perawatan menjelang ajal (pengalaman berharga,
memuaskan dan melelahkan). Refleksi jujur mengenai
keterbatasan, kekauatan dan kebutuhan pemberi
perawatan diperlukan dalam mempertahankan
hubungan yg kohesif dan saling menghormati dengan
ps menjelang ajal
ASUHAN DAN DUKUNGAN
proses menjelang ajal KEPERAWATAN

Dukungan
kolega, rasa
Berduka-koping, nyaman,
warisan-kesepian,
nilai-budaya,
caring,
pemberian
perhatian perawat
kekuatan-nyeri – perawatan,
penderitaan penkes,
Ansietas-penentuan diri dukungan,
Kehilangan-harapan
berbagi perhatian
komunikasi
Penutupan-cinta verbal-
kebenaran nonverbal
Hub saling percaya,
perhatian ps/
Martabat perawat
Kualitas hidup/mati
Sentuhan
Status fungsi
Wasiat
Spiritualitas
PENGKAJIAN KEHILANGAN DAN
BERDUKA
• Tahap kepedulian menjelang ajal (tertutup, mutual pretense dan terbuka)
• Gejala: distress somatik berulang, dada sesak, nafas pendek, mulut kering,
menghela nafas, perasaan kosong dalam perut, lemas, kehilangan selera,
gangguan tidur, perasaan tertekan
• Faktor yg terkait: kehilangan nyata, budaya, keyakinan spiritual, peran sex,
status sosioekonomi
DIAGNOSA
• Berduka
• Berduka antisipatif
• Berduka disfungsional
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
• Lingkungan yang tenang dengan dihadiri orang-orang yang dikasihi
• Menyediakan kesempatan klien dan keluarga mencurahkan perasaan dan
dukungan mental
• Mendukung dalam pelaksanaan keyakinan
• Mendukung adanya life review
• Menyediakan sosial support
Evaluasi; adanya pernyataan kesiapan dan penurunan ketegangan
KEMATIAN
• Proses kematian: henti nafas, jantung-nadi, dilatasi pupil, aktifitas elektrik
otak berhenti, rigor mortis (2-4 jam setelah kematian), algor mortis (1 derajat
menurun setiap jam), Post-mortem decomposition (membiru), Post-mortem
digestion (melunak karena fermentasi)
LEGALITAS KEMATIAN
• Adanya surat keterangan penjelasan penyebab kematian
• Pada kematian tidak wajar dapat dilakukan otopsi
• Perlakuan pada jenazah disesuaikan dengan keyakinan klien dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai