Fasilitator :
Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep., Ns., M.Kep
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Baru”. Makalah ini diajukan untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Shalawat dan salam semoga
tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
banyak memberi bimbingan dan arahan untuk penulis dalam melakukan penulisan
makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat baik bagi kami maupun bagi
pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.....................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................................iii
Daftar isi.........................................................................................................................iv
BAB 2 HASIL
3.1 Simpulan..............................................................................................................113
3.2 Saran.....................................................................................................................113
Daftar pustaka...........................................................................................................114
iii
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Dasar Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga
Terdapat berbagai pengertian keluarga, seperti pengertian
keluarga secara tradisional yang dikemukakan oleh U.S. Census
Bureau (2005): “Suatu keluarga terdiri dari dua orang atau lebih
dengan salah satu diantaranya merupakan kepala keluarga, yang
dihubungkan melalui keturunan, pernikahan, atau adopsi dan tinggal
pada tempat atau rumah yang sama”.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun
2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami, istri atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya. Anak yang dimaksudkan dalam pengertian ini adalah
anak yang belum menikah. Apabila ada ank yang sudah menikah dan
tinggal bersama suami/istri atau anak-anaknya, maka anak tersebut
dapat menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru).
Selain itu, juga terdapat definisi khusus untuk keluarga, yaitu satuan
individu/ seorang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga, hidup
dan makan serta menetap dalam satu rumah, misalnya seseorang atau
janda/duda sebagai anggota keluarga sendiri, atau dengan anak yatim
piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011).
Definis sosial untuk keluarga yaitu merupakan sekelompok orang
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sebagai suami, istri, ayah,
ibu, anak, saudara dan bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 dalam
setiawati 2008). Fitzpatrick (2004) dalam Lestari (2012) membagi
definisi keluarga menurut tiga sudut pandang, yaitu struktural, fungsional,
dan transaksional. Definisi secara struktural didasarkan pada kehadiran
atau ketidakhadiran anggota keluarga seperti orangtua, anak, dan kerabat
lainnya. Definisi secara fungsional difokuskan pada terpenuhinya tugas-
tugas keluarga dan fungsi psikososial. Definisi secara transaksional
difokuskan pada cara keluarga melaksanakan fungsinya.
Definisi keperawatan tentang keluarga dipengaruhi keterlibatan
personal dari perawat dengan keluarganya sendiri dan pengalaman klinis.
1
Oleh karena itu, sangat disarankan agar perawat tidak menggunakan
nilai-nilai yang ada pada dirinya saat memberikan asuhan keperawatan
pada keluarga binaan. Umumnya perawat menggunakan definisi keluarga
yang merujuk pada dua atau lebih individu yang saling tergantung satu
sama lain dan memberi dukungan secara emosional, fisik dan atau
keluarga (Hanson, 2005). Namun demikian, perawat perlu mengadopsi
dan bekerja bersama keluarga dengan definisi yang lebih luas. Hal-hal
yang menjadi bukti penting keluarga sebagai unit terkecil masyarakat
dapat dijelaskan bahwa keluarga terbentuk untuk memenuhi dua tujuan
penting yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan
anggota keluarga (Friedman et al, 2003). Keluarga memenuhi kebutuhan
masyarakat melalui penghasilan dan sosialisasi anggota keluarga. “Unit
dasar (keluarga) yang kuat memengaruhi perkembangan individu yang
dapat menentukan kesukesan atau kegagalan hidup individu tersebut”
((Friedman et al, 2003). Keluarga adalah “penyangga” antara individu
dan masyarakat. Keluarga memenuhi kebutuhan individu melalui
penyediaan kebutuhan dasar (makanan, tempat tinggal, pakaian, dan
kasih sayang). Pembentukan keluarga merupakan upaya pemberian
dukungan pada pasangan dalam keluarga dengan memenuhi kebutuhan
afektif, seksual, dan sosioekonomi. Bagi anak, keluarga adalah guru
pertama”, karena keluarga yang akan mengenalkan anak pada peraturan
sosial dan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kehidupan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2
Fungsi ekonomi keluarga ialah keluarga memperoleh
sumber-sumber penghasilan dan pengaturan penggunaan
penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, serta
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan
yang dalam prosesnya fungsi ekonomi ini mampu membagikan
kerangka keluarga, misalnya ayah sebagai pencari uang untuk
kebutuhan dan ibu bertugas mengurus anak (BKKBN, 2016).
Fungsi ekonomi keluarga mengikutsertakan
penyediaan keluarga akan sumber daya yang mencukupi baik
secara finansial, tempat tinggal serta materi. Sumber ekonomi
keluarga merupakan hal yang relevan dengan bagaimana
kemampuan sebuah keluarga untuk mengalokasikan sumber
yang tepat dan berguna untuk memenuhi berbagai kebutuhan
keluarga, contohnya kebutuhan sandang pangan, papan serta
perawatan kesehatan yang baik. Pendistribusian keuangan
yang sesuai dilakukan melalui sebuah proses pengambilan
keputusan. Fungsi ekonomi juga berkaitan dengan bagaimana
sebuah keluarga mengatur keuangannya, serta dapat
merupakan perspektif yang lebih baik mengenai berbagai
nilai ekonomi yang dianut keluarga.
1.1.2.2 Fungsi Reproduksi
Keberlangsungan dan keberlanjutan populasi akan
berhubungan dengan pola dan tingkat reproduksi. Keluarga
merupakan struktur tradisional yang melibatkan terjadinya
proses reproduksi. Pengertian fungsi reproduksi saat ini
berkembang tidak hanya sebatas menghasilkan keturunan
melalui perkawinan. Fungsi reproduksi bertujuan untuk
melanjutkan garis keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, serta memelihara dan merawat anggota keluarga.
Fungsi reproduksi keluarga merupakan sebuah bentuk
jaminan keberlangsungan antar generasi keluarga dan
masyarakat, yaitu memberikan anggota baru kepada masyarakat.
Pernikahan dan pembentukan keluarga dibuat untuk
mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi. Sampai saat ini
reproduksi masih menjadi fungsi primer keluargayang menjadi
justifikasi keberadaan keluarga. Namun saat inifungsi
reproduksi keluarga telah dipisahkan dari keluarga. Pada
3
keluarga modern, keluarga diartikan dalam bentuk konteks
pilihan (siapa yang dipilih untuk menjadi bagian anggota
keluarga), dengan demikian ketika ada seorang anak lahir
pada sebuah keluarga baru yang merupakan keluarga dengan
orang tua tunggal maka hal tersebut telah menjadi hal yang
umum dan dapat diterima.
1.1.2.3 Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk
menanamkan nilai-nilai yang ada di keluarga terhadap anggota
keluarga yang dimilinya. Keluarga memiliki harapan dalam
memberikan jaminan perlindungan untuk anak-anaknya agar
dapat masuk dalam lingkungan sosial yang ada di sekitarnya.
Fungsi sosialisasi dimulai saat lahir dan berakhir pada saat
kematian. Fungsi sosialisasi adalah proses sepanjang hidup
ketika individu secara berkelanjutan memodifikasi perilaku
mereka sebagai respons terhadap keadaan yang terpola secara
sosial yang mereka alami. Fungsi sosialisasi mencakup semua
proses dalam sebuah keluarga atau komunitas melalui
pengalaman selama hidup mereka yang penuh makna dan terdiri
dari unsur karakteristik yang berpola secara sosial. Selain itu
fungsi sosialisasi juga dicapai dengan memberikan kesempatan
sebagai proses perkembangan atau perubahan yang dijalani
individu atau keluarga sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran sosial. Sosialisasi paling sering berlangsung
secara informal dan tidak eksplisit.
1.1.2.4 Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan pembentukan struktur dan
pembatas yang menciptakan rasa memiliki antar sesama anggota
keluarga dan menciptakan identitas sebagai bagian dari
keluarganya. Fungsi afektif merupakan kemampuan keluarga
dalam memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh atau
saling menyayangi. Fungsi afektif sebagai respons terhadap
berbagai kebutuhan anggota keluarga secara emosional. Ketika
kebutuhan afektif anggota keluarga tidak dapat terpenuhi secara
adekuat, maka akan menimbulkan tekanan dalam keluarga,
gangguan kesehatan dan kesedihan atau kesusahan dari satu atau
lebih dari anggota keluarga. Gejala disfungsi afektif dalam
4
keluarga meliputi respons emosional seperti marah, depresi,
cemas, perilaku lalai, serta keluhan somatik seperti penyakit-
penyakit fisik pada anggota keluarga. Keadaan ini akan
menyebabkan proses menurunnya sikap positif yang
dilakukan untuk mengurangi dan memulihkan permasalahan
yang ada pada keluarga. Ketika keluarga berduka, konflik
dalam keluarga sering kali menyebabkan permasalahan dalam
memenuhi kebutuhan afektif keluarga. Selain itu kehilangan
yang mendalam dan kematian orang terdekat dapat pula
memengaruhi kebutuhan afektif keluarga.
1.1.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga merupakan tempat mempelajari konsep
kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan manajemen penyakit. Friedman,
Bowden, dan Jones (2003) menyatakan bahwa fungsi perawatan
kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
memberdayakan sumber daya keluarga dan berbasis keluarga.
Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya sebagai
fungsi essensial dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang
mengemban fokus sentral dalam keluarga agar keluarga
berfungsi dengan baik dan sehat. Namun pemenuhan fungsi
perawatan kesehatan untuk semua anggota keluarga dapat
menjadi sulit karena tantangan internal dan eksternal. Berbagai
masalah atau kesulitan dalam memebrikan perawatan keluarga
dapat berasal dari struktur keluarga dan sistem pelayanan
kesehatan. Anggota-anggota memerlukan kemampuan berupa
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan perawatan
terhadap suatu kondisi sakit. Selain itu, sistem pelayanan
kesehatan yang mudah diakses keluarga akan mendukung
keluarga memenuhi fungsi perawatan kesehatan. Keluarga perlu
mengenali sebagian besar kebutuhan untuk melakukan
perawatan kesehatan diri mereka namun juga membutuhkan
pelayanan profesional maupun pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, apotek serta asuransi kesehatan yang mendukung
fungsi keperawatan kesehatan keluarga. Selain itu, kendala
keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada seluruh
5
anggota keluarga antara lain adalah kurangnya akses ke
pelayanan kesehatan, kurang dana/pembiayaan, pendidikan,
tingkat pendapatan yang kurang sehingga kurang dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan tersedia.
1.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga merupakan tahapan kedua pengkajian
keluarga yang diperkenalkan oleh Maglaya (2009). Tugas kesehatan
keluarga menggambarkan kemampuan keluarga untuk mengenali
masalah-masalah kesehatan yang terjadi di antara anggota keluarga
dan memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Tugas
kesehatan keluarga terdiri dari lima tugas yaitu :
1.1.3.1 Mengenali masalah kesehatan pada anggota keluarga
Keluarga-keluarga Indonesia cenderung berupaya
menghilangkan gejala yang dirasakan bila mengalami sakit
dengan melakuan cara-cara tradisonal atau minum obat yang
dijual bebas. Upaya untuk memahami masalah kesehatan
belum dilakukan oleh banyak keluarga. Seringpula terjadi
anggapan ynag salah karena informasi yang diperoleh secara
turun temurun atau pengaruh dari aspek budaya, yang terjadi
kurang memperhatikan perubahan kondisi kesehatan diri.
Misal, banyak keluarga yang beranggapan jika balita diare
adalah pertanda anak akan mampu nelakukan sesuatu
ketrampilan pertumbuhan, seperti akan dapat bicara, akan
dapat berjalan dan lain-lain.Ketidakmampuan keluarga
mengenali masalah kesehatan dapat disebabkan oleh :
1. Kurang pengetahuan
2. Menyangkal tentang keberadaan atau keparahan penyakit
akibat rasa takut tentang konsekuensi dari diagnosis atau
masalah, misalnya :
a. Stigma social, kehilangan rasa hormat dari teman sebaya
b. Implikasi ekonomi, biaya
c. Konsekuensi fisik
d. Keadaan psikologi dan emosional
3. Perilaku atau filosofi hidup
1.1.3.2 Membuat keputusan yang berkaitan dengan upaya
pengobatan/perawatan
6
Keputusan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan seringkali terkendala karena keputusan keluarga
menunggu nasehat dari orangtua atau orang yang dituakan di
dalam keluarga besar.Ketidakmampuan keluarga membuat
keputusan dapat disebabkan oleh :
1. Keggalan mengenali sifat dan cakupan masalah
2. Rendahnya kepentingan masalah
3. Perasaan bingung dan pasrah akibat kegagalan
menyelesaikan masalah
4. Kurangnya pengetahuan
5. Ketidakmampuan memutuskan usaha dari pilihan
penyelesaian masalah
6. Konflik opini antar anggota keluarga tentang pilihan
penyelesaian masalah
7. Kurang pengetahuan tentang sumber layanan kesehatan di
komunitas
8. Ketakutan tentang konsekuensi usaha ynag diambil, misalnya
:
a. Social
b. Ekonomi
c. Fisik
d. Emosi dan psikologis
9. Perilaku negatif terhadap kondisi kesehatan atau masalah,
mengacu pada perilaku yang mengganggu rasional
pembuatan keputusan
10. Tidak mempunyai akses terhadap layanan kesehatan yang
sesuai, missal: terhambat secara fiik, terhambat secara
finasial
11. Kurangnya rasa percaya pada tenaga kesehatan
12. Pemahaman yang salah tentang usaha atau intervensi yang
akan diberikan
1.1.3.3 Melakukan upaya perawatan untuk menghilangkan
kondisi sakit pada anggota keluarga
Keluarga perlu mengenali berbagai kondisi yang dapat
menjadi penyebab gangguan kesehatan atau ancaman kesehatan
yaitu kondisi yang dapat menyebabkan munculnya penyakit,
7
kecelakaan atau kegagalan mengenali potensi kesehatan
seseorang, seperti contoh beikut :
1. Adanya faktor risiko terkait penyakit, missal: gaya hidup,
atau sindrom metabolik
2. Ancaman infeksi silang dari penyakit menular
3. Ukuran keluarga yang melebihi sumber daya yang mampu
disediakan
4. Kecelakaan atau bahaya api, misal:
a. Tangga rapuh
b. Objek/furniture berujung runcing, obat/racun tidak
disimpan dengan baik
c. Bahaya api
d. Bahaya jatuh
5. Kesalahan teknik pemberian makan atau kebiasaan makan
yang tidak sehat:
a. Asupan makanan tidak adekuat secara kualitas dan
kuantitas
b. Kelebihan asupan nutrien tertentu
c. Kebiasaan makan yang tidak sehat
d. Menyusui yang tidak efektif
e. Teknik pemberian makan yang salah
6. Faktor yang menimbulkan stress:
a. Hubungan pernikahan yang kaku
b. Hubungan orangtua anak yang kaku
c. Konflik interpersonal antar anggota keluarga
d. Pemberi layanan yang merasa terbebani
7. Sanitasi lingkungan yang buruk:
a. Ruangan rumah yang sempit
b. Kurangnya tempat penyimpanan makanan
c. Suplai air yang terpolusi
d. Terdapat tempat bersarang vector penyakit, seperti
nyamuk, kecoa, lalat, dan tikus
e. Kurangnya tempat daur ulang sampah
f. Tempat pembuangan yang kurang bersih
g. Sistem drainase yang buruk
h. Ventilasi dan penerangan yang buruk
i. Polusi suara
8
j. Polusi udara
Ketidakmampuan keluarga mengenali ancaman
kesehatan ini dapat menyebabkan keluarga belum dapat
melakukan pencegahan dan upaya perawatan.
9
4. Berfikiran positif & tidak mengulang-ulang isu &
pendapat sendiri
1.1.4.2 Struktur Peran
1.1.4.3 Struktur nilai dan norma
1.1.4.4 Struktur kekuatan dan nilai
1.1.5 Ciri Struktur Keluarga
1.1.5.1 Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana
masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan
fungsinya masing-masing sehingga tercapai tujuan keluarga.
1.1.5.2 Ada Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga
memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing
sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi
oleh tanggungjawab masing-masing anggota keluarga.
1.1.5.3 Ada Perbedaan dan Kekhususan
Peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga dan fungsi yang berbeda
dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah,
peran ibu yang merawat anak-anak.
1.1.6 Tipe Keluarga
1.1.6.1 Traditional Nuclear
Ayah + Ibu + Anak — serumah — ikatan pernikahan
(saksi legal).
1.1.6.2 Extended Family
Keluarga inti + Sanak saudara (nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi,dsb).
1.1.6.3 Reconstitued Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti, ada perkawinan
kembali, tinggal serumah dengan anak baik dari perkawinan
lama maupun baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
1.1.6.4 Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-
duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekola/perkawinan/ meniti karir.
10
1.1.6.5 Dyadic Nuclear
Suami + istri sudah berumur, tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.
11
1.1.7.5 Keluarga sehat bertanggungjawab dan menghargai tugas
anggota keluarga lainnya
1.1.7.6 Keluarga sehat memiliki selera bermain dan bercanda untuk
menghabiskan waktu luang mereka
1.1.7.7 Keluarga sehat memiliki kemampuan mengatasi stress dan
krisis yang merupakan hasil positif dari koping. Mereka tahu
kapan harus mencari bantuan dari ahlinya.
1.1.8 Peran Keluarga
1.1.9.1 Formal (Peran dasar sebagai suami-ayah dan istri-ibu)
1. Provider : Pengatur rumah tangga
2. Perawat anak
3. Sosialisasi anak
4. Rekreasi
5. Persaudaraan
6. Peran afektif dan seksual
1.1.9.2 Informal (Adaptif dan maladaptif)
1. Pendorong
2. Pengikat
3. Pencari pengakuan
4. Sahabat
5. Penghibur
12
2. Agama
3. Sandang
4. Pangan
5. Papan
6. Kesehatan
13
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali
sehari atau lebih.
14
Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan obat obatan yang diproduksi secara
modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi
yang berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).
15
ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan
yang dianut oleh masing masing keluarga/anggota
keluarga. Ibadah tersebut dapat sdilakukan sendiri-
sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah,
atau di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan
menurut ajaran masing masing agama/kepercayaan.
16
harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus
tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke
sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan
demikian anggota keluarga tersebut dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan
kedudukan masing masing di dalam keluarga.
17
1.1.11.3 Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau
indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental
needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
18
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah
keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota
keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang
bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong royong,
ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan
PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.
1.1.11.4 Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus)
atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21
indikator keluarga, yaitu:
19
kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya)
dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.
20
4. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
yang dianjurkan
21
harmonis berhubungan demean sanak saudara,
merencanakan sebuah keluarga.
1.1.13.2 Tahap II, Childbearing family (melahirkan anak
pertama hingga anak tertua berusia 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga adalah membentuk
keluarga muda sebagai suatu unit, memperbaiki hubungan
setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan
dan kebutuhan berbagai anggota keluarga, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, memperluas
hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran
menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
1.1.13.3 Tahap III, keluarga dengan anak prasekolah (anak
tertua berumur 2½ sampai 6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, menyosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga
dan di luar keluarga.
1.1.13.4 Tahap IV, keluarga dengan anak sekolah (anak tertua
usia 6 sampai 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah
menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang
sehat demean teman sebaya, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga.
1.1.13.5 Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua
umur 13 sampai 20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah
dewasa, memfokuskan kembali hubungan pernikahan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
1.1.13.6 Tahap VI, keluarga melepaskan anak dewasa muda
(terdiri dari anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
22
Tugas perkembangan keluarga adalah memperluas
lingkungan keluarga terhadap anak dewasa muda termasuk
memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui
dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu
orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
1.1.13.7 Tahap VII, orang tua paruh baya (semua anak
meninggalkan rumah sampai orang tua pensiun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan
kepuasan dan hubungan yang bermaknaantara orang tua
yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan.
1.1.13.8 Tahap VIII, keluarga lansia pensiunan (anggota keluarga
lansia atau pensiunan sampai kematian kedua pasangan)
Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
1.1.14 Keluarga Sebagai Klien
Keluarga sebagai klien yaitu melihat keluarga sebagai
keseluruhan individu yang terdapat didalam keluarga. Pendekatan ini
menggambarkan bahwa keluarga merupakan tampilan keluarga yang
terlihat dan individu-individu anggota keluarga menjadi latar belakang
keluarga. Fokus dari keluarga sebagai klien adalah bagaimana individu
anggota keluarga berdampak pada keluarga secara menyeluruh
(Stanhope dan Lancaster, 2012).
Cara pandang perawat dalam menerapkan pendekatan keluarga
sebagai klien memerlukan kemampuan perawat dalam merespons
ekspresi verbal dan non verbal seluruh anggota keluarga saat terdapat
anggota keluarga yang sakit. Rumusan diagnosis keperawatan yang
akan ditegakkan tidak lagi berfokus pada kebutuhan anggota keluarga
sebagai individu namun dampak masalah kesehatan pada salah satu
anggota keluarga pada seluruh anggota keluarga.
23
Suatu contoh pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga
yang didiagnosis Tuberkulosis Paru. Perawat yang menggunakan
pendekatan keluarga sebagai klien akan melakukan pengkajian pada
semua anggota keluarga terkait dengan perubahan yang terjadi pada
kesehatan mereka dan bagaimana keluarga merespons kebutuhan anggota
keluarga yang sakit Tuberkulosis Paru. Apakah semua anggota keluarga
memahami kondisi sakit yang dialami salah satu anggotanya? Bagaimana
pengetahuan keluarga tentang Tuberkulosis Paru dan upaya perawatan
dan penyembuhan Tuberkulosis Paru? Pengkajian perawat tidak lagi
berfokus pada kondisi kesehatan anggota keluarga yang sakit.
Contoh lain pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
di diagnosis diabetes melitus (DM). Perawat akan mengkaji perubahan
pada seluruh anggota keluarga terutama pada kebiasaan makan. Selain
itu perawat juga akan mengkaji pemahaman keluarga tentang DM,
Bagaimana memberikan Perawatan pada anggota keluarga yang DM
terutama dalam memberikan dukungan terhadap beberapa pembatasan
pada Klien DM seperti pengaturan makan.
24
ada anggota keluarga yang sakit. Pada kasus keluarga dengan
tuberkulosis paru, apabila yang sakit adalah kepala keluarga maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pendapatan keluarga terutama pada
keluarga-keluarga dengan pekerjaan tidak tetap. Hal ini mengakibatkan
banyak hal, seperti keluarga perlu lebih berhemat dalam belanja untuk
kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan lain. Perawat perlu menggali
respons anggota keluarga terhadap upaya penghematan yang harus
dilakukan sehingga dapat memperoleh masalah keperawatan yang
menggambarkan keluarga sebagai sistem. Contoh lain pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami stroke. Perawat akan
mengkaji perubahan pada seluruh anggota keluarga, Apakah semua
anggota keluarga terlibat dalam upaya perawatan untuk anggotanya yang
stroke? Adakah dampak stroke terhadap pola komunikasi, pola interaksi
Keluarga dan perubahan kebiasaan makan keluarga, selain itu perawat
juga akan mengkaji pemahaman keluarga tentang stroke, bagaimana
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang stroke terutama
dalam memberikan dukungan terhadap upaya perawatan stroke.
25
1.2.2 Membentuk Pernikahan Yang Memuaskan Bagi Kedua Belah
Pihak
Pada saat kedua orangtua menyatu dalam sebuah pernikahan,
perhatian pertama mereka adalah mempersiapkan tipe baru dalam
kehidupan bersama. Sumber dari dua orang yang digabungkan, peran
mereka berubah, dan mereka menanggung fungsi yang baru. Belajar
untuk hidup bersama sementara menyediakan kebutuhan dasar lain
dari masing-masing pribadi menjadi tugas perkembangan yang
sangat penting. Pasangan harus saling mengakomodasi dalam banyak
acara. Misalnya, mereka harus mengembangkan jadwal rutinitas
makan, tidur, bangun di pagi hari, membersihkan rumah, berbagi
kamar tidur, melakukan rekreasi, dan pergi ketempat mereka sukai.
Dalam proses akomodasi bersama ini, serangkaian pola transaksi
dibentuk dan dikemudian dipertahankan oleh pasangan, dengan
setiap pasangan memicu dan memantau perilaku pasangan lainnya.
26
menyebabkan pengharapan yang tidak realistic dan kekecewaan.
Selain itu, banyak pasangan membawa kebutuhan dan hasrat mereka
yang tidak terselesaikan ke dalam hubungan, dan ini dapat memberi
pengaruh buruk dalam hubungan seksual (Goldenberg&Goldenberg,
2000; Heinrich,1996).
27
sebelum pernikahan. Kurang informasi sering menyebabkan masalah
seksual dan emosional, ketakutan, perasaan bersalah, kehamilan yang
tidak direncanakan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun
sesudah pernikahan. Peristiwa yang tidak menguntungkan ini tidak
memungkinkan pasangan untuk merencanakan kehidupan mereka dan
memulai hubungan mereka dengan pondasi yang baik. Konsep
pernikahan tradisional menjadi tertantang oleh hubungan cinta, dan
hubungan pasangan heteroseksual dan homoseksual. Masyarakat yang
memasuki ikatan non pernikahan sering kali memerlukan konseling
dari petugas kesehatan yang dapat diminta untuk membantu pasangan
tersebut. Mungkin pada titik ini, perawat keluarga dapat terperangkap
di antara dua “keluarga”, yaitu keluarga orientasi dan pembentukan
ikatan. Dalam situasi tersebut, professional kesehatan keluarga tidak
perlu membuat penilaian berharga tetapi berusaha untuk membantu
setiap kelompok untuk memahami diri mereka sendiri dan oranglain.
28
Siswa junior
SMA tahun
SMA asma
pertama sehat
1 Hepatitis
B
2 Polio
3 BCG
4 DIP
29
5 Hib
6 PCV
7 Rotavirus
8 Influenza
9 Campak
10MMR
11Tifoid
12 Hepatitis A
13Varisela
14HVP
30
Suami + istri sudah berumur, tidak mempunyai
anak, keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.
6. Single Parent
Satu orang tua, akibat perceraian atau kematian
pasangan, anak-anak dapat tinggal dirumah atau
diluar rumah.
7. Dual Carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu tertentu.
9. Single Adult
Wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan
tidak ada keinginan menikah.
10. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
31
9. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional
atau modern?
10. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga lompleks territorial
keluarga (apakah porsi tersebut selalu didalam komunitas etnik)?
11. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan keluarga.
Apakah keluarga mengunjungi praktisi umum, terlibat
dalam praktik perawatan kesehatan tradisional, atau
memiliki kepercayaan tradisional dalam isu kesehatan?
32
1.3.2.3 Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang
unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam kehidupan
keluarga (gunakan genogram untuk mengumpulkan data ini).
1.3.2.4 Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orangtua (nenek-
kakek) dari orangtua mereka.
1.3.3 Data Lingkungan
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan
keluarga mulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam
rumah hingga komunitas yang lebih besar tempat keluarga tinggal.
1.3.3.1 Karakteristik Rumah
1.3.3.1.1 Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa,
kamar, dll). Apakah keluarga memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah?
1.3.3.1.2 Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah). Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis
ruang (ruang tamu, ruang tidur, dll). Penggunaan ruang-
ruang tersebut dan bagaimana ruang tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah
penerangan, ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial
atau panas matahari). Apakah lantai, tangga, pemagaran,
dan struktur lainnya dalam kondisi yang memadai?
1.3.3.1.3 Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi dan adekuasi
lemari es.
1.3.3.1.4 Di kamar mandi, amatai sanitasi, air, fasilitas toilet, ada
tidaknya sabun dan handuk? Apakah anggota keluarga
menggunakan handuk yang sama?
1.3.3.1.5 Kaji pengaturan tidur didalam rumah. Apakah
pengaturan tersebut memadai bagi para anggota
keluarga dengan pertimbangan usia mereka,
hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya?
1.3.3.1.6 Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil
(khususnya didalam) dan/atau masalah sanitasi yang
disebabkan adanya hewan peliharaan?
33
1.3.3.1.7 Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber
yang mungkin menyebabkan racun) yang mungkin
terpajan oleh anak yang masih kecil?
1.3.3.1.8 Identifikasi unit territorial keluarga. Apakah mereka
nyaman menggunakan sumber/pelayanan
dilingkungan mereka?
1.3.3.1.9 Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan
keluarga mengenai adekuasi privasi.
1.3.3.1.10 Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
1.3.3.1.11 Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
1.3.3.1.12 Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga
secara keseluruhan dengan pengaturan/penataan
rumah. Apakah keluarga menyadari keadekuatan
rumah terhadap kebutuhan ini?
1.3.4 Karakteristik Lingkungan Sekitar dan Komunitas Yang Lebih
Besar5
1.3.4.1 Apa karakteristik fisik dari lingkungan sekitar dan komunitas
yang lebih besar?
Tipe ligkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota). Tipe
tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan
industry kecil, agraris) di lingkungan.
1.3.4.2 Kondisi hunian dan jalan (terpelihara, rusak, tidak
terpelihara, sedang dalam perbaikan).
Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
Masalah yang berkaitan dengan kemacetan lalu lintas?
Adanya dan jenis industri di lingkungan.
Apakah ada masalah polusi udara, suara, atau air?
1.3.4.3 Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan komunitas?
Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni, pekerjaan dan
hobi keluarga
Kepadatan populasi.
Perubahaan demografi baru-baru ini
didalam komunitas/lingkungan.
1.3.4.4 Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada
dalam komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek, dll).
34
Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas
gawat darurat).
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan,
konseling, pekerjaan).
Pelayanan tempat cuci otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadah keluarga.
1.3.4.5 Bagaimana kemudahan akses sekolah dilingkungan dan
komunitas dan bagaimana kondisi sekolah tersebut? Apakah ada
masalah integrase yang memengaruhi keluarga?
1.3.5 Fasilitas rekreasi.
1.3.5.1 Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat
mengakses pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal
jarak, kesesuaian, dan waktu tempuh)?
1.3.5.2 Bagaimana insidens kejahatan dilingkungan dan komunitas?
Apakah hal ini merupakan masalah keamanan yang serius?
1.3.6 Mobilitas Geografis Keluarga 6
1.3.6.1 Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
1.3.6.2 Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarrga ini?
1.3.6.3 Dari mana keluarga tersebut berpindah atau bermigrasi?
1.3.7 Asosi Transaksi Keluarga dengan Komunitas 7
1.3.7.1 Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan
komunitas atau lembaga pelayanan apa yang dikenal
di komunitas?
1.3.7.2 Seberapa sering atau sejauh mana mereka
menggunakan pelayanan atau fasilitas ini?
1.3.7.3 Apa pola territorial dari keluarga-komunitas atau wilayah
yang sering dikunjungi?
1.3.7.4 Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang
relevan dengan kebutuhannya, seperti transportasi?
1.3.7.5 Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau
organisasi yang memberi bantuan kepada keluarga atau yang
berkaitan dengan keluarga?
1.3.7.6 Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?
1.3.8 Struktur Keluarga
1.3.8.1 pola komunikasi
1.3.8.1.1 Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan
dan/atau rangkaian hubungan dari keluarga, seberapa
35
sering komunikasi fungsional dan disfungsional
digunakan? buat dalam bentuk diagram atau berikan
contoh pola yang berulang. Seberapa tegas dan jelas
anggota keluarga mengutarakan kebutuhan dan
perasaan mereka?
1.3.8.1.2 Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi
dan kualifikasi dalam berinteraksi?
1.3.8.1.3 Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan
respons dengan baik terhadap umpan balik atau
biasanya mereka meghalangi umpan balik dan
eksplorasi terhadapa isu?
1.3.8.1.4 Seberapa baik anggota menjadi pendengar dan
mengikuti ketika berkomunikasi?
1.3.8.1.5 Apakah anggota keluarga mencari validasi orang lain?
1.3.8.1.6 Sejauh mana anggota keluarga menggunakan asumsi
dan pernyataan yang bersifat menghakimi saat
berinteraksi?
1.3.8.1.7 Apakah anggota berinteraksi dengan pesan dalam suatu
sikap yang bersifat menyerang?
1.3.8.1.8 Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
1.3.8.1.9 bagaimana pesan-pesan emosional (afektif)
disampaikan di dalam keluarga dan subsistem keluarga?
1.3.8.1.10 Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
1.3.8.1.11 Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam
subsistem keluarga? Apakah emosi yang disampaikan
bersifat negatif, positif, atau keduanya?
1.3.8.1.12 bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung dalam, jaringan komunikasi dan dalam
beberapa rangkaian hubungan?
1.3.8.1.13 Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan sikap
seperti apa?
1.3.8.1.14 Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan
pesan-pesan penting?
1.3.8.1.15 Apakah ada perantara?
1.3.8.1.16 Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia
perkembangan anggota?
36
1.3.8.1.17 apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota
keluarga sesuai dengan konteks dan isntruksi?
(termasuk observasi pesan nonverbal). Jika tidak, siapa
yang menunjukkan ketidaksesuaian dan pesan apa
yang tidak sesuai?
1.3.8.1.18 proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola
komunikasi?
1.3.8.1.19 apa saja isu-isu yang tertutup bagi diskusi, yang
merupakan isu penting bagi kesejahteraan dan
fungsi keluarga yang adekuat?
1.3.8.1.20 bagaimana faktor-faktor berikut memengaruhi pola
komunikasi keluarga:
a. Konteks/situasi
b. Tahap siklusi kehidupan keluarga
c. Latar belakang kebudayaan keluarga
d. Perbedaan gender didalam keluarga
e. Bentuk keluarga
f. Status sosialekonomi keluarga
g. Minibudaya keluarga yang unik
1.3.8.2 struktur kekuasaan
37
1.3.8.2.3 Teknik-teknik khusus apa yang digunakan untuk
membuat keputusan didalam keluarga dan sejauh
mana teknik-teknik ini digunakan (mis., konsensus:
akomodasi/tawar-menawar: kompromi/paksaan: de
factor)? Dengan kata lain, bagaimana cara keluarga
membuat keputusan?
1.3.8.2.4 Dasar-dasar kekuasaan. Berbagai dasar dan sumber
kekuasaan adalah kekuasaan/otoritas yang sah dan
variasi dari kekuasaan itu, kekuasaan “tak-
berdaya”; kekuasaan referen; kekuasaan ahli atau
sumber; kekuasaan penghargaan; kekuasaan
memaksa; kekuasaan informasional (langsung atau
tidak langsung); kekuasaan afektif; dan kekuasaan
manajemen ketegangan.
1.3.8.2.5 Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat
keputusan.
1.3.8.2.6 Mengenali keberadaan salah satu variabel berikut ini
akan membuat pengkaji menginterprentasi perilaku
keluarga yang memungkinkan kekuasaan keluarga
dapat dikaji.
1. Hierarki kekuatan keluarga
2. Tipe bentuk keluarga
3. Pembentukan koalisi
4. Perbedaan gender
5. Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
6. Faktor kebudayaan dan interpersonal
7. Kelas sosial
38
1.3.8.2.8 Kontinum kekuasaan keluarga: jika dominansi
ditemukan, siapa yang dominan?
1.3.8.2.9 untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan
pertanyaan yang terbuka dan luas sering kali
mengaburkan (tanyakan kedua pasangan dan anak-anak
jika mungkin), di bawah ini diberikan beberapa contoh.
1.3.8.2.10 Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat
keputusan tentang isu yang penting?
1.3.8.2.11 Siapa yang benar-benar ditugaskan dan mengapa
(mencari dasar-dasar kekuasaan)?
1.3.8.2.12 Siapa yang memenangkan argumen atau isu-isu
penting?
1.3.8.2.13 Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
1.3.8.2.14 Pendapat siapa yang digunakan jika orang tua/suami
tidak sepakat?
1.3.8.2.15 Apakah anggota keluarga puas dengan bagaimana
keputusan dibuat dan siapa yang membuat
keputusan tersebut (y.i.,struktur kekuasaan saat ini)?
Struktur peran
39
1.3.8.4.2 Apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi
sebagai peran samar atau informal?
1.3.8.4.3 Apakah ada peran informal yang disfungsional pada
keluarga dalam jangka waktu yang lama?
1.3.8.4.4 Apa pengaruh pada orang yang menjalakan peran
tersebut?
1.3.8.5 Analisa model peran (kapan masalah peran muncul)
1.3.8.5.1 Siapa yang menjadi model yang mempengaruhi
seorang anggota keluarga dalam kehidupan awalnya,
siapa yang memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang
pertumbuhan, pengalaman baru, peran, dan teknik
komunikasi?
1.3.8.5.2 Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model
peran bagi pasangan dalam peran mereka sebagai
orang tua, dan sebagai pasangan pernikahan, seperti
apakah mereka itu?
1.3.8.5.3 Jika peran informal disfungsional di dalam keluarga,
siapa yang menjalankan peran ini di dalam generasi
yang sebelumnya/
1.3.8.6 Variabel yang mempengaruhi struktur peran
1.3.8.6.1 Pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas
sosial memengaruhi struktur peran informal dan formal
di dalam keluarga?
1.3.8.6.2 Pengaruh kebudayaan: bagaimana struktur peran
keluarga dipengaruhi oleh latar belakang
keluarga agama dan etnik?
1.3.8.6.3 Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan:
apakah perilaku peran anggota keluarga saat ini
sesuai dengan tahap perkembangan?
1.3.8.6.4 Peristiwa situasional: perubahan dalam status kesehatan
anggota keluarga. Bagaimana masalah kesehatan
memengaruhi peran keluarga? Realokasi peran/tugas apa
yang telah dilakukan? Bagaimana anggota keluarga yang
telah menerima peran-peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran?
Bagaimana anggota keluarga dengan masalah
40
kesehatan bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya
peran?
1.3.8.7 Nilai keluarga
1.3.8.7.1 Penggunaan metode “perbandingan” dan
“membedakan” memberikan kesan (dengan nilai dari
perbudayaan yang dominan dan kelompok rujukan
keluarga-kelompok etnik yang diidentifikasi mereka-
atau keduanya).
1.3.8.7.2 Produktivitas/pencapaian individu
1.3.8.7.3 Individualisme
1.3.8.7.4 Materialisme/etika konsumsi
1.3.8.7.5 Etika kerja
1.3.8.7.6 Pendidikan
1.3.8.7.7 Persamaan kemajuan dan penguasaan lingkungan
1.3.8.7.8 Orientasi masa depan
1.3.8.7.9 Kemajuan dan penguasaan lingkungan
1.3.8.7.10 Orientasi masa depan
1.3.8.7.11 Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
1.3.8.7.12 Rasionalitas
1.3.8.7.13 Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
1.3.8.8 Perbedaan dalam, sistem nilai
1.3.8.8.1 Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan
kelompok rujukan keluarga dan/atau sistem yang
berinteraksi seperti sistem pendidikan dan
perawatan/pelayanan kesehatan serta komunikasi yang
lebih luas?
1.3.8.8.2 Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai
masing-masing anggota keluarga?
1.3.8.9 Nilai keluarga
1.3.8.9.1 Seberapa penting nilai-nilai yang diidentifikasi di dalam
keluarga? (Urutkan dari nilai keluarga yang paling
penting).
1.3.8.9.2 Nilai apa yang dianut secara disadari atau tidak
disadari?
1.3.8.9.3 Apakah terdapat bukti konflik nilai didalam keluarga?
1.3.8.9.4 Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan
derajat akulturasi, perbedaan generasi, letak geografis
41
(rural, urtan, suburban) keluarga memengaruhi nilai-
nilai keluarga?
1.3.8.9.5 Bagaimana nilai-nilai keluarga memengaruhi status
kesehatan keluarga?
1.3.9 Fungsi Keluarga
1.3.9.1 Fungsi Afektif
Saling asuh, keakraban, dan identifikasi
42
menanggapi isyarat yang berkaitan dengan
kebutuhan dan perasaan anggota lain?
43
1.3.9.2.5 Keyakinan budaya apa yang memengaruhi pola
keluarga dalam membesarkan anak?
1.3.9.2.6 Bagaimana faktor sosial memengaruhi pola asuhan
anak?
1.3.9.2.7 Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah
membesarkan anak? Jika demikian, faktor apa yang
menyebabkan keluarga berisiko?
1.3.9.2.8 Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak
untuk bermain anak-anak (sesuai dengan tahap
perkembangan anak)? Apakah peralatan permainan
yang ada sesuai dengan usia anak?
1.3.10 Fungsi perawatan kesehatan
1.3.10.1 Keyakinan, nilai, dan perilaku kesehatan:
Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?
44
1.3.10.1.2 Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit
yang dirasa:
Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatannya saat ini?
45
Apakah jam tidur ditetapkan secara teratur?
46
Apakah anggota keluarga mengonsumsi obat
sebagai penenang?
47
Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga
mengenai perawatan di rumah?
48
Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota
keluarga dari hubungan pernikahan (kakek/nenek, orang
tua, bibi, paman, sepupu, saudara, dan generasi) selama
tiga generasi?
49
Apa lembaga atau dokter yang memberikan
layanan perawat memiliki pelayanan darurat?
50
Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum,
masalah apa yang timbul dalam hal jam pelayanan dan
lamanya perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan?
Fleksibilitas peran
51
Normalisasi
Penggunaan ancaman
Mitos keluarga
Orang ketiga
Pseudomutualitas
Otoriterianisme
Perpecahan keluarga
52
Penyalahgunaan alkohol dan/atau obat-obatan
Pengabaian anak
Adaptasi keluarga
53
Data yang dikumpulkan adalah berupa jumlah anak,
apakah mengikuti program keluarga berencana atau tidak,
apakah mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.
54
1.3.12. Tabel Tingkat Kemandirian Keluarga (IPKKI, 2017)
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat 1 √ √
Tingkat 2 √ √ √ √ √
Tingkat 3 √ √ √ √ √ √
Tingkat 4 √ √ √ √ √ √ √
1.3.13. Tabel Indikat Indikator Keluarga Sejahtera (BKKBN, 2011)
3
1.3.14. FS 1 (Family Systems Stressor-Strength Invention) Menurut
(Stanhope, 2010)
PETUNJUK PEMBERIAN
56
menimbulkan stres yang terjadi dalam keluarga dan kekuatan-kekuatan yang
digunakan keluarga untuk mempertahankan fungsi keluarga yang sehat.
Setiap anggota keluarga dimintai mengisi instrumen pada fprmat individu
sebelum diwawancarai oleh klinisi. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
dibacakan untuk anggota keluarga yang tidak dapat membaca.
Klinisi mencatat nilai anggota keluarga masing-masing dan nilai persepsi klinis
pada Ringkasan Kuantitatif. Kode warna yang berbeda digunakan untuk setiap
anggota keluarga. Klinis juga melengkapi Ringkasan Kualitatif, menyintesis
informasi yang diperoleh dari semua partisipan. Klinisi dapat menggunakan Rencana
Asuhan Keluarga untuk memprioritaskan diagnosis, menetapkan tujuan, membuat
aktivitas pencegahan/intervensi, dan mengevaluasi hasil.
Sumber rujukan..................................................................................
Pewawancara.....................................................................................
1
.
2
.
3
.
57
4
.
5
.
6
.
................................................................................................................................
....
58
perasaan tidak menarik..... 2 5
5. Perfeksionisme..... 0 1 3 4
2 5
6. Berdiet.. 0 1 3 4
2 5
7. Sehat/sakit... 0 1 3 4
2 5
9. Standar pemeliharaan 0 1 3 4
rumah... 2 5
12. Perilaku 0 1 3 4
anak/disiplin/pertengkaran 2 5
dengan saudara kandung...
13. Televisi.... 0 1 3 4
2 5
16. Perpindahan.... 0 1 3 4
2 5
59
seks)..
18. Liburan... 0 1 3 4
2 5
25. Tetangga..... 0 1 3 4
2 5
Stresor tambahan
Komentar tambahan
60
Situasi/ masalah atau area masalah spesifik yang menimbulkan stres pada saat
ini
adalah.......................................................................................................................
Komentar keluarga
Komentar keluarga
Komentar klinis
Komentar klinis
Apakah keluarga Anda pernah mengalami masalah yang sama dimasa lalu?
61
1. YA : Jika YA, lanjutkan ke pertanyaan 4
2. TIDAK : Jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan ke pertanyaan 5
Komentar keluarga
Komentar klinis
Komentar keluarga
Komentar klinis
Komentar keluarga
62
Komentar klinis
Komentar keluarga
Komentar klinis
Komentar keluarga
Komentar klinis
b.................................... 1 3 4
c.................................... 2 3 5
d.................................... 1 2 3 4
5
e..................................... 1 2
3
4
1 2
63
1 2 3 5
4
5
4
Komentar keluarga
Komentar klinis
a...........................
b........................... 1 3 4
c............................ 2 3 5
d........................... 1 2 3 4
1 2 5
e............................
3
1 4
2 3 5
1 4
2 5
4
64
keseluruhan?
Komentar keluarga
Komentar klinis
1. Berkomunikasi dan 0 1 3 4
saling mendengarkan satu 2 5
sama lain......
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
3. Mengajarkan sikap 0 1 3 4
menghargai orang lain... 2 5
65
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
4. Membangun rasa 0 1 3 4
percaya dalam anggota 2 5
keluarga...
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
6. Menunjukkan rasa 0 1 3 4
pembagi tanggungjawab... 2 5
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
8. Memiliki rasa 0 1 3 4
kekeluargaan penuh dengan 2 5
ritual dan tradisi yang kuat...
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
66
keluarga..
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
13. Mengembangkan 0 1 3 4
waktu dan percakapan 2 5
keluarga..
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
67
15. Mengakui dan meminta 0 1 3 4
bantuan untuk mengatasi 2 5
masalah
Komentara Keluarga
Komentar Klinisi
Komentar Keluarga
Komentar Klinisi
Tambahan kekuatan
keluarga
Nilai persepsi keluarga dan dan klinisi yang dapat dihitung ada dalam bentuk
grafik pada Ringkasan Kuantitatif. Setiap anggota keluarga memiliki kode warna
sendiri. Komentar keluarga dan klinisi dicatat dalam Ringkasan Kualitatif. Nilai
Ringkasan Kuantitatif, jika ditulis dalam bentuk grafik, menunjukkan tingkat
68
untuk dilakukan nya tindakan pencegahan/intervensi: Primer, Sekunder,
dan Tersier. Informasi ringkasan kualitatif, jika disintesis, berperan pada
pengembangan dan pelaksanaan Rencana Asuhan Keperawatan.
1.3.15. Diagnosa
N Perhatian kesehatan Diagnosa
o
melahirkan
Batasan karakteristik:
Batasan karakteristik:
1) Rasa bersalah
69
3 Pengawasan dan pendidikan Domain 7. Hubungan Peran
. bayi (juga interaksi keluarga- Kelas 2. Hubungan keluarga
orangtua dan pernikahan)
00159. Kesiapan meningkatkan proses keluarga
Batasan karakteristik:
70
at n diri
Resiko kettidakmampuan
Kelas 2: menjadi orang tua
Hubugan 00057
perlekaatan
00058 Difungsi proses keluarga
hubungan
00223 Resiko ketidak efektifan
00207 hubungan
Konflik peran orang tua
Ketidakefektifan performa
71
00229 peran
Hambatan interaksi sosial
00064
00055
00052
koping keluarga
Ketidakefektifan
Hambatan penyesuaian
00210 Resiko hambatan
penyesuaian
00211 Kesiapan meningkatkan
penyesuaian
00212
perkembang
72
an 00112 perkembangan
100277 asuhan
87 Gangguan kempuan untuk
melakukan perawatan
100296 Resiko stress pada pemberi
21 asuhan
Resiko gangguan
70
100384
11
73
44 Resiko gangguan koping
100323 keluarga
64
100009 kesehatan
86
74
,mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. tahapan
penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut.
1. Sifat masalah 1
Skala: Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
Sebagian 1
Tidak dapat 0
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala: Segera 2
Tidak perlu 1
75
Tidak dirasakan 0
Cara skoring :
bobot. Skor
x Bobot
Angka tertinggi
1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan
pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan
biasnya didasari dan sirasakan oleh keluarga.
2) Kriteria kedua, yaitu untuk memungkinkan masalah dapat diubah perawat
perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
d) sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.
76
3) Kriteria ketiga, yaitu potensi maslah dapat divegah. faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Kepelikan masalah dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit suatu
masalah
b) Lamanya maslah, yang berhubungan dengan penyakit atau maslah
c) tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
d) adanya kelompok high risk atau kelompok untuk mencegah masalah.
77
Level 1 Domain : IV Level 1 Domain 5
Hasil : Intervensi :
78
pertumbuhan bayi a. Diskusikan faktor-faktor yang
Indikator : berhubungan dengan
ketidaksuburan (misalnya usia ibu
a. Mengetahui intake makanan
>35 dan penyakit menular seksual)
lewat mulut
b. Lakukan pemeriksaan panggul
b. Mengetahui intake nutrisi
yang sesuai
c. Mengetahui intake vitamin
c. Informasikan pasien mengenai bahaya
d. Mengetahui intake zat besi
lingkungan dan bahaya ditempat kerja
e. Mengetahui pertumbuhan
bagi kesuburan (misalnya radiasi,
bahan-bahan kimia, stres, infeksi, faktor
lingkungan lainnya dan rotasi sift)
d. Bantu pasien dalam menerima
dukungan okupasional untuk perawatan
kesuburan
79
c. Strategi untuk menyesuaikan diri
dengan adanya bayi
d. Strategi mencegah infeksi
e. Bahaya lingkungan
80
5. Keluarga mampu memanfaatkan 5. Keluarga mampu memanfaatkan
masalah kesehatan masalah kesehatan
Level 1 Domain :2 II Level 1 Domain 5
81
1.3.20. Implementasi Keluarga
82
mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks keluarga,
membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan.
83
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
3. Komposisi keluarga :
84
b. Genogram
T N
y.
n.
R
85
berwarna hitam,rambut berwarna hitam, rambut lurus,
sedikit bergelombang, tidak tidak ada ketombe/kutu, tidak
ada kotembe/kutu, tidak ada ada luka
luka P : tidak terdapat
benjolan/massa
P : Tidak terdapat
benjolan/massa
ada edema
86
nyeri tekan
7 Leher I : trakea simetris, tidak ada I : trakea simetris, tidak ada
pembesaran vena jugularis pembesaran vena jugularis
P : tidak terdapat P : tidak terdapat
pembesaran thyroid, teraba pembesaran thyroid, teraba
nadi karotis nadi karotis
5 Hib
88
7 Rotavirus 6-14 minggu
9 Campak 18 bulan
10 MMR 15 bulan
11 Thypoid 3 tahun
89
14 HPV 10-18 tahun -
17 TT 10 feb 2019 -
90
a. Keluarga Tn. R memiliki ekonomi yang cukup, selain itu memiliki
peliharaan love bird, dan perternakan hewan bebek. Penghasilan yang cukup
sejauh ini bagi keluarga bisa memenuhi kebutuhan sehari — harinya.
b. Untuk memenuhi kebutuhan, dalam keluarga Tn. R yang mencari nafkah
adalah Tn. R
c. Sejauh ini keluarga tidak pernah menerima bantuan ataupun dana pengganti
dari desa.
d. Pendapatan yang didapat oleh Tn. R untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sejauh ini terpenuhi. Mereka pandai dalam menyisihkan uang untuk hal
keperluan lain.
8. Mobilitas kelas sosial
a. Tuan R sering menghabiskaan waktu luang dengan membantu merawat
burung bersama kakak iparnya,Ny.N menghabiskan waktu luang nya
menonton televisi, mengobrol bersama tetangga. Ny. N juga mengikuti
kegiatan IPPNU selama 1 minggu sekali, dan juga pengajian mingguan.
b. Ny. N selalu berkomunikasi dengan Tn. R walau sama-sama saling sibuknya
9. Keluarga Sejahtera
Tabel 2.5 Indikator Keluarga Sejahtera Keluarga Tn. R
No Indikator Mampu Belum
Mampu
Keluarga Sejahtera 1
1 Pada umumnya anggota keluarga
makan dua kali sehari atau lebih *)
b) Lantai
c) Dinding
91
5 Bila pasangan usia subur ingin ber -
KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 2
92
Keluarga Sejahtera 3
Keluarga Sejahtera 3+
93
3 Keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
94
1. Karakteristik rumah
a. Rumah yang ditempati keluarga adalah rumah mereka sendiri.
b. Denah rumah
Lebar 7 M
Halaman
rumah
n r keluarga
j a Ruang tamu
a s
n Kamar tidur 23x3
g
s Ruang
1 a Kamar tidur 33x3 makan
4
m
M p Dapur Musholla
i h 2x2
n Kamar mandi
Teras belakang
95
e. Kamar tidur cukup dengan berisi kan ranjang dan kasur, lemari
pakaian, dan meja rias dan menggunakan kipas angin.
f. Tidak terdapat serangga maupun sarang laba — laba dalam
ruang keluarga, tamu, kamar. Sedikit sarang laba — laba di
ruang dapur. Keluarga memelihara hewan peliharaan.
g. Terdapat tanda cat mengelupas di dalam dapur. Ruangan lain
hanya dilapisi cat saja.
h. Privasi tiap anggota keluarga cukup. Anggota keluarga memiliki
kamar masing masing. Tn. R dan Ny. N tidur satu kamar.
i. Rumah Tn. R dilindungi oleh gerbang dengan tinggi sekitar 2m.
Namun, untuk jarak antar bangunan satu dengan yang lain sangat
dekat. Sehingga memungkinkan menyebar jika terjadi kebakaran.
j. Keluarga tidak memisahkan sampah organic dan anorganik.
Seluruhnya dijadikan satu dalam satu tempat sampah dalam
rumah yang kemudian dikumpulkan diluar rumah dan diambil
oleh petugas pengumpul sampah yang sudah terjadwal.
2. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar
a. Tipe lingkungan pada keluarga Tn. R adalah desa dengan
fasilitas puskesmas, sekolah PAUD, hingga kantor polisi.
1) Tipe tempat tinggal keluarga Tn. R adalah perkampungan
dengan kondisi lingkungan jalan raya terpelihara.
2) Pengumpulan sampah keluarga menggunakan jasa
pengambilan sampah terjadwal. Jarak kurang lebih 500m
terdapat pabrik beton.
3) Industri pabrik menyebabkan polusi udara dan air efek dari
limbah pabrik.
b. Karakteristik demografi
1) Tn. R memiliki hobi merawat burung love bird dan
menernaknya.
2) Populasi dilingkungan rumah Tn. R sangat banyak debunya
dikarenakan dekat dengan jalan raya.
c. Pelayanan komunitas yang ada di lingkungan rumah Tn.R
terdapat :
1) Pasar berjarak 550 M, masjid yang bisa ditempuh hanya
dengan jalan kaki.
2) Puskesmas berjarak 5,5 km dari rumah.Banyak sekolah di
lingkungan tempat tinggal Tn. R sehingga mudah untuk dituju.
96
3) Kantor Polisi yang berjarak 2,5 km.
4) Disekitar rumah Tn. R banyak terdapat ruko-ruko dan warkop.
5) Sudah terdapat masjid dan musholla kecil untuk beribadah
keluarga.
d. Banyak sekolah di lingkungan tempat tinggal Tn. R sehingga
mudah untuk dituju. Dan keluarga bisa menjangkau
menggunakan sepeda motor.
e. Fasilitas rekreasi tidak banyak disekitar lingkungan tempat
tinggal Tn. R. Paling dekat berjarak kurang lebih 2 km.
f. Transportasi umum jarang ditemui, karena sudah jarang ada
metro mini melewati daerah rumah Tn. R. Transportasi umum
taxi yang bisa memasuki wilayah ini. Jarak untuk
mendapatkan metro mini lumayan jauh. Waktu tempuh
berkisar 5 menit untuk menuju pangkalan metro mini.
g. Insiden kejahatan seperti pencurian dan pembunuhan jarang
terjadi di lingkungan Tn.R
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Keluarga tinggal sejak 2019 sampai saat ini (2 Bulan).
b. Keluarga tidak pernah berimigrasi kemanapun. Hanya ketika
lebaran mereka akan pulang ke Pasuruan dan Lampung.
c. Ny. N berasal dari Sidoarjo, dan menikah dengan Tn. R yang
berasal dari Sidoarjo. Menetap di Sidoarjo untuk ikut dan
menetap dengan suaminya.
4. Asosiasi transaksi keluarga dan komunitas
a. Anggota keluarga yang sering menggunakan pelayanan
komunitas adalah suami dan istri.
b. Keluarga sering menggunakan pelayanan komunitas seperti
check up kesehatan.
c. Keluarga menyadari pelayanan komunitas
d. Perasaan keluarga bersyukur namun, sayangnya jarang
mendapati kelompok atau organisasi berkunjung. Hanya pihak
puskesmas namun tidak setiap minggu.
2.2.4 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Tidak ada anggota keluarga yang berinteraksi dengan sikap
yang bersifat menyerang atau saling menghakimi.
2. Struktur Kekuasaan
97
Dalam keluarga ini, Tn. R lebih berkuasa dalam mengambil
keputusan atas apa yang sudah didiskusikan. Anggota keluarga
yang sering menganggarkan dan memutuskan bagaimana uang
akan digunakan adalah Ny. N. Dalam waktu luang anggota
keluarga yang sering memutuskan hendak kemana adalah Ny. N.
Namun dalam hal berkunjung ke kerabat Ny. N juga terkadang
memutuskan hal tersebut. Tn. R akan mendengarkan pendapat
sang istri dan memutuskan hasil akhirnya. Dalam keluarga ini, Tn.
R memiliki sifat disiplin. Sehingga dapat diketahui Tn. R sering
sang istri untuk bersikap disiplin. Keluarga sering menggunakan
diskusi untuk membuat keputusan.
3. Struktur Peran
Pencari nafkah pada keluarga ini, adalah Tn. R, Ny. N sebagai ibu
rumah tangga serta mahasiswa. Ketika Tn. R pergi bekerja, maka Ny.
N menyiapkan untuk berangkat untuk kuliah. Pergaulan sosial dari
anak — anak maupun orang tua dapat memengaruhi peran informal
dalam keluarga. Peran keluarga juga bisa dipengaruhi oleh latar
belakang, agama, dan etnik. Keluarga menganut agama Islam dimana
mereka harus menjauhi larangan yang sudah dituliskan.
4. Nilai Keluarga
Nilai yang dianut oleh keluarga adalah saling menghormati
kepada yang lebih tua, mencium tangan orang tua ketika anaknya
akan pergi keluar.
2.2.5 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Orang tua menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan pada setiap
anggota keluarga, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan,
perhatian, kasih sayang, bermain untuk anaknya dan pasangannya.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. Ne jarang keluar rumah dikarenakan kesibukannya dan Ny. N
tidak banyak tahu tetangganya yang lebih tahu yaitu Tn. R yang
lebih akarab dengan tetanggahnya ketimbang Ny. N
3. Fungsi perawat kesehatan
Jika keluarga sakit maka keluarga akan pergi ke rumah sakit.
Pelayananan komunitas yang tersedia di lingkungan Tn. R adalah
Rumah Sakit,Puskesmas dan klinik kecil yang berjarak sekitar 3 km
dari rumahnya yang juga melayani jaminan kesehatan seperti BPJS,
98
Jamsostek,Askes dimana anggota keluarga menggunakan layanan
tersebut. Keluarga tidak terlalu suka mengonsumsi jamu. Usaha
pencegahan yang dilakukan keluarga agar tidak sakit adalah pantang
dengan makanan yang dilarang. Zaman sudah berkembang, maka
untuk mengetahui kondisi danmelaporkan gejala yang dialami
keluarga adalah dengan mencari informasi di internet. Keluarga
mengenali tanda dan gejala penyakit yang di derita. Ny. N memiliki
penyakit lambung, dan saat makan satu suapan Ny. N merasa mual
ingin muntah. Riwayat keluarga tidak memiliki penyakit menurun
seperti hipertensi, tbc dan diabetes. Dalam mengontrol makanan apa
yang akan dikonsumsi Ny. N berperan dalam hal ini, dan keluarga
tidak pernah melakukan diet kecuali dengan anjuran dokter untuk
mencegah kambuhnya penyakit. Dan makanan disajikan dalam wadah
piring diatas meja kecil. Keluarga makan bersama di ruangan keluarga
sebagai salah satu tempat untuk berkumpul dan berkomunikasi masing
— masing.
Keluarga Tn. R tidur kurang lebih 8 jam, dengan rutinitas tidur
siang. Tidak ada anggota keluarga yang memutuskan untuk
memaksa tidur. Anggota keluarga tidur dengan layak diatas spring
bed disetiap kamarnya.
Aktivitas fisik yang dilakukan keluarga saat dirumah yakni
membersihkan rumah bagi Ny. N bagi Tn. R selalu memandikan
burung love birdnya. Terkadang mereka juga rekreasi di tempat
wisata yang sedang tren dikunjungi wisatawan.
Tn. R mengonsumsi tembakau (merokok) saat sedang bekerja dan
Ny. N tidak mempermasalahkan itu, karena sudah jadi kebiasaan Tn.
R. Anggota keluarga tidak pernah mengonsumsi obat penenang.
Keluarga tidak selalu mengonsumsi obat yang dijual bebas atau obat
yang diresepkan (tidak ketergantungan obat). Keluarga menyimpan
obat dengan baik didalam kotak obat.Jika tidak sempat ke rumah sakit
Ny. N mengonsumsi obat yang dijual di Apotik.
Status imunisasi anggota keluarga lengkap. Keluarga mandi dengan
air PDAM, dan untuk dikonsumsi tubuh keluarga menggunakan air isi
ulang galon. Keluarga memiliki kebiasaan menggosok gigi setelah
makan dan berkumur dengan obat hygiene mulut.
4. Fungsi Ekonomi
99
Tn. R sebagai pencari nafkah,Ny.N sebagai ibu rumah tangga dan
mengatur keuangan keluarga sekaligus berkuliah. Dengan penghasilan
yang memumpuni Ny. N mengatur segala pengeluaran, keperluan apa
saja yang dibutuhkan dan keperluan mendadak yang akan datang.
5. Fungsi Reproduksi
Ny. N ingin menunda kehamilan dikarenakan ingin fokus pada
study yang sedang ditempuh.
2.2.2 Diagnosa
Tabel 2.7 Diagnosa Keperawatan Keluarga Tn. R
No Analisa Data Masalah
2 DS : Domain 8 : Seksualitas
Kelas 3 : Resiko Ketidakefektifan
Ny. N mengatakan bahwa belum
berkeinginan hamil, tetapi Ny. N Proses Kehamilan —Melahirkan
100
3 DS: Domain : 2 (Nutrisi)
1. Ny. N memiliki Kelas : 1 Ketidakseimbangan nutrisi:
penyakit lambung. Kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Ny. N mengatakan
bahwa jika dia makan, dia Kode 00002 : Ketidakseimbangan
akan mual nutrisi: Kurang dari kebutuhan
DO: tubuh.yang berhubungan dengan
asupan diet kurang yang ditandai
1. Ny. N terlihat tidak nafsu makan
saat makan. dengan ketidakmampuan Ny.N
5 DS: Domain 10 :
1. Ny. N mengatakan bahwa dia Prinsip Hidup
mampu memberi perawatan Kelas 3 :
101
kesehatan sesuai dengan fasilitas Kesiapan meningkatkan
yang tersedia. pengambilan keputusan emansipasi
2.2.3 Intervensi
2 2 masih mempelajari
2 1 tentang bagaimana
102
Kemungkinan masalah 0 2 proses kehamilan
dapat diubah tetapi Ny. N belum
Skala: siap untuk hamil
Mudah
Sebagian 1 Ny. N sedikit
3 mengetahui
3 Tidak dapat 2 bagaimana cara untuk
1 mempersiapkan
kehamilan
Potensi masalah untuk 1
dicegah
Skala:
Tinggi Tidak, dikarenakan
½ Ny. N sudah
4
mempersiapkan diri
Cukup
2 untuk kehamilan nya
Rendah 1 1
0
Menonjolnya masalah
Skala:
Segera
Tidak perlu
Tidak dirasakan
4 1/2
103
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah Ny. N sudah
Skala: menjalankan
Mudah 2 beberapa tips untuk
1 2 1 beradaptasi dengan
Sebagian
0 keluarga suaminya
Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk Cukup, dengan cara
berkonsultasi dengan
dicegah
3 suaminya untuk
Skala: Tinggi
2 1 1/3 mengetahui kebiasaan
Cukup 1 keluarga suaminya
Rendah
4 Setelah mengetahui
Tidak
dirasakan
3 1/3
104
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah Sebagian, karena
3 2/3
105
dapat diubah tetapi akan lebih baik
Skala: jika menggunakan
saran dokter
Mudah 2 2
Sebagian
1
Tidak dapat
0 1
Tinggi, dengan
3 Potensi masalah meminum obat dan
makan tidak telat
untuk dicegah
Skala: Tinggi
Cukup 3
Rendah
2 2
1 Tidak perlu, karena
2/3
4 Menonjolnya dapat diatasi dengan
obat maka tidak akan
masalah menimbulkan gejala
Skala: lain
Segera
Tidak perlu
Tidak 2
dirasakan 1 0
0
0
2 2/3
106
Potensial 2 terjadinya proses
1 penyakit di
1 keluarganya
2 Kemungkinan masalah
2 2/3
107
2 Disfungsi Proses Keluarga yang ditandai dengan
perubahan pada fungsi dan peran khususnya Ny. N
108
2.2.5. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Tabel 2.9 Intervensi Keluarga Tn. R khususnya Ny. N
109
sebelum melahirkan dari skala 2 d. Diskusikan kebutuhan nutrisi dan
(pengetahuan terbatas) menjadi skala 4 kekhawatiran(yang dirasakan) (misalnya,
(pengetahuan banyak) diet seimbang, asam folat, keamanan
c. 181029 Pola pergerakan janin dari skala 2 pangana, dan suplemen)
(pengetahuan terbatas) menjadi skala 4 e. Instruksikan pasien untuk dapat dilakukan
(pengetahuan banyak) pengujian laborataorium secara rutin
d. 181011 Pola penambahan berat badan yang selama kehamilan (misalnya, urinalisis,
sehat dari skala 2 (pengetahuan terbatas) kadar hemoglobin, USG, diabetes,
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) gestasionall, dan HIV)
110
prenatal dari skala 2 (jarang menunjukkan) terdekat mengenai lama tindakan akan
menjadi 4 (sering menunjukkan) berlangsung
c. 160707 mendatangi kelas pendidikan c. Informasikan pada pasien atau orang
melahirkan anak dari skala 2 (jarang terdekat mengenai siapa saja yang akan
menunjukkan) menjadi 4 (sering melakukan tindakan
menunjukkan) d. Jelaskan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
e. Berikan kesempatan bagi pasien untuk
bertanya ataupun mendiskusikan
perasaannya.
111
(kadang-kadang menujukkan) kemungkinan mendapatkan hasil akhir
b. 190804 Melakukan pemeriksaan mandiri yang sehat (misalnya, hidrasi, diet,
sesuai waktu yang telah dianjurkan dari modifikasi aktivitas, pentingnya
skala 1(tidak pernah menunjukkan) melakukan pemeriksaan kehamilan
menjadi skala 4(sering menunjukkan) yang rutin, pengontrolan glukosa darah,
c. 190813 Memonitor perubahan status dan pencegahan aktivitas seksual yang
kesehatan dari skala 3(kadang-kadang aman termasuk tidak melakukan
menujukkan) menjadi skala 4(sering hubungan seksual
menunjukkan) c. Ajarkan cara menghitung gerakan janin
d. Dorong partisipasi awal dalam kelas
perinatal atau berikan pendidikan tentang
kelahiran anak pada saat pasien dalam
kondisi istirahat
e. Lakukan rujukan pada agensi perawatan
dirumah (misalnya, pelayanan perawatan
khusus perinatal, managemen khasus
perinatal, dan perawatan komunitas)
f. Monitor ketat status fisik dan psikologis
selama kehamilan
112
rumah yang kondusif rumah yang kondusif
Domain V : Kondisi kesehatan yang Domain 4 : Keamanan
dirasakan Kelas V : Manajemen Risiko
Kelas U : Kualitas Kesehatan dan Intervensi : 6480 Manajemen Lingkungan
Kehidupan a. Sediakan tempat tidur dan lingkungan
Kriteria hasil : 2009 Status kenyamanan : yang bersih dan nyaman
Lingkungan b. Singkirkan bahan-bahan yang digunakan
Outcome : selama penggantiann pakaian dan
a. 200903 Lingkungan yang kondusif untuk eliminasi, serta bau apapun yang tersisa,
tidur dari skala 4 ( sedikit terganggu) sebelum kunjungan dan waktu makan.
menjadi 5 (tidak terganggu) c. Kendalikan atau cegah kebisingan yang
b. 200906 Kebersihan lingkungan dari skala 4 tidak diinginkan atau berlebihan, bila
( sedikit terganggu) menjadi 5 (tidak memungkinkan
terganggu)
c. 200916 Kontrol terhadap suara dari skala 4 (
sedikit terganggu) menjadi 5 (tidak
terganggu)
d. 200917 Mengontrol bau-bau an 4 ( sedikit
terganggu) menjadi 5 (tidak terganggu)
113
Domain IV : Pengetahuan tentang Domain 1 : Fisiologis Dasar
Kesehatan dan perilaku Kelas F : Fasilitasi Perawatan Diri
Kelas FF : Manajemen Kesehatan Intervensi :1800 Bantuan Perawatan Diri
Kriteria Hasil: 3100 Manajemen Diri : a. Monitor kemampuan diri secara mandiri
Penyakit Akut b. Bantu pasien menerima kebutuha pasien
Outcome : terkait dengan kondisi ketergantungan
a. 310020 Menghindari kebiasaan yang c. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
dapat memicu sakit dari skala 4 (sering
menunjukkan) menjadi skaka 5 (secara
konsistes menunjukkan)
b. 310028 Menggunakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dari skala 4 (sering
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsistes menunjukkan)
c. 310029 menjadwalkan perjanjian dengan
profesional kesehatan sesuai kebutuhan
konsisten dari skala 3 (kadang-kadang
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsistes menunjukkan)
114
2.2.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
14 mei
2019
Resiko TUK 1 : Keluarga mampu
mengenal masalah Kesehatan
Subyek :
J
Ketidakefektifan i. Ny. N mengatakan bahwa sudah
Proses Kehamilan — Resiko Ketidakefektifan Proses mulai mengenal dan mengerti
Melahirkan yang Kehamilan —Melahirkan yang apa itu proses kehamilan
ditandai dengan ditandai dengan kurangnya kesiapan ii. Ny. N mengatakan bahwa bisa
kurangnya kesiapan kognitif untuk menjadi orang tua memahami bagaimana proses
kognitif untuk khususnya Ny. N. pemenuhan nutrisi untuk janin
menjadi orang tua Obyek :
khususnya Ny. N 1. Mendiskusikan pentingnya
berpartisipasi dalam perawatan 1. Ny. N terlihat sangat
prenatal sepanjang periode memperhatikan saat diberi
kehamilan seperti, sembari materi oleh pemateri
menganjurkan keterlibatan 2. Ny. N aktif dalam
pasangan pasien atau anggotan mengklarifikasi dan
keluarga lainnya menanyakan apa yang kurang
R/ : Ny. N selalu di rawat oleh Tn. difahami.
115
R Analisis :
b. Memonitor kenaikan berat badan TUK 1 tercapai, Ny. N telah
R/ : Ny. N selalu makan dengan
memahami bagaimana cara
porsi sedang dan dengan lauk yang
pemenuhan dan apa saja
bergizi cukup
pemeriksaan saat proses kehamilan.
c. Monitor denyut jantung janin
R/ : Tn. R memeriksakan Planning/ Perencanaan :
kehamilan Ny. N dengan rutin Lanjutkan TUK 2 untuk
d. Mendiskusikan kebutuhan nutrisi
dan kekhawatiran(yang dirasakan) melibatkan anggotan keluarga
(misalnya, diet seimbang, asam
folat, keamanan pangan, dan
suplemen)
R/ : Ny. N selalu mengonsumsi
makanan yang dengan gizi
seimbang dengan didampingi
camilan yang sehat
116
mampu membuat keputusan pemeriksaan secara rutin untuk
a. Memberi informasi pada Ny. N mendeteksi keadaan janin
dan Tn. R mengenai kapan dan sedini mungkin
dimana tindakan akan dilakukan ( Objek :
memeriksakan janin dengan
Ny. N mampu membuat
rutin 2/4 bulan sekali untuk
keputusan perawatan kesehatan
mendeteksi keadaan janin)
mengenai pemeriksaan rutin
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah
yang telah dilaksanakan
mengetahui kapan dan dimana
tindakan pemeriksaan dilakukan
b. Memberi informasi pada Ny. N
Analsis :
dan Tn. R mengenai lama tindakan
akan berlangsung TUK 2 tercapai, Ny.E sudah
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah bisa memutuskan pengobatan yang
mengetahui tentang berapa berkaitan dengan penyakitnya
lama durasi tindakan
pemeriksaan berlangsung
c. Memberi informasi pada Ny. N Perencanaan :
dan Tn. R mengenai siapa saja
yang akan melakukan tindakan Lanjutkan ke TUK 3 dengan
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah melakukan upaya perawatan
mengetahui bahwa dokter A dan untuk kesehatan Ny. E
perawat D yang akan melakukan
117
tindakan pemeriksaan
d. Menjelaskan tujuan tindakan
pemeriksaan yang akan dilakukan
oleh perawat
R/ : Ny. N dan Tn. R sudah
mengetahui bahwa tujuan tindakan
pemeriksaan ini untuk menunjang
pemeriksaan kehamilan Ny. N
e. Memberi kesempatan bagi pasien
untuk bertanya ataupun
mendiskusikan perasaannya
R/ : Ny. N dan juga Tn. R
menanyakan beberapa pertanyaan
yang menyangkut tentang kondisi
janin, nutrisi janin, proses
melahirkan dan juga proses post
natal.
118
dalam mengidentifikasi faktor untuk mendapatkan pertolongan
resiko pada kehamilannya. (Resiko
Obyektif :
Prematur, resiko post date, bayi
lahir cacat dan berat lahir Ny. N mampu membuat
rendah) keputusan perawatan
R/ : Ny. N sudah mengantisipasi kesehatan mengenai kondisi
hal tersebut dengan memeriksakan yang sedang dijalani
janinnya selama 2 bulan sekali
Analsis :
2. Mengajarkan Ny. N dan Tn. R
mengenai teknik perawatan mandiri TUK 3 tercapai, Ny.N sudah
untuk meningkatkan kemungkinan bisa melakukan pemeriksaan
mendapatkan hasil akhir yang sehat secara rutin untuk mendeteksi
(misalnya, hidrasi, diet, modifikasi kehamilanya
aktivitas, pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan yang rutin, Perencanaan :
pengontrolan glukosa darah, dan
lanjutkan ke TUK 4
pencegahan aktivitas seksual yang memelihara kesehatan di
aman termasuk tidak melakukan lingkungan rumah Ny.N
hubungan seksual
R/ : Tn. R selalu memperhatikan
apa yang di konsumsi oleh Ny.
N, dan
3. Mengajarkan bagaimana cara
119
menghitung gerakan janin.
R/ : Ny. N menyadari akan
pergerakan janin yang aktif, baik
saat tidur maupun saat melakukan
aktivitas lain
4. Mendorong partisipasi awal
dalam kelas perinatal atau berikan
pendidikan tentang kelahiran anak
pada saat Ny. N dalam kondisi
istirahat
R/ : Ny. N sudah siap
menjalani proses kehamilan
hingga melahirkan
5. Melakukan rujukan pada agensi
perawatan dirumah (misalnya,
pelayanan perawatan khusus
perinatal, managemen khasus
perinatal, dan perawatan
komunitas)
R/ : Ny. N merujuk kebidan
terdekat jika mengalami suatu
kondisi yang memerlukan
pelayanan kesehatan
120
6. Memonitor ketat status fisik dan
psikologis selama kehamilan
(dengan memeriksa TTV dan
juga tingkat stress pada ibu
hamil)
R/ : Ny. N selalu memeriksakan
kesehatannya rutin setiap 2 bulan
sekali
121
kunjungan dan waktu makan. nyaman dan bersih
R/ : Letak kamar tidur Ny. N jauh Perencanaan :
dengan kamar mandi dan juga bak
baju kotor lanjutkan TUK 5, menggunakan
3. Mengendalikan atau cegah fasilitas pelayanan kesehatan Ny. N
kebisingan yang tidak diinginkan
atau berlebihan, bila
memungkinkan
R/ : Ny. N rumahnya dekat dengan
jalan raya maka dari itu suara
bisisng tetap terdengar.
122
R/ : Analisis :
3. Menciptakan rutinitas aktivitas TUK 5 tercapai, Ny.N melakukan
perawatan diri
screening kesehatan di Kebidanan,
R/ :
di klinik atau Rumah sakit
Perencanaan :
intervensi dihentikan
123
BAB 4
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Suatu keluarga terdiri dari dua orang atau lebih dengan salah satu
diantaranya merupakan kepala keluarga, yang dihubungkan melalui
keturunan, pernikahan, atau adopsi dan tinggal pada tempat atau rumah yang
sama. Pasangan yang baru menikah, saat ini membuat porsi rumah tangga
menjadi lebih kecil daripada beberapa dekade sebelumnya. Jumlah rumah
tangga pasangan baru adalah 45 juta pada tahun 1970, dan pada tahun 2000
jumlah rumah tangga pasangan baru meningkat sebessar 55 juta, sebenarnya
peningkatan tersebut jauh lebih lambat daripada semua tipe rumah tangga
keluarga lainnya. Proporsi keluarga pasangan baru yang memiliki anak telah
menurun 87% pada tahun 1970 menjadi 69% pada tahun 2000. Kelompok
keluarga pasangan baru kini lebih cenderung tinggal di daerah pedesaan,
dirumah mereka sendiri, dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Mereka tidak mungkin tidak bekerja jika dibandingkan dengan semua
kelompok keluarga lainnya (U.S. Bureau of the Census, 2000).
3.2. SARAN
124
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori &
Praktik Ed.5. Jakarta: EGC
Kaakinen, Joanna Rowe. (2010). Family health care nursing: theory,practice, and
research 4th edition. US of America: Davis Company
125
LAMPIRAN 1
126
g. Di diagnosa tidak ada pasien perilaku kesehatan cenderung beresiko,
tapi di intervensi ada. Maksudnya bagaimana?
h. Tidak dicampurkan prioritas diagnose.
7. Dina Aguslia (1130016104)
a. Tidak ada keterangan pada genogram
b. Penilaian prioritas masalah per poin tidak ditulis
c. Pada prioritas masalah juga tidak ditebalkan pada kriteria yang di nilai
d. Tidak dicantumkan diagnose prioritas
8. Eka Yasista (1130016039)
a. Tidak adanya kolom khusus diagnosa yang sudah ditotal skornya
agar dapat mempermudah mana prioritas masalah
b. Pada diagnose tidak memiliki arah mata angina
9. Hamida Asri A (1130016081)
a. Ini materi tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga baru
namun kenapa di diagnosa tidak menjurus ke materi
10. Zakiyyatus Sholikhah (1130016001)
a. Pada ppt keluarga sejahtera mohon diperhatikan. Jika pada point
indikator pra sejahtera/KS 1, terdapat indikator yang belum mampu,
maka pengkajian KS tidak dilanjutkan
b. Mohon nama pasien diberi inisial bukan nama asli
11. Siti Hardiyanti (1130016004)
a. Keterangan genogram
b. Tingkat kemandirian ke berapa?
c. Prioritas diagnosa tidak ada (perhitungan)
d. Daftar prioritas tidak ada (perhitungan)
e. Noc Nic tidak dijelaskan definisinya
12. Sody Riska Dinardilla (1130016094)
a. Pada tipe keluarga menggunakan extended family terdapat komposisi
dan genogram hanya suami dan istri
b. Kenapa tidak dimunculkan diagnosa prioritas
c. Ada nama pasien yang tidak di inisial
d. Tidak ada pewarnaan yang berbeda pada diagnos
13. Ficky Erika Dewi (1130016063)
a. Tabel tingkat kemandirian : keluarga termasuk tingkat berapa harusnya
di bold (di askep kasus belum ada)
b. Pada ppt genogram belum diberi keterangan
c. Tidak ada data prioritas setelah di skoring
127
d. Pada kasus askep menggunakan inisial
e. Tipe keluarga extended family tapi pada komposisi keluarga dan
genogram hanya suami dan istri
14. Hilda Wulandari (1130016073)
a. Tabel imunisasi tidak sesuai ketentuan
b. Struktur keluarga dan fungsi keluarga per poin
c. Tidak ada diagnose prioritas
15. Annisatul Arum Pridasari (1130016028)
a. Genogram tidak ada keterangan, mohon untuk ditambahi
b. Tidak ada prioritas diagnosa
c. Pada ppt mungkin lebih diteliti nama keluarga harus nama inisial
d. Tipe keluarga extended family tetapi di komposisi dan di genogram
kenapa Cuma memakai suami istri, kenapa tidak disebutkan semua yang
ada di 1 rumah tersebut
16. Putri Indasari (1130016089)
a. Di word tidak di berikan diagnose prioritas sesuai dengan urutan skoring
b. Di skoring harus diberi perhitungan agar lebih jelas
c. Diagnosa 4, hubungan peran seharusnya yang di Do Ny.N dituliskan, misal
: terlihat saling berkomunikasi saat kami datang mewawancarai
d. Diagnosa 3, yang di Ds ditambahkan, missal : Ny.N mengatakan
bahwa industri pabrik menyebabkan polusi.
Do : terlihat Ny.N batuk-batuk
17. Denis Kristina Aprilia (1130016052)
a. Genogram sumber friedman, tapi simbol tidak sesuai
b. Tidak dijelaskan termasuk dalam keluarga sejahtera tipe berapa
c. Tahap perkembangan 4 riwayat keluarga kenapa nama disebutkan
secara langsung, bukan inisial?
d. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi dengan Do TTV tidak nyambung
e. Diagnosa ketidakefektifan koping dengan Do tidak nyambung
f. Apakah bias diagnosa ditegakkan ketika Do tidak ada?
18. Fina Magfirotika (1130016007)
a. Di ppt genogram tidak ada keterangan dan seharusnya kalua meninggal
seharusnya bukan seperti di ppt analisa data nya font
terlalu kecil dan warna tulisan tidak jelas
b. Di ppt ada nama yang tidak di inisialkan
c. Di skoring seharusnya itu pembenaran
d. Skoring tidak ada tabel prioritas
128
19. Siti Aisha (1130016047)
a. Tidak dijelaskan atau dicantumkan keluarga termassuk keluarga
ssejahtera atau pra sejahtera
b. Di tingkat kemandirian tidak di bold, keluarga masuk tingkat
kemandirian ke berapa
c. Pada diagnosa tidak dijelaskan khususnya pada keluiarga siapa
20. Nurul Alfiyah (1130016010)
a. Tabel keterangan di genogram tidak ada
b. Tabel imunisasi tidak ada keterangan
c. Tabel keluarga sejahtera jika keluarga sudah tidak mampu di bagian
atas kenapa masih di teruskan pertanyaan ke tahap selanjutnya
d. Masih banyak nama yang tidak di inisial
e. Di pemeriksaan fisik dikatakan klien batuk kering tapi kenapa di
tabel komposisi keterangan sehat semu, bukankah batuk termasuk
keadaan sakit
f. Di tabel diagnosa prioritas tidak ada definisinya
21. Faiz Hammam a (1130016145)
a. Beberapa slide nama tidak di samarkan
b. Tidak ada diagnosa yang menujunjukkan bahwasannya keluarga ini
masih baru, mungkin bias diberikan satu diagnosa prioritas tentang
keluarga beberapa intervensi tidak sesuai dengan diagnosa
22. Halimatus Sadiyah (1130016032)
a. Tabel keterangan di genogram tidak ada
b. Seharusnya tabel imunitas diberi keterangan
c. Seharusnya nama pasien diberi nama inisial
d. Intervensi seharusnya diberi definisi dan harus sesuai dengan lima
tugas keluarga
e. Mohon diperhatikan diagnose banyak yang tidak sesuai dengan Ds dan Do
23. Firnanda Erindia (1130016002)
a. Di diagnosa pertama untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi apakah
data yang lebih menunjang? Mislanya pengukuran antropometri
b. di diagnosa kedua kenapa tidak menanyakan langsung ke Tn. R jika
ia merokok
c. Kenapa tidak dibuatkan daftar diagnosa prioritas yang mencakup total
nilai lima diagnosa
d. Diagnosa ketiga kurang sesuai antara Ds dan diagnosa yang dipilih
e. Kolom skoring yang tepat adalah pembenaran bukan perbaikan
129
f. Intervensinya mungkin dapat di spesifikasikan sesuai diagnose
yang diambil
130
b. Tidak dijelaskan makanan/ tanda-tanda yang harus diperhatikan dalam
kehamilan muda.
c. Tidak dijelaskan bahaya untuk hamil muda makanan (gizi) yang sesuai,
dan lainnya.
131
a. Mengapa intervensi DJJ dimasukkan di TUK 1 bukankah itu termasuk
TUK 5 (memanfaatkan fasilitas kesehatan?)
b. Per poin pada implemestasi harusnya di beri nomer biar bisa lebih
mudah membaca.
Sebaiknya ukuran font nya lebih besar karena tidak kelihatan di belakang.
132
20. Lusi Dwi Rahayu/ 1130016085
133
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERNYATAAN
Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang/rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
HANUM 1130016089
MAFRUDHO
134
LAMPIRAN 3
3 PENGKAJIAN:
a. Kelengkapan data referensi dan akurat 20
b. Analisa data
c. Rumusan masalah
d. Diagnisa keperawatan
4 PERENCANAAN:
a. Prioritas
masalah (skoring) 15
b. Tujuan dan
kriteria hasil (SMART)
c. Rencana
tindakan sesuai dengan EBN
5 IMPLEMENTASI:
a. Tindakan
sesuai dengan rencana
b. Berbentuk
narasi 15
c. Respon dan
tindakan
d. Adanya
waktu (jam dan tanggal)
e. Nama dan
paraf perawat
6 EVALUASI:
a. Menilai 15
efektivitas tindakan sesuai perencanaan
b. Catatan perkembangan klien (SOPIEIR)
7 Ketetapan referensi dan kebaruan referensi yang 10
digunakan
135
TOTAL 100
136
LAMPIRAN 4
1 Kesiapan makalah 5
3 Kesiapan kelompok 5
4 Salam pembuka 5
5 Salam penutup 5
6 Mengenali audience 5
8 Tutur kata 5
9 Sikap 5
1 Cara penyampaian 5
0
1 Intonasi 5
1
1 Kemampuan menjawab 5
7
137
1 Singkat, padat, jelas, tepat sasaran 5
9
TOTAL 100
Konversi Penilaian
≥75,0 A 4
65,0 — 69,9 B 3
55,0 — 59,9 C 2
40,0 — 54,9 D 1
<40,0 E 0
138
LAMPIRAN 5
Nama : Ny.N
No.KTP : 3515186206xxxxxxx
Alamat : Sidoarjo
Yang menyatakan
( Ny.N )
139
LAMPIRAN 6
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Instruksionnal Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan Ny. N dapat
memahami pentingnya nutrisi gizi yang seimbang untuk perkembangan
janin agar lahir dengan normal.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang kehamilan ,Ny.
N diharapkan dapat:
1) Memahami pengertian kehamilan
2) Memahami apa itu kehamilan
3) Memahami kelainan kehamilan
4) Memahami tanda dan gejala komplikasi kehamilan
5) Memahami fisiologi kehamilan
6) Memahami kebutuhan dasar kehamilan
7) Memahami klasifikasi kehamilan
140
2. Materi Pembelajaran
a. Pengertian kehamilan
b. Penyebab kehamilan
c. Tanda dan gejala kehamilan
d. Fisiologi kehamilan
e. Kebutuhan dasar saat hamil
f. Klasifikasi kehamilan
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Media
a. Ceramah:
a. Meja + Kursi
b. Leaflet
c. Materi SAP
d. Lembar balik
b. Tanya Jawab
5. Proses
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Mendengarkan
dan dan
memperkenalkan memperhatikan
diri serta anggota penjelasan yang
2. Menjelaskan disampaikan
maksud dan tujuan 2. Klien bersedia
3. Mengisi surat menandatangani
pernyataan kesediian surat pernyataan
menjadi responden responden
141
pertanyaan
3. Evaluasi 15 menit 1. Mengevaluasi tujuan 1. Klien mampu
penyuluhan menjawab dan
2. Mengucapkan menjelaskan
terima kasih atas kembali materi
perhatian dan yang
kerjasama yang disampaikan
diberikan dan 2. Klien membalas
memberi salam salam penutup
penutup
6. Pengorganisasian
7. Evaluasi
a. Evaluasi terstruktur
1) Koordinasi dengan sasaran dilakukan 3 hari sebelumnya
2) Pengorganisasian dilakukan 1 minggu sebelum pelaksanaan
b. Evaluasi proses
1) Selama penyuluhan klien tidak meninggalkan tempat
2) Klien fokus dan mendengarkan materi selama acara
3) Penyaji menyampaikan materi dengan sangat jelas sehingga mudah
dipahami oleh klien.
c. Evaluasi hasil
1) Klien memahami materi yang disampaikan oleh pemateri
2) Klien mampu menjawab beberapa pertanyaan yang ditanyakan oleh
pemateri
8. Antisipasi Masalah
a. Jika klien merasa bosan, maka dilakukan ice breaking selama 5 menit
142
LAMPIRAN 7
KEHAMILAN
a. Definisi
Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sprema
dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari HPHT (Winkjosastro, 2009).
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari
ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, dkk. 2012)
Proses Kehamilan
143
b. Diagnosis Tanda gejala kehamilan
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan
yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan
evaluasi kemajuan kehamilan. Tetapi sayangnya proses farmakologis atau
patofisiologis kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang
menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan. Perubahan
endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan.
Untuk menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Marjati, 2011:34).
144
2. Terdengarnya bunyi jantung janin , tanda ini baru timbul setelah
kehamilan lanjut diatas empat bulan. Jika dengan ultrasound bunyi
jantung janin dapat didengar pada kehamilan 12 minggu (Sunarti,
2013:59-60).
3. Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan (Sunarti, 2013:60)
4. Melihat rangka janin pada sinar Ro atau dengan menggunakan
ultrasonografi (Sunarti, 2013:60).
2 Fisiologi kehamilan
Menurut Manuaba (2012:75) proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan yang terdiri atas:
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20-35
tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses kematangan
dan terjadi ovulasi.
2. Spermatozoa
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang
mengandung 40—60 juta spermatozoa setiap cc.
3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Menurut Prawirohardjo (2007:216-234) kebutuhan dasar ibu hamil terdiri dari:
1. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu
hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat ibu hamil
sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu
yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung.
2. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi
bermutu tinggi. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300
kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi dan cukup cairan (menu seimbang)
3. Kalori
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil adalah 2300 kalori dipergunakan
untuk produksi energi
4. Protein
Bila wanita tidak hamil, konsumsi protein yang ideal adalah 0,9 gram/kg
BB/hari, tetpi selama kehamilan di butuhkan tambahan protein hingga 30
145
gram/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti
daging, susu, telur, keju dan ikan karena mengandung komposisi asam
amino yang lengkap.
4 Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan
sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya besi yang
tidak bisa terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg perhari dan pada
kehamilan kembar atau wanita yang sedikit anemic dibutuhkan 60-100
mg/hari. Kebutuhan kalsium bisa terpenuhi dengan minum susu, tapi bila
ibu hamil tidak bisa minum susu bisa diberikan suplemen kalsium
dengan dosis 1 gram perhari.
5 Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah-
buahan tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat
dapat mencegah kecacatan pada bayi.
4. Klasifikasi masa kehamilan
Kehamilan menurut Prawihardjo (2011) diklasifikasikan dalam 3
trimester, yaitu :
1. Trimester pertama, yaitu dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12
minggu)
2. Trimester kedua, yaitu dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu)
3. Trimester ketiga, yaitu dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)
146
KEHAMILAN Apa yang perlu ibu Mengapa Ibu perlu makan lebih banyak?
Anastasia P. G. Goni
Joice M. Laoh
Damajanty H. C. Pangemanan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: Tasia_anas19@yahoo.com
Abstract: In general, the causes of malnutrition in pregnant women due to the consumption
of foods that do not meet the nutrition requirements. Nutritional is a measure of the success of
nutrition for pregnant women. WHO (World Health Organization) recommends an additional
amount of 150 kcal a day in the first trimester and 350 kcal a day in the second and third
trimester. Low levels of knowledge mother does not understand how to lead fulfilling
necessary nutrients pregnant women during pregnancy (Depkes RI, 2002). Nutritional needs
during pregnancy will increase per day, despite all the Indonesian people already know the
benefits of nutrition for pregnant women, but until now there are many pregnant women who
have nutritional problems (Damanik, 2009). The purpose of this study to determine the
relationship of knowledge and attitudes of pregnant women with nutritional status during
pregnancy on the health center Bahu Manado City. Design of this study used cross sectional
method. The population is client pregnant women prenatal care at the health center came
Bahu Manado City. The samples in this study were pregnant women at health center clients at
Puskesmas Bahu Manado as many as 40 people who have fulfilled the inclusion criteria. The
sampling technique used was purposive sampling. Instrument used was a questionnaire and
measuring Antrhopometri. Data analysis using SPSS version 16, with Spearman'rho test to
determine the relationship of knowledge and attitudes of pregnant women with nutritional
status. Conclusion knowledge of the nutritional of pregnant women have gained value
relationship (p = 0.000 <α0,05) and the attitude of the nutritional of pregnant women have
gained value relationship (p = 0.003 <α0,05). Adviceishavea lot of counseling and
information for pregnant women to knowledge ful fill mentnutritional status during pregnancy.
Keywords: Maternal Knowledge, Attitude Pregnant Women, Nutrional During Pregnancy.
148
Abstrak: Secara umum penyebab kekurangan gizi pada ibu hamil karena konsumsi
makanan yang tidak memenuhi syarat pemenuhan gizi. Status gizi merupakan ukuran
keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil. WHO (World Health Organization)
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, dan 350 Kkal sehari
pada trimester II dan III. Tingkat pengetahuan yang rendah menyebabkan ibu tidak mengerti
cara pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI, 2002).
Kebutuhan gizi selama kehamilan akan meningkat perhari, meskipun semua orang Indonesia
sudah mengetahui manfaat gizi bagi ibu hamil namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil
yang mengalami masalah gizi (Damanik, 2009). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan status gizi selama kehamilan di Puskesmas
Bahu Kota Manado. Desain penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah klien ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilan di
149
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
Puskesmas Bahu Kota Manado. Sampel dalam penelitian ini adalah klien ibu hamil di
Puskesmas Bahu Kota Manado sebanyak 40 orang yang telah memnuhi kriteria inklusi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Instrument yang digunakan
adalah kuesioner dan pengukuran Antrhopometri. Analisis data menggunakan SPSS versi 16,
dengan uji Spearman’rho untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil
dengan status gizi. Kesimpulan ialah pengetahuan ibu hamil dengan status gizi mempunyai
hubungan diperoleh nilai (p=0,000 <α0,05) dan sikap ibu hamil dengan status gizi mempunyai
hubungan diperoleh nilai (p=0,003 <α0,05). Saran ialah harus banyak penyuluhan dan
informasi pada ibu hamil untuk pengetahuan pemenuhan status gizi selama kehamilan.
Kata kunci: Pengetahuan Ibu Hamil, Sikap Ibu Hamil, Status Gizi Selama Kehamilan.
Secara umum penyebab kekurangan
gizi pada ibu hamil karena konsumsi
PENDAHULUAN makanan yang tidak memenuhi syarat
pemenuhan gizi. Tingkat pengetahuan yang
Status gizi merupakan ukuran rendah menyebabkan ibu tidak mengerti
keberhasilan dalam pemenuhan cara pemenuhan nutrisi yang
nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu dibutuhkan ibu hamil selama
hamil merupakan nutrisi yang kehamilannya (Depkes RI, 2002). Target
diperlukan dalam jumlah yang Millenium Development Goals (MDGs)
banyak untuk pemenuhan gizi ibu 2015, yakni menurunkan angka kematian
sendiri dan perkembangan janin ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000
yang dikandungnya (Bobak, dkk,
2005). Kebutuhan makanan dilihat
bukan hanya dalam porsi yang
dimakan tetapi harus ditentukan
pada mutu zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi (Amiruddin, 2007).
150
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2006 sebesar 20% (Yulianti, dkk,
2010). Menurut data dari Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah ibu
kelahiran hidup, dan angka hamil yang mengalami kurang gizi pada
kematian bayi (AKB) menjadi 23 tahun 2011 ada sebanyak 2434 orang
per 100.000 kelahiran hidup yang (Wati, dkk, 2011).
harus dicapai. Kunjungan Ibu
Hamil di Indonesia tahun 2010
untuk Status gizi ibu hamil dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial ekonomi sebanyadan
memeriksakan kehamilan keadaan kesehatan ibu hamil selama
ada kehamilan, berbagai resiko dapat terjadi jika
ibu hamil mengalami kurang gizi
Provins
yaitu abortus, bayi lahir mati, bayi lahir
61,40% (Dinas Kesehatan dengani berat badan rendah, dan retardasi mental.
Lingkar lengan atas dapat menunjukkan status
nutrisi ibu hamil, lingkar lengan atas <23,5
Sulawesi Utara tahun 2010). dilakuk
cm menunjukkan status nutrisi ibu
hamil
Menurut penelitian yang ankurang (Hariyani, 2012).
di Jawah Tengah tahun 2010
menunjukkan dari sampel 357 ibu Dari data Dinas Kesehatan
hamil, ada 69 ibu hamil (19,33%) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010
yang mengalami kekurangan gizi cakupan kunjungan ibu hamil ada 87,49
dalam kehamilan (Yulianti, dkk, %, di Kota Manado ada 89,66 %.
2010). Presentase ibu hamil yang Berdasarkan dari data awal yang
mengalami masalah gizi dari data dilakukan peneliti, bulan
151
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
bersedia menjadi
responden.Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan jenis
instrumen kuesioner dan pengukuran
Januari - April tahun 2013 ada Antrhopometri.
sebanyak 369 ibu hamil di
Puskesmas Bahu Kota Manado.
Ada sekitar 15-20 ibu hamil setiap Kriteria untuk hasil pengumpulan
hari yang datang memeriksakan data responden pada kuesioner
kehamilan mereka disana, dan pengetahuan, sikap, dan status gizi ibu
sesuai yang ditinjau oleh peneliti hamil adalah:Baik jika jawaban
dari 2 ibu hamil yang ditanyakan responden mencapai 76-100% lalu
peneliti, mereka belum terlalu jumlah jawaban benar diberi angka 3,
memahami tentang pemenuhan Cukup jika jawaban responden
gizi yang tepat selama kehamilan mencapai 56-75% lalu jumlah jawaban
mereka seperti hanya mengetahui benar diberi angka 2, Kurang jika
4 sehat 5 sempurna saja jawaban responden tidak mencapai 55%
lalu jumlah jawaban benar diberi angka
METODOLOGI
PENELITIAN
152
kemudian dibawa di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Setelah mendapat izin dari
pihak Puskesmas Bahu Kota Manado,
peneliti melakukan pelaksanaan dalam
makanan yang diperlukan penelitian dengan tahap sebagai
berikut:Pada bulan Juni 2013 peneliti
kehamilan. mulai melakukan penelitian di Puskesmas
Bahu Kota Manado. Kuesioner diberikan
Untuk itu kepada 40 klien (sampel) yang bersedia
peneliti menjadi responden di Puskesmas Bahu
melakukan Kota Manado, setelah jumlah sampel
yang dibutuhkan telah terpenuhi, maka
penelitian “Hubungan data yang terkumpul akan diolah dan
pengetahuan dan sikap ibu hamil dianalisis. Pengolahan data yang telah
dengan status gizi selama kehamilan terkumpul terlebih dahulu diolah dengan
di Puskesmas Bahu Kota cara manual supaya mendapatkan data
Manado”. Maka dilakukan yang benar sehinggga saat menganalisa
pengkajian lebih antara data tidak mendapat kendala setelah itu
pengetahuan dan sikap ibu hamil diolah dengan menggunakan sistem
dengan status gizi selama komputerisasi, dan memasukkan data
kehamilan di Puskesmas Bahu yang telah di skor ke dalam komputer
Kota Manado. seperti pada program SPSS. Analisa data
menggunakan uji korelasi Spearman’s
rho yang berbentuk ordinal.Derajat
kemaknaan atau tingkat signifikasi p <
1.Prosedur pengumpulan 0,05. Dari hasil perbandingan tersebut
datapeneliti pada awal penelitian ditentukan apakah hipotesa di terima atau
memperoleh surat izin untuk ditolak. Apabila hasil uji statistik dengan
melakukan penelitian dari Program spearman’srho menunjukkan nilai p ≤
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas 0,05 terdapat korelasi antara variabel, dan
Kedokteran Universitas Sam nilai p ≥ 0,05 tidak terdapat korelasi
Ratulangi yang ditandatangani oleh antara variabel. Etika penelitian sebagai
Kepala Program Studi Ilmu berikut (Hidayat,
Keperawatan. Surat tersebut
153
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
Total 40 100,0
Sumber : Data Primer 2013
2008):Informed Consent,
Anonimity (tanpa nama) untuk
menjaga kerahasiaan identitas Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
subjek, dan Confidentiality menurut pekerjaan
(kerahasiaan)
Pekerjaan n %
Swasta 7 17,5
HASIL dan PNS 3 7,5
PEMBAHASAN Tidak Bekerja/ Ibu 30 75,0
Analisa univariat
Rumah Tangga
Umur (Tahun) n %
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
<20 7 17,5menurut umur kehamilan
21-35 31 77,5 Umur N %
Tingkat
Total 40 100,0
N %
Pendidikan
SD 1 2,5
SMP 5 12,5
SMA/SMK 29 72,5
Akademia 3 7,5
Sarjana 2 5,0
154
32,
Cukup 1 5
3
kerahasiaan informasi
Baik 2 67,
responden dijamin peneliti.
5
7
Total 4 10
0 0,0
155
4
156
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
Analisa Bivariat
Tabel 9. Hubungan
pengetahuan ibu hamil dengan status gizi Tabel 10. Hubungan sikap ibu hamil dengan status gizi selama
selama
kehamilan kehamilan
n % n % n % 7, 7, 15,
Kurang 5 35 0
30 22 52, 0,00
1 7, 1
Cukup 0 25,0 3 5 3 32,5 Cukup 2 ,0 9 ,5 1 5 3
0,00
2 55, 2 0 0, 1 32 32,
Baik 5 12,5 2 0 7 67,5 Baik 0 3 ,5 3 5
1 2 62, 4 37 2 62 100
5 37,5 5 5 0 100,0 5 ,5 5 ,5 0 ,0
157
pengukuran LILA sehingga
masih didapatkan ibu hamil
dengan kurang energi kronik Indonesia sudah banyak yang
(Yulianti, dkk. 2010). mengetahui manfaat gizi bagi ibu
hamil namun sampai saat ini masih
Kebutuhan gizi selama banyak ibu hamil yang mengalami
kehamilan akan meningkat setiap masalah gizi saat hamil (Damanik. R,
hari, orang 2009). Presentasi ibu hamil resiko atau
yang mengalami masalah gizi dari data
Dinas Kesehatan tahun 2006 adalah
20% (Yulianti, dkk. 2010).
158
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
Diakses tanggal 8 Mei 2013.
KEPUSTAKAAN
159
RI. (2002). Penatalaksanaan Menu
Sikap merupakan cara Seimbang pada Ibu Hamil. Jurnal
seseorang melihat sesuatu secara Penelitian : Yuli Kusumawati
mental dari dalam diri dan (2004), http://www.depkes.go.id,
mengarah pada perilaku yang Jakarta.
ditujukan pada orang lain, ide,
objek, maupun kelompok tertentu
(Azwar, 2007). Hasil penelitian ini Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
dapat dilihat sikap ibu hamil Utara.
dalam pemenuhan status gizi
masih banyak yang kurang
padahal pengetahuan mereka ada (2010). Data/Informasi
yang baik. Pengetahuan dan Kesehatan
informasi yang diterima kemudian
selanjutnya diproses menghasilkan
suatu keputusan untuk bertindak. Provinsi Sulawesi Utara.
160
Ejurnal Keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013
1 2 2
Juspen Pery Simarmata ; Albiner ; Mhd.Arifin
1 2
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Staf
Pengajar Kesehatan Masyarakat USU
Abstract
In the pregnancy phase, a pregnant need food with content of different nutrients and a
fulfill of nutrient that much bigger than before. One of problem that surface cause of
undernutrition is energy chronic malnutrition which is recognized by size of upper arm
circumference <23,5 cm that be found in Kabupaten Samosir Puskesmas Buhit work area.
The purpose of this research is to find out diet of kind of food and food frequence, the
number of energy and protein adequacy and the nutritional status of pregnant women in
Puskesmas Buhit work area.
This is a descriptive research with cross sectional design. Technic sampling in this
research is simple random sampling. This research did on August 2014 located in Puskesmas
Buhit work area, Kecamatan Pangururan with 74 of pregnant sample. This research takes
the diet of kind of food and food frequence, the number of energy and protein adequacy and
nutritional status data were analyzed by univariate to get the frequency distributions.
The research shows that most of the nutritional status of pregnant women based on
Upper Arm Circle did not have a high risk in Energy Chronic Malnutrition (>23,5 cm) is
about 94,6%. Adequacy of energy in pregnant women shows 47,3% in medium category and
adequacy of protein in pregnant women shows 45,9% in low category.
It is required to pregnant women to pay attention her diet and give some information
about nutrient, pregnancy and the influence of nutrient for pregnancy through health
promotion that handle with health servant.
Pendahuluan
163
kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kekurangan gizi pada ibu hamil ini adalah
kembang janin menjadi terlambat, akibatnya konsumsi makanan yang tidak memenuhi
melahirkan bayi BBLR (Depkes RI 2008). syarat gizi yang dianjurkan. Jarak kehamilan
dan persalinan yang berdekatan dengan ibu
hamil dengan tingkat pendidikan dan
Ibu hamil yang menderita KEK dan pengetahuan yang rendah, sehingga
Anemia mempunyai resiko kesakitan yang menyebabkan ibu tidak mengerti cara
lebih besar terutama pada trimester III pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan si ibu
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI, 2002).
yang normal. Akibatnya mereka mempunyai
resiko yang lebih besar untuk melahirkan
bayi dengan BBLR, kematian saat Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten
persalinan, pendarahan, pasca persalinan Samosir tahun 2011 dari 223 ibu hamil yang
yang sulit karena lemah dan mudah ada di wilayah kerja Puskesmas Buhit
mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang terdapat kasus ibu hamil Kekurangan Energi
dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang Kronis (KEK) sebanyak 26 orang dan kasus
mampu meredam tekanan lingkungan yang BBLR 7 orang, sedangkan pada tahun 2012
baru, sehingga dapat berakibat pada dari 217 ibu hamil yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Buhit terdapat kasus ibu hamil
terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menganggu Kekurangan Energi Kronis (KEK)
kelangsungan hidupnya (Maryunani, 2013). sebanyak 29 orang dan kasus BBLR 8
orang. Pada tahun 2013 jumlah ibu hamil
202 terdapat kasus ibu hamil KEK 25 orang
Hasil Riset kesehatan dasar dan kasus BBLR 5 orang.
(Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi
resiko KEK secara nasional mencapai 13,6
Dari hasil survey awal yang dilakukan
dengan wawancara langsung pada ibu hamil
2) Tiga propinsi dengan resiko KEK yang yang hadir di posyandu terhadap 10 orang
tertinggi adalah NTT sebesar 24,6 %, Papua yang ada diwilayah kerja Puskesmas Buhit
21,3 % dan DIY 20,2 %. Sedangkan tiga menunjukkan sebanyak 7 ibu hamil tidak
propinsi dengan prevalensi resiko KEK mengetahui bagaimana pola makan yang
terendah adalah Sulawesi Utara 5,8 %, baik dan kebutuhan gizi yang baik pada
Sumatera Utara 7,9 % dan Bengkulu 8,2 %. masa kehamilan.
Hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1992 dengan angka Rumusan masalah dalam penelitian ini
anemia Ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan adalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
data SKRT turun menjadi 50,9%. Pada gambaran pola makan dan status gizi ibu
tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit
hamil sebesar 39,5 %, pada tahun 2001 Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
sebesar 40,1%. Banyak faktor yang terkait Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dengan status anemia ibu hamil yaitu status gambaran pola makan dan status gizi ibu
ekonomi, serta perolehan tablet zat besi. hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Menurut perkiraan WHO, pada tahun
1995 hampir semua (98 %) dari 5 juta
kematian neonatal dinegara berkembang
atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua Metode Penelitian
pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat
badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
global diperkirakan terdapat 25 juta dengan desain penelitian cross sectional
persalinan pertahun dimana 17 % (pengamatan sesaat) untuk mengetahui
diantaranya adalah BBLR dan hampir gambaran pola makan dan status gizi ibu
terjadi dinegara berkembang. hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit
Kabupaten Samosir 2014.
Daerah pedesaan banyak dijumpai ibu
hamil dengan malnutrisi atau kekurangan Penelitian ini dilaksanakan di
gizi sekitar 33%. Secara umum penyebab wilayah
164
kerja Puskesmas Buhit Kecamatan
165
Pangururan Kabupaten Samosir pada Dari 74 ibu hamil juga diketahui
bulan Agustus 2014. Sampel yaitu ibu hamil bahwa menurut frekuensi makanan, jenis
yang berjumlah 74 ibu hamil dengan teknik makanan pokok yang paling sering (1-
pengambilan sampel adalah dengan 3x/hari) dikonsumsi adalah nasi yaitu
menggunakan simple random sampling. 95,9%, lauk pauk yang paling sering (1-
3x/hari) dikonsumsi adalah ikan basah yaitu
ikan gembung sebesar 2,7%, sayuran yang
Data primer diperoleh melalui teknik paling sering (1-3x/hari) dikonsumsi adalah
wawancara sesuai dengan tabel food recall sawi yaitu 5,4% dan buah-buahan yang
dan food frequency yang telah dipersiapkan paling sering (1-3x/hari) dikonsumsi adalah
sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari jeruk yaitu 14,9%.
instansi dan literatur-literatur terkait.
166
Puskesmas Buhit Kurang 34 45,9
Kecamatan Defisit 0 0,0
Pangururan Tahun 2013
Total 74 100,0
Tingkat Kecukupan
f %
Protein Dari 74 ibu hamil ditemukan 4 orang
(5,4%) mengalami KEK yang dapat dilihat
Baik 7 9,5 pada Tabel 1.3 sebagai berikut:
Sedang 33 44,6
167
sedang dan sebesar 45,9% ibu hamil tingkat
Tabel 1.3 Distribusi Ibu Hamil Menurut kecukupan proteinnya berada pada kategori
Status Gizi di Puskesmas Buhit kurang.
Kecamatan Pangururan Tahun
2013
Status Gizi f %
KEK 4 5,4
Tidak KEK 70 94,6
Total 74 100,0
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Chairiah, 2012. Pengaruh Pola Makan
Dan Status Gizi Terhadap Kejadian
Alam, 2012. Warning! Ibu Hamil, Cinta. Hypertensi Pada Ibu Hamil Di RSU
Tanjung Pura
Surakarta.
Kabupaten Langkat. Tesis,
169
Ibrahim, 2010. Nutrisi Janin & Ibu
Universitas Sumatera Hamil, Medical Book. Yogyakarta.
Utara, Medan..
Hamil Dengan
Kejadian BBLR Mangihut, 2008. Analisis
Faktor Yang
Di RSU Dr.
Pringadi
Medan. Berhubungan Dengan Anemia
170
Dengan Berat Badan Lahir
Martina, 2012. Pengetahuan Ibu Dan
Hamil Tentang GIZI semasa Kehamilan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tukka Panjang Badan Lahir Bayi
Kabupaten Tapanuli Pada
Golongan Keluarga
Tengah. Skripsi, Universitas Miskin Di
Sumatera Utara, Medan.
Kecamatan Percut Sei Tuan.
Skripsi, Universitas Sumatera
Maryunani, 2013. Asuhan Bayi
Dengan Utara, Medan.
Berat Badan Lahir Rendah,
Trans
Path,dkk. 2005. Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC.
Info Media, Jakarta.
171
Kabupaten Suhardjo, 1996. Kebutuhan Makan Ibu
Simalungun. Skripsi
Hamil. Jakarta : FKUI
Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sukarni, 2013.
Kehamilan, Persalinan,
Rohana, 2010. Pola Makan Pada Ibu dan Nifas. Nuha Medika,
Hamil Dengan Hyperemesis
Gravidarium Dan Anemia Di
Yogyakarta.
Universitas Sumatera
Utara, Medan.
172
Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sebagai Alternatif
Penaggulangan Anemia Ibu
Hamil Di Kota
Sibolga. Tesis,
Jakarta.
173
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )
*Email:djundra@yahoo.com
Abstract
Objective:To determine the contribution of folic acid and haemoglobin level of pregnant
women to foetal brain development.
Methods:The study was conducted as a descriptive cross sectional design. Study population
was women in the third trimester of pregnancy. Total samples were 18 respondents, selected
using simple random sampling method.
Results:Univariate analysis showed that 72.2 percent of pregnant women had low levels of folic
acid and the prevalence of anaemia was 38.9 percent. The result of bivariate analysis showed
significant associations between high level of folic acid and foetal head circumference (p=0.022), as
well as between haemoglobin level with foetal head circumference (p=0.025). The effect of folic acid
and haemoglobin levels on foetal head circumference was 26.7 percent and 25.8 percent, respectively.
The combined effect of both folic acid and haemoglobin levels was 34.4 percent.
Conclusions:Folic acid and haemoglobin levels were significantly associated with foetal brain
development. Monitoring of iron consumption of pregnant women to reduce the anaemia level and
increasing mothers knowledge on the importance of folic acid during pregnancy are required.
Latar belakang: Salah satu cara untuk mendeteksi kekurangan asam folat dengan melihat
pertumbuhan otak janin selama kehamilan yang dapat dilihat dari besarnya lingkar kepala bayi.
Tujuan: Untuk mengetahui kontribusi kadar asam folat dan haemoglobin ibu hamil terhadap
pertumbuhan otak janin.
174
Metode: Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan rancangan crossectional. Populasi
adalah ibu hamil trimester tiga. Jumlah sampel sebanyak 18 responden. Teknik pengambilan
sampel secara simple random sampling.
Hasil: Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa 72,2 persen ibu hamil dengan kadar asam
folat rendah, yang mengalami anemia sebanyak 38,9 persen. Hasil analisa bivariat menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara kadar asam folat dengan ukuran lingkar kepala janin
(P=0,022), dan antara kadar haemoglobin dengan ukuran lingkar kepala janin (P=0,025),
besarnya pengaruh asam folat terhadap ukuran lingkar kepala sebesar 26,7 persen dan Hb sebesar
25,8 persen. Sedangkan secara bersama-sama folat dan Hb berpengaruh sebesar34,4 persen.
Kesimpulan: Ada hubungan antara asam folat dan kadar hemoglobin terhadap pertumbuhan
otak janin. Diperlukan upaya menurunkan anemia dengan pemantauan konsumsi Fe pada ibu
hamil dan peningkatan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya asam folat bagi janinnya.
Naskah masuk: 12 Mei 2012, Review: 15 Mei 2012, Disetujui terbit: 18 Agustus 2012
175
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90
PENDAHULUAN
176
ukuran lingkar kepala dan besar otak yang
tersimpan yang tersimpan didalamnya. Lingkaran
kepala bayi baru lahir fronto occipito
3
circumferencia adalah 34-35 cm.
177
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )
178
Analisa Univariat
METODE
HASIL
179
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90
jika ditemukan kadar asam folat dalam darah kepala >330 mm), sedangkan sisanya
ibu hamil < 27.00 nmol/L dan tinggi bila kadar sebesar 66,7 persen lahir dengan
asam folat dalam darah ibu > 27.00 nmol/L pertumbuhan otak yang kecil (lingkar kepala
ditemukan hasil bahwa hanya 27,8 persen ibu yang kecil< 330 mm).
hamil dengan kadar asam folat yang tinggi,
sedangkan sisanya sebesar 72,2 persen ibu
hamil dengan kadar asam folat yang rendah. Tabel3.Distribusi frekuensi responden
berdasarkan lingkar kepala
bayi baru lahir
Tabel1. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan kadar
asam folat dalam darah ibu Lingka
r Jumla Persenta
Analisa Bivariat
Tabel 2 menunjukkan masih banyak ibu
hamil yang menderita anemia, dimana ditemui
hanya 61,1 persen ibu hamil yang memiliki Untuk melihat kemaknaan hubungan
kadar haemoglobin normal (>10.5 gr%), dan antarakadar Hb dan kadar asam folat dalam
sisanya ditemukan 38,9 persen ibu hamil darah ibu sebagai variabel dependen dengan
dengan kadar HB yang rendah (< 10,5 gr%). ukuran lingkar kepala sebagai variabel
independen dilakukan analisis uji chi square.
180
Tabel 4. Hubungan kadar asam folat darah ibu dengan lingkar kepala bayi baru lahir
% % F % F
Tinggi 80 1 20 100 5
0,022 22 (1,540-314,2)
84,
Rendah 15,4 11 6 100 13
Total 12 100 18
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa ibu hamil kepala normal, sedangkan pada ibu dengan
dengan kadar haemoglobin yang normal 54,5 kadar haemoglobin rendah tidak ditemukan
persen melahirkan bayi dengan lingkar bayi lahir dengan lingkar kepala normal,
181
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )
dimana 100 persen bayi pada ibu dengan haemoglobin ibu dengan pertumbuhan otak
haemoglobin rendah lahir dengan lingkar intra ueterin. Namun dari nilai OR=0,455 yang
kepala kecil, dengan nilai p=0,025, yang berarti bahwa hubungan ini sebagai protektif.
artinya ada hubungan antara kadar
Tabel 5. Hubungan kadar haemoglobin darah ibu dengan lingkar kepala bayi baru lahir
Lingkar Kepala
Kadar Jumlah P OR 95%CI
Norma
Haemoglobi l Kecil
n
% F % % F
10
Normal 54,5 5 45,5 0 11
10 0,025 0,455 (0,238–0,868)
Rendah 0 7 100 0 7
10
Total 0 18
Asam Lingkar
Kadar Hb Folat Kepala
182
Pearson Correlation 1 0,517
Asam Folat Sig. (2-tailed) 0,028
N 18 18
Hubungan kadar asam folat dan lingkar kadar asam folat dalam darah ibu akan
kepala pada Gambar1 berpola positif, hal ini diikuti dengan pertumbuhan otak intrauterin
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya yang ditandai dengan peningkatan lingkar
kepala.
Asam Folat
Observed
Linear
40.0
30.0
20.0
10.0
Lingkar Kepala
183
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa pada Lebih lanjut mengenai besarnya kontribusi
b kadar Hbdan asam folat terhadap pertumbuhan
kolom Sig (signifikan) pada tabel Anova
Nilai sig. 0,028 atau lebih kecil dari nilai otak janin dapat dilihat pada tabel 8.
probabilitas 0,05 atau nilai 0,05>sig 0,028,
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien korelasi ganda adalah signifikan.
Sum of Mean
No Df F Sig.
Squares Square
Regressio
1 n 500,848 1 500,848 Model .028(a)
2 Residual 1,371,430 16 85,839
3 Total 1,874,278 17
R Square
184
perkembangan otak anak lebih banyak
dipengaruhi setelah anak lahir yang berasal dari
stimulus yang diberikan, Tanpa stimulasi, otak bayi
menjadi tidak terolah. Akibatnya, jaringan saraf
(sinaps) yang jarang atau tidak terpakai akan
musnah, bahkan menurut ketua Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), sinaps berkembang pesat hanya
dalam ukuran jam setelah lahir. Perkembangan ini
sangat berperan dalam kemampuan penglihatan,
bicara, dan kepandaian anak. Hal yang harus
diperhatikan bahwa perkembangan otak yang baik
akan terjadi pada otak dengan pertumbuhan yang
baik pula. Pertumbuhan yang baik ini dapat
dihubungkan dengan massa otak.
185
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )
186
hamil dikategorikan berdasarkan kategori tinggi
dan rendah yaitu >27 nmol/l dan <27 nmol/l, maka
ditemukan hasil 80% ibu dengan kadar asam folat
tinggi melahirkan bayi dengan ukuran lingkar
kepala bayi yang normal, sementara pada ibu yang
kadar asam folatnya rendah hanya 15,4 persen yang
melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala yang
normal. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji statistic
dimana ditemui nilai p=0,022 atau lebih kecil dari
nilai p yang ditetapkan (p=0,05) yang berarti bahwa
ada hubungan antara kadar asam folat dalam darah
ibu dengan ukuran lingkar kepala bayi. Bahkan dari
nilai OR pun diketahui ibu dengan kadar asam folat
yang tinggi 22 kali lebih besar kemungkinan
melahirkan anak dengan ukuran lingkar kepala
bayi.
187
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 82 – 90
188
DAFTAR PUSTAKA
rd
6. Varney H.Varney’s Midwifery (3
akan bermuara dengan peningkatan kualitas ed). 1997. Sudbury, MA: Jones and
SDM dimasa yang akan datang. Bartlett Publisher
7. Purwani E dan Zulaekah S. Risiko
Lahirnya Bayi Cacat Pembuluh Syaraf
KESIMPULAN DAN SARAN pada Ibu Hamil yang Kekurangan
Asam Folat. 2008.Surakarta: UMS
Saran
189
Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil…( Jundra,
Ari )
190
f. Yusmardi. Perbandingan Kadar Serum Asam Folat Maternal Penderita PEB
dengan Kehamilan Normal.2010. Sumatera Utara: Universitas Sumatera
Utara
191
13. I
Dwinanda, Reiny. bu Hamil
KonsumsiAs Fola B Hindar
am t isa i
Autisme?Dia p tang 1
kses ada gal 3
Februa2013 d
ri . Diunduh ari
http://www.republika.co.id/berita/h
umair
a/ibuanak/13/03/06/mj8o60 -ibu-
hamil-
konsumsi-asam-folat-bisa-
hindari-
autism
e
14. Gary Mechanis
Steinman, . ms of
Twinin VI Effe o Di a
g: I. ct f et nd
Medicine,May2006;51:405-10
192
193