Anda di halaman 1dari 196

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASANGAN BARU

Oleh Kelompok 1 Kelas 6B


Anggota Kelompok :
1. Diana Safitri (1130016037)
2. Arnis Rosita Syntia (1130016038)
3. Hanum Mafrudo (1130016043)
4. Neilah Nafela (1130016071)

Fasilitator :
Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL
ULAMA SURABAYA 2019

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Baru”. Makalah ini diajukan untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Shalawat dan salam semoga
tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
banyak memberi bimbingan dan arahan untuk penulis dalam melakukan penulisan
makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat baik bagi kami maupun bagi
pembaca pada umumnya.

Surabaya, 12 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.....................................................................................................ii

Kata Pengantar.............................................................................................................iii

Daftar isi.........................................................................................................................iv

BAB 1 TINJAUAN TEORI

1.1.Konsep Dasar Keluarga....................................................................................1

1.2.Konsep Dasar Tahap pasangan baru.........................................................29

1.3.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga.......................................32

BAB 2 HASIL

2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga pasangan baru........................................89

BAB 3 Simpulan dan Saran

3.1 Simpulan..............................................................................................................113

3.2 Saran.....................................................................................................................113

Daftar pustaka...........................................................................................................114

iii
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Dasar Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga
Terdapat berbagai pengertian keluarga, seperti pengertian
keluarga secara tradisional yang dikemukakan oleh U.S. Census
Bureau (2005): “Suatu keluarga terdiri dari dua orang atau lebih
dengan salah satu diantaranya merupakan kepala keluarga, yang
dihubungkan melalui keturunan, pernikahan, atau adopsi dan tinggal
pada tempat atau rumah yang sama”.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun
2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami, istri atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya. Anak yang dimaksudkan dalam pengertian ini adalah
anak yang belum menikah. Apabila ada ank yang sudah menikah dan
tinggal bersama suami/istri atau anak-anaknya, maka anak tersebut
dapat menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru).
Selain itu, juga terdapat definisi khusus untuk keluarga, yaitu satuan
individu/ seorang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga, hidup
dan makan serta menetap dalam satu rumah, misalnya seseorang atau
janda/duda sebagai anggota keluarga sendiri, atau dengan anak yatim
piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011).
Definis sosial untuk keluarga yaitu merupakan sekelompok orang
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sebagai suami, istri, ayah,
ibu, anak, saudara dan bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 dalam
setiawati 2008). Fitzpatrick (2004) dalam Lestari (2012) membagi
definisi keluarga menurut tiga sudut pandang, yaitu struktural, fungsional,
dan transaksional. Definisi secara struktural didasarkan pada kehadiran
atau ketidakhadiran anggota keluarga seperti orangtua, anak, dan kerabat
lainnya. Definisi secara fungsional difokuskan pada terpenuhinya tugas-
tugas keluarga dan fungsi psikososial. Definisi secara transaksional
difokuskan pada cara keluarga melaksanakan fungsinya.
Definisi keperawatan tentang keluarga dipengaruhi keterlibatan
personal dari perawat dengan keluarganya sendiri dan pengalaman klinis.

1
Oleh karena itu, sangat disarankan agar perawat tidak menggunakan
nilai-nilai yang ada pada dirinya saat memberikan asuhan keperawatan
pada keluarga binaan. Umumnya perawat menggunakan definisi keluarga
yang merujuk pada dua atau lebih individu yang saling tergantung satu
sama lain dan memberi dukungan secara emosional, fisik dan atau
keluarga (Hanson, 2005). Namun demikian, perawat perlu mengadopsi
dan bekerja bersama keluarga dengan definisi yang lebih luas. Hal-hal
yang menjadi bukti penting keluarga sebagai unit terkecil masyarakat
dapat dijelaskan bahwa keluarga terbentuk untuk memenuhi dua tujuan
penting yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan
anggota keluarga (Friedman et al, 2003). Keluarga memenuhi kebutuhan
masyarakat melalui penghasilan dan sosialisasi anggota keluarga. “Unit
dasar (keluarga) yang kuat memengaruhi perkembangan individu yang
dapat menentukan kesukesan atau kegagalan hidup individu tersebut”
((Friedman et al, 2003). Keluarga adalah “penyangga” antara individu
dan masyarakat. Keluarga memenuhi kebutuhan individu melalui
penyediaan kebutuhan dasar (makanan, tempat tinggal, pakaian, dan
kasih sayang). Pembentukan keluarga merupakan upaya pemberian
dukungan pada pasangan dalam keluarga dengan memenuhi kebutuhan
afektif, seksual, dan sosioekonomi. Bagi anak, keluarga adalah guru
pertama”, karena keluarga yang akan mengenalkan anak pada peraturan
sosial dan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kehidupan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.1.2 Fungsi Keluarga


Sepanjang perkermbangannya, keluarga memiliki fungsi-fungsi
tradisional yang telah dikenal (Kaakinen, Hanson, & Denham, 2010).
Terdapat lima fungsi keluarga yaitu :
1.1.2.1 Fungsi Ekonomi
Menurut Stanhope dan Lancaster (2012) pendapatan
keluarga merupakan faktor yang sangat penting dan harus
tersedia didalam keluarga. Fungsi ekonomi keluarga
berkaitan juga dengan pola konsumsi keluarga, pengelolaan
keuangan, penyediaan perumahan, asuransi, dana pensiun
dan tabungan. Ekonomi dan keuangan keluarga merupakan
substansi terkecil yang akan memberikan gambaran terhadap
kondisi perekonomian negara secara umum.

2
Fungsi ekonomi keluarga ialah keluarga memperoleh
sumber-sumber penghasilan dan pengaturan penggunaan
penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, serta
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan
yang dalam prosesnya fungsi ekonomi ini mampu membagikan
kerangka keluarga, misalnya ayah sebagai pencari uang untuk
kebutuhan dan ibu bertugas mengurus anak (BKKBN, 2016).
Fungsi ekonomi keluarga mengikutsertakan
penyediaan keluarga akan sumber daya yang mencukupi baik
secara finansial, tempat tinggal serta materi. Sumber ekonomi
keluarga merupakan hal yang relevan dengan bagaimana
kemampuan sebuah keluarga untuk mengalokasikan sumber
yang tepat dan berguna untuk memenuhi berbagai kebutuhan
keluarga, contohnya kebutuhan sandang pangan, papan serta
perawatan kesehatan yang baik. Pendistribusian keuangan
yang sesuai dilakukan melalui sebuah proses pengambilan
keputusan. Fungsi ekonomi juga berkaitan dengan bagaimana
sebuah keluarga mengatur keuangannya, serta dapat
merupakan perspektif yang lebih baik mengenai berbagai
nilai ekonomi yang dianut keluarga.
1.1.2.2 Fungsi Reproduksi
Keberlangsungan dan keberlanjutan populasi akan
berhubungan dengan pola dan tingkat reproduksi. Keluarga
merupakan struktur tradisional yang melibatkan terjadinya
proses reproduksi. Pengertian fungsi reproduksi saat ini
berkembang tidak hanya sebatas menghasilkan keturunan
melalui perkawinan. Fungsi reproduksi bertujuan untuk
melanjutkan garis keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, serta memelihara dan merawat anggota keluarga.
Fungsi reproduksi keluarga merupakan sebuah bentuk
jaminan keberlangsungan antar generasi keluarga dan
masyarakat, yaitu memberikan anggota baru kepada masyarakat.
Pernikahan dan pembentukan keluarga dibuat untuk
mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi. Sampai saat ini
reproduksi masih menjadi fungsi primer keluargayang menjadi
justifikasi keberadaan keluarga. Namun saat inifungsi
reproduksi keluarga telah dipisahkan dari keluarga. Pada

3
keluarga modern, keluarga diartikan dalam bentuk konteks
pilihan (siapa yang dipilih untuk menjadi bagian anggota
keluarga), dengan demikian ketika ada seorang anak lahir
pada sebuah keluarga baru yang merupakan keluarga dengan
orang tua tunggal maka hal tersebut telah menjadi hal yang
umum dan dapat diterima.
1.1.2.3 Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk
menanamkan nilai-nilai yang ada di keluarga terhadap anggota
keluarga yang dimilinya. Keluarga memiliki harapan dalam
memberikan jaminan perlindungan untuk anak-anaknya agar
dapat masuk dalam lingkungan sosial yang ada di sekitarnya.
Fungsi sosialisasi dimulai saat lahir dan berakhir pada saat
kematian. Fungsi sosialisasi adalah proses sepanjang hidup
ketika individu secara berkelanjutan memodifikasi perilaku
mereka sebagai respons terhadap keadaan yang terpola secara
sosial yang mereka alami. Fungsi sosialisasi mencakup semua
proses dalam sebuah keluarga atau komunitas melalui
pengalaman selama hidup mereka yang penuh makna dan terdiri
dari unsur karakteristik yang berpola secara sosial. Selain itu
fungsi sosialisasi juga dicapai dengan memberikan kesempatan
sebagai proses perkembangan atau perubahan yang dijalani
individu atau keluarga sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran sosial. Sosialisasi paling sering berlangsung
secara informal dan tidak eksplisit.
1.1.2.4 Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan pembentukan struktur dan
pembatas yang menciptakan rasa memiliki antar sesama anggota
keluarga dan menciptakan identitas sebagai bagian dari
keluarganya. Fungsi afektif merupakan kemampuan keluarga
dalam memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh atau
saling menyayangi. Fungsi afektif sebagai respons terhadap
berbagai kebutuhan anggota keluarga secara emosional. Ketika
kebutuhan afektif anggota keluarga tidak dapat terpenuhi secara
adekuat, maka akan menimbulkan tekanan dalam keluarga,
gangguan kesehatan dan kesedihan atau kesusahan dari satu atau
lebih dari anggota keluarga. Gejala disfungsi afektif dalam

4
keluarga meliputi respons emosional seperti marah, depresi,
cemas, perilaku lalai, serta keluhan somatik seperti penyakit-
penyakit fisik pada anggota keluarga. Keadaan ini akan
menyebabkan proses menurunnya sikap positif yang
dilakukan untuk mengurangi dan memulihkan permasalahan
yang ada pada keluarga. Ketika keluarga berduka, konflik
dalam keluarga sering kali menyebabkan permasalahan dalam
memenuhi kebutuhan afektif keluarga. Selain itu kehilangan
yang mendalam dan kematian orang terdekat dapat pula
memengaruhi kebutuhan afektif keluarga.
1.1.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga merupakan tempat mempelajari konsep
kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan manajemen penyakit. Friedman,
Bowden, dan Jones (2003) menyatakan bahwa fungsi perawatan
kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
memberdayakan sumber daya keluarga dan berbasis keluarga.
Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya sebagai
fungsi essensial dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang
mengemban fokus sentral dalam keluarga agar keluarga
berfungsi dengan baik dan sehat. Namun pemenuhan fungsi
perawatan kesehatan untuk semua anggota keluarga dapat
menjadi sulit karena tantangan internal dan eksternal. Berbagai
masalah atau kesulitan dalam memebrikan perawatan keluarga
dapat berasal dari struktur keluarga dan sistem pelayanan
kesehatan. Anggota-anggota memerlukan kemampuan berupa
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan perawatan
terhadap suatu kondisi sakit. Selain itu, sistem pelayanan
kesehatan yang mudah diakses keluarga akan mendukung
keluarga memenuhi fungsi perawatan kesehatan. Keluarga perlu
mengenali sebagian besar kebutuhan untuk melakukan
perawatan kesehatan diri mereka namun juga membutuhkan
pelayanan profesional maupun pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, apotek serta asuransi kesehatan yang mendukung
fungsi keperawatan kesehatan keluarga. Selain itu, kendala
keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada seluruh

5
anggota keluarga antara lain adalah kurangnya akses ke
pelayanan kesehatan, kurang dana/pembiayaan, pendidikan,
tingkat pendapatan yang kurang sehingga kurang dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan tersedia.
1.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga merupakan tahapan kedua pengkajian
keluarga yang diperkenalkan oleh Maglaya (2009). Tugas kesehatan
keluarga menggambarkan kemampuan keluarga untuk mengenali
masalah-masalah kesehatan yang terjadi di antara anggota keluarga
dan memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Tugas
kesehatan keluarga terdiri dari lima tugas yaitu :
1.1.3.1 Mengenali masalah kesehatan pada anggota keluarga
Keluarga-keluarga Indonesia cenderung berupaya
menghilangkan gejala yang dirasakan bila mengalami sakit
dengan melakuan cara-cara tradisonal atau minum obat yang
dijual bebas. Upaya untuk memahami masalah kesehatan
belum dilakukan oleh banyak keluarga. Seringpula terjadi
anggapan ynag salah karena informasi yang diperoleh secara
turun temurun atau pengaruh dari aspek budaya, yang terjadi
kurang memperhatikan perubahan kondisi kesehatan diri.
Misal, banyak keluarga yang beranggapan jika balita diare
adalah pertanda anak akan mampu nelakukan sesuatu
ketrampilan pertumbuhan, seperti akan dapat bicara, akan
dapat berjalan dan lain-lain.Ketidakmampuan keluarga
mengenali masalah kesehatan dapat disebabkan oleh :
1. Kurang pengetahuan
2. Menyangkal tentang keberadaan atau keparahan penyakit
akibat rasa takut tentang konsekuensi dari diagnosis atau
masalah, misalnya :
a. Stigma social, kehilangan rasa hormat dari teman sebaya
b. Implikasi ekonomi, biaya
c. Konsekuensi fisik
d. Keadaan psikologi dan emosional
3. Perilaku atau filosofi hidup
1.1.3.2 Membuat keputusan yang berkaitan dengan upaya
pengobatan/perawatan

6
Keputusan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan seringkali terkendala karena keputusan keluarga
menunggu nasehat dari orangtua atau orang yang dituakan di
dalam keluarga besar.Ketidakmampuan keluarga membuat
keputusan dapat disebabkan oleh :
1. Keggalan mengenali sifat dan cakupan masalah
2. Rendahnya kepentingan masalah
3. Perasaan bingung dan pasrah akibat kegagalan
menyelesaikan masalah
4. Kurangnya pengetahuan
5. Ketidakmampuan memutuskan usaha dari pilihan
penyelesaian masalah
6. Konflik opini antar anggota keluarga tentang pilihan
penyelesaian masalah
7. Kurang pengetahuan tentang sumber layanan kesehatan di
komunitas
8. Ketakutan tentang konsekuensi usaha ynag diambil, misalnya
:
a. Social
b. Ekonomi
c. Fisik
d. Emosi dan psikologis
9. Perilaku negatif terhadap kondisi kesehatan atau masalah,
mengacu pada perilaku yang mengganggu rasional
pembuatan keputusan
10. Tidak mempunyai akses terhadap layanan kesehatan yang
sesuai, missal: terhambat secara fiik, terhambat secara
finasial
11. Kurangnya rasa percaya pada tenaga kesehatan
12. Pemahaman yang salah tentang usaha atau intervensi yang
akan diberikan
1.1.3.3 Melakukan upaya perawatan untuk menghilangkan
kondisi sakit pada anggota keluarga
Keluarga perlu mengenali berbagai kondisi yang dapat
menjadi penyebab gangguan kesehatan atau ancaman kesehatan
yaitu kondisi yang dapat menyebabkan munculnya penyakit,

7
kecelakaan atau kegagalan mengenali potensi kesehatan
seseorang, seperti contoh beikut :
1. Adanya faktor risiko terkait penyakit, missal: gaya hidup,
atau sindrom metabolik
2. Ancaman infeksi silang dari penyakit menular
3. Ukuran keluarga yang melebihi sumber daya yang mampu
disediakan
4. Kecelakaan atau bahaya api, misal:
a. Tangga rapuh
b. Objek/furniture berujung runcing, obat/racun tidak
disimpan dengan baik
c. Bahaya api
d. Bahaya jatuh
5. Kesalahan teknik pemberian makan atau kebiasaan makan
yang tidak sehat:
a. Asupan makanan tidak adekuat secara kualitas dan
kuantitas
b. Kelebihan asupan nutrien tertentu
c. Kebiasaan makan yang tidak sehat
d. Menyusui yang tidak efektif
e. Teknik pemberian makan yang salah
6. Faktor yang menimbulkan stress:
a. Hubungan pernikahan yang kaku
b. Hubungan orangtua anak yang kaku
c. Konflik interpersonal antar anggota keluarga
d. Pemberi layanan yang merasa terbebani
7. Sanitasi lingkungan yang buruk:
a. Ruangan rumah yang sempit
b. Kurangnya tempat penyimpanan makanan
c. Suplai air yang terpolusi
d. Terdapat tempat bersarang vector penyakit, seperti
nyamuk, kecoa, lalat, dan tikus
e. Kurangnya tempat daur ulang sampah
f. Tempat pembuangan yang kurang bersih
g. Sistem drainase yang buruk
h. Ventilasi dan penerangan yang buruk
i. Polusi suara

8
j. Polusi udara
Ketidakmampuan keluarga mengenali ancaman
kesehatan ini dapat menyebabkan keluarga belum dapat
melakukan pencegahan dan upaya perawatan.

1.1.3.4 Pemeliharaan kesehatan pada lingkungan rumah yang


kondusif
Keluarga diharapkan mampu melakukan pemeliharaan
lingkungan di dalam dan sekitar rumah sehingga dapat
mengoptimalkan lingkungan dalam memlihara kesehatan.
Ketidakmampuan keluarga melakukan pemiliharaan
kesehatan lingkungan dapat disebabkan oleh :
1. Sumber keluarga yang tidak memadai (kendala keuangan
dan sumber daya yang terbatas)
2. Kurangnya pengethauan tentang sanitasi lingkungan
3. Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit
4. Kurangnya kemampuan dalam meningkatkan lingkungan
yang sehat
5. Komunikasi tidak efektif dalam keluarga
6. Sikap negtaif dalam kehidupan yang tidak kondusif untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengembangan pribadi
1.1.3.5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Keluarga diharapkan memiliki pengetahuan tentang
fasilitas kesehtan tersebut untuk pemeliharaan kesehatan
keluarga. Sikap keluarga terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
di masyarakat penting diketahui oleh perawat agar dapat
mengarahkan keluarga dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang sesuai. Ketidakmampuan keluarga memnfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan hambatan dalam
pemeliharaa kesehatan keluarga.
1.1.4 Struktur Keluarga
Menurut (Friedman,1998)
1.1.4.1 Pola dan Proses Komunikasi
Dikatakan Fungsional apabila :
1. Bersifat Terbuka dan Jujur
2. Melibatkan Emosi
3. Selalu menyelesaikan konflik keluarga

9
4. Berfikiran positif & tidak mengulang-ulang isu &
pendapat sendiri
1.1.4.2 Struktur Peran
1.1.4.3 Struktur nilai dan norma
1.1.4.4 Struktur kekuatan dan nilai
1.1.5 Ciri Struktur Keluarga
1.1.5.1 Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana
masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan
fungsinya masing-masing sehingga tercapai tujuan keluarga.
1.1.5.2 Ada Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga
memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing
sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi
oleh tanggungjawab masing-masing anggota keluarga.
1.1.5.3 Ada Perbedaan dan Kekhususan
Peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga dan fungsi yang berbeda
dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah,
peran ibu yang merawat anak-anak.
1.1.6 Tipe Keluarga
1.1.6.1 Traditional Nuclear
Ayah + Ibu + Anak — serumah — ikatan pernikahan
(saksi legal).
1.1.6.2 Extended Family
Keluarga inti + Sanak saudara (nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi,dsb).
1.1.6.3 Reconstitued Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti, ada perkawinan
kembali, tinggal serumah dengan anak baik dari perkawinan
lama maupun baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
1.1.6.4 Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-
duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekola/perkawinan/ meniti karir.

10
1.1.6.5 Dyadic Nuclear
Suami + istri sudah berumur, tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

1.1.6.6 Single Parent


Satu orang tua, akibat perceraian atau kematian pasangan,
anak-anak dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
1.1.6.7 Dual Carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
1.1.6.8 Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu
tertentu.
1.1.6.9 Single Adult
Wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan tidak ada
keinginan menikah.
1.1.6.10 Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
1.1.7 Karakterisitik Keluarga Sehat
Otto (1973) dan Pratt (1976) mencirikan keluarga sehat sebagai
“keluarga yang saling menguatkan” dan memberikan gambaran
tentang keluarga sehat sebagai panduan pengkajian kekuatan dan
koping. Defrain (1999) dan Mantalvo (2004) mendefinisikan keluarga
sehat sebgai berikut :
1.1.7.1 Anggota keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya,
mereka berkomunikasi berulang kali dalam berbagai konteks
1.1.7.2 Keluarga sehat dapat menentukan prioritas. Anggota keluarga
memahami bahwa kebutuhan keluarga merupakan prioritas
1.1.7.3 Anggota keluarga memiliki hubungan peran yang fleksibel,
membagi kekuatan, menanggapi perubahan, mendukung
pertumbuhan dan otonomi anggota keluarga lainnya, dan
mengikutsertakan dalam pembuatan keputusan yang
berdampak pada meraka
1.1.7.4 Keluarga mengajarkan tentang nilai-nilai dan kepercayaan
keluarga, social, serta, agama

11
1.1.7.5 Keluarga sehat bertanggungjawab dan menghargai tugas
anggota keluarga lainnya
1.1.7.6 Keluarga sehat memiliki selera bermain dan bercanda untuk
menghabiskan waktu luang mereka
1.1.7.7 Keluarga sehat memiliki kemampuan mengatasi stress dan
krisis yang merupakan hasil positif dari koping. Mereka tahu
kapan harus mencari bantuan dari ahlinya.
1.1.8 Peran Keluarga
1.1.9.1 Formal (Peran dasar sebagai suami-ayah dan istri-ibu)
1. Provider : Pengatur rumah tangga
2. Perawat anak
3. Sosialisasi anak
4. Rekreasi
5. Persaudaraan
6. Peran afektif dan seksual
1.1.9.2 Informal (Adaptif dan maladaptif)
1. Pendorong
2. Pengikat
3. Pencari pengakuan
4. Sahabat
5. Penghibur

1.1.9 Kekuatan Keluarga


Kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan dalam
perubahan perilaku ke arah positif, Tipe Kekuatan Keluarga :
1.1.9.1 Hak (legitimate power)
1.1.9.2 Ditiru (referent power)
1.1.9.3 Keahlian (expert power)
1.1.9.4 Hadiah (reward power)
1.1.9.5 Paksa (coercive power)
1.1.9.6 Afektif power

1.1.10 Tahapan Keluarga Sejahtera


1.1.10.1 Keluarga prasejahtera
Keluarga prasejahtera merupakan keluarga yang belum
dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal. Misalnya:
1. Pengajaran

12
2. Agama
3. Sandang
4. Pangan
5. Papan
6. Kesehatan

1.1.10.2 Keluarga prasejahtera tahap 1


Keluarga prasejahtera tahap 1 merupakan keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal
(sesuai dengan kebutuhan dasar pada keluarga prasejahtera),
namun yang belum dapat dipenuhi yaitu keseluruhan
kebutuhan sosial psikologis keluarga. Misalnya:
1. Pendidikan
2. KB (Keluarga Berencana)
3. Interaksi dalam keluarga
4. Interaksi dengan lingkungan
1.1.10.3 Keluarga prasejahtera tahap 2
Keluarga prasejahtera tahap 2 merupakan keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan dasar psikologi, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
(menabung & memperoleh informasi).
1.1.10.4 Keluarga prasejahtera tahap 3
Keluarga prasejahtera tahap 3 merupakan keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan pada tahapan keluarga 1
dan 2, namun belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) maksimal terhadap masyarakat dan berperan
secara aktif dalam masyarakat.
1.1.10.5 Keluarga prasejahtera tahap 3 plus
Keluarga prasejahtera tahap 3 plus merupakan keluarga
yang dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga pada tahapan
1 sampai dengan 3.
1.1.11 Indikator Keluarga Sejahtera
1.1.11.1 Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)
atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari
21 indikator keluarga sejahtera yaitu:

13
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali
sehari atau lebih.

Pengertian makan adalah makan menurut


pengertian dan kebiasaan masyarakat setempat,
seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan
nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau
seperti makan sagu bagi mereka yang biasa makan
sagu dan sebagainya.

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda


untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

Pengertian pakaian yang berbeda adalah


pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang,
sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang
sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda.
Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau
beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke
sekolah atau untuk bekerja (ke sawah, ke kantor,
berjualan dan sebagainya) dan lain pula dengan pakaian
untuk bepergian (seperti menghadiri undangan
perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).

3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai


atap, lantai dan dinding yang baik.

Pengertian Rumah yang ditempati keluarga


ini adalah keadaan rumah tinggal keluarga
mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi
yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan
maupun dari segi kesehatan.

4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana


kesehatan.

Pengertian sarana kesehatan adalah sarana


kesehatan modern, seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek,

14
Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan obat obatan yang diproduksi secara
modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi
yang berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).

5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke


sarana pelayanan kontrasepsi.

Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi


adalah sarana atau tempat pelayanan KB, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai
Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter
Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan
pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti
IUD, MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil,
kepada pasangan usia subur yang membutuhkan.

(Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan


Usia Subur).

6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga


bersekolah.

Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun


adalah semua anak 7-15 tahun dari keluarga (jika
keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus
mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah
diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu
terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat
SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.

1.1.11.2 Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau


indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological needs)
keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:

1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan


ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.

Pengertian anggota keluarga melaksanakan


ibadah adalah kegiatan keluarga untuk melaksanakan

15
ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan
yang dianut oleh masing masing keluarga/anggota
keluarga. Ibadah tersebut dapat sdilakukan sendiri-
sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah,
atau di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan
menurut ajaran masing masing agama/kepercayaan.

2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota


keluarga makan daging/ikan/telur.

Pengertian makan daging/ikan/telur adalah


memakan daging atau ikan atau telur, sebagai lauk pada
waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi protein.
Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian.

3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling


kurang satu stel pakaian baru dalam setahun.

Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak


pakai (baru/bekas) yang merupakan tambahan yang
telah dimiliki baik dari membeli atau dari pemberian
pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai
sehari hari oleh masyarakat setempat.

4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk


setiap penghuni rumah.

Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah


keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas,
maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur,
kamar mandi, paviliun, garasi dan gudang yang
apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah
diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.

5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat


sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-
masing.

Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi


kesehatan seseorang dalam keluarga yang berada dalam
batas batas normal, sehingga yang bersangkutan tidak

16
harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus
tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke
sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan
demikian anggota keluarga tersebut dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan
kedudukan masing masing di dalam keluarga.

6. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang


bekerja untuk memperoleh penghasilan.

Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk


memperoleh penghasilan adalah keluarga yang paling
kurang salah seorang anggotanya yang sudah dewasa
memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari
sumber penghasilan yang dipandang layak oleh
masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan minimal
sehari hari secara terus menerus.

7. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa


baca tulisan latin.

Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun


bisa baca tulisan latin adalah anggota keluarga yang
berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat membaca
tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari
kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini
tidak berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai
anggota keluarga berumur 10-60 tahun.

8. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih


menggunakan alat/obat kontrasepsi.

Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua


atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah
keluarga yang masih berstatus Pasangan Usia Subur
dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan
menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern, seperti
IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan MOW.

17
1.1.11.3 Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau
indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental
needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan


agama.

Pengertian keluarga berupaya meningkatkan


pengetahuan agama adalah upaya keluarga untuk
meningkatkan pengetahunan agama mereka masing
masing. Misalnya mendengarkan pengajian,
mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi anak
anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama
Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang
beragama Kristen.

2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam


bentuk uang atau barang.

Pengertian sebagian penghasilan keluarga


ditabung dalam bentuk uang atau barang adalah sebagian
penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung baik
berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan
hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan, rumah
sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa barang,
apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-

3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang


seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama


adalah kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk
makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau
sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi
membahas persoalan yang dihadapi dalam satu minggu
atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar
seluruh anggota keluarga.

4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di


lingkungan tempat tinggal.

18
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah
keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota
keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang
bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong royong,
ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan
PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.

5. Keluarga memperoleh informasi dari surat


kabar/majalah/radio/tv/internet.

Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari


surat kabar/ majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya
kesempatan bagi anggota keluarga untuk memperoleh
akses informasi baik secara lokal, nasional, regional,
maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat
kabar, majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti
radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak perlu
hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang
bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau
dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi
milik umum/milik bersama.

1.1.11.4 Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus)
atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21
indikator keluarga, yaitu:

1. Keluarga secara teratur dengan suka rela


memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan
sosial.

Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka


rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan
sosial adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang
besar dengan memberikan sumbangan materiil secara
teratur (waktu tertentu) dan sukarela, baik dalam bentuk
uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat
(seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan
pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai kegiatan

19
kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya)
dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.

2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus


perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

Pengertian ada anggota keluarga yang aktif


sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi
masyarakat adalah keluarga yang memiliki rasa sosial
yang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran
dan moral secara terus menerus untuk kepentingan
sosial kemasyarakatan dengan menjadi pengurus pada
berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada
yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga,
keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

1.1.12 Tingkat Kemandirian


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan
perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian
keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi
ketentuan tingkatan kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV,
menurut Dep-Kes (2006) sebagai berikut :

1.1.12.1 Tingkat kemandirian I

1. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan


sesuai dengan rencana keperawatan

1.1.12.2 Tingkat kemandirian II

1. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan


sesuai dengan rencana keperawatan

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan


secara benar

20
4. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
yang dianjurkan

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara

aktif 1.1.12.3 Tingkat kemandirian III

1. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan


sesuai dengan rencana keperawatan

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan


secara benar

4. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai


yang dianjurkan

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

6. Melaksanakan tindakan pecegahan sesuai anjuran

1.1.12.4 Tingkat kemandirian IV

1. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan


sesuai dengan rencana keperawatan

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan


secara benar

4. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai


dengan yang dianjurkan

1.1.13 Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (1977) dan
Duvall & Miller (1985) :

1.1.13.1 Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru


Tugas perkembangan keluarga adalah membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, secara

21
harmonis berhubungan demean sanak saudara,
merencanakan sebuah keluarga.
1.1.13.2 Tahap II, Childbearing family (melahirkan anak
pertama hingga anak tertua berusia 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga adalah membentuk
keluarga muda sebagai suatu unit, memperbaiki hubungan
setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan
dan kebutuhan berbagai anggota keluarga, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, memperluas
hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran
menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
1.1.13.3 Tahap III, keluarga dengan anak prasekolah (anak
tertua berumur 2½ sampai 6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, menyosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga
dan di luar keluarga.
1.1.13.4 Tahap IV, keluarga dengan anak sekolah (anak tertua
usia 6 sampai 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah
menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang
sehat demean teman sebaya, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga.
1.1.13.5 Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua
umur 13 sampai 20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah
dewasa, memfokuskan kembali hubungan pernikahan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
1.1.13.6 Tahap VI, keluarga melepaskan anak dewasa muda
(terdiri dari anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)

22
Tugas perkembangan keluarga adalah memperluas
lingkungan keluarga terhadap anak dewasa muda termasuk
memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui
dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu
orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
1.1.13.7 Tahap VII, orang tua paruh baya (semua anak
meninggalkan rumah sampai orang tua pensiun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan
kepuasan dan hubungan yang bermaknaantara orang tua
yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan.
1.1.13.8 Tahap VIII, keluarga lansia pensiunan (anggota keluarga
lansia atau pensiunan sampai kematian kedua pasangan)
Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
1.1.14 Keluarga Sebagai Klien
Keluarga sebagai klien yaitu melihat keluarga sebagai
keseluruhan individu yang terdapat didalam keluarga. Pendekatan ini
menggambarkan bahwa keluarga merupakan tampilan keluarga yang
terlihat dan individu-individu anggota keluarga menjadi latar belakang
keluarga. Fokus dari keluarga sebagai klien adalah bagaimana individu
anggota keluarga berdampak pada keluarga secara menyeluruh
(Stanhope dan Lancaster, 2012).
Cara pandang perawat dalam menerapkan pendekatan keluarga
sebagai klien memerlukan kemampuan perawat dalam merespons
ekspresi verbal dan non verbal seluruh anggota keluarga saat terdapat
anggota keluarga yang sakit. Rumusan diagnosis keperawatan yang
akan ditegakkan tidak lagi berfokus pada kebutuhan anggota keluarga
sebagai individu namun dampak masalah kesehatan pada salah satu
anggota keluarga pada seluruh anggota keluarga.

23
Suatu contoh pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga
yang didiagnosis Tuberkulosis Paru. Perawat yang menggunakan
pendekatan keluarga sebagai klien akan melakukan pengkajian pada
semua anggota keluarga terkait dengan perubahan yang terjadi pada
kesehatan mereka dan bagaimana keluarga merespons kebutuhan anggota
keluarga yang sakit Tuberkulosis Paru. Apakah semua anggota keluarga
memahami kondisi sakit yang dialami salah satu anggotanya? Bagaimana
pengetahuan keluarga tentang Tuberkulosis Paru dan upaya perawatan
dan penyembuhan Tuberkulosis Paru? Pengkajian perawat tidak lagi
berfokus pada kondisi kesehatan anggota keluarga yang sakit.
Contoh lain pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
di diagnosis diabetes melitus (DM). Perawat akan mengkaji perubahan
pada seluruh anggota keluarga terutama pada kebiasaan makan. Selain
itu perawat juga akan mengkaji pemahaman keluarga tentang DM,
Bagaimana memberikan Perawatan pada anggota keluarga yang DM
terutama dalam memberikan dukungan terhadap beberapa pembatasan
pada Klien DM seperti pengaturan makan.

1.1.15 Keluarga Sebagai Sistem


Keluarga dilihat sebagai suatu sistem Interaksi yang mempengaruhi
keluarga secara menyeluruh, tidak hanya sebagai bagian kecil dari
keluarga. Keluarga sebagai sistem berfokus pada individu dan keluarga
sebagai satu kesatuan di saat yang bersamaan. (Stanhope dan Lancaster,
2012). Pendekatan ini menggambarkan jika salah satu anggota keluarga
sakit akan berdampak pada seluruh anggota keluarga. Suatu contoh pada
keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang di diagnosis
tuberkulosis paru. Perawat yang menggunakan pendekatan keluarga
sebagai sistem akan melakukan pengkajian pada semua anggota keluarga
terkait dengan dampak atau akibat adanya anggota keluarga yang
mengalami tuberkulosis paru. Adakah keingintahuan anggota-anggota
keluarga untuk memahami penyakit Tuberkulosis Paru? Apakah anggota-
anggota keluarga merasa enggan berdekatan dengan anggota keluarga
yang sakit karena takut tertular? Atau sebaliknya ingin agar anggota
keluarga yang sakit segera sembuh sehingga mencari dan memberi
dukungan yang positif. Pengkajian perawat lebih berfokus pada respon
psikologis anggota-anggota keluarga dan perubahan yang terjadi karena

24
ada anggota keluarga yang sakit. Pada kasus keluarga dengan
tuberkulosis paru, apabila yang sakit adalah kepala keluarga maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pendapatan keluarga terutama pada
keluarga-keluarga dengan pekerjaan tidak tetap. Hal ini mengakibatkan
banyak hal, seperti keluarga perlu lebih berhemat dalam belanja untuk
kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan lain. Perawat perlu menggali
respons anggota keluarga terhadap upaya penghematan yang harus
dilakukan sehingga dapat memperoleh masalah keperawatan yang
menggambarkan keluarga sebagai sistem. Contoh lain pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami stroke. Perawat akan
mengkaji perubahan pada seluruh anggota keluarga, Apakah semua
anggota keluarga terlibat dalam upaya perawatan untuk anggotanya yang
stroke? Adakah dampak stroke terhadap pola komunikasi, pola interaksi
Keluarga dan perubahan kebiasaan makan keluarga, selain itu perawat
juga akan mengkaji pemahaman keluarga tentang stroke, bagaimana
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang stroke terutama
dalam memberikan dukungan terhadap upaya perawatan stroke.

1.2 Keluarga Pasangan Baru


Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru.
Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Pasangan yang baru menikah, saat ini
membuat porsi rumah tangga menjadi lebih kecil daripada beberapa dekade
sebelumnya. Jumlah rumah tangga pasangan baru adalah 45 juta pada tahun 1970,
dan pada tahun 2000 jumlah rumah tangga pasangan baru meningkat sebessar 55
juta, sebenarnya peningkatan tersebut jauh lebih lambat daripada semua tipe
rumah tangga keluarga lainnya. Proporsi keluarga pasangan baru yang memiliki
anak telah menurun 87% pada tahun 1970 menjadi 69% pada tahun 2000.
Kelompok keluarga pasangan baru kini lebih cenderung tinggal di daerah
pedesaan, dirumah mereka sendiri, dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Mereka tidak mungkin tidak bekerja jika dibandingkan dengan semua
kelompok keluarga lainnya (U.S. Bureau of the Census, 2000a).

1.2.1 Tugas Perkembangan Keluarga.


Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, dan
pada periode ini, perencanaan keluarga meliputi tiga tugas kritis.

25
1.2.2 Membentuk Pernikahan Yang Memuaskan Bagi Kedua Belah
Pihak
Pada saat kedua orangtua menyatu dalam sebuah pernikahan,
perhatian pertama mereka adalah mempersiapkan tipe baru dalam
kehidupan bersama. Sumber dari dua orang yang digabungkan, peran
mereka berubah, dan mereka menanggung fungsi yang baru. Belajar
untuk hidup bersama sementara menyediakan kebutuhan dasar lain
dari masing-masing pribadi menjadi tugas perkembangan yang
sangat penting. Pasangan harus saling mengakomodasi dalam banyak
acara. Misalnya, mereka harus mengembangkan jadwal rutinitas
makan, tidur, bangun di pagi hari, membersihkan rumah, berbagi
kamar tidur, melakukan rekreasi, dan pergi ketempat mereka sukai.
Dalam proses akomodasi bersama ini, serangkaian pola transaksi
dibentuk dan dikemudian dipertahankan oleh pasangan, dengan
setiap pasangan memicu dan memantau perilaku pasangan lainnya.

Membentuk hubungan yang sukses bergantung pada akomodasi


mutual yang baru saja di diskusikan dan berdasarkan sifat yang saling
melengkapi, atau bersama-sama menyesuaikan kebutuhan dan minat
pasangannya. Sama pentingnya bahwa perbedaan individual juga harus
diketahui. Dalam hubungan pernikahan. Mencapai hubungan yang
memuaskan untuk menangani “perbedaan” (Satir, 1983) dan konflik.
Cara sehat untuk mengatasi masalah berhubungan dengan kemampuan
pasangan untuk bersikap empati, saling mendukung, mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur, serta melakukan pendekatan
terhadap konflik dengan perasaan saling menghargai (Harley, 1994).

Selain itu, seberapa besar kesuksesan pengembangan hubungan


pernikahan akan bergantung pada seberapa baik setiap pasangan
membedakan atau memisahkan keluarga masing-masing dari
keluarga asli mereka (tugas perkembangan terdahulu) (Bowen,1978).
Seseorang yang sudah dewasa harus dipisahkan atau dibedakan dari
orangtua mereka agar mereka dapat membentuk identitas diri mereka
sendiri dan hubungan intim yang sehat. McGoldrick (1988)
menyajikan gambaran yang menakjubkan mengenai proses ini
mengenai masalah psikososial selama periode ini.

Banyak pasangan yang mengalami masalah dalam penyesuaian


seksual, sering kali karena pengabaian dan kesalahan informasi yang

26
menyebabkan pengharapan yang tidak realistic dan kekecewaan.
Selain itu, banyak pasangan membawa kebutuhan dan hasrat mereka
yang tidak terselesaikan ke dalam hubungan, dan ini dapat memberi
pengaruh buruk dalam hubungan seksual (Goldenberg&Goldenberg,
2000; Heinrich,1996).

1.2.3 Berhubungan Secara Harmonis Dengan Jaringan Kekerabatan


Perpindahan peran dasar terjadi dalam pernikahan pertama,
pada saat pasangan berpindah dari rumah orangtua mereka ke latar
tempat yang baru. Secara bersamaan, mereka menjadi anggota dari
tiga buah keluarga masing-masing keluarga asli mereka ditambah
keluarga mereka sendiri yang baru saja mereka ciptakan. Pasangan
menghadapi tugas perpisahan mereka sendiri dari masing-masing
keluarga asal mereka keluarga yang baru dibentuk dan dalam
menjalani hubungan yang berbeda dari orangtua, saudara kandung,
dan mertua, karena loyalitas primer kedua pasangan harus
berpindah ke hubungan pernikahan mereka. Bagi pasangan, bagian
yang tidak dapat dihindari ini membentuk hubungan baru dengan
setiap latar belakang orang tua, hubungan yang tidak hanya
memungkinkan untuk memberi dukungan mutual dan kesenangan,
tetapi juga untuk suatu otonomi yang melindungi keluarga yang
baru dibentuk dari turut campur pihak luar yang dapat mengganggu
bangunan pernikahan yang memuaskan.

1.2.4 Merencanakan Sebuah Keluarga


Memiliki atau tidak memiliki anak dan menetapkan waktu
kehamilan adalah keputusan keluarga yang penting. Mckinney dan
rekan (2000) menekankan pentingnya mempertimbangkan kehamilan
keluarga secara menyuluruh ketika seseorang bekerja dalam unit
perawatan maternitas. Jenis pelayanan kesehatan yang diterima
keluarga sebagai sebuah unit sangat mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk melaksanakan koping secara efektif ketika
menghadapi perubahan yang sangat besar setelah kelahiran bayi.

1.2.5 Perhatian Kesehatan


Perhatian kesehatan pada saat ini meliputi perhatian yang
terkait dengan penyesuaian peran seksual dan pernikahan,
penyuluhann dan konseling keluarga berencana, serta komunikasi.
Saat ini semakin tampak jelas bahwa konseling harus diberikan

27
sebelum pernikahan. Kurang informasi sering menyebabkan masalah
seksual dan emosional, ketakutan, perasaan bersalah, kehamilan yang
tidak direncanakan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun
sesudah pernikahan. Peristiwa yang tidak menguntungkan ini tidak
memungkinkan pasangan untuk merencanakan kehidupan mereka dan
memulai hubungan mereka dengan pondasi yang baik. Konsep
pernikahan tradisional menjadi tertantang oleh hubungan cinta, dan
hubungan pasangan heteroseksual dan homoseksual. Masyarakat yang
memasuki ikatan non pernikahan sering kali memerlukan konseling
dari petugas kesehatan yang dapat diminta untuk membantu pasangan
tersebut. Mungkin pada titik ini, perawat keluarga dapat terperangkap
di antara dua “keluarga”, yaitu keluarga orientasi dan pembentukan
ikatan. Dalam situasi tersebut, professional kesehatan keluarga tidak
perlu membuat penilaian berharga tetapi berusaha untuk membantu
setiap kelompok untuk memahami diri mereka sendiri dan oranglain.

1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


PENGKAJIAN

1.3.1 Mengidentifikasi data

Data-data yang menggambarkan keluarga dalam hal-hal dasar


dicantumkan dalam bagian ini.

1.3.1.1 Nama keluarga


1.3.1.2 Alamat dan telepon
1.3.1.3 Komposisi keluarga penggunaan genogram keluarga
dianjurkan
Tom Wiliam Mary
Al
79 ice B2 80

(1918-1999) Penyakitjantung Diabetes (1916-1998)


D
Kanker Stroke

M 1977 Kim John


Rai
ph 48
Perawat sakit punggung
Alkoholik
Guru SMA
mantan alkohol

28

Mary Bill jane


18 16
Bob
14

Siswa junior
SMA tahun
SMA asma
pertama sehat

Sumber: Friedman: 2010

Gambar 1.3. Contoh genogram keluarga disertai legenda (symbol


yang digunakan dalam genogram)

N Na L/ Hubungan Pekerja Pendidik Keteranga


o ma P dengan keluraga an an n

Tabel 1.4 Komposisi Keluarga


N Jenis Waktu Tn Ny Anak
o imunisasi pemberian

1 Hepatitis
B

2 Polio

3 BCG

4 DIP

29
5 Hib

6 PCV

7 Rotavirus

8 Influenza

9 Campak

10MMR

11Tifoid

12 Hepatitis A

13Varisela

14HVP

Tabel 1.5 Riwayat Imunisasi keluarga (BKKBN, 2017)

1.3.1.4 Tipe bentuk keluarga


1. Traditional Nuclear
Ayah + Ibu + Anak — serumah — ikatan
pernikahan (saksi legal).
2. Extended Family
Keluarga inti + Sanak saudara (nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi,dsb).
3. Reconstitued Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti, ada perkawinan
kembali, tinggal serumah dengan anak baik dari
perkawinan lama maupun baru, satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-
duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekola/perkawinan/ meniti karir.
5. Dyadic Nuclear

30
Suami + istri sudah berumur, tidak mempunyai
anak, keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.
6. Single Parent
Satu orang tua, akibat perceraian atau kematian
pasangan, anak-anak dapat tinggal dirumah atau
diluar rumah.
7. Dual Carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu tertentu.
9. Single Adult
Wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan
tidak ada keinginan menikah.
10. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

1.3.1.5 Latar belakang kebudayaan (Etnik)


(temasuk luasnya akulturasi): dalam menjelaskan data ini,
gunakan kriteria berikut ini sebagai panduan untuk
menentukan kebudayaan dan orientasi religious keluarga serta
luasnya akulturasi.
1. Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar
belakang etnik (identifikasi diri)?
2. Bahasa yang digunakan di rumah? Apakah semua anggota
keluarga berbicara Bahasa inggris?
3. Negara asal dan lama tinggal di Amerika Serikat (generasi ke
berapa anggota keluarga tersebut, dalam kaitannya dengan
status imigrasi mereka) dan alasan keluarga berimigrasi?
4. Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
5. Tempat tinggal keluarga (bagian dari lingkungan yang secara
etnik bersifat homogeny)?
6. Aktivitas keagamaan, sosial, kebudayaan, rekreasi,
dan/atau pendidikan (apakah aktivitas ini berada dalam
kelompok kebudayaan keluarga)?
7. Kebiasaan diet dan berpakaian (tradisional atau barat)?
8. Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?

31
9. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional
atau modern?
10. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga lompleks territorial
keluarga (apakah porsi tersebut selalu didalam komunitas etnik)?
11. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan keluarga.
Apakah keluarga mengunjungi praktisi umum, terlibat
dalam praktik perawatan kesehatan tradisional, atau
memiliki kepercayaan tradisional dalam isu kesehatan?

1.3.1.5 Identifikasi Religius


1. Apa agama keluarga?
2. Apakah anggota keluarga berbeda dalam keyakinan
dan praktik religious mereka?
3. Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam masjid, gereja,
kuil, atau organisasi keagamaan lainnya?
a. Apa praktik keagamaan yang diikuti keluarga?
b. Apa keyakinan dalam nilai kegamaan yang berpusat
dalam kehidupan keluarga?
1.3.1.6 Status Kelas Sosial
(berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan)
Identifikasi kelas sosial keluarga, berdasarkan pada
tiga indikator diatas.
Status ekonomi.
Siapakah pencari nafkah didalam keluarga?
Apakah keluarga menerima bantuan atau dana pengganti?
Jika demikian, apa saja (dari mana)?
Apakah keluarga menganggap pendapatan mereka
memadai? Bagaimana cara keluarga melihat diri mereka
sendiri dalam mengelola keuangan?
2 Mobilitas Kelas Sosial3

1.3.2 Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga


1.3.2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini.
1.3.2.2 Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan
yang sesuai dengan tahap perkembangan saat ini.

32
1.3.2.3 Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang
unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam kehidupan
keluarga (gunakan genogram untuk mengumpulkan data ini).
1.3.2.4 Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orangtua (nenek-
kakek) dari orangtua mereka.
1.3.3 Data Lingkungan
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan
keluarga mulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam
rumah hingga komunitas yang lebih besar tempat keluarga tinggal.
1.3.3.1 Karakteristik Rumah
1.3.3.1.1 Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa,
kamar, dll). Apakah keluarga memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah?
1.3.3.1.2 Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah). Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis
ruang (ruang tamu, ruang tidur, dll). Penggunaan ruang-
ruang tersebut dan bagaimana ruang tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah
penerangan, ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial
atau panas matahari). Apakah lantai, tangga, pemagaran,
dan struktur lainnya dalam kondisi yang memadai?
1.3.3.1.3 Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi dan adekuasi
lemari es.
1.3.3.1.4 Di kamar mandi, amatai sanitasi, air, fasilitas toilet, ada
tidaknya sabun dan handuk? Apakah anggota keluarga
menggunakan handuk yang sama?
1.3.3.1.5 Kaji pengaturan tidur didalam rumah. Apakah
pengaturan tersebut memadai bagi para anggota
keluarga dengan pertimbangan usia mereka,
hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya?
1.3.3.1.6 Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil
(khususnya didalam) dan/atau masalah sanitasi yang
disebabkan adanya hewan peliharaan?

33
1.3.3.1.7 Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber
yang mungkin menyebabkan racun) yang mungkin
terpajan oleh anak yang masih kecil?
1.3.3.1.8 Identifikasi unit territorial keluarga. Apakah mereka
nyaman menggunakan sumber/pelayanan
dilingkungan mereka?
1.3.3.1.9 Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan
keluarga mengenai adekuasi privasi.
1.3.3.1.10 Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
1.3.3.1.11 Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
1.3.3.1.12 Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga
secara keseluruhan dengan pengaturan/penataan
rumah. Apakah keluarga menyadari keadekuatan
rumah terhadap kebutuhan ini?
1.3.4 Karakteristik Lingkungan Sekitar dan Komunitas Yang Lebih
Besar5
1.3.4.1 Apa karakteristik fisik dari lingkungan sekitar dan komunitas
yang lebih besar?
Tipe ligkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota). Tipe
tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan
industry kecil, agraris) di lingkungan.
1.3.4.2 Kondisi hunian dan jalan (terpelihara, rusak, tidak
terpelihara, sedang dalam perbaikan).
Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
Masalah yang berkaitan dengan kemacetan lalu lintas?
Adanya dan jenis industri di lingkungan.
Apakah ada masalah polusi udara, suara, atau air?
1.3.4.3 Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan komunitas?
Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni, pekerjaan dan
hobi keluarga
Kepadatan populasi.
Perubahaan demografi baru-baru ini
didalam komunitas/lingkungan.
1.3.4.4 Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada
dalam komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek, dll).

34
Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas
gawat darurat).
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan,
konseling, pekerjaan).
Pelayanan tempat cuci otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadah keluarga.
1.3.4.5 Bagaimana kemudahan akses sekolah dilingkungan dan
komunitas dan bagaimana kondisi sekolah tersebut? Apakah ada
masalah integrase yang memengaruhi keluarga?
1.3.5 Fasilitas rekreasi.
1.3.5.1 Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat
mengakses pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal
jarak, kesesuaian, dan waktu tempuh)?
1.3.5.2 Bagaimana insidens kejahatan dilingkungan dan komunitas?
Apakah hal ini merupakan masalah keamanan yang serius?
1.3.6 Mobilitas Geografis Keluarga 6
1.3.6.1 Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
1.3.6.2 Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarrga ini?
1.3.6.3 Dari mana keluarga tersebut berpindah atau bermigrasi?
1.3.7 Asosi Transaksi Keluarga dengan Komunitas 7
1.3.7.1 Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan
komunitas atau lembaga pelayanan apa yang dikenal
di komunitas?
1.3.7.2 Seberapa sering atau sejauh mana mereka
menggunakan pelayanan atau fasilitas ini?
1.3.7.3 Apa pola territorial dari keluarga-komunitas atau wilayah
yang sering dikunjungi?
1.3.7.4 Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang
relevan dengan kebutuhannya, seperti transportasi?
1.3.7.5 Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau
organisasi yang memberi bantuan kepada keluarga atau yang
berkaitan dengan keluarga?
1.3.7.6 Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?
1.3.8 Struktur Keluarga
1.3.8.1 pola komunikasi
1.3.8.1.1 Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan
dan/atau rangkaian hubungan dari keluarga, seberapa

35
sering komunikasi fungsional dan disfungsional
digunakan? buat dalam bentuk diagram atau berikan
contoh pola yang berulang. Seberapa tegas dan jelas
anggota keluarga mengutarakan kebutuhan dan
perasaan mereka?
1.3.8.1.2 Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi
dan kualifikasi dalam berinteraksi?
1.3.8.1.3 Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan
respons dengan baik terhadap umpan balik atau
biasanya mereka meghalangi umpan balik dan
eksplorasi terhadapa isu?
1.3.8.1.4 Seberapa baik anggota menjadi pendengar dan
mengikuti ketika berkomunikasi?
1.3.8.1.5 Apakah anggota keluarga mencari validasi orang lain?
1.3.8.1.6 Sejauh mana anggota keluarga menggunakan asumsi
dan pernyataan yang bersifat menghakimi saat
berinteraksi?
1.3.8.1.7 Apakah anggota berinteraksi dengan pesan dalam suatu
sikap yang bersifat menyerang?
1.3.8.1.8 Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
1.3.8.1.9 bagaimana pesan-pesan emosional (afektif)
disampaikan di dalam keluarga dan subsistem keluarga?
1.3.8.1.10 Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
1.3.8.1.11 Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam
subsistem keluarga? Apakah emosi yang disampaikan
bersifat negatif, positif, atau keduanya?
1.3.8.1.12 bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung dalam, jaringan komunikasi dan dalam
beberapa rangkaian hubungan?
1.3.8.1.13 Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan sikap
seperti apa?
1.3.8.1.14 Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan
pesan-pesan penting?
1.3.8.1.15 Apakah ada perantara?
1.3.8.1.16 Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia
perkembangan anggota?

36
1.3.8.1.17 apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota
keluarga sesuai dengan konteks dan isntruksi?
(termasuk observasi pesan nonverbal). Jika tidak, siapa
yang menunjukkan ketidaksesuaian dan pesan apa
yang tidak sesuai?
1.3.8.1.18 proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola
komunikasi?
1.3.8.1.19 apa saja isu-isu yang tertutup bagi diskusi, yang
merupakan isu penting bagi kesejahteraan dan
fungsi keluarga yang adekuat?
1.3.8.1.20 bagaimana faktor-faktor berikut memengaruhi pola
komunikasi keluarga:
a. Konteks/situasi
b. Tahap siklusi kehidupan keluarga
c. Latar belakang kebudayaan keluarga
d. Perbedaan gender didalam keluarga
e. Bentuk keluarga
f. Status sosialekonomi keluarga
g. Minibudaya keluarga yang unik
1.3.8.2 struktur kekuasaan

Hasil akhir kekuasaan

1.3.8.2.1 siapakah yang membuat keputusan? Siapa yang


memegang “kata terkahir” atau “ siapa yang menang”
1.3.8.2.2 seberapa pentng keputusan atau isu ini bagi keluarga?
Pertanyaan yang lebih spesifik mungkin meliputi:

1. Siapa yang menganggarkan, membayar rekening,


dan memutuskan bagaimana uang digunakan?
2. Siapa yang memutuskan bagaimana cara
menghabiskan waktu luang atau siapa teman
atau kerabat yang hendak dikunjungi?
3. Siapa yang memutuskan perpindahan dalam
perkejaan atau tempat tinggal?
4. Siapa yang mendisiplikan dan memutuskan?

Proses pengambilan keputusan

37
1.3.8.2.3 Teknik-teknik khusus apa yang digunakan untuk
membuat keputusan didalam keluarga dan sejauh
mana teknik-teknik ini digunakan (mis., konsensus:
akomodasi/tawar-menawar: kompromi/paksaan: de
factor)? Dengan kata lain, bagaimana cara keluarga
membuat keputusan?
1.3.8.2.4 Dasar-dasar kekuasaan. Berbagai dasar dan sumber
kekuasaan adalah kekuasaan/otoritas yang sah dan
variasi dari kekuasaan itu, kekuasaan “tak-
berdaya”; kekuasaan referen; kekuasaan ahli atau
sumber; kekuasaan penghargaan; kekuasaan
memaksa; kekuasaan informasional (langsung atau
tidak langsung); kekuasaan afektif; dan kekuasaan
manajemen ketegangan.
1.3.8.2.5 Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat
keputusan.
1.3.8.2.6 Mengenali keberadaan salah satu variabel berikut ini
akan membuat pengkaji menginterprentasi perilaku
keluarga yang memungkinkan kekuasaan keluarga
dapat dikaji.
1. Hierarki kekuatan keluarga
2. Tipe bentuk keluarga
3. Pembentukan koalisi
4. Perbedaan gender
5. Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
6. Faktor kebudayaan dan interpersonal
7. Kelas sosial

Keseluruhan kekuasaan sistem dan subsistem keluarga

1.3.8.2.7 Dari pengkajian anda terhadap seluruh isu-isu yang luas


di atas, buat kesimpulan mengenai apakah kekuasaan
keluarga tersebut dapat termasuk keluarga dominansi istri
atau suami, anak, nenek, dll; egalitarian-sinkratik atau
otonomi; tanpa pemimpin atau kaotik (kacau)! Kontinum
kekuasaan keluarga dapat digunakan sebagai suatu
presentasi visual analisis anda.

38
1.3.8.2.8 Kontinum kekuasaan keluarga: jika dominansi
ditemukan, siapa yang dominan?
1.3.8.2.9 untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan
pertanyaan yang terbuka dan luas sering kali
mengaburkan (tanyakan kedua pasangan dan anak-anak
jika mungkin), di bawah ini diberikan beberapa contoh.
1.3.8.2.10 Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat
keputusan tentang isu yang penting?
1.3.8.2.11 Siapa yang benar-benar ditugaskan dan mengapa
(mencari dasar-dasar kekuasaan)?
1.3.8.2.12 Siapa yang memenangkan argumen atau isu-isu
penting?
1.3.8.2.13 Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
1.3.8.2.14 Pendapat siapa yang digunakan jika orang tua/suami
tidak sepakat?
1.3.8.2.15 Apakah anggota keluarga puas dengan bagaimana
keputusan dibuat dan siapa yang membuat
keputusan tersebut (y.i.,struktur kekuasaan saat ini)?
Struktur peran

1.3.8.3 Strukur peran formal


1.3.8.3.1 Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap
anggota keluarga? Uraikan bagaimana setiap anggota
keluarga melakukan peran-peran formal mereka.apakah
peran ini dapat diterima dan konsisten dengan anggota
keluarga? Dengan kata lain, apakah ada ketegangan
atau konfik peran?
1.3.8.3.2 Seberapa kompeten anggota merasa mereka melakukan
peran terhormat mereka?
1.3.8.3.3 Apakah terdapat fleksibilitas dalam peran jika
dibutuhkan?
1.3.8.4 Struktur peran informal
1.3.8.4.1 Peran informal atau peran samar apa yang terdapat di
keluarga? Siapa yang menjalankan dan seberapa sering
atau konsisten peran tersebut dijalankan? Apakah
anggota keluarga secara samar menjalankan peran yang
berbeda dari posisi mereka yang dituntut keluarga
untuk mereka mainkan?

39
1.3.8.4.2 Apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi
sebagai peran samar atau informal?
1.3.8.4.3 Apakah ada peran informal yang disfungsional pada
keluarga dalam jangka waktu yang lama?
1.3.8.4.4 Apa pengaruh pada orang yang menjalakan peran
tersebut?
1.3.8.5 Analisa model peran (kapan masalah peran muncul)
1.3.8.5.1 Siapa yang menjadi model yang mempengaruhi
seorang anggota keluarga dalam kehidupan awalnya,
siapa yang memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang
pertumbuhan, pengalaman baru, peran, dan teknik
komunikasi?
1.3.8.5.2 Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model
peran bagi pasangan dalam peran mereka sebagai
orang tua, dan sebagai pasangan pernikahan, seperti
apakah mereka itu?
1.3.8.5.3 Jika peran informal disfungsional di dalam keluarga,
siapa yang menjalankan peran ini di dalam generasi
yang sebelumnya/
1.3.8.6 Variabel yang mempengaruhi struktur peran
1.3.8.6.1 Pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas
sosial memengaruhi struktur peran informal dan formal
di dalam keluarga?
1.3.8.6.2 Pengaruh kebudayaan: bagaimana struktur peran
keluarga dipengaruhi oleh latar belakang
keluarga agama dan etnik?
1.3.8.6.3 Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan:
apakah perilaku peran anggota keluarga saat ini
sesuai dengan tahap perkembangan?
1.3.8.6.4 Peristiwa situasional: perubahan dalam status kesehatan
anggota keluarga. Bagaimana masalah kesehatan
memengaruhi peran keluarga? Realokasi peran/tugas apa
yang telah dilakukan? Bagaimana anggota keluarga yang
telah menerima peran-peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran?
Bagaimana anggota keluarga dengan masalah

40
kesehatan bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya
peran?
1.3.8.7 Nilai keluarga
1.3.8.7.1 Penggunaan metode “perbandingan” dan
“membedakan” memberikan kesan (dengan nilai dari
perbudayaan yang dominan dan kelompok rujukan
keluarga-kelompok etnik yang diidentifikasi mereka-
atau keduanya).
1.3.8.7.2 Produktivitas/pencapaian individu
1.3.8.7.3 Individualisme
1.3.8.7.4 Materialisme/etika konsumsi
1.3.8.7.5 Etika kerja
1.3.8.7.6 Pendidikan
1.3.8.7.7 Persamaan kemajuan dan penguasaan lingkungan
1.3.8.7.8 Orientasi masa depan
1.3.8.7.9 Kemajuan dan penguasaan lingkungan
1.3.8.7.10 Orientasi masa depan
1.3.8.7.11 Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
1.3.8.7.12 Rasionalitas
1.3.8.7.13 Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
1.3.8.8 Perbedaan dalam, sistem nilai
1.3.8.8.1 Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan
kelompok rujukan keluarga dan/atau sistem yang
berinteraksi seperti sistem pendidikan dan
perawatan/pelayanan kesehatan serta komunikasi yang
lebih luas?
1.3.8.8.2 Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai
masing-masing anggota keluarga?
1.3.8.9 Nilai keluarga
1.3.8.9.1 Seberapa penting nilai-nilai yang diidentifikasi di dalam
keluarga? (Urutkan dari nilai keluarga yang paling
penting).
1.3.8.9.2 Nilai apa yang dianut secara disadari atau tidak
disadari?
1.3.8.9.3 Apakah terdapat bukti konflik nilai didalam keluarga?
1.3.8.9.4 Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan
derajat akulturasi, perbedaan generasi, letak geografis

41
(rural, urtan, suburban) keluarga memengaruhi nilai-
nilai keluarga?
1.3.8.9.5 Bagaimana nilai-nilai keluarga memengaruhi status
kesehatan keluarga?
1.3.9 Fungsi Keluarga
1.3.9.1 Fungsi Afektif
Saling asuh, keakraban, dan identifikasi

1.3.9.1.1 Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan


mendukung?
1.3.9.1.2 Apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman di
antara lingkungan hubungan keluarga?
Sebaik apa anggota keluarga bergaul satu sama lain?
Apakah merekah menunjukkan kasih sayang satu
sama lain?
1.3.9.1.3 Apakah identifikasi satu sama lain, ikatan, atau
kedekatan nampak ada? (pernyataan empati, perhatian
terhadap perasaan, pengalaman, dan kesulitan anggota
keluarga lainnya, semuanya ditunjukkan). Untuk
mejawab pertanyaan no. 21.1, 21.2, 21.3, diagram
pelekatan sangat membantu.
Keterpisahan dan keterkaitan
1.3.9.1.4 Bagaimana keluarga menghadapi isu-isu tentang
keterpisahan dan keterkaitan?
Bagaimana keluarga membantu anggotanya
agar bersatu dan memeliharan keterkaitan

Apakah tersedia kesempatan untuk mengembangkan


ketrpisahan dan apakah kesempatan tersebut sesuai
dengan kebutuhan dan perasaan anggota yang lain?

Pola kebutuhan-respons keluarga

1.3.9.1.5 Sejauh mana anggota keluarga merasa kebutuhan


individu lain di dalam keluarga?
Apakah orang tua (pasangan) mampu menguraikan
kebutuhan dan persoalan aanak-anak serta pasangan
mereka? Seberapa peka anggota keluarga dalam

42
menanggapi isyarat yang berkaitan dengan
kebutuhan dan perasaan anggota lain?

1.3.9.1.6 Apakah kebutuhan, minat, dan perbedaan masing-


masing anggota dihormati oleh annggota keluarga
yang lain?
Apakah terdapat keseimbangan dalam hal hormat-
menghormati (apakah mereka menunjukkan saling
menghormati)?

Sejak mana kepekaan keluarga terhadap tindakan


dan persoalan dari setiap individu?

1.3.9.1.7 Sejauh mana keluarga mengenali bahwa kebutuhan


keluarga telah dipenuhi oleh keluarga? Bagaimana
proses pelepasan emosional (mencurahkan masalah)
keluarga? Untuk pertanyaan no. 21.5, 21.6, dan 21.7
menunjukan bahwa daftar anggota keluarga juga
mencakup kebutuhan mereka (seperti yang
dipersepsikan oleh anggota keluarga) dan sejauh mana
kebutuhan ini dipenuhi oleh anggota keluarga.
1.3.9.2 Fungsi Sosialisasi
1.3.9.2.1 Kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam
isu berikut.
1. Pengendalian perilaku, meliputi disiplin,
penghargaan dan hukuman.
2. Otonomi dan ketergantungan.
3. Memberi dan menerima cinta.
4. Latihan perilaku yang sesuai dengan usia
(perkembangan fisik, sosial, emosional, bahaya
dan intelektual).
1.3.9.2.2 Seberapa adakah praktik keluarga dalam membesarkan
untuk sebuah bentuk keluarga dan sensasi tertentu?
1.3.9.2.3 Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran
membesarkan anak atau fungsi sosialisasi? Apakah
fungsi ini dipikul bersama ? jika demikian, bagaimana
hal ini diatur?
1.3.9.2.4 Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini?

43
1.3.9.2.5 Keyakinan budaya apa yang memengaruhi pola
keluarga dalam membesarkan anak?
1.3.9.2.6 Bagaimana faktor sosial memengaruhi pola asuhan
anak?
1.3.9.2.7 Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah
membesarkan anak? Jika demikian, faktor apa yang
menyebabkan keluarga berisiko?
1.3.9.2.8 Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak
untuk bermain anak-anak (sesuai dengan tahap
perkembangan anak)? Apakah peralatan permainan
yang ada sesuai dengan usia anak?
1.3.10 Fungsi perawatan kesehatan
1.3.10.1 Keyakinan, nilai, dan perilaku kesehatan:
Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?

Promosi/peningkatan kesehatan? Pencegahan?

Apakah terdapat konsistensi antara nilai kesehatan


keluarga seperti yang dinyatakan dan tindakan
kesehatan mereka?

Kegiatan promosi kesehatan apa yang dilakukan


keluarga secara teratur? Apakah perilaku ini merupakan
karakteristik dari semua anggota keluarga, atau apakah
pola perilaku promosi kesehatan sangat beragam di antara
anggota keluarga?

1.3.10.1.1 Definisi dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-


sakit:
Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit
untuk masing-masing anggota keluarga? Tanda-tanda apa
yang memberikan kesan, dan siapa yang memutuskan?

Apakah keluarga dapat mengamati secara akurat dan


melaporkan gejala dan perubahan yang signifikan?

Apakah sumber informasi dan saran tentang kesehatan


diteruskan kepada anggota keluarga?

44
1.3.10.1.2 Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit
yang dirasa:
Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatannya saat ini?

Masalah kesehatan apa yang membuat keluarga


merasa mereka rentan?

Apa persepsi keluarga tentang berapa banyak


kontrol kesehatan yang mereka lakukan dengan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat?

1.3.10.2 Praktik diet keluarga


Apakah keluarga mengetahui tentang sumber
makanan dari piramida pedoman makanan?

Apakah diet keluarga adekuat?(catatan riwayat


pola makan keluarga selama tiga hari dianjurkan.)

Siapkan yang bertanggung jawab untuk terhadap


perencanaan, belajar, dan persiapan makanan?

Berapa banyak makanan yang dikonsumsi per hari?

Apakah ada pembatasan anggaran makanan?

Penggunaan kupon makanan?

Bagaimana kelayakan penyimpanan dan lemari


pendingin makanan?

Apakah saat makan memiliki fungsi tertentu bagi keluarga?

Bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan


jam makan?

Bagaimana kebiasaan keluarga dalam


mengonsumsi makanan kudapan?

1.3.10.3 Kebiasaan tidur dan beristirahat


Apakah yang merupakan kebiasaan tidur anggota keluarga?

Apakah kebutuhan tidur anggota keluarga sesuai


dengan status kesehatan dan usia mereka?

45
Apakah jam tidur ditetapkan secara teratur?

Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang


secara teratur dan memiliki cara-cara lain untuk istirahat
selama sehari?

Siapa yang memutuskan kapan anak-anak harus tidur?

1.3.10.4 Praktik aktivitas keluarga tidur?


Apakah anggota keluarga menyadari bahwa rekreasi
aktif dan olahraga secara teratur penting untuk kesehatan?

Apakah pekerjaan harian yang biasa


memberikan kesempatan untuk latihan?

Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa (mis., lari,


bersepeda, berenang, menari, tenis) yang dilakukan
keluarga? Berapa kali? Siapa yang mengikuti?

Apakah aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh


anggota keluarga membutuhkan energi yang kecil untuk
dikeluarkan? Apakah anggota keluarga menghabiskan
sedikitnya 30 menit hampir setiap hari dalam melakukan
aktivitas fisik yang sedang atau berat?

Apa jenis aktivitas rekreasi/waktu luang subsistem


keluarga (subsistem pasangan, subsistem orang tua
anak, dan subsistem saudara). Seberapa sering aktivitasi
ini terjadi? Siapa yang berpartisipasi?

Apa keyakinan keluarga tentang hubungan


aktivitas dengan kesehatan?

Apa yang dirasakan anggota keluarga tentang


aktivitas rekreasi/waktu luang (kepuasaan terhadap
waktu yang dihabiskan dan jenis aktivitas).

1.3.10.4.1 Praktik penggunaan obat terapeutik dan penenang, alkohol


serta tembakau di keluarga:
Apakah keluarga menggunakan alkohol, tembakau, kopi,
cola, atau teh? (Kafein dan teobromin adalah stimulan).

46
Apakah anggota keluarga mengonsumsi obat
sebagai penenang?

Sudah berapa lama anggota keluarga


menggunakan alkohol atau obat penenang?

Apakah penggunaan tembakau, alkohol, atau obat


yang diresepkan oleh anggota keluarga dirasakan sebagai
masalah?

Apakah penggunaan alkohol atau obat lainnya


mengganggu kapasitas untuk melakukan aktivitas
yang biasa?

Apakah anggota keluarga secara teratur menggunakan


obat yang dijual bebas atau obat yang diresepkan?

Apakah keluarga menyimpan obat dalam periode


yang lama dan menggunakannya kembali?

Apakah obat dibeli label dan disimpan dengan tepat di


tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak kecil?

1.3.10.5 Peran keluarga dalam praktik perawata diri:


Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki
status kesehatannya?

Apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah penyakit?

Siapakah pemimpin kesehatan didalam keluarga?

Siapa yang membuat keputusan kesehatan di


dalam keluarga?

Apa yang dilakukan anggota keluarga ketika


merawat anggota keluarga yang sakit dirumah?

Bagaimana kemampuan keluarga dalam hal perawatan


diri yang berkaitan dengan pengakuan terhadap tanda dan
gejala, diagnosis dan perawatan dirumah terhadap
masalah kesehatan yang umum dan sederhana?

47
Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga
mengenai perawatan di rumah?

1.3.10.6 Tindakan pencegahan secara medis:


Bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang
keadaan fisik ketika berada dalam keadaan sehat?

Kapan pemeriksaan terakhir terhadap mata


dan pendengaran dilakukan?

Bagaimana status imunisasi anggota keluarga?

Apakah anggota keluarga menggunakan air yang


diberi florida, dan apakah anak-anak diajurkan untuk
menggunakan florida setiap hari?

Apa kebiasaan hygien oral keluarga yang


berkaitan dengan sikat gigi setelah makan?

Bagaimana pola keluarga dalam mengasup gula


dan tepung?

Apakah anggota keluarga menerima perawatan gigi


profesional yang bersifat preventif/pencegahan,
termasuk pendidikan kesehatan, penyinaran dengan sinar
X secara periodik, kebersihan, perbaikan dan untuk
anak-anak, florida oral atau topikal?

1.3.10.7 Terapi komplementer dan alternatif


Apa praktik pelayanan/perawatan kesehatan
alternatif yang digunakan oleh anggota keluarga?

Bagaimana mereka turut mengikuti praktik ini, dan


atas alasan apa mereka mengikuti praktik ini?

Bagaimana perasaan anggota keluarga tentang


manfaat praktik ini terhadap kesehatan?

Sudahkah praktik ini dilaksanakan berdasarkan


koordinasi dengan pelayanan berbasis medis lainnya?

1.3.10.8 Riwayat kesehatan keluarga:

48
Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota
keluarga dari hubungan pernikahan (kakek/nenek, orang
tua, bibi, paman, sepupu, saudara, dan generasi) selama
tiga generasi?

Apakah ada riwayat penyakit genetik atau keturutan di


masa lalu dan sekarang-penyakit diabetes, jantung, tekanan
darah tinggi, stroke, kanker, gout, penyakit ginjal dan
tiroid, asma, dan keadaan alergi lainnya, penyakit darah,
atau penyakit keturunan lainnya.

Apakah ada riwayat keluarga tentang masalah emosi


atau bunuh diri? Apakah terdapat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan lingkungan?

1.3.10.9 Layanan perawatan kesehatan yang diterima:


Dari mana anggota keluarga menerima perawatan
(sebutkan praktisi perawatan kesehatan dan/atau
lembaga perawatan kesehatan)?

Apakah penyedia atau lembaga kesehatan merawat


dan memerhatikan semua kebutuhan kesehatan mereka?

1.3.10.10 Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan:


Bagaimana perasaan keluarga tentang jenis pelayanan
kesehatan yang tersedia di dalam masyarakat?

Bagaimana perasaan keluarga mengenai


pelayanan kesehatan yang diterima?

Apakah keluarga merasa nyaman, puas, dan percaya


dengan perawatan yang diterima dari penyedia
pelayaan kesehatan?

Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu


denga pelayanan kesehatan keluarga?

Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?

1.3.10.11 Pelayanan kesehatan darurat:

49
Apa lembaga atau dokter yang memberikan
layanan perawat memiliki pelayanan darurat?

Apakah pelayanan medis dari pemberi pelayanan


kesehatan saat ini tersedia. Jika terjadi keadaan darurat?

Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga


mengetahui di mana pelayanan darurat terdekat (menurut
kelayakan) baik untuk anak-anak maupun anggota
keluarga yang dewasa?

Apakah keluarga mengetahui bagaimana cara


menghubungi ambulans dan pelayanan paramedis?

Apakah keluarga memiliki rencana kesehatan


gawat darurat?

1.3.10.12 Sumber pembayaran:


Bagaimana keluarga memiliki membayar pelayanan
yang diterima?

Apakah keluarga memiliki rencana asuransi kesehatan


swasta. Medicare, atau Medicaid; atau haruskah
keluarga membayar penuh atau sebagaian?

Apakah keluarga mendapatkan pelayanan gratis


(atau mengetahui siapa yang layak mendapatkannya)?

Apa efek dari biaya perawatan kesehatan terhadap


pemakaian pelayanan kesehatan oleh keluarga?

Jika keluarga memiliki asuransi kesehatan (swasta,


medicare, medicaid), apakah keluarga diinformasikan
tentang layanan apa yang dijamin oleh asuransi seperti
pelayanan preventif, peralatan medis tertentu,
kunjungan rumah, dll?

1.3.10.13 Logistik untuk mendapatkan perawatan:


Berapa jarak fasilitas perawatan dari rumah keluarga?

Alat transportasi apa yang digunakan keluarga


untuk mencapai fasilitas perawatan?

50
Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum,
masalah apa yang timbul dalam hal jam pelayanan dan
lamanya perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan?

1.3.11 Stres, koping, dan adaptasi keluarga


Stresor, kekuatan, dan persepsi keluarga

1.3.11.1.1 Apa saja stresor (baik jangka panjang maupun pendek)


yang pernah dialami oleh keluarga? Merujuk pada
family inventory of live events and changes scale
(tabel 17-2) sebagai contoh stresor yang penting.
Pertimbangkan stresor ekonomi sosial dan lingkungan.
Bagaimana kekuatan dan jangka waktu dari stresor ini?
1.3.11.1.2 Kekuatan apa yang mengimbangi stresor itu? Apakah
keluarga mampu menangani stres dan ketegangan
kehidupan keluarga sehari-hari? Sumber apa yang
memiliki keluarga untuk mengatasi stresor itu?
1.3.11.1.3 Bagaimana keluarga mendifinisikan situasi tersebut?
Apakah realistik, penuh harapan, dilihat sebagai
tantangan? Apakah keluarga mampu bertindak
berdasrkan pada penilaian realistis dan objektif
terhadap situasi atau peristiwa yang penuh stres? Atau
apakah stresor utama dilihat sebagai hal yang sangat
besar, sulit di atasi, atau sesuatu yang merusak?

Strategi koping keluarga

1.3.11.1.4 Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor yang


sedang dialami? Strategi apa yang digunakan? strategi
koping apa yang dilakukan keluarga dan untuk
mengatasi masalah saat ini? Jika demikian, bagaimana?
1.3.11.1.5 Sejauh mana keluarga mnggunakan strategi koping
internal?
Mengandalkan kelompok keluarga

Berbagai perasaan, pemikiran, dan aktivitas


(memperkuat kohesivitas)

Fleksibilitas peran

51
Normalisasi

Mengendalikan makna maslah dengan


pembingkaian ulang dan penilaian pasif

Pemecahan masalah bersama

Mendapatkan informasi dan pengetahuan

Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga

Menggunakan humor dan tawa

1.3.11.1.6 Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping


ekstrenal berikut (lihat tabel 17-3)?
Memelihara jalinan aktif dengan komunitas

Menggunakan dukungan spiritual

Menggunakan dukungan sosial

Untuk memperoleh informasi jaringan dukugan sosial


lebih lanjut, baik genogram (gambar 8-1) dan ecomap
(17-4) dianjurkan.

1.3.11.1.7 Strategi koping disfungsional apa yang pernah


digunakan keluarga atau apakah keluarga saat ini
menggunakannya? Adakah ada tanda-tanda
disfungsional seperti yang tercampum di bawah
ini? Jika demikian, catat dan sejauh mana tanda
tersebut digunakan?
Mengambinghitamkan

Penggunaan ancaman

Mitos keluarga

Orang ketiga

Pseudomutualitas

Otoriterianisme

Perpecahan keluarga

52
Penyalahgunaan alkohol dan/atau obat-obatan

Kekerasan dalam keluarga (pasangan, anak,


sibling, lansia, atau homoseksual)

Pengabaian anak

Adaptasi keluarga

1.3.11.1.8 Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah


stresor/masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh
keluarga? Apa dampak dari stresor pada fungsi
keluarga?
1.3.11.1.9 apakah keluarga berada dalam krisis? (salah satu tugas
primer perawat keluarga adalah mendeteksi kapan
keluarga berada dalam krisis.) apakah masalah yang
ada merupakan bagian dari ketidakmampuan kronik
menyelesaikan masalah (mis., apakah keluarga terpajan
krisis)?
Melacak stresor, koping, adaptasi sepanjang waktu

1.3.11.1.10 Ketika perawat keluarga bekerja sepanjang waktu,


akan sangat bermanfaat untuk melacak atau memantau
bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor, persepsi,
koping, dan adaptasi. Apakah keluarga mulai pulih,
menghasilkan proses koping yang berguna, atau apakah
tetap pada tingkat adaptasi yang sama, atau menunjukan
tanda-tanda penurunan adaptasi?

1.3.11.2. Fungsi Ekonomi


Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi yang terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah
penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana
keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggota
keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.
1.3.11.3. Fungsi Reproduksi

53
Data yang dikumpulkan adalah berupa jumlah anak,
apakah mengikuti program keluarga berencana atau tidak,
apakah mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.

54
1.3.12. Tabel Tingkat Kemandirian Keluarga (IPKKI, 2017)
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7

Tingkat 1 √ √
Tingkat 2 √ √ √ √ √
Tingkat 3 √ √ √ √ √ √
Tingkat 4 √ √ √ √ √ √ √
1.3.13. Tabel Indikat Indikator Keluarga Sejahtera (BKKBN, 2011)

No. Indikator Keluarga Mapan Tidak


Mapan
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali
sehari atau lebih.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,
lantai dan dinding yang baik.
4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana
kesehatan.
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke
sarana pelayanan kontrasepsi.
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
bersekolah.
7. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.

8. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota


keluarga makan daging/ikan/telur.
9. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah.

11. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat


sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-
55
masing.
12. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan.
13. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa
baca tulisan latin.
14. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi.
15. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
agama.
16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang atau barang.
17. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang
seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
18. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal.
19. Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/ radio/tv/internet.
20. Keluarga secara teratur dengan suka rela
memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan
sosial.

21. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus


perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

3
1.3.14. FS 1 (Family Systems Stressor-Strength Invention) Menurut
(Stanhope, 2010)

PETUNJUK PEMBERIAN

FS3I adalah instrumen pengkajian/pengukuran yang ditunjukkan untuk


digunakanbersama keluarga. Instrumen ini berfokus pada identifikasi situaasi yang

56
menimbulkan stres yang terjadi dalam keluarga dan kekuatan-kekuatan yang
digunakan keluarga untuk mempertahankan fungsi keluarga yang sehat.
Setiap anggota keluarga dimintai mengisi instrumen pada fprmat individu
sebelum diwawancarai oleh klinisi. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
dibacakan untuk anggota keluarga yang tidak dapat membaca.

Setelah selesai mengisi instrumen, klinisi mengevaluasi keluarga pada setiap


situasi yang menimbulkan stres (umum dan spesifik) dan ketersediaan kekuatan
yang mereka miliki. Evaluasi ini dicatat pada format anggota keluarga.

Klinisi mencatat nilai anggota keluarga masing-masing dan nilai persepsi klinis
pada Ringkasan Kuantitatif. Kode warna yang berbeda digunakan untuk setiap
anggota keluarga. Klinis juga melengkapi Ringkasan Kualitatif, menyintesis
informasi yang diperoleh dari semua partisipan. Klinisi dapat menggunakan Rencana
Asuhan Keluarga untuk memprioritaskan diagnosis, menetapkan tujuan, membuat
aktivitas pencegahan/intervensi, dan mengevaluasi hasil.

Nama keluarga................................. Tanggal.....................................


Anggota keluarga yang menyelesaikan pengkajian...........................

Latar belakang etnik..........................................................................

Latar belakang etnik..........................................................................

Sumber rujukan..................................................................................

Pewawancara.....................................................................................

N Anggota Hubunga Usia Status Pendidik Pekerja


o. keluarga n dalam perkawinan an (tingkat an
keluarga tertinggi)

1
.

2
.

3
.

57
4
.

5
.

6
.

Alasan keluarga mencari bantuan saat ini?

................................................................................................................................
....

Bagian 1: Stresor Sistem Keluarga: Umum

PETUNJUK: Masing-masing dari 25 situasi/stresor yang tercantum di bawah


ini berhadapan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang normal. Setiap
stresor memiliki potensi menimbulkan stres dalam keluarga atau antar-keluarga
dan dunia tempat mereka tinggal. Kita tertarik pada kesan Anda secara
menyeluruh tentang bagaimana situasi-situasi tersebut memengaruhi kehidupan
keluarga Anda. Lingkari nomer (0 sampai 5) yang paling menggambarkan
jumlah stres ketegangan yang diciptakan situasi-situasi tersebut pada Anda.

Stresor Nilai persepsi keluarga Persep


si klinis

Tidak Stres Stres Stres


menimbul sedikit sedang tinggi Nilai
kan stress

1. Anggota keluarga merasa 0 1 3 4


tidak dihargai........ 2 5

2. Rasa bersalah karena tidak 0 1 3 4


mencapai sesuatu yang lebih ... 2 5

3. Waktu untuk diri sendiri 0 1 3 4


tidak cukup.... 2 5

4. Gambaran diri/harga diri/ 0 1 3 4

58
perasaan tidak menarik..... 2 5

5. Perfeksionisme..... 0 1 3 4
2 5

6. Berdiet.. 0 1 3 4
2 5

7. Sehat/sakit... 0 1 3 4
2 5

8. Komunikasi dengan anak- 0 1 3 4


anak...... 2 5

9. Standar pemeliharaan 0 1 3 4
rumah... 2 5

10. Waktu untuk pasangan 0 1 3 4


tidak cukup.... 2 5

11. Waktu bermain keluarga 0 1 3 4


tidak cukup... 2 5

12. Perilaku 0 1 3 4
anak/disiplin/pertengkaran 2 5
dengan saudara kandung...

13. Televisi.... 0 1 3 4
2 5

14. Kalender keluarga 0 1 3 4


melebihi jadwal.... 2 5

15. Kurangnya pembagian 0 1 3 4


tanggungjawab dalam 2 5
keluarga...

16. Perpindahan.... 0 1 3 4
2 5

17. Hubungan suami istri 0 1 3 4


(komunikasi, pertemuan, 2 5

59
seks)..

18. Liburan... 0 1 3 4
2 5

19. Saudara ipar... 0 1 3 4


2 5

20. Perilaku remaja 0 1 3 4


(komunikasi, musik, teman, 2 5
sekolah)....

21. Bayi baru.... 0 1 3 4


2 5

22. Ekonomi/ keuangan/ 0 1 3 4


anggaran... 2 5

23. Tidak bahagia dengan 0 1 3 4


situasi kerja.... 2 5

24. Terlalu sukarela..... 0 1 3 4


2 5

25. Tetangga..... 0 1 3 4
2 5

Stresor tambahan

Komentar tambahan

Klinis : Klarifikasi dengan anggota keluarga situasi/masalah yang menimbulkan


stres. Prioritas berdasarkan tingkat kepentingannya bagi anggota keluarga.............

Bagian II : Stresor Sistem Keluarga Spesifik

PETUNJUK: 12 pertanyaan berikut ini dirancang untuk memberikan informasi


tentang situasi/ masalah Anda yang menyebabkan stres, atau area masalah yang
memengaruhi kesehatan keluarga Anda. Lingkari nomer (1 sampai 5) yang paling
baik mengambarkan pengaruh situasi tersebut pada kehidupan keluarga Anda dan
seberapa baik Anda menerima fungsi keluarga Anda secara keseluruhan.

60
Situasi/ masalah atau area masalah spesifik yang menimbulkan stres pada saat
ini
adalah.......................................................................................................................

Stresor Nilai Persepsi Keluarga Persepsi


Klinis

Sediki Sedang Ting Nilai


t gi

1. Sampai sejauh mana keluarga


Anda merasa terganggu oleh masalah
atau situasi yang menimbulkan stres
ini? (mis., dampak pada interaksi 1 3 4 5
keluarga, komunikasi antar anggota 2
keluarga, hubungan emosiona; dan
sosial )

Komentar keluarga

2. Seberapa besar dampak dari situasi


yang menimbulkan stres ini pada pola 1 3 4 5
keluarga Anda biasanya? (mis., efek
2
pada pola gaya hidup dan tugas
perkembangan orang tua)

Komentar keluarga

Komentar klinis

3. Seberapa besar situasi ini


memengaruhi kemampuan keluarga
Anda untuk bekerja sama sebagai satu
unit keluarga? (mis., perubahan dalam 1 3 4 5
peran keluarga, penyelesaian, tugas- 2
tugas keluarga, diikuti dengan
perubahan tanggung jawab)

Komentar klinis

Apakah keluarga Anda pernah mengalami masalah yang sama dimasa lalu?

61
1. YA : Jika YA, lanjutkan ke pertanyaan 4
2. TIDAK : Jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan ke pertanyaan 5

Stresor Nilai Persepsi Keluarga Persepsi


Klinis

Sedikit Seda Tin Nilai


ng ggi

4. Bagaimana tingkat keberhasilan 1 3 4


keluarga Anda dimasa lalu dalam mengatasi 2 5
situasi /masalah/ kekawatiran ini?
(mis.,pembentukan strategi koping yang
dapat diterapkan, tindakan adaptif yang
bermanfaat, perbaikan situasi)

Komentar keluarga

Komentar klinis

5. Seberapa kuat Anda rasa situasi/ 1 3 4


masalah/ kekhawatiran saat ini akan 2 5
memengaruhi keluarga Anda di masa yang
akan datang? (mis., konsekuensi antisipasi)1

Komentar keluarga

Komentar klinis

6. Sampai sejauh mana anggota keluarga 1 3 4


dapat membantu diri mereka sendiri dalam 2 5
menghadapi situasi/ masalah/ kekhawatiran
sekarang ini? (mis., upaya membantu diri,
harapan keluarga, pengaruh spiritual, dan
sumber-sumber keluarga)

Komentar keluarga

62
Komentar klinis

7. Sampai sejauh mana Anda 1 3 4


mengharapkan oranglain membantu 2 5
keluarga Anda dalam menghadapi
situasi/masalah/kekhawatiran ini?
(mis.,peran apa yang akan dimainkan oleh
orang yang membantu Anda tersebut;
bagaimana ketersedian sumber-sumber
tambahan keluarga)

Komentar keluarga

Komentar klinis

8. Bagaimana Anda menilai cara keluarga 1 3 4


Anda berfungsi secara keseluruhan? (mis., 2 5
bagaimana anggota keluarga Anda saling
berhubungan satu sama lain dan dengan
keluarga yang lebih besar dan komunitas)

Komentar keluarga

Komentar klinis

9. Bagaimana Anda menilai status


kesehatan fisik pada masing-masing anggota
keluarga secara keseluruhan? (Masukkan
diri Anda sebagai anggota keluarga, catat
nama tambahan dibelakang)
a....................................

b.................................... 1 3 4

c.................................... 2 3 5

d.................................... 1 2 3 4
5
e..................................... 1 2
3
4
1 2

63
1 2 3 5
4

5
4

10. Bagaimana Anda menilai status 1 3 4


kesehatan fisik keluarga Anda secara satu 2 5
kesatuan?

Komentar keluarga

Komentar klinis

11. Bagaimana Anda menilai status


kesehatan mental masing-masing
anggota secara keseluruhan? (masukkan
diri Anda sebagai anggota keluarga; catat
tambahan nmama dibagian belakang)

a...........................
b........................... 1 3 4

c............................ 2 3 5

d........................... 1 2 3 4
1 2 5
e............................
3
1 4
2 3 5
1 4

2 5
4

12. Bagaimana Anda menilai status 1 3 4


kesehatan mental keluarga Anda secara satu 2 5

64
keseluruhan?

Komentar keluarga

Komentar klinis

Bagian III: Kekuatan Sistem Keluarga

PETUNJUK: Masing-masing dari 16 sifat/atribut yang tercantum dibawah


ini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga dan fungsinya secara
keseluruhan. Setiap satu atribut berperan pada kesehatan dan kesejahteraan
anggota keluarga sebagai individu dan pada keluarga sebagai keseluruhan.
Lingkari nomer (0 sampai 5) yang paling baik menggambarkan sifat yang sesuai
dengan keluarga Anda.

Stresor Nilai Persepsi Keluarga Persep


si

Tidak Jara Serin Selal Nilai


dilakukan ng g u

1. Berkomunikasi dan 0 1 3 4
saling mendengarkan satu 2 5
sama lain......

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

2. Saling menguatkan dan 0 1 3 4


mendukung satu sama lain..... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

3. Mengajarkan sikap 0 1 3 4
menghargai orang lain... 2 5

65
Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

4. Membangun rasa 0 1 3 4
percaya dalam anggota 2 5
keluarga...

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

5. Menunjukkan rasa senda 0 1 3 4


gurau dan humor.... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

6. Menunjukkan rasa 0 1 3 4
pembagi tanggungjawab... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

7. Mengajarkan konsep dan 0 1 3 4


salah.... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

8. Memiliki rasa 0 1 3 4
kekeluargaan penuh dengan 2 5
ritual dan tradisi yang kuat...

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

9. Memiliki interaksi yang 0 1 3 4


seimbang antar anggota 2 5

66
keluarga..

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

10. Memiliki pembagian 0 1 3 4


inti keagamaan.... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

11. Saling menghormati 0 1 3 4


privasi orang lain.... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

12. Melayani dengan saling 0 1 3 4


menghargai orang lain... 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

13. Mengembangkan 0 1 3 4
waktu dan percakapan 2 5
keluarga..

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

14. Berbagi waktu 0 1 3 4


bersenang-senang 2 5

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

67
15. Mengakui dan meminta 0 1 3 4
bantuan untuk mengatasi 2 5
masalah

Komentara Keluarga

Komentar Klinisi

16a. Bagaimana Anda 0 1 3 4


menilai kekuatan yang ada 2 5
dalam keluarga Anda secara
menyeluruh?

Komentar Keluarga

Komentar Klinisi

Tambahan kekuatan
keluarga

16c. Klinis: Klarifikasi


kekuatan keluarga dengan
anggota keluarga secara
individu

Ringkasan Pembelian Nilai

Unit 1: Nilai Persepsi Keluarga

PETUNJUK PEMBERIAN: Ringkasan Family Stressor-Strength Inventory


(FS3I) dibagi menjadi dua bagian : Bagian 1, Nilai Persepsi Keluarga dan
Bagian 2, Nilai Persepsi Klinis. Kedua bagian ini kemudian dibagi lagi menjadi
tiga bagian: Bagian 1, Stresor Sistem Keluarga: Umum; Bagian II, Stresor
Sistem Keluarga: Spesifik; dan, Bagian III, Kekuatan Sistem Keluarga. Setiap
bagiana terdiri atas Ringkasan Kuantitatif dan Ringkasan Kualitatif.

Nilai persepsi keluarga dan dan klinisi yang dapat dihitung ada dalam bentuk
grafik pada Ringkasan Kuantitatif. Setiap anggota keluarga memiliki kode warna
sendiri. Komentar keluarga dan klinisi dicatat dalam Ringkasan Kualitatif. Nilai
Ringkasan Kuantitatif, jika ditulis dalam bentuk grafik, menunjukkan tingkat

68
untuk dilakukan nya tindakan pencegahan/intervensi: Primer, Sekunder,
dan Tersier. Informasi ringkasan kualitatif, jika disintesis, berperan pada
pengembangan dan pelaksanaan Rencana Asuhan Keperawatan.

1.3.15. Diagnosa
N Perhatian kesehatan Diagnosa
o

1 Perawatan pascapartum, Domain 8. Seksualitas


. keluarga berencana Kelas 3. Reproduksi

00021. Ketidakefektifan proses kehamilan-

melahirkan
Batasan karakteristik:

1) Teknik perawatan bayi tidak adekuat

2) Gaya hidup pasca-partum tidak adekuat

3) Teknik menyusui tidak tepat

4) Perawatan payudara tidak tepat

5) Lingkungan untuk bayi tidak aman

2 Kecemburuan sibling (sibling Domain 7. Hubungan Peran


. rivalry) Kelas 3. Penampilan peran

00064. Konflik peran orangtua

Batasan karakteristik:

1) Rasa bersalah

2) Merasa tidak adekuat memenuhi kebutuhan anak

3) Merasa kehilangan kontrol terhadap keputusan

yang berkaitan dengan anak


4) Engan berpartisipasi dalam aktivitas pengasuhan

yang biasa dilakukan

69
3 Pengawasan dan pendidikan Domain 7. Hubungan Peran
. bayi (juga interaksi keluarga- Kelas 2. Hubungan keluarga
orangtua dan pernikahan)
00159. Kesiapan meningkatkan proses keluarga
Batasan karakteristik:

1) Meningkatkan keinginan untuk meningkatkan

keseimbangan antara otonomi dan persatuan


2) Meningkatkan keinginan meningkatkan

pertumbuhan anggota keluarga


3) Meningkatkan keinginan meningkatkan

keselamatan anggota keluarga

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,


keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertangungjawab melaksanakannya. Diagnosis
keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah
dalam tahap pengembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,
fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko
maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tangungjawab untuk
melakukuan tindakan keperawatan Bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemapuan dan sumber daya keluarga. Daftar diagnosis keperawatan
keluarga bias dilihat pada buku Noorth American Nursing Diangnosis Association
(NANDA).

1.3.16. Tabel 3.4 daftar diagnosis keperawatan keluarga


Sasar Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis
an keperawatan

Keluar Domain 4: kelas 5: 0098 Gangguan pemeliharaan


ga Aktivitas/istirah perawata rumah

70
at n diri

Domain 7 : kelas 1: 00061 Ketegangan peran


HubungaN peran pemberian asuhan
caregiver
peran
00062 Resiko ketergantungan

peran pemberi asuhan


Ketidakmampuan menjadi

00056 orang tua


Kesiapan meningkatkan

00164 peran menjadi orang tua

Resiko kettidakmampuan
Kelas 2: menjadi orang tua
Hubugan 00057

keluarga Resiko gangguan

perlekaatan
00058 Difungsi proses keluarga

Gangguan proses keluarga

Kelas 3: 00063 Kesiapan meningkatkan

Perfoma proses keluarga


00060
peran 00159

Ketidak efektifan hubungan


Kesiapan meningkatkan

hubungan
00223 Resiko ketidak efektifan

00207 hubungan
Konflik peran orang tua
Ketidakefektifan performa

71
00229 peran
Hambatan interaksi sosial

00064

00055

00052

Domain 9: Kelas 2: 00074 Penurunan koping keluarga


koping/toleransi Respon 00073 Ketidakmampuan koping
tress
koping keluarga
00075 Kesiapan meningkatkan

koping keluarga
Ketidakefektifan

00199 perencanaan aktivitas


Risiko ketidakefektifan

00226 perencanaan aktivitas

Hambatan penyesuaian
00210 Resiko hambatan

penyesuaian
00211 Kesiapan meningkatkan

penyesuaian
00212

Domain 13: Kelas 1: 00113 Resiko pertumbuhan tidak


pertumbuhan/perk pertumbuhan proposional
ambangan
Kelas 2 : Resiko keterlambatan

perkembang

72
an 00112 perkembangan

Carers Carers 100277 Stres pada pemberi asuhan


73 Resiko stress pada pemberi

100277 asuhan
87 Gangguan kempuan untuk

melakukan perawatan
100296 Resiko stress pada pemberi

21 asuhan
Resiko gangguan

100277 kemempuan untuk melakukan


perawatan
87
100322

70

Emosional/isup 100233 Gangguan komunikasi


sikologikal 70 Gangguan status psikologis

100384
11

Perawatan 100298 Masalah ketenagakerjaan


keluarga 41 Gangguan proses keluarga

100230 Kurangnya dukungan


78
keluarga
100224 Masalah dukungan social
73100224
53100357 Masalah hubungan

73
44 Resiko gangguan koping
100323 keluarga

64

Promosi Health 100234 Kemampuan untuk


kesehatan promotion 52 mempertahankan kesehatan
Gangguan mempertahankan

100009 kesehatan

18 Resiko bahaya lingkungan


100323

86

Manejemen 100219 Kurangnya pengetahuan


keperawatan 94 tentang penyait
jangka Panjang

Medikasi 100226 Gangguan kemempuan


35 untuk manajemen pengobatan

Perawatan diri 100009 Gangguan kerumah


25 tanggaan

Menejemen 100297 Kekerasan rumah tangga


resiko 92100302 Keselamatan lingkungan
33
yang efektif

1.3.17. Perencanaan keperawatan keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah
kesehatan klirn yang telah didentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan
diagnosis keperawatan. perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi
klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. perencanaan

74
,mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. tahapan
penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut.

a. Menetapkan prioritas masalah

menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperwatan keluarga aalah


dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari maglaya (2009)

1.3.18. TABEL 3.5 Skala untuk Menentukan Prioritas


N Kriteria Skor Bobot
o.

1. Sifat masalah 1
Skala: Wellness 3

Aktual 3

Resiko 2

Potensial 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2


Skala: Mudah 2

Sebagian 1

Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah 1


Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1
Skala: Segera 2

Tidak perlu 1

75
Tidak dirasakan 0

Cara skoring :

1. tentukan skor untuk setiap kriteria

2. skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan

bobot. Skor

x Bobot

Angka tertinggi

3. jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas.

Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat


masalah, kemungkinann masalah dapat diubah, potensi masalah untuk
dicegah dan menonjolnya masalah.

1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan
pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan
biasnya didasari dan sirasakan oleh keluarga.
2) Kriteria kedua, yaitu untuk memungkinkan masalah dapat diubah perawat
perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
d) sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.

76
3) Kriteria ketiga, yaitu potensi maslah dapat divegah. faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Kepelikan masalah dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit suatu
masalah
b) Lamanya maslah, yang berhubungan dengan penyakit atau maslah
c) tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
d) adanya kelompok high risk atau kelompok untuk mencegah masalah.

4) Kriteria keempat, yaitu menonjolnya maslah perawat perlu menilai persepsi


atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. nilai skor yang
tinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi keluarga. adapaun hal-hal yang
harus diperhatikan alam penyusunan tujuan keperwatan keluarga yaitu:
a) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan untuk
mencapai seuatu hasil.
b) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar bisa
diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.
c) Tujuan menggambarkan sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
dipilih oleh keluarga.
d) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diangnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan.
e) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab kelauraga
dalam pemecahan masalah. penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan
keluarga.

1.3.19. Perencanaan Keperawatan


NOC (Nursing Outcome Criteria) NIC (Nurjsing Intervention Criteria)

1. Keluarga mampu mengenal 1. Keluarga mampu mengenal masalah


masalah kesehatan kesehatan

77
Level 1 Domain : IV Level 1 Domain 5

Pengetahuan tentang Kesehatan & Keluarga


Perilaku
Kelas W. Perawatan Melahirkan
Kelas S. Pengetahuan tentang
Intervensi :
Kesehatan
(6760) Persiapan melahirkan
Hasil:
Memberikan informasi dan dukungan
(1800) Pengetahuan: melahirkan dan
untuk memfasilitasi persalinan dan untuk
persalinan
meningkatkan kemampuan individu
Tingkat pemahaman yang dalam mengembangkan dan melakukan
disampaikan tentang persalinan dan peran sebagai orangtua
kelahiran pervagina.
a. Ajarkan ibu dan pasangan
Indikator: mengenai fisiologi persalinan
b. Ajarkan ibu dan pasangannya
a. Pilih pilihan-pilihan untuk
mengenai tanda-tanda persalinan
melahirkan
c. Informasikan ibu mengenai pilihan
b. Tanda dan gejala persalinan
persalinan jika timbul komplikasi
c. Tahapan persalinan dan melahirkan
d. Jelaskan prosedur monitor secara
d. Teknik relaksasi yang efektif
rutin yang mungkin akan dilakukan
e. teknik posisi yang efektif
selama proses persalinan

2. Keluarga mampu memutuskan 2. Keluarga mampu memutuskan


masalah kesehatan masalah kesehatan
Level 1 Domain : II Level 1 Domain 5

Kesehatan Fisiologis Keluarga

Kelas J. Neurokognitif Kelas W. Perawatan Melahirkan

Hasil : Intervensi :

(1020) Status nutrisi : Bayi (7160) Menjaga kesuburan

Jumlah nutrisi dicerna dan diserap Menyediakan informasi, konseling, dan


untuk memenuhi kebutuhan pengobatan yang memfasilitasi kesehatan
metabolisme serta meningkatkan reproduksi dan kemampuan untuk hamil

78
pertumbuhan bayi a. Diskusikan faktor-faktor yang
Indikator : berhubungan dengan
ketidaksuburan (misalnya usia ibu
a. Mengetahui intake makanan
>35 dan penyakit menular seksual)
lewat mulut
b. Lakukan pemeriksaan panggul
b. Mengetahui intake nutrisi
yang sesuai
c. Mengetahui intake vitamin
c. Informasikan pasien mengenai bahaya
d. Mengetahui intake zat besi
lingkungan dan bahaya ditempat kerja
e. Mengetahui pertumbuhan
bagi kesuburan (misalnya radiasi,
bahan-bahan kimia, stres, infeksi, faktor
lingkungan lainnya dan rotasi sift)
d. Bantu pasien dalam menerima
dukungan okupasional untuk perawatan
kesuburan

3. Keluarga mampu merawat masalah


3. Keluarga mampu merawat
kesehatan
masalah kesehatan
Level 1 Domain 5
Level 2 Domain : IV
Keluarga
Pengetahuan tentang kesehatan
dan perilaku Kelas W. Perawatan Melahirkan

Kelas S. Pengetahuan Intervensi :


tentang kesehatan
(6824) Perawatan Bayi: Baru Lahir
Hasil :
Menyediakan perawatan pada
(1810) Pengetahuan kehamilan bayi selama transisi dari lahir
sampai kehidupan diluar uterus dan
Tingkat pemahaman yang
period stabilisasi selanjutnya.
disampaikan tentang peningkatan
kehamilan yang sehat dan a. Ukur dan timbang berat bayi baru
pencegahan komplikasi lahir b. Monitor suhu bayi baru lahir
c. Frekuensi denyut nadi bayi baru lahir
Inikator:
d. Monitor refleks menghisap bayi baru
a. tanda-tanda peringatan komplikasi lahir selama menyusui
kehamilan
b. teknik persalinan yang efektif

79
c. Strategi untuk menyesuaikan diri
dengan adanya bayi
d. Strategi mencegah infeksi
e. Bahaya lingkungan

4. Keluarga mampu Memodifikasi


masalah kesehatan 4. Keluarga mampu memodifikasi
Level 1 Domain : II masalah kesehatan
Level 1 Domain 5
Kesehatan Fisiologis
Keluarga
Kelas J. Neurokognitif Kelas Z. Perawatan Membesarkan Anak
Intervensi:
Hasil :
(5640) Pengajaran: Nutrisi Bayi 0-
(1002) Mmepertahanakan 3 Bulan
pemberian ASI Instruksi mengenai praktik-praktik
nutrisi dan pemberian makanan melalui 3
Kelanjutan menyusui dari mulai bulan pertama kehidupan
proses ASI sampai penyapihan a. Instruksikan orangtua/pengasuh
makanan bayi atau balita untuk memberikan makan hanya ASI
a. kemampuan untuk mengumpulkan atau susu formula untuk tahun
dan menyimpan ASI dengan nyaman pertama (tidak ada makanan padat
b. teknik untuk mencegah sebelum 4 bulan)
nyeri payudara b. Instruksikan orangtua/pengasuh
c. mengenali tanda-tanda untuk selalu memegang bayi saat
penurunan pasukan ASI memberikan botol
d. mengenali tanda-tanda saluran c. Instruksikan orangtua atau pengasuh
ASI tersumbat untuk membatasi intake air satu per
dua sampai 1 ons pada satu waktu, 4
ons setiap hari
d. Instruksikan orangtua atau
pengasuh untuk mengizinkan
mengedot dot (nonnutrive sucking)

80
5. Keluarga mampu memanfaatkan 5. Keluarga mampu memanfaatkan
masalah kesehatan masalah kesehatan
Level 1 Domain :2 II Level 1 Domain 5

Kesehatan Fisiologis Keluarga

Kelas J. neurokognitif Kelas Z. Perawatan Membesarkan


Anak Intervensi :
Hasil :
(8278) Peningkatan Perkembangan:
(1000) Keberhasilan Menyusui: Bayi
Bayi
Perlekatan bayi untuk menghisap
Fasilitasi pertumbuhan fisik,
dari payudara ibu untuk
kognitif, sosial dan emosional yang
pemenuhan makan selama 3
optimal dari anak dibawah usia 1 tahun
minggu pertama menyusui
a. Berikan instruksi kepada orangtua
mengenai gizi yang seimbang
a. Refleks menghisap serta manfaatnya
b. Menyusui minimal 5-10 menit b. Diskusikan dan dukung keputusan
c. Penambahan berat badan sesuai usia untuk menyusui atau
d. Bayi puas setelah makan menggunakan botol
c. Berikan petunjuk penyimpanan,
persiapan, dan mengatasi upaya
untuk menyusui eksklusif ataupun
dengan susu formula
d. Dukung dan fasilitasi kelekatan
orangtua dengan bayi

81
1.3.20. Implementasi Keluarga

Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada individu


dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implemnetasi yang ditujukan
pada individu meliputi :
a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobata dasar
c. Tindakan observasi
d. Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi :

a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan


kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah.
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk
individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
a. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang skait
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
b. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga,
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
c. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan keluarga,
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
1.3.21. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan


evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil,
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat
dilaksanakan cara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan kelien/keluarga.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan/pada
akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk meng evaluasi
status dan kemajuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi

82
mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks keluarga,
membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan.

83
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.2.1 Pengkajian
2.2.1 Mengidentifikasi Data
Pengkajian dilakukan pada jumat, 22 maret 2019 di Waru, Sidoarjo,
Jawa Timur
1. Nama Keluarga : Tn R.
2. Alamat dan Telepon

No Nama Alamat No Telepon


1 Tn. R Waru, Sidoarjo 08 537xxxx

2 Ny. N Waru, Sidoarjo 08 536xxxx

3. Komposisi keluarga :

a. Tabel Komposisi Keluarga


Tabel 2.1 Komposisi Keluarga Tn R

No Nama Jenis Umur Hubungan Pekerjaan Pendidikan Status


kelamin dengan KK Kesehatan

1 Tn. R Laki-laki 26 th Suami Wiraswasta SMA Sehat

2 Ny. N Perempuan 21 th Istri Mahasisawa SMK Sehat

84
b. Genogram

T N
y.
n.
R

Gambar 2.1 Genogram Keluarga Tn.R


Sumber: Friedman 2010

Sumber: Friedman: 2010

c. Pemeriksaan Fisik (head to toe)


Tabel 2.2 Pengukuran Tanda — Tanda Vital Keluarga Tn.R
Pengukuran Tn.R Ny.N
Tanda — Tanda
Vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/70 mmHg


Nadi 80x/menit 74x/menit
Suhu 36oC 36,5oC
Pernafasan 20x/menit 18x/menit

Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn. R


No Head Suami Istri
to Toe
1 Kepala I : Rambut tidak berminyak, I : Rambut tidak berminyak,

85
berwarna hitam,rambut berwarna hitam, rambut lurus,
sedikit bergelombang, tidak tidak ada ketombe/kutu, tidak
ada kotembe/kutu, tidak ada ada luka
luka P : tidak terdapat
benjolan/massa
P : Tidak terdapat
benjolan/massa

2 Wajah I: Bentuk wajah simetris, I: Bentuk wajah simetris,


Tidak terdapat acne, wajah terdapat bekas acne, wajah
tidak berminyak tidak berminyak
P: tidak terdapat P: Tidak terdapat
benjolan/massa benjolan/massa

3 Mata I: kedua mata simetris, tidak I : kedua mata simetris, tidak


terdapat edema, tidak ada lesi,
terdapat edema, tidak ada lesi, tidak ada massa, bulu mata
tidak ada massa, bulu mata bersih, reflex pupil baik,
bersih, reflex pupil baik, konjungtiva tidak anemi, sklera
konjungtiva tidak anemi, putih, gerakan bola mata
sklera putih, gerakan bola normal
mata normal P : tidak ada massa, tidak
P : tidak ada massa, tidak ada edema

ada edema

4 Telinga I : Bentuk telinga simetris, I : bentuk telinga simetris,


ukuran telinga sedang, ukuran telinga sedang, terdapat
terdapat serumen serumen
P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya
massa/benjolan massa/benjolan

5 Hidung I : lubang hidung normal, I : lubang hidung normal,


tidak ada secret/sumbatan tidak ada secret/sumbatan
P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya
benjolan/massa benjolan/massa

6 Mulut I : Bibir lembab, tidak I : bibir lembab, lidah merah


terdapat karang gigi, lidah muda warna merata, tidak ada
merah muda warna merata, pembesaran tonsil
tidak ada pembesaran tonsil P : tidak ada massa dan nyeri
P : tidak ada massa dan tekan

86
nyeri tekan
7 Leher I : trakea simetris, tidak ada I : trakea simetris, tidak ada
pembesaran vena jugularis pembesaran vena jugularis
P : tidak terdapat P : tidak terdapat
pembesaran thyroid, teraba pembesaran thyroid, teraba
nadi karotis nadi karotis

8 Dada I: bentuk dada simetris, I : bentuk dada simetris,


Thoraks normal, tidak ada thoraks normal, tidak ada
penafasan cuping hidung pernafasan cuping hidung
P : fremitus taktil, tidak ada P : freminus taktil, tidak ada
edema, edema
P : suara sonor P : suara sonor
A : bunyi nafas vesikuler, A : bunyi nafas vesikuler,
tidak ada ronkhi, tidak tidak ada ronkhi, tidak wezing
wezing

9 Jantung I : bentuk dada simetris, I : bentuk dada simetris,


tidak ada pembesaran pada tidak ada pembesaran pada
salah satu dinding dada salah satu dinding dada
P : bentuk dada simetris P : bentuk dada simetris
P : suara redup P : suara redup
A : BJ I, BJ II, BJ III lup- A : BJ I, BJ II, BJ III lup-dup
dup

10 Abdomen I : permukaan perut buncit, I : permukaan perut tidak


tidak ada lesi buncit. Tidak ada lesi
P : tidak terdapat nyeri P : tidak terdapat nyeri tekan,
tekan, tidak teraba adanya tidak teraba adanya
pembesaran limpa pembesaran limpa
P : tympani, pekak P : tympani, pekak
A : bising usus 9x/menit A : bising usus 8x/menit

11 Ekstremitas I : ekstermitas atas : telapak I : ekstermitas atas : telapak


tangan tidak pecah-pecah tangan tidak ada kemerahan,
Ekstermitas bawah : tidak pecah-pecah
telapak kaki pecah-pecah Ekstermitas bawah : telapak
P : teraba kasar, tidak ada kaki pecah-pecah
massa P : teraba kasar tidak ada
massa

12 Genetalia I : tidak ada pembesaran I : tidak ada


87
kelenjar prostat kemerahan/keputihan
P : tidak ada hemoroid P :tidak ada hemoroid
d. Riwayat Imunisasi
Tabel 2.4 Riwayat Imunisasi Keluarga Tn.R

No Jenis Waktu pemberian Keluarga


Imunsasi Tn. R Ny. N

Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa

1 Hepatitis B 12 jam setelah lahir

2 Polio 3 hari setelah lahir

3 BCG Bayi usia 2 bulan

4 DTP Pada usia 6 minggu

5 Hib

6 PCV Pada usia 7-12 bulan

88
7 Rotavirus 6-14 minggu

Influenza Lebih dari 6 bulan


8

9 Campak 18 bulan

10 MMR 15 bulan

11 Thypoid 3 tahun

12 Hepatitis A 6-12 bulan

13 Varicella Lebih dari 13 bulan

89
14 HPV 10-18 tahun -

17 TT 10 feb 2019 -

(Sumber: IDAI 2017)


4. Tipe bentuk keluarga: Dual Carrier (Suami istri sudah berumur, tidak
mempunyai anak, keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah)
5. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik):
a. Keluarga Tn. R berasal dari suku Jawa
b. Bahasa yang digunakan oleh keluarga Tn. Rizal yaitu Bahasa Jawa (Krama
Inggil) dan Bahasa Indonesia.
c. Keluarga Tn. R seluruhnya berasal dari Indonesia. Tidak pernah tinggal di
luar negeri.
d. Lingkungan yang ditinggali keluarga Tn. R tidak semua tetangga penduduk
asli dan berkebudayaan sama dengan keluarga Tn. R.
e. Aktivitas keagamaan yang diikuti oleh keluarga Tuan R adalah yasinan, dan
sudah menjadi kebudayaan bagi keluarga mereka dalam Islam.
f. Keluarga Tuan R jarang melakukan diet jika tidak dengan anjuran dokter.
Keluarga Tuan R memiliki style pakaian barat. Menggunakan tradisional
jika menghadiri acara penting (undangan pernikahan).
g. Dekorasi rumah keluarga Tuan R tidak memiliki tanda atau ciri khas
pengaruh pada budaya.
h. Keluarga Tuan R tidak pernah berkunjung ke praktik perawatan kesehatan
tradisional. Mereka lebih memilih untuk pergi ke rumah sakit. Keluarga
memiliki hubungan sosial dengan suku yang sama.
6. Identifikasi religius
a. Seluruh anggota keluarga menganut agama Islam.
b. Dalam keluarga mereka keyakinan dan panutan mereka tetap pada Islam
dan Al Quran.
c. Keluarga sering mengikuti kegiatan masjid seperti sholat di masjid,
pengajian di masjid.
7. Status kelas sosial

90
a. Keluarga Tn. R memiliki ekonomi yang cukup, selain itu memiliki
peliharaan love bird, dan perternakan hewan bebek. Penghasilan yang cukup
sejauh ini bagi keluarga bisa memenuhi kebutuhan sehari — harinya.
b. Untuk memenuhi kebutuhan, dalam keluarga Tn. R yang mencari nafkah
adalah Tn. R
c. Sejauh ini keluarga tidak pernah menerima bantuan ataupun dana pengganti
dari desa.
d. Pendapatan yang didapat oleh Tn. R untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sejauh ini terpenuhi. Mereka pandai dalam menyisihkan uang untuk hal
keperluan lain.
8. Mobilitas kelas sosial
a. Tuan R sering menghabiskaan waktu luang dengan membantu merawat
burung bersama kakak iparnya,Ny.N menghabiskan waktu luang nya
menonton televisi, mengobrol bersama tetangga. Ny. N juga mengikuti
kegiatan IPPNU selama 1 minggu sekali, dan juga pengajian mingguan.
b. Ny. N selalu berkomunikasi dengan Tn. R walau sama-sama saling sibuknya
9. Keluarga Sejahtera
Tabel 2.5 Indikator Keluarga Sejahtera Keluarga Tn. R
No Indikator Mampu Belum
Mampu
Keluarga Sejahtera 1
1 Pada umumnya anggota keluarga
makan dua kali sehari atau lebih *)

2 Anggota keluarga memiliki pakaian


yang berbeda untuk dirumah,
bekerja/sekolah dan bepergian

3 Rumah yang ditempati keluarga


mempunyai atap, lantai dan dinding
yang baik *)
a) Atap

b) Lantai
c) Dinding

4 Bila anggota keluarga sakit dibawa


ke sarana kesehatan

91
5 Bila pasangan usia subur ingin ber -
KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi

6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam -


keluarga bersekolah

Keluarga Sejahtera 2

1 Pada umumnya anggota keluarga


melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing —
masing

2 Paling kurang sekali seminggu


anggota keluarga makan
daging/ikan/telur

3 Seluruh anggota keluarga


memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru dalam setahun

4 Luas lantai rumah paling kurang


8m2 untuk setiap penghuni rumah

5 Ada seseorang atau lebih anggota


keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan

6 Seluruh anggota keluarga umur 10-


60 tahun bisa baca tulisan latin

7 Pasangan usia subur dengan 2 anak -


atau lebih menggunakan alat
kontrasepsi

92
Keluarga Sejahtera 3

1 Keluarga berupaya meningkatkan


pengetahhuan agama

2 Sebagian penghasilan keluarga


ditabung dalam bentuk uang maupun
barang

3 Kebiasaan keluarga makan bersama


paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi

4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan


masyarakat di lingkungan tempat
tinggal

5 Keluarga memperoleh informasi


dari surat kabar/majalah/radio/TV

Keluarga Sejahtera 3+

1 Keluarga secara teratur dengan


sukarela memberikan sumbangan
materil untuk kegiatan social

2 Anggota keluarga yang aktif sebagai


pengurus perkumpulan sosial/yayasan
institusi masyarakat

10. Tingkat Kemandirian


Tabel 2.6 Tingkat Kemandirian Keluarga Tn.R

No Kriteria Tingkat Kemandirian Mampu Belum


Mampu
1 Keluarga menerima perawat

2 Keluarga menerima pelayanan


kesehatan sesuai rencana keperawatan
keluarga

93
3 Keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar

4 Keluarga memanfaatkan fasilitas


kesehatan pelayanan kesehatan sesuai
anjuran

5 Keluarga melakukan tindakan


keperaatan sederhana yang sesuai
anjuran

6 Keluarga melakukan tindakan


pencegahan secara aktif
7 Keluarga melakukan tindakan
promotive secara aktif

2.2.2 Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tahap I keluarga baru. Dengan tugas:
a. Memperluas siklus keluarga dengan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak — anak
b. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan baik dari
pihak suami maupun istri.
2. Tn. R dan Ny. N memiliki tugas membantu orang tua lanjut usia
yang sedang sakit dan memperluas siklus keluarga dengan anggota
baru dari anak pertamanya yang sudah menikah.
3. Sekitar tahun 2018 Tn. R berduka karena ayahnya meninggal
karena sakit yang sudah lama.
4. Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orangtua (nenek-kakek) dari
orangtua mereka)
5. Ny. N mengatakan bahwa masih beradaptasi dengan keluarga
barunya dikarenakan Ny. N belum terbiasa
6. Ny. N belum berkeinginan hamil, tetapi Ny. N belum siap untuk
hamil, dikarenakan masih ingin fokus studi.
2.2.3 Data Lingkungan

94
1. Karakteristik rumah
a. Rumah yang ditempati keluarga adalah rumah mereka sendiri.
b. Denah rumah

Lebar 7 M

Halaman
rumah

Teras rumah Bagasi

t Kamar tidur 13x3 Ruang


p e
a

n r keluarga
j a Ruang tamu
a s
n Kamar tidur 23x3
g
s Ruang
1 a Kamar tidur 33x3 makan
4
m
M p Dapur Musholla
i h 2x2
n Kamar mandi

Teras belakang

Gambar 2.3 Denah Rumah TN. R


c. Air yang dikonsumsi tubuh mereka menggunakan air isi ulang,
dan menggunakan dispenser, lemari es cukup untuk
menyimpan sayur dan buah juga air dingin.
d. Dalam kamar mandi mereka terdapat closet jongkok, bak
mandi yang cukup bersih, peralatan mandi mereka pribadi,
handuk pribadi, dan didepan kamar mandi terdapat alat untuk
menjemur handuk usai mandi.

95
e. Kamar tidur cukup dengan berisi kan ranjang dan kasur, lemari
pakaian, dan meja rias dan menggunakan kipas angin.
f. Tidak terdapat serangga maupun sarang laba — laba dalam
ruang keluarga, tamu, kamar. Sedikit sarang laba — laba di
ruang dapur. Keluarga memelihara hewan peliharaan.
g. Terdapat tanda cat mengelupas di dalam dapur. Ruangan lain
hanya dilapisi cat saja.
h. Privasi tiap anggota keluarga cukup. Anggota keluarga memiliki
kamar masing masing. Tn. R dan Ny. N tidur satu kamar.
i. Rumah Tn. R dilindungi oleh gerbang dengan tinggi sekitar 2m.
Namun, untuk jarak antar bangunan satu dengan yang lain sangat
dekat. Sehingga memungkinkan menyebar jika terjadi kebakaran.
j. Keluarga tidak memisahkan sampah organic dan anorganik.
Seluruhnya dijadikan satu dalam satu tempat sampah dalam
rumah yang kemudian dikumpulkan diluar rumah dan diambil
oleh petugas pengumpul sampah yang sudah terjadwal.
2. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar
a. Tipe lingkungan pada keluarga Tn. R adalah desa dengan
fasilitas puskesmas, sekolah PAUD, hingga kantor polisi.
1) Tipe tempat tinggal keluarga Tn. R adalah perkampungan
dengan kondisi lingkungan jalan raya terpelihara.
2) Pengumpulan sampah keluarga menggunakan jasa
pengambilan sampah terjadwal. Jarak kurang lebih 500m
terdapat pabrik beton.
3) Industri pabrik menyebabkan polusi udara dan air efek dari
limbah pabrik.
b. Karakteristik demografi
1) Tn. R memiliki hobi merawat burung love bird dan
menernaknya.
2) Populasi dilingkungan rumah Tn. R sangat banyak debunya
dikarenakan dekat dengan jalan raya.
c. Pelayanan komunitas yang ada di lingkungan rumah Tn.R
terdapat :
1) Pasar berjarak 550 M, masjid yang bisa ditempuh hanya
dengan jalan kaki.
2) Puskesmas berjarak 5,5 km dari rumah.Banyak sekolah di
lingkungan tempat tinggal Tn. R sehingga mudah untuk dituju.

96
3) Kantor Polisi yang berjarak 2,5 km.
4) Disekitar rumah Tn. R banyak terdapat ruko-ruko dan warkop.
5) Sudah terdapat masjid dan musholla kecil untuk beribadah
keluarga.
d. Banyak sekolah di lingkungan tempat tinggal Tn. R sehingga
mudah untuk dituju. Dan keluarga bisa menjangkau
menggunakan sepeda motor.
e. Fasilitas rekreasi tidak banyak disekitar lingkungan tempat
tinggal Tn. R. Paling dekat berjarak kurang lebih 2 km.
f. Transportasi umum jarang ditemui, karena sudah jarang ada
metro mini melewati daerah rumah Tn. R. Transportasi umum
taxi yang bisa memasuki wilayah ini. Jarak untuk
mendapatkan metro mini lumayan jauh. Waktu tempuh
berkisar 5 menit untuk menuju pangkalan metro mini.
g. Insiden kejahatan seperti pencurian dan pembunuhan jarang
terjadi di lingkungan Tn.R
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Keluarga tinggal sejak 2019 sampai saat ini (2 Bulan).
b. Keluarga tidak pernah berimigrasi kemanapun. Hanya ketika
lebaran mereka akan pulang ke Pasuruan dan Lampung.
c. Ny. N berasal dari Sidoarjo, dan menikah dengan Tn. R yang
berasal dari Sidoarjo. Menetap di Sidoarjo untuk ikut dan
menetap dengan suaminya.
4. Asosiasi transaksi keluarga dan komunitas
a. Anggota keluarga yang sering menggunakan pelayanan
komunitas adalah suami dan istri.
b. Keluarga sering menggunakan pelayanan komunitas seperti
check up kesehatan.
c. Keluarga menyadari pelayanan komunitas
d. Perasaan keluarga bersyukur namun, sayangnya jarang
mendapati kelompok atau organisasi berkunjung. Hanya pihak
puskesmas namun tidak setiap minggu.
2.2.4 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Tidak ada anggota keluarga yang berinteraksi dengan sikap
yang bersifat menyerang atau saling menghakimi.
2. Struktur Kekuasaan

97
Dalam keluarga ini, Tn. R lebih berkuasa dalam mengambil
keputusan atas apa yang sudah didiskusikan. Anggota keluarga
yang sering menganggarkan dan memutuskan bagaimana uang
akan digunakan adalah Ny. N. Dalam waktu luang anggota
keluarga yang sering memutuskan hendak kemana adalah Ny. N.
Namun dalam hal berkunjung ke kerabat Ny. N juga terkadang
memutuskan hal tersebut. Tn. R akan mendengarkan pendapat
sang istri dan memutuskan hasil akhirnya. Dalam keluarga ini, Tn.
R memiliki sifat disiplin. Sehingga dapat diketahui Tn. R sering
sang istri untuk bersikap disiplin. Keluarga sering menggunakan
diskusi untuk membuat keputusan.
3. Struktur Peran
Pencari nafkah pada keluarga ini, adalah Tn. R, Ny. N sebagai ibu
rumah tangga serta mahasiswa. Ketika Tn. R pergi bekerja, maka Ny.
N menyiapkan untuk berangkat untuk kuliah. Pergaulan sosial dari
anak — anak maupun orang tua dapat memengaruhi peran informal
dalam keluarga. Peran keluarga juga bisa dipengaruhi oleh latar
belakang, agama, dan etnik. Keluarga menganut agama Islam dimana
mereka harus menjauhi larangan yang sudah dituliskan.
4. Nilai Keluarga
Nilai yang dianut oleh keluarga adalah saling menghormati
kepada yang lebih tua, mencium tangan orang tua ketika anaknya
akan pergi keluar.
2.2.5 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Orang tua menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan pada setiap
anggota keluarga, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan,
perhatian, kasih sayang, bermain untuk anaknya dan pasangannya.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. Ne jarang keluar rumah dikarenakan kesibukannya dan Ny. N
tidak banyak tahu tetangganya yang lebih tahu yaitu Tn. R yang
lebih akarab dengan tetanggahnya ketimbang Ny. N
3. Fungsi perawat kesehatan
Jika keluarga sakit maka keluarga akan pergi ke rumah sakit.
Pelayananan komunitas yang tersedia di lingkungan Tn. R adalah
Rumah Sakit,Puskesmas dan klinik kecil yang berjarak sekitar 3 km
dari rumahnya yang juga melayani jaminan kesehatan seperti BPJS,

98
Jamsostek,Askes dimana anggota keluarga menggunakan layanan
tersebut. Keluarga tidak terlalu suka mengonsumsi jamu. Usaha
pencegahan yang dilakukan keluarga agar tidak sakit adalah pantang
dengan makanan yang dilarang. Zaman sudah berkembang, maka
untuk mengetahui kondisi danmelaporkan gejala yang dialami
keluarga adalah dengan mencari informasi di internet. Keluarga
mengenali tanda dan gejala penyakit yang di derita. Ny. N memiliki
penyakit lambung, dan saat makan satu suapan Ny. N merasa mual
ingin muntah. Riwayat keluarga tidak memiliki penyakit menurun
seperti hipertensi, tbc dan diabetes. Dalam mengontrol makanan apa
yang akan dikonsumsi Ny. N berperan dalam hal ini, dan keluarga
tidak pernah melakukan diet kecuali dengan anjuran dokter untuk
mencegah kambuhnya penyakit. Dan makanan disajikan dalam wadah
piring diatas meja kecil. Keluarga makan bersama di ruangan keluarga
sebagai salah satu tempat untuk berkumpul dan berkomunikasi masing
— masing.
Keluarga Tn. R tidur kurang lebih 8 jam, dengan rutinitas tidur
siang. Tidak ada anggota keluarga yang memutuskan untuk
memaksa tidur. Anggota keluarga tidur dengan layak diatas spring
bed disetiap kamarnya.
Aktivitas fisik yang dilakukan keluarga saat dirumah yakni
membersihkan rumah bagi Ny. N bagi Tn. R selalu memandikan
burung love birdnya. Terkadang mereka juga rekreasi di tempat
wisata yang sedang tren dikunjungi wisatawan.
Tn. R mengonsumsi tembakau (merokok) saat sedang bekerja dan
Ny. N tidak mempermasalahkan itu, karena sudah jadi kebiasaan Tn.
R. Anggota keluarga tidak pernah mengonsumsi obat penenang.
Keluarga tidak selalu mengonsumsi obat yang dijual bebas atau obat
yang diresepkan (tidak ketergantungan obat). Keluarga menyimpan
obat dengan baik didalam kotak obat.Jika tidak sempat ke rumah sakit
Ny. N mengonsumsi obat yang dijual di Apotik.
Status imunisasi anggota keluarga lengkap. Keluarga mandi dengan
air PDAM, dan untuk dikonsumsi tubuh keluarga menggunakan air isi
ulang galon. Keluarga memiliki kebiasaan menggosok gigi setelah
makan dan berkumur dengan obat hygiene mulut.
4. Fungsi Ekonomi

99
Tn. R sebagai pencari nafkah,Ny.N sebagai ibu rumah tangga dan
mengatur keuangan keluarga sekaligus berkuliah. Dengan penghasilan
yang memumpuni Ny. N mengatur segala pengeluaran, keperluan apa
saja yang dibutuhkan dan keperluan mendadak yang akan datang.
5. Fungsi Reproduksi
Ny. N ingin menunda kehamilan dikarenakan ingin fokus pada
study yang sedang ditempuh.
2.2.2 Diagnosa
Tabel 2.7 Diagnosa Keperawatan Keluarga Tn. R
No Analisa Data Masalah

1 DS : Domain 7: Hubungan Peran


Kelas 2 : Disfungsi Proses Keluarga
Ny. N mengatakan bahwa masih
beradaptasi dengan keluarga Kode 00063 : Disfungsi Proses
barunya dikarenakan Ny. N belum Keluarga yang ditandai dengan
terbiasa perubahan pada fungsi dan peran
DO : Definisi : Fungsi keluarga gagal
Ny. N masih sedikit terlihat malu- menyokong kesejahteraan

malu saat bersama mertunya anggotanya

2 DS : Domain 8 : Seksualitas
Kelas 3 : Resiko Ketidakefektifan
Ny. N mengatakan bahwa belum
berkeinginan hamil, tetapi Ny. N Proses Kehamilan —Melahirkan

belum siap untuk hamil, Kode 0027 : Resiko Ketidakefektifan


dikarenakan masih ingin fokus Proses Kehamilan —Melahirkan
studi yang ditandai dengan kurangnya
DO : kesiapan kognitif untuk menjadi
orang tua
Ny. N terlihat masih disibukkan
dengan studinya dan belum ada Definisi : Rentan ketidakmampuan

persiapan hamil. mempersiapkan dan/ atau


mempertahankan kehamilan, proses
melahirkan dan perawatan bayi baru
lahir yang sehat untuk memastikan
kesejahteraan

100
3 DS: Domain : 2 (Nutrisi)
1. Ny. N memiliki Kelas : 1 Ketidakseimbangan nutrisi:
penyakit lambung. Kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Ny. N mengatakan
bahwa jika dia makan, dia Kode 00002 : Ketidakseimbangan
akan mual nutrisi: Kurang dari kebutuhan
DO: tubuh.yang berhubungan dengan
asupan diet kurang yang ditandai
1. Ny. N terlihat tidak nafsu makan
saat makan. dengan ketidakmampuan Ny.N

2. Ny. N mengatakan bahwa walau mengabsorbsi nutrien

dia memiliki penyakit lambung


tetapi tidak mengganggu, karena Definisi : Asupan Nutrisi tidak cukup
saat pertama makan memang untuk memenuhi kebutuhan
mual, tetaoi lama-lama tidak metabolik.
mual
3. Saat diwawancarai Ny. N
tidak terlihat lesu
4 DS: Domain 1 : Promosi Kesehatan
Ny. N mengatakan bahwa Tn. Kelas 2 : Perilaku kesehatan
R mengonsum tembakau cenderung beresiko
(merokok)
DO: Kode 00188 : Perilaku kesehatan
cenderung beresiko yang ditandai
Tn. R terlihat merokok saat dengan merokok berhubungan
diwawancarai dan Ny. N tidak dengan kurangnya dukungan sosial
memepermasalahkan hal tersebut
Definisi : hambatan kemampuan

untuk mengubah gaya hidup atau


perilaku dalam cara yang
memperbaiki tingkat kesehatan

5 DS: Domain 10 :
1. Ny. N mengatakan bahwa dia Prinsip Hidup
mampu memberi perawatan Kelas 3 :

101
kesehatan sesuai dengan fasilitas Kesiapan meningkatkan
yang tersedia. pengambilan keputusan emansipasi

2. Ny. N mengatakan bahwa Diagnosa :


mampu mengungkapkan isi hati 00243 Kesiapan meningkatkan

atau pendapat tentang masalah pengambilan keputusan emansipasi

kesehatan kepada perawat atau Ny.N terhadap kesehatan

keluarga atau komunitas Definisi :


3. Keluarga sering menggunakan Suatu pemilihan keputusan

pelayanan komunitas seperti perawatan kesehatan yang

check up kesehatan melibatkan pengetahuan dan atau


pertimbangan personal tentang
norma sosial, yang dapat
DO : Keluarga mengenali tanda ditingkatkan.
dan gejala penyakit yang di derita.

2.2.3 Intervensi

1.2.3.1 Prioritas Masalah


Tabel 2.8 Prioritas Masalah Keluarga Tn. R khusunya Ny. N
Resiko Ketidakefektifan Proses Kehamilan —Melahirkan yang ditandai
dengan kurangnya kesiapan kognitif untuk menjadi orang tua khususnya
Ny. N
Definisi : Rentan ketidakmampuan mempersiapkan dan/ atau
mempertahankan kehamilan, proses melahirkan dan perawatan bayi baru
lahir yang sehat untuk memastikan kesejahteraan

No Kriteria Skor Bobot Jumlah Pembenaran


1 Sifat masalah Ny. N sudah
Skala: Wellness 3 mengetahui tentang
1 apa itu kehamilan,
3
Aktual tetapi masih bingung
2
untuk bagaimana
Resiko 1
mempersiapkan
Potensial 1 kehamilan
Ny. N dan Tn. R

2 2 masih mempelajari
2 1 tentang bagaimana

102
Kemungkinan masalah 0 2 proses kehamilan
dapat diubah tetapi Ny. N belum
Skala: siap untuk hamil
Mudah
Sebagian 1 Ny. N sedikit
3 mengetahui
3 Tidak dapat 2 bagaimana cara untuk
1 mempersiapkan
kehamilan
Potensi masalah untuk 1
dicegah
Skala:
Tinggi Tidak, dikarenakan
½ Ny. N sudah
4
mempersiapkan diri
Cukup
2 untuk kehamilan nya
Rendah 1 1
0
Menonjolnya masalah
Skala:
Segera
Tidak perlu
Tidak dirasakan

4 1/2

2. Disfungsi Proses Keluarga yang ditandai dengan perubahan pada


fungsi dan peran
Definisi : Fungsi keluarga gagal menyokong kesejahteraan anggotanya
No Kriteria Skor Bobot Jumlah Pembenaran
1 Sifat masalah Ny. N sudah mulai
Skala: Wellness 3 mengetahui tentang
Aktual 3 1 1 bagaimana kebiasaan
Resiko 2 keluarga suaminya
Potensial 1

103
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah Ny. N sudah
Skala: menjalankan
Mudah 2 beberapa tips untuk
1 2 1 beradaptasi dengan
Sebagian
0 keluarga suaminya
Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk Cukup, dengan cara

berkonsultasi dengan
dicegah
3 suaminya untuk
Skala: Tinggi
2 1 1/3 mengetahui kebiasaan
Cukup 1 keluarga suaminya
Rendah

4 Setelah mengetahui

semuanya Ny. N bisa


Menonjolnya masalah 2 1 menyesuaikan
Skala: 1 adaptasinya dengan
1
baik
0
Segera
Tidak perlu

Tidak

dirasakan

3 1/3

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko yang ditandai dengan merokok


berhubungan dengan kurangnya dukungan social khususnya Tn. R
Definisi : hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup atau perilaku
dalam cara yang memperbaiki tingkat kesehatan.
No Kriteria Skor Bobot Jumlah Pembenaran
1 Sifat masalah Resiko, karena Tn. R
Skala: Wellness 3 mengonsumsi
Aktual 3 tembakau jenis rokok
Resiko 2 1 2/3

104
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah Sebagian, karena

dapat diubah terkadang sudah


Skala: diganti dengan
Mudah 2 2 1 camilan/permen
Sebagian 1 namun masih
Tidak dapat 0 mengonsumsi kopi
3 Potensi masalah untuk Tinggi, jika diselingi
dicegah air minum biasa atau
Skala: Tinggi 3 permen dan diajak
Cukup ngobrol
2
Rendah 1 1
1
4 Menonjolnya masalah Tidak dirasakan,

Skala: karena dgn


Segera mengonsumsi rokok
Tidak perlu membuat Tn. R lebih
Tidak 2 1 tenang
dirasakan 1 1
0

3 2/3

4. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh.yang berhubungan


dengan asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan Ny.N
mengabsorbsi nutrient
Definisi : Asupan Nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
No Kriteria Skor Bobot Jumlah Pembenaran
1 Sifat masalah Keadaan tersebut
Skala: Wellness 3 harus segera diatasi.
Karena jika tidak
Aktual 3 segera diatasi, akan
Resiko 2 1` terjadi muntah
Potensial 1 1
2 Kemungkinan masalah Klien sudah mengerti

cara mengatasi, akan

105
dapat diubah tetapi akan lebih baik
Skala: jika menggunakan
saran dokter
Mudah 2 2
Sebagian
1
Tidak dapat
0 1
Tinggi, dengan
3 Potensi masalah meminum obat dan
makan tidak telat
untuk dicegah
Skala: Tinggi
Cukup 3
Rendah
2 2
1 Tidak perlu, karena
2/3
4 Menonjolnya dapat diatasi dengan
obat maka tidak akan
masalah menimbulkan gejala
Skala: lain
Segera
Tidak perlu
Tidak 2
dirasakan 1 0
0
0

2 2/3

5. Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan emansipasi Ny.N


terhadap kesehatan
Definisi :
Suatu pemilihan keputusan perawatan kesehatan yang melibatkan
pengetahuan dan atau pertimbangan personal tentang norma sosial, yang
dapat ditingkatkan.
No Kriteria Skor Bobot Jumlah Pembenaran
1 Sifat masalah Ny. N mampu
Skala: Wellness 3 merawat dan
Aktual melakukan
3
Resiko 2/3 pencegahan terhadap

106
Potensial 2 terjadinya proses
1 penyakit di
1 keluarganya
2 Kemungkinan masalah

dapat diubah Ny. N sudah


Skala: 2 1 menjalankan prosedur
Mudah cara merawat anggota
1
Sebagian 2 keluarga sesuai yang
0
Tidak dapat diberikan oleh
perawat/ petugas
3 Potensi masalah untuk kesehatan
dicegah
Tidak ada, Kren Ny.
Skala: Tinggi 0
N bisa merawat dan
Cukup
melakukan
Rendah 3
pencegahan sesuai
2 1
yang telah diberikan
1
oleh perawat/petugas
Menonjolnya masalah kesehatan
4
Skala:
Segera 0
Tidak perlu Ny. N setelah
Tidak dirasakan melakukan perawatan
keluarga sudah tidak
2 1 khawatir lagi
1
0

2 2/3

2.2.4. Tabel Prioritas Diagnosa Keperawatan


No Prioritas Skor

1 Resiko Ketidakefektifan Proses Kehamilan —


Melahirkan yang ditandai dengan kurangnya kesiapan
kognitif untuk menjadi orang tua khususnya Ny. N

107
2 Disfungsi Proses Keluarga yang ditandai dengan
perubahan pada fungsi dan peran khususnya Ny. N

3 Perilaku kesehatan cenderung beresiko yang ditandai


dengan merokok berhubungan dengan kurangnya dukungan
social khususnya Tn. R

4 Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan


tubuh.yang berhubungan dengan asupan diet kurang yang
ditandai dengan ketidakmampuan Ny.N mengabsorbsi
nutrient

5 Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan


emansipasi Ny.N terhadap kesehatan

108
2.2.5. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Tabel 2.9 Intervensi Keluarga Tn. R khususnya Ny. N

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan (Nursing Outcome Criteria) (Nursing Intervention Criteria)

Resiko 1. Keluarga mampu mengenal masalah 1. Keluarga mampu mengenal masalah


Ketidakefektifan kesehatan kesehatan
Domain IV : Pengetahuan tentang kesehatan Domain V : Keluarga
Proses Kehamilan
& perilaku Kelas W : Perawatan melahirkan
—Melahirkan yang
Kelas S : Pengetahuan tentang kesehatan Kode : 6960
ditandai dengan
Kriteria Hasil : 1810 Pengetahuan : Hasil : Perawatan prenatal
kurangnya kesiapan
Kehamilan a. Diskusikan pentingnya berpartisipasi
kognitif untuk
Outcome : dalamm perawatan prenatal sepanjang
menjadi orang tua
a. 181026 Pentingnya perawatan sebelum periode kehamilan, sembari menganjurkan
khususnya Ny. N
melahirkan sesering mungkin dari skala 2 keterlibatan pasangan pasien atau
(pengetahuan terbatas) menjadi skala 4 anggotan keluarga lainnya
(pengetahuan banyak) b. Monitor kenaikan berat badan
b. 181027 Pentingnya pendidikan kesehatan c. Monitor denyut jantung janin

109
sebelum melahirkan dari skala 2 d. Diskusikan kebutuhan nutrisi dan
(pengetahuan terbatas) menjadi skala 4 kekhawatiran(yang dirasakan) (misalnya,
(pengetahuan banyak) diet seimbang, asam folat, keamanan
c. 181029 Pola pergerakan janin dari skala 2 pangana, dan suplemen)
(pengetahuan terbatas) menjadi skala 4 e. Instruksikan pasien untuk dapat dilakukan
(pengetahuan banyak) pengujian laborataorium secara rutin
d. 181011 Pola penambahan berat badan yang selama kehamilan (misalnya, urinalisis,
sehat dari skala 2 (pengetahuan terbatas) kadar hemoglobin, USG, diabetes,
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) gestasionall, dan HIV)

2. Keluarga mampu membuat keputusan yang 2. Keluarga mampu membuat keputusan


berkaitan dengan upaya pengobatan atau yang berkaitan dengan upaya
kesehatan pengobatan/perawatan
Domain IV : pengetahuan tentang kesehatan Domain III : Perilaku
& perilaku Kelas S : Pendidikan Pasien
Kelas Q : perilakukesehatan Hasil : 5618 Pengajaran : Prosedur/
Kode : (1607)Perilaku kesehatan prenatal perawatan
Outcome : Indikator :
a. 160701 menjaga kondisi prakonsepsi yang a. Informasikan pada pasien atau orang
sehat dari skala 2 (jarang menunjukkan) terdekat mengenai kapan dan dimana
menjadi 4 (sering menunjukkan) tindakan akan dilakukan.
b. 160703 menepati janji untuk perawatan b. Informasikan pada pasien atau orang

110
prenatal dari skala 2 (jarang menunjukkan) terdekat mengenai lama tindakan akan
menjadi 4 (sering menunjukkan) berlangsung
c. 160707 mendatangi kelas pendidikan c. Informasikan pada pasien atau orang
melahirkan anak dari skala 2 (jarang terdekat mengenai siapa saja yang akan
menunjukkan) menjadi 4 (sering melakukan tindakan
menunjukkan) d. Jelaskan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
e. Berikan kesempatan bagi pasien untuk
bertanya ataupun mendiskusikan
perasaannya.

3. Melakukan upaya perawatan untuk 3. Keluarga mampu melakukan upaya


menghilangkan kondisi sakit pada anggota perawatan untuk menghilangkan kondisi
keluarga. sakit
Domain IV : Pengetahuan tentang Domain 5 : Keluarga
Kesehatan & perilaku Kelas W : Perawatan Melahirkan
Kelas T : Kontrol Resiko Intervensi : 6800 Perawatan Kehamilan
Kriteria Hasil : 1908 Deteksi Resiko Resiko Tinggi
Outcome : a. Kaji pengetahuan klien dalam
a. 190801 Mengenali tanda dan gejala yang mengidentifikasi faktor resiko
mengidikasikan risiko dari skala 1(tidak b. Ajarkan pasien mengenai teknik
pernah menunjukkan) menjadi skala 3 perawatan mandiri untuk meningkatkan

111
(kadang-kadang menujukkan) kemungkinan mendapatkan hasil akhir
b. 190804 Melakukan pemeriksaan mandiri yang sehat (misalnya, hidrasi, diet,
sesuai waktu yang telah dianjurkan dari modifikasi aktivitas, pentingnya
skala 1(tidak pernah menunjukkan) melakukan pemeriksaan kehamilan
menjadi skala 4(sering menunjukkan) yang rutin, pengontrolan glukosa darah,
c. 190813 Memonitor perubahan status dan pencegahan aktivitas seksual yang
kesehatan dari skala 3(kadang-kadang aman termasuk tidak melakukan
menujukkan) menjadi skala 4(sering hubungan seksual
menunjukkan) c. Ajarkan cara menghitung gerakan janin
d. Dorong partisipasi awal dalam kelas
perinatal atau berikan pendidikan tentang
kelahiran anak pada saat pasien dalam
kondisi istirahat
e. Lakukan rujukan pada agensi perawatan
dirumah (misalnya, pelayanan perawatan
khusus perinatal, managemen khasus
perinatal, dan perawatan komunitas)
f. Monitor ketat status fisik dan psikologis
selama kehamilan

4. Pemeliharaan kesehatan pada lingkungan 4. Pemeliharaan kesehatan pada lingkungan

112
rumah yang kondusif rumah yang kondusif
Domain V : Kondisi kesehatan yang Domain 4 : Keamanan
dirasakan Kelas V : Manajemen Risiko
Kelas U : Kualitas Kesehatan dan Intervensi : 6480 Manajemen Lingkungan
Kehidupan a. Sediakan tempat tidur dan lingkungan
Kriteria hasil : 2009 Status kenyamanan : yang bersih dan nyaman
Lingkungan b. Singkirkan bahan-bahan yang digunakan
Outcome : selama penggantiann pakaian dan
a. 200903 Lingkungan yang kondusif untuk eliminasi, serta bau apapun yang tersisa,
tidur dari skala 4 ( sedikit terganggu) sebelum kunjungan dan waktu makan.
menjadi 5 (tidak terganggu) c. Kendalikan atau cegah kebisingan yang
b. 200906 Kebersihan lingkungan dari skala 4 tidak diinginkan atau berlebihan, bila
( sedikit terganggu) menjadi 5 (tidak memungkinkan
terganggu)
c. 200916 Kontrol terhadap suara dari skala 4 (
sedikit terganggu) menjadi 5 (tidak
terganggu)
d. 200917 Mengontrol bau-bau an 4 ( sedikit
terganggu) menjadi 5 (tidak terganggu)

5. 6. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang 5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang


ada ada

113
Domain IV : Pengetahuan tentang Domain 1 : Fisiologis Dasar
Kesehatan dan perilaku Kelas F : Fasilitasi Perawatan Diri
Kelas FF : Manajemen Kesehatan Intervensi :1800 Bantuan Perawatan Diri
Kriteria Hasil: 3100 Manajemen Diri : a. Monitor kemampuan diri secara mandiri
Penyakit Akut b. Bantu pasien menerima kebutuha pasien
Outcome : terkait dengan kondisi ketergantungan
a. 310020 Menghindari kebiasaan yang c. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
dapat memicu sakit dari skala 4 (sering
menunjukkan) menjadi skaka 5 (secara
konsistes menunjukkan)
b. 310028 Menggunakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dari skala 4 (sering
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsistes menunjukkan)
c. 310029 menjadwalkan perjanjian dengan
profesional kesehatan sesuai kebutuhan
konsisten dari skala 3 (kadang-kadang
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsistes menunjukkan)

114
2.2.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 2.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan

14 mei
2019
Resiko TUK 1 : Keluarga mampu
mengenal masalah Kesehatan
Subyek :
J
Ketidakefektifan i. Ny. N mengatakan bahwa sudah
Proses Kehamilan — Resiko Ketidakefektifan Proses mulai mengenal dan mengerti
Melahirkan yang Kehamilan —Melahirkan yang apa itu proses kehamilan
ditandai dengan ditandai dengan kurangnya kesiapan ii. Ny. N mengatakan bahwa bisa
kurangnya kesiapan kognitif untuk menjadi orang tua memahami bagaimana proses
kognitif untuk khususnya Ny. N. pemenuhan nutrisi untuk janin
menjadi orang tua Obyek :
khususnya Ny. N 1. Mendiskusikan pentingnya
berpartisipasi dalam perawatan 1. Ny. N terlihat sangat
prenatal sepanjang periode memperhatikan saat diberi
kehamilan seperti, sembari materi oleh pemateri
menganjurkan keterlibatan 2. Ny. N aktif dalam
pasangan pasien atau anggotan mengklarifikasi dan
keluarga lainnya menanyakan apa yang kurang
R/ : Ny. N selalu di rawat oleh Tn. difahami.

115
R Analisis :
b. Memonitor kenaikan berat badan TUK 1 tercapai, Ny. N telah
R/ : Ny. N selalu makan dengan
memahami bagaimana cara
porsi sedang dan dengan lauk yang
pemenuhan dan apa saja
bergizi cukup
pemeriksaan saat proses kehamilan.
c. Monitor denyut jantung janin
R/ : Tn. R memeriksakan Planning/ Perencanaan :
kehamilan Ny. N dengan rutin Lanjutkan TUK 2 untuk
d. Mendiskusikan kebutuhan nutrisi
dan kekhawatiran(yang dirasakan) melibatkan anggotan keluarga
(misalnya, diet seimbang, asam
folat, keamanan pangan, dan
suplemen)
R/ : Ny. N selalu mengonsumsi
makanan yang dengan gizi
seimbang dengan didampingi
camilan yang sehat

16 mei 2. TUK 2 Keluarga mampu Subjek :


2019 membuat keputusan yang J
berkaitan dengan upaya 1. Ny. N mengatakan bahwa setelah
mendapatkan beberapa
pengobatan atau kesehatan
pemeriksaan, Ny.N mampu
Setelah dilakukan intervensi
memutuskan untuk melakukan
keluarga Tn.R khususnya Ny.N

116
mampu membuat keputusan pemeriksaan secara rutin untuk
a. Memberi informasi pada Ny. N mendeteksi keadaan janin
dan Tn. R mengenai kapan dan sedini mungkin
dimana tindakan akan dilakukan ( Objek :
memeriksakan janin dengan
Ny. N mampu membuat
rutin 2/4 bulan sekali untuk
keputusan perawatan kesehatan
mendeteksi keadaan janin)
mengenai pemeriksaan rutin
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah
yang telah dilaksanakan
mengetahui kapan dan dimana
tindakan pemeriksaan dilakukan
b. Memberi informasi pada Ny. N
Analsis :
dan Tn. R mengenai lama tindakan
akan berlangsung TUK 2 tercapai, Ny.E sudah
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah bisa memutuskan pengobatan yang
mengetahui tentang berapa berkaitan dengan penyakitnya
lama durasi tindakan
pemeriksaan berlangsung
c. Memberi informasi pada Ny. N Perencanaan :
dan Tn. R mengenai siapa saja
yang akan melakukan tindakan Lanjutkan ke TUK 3 dengan
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah melakukan upaya perawatan
mengetahui bahwa dokter A dan untuk kesehatan Ny. E
perawat D yang akan melakukan

117
tindakan pemeriksaan
d. Menjelaskan tujuan tindakan
pemeriksaan yang akan dilakukan
oleh perawat
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah
mengetahui bahwa tujuan tindakan
pemeriksaan ini untuk menunjang
pemeriksaan kehamilan Ny. N
e. Memberi kesempatan bagi pasien
untuk bertanya ataupun
mendiskusikan perasaannya
R/ : Ny. N dan juga Tn. R
menanyakan beberapa pertanyaan
yang menyangkut tentang kondisi
janin, nutrisi janin, proses
melahirkan dan juga proses post
natal.

17 mei TUK3: Subyektif :


2019 J
Melakukan upaya perawatan untuk Ny. N mengatakan bahwa jika
menghilangkan kondisi sakit pada menglami suatu kondisi yang
anggota keluarga memerlukan bantuan kesehatan,
1. Mengkaji pengetahuan Ny. N Ny. N langsung ke bidan terdekat

118
dalam mengidentifikasi faktor untuk mendapatkan pertolongan
resiko pada kehamilannya. (Resiko
Obyektif :
Prematur, resiko post date, bayi
lahir cacat dan berat lahir Ny. N mampu membuat
rendah) keputusan perawatan
R/ : Ny. N sudah mengantisipasi kesehatan mengenai kondisi
hal tersebut dengan memeriksakan yang sedang dijalani
janinnya selama 2 bulan sekali
Analsis :
2. Mengajarkan Ny. N dan Tn. R
mengenai teknik perawatan mandiri TUK 3 tercapai, Ny.N sudah
untuk meningkatkan kemungkinan bisa melakukan pemeriksaan
mendapatkan hasil akhir yang sehat secara rutin untuk mendeteksi
(misalnya, hidrasi, diet, modifikasi kehamilanya
aktivitas, pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan yang rutin, Perencanaan :
pengontrolan glukosa darah, dan
lanjutkan ke TUK 4
pencegahan aktivitas seksual yang memelihara kesehatan di
aman termasuk tidak melakukan lingkungan rumah Ny.N
hubungan seksual
R/ : Tn. R selalu memperhatikan
apa yang di konsumsi oleh Ny.
N, dan
3. Mengajarkan bagaimana cara

119
menghitung gerakan janin.
R/ : Ny. N menyadari akan
pergerakan janin yang aktif, baik
saat tidur maupun saat melakukan
aktivitas lain
4. Mendorong partisipasi awal
dalam kelas perinatal atau berikan
pendidikan tentang kelahiran anak
pada saat Ny. N dalam kondisi
istirahat
R/ : Ny. N sudah siap
menjalani proses kehamilan
hingga melahirkan
5. Melakukan rujukan pada agensi
perawatan dirumah (misalnya,
pelayanan perawatan khusus
perinatal, managemen khasus
perinatal, dan perawatan
komunitas)
R/ : Ny. N merujuk kebidan
terdekat jika mengalami suatu
kondisi yang memerlukan
pelayanan kesehatan

120
6. Memonitor ketat status fisik dan
psikologis selama kehamilan
(dengan memeriksa TTV dan
juga tingkat stress pada ibu
hamil)
R/ : Ny. N selalu memeriksakan
kesehatannya rutin setiap 2 bulan
sekali

18 MEI TUK4: Subyektif :


2019 J
Pemeliharaan kesehatan pada Ny. N mengatakan bahwa telah
lingkungan rumah yang kondusif melakukan tindakan yang sesuai
1. Menyediakan tempat tidur dan dengan yang telah tersedia

lingkungan yang bersih dan Obyektif :


nyaman Ny. N mampu membuat
R/ : Ny. N selalu tidur pada tempat
kenyamanan sesuai dengan situasi
tidur yang bersih dan nyaman
dan kondisi saat ini
2. Menyingkirkan bahan-bahan yang
digunakan selama penggantiann Analsisis :
pakaian dan eliminasi, serta bau TUK 4 tercapai, Ny.N sudah bisa
apapun yang tersisa, sebelum
mencipatakan lingkungan yang

121
kunjungan dan waktu makan. nyaman dan bersih
R/ : Letak kamar tidur Ny. N jauh Perencanaan :
dengan kamar mandi dan juga bak
baju kotor lanjutkan TUK 5, menggunakan
3. Mengendalikan atau cegah fasilitas pelayanan kesehatan Ny. N
kebisingan yang tidak diinginkan
atau berlebihan, bila
memungkinkan
R/ : Ny. N rumahnya dekat dengan
jalan raya maka dari itu suara
bisisng tetap terdengar.

19 mei TUK5: Subyektif :


2019 J
Memanfaatkan pelayanan kesehatan Ny. N mengatakan bahwa puas
yang ada dengan fasilitas dan pelayanan yang
1. Memonitor kemampuan diri secara ada di pelayanan kesehatan baik
bidan maupun klinik atau rumah
mandiri (mandiri dalam hal makan,
sakit
mandi, masak, mencuci, dan
merawat diri) Obyektif :
R/ : Ny. N terlihat senang ketika
2. Membantu pasien menerima
mendapatkan pelayanan yang
kebutuhan pasien terkait dengan
memuaskan
kondisi ketergantungan

122
R/ : Analisis :
3. Menciptakan rutinitas aktivitas TUK 5 tercapai, Ny.N melakukan
perawatan diri
screening kesehatan di Kebidanan,
R/ :
di klinik atau Rumah sakit

Perencanaan :

intervensi dihentikan

123
BAB 4
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Suatu keluarga terdiri dari dua orang atau lebih dengan salah satu
diantaranya merupakan kepala keluarga, yang dihubungkan melalui
keturunan, pernikahan, atau adopsi dan tinggal pada tempat atau rumah yang
sama. Pasangan yang baru menikah, saat ini membuat porsi rumah tangga
menjadi lebih kecil daripada beberapa dekade sebelumnya. Jumlah rumah
tangga pasangan baru adalah 45 juta pada tahun 1970, dan pada tahun 2000
jumlah rumah tangga pasangan baru meningkat sebessar 55 juta, sebenarnya
peningkatan tersebut jauh lebih lambat daripada semua tipe rumah tangga
keluarga lainnya. Proporsi keluarga pasangan baru yang memiliki anak telah
menurun 87% pada tahun 1970 menjadi 69% pada tahun 2000. Kelompok
keluarga pasangan baru kini lebih cenderung tinggal di daerah pedesaan,
dirumah mereka sendiri, dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Mereka tidak mungkin tidak bekerja jika dibandingkan dengan semua
kelompok keluarga lainnya (U.S. Bureau of the Census, 2000).

3.2. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya


mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya untuk lebih dapat
memahami konsep asuhan keperawatan keluarga tahap pasangan baru dan
bagi masyarakat diharapkan agar kiranya perlu memperhatikan tahapan
keluarga pasangan baru ini sehingga dapat mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan dan dapat beradaptasi dengan keluarga besar
serta mampu merawat pasanganya.

124
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang.(2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga Jakarta:


Sagung Seto

Bulecheck. 2013. Nursing Intervension Clasification. Singapore: Elsevier.

Friedman, Marilyn. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori &
Praktik Ed.5. Jakarta: EGC

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan


Keluarga.Sulawesi Selatan: Pustaka Assalam

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-1 Diagnosa Keperawatan:definisi


dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta :EGC

Kaakinen, Joanna Rowe. (2010). Family health care nursing: theory,practice, and
research 4th edition. US of America: Davis Company

Moorhead. 2013. Nursing Outcomes Clasification. Singapore: Elsevier

Riasmini, In Made dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Individu, keluarga,


kelompok, dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC
dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta : UI

Sahar, Junaiti dkk. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan keluarga.


Singapore: Elsevier

125
LAMPIRAN 1

Kritik, Saran dan Pertanyaan (6B)

1. Fildzah Nur M (1130016123)


a. Di tipe keluarga menggunakan extended family tetapi di komposisi
dan genogram hanya suami dan istri
b. Pewarnaan Ds dan Do hanya menggunakan dua warna, seharusnya
beda diagnosa beda warna
2. Lusi Dwi Rahayu (1130016085)
a. Tabel keterangan di genogram tidak ada
b. Seharusnya tbel imunisasi diberi keterangan
c. Seharusnya nama pasien diberi nama inisial
3. Meirda Nuriyana (1130016067)
a. Genogram tidak ada keterangan dan sumber tidak sama
b. Slide kurang rapi dan nama tidak di inisial
c. Di skoring tidak ada perhitungannya
d. Di diagnosa tidak sama di Do
4. Alimatus Sadiyah (1130016005)
a. Komposisi tidak menjelaskan semua keluarga yang tinggal satu rumah
b. Pada indikator keluarga sejahtera tidak dijelaskan keluarga masuk
pada indikator yang mana
c. Banyak diagnose tidak sesuai dengan data subjektif dan data objektif
d. Pada pembenaran skoring tidak sesuai dengan data yang ada pada
Analisa data
5. Olva Nur Herawaty (1130016083)
a. Denah tidak diberi petunjuk arah diagnosa
b. Seharusnya setelah skoring, prioritas tetapi dimakalah tidak ada
6. Diah Feby F (1130016090)
a. Tipe bentuk keluarga hendaknya ditulis lebih spesifik tinggal dengan
siapa saudaranya
b. Tabel keluarga sejahtera tolong diperhatikan lagi, kenapa langsung keluarga
sejahtera bukankah yang pertama itu keluarga pra sejahtera? Dan
disimpulkan keluarga tersebut masuk keluarga sejahtera tahap berapa?
c. Arah mata angina diperhatikan lagi
d. Di diagnosa keperawatan kenapa ditulis berhubungan dengan?
e. Diagnosa tolong diperhatikan lagi, definisi dan Ds Do tidak sesuai
f. Ds dan Do mohon ditambah lagi dengan data yang mendukung

126
g. Di diagnosa tidak ada pasien perilaku kesehatan cenderung beresiko,
tapi di intervensi ada. Maksudnya bagaimana?
h. Tidak dicampurkan prioritas diagnose.
7. Dina Aguslia (1130016104)
a. Tidak ada keterangan pada genogram
b. Penilaian prioritas masalah per poin tidak ditulis
c. Pada prioritas masalah juga tidak ditebalkan pada kriteria yang di nilai
d. Tidak dicantumkan diagnose prioritas
8. Eka Yasista (1130016039)
a. Tidak adanya kolom khusus diagnosa yang sudah ditotal skornya
agar dapat mempermudah mana prioritas masalah
b. Pada diagnose tidak memiliki arah mata angina
9. Hamida Asri A (1130016081)
a. Ini materi tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga baru
namun kenapa di diagnosa tidak menjurus ke materi
10. Zakiyyatus Sholikhah (1130016001)
a. Pada ppt keluarga sejahtera mohon diperhatikan. Jika pada point
indikator pra sejahtera/KS 1, terdapat indikator yang belum mampu,
maka pengkajian KS tidak dilanjutkan
b. Mohon nama pasien diberi inisial bukan nama asli
11. Siti Hardiyanti (1130016004)
a. Keterangan genogram
b. Tingkat kemandirian ke berapa?
c. Prioritas diagnosa tidak ada (perhitungan)
d. Daftar prioritas tidak ada (perhitungan)
e. Noc Nic tidak dijelaskan definisinya
12. Sody Riska Dinardilla (1130016094)
a. Pada tipe keluarga menggunakan extended family terdapat komposisi
dan genogram hanya suami dan istri
b. Kenapa tidak dimunculkan diagnosa prioritas
c. Ada nama pasien yang tidak di inisial
d. Tidak ada pewarnaan yang berbeda pada diagnos
13. Ficky Erika Dewi (1130016063)
a. Tabel tingkat kemandirian : keluarga termasuk tingkat berapa harusnya
di bold (di askep kasus belum ada)
b. Pada ppt genogram belum diberi keterangan
c. Tidak ada data prioritas setelah di skoring

127
d. Pada kasus askep menggunakan inisial
e. Tipe keluarga extended family tapi pada komposisi keluarga dan
genogram hanya suami dan istri
14. Hilda Wulandari (1130016073)
a. Tabel imunisasi tidak sesuai ketentuan
b. Struktur keluarga dan fungsi keluarga per poin
c. Tidak ada diagnose prioritas
15. Annisatul Arum Pridasari (1130016028)
a. Genogram tidak ada keterangan, mohon untuk ditambahi
b. Tidak ada prioritas diagnosa
c. Pada ppt mungkin lebih diteliti nama keluarga harus nama inisial
d. Tipe keluarga extended family tetapi di komposisi dan di genogram
kenapa Cuma memakai suami istri, kenapa tidak disebutkan semua yang
ada di 1 rumah tersebut
16. Putri Indasari (1130016089)
a. Di word tidak di berikan diagnose prioritas sesuai dengan urutan skoring
b. Di skoring harus diberi perhitungan agar lebih jelas
c. Diagnosa 4, hubungan peran seharusnya yang di Do Ny.N dituliskan, misal
: terlihat saling berkomunikasi saat kami datang mewawancarai
d. Diagnosa 3, yang di Ds ditambahkan, missal : Ny.N mengatakan
bahwa industri pabrik menyebabkan polusi.
Do : terlihat Ny.N batuk-batuk
17. Denis Kristina Aprilia (1130016052)
a. Genogram sumber friedman, tapi simbol tidak sesuai
b. Tidak dijelaskan termasuk dalam keluarga sejahtera tipe berapa
c. Tahap perkembangan 4 riwayat keluarga kenapa nama disebutkan
secara langsung, bukan inisial?
d. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi dengan Do TTV tidak nyambung
e. Diagnosa ketidakefektifan koping dengan Do tidak nyambung
f. Apakah bias diagnosa ditegakkan ketika Do tidak ada?
18. Fina Magfirotika (1130016007)
a. Di ppt genogram tidak ada keterangan dan seharusnya kalua meninggal
seharusnya bukan seperti di ppt analisa data nya font
terlalu kecil dan warna tulisan tidak jelas
b. Di ppt ada nama yang tidak di inisialkan
c. Di skoring seharusnya itu pembenaran
d. Skoring tidak ada tabel prioritas

128
19. Siti Aisha (1130016047)
a. Tidak dijelaskan atau dicantumkan keluarga termassuk keluarga
ssejahtera atau pra sejahtera
b. Di tingkat kemandirian tidak di bold, keluarga masuk tingkat
kemandirian ke berapa
c. Pada diagnosa tidak dijelaskan khususnya pada keluiarga siapa
20. Nurul Alfiyah (1130016010)
a. Tabel keterangan di genogram tidak ada
b. Tabel imunisasi tidak ada keterangan
c. Tabel keluarga sejahtera jika keluarga sudah tidak mampu di bagian
atas kenapa masih di teruskan pertanyaan ke tahap selanjutnya
d. Masih banyak nama yang tidak di inisial
e. Di pemeriksaan fisik dikatakan klien batuk kering tapi kenapa di
tabel komposisi keterangan sehat semu, bukankah batuk termasuk
keadaan sakit
f. Di tabel diagnosa prioritas tidak ada definisinya
21. Faiz Hammam a (1130016145)
a. Beberapa slide nama tidak di samarkan
b. Tidak ada diagnosa yang menujunjukkan bahwasannya keluarga ini
masih baru, mungkin bias diberikan satu diagnosa prioritas tentang
keluarga beberapa intervensi tidak sesuai dengan diagnosa
22. Halimatus Sadiyah (1130016032)
a. Tabel keterangan di genogram tidak ada
b. Seharusnya tabel imunitas diberi keterangan
c. Seharusnya nama pasien diberi nama inisial
d. Intervensi seharusnya diberi definisi dan harus sesuai dengan lima
tugas keluarga
e. Mohon diperhatikan diagnose banyak yang tidak sesuai dengan Ds dan Do
23. Firnanda Erindia (1130016002)
a. Di diagnosa pertama untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi apakah
data yang lebih menunjang? Mislanya pengukuran antropometri
b. di diagnosa kedua kenapa tidak menanyakan langsung ke Tn. R jika
ia merokok
c. Kenapa tidak dibuatkan daftar diagnosa prioritas yang mencakup total
nilai lima diagnosa
d. Diagnosa ketiga kurang sesuai antara Ds dan diagnosa yang dipilih
e. Kolom skoring yang tepat adalah pembenaran bukan perbaikan

129
f. Intervensinya mungkin dapat di spesifikasikan sesuai diagnose
yang diambil

KRITIK & SARAN

1. Syaiful Ridzal/ 1130016022


Di bagian TUK 1 harusnya dilanjutkan ke bagian TUK 5 memberikan
persiapan tahap akhir pada Ibu hamil.
2. Eka Yasista Frandini/1130016039
Tambahan edukasi kehamilam trimester awal seperto menjaga
kehamilan, perubahan bentuk tubuh.
3. Nurul Alfiyah Cahyani/ 1130016010
Kenapa evaluasi dilakukan di setiap tindakan? Bukankah di akhir setelah
tindakan baru dilakukan evaluasi akhir?
4. Siti Aisha/ 1130016047
Evidence based focus ke gizi.
5. Alimatuss Sa’diyah/1130016005
a. Tidak dijelaskan kepada px pada usia kehamilan keberapa bisa
dilakukan senam hamil.
b. Implementasi diberi angka atau huruf per point agar mudah dipahami.
6. Fina Magfirotika/ 1130016007
a. Di ppt implementasi sampai evaluasi tidak ada paraf.
b. Di leaflet tulisannya terlalu kecil dan tambahin gambar” supaya lebih jelas.
c. Pemateri tidak menguasai pada waktu demonstrasi.
d. Di intervensinya belum siap hamil tapi HE nya kok bisa senam hamil.

7. Fildzah Nur M/ 1130016123

a. Penyaji tidak menjelaskan indikasi dan kontra indikasi.

b. Tidak dijelaskan tanda-tanda kehamilan dan makanan.

8. Lukluatul Mahbubah/ 1130016098

a. Pada kolom implementasi diberi point/ nomer/ dll agar mudah


membacanya.

9. Olva Nur Herawaty/ 1130016083

a. Penyaji tidak menjelaskan kontra indikasi dalam melakukan senam hamil.

130
b. Tidak dijelaskan makanan/ tanda-tanda yang harus diperhatikan dalam
kehamilan muda.

10. Dina Aguslia/ 1130016140

a. Tidak dijelaskan indikasi dan kontra indikasi untuk senam hamil.

b. Apakah boleh melakukan senam hamil untuk trimester awal?

c. Tidak dijelaskan bahaya untuk hamil muda makanan (gizi) yang sesuai,
dan lainnya.

11. Diah Feby Farahnisyah/ 1130016090

a. Kenapa di TUK 1-5 ada respon?

b. Leaflet terlalu banyak kata-kata yang panjang.

c. Kelompok sebaiknya memanfaatkan gerakan senam hamil saat


melakukan / mendemonstrasikan senam hamil.

12. Hilda Wulandari/ 1130016073

a. Di TUK 3 ada monitor DJJ, seharusnya masuk di TUK 5 karena


memanfaatkan fasilitas.

b. Untuk HE nya seharusnya harus ditanyai lebih banyakk seperti psikolog


dll.

13. Siti Hardiyanti/ 113006004

a. Jika menulis urutan bukan i/ a,b dst.

b. Memeriksa janin 2/4 bulan (janinnyya umur berapa bulan?)

c. TUK 5 implementasi yang ke pelayanan kesehatan apa? Tiba” muncul


evaluasi “Yankes memuaskan klien”

d. Senamnya kenapa tidak langsung ke px?

e. Pemateri tidak menguasai materi.

14. Firnanda Erindia/ 1130016002

131
a. Mengapa intervensi DJJ dimasukkan di TUK 1 bukankah itu termasuk
TUK 5 (memanfaatkan fasilitas kesehatan?)

b. Per poin pada implemestasi harusnya di beri nomer biar bisa lebih
mudah membaca.

c. Sebenarnya ini px sudah hamil apa belum? Karena di implementasi ada


kalimat yang menunjukkan Ny.N belum hamil ada pula perlakuan
untuk ibu hamil.

d. Mengapa di edukasikan hanya fisik pada ibu hamil? Mungkin lebih


baik mengedukasikan secara lengkap psiko, seksual & perubahan badan
selama kehamilan.

15. Zakiyyatus Sholikhah/ 1130016001

a. Mohon per-point implementasi & evaluasi diberi nomor.

b. Mohon per-impemtasi di evaluasi.

16. Meirda Nuriyana/ 1130016067

a. Tidak ada paraf

b. Leaflet kurang gambar.

c. Intervensi belum siap hamil tapi HE nya senam hamil

d. Monitor DJJ seharusnya masuk ke TUK 5, bukan TUK 1 (mengenal)

17. Halimatus Sa’diyah/ 1130016032

a. Font tulisan leaflet terlalu kecil.

b. Monitor DJJ harusnya masuk TUK 5, bukan TUK 1

c. Setelah di praktek kan tetapi tidak di evaluasi oleh px.

18. You Erly/ 1130016009

Sebaiknya ukuran font nya lebih besar karena tidak kelihatan di belakang.

19. Dedy Anwar/ 1130016046

Bagian TUK 1 seharusnya di taruh ke bagian TUK 5 mempersiapkan tahap


Akhir pada Ibu hamil.

132
20. Lusi Dwi Rahayu/ 1130016085

a. Leaflet font nya harap diperbesar.

b. Evaluasi px untuk mengulangi senam hamil.

21. Ficky Erika D/ 1130016063

a. Font untuk PPT terlalu kecil (min.24)

b. Untuk pemeriksaan DJJ seharusnya dimasukkan ke TUK 5


memanfaatkan fasilitas kesehatan.

c. Kenapa kelompok mengambil senam hamil. Padahal px usia kehamilan


nya baru 5 minggu.

22. Sody Riska Dinardilla/ 1130016094

a. Ukuran font kurang besar.

b. Sebaiknya ditambahkan larangan makanan untuk ibu hamil rimester awal.

23. Denis Kristina/ 1130016052

a. Tulisan ppt terlalu kecil.

b. Tulisan di leaflet terlalu kecil mbak.

c. Edukasi/ praktik pada evidence based tidak tepat.

24. Annisatul Arum Pridasari/1130016028

a. Font ppt terlalu kecil.

b. Font leaflet juga sama, terlalu kecil.

c. Kenapa waktu demonstrasi tidak dilakukan oleh [px langsung.

d. Sebaiknya implementasi yang monitor DJJ dimasukkan di TUK 5


memanfaatkab fasilitas pelayanan kesehaan.

e. Pemilihan terapi kurang sesuai karena kehamilan yang masih usia 5


minggu tidak boleh dilakukan senam hamil.

133
LAMPIRAN 2

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang/rusak.

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 12 Maret 2019

NAMA NIM TANDA TANGAN

DIANA SAFITRI 1130016037

ARNIS ROSITA 1130016038


SYNTIA

HANUM 1130016089
MAFRUDHO

NEILAH NAFELA 1130016071

134
LAMPIRAN 3

Lembar Penilaian Makalah (15%)

No Uraian Nilai Nilai


Maksimal Kelompok

1 Kelengkapan isi makalah dan kerapian sesuai 10


petunjuk pekerja

2 Ketetapan aspek teoritis dengan kasus binaan 10

3 PENGKAJIAN:
a. Kelengkapan data referensi dan akurat 20
b. Analisa data
c. Rumusan masalah
d. Diagnisa keperawatan
4 PERENCANAAN:
a. Prioritas
masalah (skoring) 15
b. Tujuan dan
kriteria hasil (SMART)
c. Rencana
tindakan sesuai dengan EBN
5 IMPLEMENTASI:
a. Tindakan
sesuai dengan rencana
b. Berbentuk
narasi 15
c. Respon dan
tindakan
d. Adanya
waktu (jam dan tanggal)
e. Nama dan
paraf perawat
6 EVALUASI:
a. Menilai 15
efektivitas tindakan sesuai perencanaan
b. Catatan perkembangan klien (SOPIEIR)
7 Ketetapan referensi dan kebaruan referensi yang 10
digunakan

135
TOTAL 100

136
LAMPIRAN 4

LEMBAR PENILAIAN KELOMPOK (15%)

No Uraian Nilai Nilai


Maksimal Kelompok

1 Kesiapan makalah 5

2 Kesiapan power point 5

3 Kesiapan kelompok 5

4 Salam pembuka 5

5 Salam penutup 5

6 Mengenali audience 5

7 Ada eye contact dengan audience 5

8 Tutur kata 5

9 Sikap 5
1 Cara penyampaian 5
0

1 Intonasi 5
1

1 Power point sesuai ketentuan (awal, bahasa, 5


2 akhir)

1 Tulisan terbaca jelas 5


3

1 Komposisi gambar dan tulisan baik 5


4

1 Materi menarik perhatian (bukan sekerdar 5


5 teori)

1 Materi sesuai dengan yang dipelajari 5


6

1 Kemampuan menjawab 5
7

1 Jawaban dikaitkan dengan teori 5


8

137
1 Singkat, padat, jelas, tepat sasaran 5
9

2 Waktu presentasi tepat 5


0

TOTAL 100

Konversi Penilaian

Skore Nilai Huruf Nilai Mutu

≥75,0 A 4

70,0 — 74,9 AB 3,5

65,0 — 69,9 B 3

60,0 — 64,9 BC 2,5

55,0 — 59,9 C 2

40,0 — 54,9 D 1

<40,0 E 0

(Nety Mawardah Hatmanti, S.Kep., Ns., M.Kep)

138
LAMPIRAN 5

SURAT PERNYATAAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ny.N

No.KTP : 3515186206xxxxxxx

Alamat : Sidoarjo

Dengan ini menyatakan bahwa bersedia menjadi mitra dalam tugas


asuhan keperawatan pada keluarga dengan Asuhan Keperawatan dengan materi
Pasangan Baru untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan


sebenar-benarnya.

Surabaya, 12 Mei 2019

Yang menyatakan

( Ny.N )

139
LAMPIRAN 6
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan : Kehamilan


Topik : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, fisiologi,

kebutuhan dasar, dan klasifikasi


Sasaran : Keluarga Tn. R khususnya Ny.N
Tempat : Rumah Tn.R

Hari/Tanggal : Minggu, 11 Mei 2019

Waktu : 10.00 — 11.00

1. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Instruksionnal Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan Ny. N dapat
memahami pentingnya nutrisi gizi yang seimbang untuk perkembangan
janin agar lahir dengan normal.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang kehamilan ,Ny.
N diharapkan dapat:
1) Memahami pengertian kehamilan
2) Memahami apa itu kehamilan
3) Memahami kelainan kehamilan
4) Memahami tanda dan gejala komplikasi kehamilan
5) Memahami fisiologi kehamilan
6) Memahami kebutuhan dasar kehamilan
7) Memahami klasifikasi kehamilan

140
2. Materi Pembelajaran
a. Pengertian kehamilan
b. Penyebab kehamilan
c. Tanda dan gejala kehamilan
d. Fisiologi kehamilan
e. Kebutuhan dasar saat hamil
f. Klasifikasi kehamilan
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Media
a. Ceramah:
a. Meja + Kursi
b. Leaflet
c. Materi SAP
d. Lembar balik
b. Tanya Jawab
5. Proses
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Mendengarkan
dan dan
memperkenalkan memperhatikan
diri serta anggota penjelasan yang
2. Menjelaskan disampaikan
maksud dan tujuan 2. Klien bersedia
3. Mengisi surat menandatangani
pernyataan kesediian surat pernyataan
menjadi responden responden

2. Isi 20 1. Menjelaskan konsep 1. Klien


menit kehamilan mendengarkan
2. Memberi dan
kesempatan pada memperhatikan
klien untuk materi yang
menanyakan hal — disampaikan
hal yang kurang 2. Klien
jelas mengajukan
beberapa

141
pertanyaan
3. Evaluasi 15 menit 1. Mengevaluasi tujuan 1. Klien mampu
penyuluhan menjawab dan
2. Mengucapkan menjelaskan
terima kasih atas kembali materi
perhatian dan yang
kerjasama yang disampaikan
diberikan dan 2. Klien membalas
memberi salam salam penutup
penutup

6. Pengorganisasian

a. Moderator : Arnis Rosita Syntia


b. Penyaji :
a. Arnis Rosita Syntia
b. Diana Safitri
3. Observer : Neila Nafela
4. Fasilitator : Hanum Mafrudo

7. Evaluasi
a. Evaluasi terstruktur
1) Koordinasi dengan sasaran dilakukan 3 hari sebelumnya
2) Pengorganisasian dilakukan 1 minggu sebelum pelaksanaan
b. Evaluasi proses
1) Selama penyuluhan klien tidak meninggalkan tempat
2) Klien fokus dan mendengarkan materi selama acara
3) Penyaji menyampaikan materi dengan sangat jelas sehingga mudah
dipahami oleh klien.
c. Evaluasi hasil
1) Klien memahami materi yang disampaikan oleh pemateri
2) Klien mampu menjawab beberapa pertanyaan yang ditanyakan oleh
pemateri
8. Antisipasi Masalah
a. Jika klien merasa bosan, maka dilakukan ice breaking selama 5 menit

142
LAMPIRAN 7

KEHAMILAN

a. Definisi

Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sprema
dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari HPHT (Winkjosastro, 2009).

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari
ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, dkk. 2012)

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya


hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2009: 89).

Dari berbagai pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa kehamilan


merupakan proses yang terdiri dari ovulasi, konsepsi, pertumbuhan zigot, nidasi
hasil konsepsi, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi hingga
lahirnya janin. Kehamilan berlangsung sampai lahirnya janin pada usia kurang
lebih 9 bulan lebih 7 hari atau 40 minggu.

Proses Kehamilan

Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah


bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung
selama 40 minggu atau 280 hari di hitung dari hari pertama menstruasi terakhir.
Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal
konsepsi (tanggal bersatunya sel sperma dengan telur) yang terjadi dua minggu
setelahnya (Sulistyawati, 2010:4).

143
b. Diagnosis Tanda gejala kehamilan
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan
yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan
evaluasi kemajuan kehamilan. Tetapi sayangnya proses farmakologis atau
patofisiologis kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang
menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan. Perubahan
endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan.
Untuk menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Marjati, 2011:34).

Tanda dugaan hamil :

1. Amenorea (berhentinya menstruasi)


2. Mual (nausea) dan muntah (emesis)
3. Ngidam (menginginkan makan tertentu)
4. Syncope (pingsan)
5. Kelelahan
6. Payudara tegang
7. Sering miksi
8. Kontipasi atau obstipasi
9. Pigmentasi Kulit
10. Tanda kemungkinan hamil (Problem sign)
11. Perubahan abdomen, yaitu perubahan ukuran uterus menyebabkan
pertambahan lingkar abdomen secara bertahap.
12. Perubahan uterus. Dimana dalam 12 minggu pertama uterus berbentuk
menjadi bulat kuat, membesar, lunak dan berbentuk seperti rongga.
13. Tanda hegar menggambarkan perlunakan ekstrem segmen bawah
uterus sampai kedaerah yang dapat dikompresi hampir setipis kertas
(Reeder, dkk. 2011:417).

Tanda pasti (positive sign)

1. anda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin,


yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa (Walyani, 2015:73).

144
2. Terdengarnya bunyi jantung janin , tanda ini baru timbul setelah
kehamilan lanjut diatas empat bulan. Jika dengan ultrasound bunyi
jantung janin dapat didengar pada kehamilan 12 minggu (Sunarti,
2013:59-60).
3. Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan (Sunarti, 2013:60)
4. Melihat rangka janin pada sinar Ro atau dengan menggunakan
ultrasonografi (Sunarti, 2013:60).
2 Fisiologi kehamilan
Menurut Manuaba (2012:75) proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan yang terdiri atas:
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20-35
tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses kematangan
dan terjadi ovulasi.
2. Spermatozoa
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang
mengandung 40—60 juta spermatozoa setiap cc.
3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Menurut Prawirohardjo (2007:216-234) kebutuhan dasar ibu hamil terdiri dari:
1. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu
hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat ibu hamil
sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu
yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung.
2. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi
bermutu tinggi. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300
kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi dan cukup cairan (menu seimbang)
3. Kalori
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil adalah 2300 kalori dipergunakan
untuk produksi energi
4. Protein
Bila wanita tidak hamil, konsumsi protein yang ideal adalah 0,9 gram/kg
BB/hari, tetpi selama kehamilan di butuhkan tambahan protein hingga 30

145
gram/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti
daging, susu, telur, keju dan ikan karena mengandung komposisi asam
amino yang lengkap.
4 Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan
sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya besi yang
tidak bisa terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg perhari dan pada
kehamilan kembar atau wanita yang sedikit anemic dibutuhkan 60-100
mg/hari. Kebutuhan kalsium bisa terpenuhi dengan minum susu, tapi bila
ibu hamil tidak bisa minum susu bisa diberikan suplemen kalsium
dengan dosis 1 gram perhari.
5 Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah-
buahan tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat
dapat mencegah kecacatan pada bayi.
4. Klasifikasi masa kehamilan
Kehamilan menurut Prawihardjo (2011) diklasifikasikan dalam 3
trimester, yaitu :
1. Trimester pertama, yaitu dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12
minggu)
2. Trimester kedua, yaitu dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu)
3. Trimester ketiga, yaitu dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)

146
KEHAMILAN Apa yang perlu ibu Mengapa Ibu perlu makan lebih banyak?

lakukan selama hamil? 1. Disamping makanan untuk


PERIODE EMAS JANIN dirinya, ibu juga makan untuk
• Makan makanan bergizi memenuhi kebutuhan zat gizi
• Periksa Kehamilan minimal 4x janin yang dikandung.
• Mengikuti kelas ibu hamil 2. Ibu perlu makan makanan yang
• Olahraga secara rutin beraneka ragam 1 porsi lebih
(Senam hamil) banyak dari sebelum hamil,
terutama pangan hewani.
Ibu hamil sebaiknya diusahakan
makan makanan yang terdiri dari :
➢ Sumber zat tenaga, seperti
: Nasi, roti, kentang, dan lain-lain.
➢ Sumber pembangun,
seperti :Tahu, tempe, daging, ikan,
Bagaimana makanan telur, susu.

ibu hamil? ➢ Sumber zat mengatur,


seperti : Sayuran dan buah-
buahan.
Makanan ibu hamil sebenarnya sama
dengan makanan ibu yang tidak hamil,
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA hanya jumlah dan mutunya saja yang
ditingkatkan. Pada kekurangan asupan
SURABAYA mineral seng (zinc) dalam kehamilan
2019
misalnya, dapat berakibat gangguan

3. Minuman jamu dan


minuman penambah energi.
4. Merokok, menggunakan
narkoba dan minuman
beralkohol.
5. Bekerja/ aktivitas fisik 147
yang berlebihan.
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN STATUS


GIZI SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO

Anastasia P. G. Goni

Joice M. Laoh
Damajanty H. C. Pangemanan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado

Email: Tasia_anas19@yahoo.com

Abstract: In general, the causes of malnutrition in pregnant women due to the consumption
of foods that do not meet the nutrition requirements. Nutritional is a measure of the success of
nutrition for pregnant women. WHO (World Health Organization) recommends an additional
amount of 150 kcal a day in the first trimester and 350 kcal a day in the second and third
trimester. Low levels of knowledge mother does not understand how to lead fulfilling
necessary nutrients pregnant women during pregnancy (Depkes RI, 2002). Nutritional needs
during pregnancy will increase per day, despite all the Indonesian people already know the
benefits of nutrition for pregnant women, but until now there are many pregnant women who
have nutritional problems (Damanik, 2009). The purpose of this study to determine the
relationship of knowledge and attitudes of pregnant women with nutritional status during
pregnancy on the health center Bahu Manado City. Design of this study used cross sectional
method. The population is client pregnant women prenatal care at the health center came
Bahu Manado City. The samples in this study were pregnant women at health center clients at
Puskesmas Bahu Manado as many as 40 people who have fulfilled the inclusion criteria. The
sampling technique used was purposive sampling. Instrument used was a questionnaire and
measuring Antrhopometri. Data analysis using SPSS version 16, with Spearman'rho test to
determine the relationship of knowledge and attitudes of pregnant women with nutritional
status. Conclusion knowledge of the nutritional of pregnant women have gained value
relationship (p = 0.000 <α0,05) and the attitude of the nutritional of pregnant women have
gained value relationship (p = 0.003 <α0,05). Adviceishavea lot of counseling and
information for pregnant women to knowledge ful fill mentnutritional status during pregnancy.
Keywords: Maternal Knowledge, Attitude Pregnant Women, Nutrional During Pregnancy.

148
Abstrak: Secara umum penyebab kekurangan gizi pada ibu hamil karena konsumsi
makanan yang tidak memenuhi syarat pemenuhan gizi. Status gizi merupakan ukuran
keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil. WHO (World Health Organization)
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, dan 350 Kkal sehari
pada trimester II dan III. Tingkat pengetahuan yang rendah menyebabkan ibu tidak mengerti
cara pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI, 2002).
Kebutuhan gizi selama kehamilan akan meningkat perhari, meskipun semua orang Indonesia
sudah mengetahui manfaat gizi bagi ibu hamil namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil
yang mengalami masalah gizi (Damanik, 2009). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan status gizi selama kehamilan di Puskesmas
Bahu Kota Manado. Desain penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah klien ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilan di

149
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013

Puskesmas Bahu Kota Manado. Sampel dalam penelitian ini adalah klien ibu hamil di
Puskesmas Bahu Kota Manado sebanyak 40 orang yang telah memnuhi kriteria inklusi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Instrument yang digunakan
adalah kuesioner dan pengukuran Antrhopometri. Analisis data menggunakan SPSS versi 16,
dengan uji Spearman’rho untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil
dengan status gizi. Kesimpulan ialah pengetahuan ibu hamil dengan status gizi mempunyai
hubungan diperoleh nilai (p=0,000 <α0,05) dan sikap ibu hamil dengan status gizi mempunyai
hubungan diperoleh nilai (p=0,003 <α0,05). Saran ialah harus banyak penyuluhan dan
informasi pada ibu hamil untuk pengetahuan pemenuhan status gizi selama kehamilan.

Kata kunci: Pengetahuan Ibu Hamil, Sikap Ibu Hamil, Status Gizi Selama Kehamilan.
Secara umum penyebab kekurangan
gizi pada ibu hamil karena konsumsi
PENDAHULUAN makanan yang tidak memenuhi syarat
pemenuhan gizi. Tingkat pengetahuan yang
Status gizi merupakan ukuran rendah menyebabkan ibu tidak mengerti
keberhasilan dalam pemenuhan cara pemenuhan nutrisi yang
nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu dibutuhkan ibu hamil selama
hamil merupakan nutrisi yang kehamilannya (Depkes RI, 2002). Target
diperlukan dalam jumlah yang Millenium Development Goals (MDGs)
banyak untuk pemenuhan gizi ibu 2015, yakni menurunkan angka kematian
sendiri dan perkembangan janin ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000
yang dikandungnya (Bobak, dkk,
2005). Kebutuhan makanan dilihat
bukan hanya dalam porsi yang
dimakan tetapi harus ditentukan
pada mutu zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi (Amiruddin, 2007).

WHO (World Health


Organization) menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal
sehari pada trimester I, dan 350
Kkal sehari pada trimester II dan III
(Waryana, 2010). Menurut badan
kesehatan dunia WHO melaporkan
bahwa ibu hamil yang mengalami
defisiensi besi sekitar 35-75%
(Purwoko, dkk, 2011). Menurut
penelitian yang dilakukan di Boston
tahun 2005 menunjukkan bahwa ibu
hamil dengan kurang gizi dapat
melahirkan bayi lahir mati,
meninggal setelah beberapa hari
lahir, dan bayi lahir dengan
kecacatan (Hariyani, 2012).

150
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2006 sebesar 20% (Yulianti, dkk,
2010). Menurut data dari Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah ibu
kelahiran hidup, dan angka hamil yang mengalami kurang gizi pada
kematian bayi (AKB) menjadi 23 tahun 2011 ada sebanyak 2434 orang
per 100.000 kelahiran hidup yang (Wati, dkk, 2011).
harus dicapai. Kunjungan Ibu
Hamil di Indonesia tahun 2010
untuk Status gizi ibu hamil dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial ekonomi sebanyadan
memeriksakan kehamilan keadaan kesehatan ibu hamil selama
ada kehamilan, berbagai resiko dapat terjadi jika
ibu hamil mengalami kurang gizi
Provins
yaitu abortus, bayi lahir mati, bayi lahir
61,40% (Dinas Kesehatan dengani berat badan rendah, dan retardasi mental.
Lingkar lengan atas dapat menunjukkan status
nutrisi ibu hamil, lingkar lengan atas <23,5
Sulawesi Utara tahun 2010). dilakuk
cm menunjukkan status nutrisi ibu
hamil
Menurut penelitian yang ankurang (Hariyani, 2012).
di Jawah Tengah tahun 2010
menunjukkan dari sampel 357 ibu Dari data Dinas Kesehatan
hamil, ada 69 ibu hamil (19,33%) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010
yang mengalami kekurangan gizi cakupan kunjungan ibu hamil ada 87,49
dalam kehamilan (Yulianti, dkk, %, di Kota Manado ada 89,66 %.
2010). Presentase ibu hamil yang Berdasarkan dari data awal yang
mengalami masalah gizi dari data dilakukan peneliti, bulan

151
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
bersedia menjadi
responden.Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan jenis
instrumen kuesioner dan pengukuran
Januari - April tahun 2013 ada Antrhopometri.
sebanyak 369 ibu hamil di
Puskesmas Bahu Kota Manado.
Ada sekitar 15-20 ibu hamil setiap Kriteria untuk hasil pengumpulan
hari yang datang memeriksakan data responden pada kuesioner
kehamilan mereka disana, dan pengetahuan, sikap, dan status gizi ibu
sesuai yang ditinjau oleh peneliti hamil adalah:Baik jika jawaban
dari 2 ibu hamil yang ditanyakan responden mencapai 76-100% lalu
peneliti, mereka belum terlalu jumlah jawaban benar diberi angka 3,
memahami tentang pemenuhan Cukup jika jawaban responden
gizi yang tepat selama kehamilan mencapai 56-75% lalu jumlah jawaban
mereka seperti hanya mengetahui benar diberi angka 2, Kurang jika
4 sehat 5 sempurna saja jawaban responden tidak mencapai 55%
lalu jumlah jawaban benar diberi angka

METODOLOGI
PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan


metode penelitian deskriptif
korelatif. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah desain cross
sectional. Tempat penelitian
dilakukan di Puskesmas Bahu Kota
Manado. Waktu penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni 2013.

Populasi dalam penelitian ini


yaitu ibu hamil yang berkunjung
memeriksakan kehamilan di
wilayah kerja Puskesmas Bahu
Kota Manado. Total populasi dari
bulan Januari – Maret 2013 adalah
369 orang ibu hamil.Teknik yang
digunakan yaitu secara purposive
sampling. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu 40 sampel
ibu hamil di Puskesmas Bahu Kota
Manado. Kriteria Inklusi, ibu hamil
yang datang berkunjung
memeriksakan kehamilan di
wilayah kerja Puskesmas Bahu
Kota Manado dan bersedia menjadi
responden. Kriteria Eksklusi,Ibu
hamil yang dalam keadaan darurat
di tempat saat penelitian dan tidak

152
kemudian dibawa di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Setelah mendapat izin dari
pihak Puskesmas Bahu Kota Manado,
peneliti melakukan pelaksanaan dalam
makanan yang diperlukan penelitian dengan tahap sebagai
berikut:Pada bulan Juni 2013 peneliti
kehamilan. mulai melakukan penelitian di Puskesmas
Bahu Kota Manado. Kuesioner diberikan
Untuk itu kepada 40 klien (sampel) yang bersedia
peneliti menjadi responden di Puskesmas Bahu
melakukan Kota Manado, setelah jumlah sampel
yang dibutuhkan telah terpenuhi, maka
penelitian “Hubungan data yang terkumpul akan diolah dan
pengetahuan dan sikap ibu hamil dianalisis. Pengolahan data yang telah
dengan status gizi selama kehamilan terkumpul terlebih dahulu diolah dengan
di Puskesmas Bahu Kota cara manual supaya mendapatkan data
Manado”. Maka dilakukan yang benar sehinggga saat menganalisa
pengkajian lebih antara data tidak mendapat kendala setelah itu
pengetahuan dan sikap ibu hamil diolah dengan menggunakan sistem
dengan status gizi selama komputerisasi, dan memasukkan data
kehamilan di Puskesmas Bahu yang telah di skor ke dalam komputer
Kota Manado. seperti pada program SPSS. Analisa data
menggunakan uji korelasi Spearman’s
rho yang berbentuk ordinal.Derajat
kemaknaan atau tingkat signifikasi p <
1.Prosedur pengumpulan 0,05. Dari hasil perbandingan tersebut
datapeneliti pada awal penelitian ditentukan apakah hipotesa di terima atau
memperoleh surat izin untuk ditolak. Apabila hasil uji statistik dengan
melakukan penelitian dari Program spearman’srho menunjukkan nilai p ≤
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas 0,05 terdapat korelasi antara variabel, dan
Kedokteran Universitas Sam nilai p ≥ 0,05 tidak terdapat korelasi
Ratulangi yang ditandatangani oleh antara variabel. Etika penelitian sebagai
Kepala Program Studi Ilmu berikut (Hidayat,
Keperawatan. Surat tersebut

153
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013

Total 40 100,0
Sumber : Data Primer 2013
2008):Informed Consent,
Anonimity (tanpa nama) untuk
menjaga kerahasiaan identitas Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
subjek, dan Confidentiality menurut pekerjaan
(kerahasiaan)

Pekerjaan n %

Swasta 7 17,5
HASIL dan PNS 3 7,5
PEMBAHASAN Tidak Bekerja/ Ibu 30 75,0
Analisa univariat
Rumah Tangga

Tabel 1. Distribusi frekuensi Total 40 100,0


responden
menurut umur Sumber : Data Primer 2013

Umur (Tahun) n %
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
<20 7 17,5menurut umur kehamilan
21-35 31 77,5 Umur N %

36-65 2 5,0 Kehamilan

Total 40 100,0 2 1 2,5


5 5 12,5
Sumber : Data Primer 2013
6 10 25,0
Tabel 2. Distribusi frekuensi 7 9 22,5

responden menurut pendidikan 8 9 22,5


9 6 15,0

Tingkat
Total 40 100,0
N %
Pendidikan

SD 1 2,5
SMP 5 12,5
SMA/SMK 29 72,5
Akademia 3 7,5
Sarjana 2 5,0

154
32,
Cukup 1 5

3
kerahasiaan informasi
Baik 2 67,
responden dijamin peneliti.
5
7

Total 4 10
0 0,0

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 7. Distribusi frekuensi responden


menurut sikap ibu hamil selama kehamilan

Sikap ibu hamil n %


15,
Tabel 5. Distribusi frekuensi Kurang 6 0
responden menurut gravida 52,
Cukup 21 5
Gravida N % 32,
Baik 13 5
1 22 55,0
2 17 42,5 Total 40 100,0

3 1 Sumber : Data Primer 2013


2,5
Total 40 100,0
Tabel 8. Distribusi frekuensi responden
Sumber : Data Primer 2013 menurut status gizi ibu hamil selama
kehamilan

Tabel 6. Distribusi frekuensi Pengetahuan ibu hamil n %


responden menurut
pengetahu i ham sela Kurang 0 0
an bu il ma 37,
Cukup 15
kehamilan 5
62,
Pengetah n % Baik 25 5
uan ibu
Total 40 100,0
hamil
Sumber : Data Primer 2013
Kurang 0 0

155
4

156
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013

Analisa Bivariat

Tabel 9. Hubungan
pengetahuan ibu hamil dengan status gizi Tabel 10. Hubungan sikap ibu hamil dengan status gizi selama
selama

kehamilan kehamilan

Status Tot Status


Gizi al Gizi Total
Pengetahu Sikap Ibu p

an Cukup p Cukup Baik


Hamil
Ibu Hamil Baik % n % %

n % n % n % 7, 7, 15,
Kurang 5 35 0
30 22 52, 0,00
1 7, 1
Cukup 0 25,0 3 5 3 32,5 Cukup 2 ,0 9 ,5 1 5 3
0,00
2 55, 2 0 0, 1 32 32,
Baik 5 12,5 2 0 7 67,5 Baik 0 3 ,5 3 5
1 2 62, 4 37 2 62 100

5 37,5 5 5 0 100,0 5 ,5 5 ,5 0 ,0

Sumber : Data Primer Sumber : Data Primer


2013 2013

karena kebutuhan gizi janin berasal


dari ibu (Hariyani, 2012).
Analisa Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian
Status gizi merupakan yang
ukuran keberhasilan dalam dilakukan menujukkan prevalensi
pemenuhan nutrisi untuk ibu responden ibu hamil tentang status gizi
hamil. Menurut teori, gizi ibu di Puskesmas Bahu Kota Manado
hamil merupakan nutrisi yang didapat sebanyak ada 15 orang ibu hamil
diperlukan dalam jumlah yang (37,5%) yang status gizi cukup, dan ada
banyak untuk pemenuhan gizi ibu 25 orang ibu hamil (62,5%) yang status
sendiri dan perkembangan janin gizi baik. Dari hasil pengukuran
yang dikandungnya (Bobak, dkk, Anthopometri pada ibu hamil diperoleh
2005). Pertumbuhan dan data hasil terendah IMT adalah 20,2
perkembangan janin sangat ,data tertinggi hasil IMT adalah 39,0 dan
dipengaruhi oleh asupan gizi ibu LILA (Lingkar Lengan Atas) ibu hamil
karena kebutuhan gizi janin yang terendah adalah 23,4 cm sedangkan
berasal dari ibu. Status gizi ibu yang tertinggi adalah 38,6 cm. Penelitian
sebelum hamil dan selama hamil yang dilakukan di RS Panti Wilasa
mempengaruhi status gizi ibu dan Citarum Semarang diperoleh sebanyak 6
bayi. Pertumbuhan dan orang (15%) ibu hamil berstatus gizi
perkembangan janin sangat buruk dengan
dipengaruhi oleh asupan gizi ibu

157
pengukuran LILA sehingga
masih didapatkan ibu hamil
dengan kurang energi kronik Indonesia sudah banyak yang
(Yulianti, dkk. 2010). mengetahui manfaat gizi bagi ibu
hamil namun sampai saat ini masih
Kebutuhan gizi selama banyak ibu hamil yang mengalami
kehamilan akan meningkat setiap masalah gizi saat hamil (Damanik. R,
hari, orang 2009). Presentasi ibu hamil resiko atau
yang mengalami masalah gizi dari data
Dinas Kesehatan tahun 2006 adalah
20% (Yulianti, dkk. 2010).

Analisa Hubungan Variabel


Penelitian Hubungan pengetahuan
ibu hamil dengan status gizi selama
kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian


yang dilakukan hasil uji statistik
Spearman’s rhodiperoleh nilai
p=0,000 kurang dari 0,05, dan hasil ini
menunjukkan adanya hubungan antara
variabel. Hal ini menunjukkan terdapat
adanya hubungan pengetahuan dengan
status gizi selama kehamilan di
Puskesmas Bahu Kota Manado. Hasil
penelitian yang diperoleh ibu hamil
yang pengetahuan dengan status gizi
didapat sebagian besar dalam kategori
cukup (tabel 9).

Penelitian yang dilakukan di


Jebres Surakarta menunjukkan
pengetahuan tentang status gizi dengan
tingkat pengetahuan rendah sebanyak
6%, pengetahuan sedang sebanyak
50%, dan pengetahuan tinggi sebanyak
46 % (Siwi, 2011). Pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada ibu hamil
berkaitan erat dengan tingkat tinggi
rendahnya pengetahuan ibu tentang
gizi. Tingkat pengetahuan ibu adalah
kemampuan seorang ibu dalam
memahami konsep dan prinsip serta
informasi yang berhubungan dengan
gizi (Siwi, 2011).

158
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
Diakses tanggal 8 Mei 2013.

Hubungan sikap ibu hamil Azwar S. (2005).Sikap Manusia.


dengan status gizi selama Pustaka Belajar, Yogyakarta.
kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian Bobak, Lowdermik, Jensen. (2005).


yang dilakukan di Puskesmas Bahu Buku
Kota Manado dari hasil uji statistik
Spearman’s rhodiperoleh nilai
p=0,003 kurang dari 0,05, dan hasil Ajar
ini menunjukkan adanya hubungan Keperawata
antara variabel. Hal ini n Maternitas.
menunjukkan terdapat adanya
hubungan sikap dengan status gizi Edisi Keempat, EGC,
selama kehamilan di Puskesmas Jakarta.
Bahu Kota Manado. Hasil
penelitian yang diperoleh ibu
hamil yang sikap dengan status Damanik R. (2009). Hubungan
gizi didapat sebagian besar dalam Kecukupan Gizi, Kenaikan Berat Badan
kategori kurang (tabel 10). dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester

1) dengan Berat Badan


SIMPULAN Lahir Bayi di Puskesmas
Keliling Kecamatan
Dari hasil penelitian Keeling Kabupaten
mengenai hubungan pengetahuan Penelitia
dan sikap ibu hamil dengan status Jepara. Jurnal n:
gizi selama kehamilan di Puskesmas http://eprints.undip.ac.i
Bahu Kota Manado, maka dapat
diambil kesimpulan: Ada hubungan d. Diakses
pengetahuan ibu hamil dengan
status gizi (p=0,000 <0,05), dan ada tanggal 9 Mei 2013.
hubungan sikap ibu hamil dengan
status gizi selama kehamilan
(p=0,003 <0,05).

KEPUSTAKAAN

Amiruddin R. (2007). Anemia


Defisiensi Zat Bezi pada
Ibu Hamil di Indonesia,
http://anemia-defisiensi-
zat-bezi-ibu-hamil.html.c
om.

159
RI. (2002). Penatalaksanaan Menu
Sikap merupakan cara Seimbang pada Ibu Hamil. Jurnal
seseorang melihat sesuatu secara Penelitian : Yuli Kusumawati
mental dari dalam diri dan (2004), http://www.depkes.go.id,
mengarah pada perilaku yang Jakarta.
ditujukan pada orang lain, ide,
objek, maupun kelompok tertentu
(Azwar, 2007). Hasil penelitian ini Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
dapat dilihat sikap ibu hamil Utara.
dalam pemenuhan status gizi
masih banyak yang kurang
padahal pengetahuan mereka ada (2010). Data/Informasi
yang baik. Pengetahuan dan Kesehatan
informasi yang diterima kemudian
selanjutnya diproses menghasilkan
suatu keputusan untuk bertindak. Provinsi Sulawesi Utara.

Hariyani, S. (2012). Gizi


Untuk Kesehatan

Pengetahuan ibu hamil di Ibu dan Anak. Edisi


Puskesmas Bahu Kota Manado Pertama,
sebagian besar dalam kategori baik.
Sikap ibu hamil di Puskesmas Bahu Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kota Manado sebagian besar dalam
kategori cukup. Status gizi Ibu
Hamil di Puskesmas Bahu Kota Purwoko S, M Med, Diffah H, Lilik W,
Manado sebagian besar dalam Galih H, Afandi D H. (2011).
kategori baik. Keterampilan Pemantauan
Status Gizi Balita dan Ibu
Hamil. Modul Field Lab.
Diakses tanggal 13 Mei 2013.

Siwi S. (2011). Hubungan Tingkat


Pengetahuan dengan Kadar

160
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013

Hemoglobin pada Ibu Hamil di

Kecamatan Jebres Surakarta.


Jurnal Penelitian. Diakses tanggal
24 Mei 2013.

Waryana. (2010). Gizi Produksi. Edisi

Pertama, Pustaka Rihama,


Yogyakarta.

Wati L, Widia L, Miisrawati, Watilena.

(2011). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengetahuan Ibu


Hamil tentang Kebutuhan Gizi
Selama Kehamilan. Jurnal
Penelitian. Diakses tanggal 13
Mei 2013.

Yulianti E, Wagiyo, Purnomo. (2010).

Hubungan Status Gizi Ibu Hamil


Berdasarkan Pengukuran LILA
Dengan Berat Badan Bayi Lahir
di RS Panti Wilasa Citarum
Semarang. Jurnal Penelitian.

Diakses tanggal 13 Mei 2013.


GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUHIT
KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
161
TAHUN 2014

1 2 2
Juspen Pery Simarmata ; Albiner ; Mhd.Arifin
1 2
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Staf
Pengajar Kesehatan Masyarakat USU

Abstract

In the pregnancy phase, a pregnant need food with content of different nutrients and a
fulfill of nutrient that much bigger than before. One of problem that surface cause of
undernutrition is energy chronic malnutrition which is recognized by size of upper arm
circumference <23,5 cm that be found in Kabupaten Samosir Puskesmas Buhit work area.
The purpose of this research is to find out diet of kind of food and food frequence, the
number of energy and protein adequacy and the nutritional status of pregnant women in
Puskesmas Buhit work area.

This is a descriptive research with cross sectional design. Technic sampling in this
research is simple random sampling. This research did on August 2014 located in Puskesmas
Buhit work area, Kecamatan Pangururan with 74 of pregnant sample. This research takes
the diet of kind of food and food frequence, the number of energy and protein adequacy and
nutritional status data were analyzed by univariate to get the frequency distributions.

The research shows that most of the nutritional status of pregnant women based on
Upper Arm Circle did not have a high risk in Energy Chronic Malnutrition (>23,5 cm) is
about 94,6%. Adequacy of energy in pregnant women shows 47,3% in medium category and
adequacy of protein in pregnant women shows 45,9% in low category.

It is required to pregnant women to pay attention her diet and give some information
about nutrient, pregnancy and the influence of nutrient for pregnancy through health
promotion that handle with health servant.

Keywords: diet, nutritional status, pregnant women


kebutuhan dan seimbang. Pola makan ibu
hamil sangat erat kaitannya dengan

Pendahuluan

Masa kehamilan suatu janin bergantung


sepenuhnya kepada ibunya untuk memperoleh
zat gizi dan suatu lingkungan yang
melindungi. Beberapa faktor yang
menciptakan lingkungan ini dikendalikan oleh
genetika , tetapi lainnya tergantung pada
perilaku dan makanan si ibu (Walker, 2012).

Pola makan ibu hamil yang baik selalu


mengacu kepada gizi seimbang yaitu
terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan
162
Status gizi ibu hamil bisa diketahui
dengan mengukur ukuran lingkar lengan
atas, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu
hamil tersebut Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Ini berarti ibu sudah mengalami
keadaan kurang gizi dalam jangka waktu
kebiasaan makanan yang dikonsumsinya. yang telah lama, bila ini terjadi maka
Secara umum faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan ibu hamil adalah
faktor ekonomi, faktor sosial budaya,
pendidikan, dan lingkungan (Muliarini, 2010).

163
kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kekurangan gizi pada ibu hamil ini adalah
kembang janin menjadi terlambat, akibatnya konsumsi makanan yang tidak memenuhi
melahirkan bayi BBLR (Depkes RI 2008). syarat gizi yang dianjurkan. Jarak kehamilan
dan persalinan yang berdekatan dengan ibu
hamil dengan tingkat pendidikan dan
Ibu hamil yang menderita KEK dan pengetahuan yang rendah, sehingga
Anemia mempunyai resiko kesakitan yang menyebabkan ibu tidak mengerti cara
lebih besar terutama pada trimester III pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan si ibu
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI, 2002).
yang normal. Akibatnya mereka mempunyai
resiko yang lebih besar untuk melahirkan
bayi dengan BBLR, kematian saat Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten
persalinan, pendarahan, pasca persalinan Samosir tahun 2011 dari 223 ibu hamil yang
yang sulit karena lemah dan mudah ada di wilayah kerja Puskesmas Buhit
mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang terdapat kasus ibu hamil Kekurangan Energi
dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang Kronis (KEK) sebanyak 26 orang dan kasus
mampu meredam tekanan lingkungan yang BBLR 7 orang, sedangkan pada tahun 2012
baru, sehingga dapat berakibat pada dari 217 ibu hamil yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Buhit terdapat kasus ibu hamil
terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menganggu Kekurangan Energi Kronis (KEK)
kelangsungan hidupnya (Maryunani, 2013). sebanyak 29 orang dan kasus BBLR 8
orang. Pada tahun 2013 jumlah ibu hamil
202 terdapat kasus ibu hamil KEK 25 orang
Hasil Riset kesehatan dasar dan kasus BBLR 5 orang.
(Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi
resiko KEK secara nasional mencapai 13,6
Dari hasil survey awal yang dilakukan
dengan wawancara langsung pada ibu hamil
2) Tiga propinsi dengan resiko KEK yang yang hadir di posyandu terhadap 10 orang
tertinggi adalah NTT sebesar 24,6 %, Papua yang ada diwilayah kerja Puskesmas Buhit
21,3 % dan DIY 20,2 %. Sedangkan tiga menunjukkan sebanyak 7 ibu hamil tidak
propinsi dengan prevalensi resiko KEK mengetahui bagaimana pola makan yang
terendah adalah Sulawesi Utara 5,8 %, baik dan kebutuhan gizi yang baik pada
Sumatera Utara 7,9 % dan Bengkulu 8,2 %. masa kehamilan.
Hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1992 dengan angka Rumusan masalah dalam penelitian ini
anemia Ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan adalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
data SKRT turun menjadi 50,9%. Pada gambaran pola makan dan status gizi ibu
tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit
hamil sebesar 39,5 %, pada tahun 2001 Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
sebesar 40,1%. Banyak faktor yang terkait Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dengan status anemia ibu hamil yaitu status gambaran pola makan dan status gizi ibu
ekonomi, serta perolehan tablet zat besi. hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Menurut perkiraan WHO, pada tahun
1995 hampir semua (98 %) dari 5 juta
kematian neonatal dinegara berkembang
atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua Metode Penelitian
pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat
badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
global diperkirakan terdapat 25 juta dengan desain penelitian cross sectional
persalinan pertahun dimana 17 % (pengamatan sesaat) untuk mengetahui
diantaranya adalah BBLR dan hampir gambaran pola makan dan status gizi ibu
terjadi dinegara berkembang. hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit
Kabupaten Samosir 2014.
Daerah pedesaan banyak dijumpai ibu
hamil dengan malnutrisi atau kekurangan Penelitian ini dilaksanakan di
gizi sekitar 33%. Secara umum penyebab wilayah
164
kerja Puskesmas Buhit Kecamatan

165
Pangururan Kabupaten Samosir pada Dari 74 ibu hamil juga diketahui
bulan Agustus 2014. Sampel yaitu ibu hamil bahwa menurut frekuensi makanan, jenis
yang berjumlah 74 ibu hamil dengan teknik makanan pokok yang paling sering (1-
pengambilan sampel adalah dengan 3x/hari) dikonsumsi adalah nasi yaitu
menggunakan simple random sampling. 95,9%, lauk pauk yang paling sering (1-
3x/hari) dikonsumsi adalah ikan basah yaitu
ikan gembung sebesar 2,7%, sayuran yang
Data primer diperoleh melalui teknik paling sering (1-3x/hari) dikonsumsi adalah
wawancara sesuai dengan tabel food recall sawi yaitu 5,4% dan buah-buahan yang
dan food frequency yang telah dipersiapkan paling sering (1-3x/hari) dikonsumsi adalah
sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari jeruk yaitu 14,9%.
instansi dan literatur-literatur terkait.

Dari 74 ibu hamil diketahui bahwa


sebagian besar ibu hamil tingkat kecukupan
Hasil dan Pembahasan energinya berada pada kategori sedang yaitu
sebesar 47,3% dan tidak ada yang berada
pada kategori defisit yang dapat dilihat pada
Analisis Univariat Tabel 1.1 sebagai berikut:

Dari 74 ibu hamil yang terbanyak


berumur 30-34 tahun yaitu berjumlah 25
orang (33,8%) dan yang paling sedikit Tabel 1.1 Distribusi Ibu Hamil
berumur 15-19 tahun yang berjumlah 1 Menurut
orang (1,4%). Tingkat Kecukupan Energi
di
Berdasarkan karakteristik, pendidikan Puskesmas Buhit
ibu hamil terbanyak adalah SMA yang
berjumlah 45 orang (60,8%) dan yang paling Kecamatan
sedikit SMP berjumlah 2 orang (2,7%). Pangururan Tahun 2013
Pekerjaan ibu hamil terbanyak sebagai petani
yang berjumlah 32 orang (43,2%) dan yang Tingkat Kecukupan
paling sedikit bekerja sebagai pedagang yang f %
berjumlah 1 orang (1,4%). Pendapatan rumah Energi
tangga terbanyak berada pada rentang
1.000.000-2.000.000 yaitu sebesar 55,4%. Baik 25 33,8
Dan berdasarkan usia kehamilan, paling Sedang 35 47,3
banyak pada trimester II yaitu 35 orang
(47,3%) dan paling sedikit adalah pada Kurang 14 18,9
trimester I yaitu 12 orang (16,2%). Defisit 0 0,0

Dari 74 orang diketahui bahwa menurut Total 74 100,0


jenis makanan yang dikonsumsi, seluruh ibu
hamil (100,0%) mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokok. Lauk hewani yang paling
banyak dikonsumsi adalah ikan basah yaitu Dari 74 ibu hamil diketahui bahwa
ikan gembung sebesar 29,7%. Lauk nabati sebagian besar ibu hamil tingkat kecukupan
yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe energinya berada pada kategori sedang yaitu
yaitu 16,2%. Sayuran yang paling banyak sebesar 47,3% dan tidak ada yang berada
dikonsumsi adalah sawi yaitu 39,2%. Buah- pada kategori defisit yang dapat dilihat pada
buahan yang paling banyak dikonsumsi adalah Tabel 1.2 sebagai berikut:
jeruk yaitu 18,9%. Jenis minuman yang paling
banyak dikonsumsi adalah susu yaitu 44,6%
dan makanan tambahan lainnya yang banyak
dikonsumsi adalah bubur yaitu 16,2%. Dan Tabel 1.2 Distribusi Ibu Hamil
ditemukan ibu hamil yang mengkonsumsi Menurut
kopi (4,1%) dan teh manis (6,8%). Tingkat Kecukupan Protein
di

166
Puskesmas Buhit Kurang 34 45,9
Kecamatan Defisit 0 0,0
Pangururan Tahun 2013
Total 74 100,0
Tingkat Kecukupan
f %
Protein Dari 74 ibu hamil ditemukan 4 orang
(5,4%) mengalami KEK yang dapat dilihat
Baik 7 9,5 pada Tabel 1.3 sebagai berikut:
Sedang 33 44,6

167
sedang dan sebesar 45,9% ibu hamil tingkat
Tabel 1.3 Distribusi Ibu Hamil Menurut kecukupan proteinnya berada pada kategori
Status Gizi di Puskesmas Buhit kurang.
Kecamatan Pangururan Tahun
2013

Status Gizi f %

KEK 4 5,4
Tidak KEK 70 94,6

Total 74 100,0

Dari hasil tabulasi silang diketahui


bahwa seluruh ibu hamil yang mengalami
KEK (LILA <23,5 cm) memiliki tingkat
kecukupan energi dan protein pada kategori
kurang.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat


disimpulkan bahwa seluruh ibu hamil
(100,0%) mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokok, lauk hewani yang paling
banyak dikonsumsi adalah ikan basah yaitu
ikan gembung sebesar 29,7%, lauk nabati
yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe
yaitu 16,2%, sayuran yang paling banyak
dikonsumsi adalah sawi yaitu 39,2% dan
buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi
adalah jeruk yaitu 18,9%. Jenis minuman
yang paling banyak dikonsumsi adalah susu
yaitu 44,6% dan makanan tambahan lainnya
yang banyak dikonsumsi adalah bubur yaitu
16,2%. Ditemukan ibu hamil yang
mengkonsumsi kopi (4,1%) dan teh manis
(6,8%).

Menurut frekuensi makanan, jenis


makanan pokok yang paling sering (1-3x/hari)
dikonsumsi adalah nasi yaitu 95,9%, lauk
pauk yang paling sering (1-3x/hari)
dikonsumsi adalah ikan basah yaitu ikan
gembung sebesar 2,7%, sayuran yang paling
sering (1-3x/hari) dikonsumsi adalah sawi
yaitu 5,4% dan buah-buahan yang paling
sering (1-3x/hari) dikonsumsi adalah jeruk
yaitu 14,9%.

Sebesar 47,3% ibu hamil, tingkat


kecukupan energinya berada pada kategori
168
Reproduksi, Cakrawala Ilmu.
Hasil pengukuran status gizi ibu hamil
yang dilakukan berdasarkan ukuran LILA Yogyakarta.
menunjukkan sebagian besar ibu hamil
memiliki status gizi yang baik (tidak KEK)
yaitu sebesar 94,6% dan hanya 5,4% yang
mengalami KEK dan seluruh ibu hamil yang Arisman, 2007. Gizi dalam Daur
mengalami KEK, tingkat kecukupan energi Kehidupan. Cetakan III, Jakarta:
dan proteinnya berada pada kategori kurang. EGC.

Saran Astuti, 2011. Gizi Ibu hamil, Rineka


Cipta.
Diharapkan kepada seluruh ibu hamil Jakarta.
untuk memperhatikan pola makan mereka,
baik jenis, jumlah, kandungan gizi serta
frekuensi makan selama kehamilan maupun
setelah kehamilan agar kecukupan energi Berliana, 2013. Faktor-Faktor Yang
dan proteinnya terpenuhi.
Mempengaruhi
Diharapkan peran serta petugas Status Kesehatan
puskesmas untuk memberikan informasi
tentang gizi, kehamilan serta pengaruh gizi Ibu Hamil Di
terhadap kehamilan dalam program promosi RSUD Labuhan
kesehatan.
Batu Utara. Skripsi,
Universitas
Sumatera Utara, Medan.

DAFTAR PUSTAKA
Chairiah, 2012. Pengaruh Pola Makan
Dan Status Gizi Terhadap Kejadian
Alam, 2012. Warning! Ibu Hamil, Cinta. Hypertensi Pada Ibu Hamil Di RSU
Tanjung Pura
Surakarta.
Kabupaten Langkat. Tesis,

Ambarwati, 2012. Gizi &


Kesehatan

169
Ibrahim, 2010. Nutrisi Janin & Ibu
Universitas Sumatera Hamil, Medical Book. Yogyakarta.
Utara, Medan..

Karyadi, 2001. Gizi Ibu Hamil.


Departemen Kesehatan RI, 2002.
Nutrisi
Jakarta:FKUI.
Ibu Selama Kehamilan, 2002.

Leni, 2011. Hubungan Lingkar


, 2008. Nutrisi Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat
Ibu Selama Kehamilan, 2008. Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar
Kabupaten Toba Samosir. Karya Tulis
Ilmiah,

Dewi, 2006. Hubungan Status Gizi Universitas Sumatera Utara,


Ibu Medan.

Hamil Dengan
Kejadian BBLR Mangihut, 2008. Analisis
Faktor Yang
Di RSU Dr.
Pringadi
Medan. Berhubungan Dengan Anemia

Karya Tulis Ilmiah, Ibu Hamil Di Kabupaten


Universitas Dairi
Sumatera Utara, Medan.. Tahun 2006. Tesis,
Universitas
Dinkes Samosir, 2011. Profil Dinas
Sumatera Utara, Medan.
Kesehatan Kabupaten Samosir.

Marsetyo, 1999. Ilmu Gizi, Rineka


, 2012. Profil Dinas Cipta, Jakarta.
Kesehatan Kabupaten Samosir.

, 2013. Profil Dinas


Kesehatan Kabupaten Samosir.

Francin, 2005. Gizi Tentang


Kesehatan Reproduksi, FKUI: Jakarta.

Huliana, 2001. Gizi Ibu Hamil, Arcan


:
Jakarta.

170
Dengan Berat Badan Lahir
Martina, 2012. Pengetahuan Ibu Dan
Hamil Tentang GIZI semasa Kehamilan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tukka Panjang Badan Lahir Bayi
Kabupaten Tapanuli Pada
Golongan Keluarga
Tengah. Skripsi, Universitas Miskin Di
Sumatera Utara, Medan.
Kecamatan Percut Sei Tuan.
Skripsi, Universitas Sumatera
Maryunani, 2013. Asuhan Bayi
Dengan Utara, Medan.
Berat Badan Lahir Rendah,
Trans
Path,dkk. 2005. Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC.
Info Media, Jakarta.

Melvitha.Y.C, 2013. Prastiwi, Laely, 2010. Menu


Pengetahuan Ibu Sehat &
Lezat Ibu Hamil dan
Hamil Tentang Pentingnya Menyusui,

Asupan Nutrisi Selama


Cable Book. Klaten.
Kehamilan Di
RSUP H. Adam
Malik Medan. Karya Tulis Putri, 2012. Pola Makan dan
Ilmiah, Konsumsi

Universitas Sumatera Tablet Besi Pada Ibu Hamil


Utara, Medan. Trimester Ketiga di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk


Muliarini, 2010. Pola Makan
& Gaya Sikaping. Skripsi, Universitas
Hidup Sehat Selama Sumatera Utara, Medan.
Kehamilan,

Yogyakarta. Riris, 2006. Kejadian Anemia Pada


Ibu Hamil Ditinjau Dari Sosial
Ekonomi Dan Perolehan Tablet Zat
Besi (Fe) Di Desa Maligas Tongah
Nurmilawati, 2012. Hubungan Pola Kecamatan Tanah Jawa

Makan Ibu Selama Hamil

171
Kabupaten Suhardjo, 1996. Kebutuhan Makan Ibu
Simalungun. Skripsi
Hamil. Jakarta : FKUI
Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sukarni, 2013.
Kehamilan, Persalinan,
Rohana, 2010. Pola Makan Pada Ibu dan Nifas. Nuha Medika,
Hamil Dengan Hyperemesis
Gravidarium Dan Anemia Di
Yogyakarta.

Wilayah Puskesmas Cunda


Muara Dua Surya, 2013. Pengaruh
Lhoksemawe Aceh Status Sosial

(NAD). Skripsi, Universitas Ekonomi, Budaya Dan


Sumatera Utara, Medan. Pemeriksaan Kehamilan Ibu
Terhadap Kejadian
Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Di

Simarmata, Marice, 2008. Hubungan Wilayah Kerja Puskesmas


Pola Konsumsi, Ketersediaan
Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Pancur Kabupaten
Status Kesehatan Dengan Kejadian Deli Serdang.
KEK Pada Ibu Hamil Di
Kabupaten Simalungun. Tesis,

Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Sipahutar, Helena, 2013. Gambaran


Pengetahuan Gizi Ibu Hamil
Trimester Pertama Dan Pola Makan
Dalam Pemenuhan Gizi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Parsoburan
Kabupaten Toba

Samosir. Skripsi, Universitas


Sumatera Utara, Medan.

Soetjiningsih, 2001. Gizi


Untuk Kesehatan
Ibu dan Anak.
Graha Ilmu,
Yogyakarta.

172
Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Swandi, 2008. Hubungan Faktor


Risiko

Dengan Kejadian Anemia

Sebagai Alternatif
Penaggulangan Anemia Ibu
Hamil Di Kota
Sibolga. Tesis,

Universitas Sumatera Utara,


Medan.

Walker. 2012. Pola Makan


Sehat Saat

Hamil. Bhuana Ilmu Populer,

Jakarta.

Zulfadli, 2011. Perilaku ibu hamil Dalam


mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)
di Puskesmas Alue Ie Mirah

Kecamatan Indra Makmu


Kabupaten Aceh Timur. Skripsi,

Universitas Sumatera Utara,


Medan.

173
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )

KONTRIBUSI ASAM FOLAT DAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA IBU


HAMIL TERHADAP PERTUMBUHAN OTAK JANIN DI KABUPATEN
KARAWANG TAHUN 2011

Contribution of Folic Acid and Haemogloblin Levels to Fetal Brain Development


Amongst Pregnant Womenin Karawang District 2011

Jundra Darwanty*,Ari Antini

Prodi Kebidanan Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung

*Email:djundra@yahoo.com

Abstract

Background:Fetal brain development during pregnancy can be assessed by measuring foetal


head circumference, an indicator for folic acid deficiency.

Objective:To determine the contribution of folic acid and haemoglobin level of pregnant
women to foetal brain development.

Methods:The study was conducted as a descriptive cross sectional design. Study population
was women in the third trimester of pregnancy. Total samples were 18 respondents, selected
using simple random sampling method.

Results:Univariate analysis showed that 72.2 percent of pregnant women had low levels of folic
acid and the prevalence of anaemia was 38.9 percent. The result of bivariate analysis showed
significant associations between high level of folic acid and foetal head circumference (p=0.022), as
well as between haemoglobin level with foetal head circumference (p=0.025). The effect of folic acid
and haemoglobin levels on foetal head circumference was 26.7 percent and 25.8 percent, respectively.
The combined effect of both folic acid and haemoglobin levels was 34.4 percent.

Conclusions:Folic acid and haemoglobin levels were significantly associated with foetal brain
development. Monitoring of iron consumption of pregnant women to reduce the anaemia level and
increasing mothers knowledge on the importance of folic acid during pregnancy are required.

Key words:Folic acid, haemoglobin, fetal brain development


Abstrak

Latar belakang: Salah satu cara untuk mendeteksi kekurangan asam folat dengan melihat
pertumbuhan otak janin selama kehamilan yang dapat dilihat dari besarnya lingkar kepala bayi.

Tujuan: Untuk mengetahui kontribusi kadar asam folat dan haemoglobin ibu hamil terhadap
pertumbuhan otak janin.

174
Metode: Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan rancangan crossectional. Populasi
adalah ibu hamil trimester tiga. Jumlah sampel sebanyak 18 responden. Teknik pengambilan
sampel secara simple random sampling.

Hasil: Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa 72,2 persen ibu hamil dengan kadar asam
folat rendah, yang mengalami anemia sebanyak 38,9 persen. Hasil analisa bivariat menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara kadar asam folat dengan ukuran lingkar kepala janin
(P=0,022), dan antara kadar haemoglobin dengan ukuran lingkar kepala janin (P=0,025),
besarnya pengaruh asam folat terhadap ukuran lingkar kepala sebesar 26,7 persen dan Hb sebesar
25,8 persen. Sedangkan secara bersama-sama folat dan Hb berpengaruh sebesar34,4 persen.

Kesimpulan: Ada hubungan antara asam folat dan kadar hemoglobin terhadap pertumbuhan
otak janin. Diperlukan upaya menurunkan anemia dengan pemantauan konsumsi Fe pada ibu
hamil dan peningkatan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya asam folat bagi janinnya.

Kata kunci: Asam folat, haemoglobin, pertumbuhan otak janin

Naskah masuk: 12 Mei 2012, Review: 15 Mei 2012, Disetujui terbit: 18 Agustus 2012

175
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90

besarnya lingkar kepala BBL. Banyak


penelitian membuktikan, ada korelasi antara

PENDAHULUAN

Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat


menentukan kehidupan dimasa yang akan
datang. Untuk mendapatkan kualitas SDM yang
baik dibutuhkan calon ibu yang sehat sehingga
bisa melahirkan bayi yang sehat juga. Bayi
yang sehat dengan pertumbuhan intrauterin dan
ekstra uterin yang baik tentu akan menjelma
menjadi manusia yang berkualitas dimasa yang
akan datang.

Otak merupakan organ yang sangat


penting dalam menentukan kualitas sumber
daya manusia (SDM), sedangkan 78 persen
pertumbuhan otak terjadi selama Intara
Uterin, dan sisanya sampai usia 2 tahun.
Berbagai kelainan bawaan ditemukan pada
bayi diantaranya adalah kejadian neural tube
defec (NTD), prematur, berat bayi lahir
rendah (BBLR) dan gangguan pertumbuhan
otak selama intra uterin yang disebabkan oleh
kekurangan beberapa zat gizi yang
1
dibutuhkan. Salah satu zat yang dibutuhkan
untuk mencegah kelainan tersebut adalah
asam folat.

Di Kabupaten Karawang pada tahun 2009


terdapat 196 kasus kematian bayi dari 54.257
kelahiran hidup dengan penyebab terbanyak
kematian bayi pada neonatus. Kematian
neonatus disebabkan oleh asfiksia dan berat
badan lahir rendah (BBLR), dengan jumlah
masing-masing sebesar 49 dan 30 kasus,
sedangkan untuk cacat bawaan 3 kasus,
ancepal 4 kasus dan kelainan jantung 6 kasus.

Asam folat mempunyai peran yang sangat


2
vital dalam pencegahan cacat bawaan. Selain
itu juga berperan dalam neuro kognitif (Sulhub,
et all, 2000). Asam folat sangat penting untuk
mencegah terjadinya cacat janin, menghindari
anemia. Hasil survey March of Dimes National,
1995-2001 membuktikan asam folat mencegah
neural tube defect (NTD) hingga 70 persen,
sedangkan pada ibu yang kekurangan asam
folat kejadian NTD akan meningkat hingga 200
persen. Selain itu defisiensi folat

menyebabkan kelainan neurologik,


psikologik dan metabolisme karbon. Salah satu
cara untuk mendeteksi kekurangan asam folat
dapat dilihat dengan pertumbuhan otak janin
selama kehamilan yang dapat dilihat dari

176
ukuran lingkar kepala dan besar otak yang
tersimpan yang tersimpan didalamnya. Lingkaran
kepala bayi baru lahir fronto occipito
3
circumferencia adalah 34-35 cm.

Penelitian G. Nellhaus dari rumah sakit Napa di


California AS, berkisar 30 sampai 37 cm. Lingkar
kepala ini akan bertambah 2 cm per bulan pada usia
0-3 bulan. Selanjutnya di usia 4-6 bulan akan
bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6-12
bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan.

Penelitian Yusmardi, (2010) mendapatkan hasil


bahwa pada ibu yang mendapatkan suplementasi
asam folat yang cukup akan menghasilkan
peningkatan Berat Badan dan skor apparience,
pulse, graps, activity, respiration (APGAR). Selain
itu juga akan menurunkan insiden retardasi mental
dan infeksi maternal, sebaliknya pada ibu dengan
kadar folat dalam darah yang kurang dari 240 µg/dl
risiko melahirkan bayi BBLR dan prematur
.4
meningkat lebih dari 200 persen

Menurut Crukelly, pertumbuhan otak dalam


kehamilan dipengaruhi oleh empat zat gizi yaitu:
asam folat dengan besar kebutuhan 600µg per hari
dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan otak
sebesar 70 persen dibandingkan zat gizi yang
lainnya.

Pada kekurangan asupan mineral seng (zinc)


dalam kehamilan misalnya, dapat berakibat
gangguan signifikan pertumbuhan tulang.
Pemberian asam folat tidak saja berguna untuk
perkembangan otak sejak janin berwujud embrio,
tetapi menjadi kunci penting pertumbuhan fungsi
5
otak yang sehat selama kehamilan. Pada kasus-
kasus dimana janin mengalami defisiensi asam
folat, sel-sel jaringan utama (stem cells) akan
cenderung membelah lebih lambat daripada pada
janin yang dikandung ibu hamil dengan asupan
asam folat yang cukup. Selain itu pertumbuhan otak
juga dipengaruhi oleh Kolindengan besar
kebutuhan 400 µg/ hari,

3) dan DHA serata Omega 6 (1%) Omega


3 (2,3%).

Kebutuhan zat gizi ibu hamil pada trimester 2


dan 3 erat kaitannya dengan perkembangan
intelegensi, karena pada usia kehamilan 15 sampai
20 minggu otak mengalami petumbuhan pesat
sekali dan usia 30 minggu sampai usia bayi 18
6
bulan fase cepat ke 2. Otak mengalami
pertumbuhan cepat (brain

177
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )

440-1050 mg, diantaranya akan hilang


dalam tubuh ibu pada saat melahirkan
(Hilman, 1996). Untuk mengatasi
kehilangan
growth support) pertama kali pada masa
kehamilan trimester 3.Dimana pada trimester
ini sel neuron pada otak besar membelah dan
membagi dengan cepat. Berbagai nutrisi
dibutuhkan untuk perkembangan otak anak,
yang terpenting adalah protein, kalsium, fospor,
besi, magnesium, seng, iodium, B1, B3, B9
7
(asam folat) Vitamin C dan D. Sumber lain
mengatakan bahwa proses pertumbuhan sel
neuron otak tejadi pada minggu ke 20 sampai
minggu ke 36 kehamilan dan disempurnakan
hingga bayi berusia 2 tahun(Media
Indonesia,2009).Oleh sebab itu, pada saat
kehamilan, ibu membutuhkan kadar folat yang
cukup didalam darah ibu. Kadar asam folat
dalam darah sangat dipengaruhi oleh asupan
folat pada nutrisi ibu, sayangnya kandungan
folat yang tinggi dalam makanan akan hilang
sampai 80% dalam proses pengolahan
makanan, sehingga asupan folat pada ibu hamil
yang dianjurkan adalah dalam bentuk
suplemen, sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan.

Willis (1931), mengatakan bahwa folat


dibutuhkan sebagai pencegahan anemia pada
saat kehamilan. Wanita membutuhkan 50-100
mcg asam folat per hari, sedangkan selama
kehamilan kebutuhan ibu akan asam folat
sebesar 300–400 mcg / hari.Tercatat terdapat
2dari 5wanita usia subur di Jakarta memiliki
kadar folat sel darah yangkurang dari nilai
7
ideal.

Bernard Venn dari universitas Otago


Selandia Baru, kadar asam folat dalam darah
cenderung stabil di negara tropis

dibandingkan dengan negara yang


mempunyai 4 musim, selain itu orangyang
terkena anemia kadar asam folatnya juga
rendah.

Kadar haemoglobin ibu dalam kehamilan


yang normal adalah 11 gr% terutama pada
trimester I, 10,8 gr% trimester ke III atau kadar
Hb<10,5 gr% pada trimester II. Janin
membutuhkan zat besi untuk mesintesis
hemoglobin janin sehingga 1 gr zat besi

tambahan dibutuhkan selama masa


kehamilan.Hal ini menyebabkan cadangan zat
besi ibu menurun.Kebutuhan total zat besi pada
kehamilan berkisar antara 580-1340 mg, dan

178
Analisa Univariat

Tabel 1 menunjukkan bila asam folat dalam


ini, ibu hamil memerlukan rata -rata 3,5-4 mg zat darah ibu dikategorikan berdasarkan rendah
besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara
signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata-
rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6
mg/hari (Letsky & Warwick dalam Yusmardi,
4
1994).

Kekurangan asam folat dalam kehamilan akan


menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit,
sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk
dan ukuran abnormal yang disebut sebagai Anemia
megaloblastik, lebih jauh gangguan metabolisme
asam folat akan menyebabkan gangguan replikasi
DNA dan proses pembelahan sel, dan ini akan
mempengarui kerja seluruh sel tubuh, termasuk
dalam metabolisme besi. Sehingga kita menemukan
kenyataan bahwa defisiensi

folat dan defisiensi besi secara


bersamaan.Willis (1931) mengatakan bahwa
folat dibutuhkan sebagai pencegahan anemia
pada saat kehamilan. Kadar asam folat dan
haemoglobin ibu hamil secara bersama-sama
akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

Melihat kenyataan diatas penulis tertarik untuk


melakukan penelitian tentang pengaruh asam
folat dan kadar haemoglobin pada ibu hamil
terhadap pertumbuhan otak janin di Kabupaten
Karawang tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini
adalah memberikan informasi tentang pentingnya
asam folat zat besibagi janin.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif


dengan rancangan cross sectional. Lokasi
penelitian adalah di empat Puskesmas PONED
Kabupaten Karawang tahun 2011.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti


dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb dan asam
folat dalam darah ibu hamil

trimester ketiga, dilanjutkan dengan melakukan


pengukuran lingkar kepala janin dalam 6 jam
setelah lahir, untuk pemeriksaan kadar Hb dan
asam folat. Dalam pemeriksaan tersebut, peneliti
bekerjasama dengan laboratorium prodia, sedang
lingkar kepala janin diukur oleh peneliti.

HASIL

179
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90

jika ditemukan kadar asam folat dalam darah kepala >330 mm), sedangkan sisanya
ibu hamil < 27.00 nmol/L dan tinggi bila kadar sebesar 66,7 persen lahir dengan
asam folat dalam darah ibu > 27.00 nmol/L pertumbuhan otak yang kecil (lingkar kepala
ditemukan hasil bahwa hanya 27,8 persen ibu yang kecil< 330 mm).
hamil dengan kadar asam folat yang tinggi,
sedangkan sisanya sebesar 72,2 persen ibu
hamil dengan kadar asam folat yang rendah. Tabel3.Distribusi frekuensi responden
berdasarkan lingkar kepala
bayi baru lahir
Tabel1. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan kadar
asam folat dalam darah ibu Lingka
r Jumla Persenta

Kadar Asam Jumla Persenta h si


Kepala
h si
Folat Norma
l 6 33,3
Rendah 13 72,2 Kecil 12 66,7
Tinggi 5 27,8
Jumlah 18 100
Jumlah 18 100

Analisa Bivariat
Tabel 2 menunjukkan masih banyak ibu
hamil yang menderita anemia, dimana ditemui
hanya 61,1 persen ibu hamil yang memiliki Untuk melihat kemaknaan hubungan
kadar haemoglobin normal (>10.5 gr%), dan antarakadar Hb dan kadar asam folat dalam
sisanya ditemukan 38,9 persen ibu hamil darah ibu sebagai variabel dependen dengan
dengan kadar HB yang rendah (< 10,5 gr%). ukuran lingkar kepala sebagai variabel
independen dilakukan analisis uji chi square.

Tabel 2. Distribusi frekuensi


responden berdasarkan kadar Bila kadar asam folat dikategorikan dengan
Hb dalam darah ibu tinggi dan rendah, ditemukan hasil seperti tabel
4, dimana ibu dengan kadar asam folat yang
tinggi 80 persen bayi yang dilahirkan memiliki
Kadar Jumla Persenta lingkar kepala normal, sedangkan ibu dengan
Hb h si kadar asam folat rendah hanya 15,4 persen
yangmelahirkan bayi dengan lingkar kepala
Normal 11 61,1 normal. Hasil ini lebih dipertegas lagi dengan
ditemukannya nilai p=0,022 yang artinya ada
Rendah 7 38,9 hubungan antara kadar asam folat dalam darah
ibu degan pertumbuhan otak intra
Jumlah 18 100 uterin,bahkan dari nilai OR 22, diketahui
bahwa ibu dengan kadar asam folat yang tinggi,
22 kali lebih besar kemungkinan melahirkan
anak dengan pertumbuhan otak yang normal
bila dibandingkan dengan ibu dengan kadar
Data pada tabel 3menunjukkan bahwa bayi asam folat yang rendah.
yang lahir dengan lingkar kepala yang kecil
lebih banyak dibandigkan dari yang
normal.Hasil penelitian ditemukan bahwa
hanya 33,3 persen bayi yang lahir dengan
pertumbuhan otak yang normal (lingkar

180
Tabel 4. Hubungan kadar asam folat darah ibu dengan lingkar kepala bayi baru lahir

Lingkar Kepala Jumlah P OR 95%CI


Kadar
Norma
l Kecil
Asam Folat

% % F % F

Tinggi 80 1 20 100 5
0,022 22 (1,540-314,2)
84,
Rendah 15,4 11 6 100 13

Total 12 100 18

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa ibu hamil kepala normal, sedangkan pada ibu dengan
dengan kadar haemoglobin yang normal 54,5 kadar haemoglobin rendah tidak ditemukan
persen melahirkan bayi dengan lingkar bayi lahir dengan lingkar kepala normal,

181
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )

dimana 100 persen bayi pada ibu dengan haemoglobin ibu dengan pertumbuhan otak
haemoglobin rendah lahir dengan lingkar intra ueterin. Namun dari nilai OR=0,455 yang
kepala kecil, dengan nilai p=0,025, yang berarti bahwa hubungan ini sebagai protektif.
artinya ada hubungan antara kadar

Tabel 5. Hubungan kadar haemoglobin darah ibu dengan lingkar kepala bayi baru lahir

Lingkar Kepala
Kadar Jumlah P OR 95%CI
Norma
Haemoglobi l Kecil
n

% F % % F

10
Normal 54,5 5 45,5 0 11
10 0,025 0,455 (0,238–0,868)

Rendah 0 7 100 0 7

10
Total 0 18

Dalam tabel 6menunjukkan bahwa kekuatan (R=0,053).Sedangkan kekuatan hubungan


hubungan antara dua variabel berpola positif antara variabel asam folat dan lingkar kepala
dan menunjukkan kekuatan hubungan yang janin berpola positif dan menunjukkan
kuat antarakadar haemoglobin dengan kadar kekuatan hubungan yang kuat (R=0,517).
asam folat dalam darah ibu hamil

Tabel 6. Korelasi kadar Hb dengan kadar asam folat dalam darah

Asam Lingkar
Kadar Hb Folat Kepala

Pearson Correlation 1 0,053


Kadar Hb Sig. (2-tailed) 0,024.
N 18 18

182
Pearson Correlation 1 0,517
Asam Folat Sig. (2-tailed) 0,028
N 18 18

Hubungan kadar asam folat dan lingkar kadar asam folat dalam darah ibu akan
kepala pada Gambar1 berpola positif, hal ini diikuti dengan pertumbuhan otak intrauterin
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya yang ditandai dengan peningkatan lingkar
kepala.

Asam Folat

Observed

Linear

40.0

30.0

20.0

10.0

310 320 330 340 350

Lingkar Kepala

Gambar 1. Pola hubungan kadar asam folat dan lingkar kepala

183
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90

Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa pada Lebih lanjut mengenai besarnya kontribusi
b kadar Hbdan asam folat terhadap pertumbuhan
kolom Sig (signifikan) pada tabel Anova
Nilai sig. 0,028 atau lebih kecil dari nilai otak janin dapat dilihat pada tabel 8.
probabilitas 0,05 atau nilai 0,05>sig 0,028,
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien korelasi ganda adalah signifikan.

Tabel 7. Hasil analisis Anova

Sum of Mean
No Df F Sig.
Squares Square

Regressio
1 n 500,848 1 500,848 Model .028(a)
2 Residual 1,371,430 16 85,839
3 Total 1,874,278 17

Kadar Hbibu 25,8%


Kadar asam folat 26,7%
Dalam tabel 8 menunjukan bahwa kadar Hb
pada ibu hamil memberi pengaruh sebesar 25,8 Kadar Hb dan asam folat 34,4%
persen terhadap ukuran lingkar kepala

janin selama intra uterin. Sedangkan


menunjukan bahwa kadar Asam Folat dalam
darah ibu hamil memberi pengaruh sebesar
26,7 persen terhadap ukuran lingkar kepala PEMBAHASAN
janin. Asam Folat dan secara bersama-sama
memberi pengaruh terhadap ukuran lingkar
kepala janin sebesar 34.4% dengan demikian
Pertumbuhan otak pada saat intra uterin
sangatlah penting untuk menciptakan SDM
65,6 persen ukuran dipengaruhi oleh yang berkualitas dimasa yang akan datang,
variabel lain yang tidak diteliti.Dengan mengingat bahwa 80 persen pembentukan
demikian penelitian ini membuktikan bahwa sel otak terjadi selama dalam kandungan.
kadar asam folat dalam darah ibu hamil Hasil penelitian meyebutkan bahwa berat
otak bayi baru lahir mencapai 25 persen
dari berat otak orang dewasa, sedangkan
secara signifikan mempengaruhi 70–80 persen sel neuronnya sudah
pertumbuhan otak intra uterin. terbentuk dengan lengkap. Sedangkan
sisanya bertambah pada saat anak berusia
sampai 2 tahun. Sementara itu

Tabel 8.Hasil uji regresi pengaruh kadar


variabel dependen terhadap
lingkar kepala

R Square

184
perkembangan otak anak lebih banyak
dipengaruhi setelah anak lahir yang berasal dari
stimulus yang diberikan, Tanpa stimulasi, otak bayi
menjadi tidak terolah. Akibatnya, jaringan saraf
(sinaps) yang jarang atau tidak terpakai akan
musnah, bahkan menurut ketua Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), sinaps berkembang pesat hanya
dalam ukuran jam setelah lahir. Perkembangan ini
sangat berperan dalam kemampuan penglihatan,
bicara, dan kepandaian anak. Hal yang harus
diperhatikan bahwa perkembangan otak yang baik
akan terjadi pada otak dengan pertumbuhan yang
baik pula. Pertumbuhan yang baik ini dapat
dihubungkan dengan massa otak.

Hasil penelitian ini memperlihatkan banyaknya


bayi lahir dengan lingkar kepala

yang kecil yaitu sebesar 66,7 persen. Lingkar


kepala amat penting dalam tingkat perkembangan
anak. Pasalnya, lingkar kepala pada bayi
mengambarkan volume otak yang ada di dalamnya.
Lingkar kepala tersebut berkembang seiring dengan
pertambahan usia anak. Apabila lingkar kepala
anak dalam usia tertentu kurang dari nilai yang
normal, kemungkinan volume otaknya kurang dari
cukup.

Tingginya angka kejadian ukuran lingkar kepala


yang kecil pada penelitian ini disertai dengan hasil
lain, dimana terdapat 72,2 persen responden dengan
kadar asam folat

yang rendah. Hal ini bisa disebabkan seringnya


ibu tidak menyadari kalau dirinya hamil ataupun
hamil tanpa direncanakan. Asam folat yang
seharusnya sudah dipersiapkan dengan
mengkonsumsinya sebelum hamil baru dikonsumsi
setalah ibu

185
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )

Dari hasil penelitian ini ditemukan hasil


dimana kadar asam folat dalam darah ibu
datang ke tenaga kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya. Selain itu yang
lebih banyak berkembang dimasyarakat adalah
kebutuhan ibu hamil terhadap asam amino
seperti Omega 3 dan 6 serta AHA dan DHA.
Sementara kebutuhan terhadap asam folat itu
sendiri tidak terlalu disentuh dan masih jarang
didengungkan, baik oleh media massa maupun
oleh tenaga kesehatan sendiri.

Penelitian lain yang dilakukan Saerneo-


Tropmed Pusat Gizi Regional UI tahun 2004,
pada ibu hamil dari kalangan keluarga
menengah di Jakarta Timur mendapatkan hasal
60 persen responden mempunyai kadar folat di
bawah angka yang dianjurkan. Jadi peneitian
ini menunjukkan hasil bahwa ibu hamil dengan
kadar asam folat yang rendah masih lebih besar
dari penelitian Seameo tersebut.

Fakta lain yang ditemukan dalam penelitian


ini adalah ditemukan 38,9 persen responden
dengan kadar haemoglobin yang rendah, atau
dengan kata lain masih ditemukan ibu hamil
dengan anemia sebayak 38,9 persen. Angka ini
jelas masih tinggi dan tidak mengalami
penurunan yang berarti bila dibandingkan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Kabupaten Karawang pada tahun 2008 yaitu
sebesar 40 persen (Profil dinkes Karawang).

Berdasarkan hasil penelitian Devlin,


ditemukan bukti bahwa keadaan janin dalam
kandungan juga sangat berpengaruh pada
pembentukan kecerdasan. Otak adalah
susbtansial tumbuh dalam kandungan.

Pengaruh kadar asam folat dalam darah


ibu terhadap pertumbuhan otak janin

Proses pertumbuhan sel neuron otak terjadi


pada minggu ke-20 hingga ke-36, dan
disempurnakan hingga bayi berusia dua tahun.
Menurut Arif Achmad, dokter gizi medik,
pertumbuhan massa sel otak ini dimulai
semenjak janin di dalam kandungan hingga
menjadi balita. Sel otak sangat membutuhkan
makanan bergizi untuk membantu agar dia
dapat berkembang dengan baik. Meskipun
masa otak janin hanya sekitar 16% dari
tubuhnya, dibandingkan dengan organ tubuh
lain, otak paling banyak memerlukan energi
(lebih dari 70%) untuk proses tumbuh
kembangnya.

186
hamil dikategorikan berdasarkan kategori tinggi
dan rendah yaitu >27 nmol/l dan <27 nmol/l, maka
ditemukan hasil 80% ibu dengan kadar asam folat
tinggi melahirkan bayi dengan ukuran lingkar
kepala bayi yang normal, sementara pada ibu yang
kadar asam folatnya rendah hanya 15,4 persen yang
melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala yang
normal. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji statistic
dimana ditemui nilai p=0,022 atau lebih kecil dari
nilai p yang ditetapkan (p=0,05) yang berarti bahwa
ada hubungan antara kadar asam folat dalam darah
ibu dengan ukuran lingkar kepala bayi. Bahkan dari
nilai OR pun diketahui ibu dengan kadar asam folat
yang tinggi 22 kali lebih besar kemungkinan
melahirkan anak dengan ukuran lingkar kepala
bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang


dikemukakan Crukelly yang mengatakan bahwa
pertumbuhan otak dalam kehamilan di pengaruhi
oleh empat zat gizi, salah satunya adalah asam folat
dengan besar kebutuhan 600µg per hari dan ini
akan mempengaruhi pertumbuhan otak sebesar 70
persen dibandingkan zat gizi yang lainnya

Uji korelasi pada penelitian ini juga ditemukan


kekuatan hubungan berpola positif dan
menunjukkan kekuatan hubungan yang kuat (0,51)
antara kadar asam folat dengan pertumbuhan otak
intra uterin. Hasil ini menunjukkan peningkatan
kadar asam folat dalam darah ibu disertai dengan
pertumbuhan otak intra uterin. Lebih lanjut pada uji
regresi ditemukan hasil R Square sebesar 26,7%
yang menunjukkan bahwa kadar asam folat dalam
darah ibu memberikan kontribusi sebesar 26,7
persen terhadap ukuran lingkar kepala janin.

Pengaruh kadar haemoglobin dalam darah


ibu terhadap pertumbuhan otak janin

Menurut United Nation yang dikutip oleh


,
Soegianto (1993) tingginya prevalensi anemia pada
kehamilan melatar belakangi terjadinya kematian
ibu sewaktu hamil, bersalin atau nifas. Disamping
itu anemia defisiensi besi pada kehamilan
menyebabkan pertumbuhan janin dalam kandungan
terganggu, dan munculnya Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) yang tentu saja akan berakibat
pada kecilnya pertumbuhan otak pada janin
tersebut. Selain itu ibu hamil yang

187
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90

pertumbuhan otak janin juga akan lebih


baik yang akhirnya

mengalami anemia cendrung mempunyai


kadar asam folat yang lebih rendah seperti
apa yang dikatakan oleh dr Noroyono

Wibowo SpOG, Kepala Subbagian


Fetomaternal Departemen Obestetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Asam folat juga penting dalam
membantu pembelahan sel. Asam folat juga
bisa mencegah anemia.

Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa


pada ibu dengan kadar haemoglobin yang
rendah 100% melahirkan bayi dengan
pertumbuhan otak yang kecil, sedangkan pada
ibu dengan kadar haemoglobin yang normal
hanya 45,5 persen yang melahirkan bayi
dengan pertumbuhan otak yang kecil, bahkan
secara statistik ditemukan ada hubungan antara
kadar haemoglobin dengan ukuran lingkar
kepala janin, dimana ditemui nilai p=0,025 atau
lebih kecil dari nilai p yang ditetapkan (p=0,05)
sementara nilai OR didapatkan 0,455.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa


kadar haemoglobin dalam darah ibu hamil
akan mempengaruhi ukuran lingkar kepala
janin selama dalam kandungan, bahkan pada
uji regresi yang dilakukan pada penelitian ini
ditemukan nilai R-Square sebesar 25,8
persenyang menunjukkan bahwa kadar
haemoglobin dalam darah ibu memberikan
pengaruh sebesar 25,8 persen terhadap
pertumbuhan otak intra uterin.

Sementara bila dilihat secara bersamaan


kadar asam folat dan haemoglobin dalam
darah ibu memberi pengaruh sebesar 34,4
persen terhadap ukuran lingkar kepala janin,
dan sisanya sebesar 65,6 persen dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Bila dicermati lebih jauh penelitian diatas


terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besarnya pengaruh asam folat
dan kadar haemoglobin terhadap ukuran lingkar
kepala janin. Dimana hanya asam folat lebih
unggul 0,9 persen dalam mempengaruhi ukuran
lingkar kepala janin. Dengan demikian
pemberian asam folat dan Fe hendaknya
diberikan secara sejalan atau bersamaan pada
ibu hamil, sehingga dengan demikian ukurang
lingkaran kepala janin yang akan dilahirkan
bisa lebih optimal, dan dengan demikian tentu

188
DAFTAR PUSTAKA

rd
6. Varney H.Varney’s Midwifery (3
akan bermuara dengan peningkatan kualitas ed). 1997. Sudbury, MA: Jones and
SDM dimasa yang akan datang. Bartlett Publisher
7. Purwani E dan Zulaekah S. Risiko
Lahirnya Bayi Cacat Pembuluh Syaraf
KESIMPULAN DAN SARAN pada Ibu Hamil yang Kekurangan
Asam Folat. 2008.Surakarta: UMS

Kesimpulan 8. Myles, M. F., Benneth, V. R., Brown,


L. K. Myles Textbook for Midwives.
1999. Churchill Livingstone
Penelitian yang dilakukan di
Puskesmas

PONED Kabupaten Karawang ini menemukan


72,2 persen ibu hamil dengan kadar asam folat
rendah dan mengalami anemia sebanyak 38,9
persen. Selain itu, ditemukan adanya hubungan
yang bermakna antara kadar asam folat dengan
ukuran lingkar kepala janin (P=0.022), dan
hubungan antra kadar haemoglobin dengan
ukuran lingkar kepala janin (P=0,025). Besarnya
pengaruh asam folat terhadap ukuran lingkar
kepala sebesar 26,7 persen dan Hb sebesar 25,8
persen. Sedangkan secara bersama-sama asam
folat dan Hb berpengaruh sebesar 34,4 persen.

Saran

Hendaknya dilakukan upaya


penurunan

anemia dengan melakukan pemantauan


konsumsi Fe oleh pasangan atau anggota
keluarga pada ibu hamil dan memberikan
penyuluhan pada ibu hail tentang pentingnya
asam folat bagi pertumbuhan janinnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

g. Drs. Sutikno,M.Kes, Selaku


direktur Poltekkes Bandung
h. Dr. Ir. Aryani Sudja,M.Kes.
Bagian UPPM Poltekkes Bandung
i. Rahayu Pertiwi,MKM, Selaku Ketua
Program Studi Kebidanan Karawang
j. dr. Asep Hidayat Lukman,M.Kes, Selaku
Kepala Dinas Kesehatan
KabupatenKarawang
k. Kepala Puskesmas PONED di
Kabupaten Karawang

189
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )

190
f. Yusmardi. Perbandingan Kadar Serum Asam Folat Maternal Penderita PEB
dengan Kehamilan Normal.2010. Sumatera Utara: Universitas Sumatera
Utara

g. Christiansen, M. and E. Garne. Prevention of Neural Tube Defects with


Periconceptional Folic Acid Supplementation in Europe. Ugeskr
Laeger, 2005; 167(32): 2875-6

h. Karyadi E. Makanan Ibu hamil. 2005


i. Sutomo, B.Nutrisi Tepat untuk Kecerdasan Anak. 2009. Info Boga
j. Alpert, Jonathan E. and Fava, Maurizio. Nutrition and depression: The
Role of Folate. Nutrition Reviews,May 1997; 55:145-49
k. American Journal of Gastroenterology, Vol. 95, December 2000,
th
l. Bobak. Keperawatan Maternitas (4 ed). 2005. Jakarta: EGC.
m. Hanafiah T.M. Perawatan Antenatal dan Asam Folat dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Ibu Hamil dan Janin. Pengukuhan Guru
Besar Univesitas Sumatra Utara. 2006. Sumatera Utara:
USU

n. Larsen, Hans R. Folic Acid. Diunduh


dari http://yourhealthbase.com/folate. html

191
13. I
Dwinanda, Reiny. bu Hamil
KonsumsiAs Fola B Hindar
am t isa i
Autisme?Dia p tang 1
kses ada gal 3
Februa2013 d
ri . Diunduh ari
http://www.republika.co.id/berita/h
umair
a/ibuanak/13/03/06/mj8o60 -ibu-
hamil-
konsumsi-asam-folat-bisa-
hindari-
autism
e
14. Gary Mechanis
Steinman, . ms of
Twinin VI Effe o Di a
g: I. ct f et nd

Heredity on The Human Twinning Rate. Journal of Reproductive Medicine, May


2006;51:405-10

e. Noyorono. Upaya Mencegah Cacat


Bawaan pada Janin. Kompas, 1998;http://groups.yahoo.com/group/ind
onesia-community/messages

f. Quinlivan, EP, et al. Importance of both


Folic Acid and Vitamin B12 in Re-duction of Risk of Vascular Disease. The
Lancet, January 19, 2002;359:227-28

4. Santoso, M. I. and M. S. Rohman. Decreased TGF-beta1 and IGF-1 protein


expression in rat embryo skull bone in folic acid-restricted diet.2005. J Nutr Biochem
5. Steinman G. Mechanisms of twinning.
VII. Effect of diet and heredity on human twinning rate. Journal of Reproductive

Medicine,May2006;51:405-10

192
193

Anda mungkin juga menyukai