Anda di halaman 1dari 12

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

Disusun Oleh :

NPM : 20262011073
NAMA : IRA RAHMAWATI WAHYUDIN
KELAS : TI RP 20 A
JENJANG STUDI : STRATA SATU (S1)
PROGRAM STUDI : TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG
2023
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi
2.1.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani Ergo dan
Nomos. Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan. Secara harfiah
ergonomi adalah ilmu yang di implementasikan untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap seseorang ataupun sebaliknya guna mencapai produktifitas dan
efisiensi yang optimal (Nurmianto, 1996). Ergonomi juga merupakan sebuah ilmu yang
berkaitan antara hubungan manusia dengan objeknya (Pulat,1992). Pada dasarnya
ergonomi ini cabang ilmu sistematis yang memanfaatkan informasi kemampuan, sifat
dan keterbatasan manusia untuk merancang sebuah sistem kerja untuk mencapai tujuan
kerja yang diinginkan (Sutalaksana, 1979).

Tujuan utama dari ilmu ergonomi ini ialah untuk mencapai sebuah sitem kerja
yang produktif dan berkualitas dengan disertai faktor kenyamanan, kemudahan, juga
efisiensi kerja dengan mengutamakan segi kesehatan dan keselamatan kerja (Irdiastadi,
2014). Dalam penerapannya ergonomi ini dapat diterapkan dimanapun dalam kondisi
apapun, yang tentunya harus tetap memiliki kolerasi dengan ruang lingkup yang
ditetapkan.

Menurut Santoso (2004) terdapat 4 tujuan utama dalam ergonomi yakni sebagai
berikut :

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan


2. Memperbaiki kesehatann dan keselamatan kerja karyawan
3. Mengutamakan proses kerja secara aman, nyaman, efektif dan efisien.
4. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan.

Sedangkan menurut Tarwaka tahun 2004 terdapat beberapa tujuan lain yang
ingin dicapai dalam proses implementasi ergonomi yakni sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja (PAK), menurunkan beban kerja fisik dan mental, serta
mengupayakan promosi kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial.
3. Meningkatkan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis dan
antropologis dengan sistem kerja yang ada agar dapat mencapai kualitas kerja dan
hidup yang tinggi.
2.1.2 Ruang Lingkup Ergonomi

Dalam kenyataanya, ergonomi memiliki peranan yang sangat vital dalam


kehidupan sehari – hari. Semua bidang tentunya perlu yang menerapkan ergonomi
dalam pelaksanaannya. Tentunya agar pekerjaan tersebut menjadi lebih efektif, efisien
dan nyaman. Berikut merupakan permasalahan yang umum diteliti dalam ergonomi
(Pulat,1992) yakni :

1. Antropometri
Antropometri berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh termasuk berat dan
volume seperti jarak jangkauan ke depan, panjang poptiel, tinggi mata dan lainnya.
Permasalahan dalam bidang ini biasanya berhubungan antara desain stasiun kerja
dengan dimensi tubuh pekerja. Sehingga, agar dapat optimal diperlukan modifikasi.
2. Kognitif
Dalam kognitif, permasalahan muncul akibat adanya penerimaan informasi yang
terlalu berlebihan atau kurang.
3. Muskuloskeletal
Muskuloskeletal ini merupakan sebuah permasalahan akibat peregangan otot dan
rangka tubuh manusia sehingga bisa menyebabkan single incident dan cumulative
effect trauma.
4. Kardiovaskular
Kardiosvakular merupakan sebuah permasalahan akibat adanya peningkatan kerja
pada sistem peredaran darah.
5. Psikomotor
Permasalahan psikomotor ini terletak pada ketegangan sistem psikomotor yang
menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia.
2.1.3 Resiko Kesalahan Ergonomi

Dalam dunia indutri, tidak luput yang namanya terjadi kecelakan kerja. Banyak
faktor yang menyebabkan hal tersebut misalnya kelalaian pekerja ataupun dalam hal
fasilitas kerjanya. Untuk itu, diperlukan adanya identifikasi kesalahan ergonomi guna
mendapatkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut merupakan faktor – faktor
resiko ergonomi :

Tabel 2.1 Resiko Ergonomi


(Sumber : Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri)
Faktor Resiko Definisi Jalan Keluar
Pengulangan yang Menjalankan gerakan yang Desain kembali untuk mengurangi
banyak berulang - ulang jumlah pengulangan dan gerakan
atau meningkatkan waktu jeda
antara ulangan atau menggilirnya
dengan pekerja lain.
Berat badan Beban fisik yang berlebihan. Mengurangi gaya yang diperluan
Semakin banyak daya yang untuk melakukan kerja, mendesign
dikeluarkan makan semakin kembali cara kerja, menambah
berat beban tersebut bagi jumlah pekerja pada pekerjaan
tubuh tersebut, menggunakan peralatan
mekanik
Postur yang kaku Menekuk atau memutar Mendesain cara kerja dan peralatan
bagian tubuh yang dipakai hingga postur kerja
terasa nyaman.
Beban statis Bertahan lama pada satu Mendesain cara kerja untuk
postur sehingga menghindari terlalu lama bertahan
menyebabkan kontraksi otot pada satu postur
Tekanan Tubuh tertekan pada suatu Memperbaiki peralatan yang ada
permukaan atau tepian untuk menghilangkan tekanan
Getaran Menggunakkan peralatan Mengisolasi tangan dari getaran
yang bergetar
Dingin atau panas Dingin mengurangi daya Atur suhu ruangan, beri instalasi
yang ekstrim raba, arus darah, kekuatan pada tubuh
dan kesimbangan dan panas
menyebabkan kelelahan
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Faktor Resiko Definisi Jalan Keluar


Organisasi kerja Termasuk bekerja dengan Beban kerja yang layak, istirahat
yang buruk irama mesin, waktu istirahat yang cukup, pekerjaan yang
yang tidak cukup, kerja bervariasi, otonomi individu
monoton, beberapa pekerjaan
yang harus dikerjakan dalam
satu waktu.\

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1 Definisi K3

Pengetahuan K3 merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan kesehatan dan


keselamatan kerja pekerja meliputi dampak kecelakaan kerja, cara pencegahannya dan
juga potensi kecelakaan kerja (Rakhmat, 2003 : 39). Dewasa ini, banyak kasus – kasus
kecelakaan kerja yang terjadi tentunya, banyak faktor – faktor yang menjadi dasar
kecelakaan kerja tersebut misalnya karena adanya keterbatasan fasilitas keamanan kerja
ataupun lemahnya pemahaman para pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja. Keselamatan kerja ini merujuk pada kondisi kerja yang aman dari penderitaan
dan kerusakan kerja, juga sebuah pendekatan untuk meminimalisir resiko terjadinya
kecelakaan. Dalam peraturan perundang – undangan syarat – syarat keselamatan kerja
ditetapkan untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


b. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi K3

Pada hakikatnya, ergonomi dan keselamatan kerja adalah satu kesatuan yang
saling terhubung. Salah satu tujuan dari K3 sendiri yaitu untuk meminimalisir resiko
akibat kecelakaan dan penyakit akibat kecelakaan kerja. Merancang sistem kerja yang
sesuai dengan kondisi fisik manusia merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Dengan hal ini, kenyamanan pegawai sangat
dibutuhkan agar dapat merancang sistem kerja yang baik sesuai dengan ergonomi yang
ada. Selain berfokus pada kenyamanan pegawai, berikut ini merupakan faktor – faktor
yang mempengaruhi penyebab kecelakaan kerja yakni :

1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah tempat dimana para pegawai melakukan pekerjaannya
dalam kondisi yang tidak aman atau dalam kondsi membahayakan. Kondisi yang
tidak aman ini dapat terjadi karena tidak teraturnya suasana
dan perlengkapan dan peralatan kerja. Lingkungan kerja yang tidak aman dapat
pula disebabkan oleh gedung atau ruang kerja yang tidak memiliki standar baik,
kualitas bahan bangunan. Penerangan yang tidak standar juga merupakan faktor
lingkungan yang tidak baik yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan gangguan
kerja.
Menurut Soedarmayanti (2001:21) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terbentuknya lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
a. Penerangan atau cahaya

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat
keselamatan dan kelancaran bekerja.Oleh sebab itu perlu di perhatikan adanya
penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang
jelas mengakibatkan pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan, dan
pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Suhu udara

Oksigen merupakan gas yang di butuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar di katakan
kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah
bercampur dengan gas atau bau – bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Rasa
sejuk dan segar dalam bekerjaakan membantu mempercepat pemulihan tubuh
akibat telah setelah bekerja.

c. Kelembapan
d. Temprature
e. Suara bising

Kebisingan merupakan bunyi yang tidak di kehendaki, karena terutama dalam


jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak
pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi

f. Keamanan kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan maka, diperlukan adanya penjaga.

g. Bau – bauan
h. Tata warna dan dekorasi
i. Hubungan karyawan

Lingkungan yang menyenangkan bagi karyawan ialah lingkungan kerja yang


nyaman dan harmonis baik itu dengan atasan, rekan kerja maupun bawahan.

2. Manusia atau pegawai


Manusia memiliki beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
yakni sebagai berikut :
a. Sifat fisik dan mental pegawai yang tidak standar : contohnya pegawai yang
pendegarannya kurang, otot lemah, lemah jantung, rabun, emosi tidak stabil dan
lainnya. Seringkali, pegawai yang memiliki kondisi – kondisi seperti itu
menjadi penyebab kecelakaan dan gangguan kerja.
b. Pengetahuan dan keterampilan : dengan pengetahuan dan keterampilan yang
kurang, pegawai tentunya tidak dapat mengetahui proses atau prosedur kerja
yang baik itu seperti apa. Sehingga kedepannya proses kerja tidak efektif dan
bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
c. Sikap pegawai yang memiliki sikap kurang perhatian, teliti malas dan
mengabaikan peraturan.
d. Peralatan yang tidak memenuhi standar.
2.3 Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja merupakan aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja (Suma’mur, 1989), sedangkan menurut Tarwaka (2004)
Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakkan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Dikutip dari Fatigue
Management Fact Sheet (2013) Kelelahan akibat kerja secara signifikan mempengaruhi
fungsi kapasitas pekerja dan dapat berdampak pada kinerja pekerja dan produktivitas, serta
meningkatkan potensi cidera di tempat kerja. Dalam kehidupan sehari-hari kelelahan
disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda seperti beban kerja, beban tambahan dan faktor
individu. Beban kerja dan lamanya pekerjaan fisik maupun mental, keadaan lingkungan
seperti tekanan panas, dan keadaan gizi (Suma’mur, 1996). Sedangkan, menurut Tarwaka
(2015) faktor penyebab kelelahan seperti lingkungan kerja ekstrim dan beban kerja.

Penyebab kelelahan kerja secara garis besar disebabkan oleh beban kerja baik
berupa beban kerja faktor eksternal tugas (task), organisasi (waktu kerja, istirahat, kerja
gilir, kerja malam dan lain-lain) dan lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomis dan
psikologis) sedangkan beban kerja faktor internal yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
berupa faktor somatic (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi, status gizi) dan faktor
psikis (motivasi, kepuasaan kerja, keinginan dan lain - lain) (S Russeng, 2014).

2.4 Pengaruh Ergonomi dan K3 terhadap Kecelakaan/ Kelelahan Kerja

Ergonomi adalah suatu disiplin ilmu yang berkaitan mengenai interaksi antara
manusia dengan objek yang digunakan (Pulat, 1992). Asumsi yang paling penting dalam
ergonomi adalah peralatan dan kondisi lingkungan kerja berpengaruh terhadap performansi
kerja. Jika produk, peralatan, stasiun kerja, dan metode kerja dirancang sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia, maka performansi dan hasil yang diberikan akan
lebih baik. Sebaliknya jika ergonomi diabaikan dalam merancang peralatan, stasiun kerja,
dan metode kerja maka akan memberikan hasil yang sebaliknya. Suatu kondisi kerja yang
dirancang akan memberikan dampak kepada operator, diantaranya (Pulat, 1992) :

1. Penurunan output produksi


2. Meningkatkan biaya dan material untuk kesehatan
3. Meningkatkan tingkat ketidakhadiran operator
4. Penurunan kualitas kerja
5. Cedera pada operator
6. Peningkatan kecelakaan kerja

Penerapan K3 di Indonesia masih belum maksimal. Untuk itu, perlu ditekankan


mengenai pentingnya pengetahuan ergonomi dan K3 untuk meminimalisir adanya
kecelakaan dan kelelahan pada saat bekerja. Direktur Keuangan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Herdy Trisanto mengatakan bahwa kecelakaan kerja di
Indonesi mencapai 8.900 dalam kurun satu tahun dari Januari sampai April 2014. Undang
– undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja menyebutkan
bahwa K3 merupakan sebuah upaya perlidungan kepada tenaga kerja dari potensi bahaya.
Untuk itu, proses penerapannya harus senantiasa didukung dalam segala faktor.

Pada dasarnya, faktor lingkungan kerja fisik dan non fisik sangat mempengaruhi
proses penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Karena jika lingkungan kerjanya aman,
efektif dan nyaman maka hal ini tentunya akan mengurangi kelelahan para pegawai yang
bekerja sehingga minimasi K3 dapat diterapkan dengan mudah. Apalagi, jika para
karyawan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ergonomi dan K3, hal ini tentunya
dapat menghilangkan kecelakaan – kecelakaan kerja yang dapat terjadi. Karena, dengan
ilmu ergonomi, pegawai akan mengerti bagaimana prosedur yang baik dilakukan, sikap
tubuh apa saja yang baik untuk tubuh dan juga hal – hal apa saja yang mesti dihindari pada
saat bekerja.

2.5 Penelitian Terdahulu

Pengetahuan, sikap dan kondisi lingkungan ini dinilai memiliki peranan pentimg
dalam upaya penerapan K3. Karena jika menerapkan 3 aspek tersebut tentunya dapat
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Berikut beberapa hal yang dapat terjadi akibat
kelelahan dan kecelakaan kerja yakni :

1. Penyakit paru-paru
2. Cedera muskoloskeletal
3. Kanker
4. Amputasi, patah tulang, buta, trauma, dan lecet
5. Kardiovaskular
6. Penyakit reproduksi
7. Gangguan saraf
8. Gangguan pendengaran
9. Dermatologic
10. Gangguan jiwa

Pada dasarnya terdapat dua solusi dalam mengatasi akibat dari kecelakaan dan
kelelahan bekerja yakni :

1. Memperbaiki lingkungan kerja agar aman, efektif dan nyaman.


2. Pembekalan pengetahuan mengenai pentingnya penerapan ergonomi dan K3 pada
saat bekerja.

Hartono, Arief., Sutopo (2018) melakukan penelitian pengaruh sikap,


pengetahuan dan kondisi lingkungan kerja pada penerapan K3 di SMK Wonosari. Dengan
tujuan mengidentifikasi persepsi pentingnya pengetahuan dan kondisi lingkungan kerja
pada keberhasilan K3.

Sari, L.R, Sadi, Berlianty, Intan (2019), melakukan penelitian mengenai


pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap proses produksi karyawan dengan menggunakan
pendekatan ergonomi. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan kerja fisik
dalam membuat produktivitas yang tinggi.

Wahyuni, Dwi., Indriyani (2019), melakukan praktik mengenai faktor – faktor


apa saja yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerjaan bagian produksi studi
kasus di PT. Antam. Hal ini dilakukan agar mengetahui persentase kelelahan para pekerja
dan faktor penyebab tertingginya.

Ahmad, A.J., Mappamiring, Mustari N (2022), melakukan penelitian mengenai


pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Bulukumba.

Nasution, B.B., Raharjo, W., Fitriangga A. (2014), melakukan praktik mengenai


hubungan tingkat pengetahuan dan persepsi K3 bagian produksi di Potianak.

Tabel 2.2 Referensi Jurnal Terdahulu

No. Nama Penulis Judul Hasil dan Pembahasan


1. Hartono, Pengaruh Pengetahuan, Sikap Didapatkan hasil bahwa
Arief., Sutopo dan Kondisi Lingkungan Kerja pengetahuan, sikap dan
(2018) Terhadap Persepsi Penerapan lingkungan kerja berpengaruh
Keselamatan dan Kesehatan pada persepsi penerapan K3.
Kerja, Dinamika Vokasional
Teknik Mesin, 3 (2)
2. Sari, L.R, The Application of Office Berisi mengenai proses
Sadi, Ergonomic for Work Safety in pengaplikasian ergonomi di
Company, Manajemen Kantor.
Berlianty, lingkungan kerja guna
Intan (2019 menerapkan K3.
3. Wahyuni, Faktor – Faktor yang Didapatkan data bahwa faktor –
Dwi., Indriyani Berhubungan dengan Kelelahan faktor yang berhubungan
(2019) Kerja pada Pekerja Bagian signifikan dengan kelelahan
Produksi di PT. Antam Tbk. kerja ialah beban kerja dan
UBPP Logam Mulia, Ilmiah tekanan panas. Sedangkan yang
Kesehatan, 11(1) tidak signifikan ialah usia, masa
kerja dan status gizi. Sehingga
disarankan untuk meminimalisir
beban kerja dengan cara
pengobatan kelelahan, evaluasi
program terkait kelelahan kerja
dan meningkatkan pengendalian
lingkungan.
4. Ahmad, A.J., Pengaruh Lingkungan Kerja Dapat disimpulkan bahwa
Mappamiring, Terhadap Kinerja Pegawai di lingkungan kerja di dinas
Mustari N Dinas Pendidikan dan tersebut cenderung baik hanya
(2022). Kebudayaan Kabupaten saja masih ada beberapa yang
Bulukumba perlu dibenahi. Kinerja pegawai
pun sudah tercapai. Lalu,
disimpulkan bahwa lingkungan
kerja berpengaruh positif bagi
kinerja karyawan.
5. Nasution, Hubungan Tingkat Pengetahuan Berdasarkan hasil analisis
B.B., Raharjo, dan Persepsi Keselamatan dan didapatkan bahwa setiap
W., Fitriangga Kesehatan Kerja Terhadap responden menyadari bahwa
A. (2014) Perilaku Tidak Aman Pada informasi mengenai K3 akan
Pekerja Bagian Produksi PT. X meningkatkan kinerja di tempat
Pontianak kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad, A.J., Mappamiring, Mustari N (2022), Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap


Kinerja Pegawai di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba,
Unismuh, 3 (1).
2. Auliarrahman, A (2018), Hubungan Penerapan Ergonomi dengan Produktivitas Kerja
pada Karyawan Bagian Office berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit GRHA
Permata Ibu Depok, Skripsi, Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan.
3. Hartono, A (2018), Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kondisi Lingkungan Kerja
Terhadap Persepsi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dinamika Vokasional
Teknik Mesin, 3 (2).
4. Irisdiastadi, H., Ergonomi Suatu Pengantar, Bandung, PT. Remaja Rosdakaya, 2014.
5. Nasution, B.B., Raharjo, W., Fitriangga A. (2014), Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Perilaku Tidak Aman Pada
Pekerja Bagian Produksi PT. X Pontianak.
6. Sari, I.N (2019), The Application of Office Ergonomic for Work Safety in Company,
Manajemen Kantor.
7. Sari, L.R., Sadi, Berlianty, Intan., Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap
Produktivitas dengan Pendekatan Ergonomi Makro (2019), OPSI 7 (1).
8. Suhardi, Bambang., Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri, Jilid 1,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.
9. Suma’mur P.K Msc. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta. CV. Haji
Masagung.
10. Susanti, L., Zadry, H.R., Yuliandra, Berry., Pengantar Ergonomi Industri, Andalas
University Press, Padang, 2015.
11. Sutalaksana, Tata Cara Kerja Laboratorium Tata Cara Kerja Ergonomi, Bandung,
Departemen Teknik Industri ITB, 2006.
12. Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi
Di Tempat Kerja. Surakarta. Harapan Press.
13. Wahyuni, Dwi., Indriyani (2019), Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Antam Tbk. UBPP Logam Mulia, Ilmiah
Kesehatan, 11(1).
14. Workcover Tasmania. Fatigue Management Fact Sheet. 2013.

Anda mungkin juga menyukai