Anda di halaman 1dari 188

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGAPADA TAHAP KELUARGA


DENGAN LANSIA PENSIUN

Oleh :
Kelompok 8 / Kelas 6B
Anggota Kelompok

1. Alimatus Sa'diyah 1130016005


2. Siti Aisha 1130016047
3. Sody Riska Dinardilla 1130016094
4. Fildzah Nur Masithoh 1130016123

Fasilitator :
Nety Mawarda Hatmanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat mengerjakan tugas kelompok makalah
tentang “tahap keluarga dengan lansia pensiunan” dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, meskipun kami juga menyadari segala kekurangan yang ada di
dalam makalah ini.

Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah
kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang
sederhana dan mudah di mengerti. Selain kami memperoleh sumber dari beberapa
buku pilihan Pada kesempatan ini, perkenankan kami mengucapkan terima kasih
dosen pembimbing yang sudah membantu dalam proses perkuliahan,teman-teman
kelompok yang telah membantu dan memberikan dukungan untuk penyelesaian
makalah ini. Kami menyadari bahwa makaah ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif dan membangun dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas makalah-makalah
kami berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Surabaya, 25 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Daftar Singkatan, Simbol, Istilah
BAB 1 TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Dasar Keluarga............................................................................1
1.2 Konsep Dasar Tahap Lansia Pensiunan.................................................17
1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga......................................25
BAB 2 HASIL
2.1 Pengkajian..............................................................................................70
2.2 Diagnosa................................................................................................111
2.3 Intervensi................................................................................................120
2.4 Implementasi dan evaluasi....................................................................124
BAB 3 Simpulan dan Saran
3.1 Simpulan.................................................................................................131
3.2 Saran.......................................................................................................131
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB 1
TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Keluarga


1.1.1 Pengertian keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi keluarga
bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh “pendefinisi” yaitu,
memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi kepribadian sehingga
penekanan diberikan kepada karakteristik transaksional dinamis keluarga.
Penulis yang menggunakan perspektif umum mendefinisikan keluarga
sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat sulit bergantung dan dipengaruhi baik oleh
struktur internal maupun lingkungan eksternalnya. Penulis yang
menggunakan perspektif para ahli pascamodernisme keluarga memandang
bahwa individu dari tiap generasi berikutnya akan mendefinisikan kembali
keluarga, bahkan reproduksi yang merupakan fungsi paling dasar dari
keluarga pun dipandang terpisah dari keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersaman
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian
dari keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga adalah “peyangga” antara individu dan masyarakat. Keluarga
memnuhi kebutuhan individu melalui penyediaan kebutuhan dasar (makanan,
tempat tinggal, pakaian, dan kasih sayang). Bagi anak , keluarga adalah guru
pertama, karena keluarga yang akan mengenalkan anak pada peraturan sosial
dan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kehidupan untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak (Sahar, 2019).

1
1.1.2 Tipe dan bentuk keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,
dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional
seperti :
1. Menurut Maclin (1998) dalam Achjar (2010), pembagian tipe keluarga :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau
ditinggalkan
3) Pasangan inti adalah hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa
anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Pasangan usia pertengahan atau lansia adalah suami sebagai
pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin
atau bekerja.
5) Jaringan keluarga besar adalah teridiri dari keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menukah hidup berdekatan dalam
daerah geografis.
b. Keluarga Non Tradisisonal
1) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
2) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.
2. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam Achjar (2010), membagi
tipe keluarga berdasarkan :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak angkat.
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
penceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja.
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut.
b. Keluarga Non Tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah.
2) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter & Mc Goldrick (1988) dalam Achjar (2010), membagi
tipe keluarga berdasarkan :
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
1.1.3 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga (Achjar, 2010). Terdapat
beberapa fungsi keluarga yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan pembentukan struktur dan pembatas yang
menciptakan rasa memiliki antar sesame anggota keluarga dan menciptakan
identitas sebagai bagian dari keluarganya (Sahar, 2019). Fungsi afektif
merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami
tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat
bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang (Achjar, 2010).
Ketika kebutuhan afektif keluarga tidak dapat terpenuhi secara adekuat,
maka akan menimbulkan tekanan dalam keluarga. Gejala disfungsi afektif
dalam keluarga meliputi respons emosional seperti marah, depresi, cemas,
perilaku lalai, serta keluhan somatic seperti penyakit fisik pada anggota
keluarga (Sahar, 2019)
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk menanamkan nilai-
nilai yang ada di keluarga terhadap anggota keluarga yang dimilikinya (Sahar,
2019). Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga memperkenalkan
anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan
norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan
dalam masyarakat (Achjar, 2010).
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam melindungi keamanan dan
kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisik, mental dan spiritual, demean cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga (Achjar, 2010). Kendala keluarga dalam memberikan perawatan
kesehatan pada seluruh anggota keluarga antara lain adalah kurangnya
akses ke pelayanan kesehatan, kurang dana atau pembiayaan, pendidikan,
tingkat pendapatan yang kurang sehingga kurang dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan tersedia (Sahar, 2019)
4. Fungsi Ekonomi
Menurut Stanhope dan Lancaster (2012) pendapatan keluarga
merupakan faktor yang sagat penting dan harus tersedia di dalam keluarga.
Fungsi ekonomi keluarga berkaitan juga dengan pola konsumsi keluarga,
pengelolaan keuangan, penyediaan perumahan, asuransi, dana pensiun dan
tabungan. Fungsi ekonomi keuarga ialah keluarga memperoleh sumber-
sumber penghasilan dan pengaturan penggunaan penghasilan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya ayah sebagai pencari uang untuk
kebutuhan dan ibu bertugas mengurus anak (BKKBN, 2016).
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi saat ini berkembang tidak hanya sebatas
menghasilkan keturunan melalui perkawinan. Fungsi reproduksi bertujuan
untuk melanjutkan garis keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
serta memelihara dan merawat anggota keluarga. Fungsi reproduksi
keluarga merupakan sebuah bentuk jaminan keberlangsungan antar
generasi keluarga dan masyarakat, yaitu memberikan anggota baru kepada
masyarakat (Sahar, 2019).
6. Fungsi Biologis
Menurut Nur’aeni (2010) Faktor ini meliputi perlindungan
kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta
perlindungan terhadap hubungan seksualnya. Faktor biologis, bukan hanya
ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan
membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya (Achjar, 2010).
7. Faktor Psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan
identitas keluarga (Achjar, 2010).
8. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai demean tingkatan
perkembangannya (Achjar, 2010).
1.1.4 Struktur keluarga
Menurut Harnilawati (2013) struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi, keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri
dari bermacam-macam di antaranya adalah :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri
1.1.5 Peran keluarga
Menurut Harnilawati (2013) Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik
yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing antara lain :
1. Ayah yaitu sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagi pencari
nafkah, pendidik, peindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
2. Ibu yaitu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-
anak, pelindung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga,
dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu
3. Anak yaitu berperan sebagai pelaku psikososial sesuai demean
perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.
1.1.6 Tugas keluarga
Tugas keluarga menurut Achjar (2010) :
1. Mengenal masalah kesehatan, seperti bagaimana persepsi keluarga
terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
2. Pengambilan keputusan, yaitu sejauh mana keluarga mengerti
menegenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh
keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi,
adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi
keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang
berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau
oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan
keluarga.

1.1.7 Tumbuh kembang keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (1977) dan Duvall & Miller
(1985) :
1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, secara harmonis berhubungan demean
sanak saudara, merencanakan sebuah keluarga.
2. Tahap II, Childbearing family (melahirkan anak pertama hingga anak
tertua berusia 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga adalah membentuk keluarga muda
sebagai suatu unit, memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik
mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota
keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan,
memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran
menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
3. Tahap III, keluarga dengan anak prasekolah (anak tertua berumur 2½
sampai 6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, menyosialisasikan anak, mengintegrasikan anak kecil sebagai
anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga dan di luar
keluarga.
4. Tahap IV, keluarga dengan anak sekolah (anak tertua usia 6 sampai 13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyosialisasikan anak-anak,
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-
anak yang sehat demean teman sebaya, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.
5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 sampai 20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa,
memfokuskan kembali hubungan pernikahan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak.
6. Tahap VI, keluarga melepaskan anak dewasa muda (terdiri dari anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga adalah memperluas lingkungan keluarga
terhadap anak dewasa muda termasuk memasukkan anggota keluarga
baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk
memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan,
membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
7. Tahap VII, orang tua paruh baya (semua anak meninggalkan rumah
sampai orang tua pensiun)
Tugas perkembangan keluarga adalah menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang
bermaknaantara orang tua yang telah menua dan anak mereka,
memperkuat hubungan pernikahan.
8. Tahap VIII, keluarga lansia pensiunan (anggota keluarga lansia atau
pensiunan sampai kematian kedua pasangan)
Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,
mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, merencanakan kegiatan
untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
1.1.8 Keluarga Sejahtera
Adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:

1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)


Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator
Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs).
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I,
tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga
Sejahtera II atau indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological needs)
keluarga.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I
dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5
(lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator
“kebutuhan pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I,
8 (delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus
(KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam)
indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator
KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus.
1.1.9 Indikator tahapan keluarga sejahtera.
1. Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator
”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21 indikator
keluarga sejahtera yaitu:
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih.
Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan
masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa
makan nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau seperti
makan sagu bagi mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya.
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang
tidak hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai
pakaian yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda.
Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau beristirahat di
rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk bekerja (ke
sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula dengan
pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan perkawinan,
piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan
dinding yang baik.
Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan
rumah tinggal keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam
kondisi yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun
dari segi kesehatan.
d. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan,
Apotek, Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan obat obatan yang diproduksi secara modern dan telah
mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang (Departemen
Kesehatan/Badan POM).
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi.
Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana atau tempat
pelayanan KB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter
Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan pelayanan
KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW, MOP,
Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur yang
membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan Usia
Subur).
f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15
tahun dari keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun),
yang harus mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan
anak usia 7-15 tahun di keluarga itu terdaftar dan aktif bersekolah
setingkat SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.
2. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator
”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
a. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah kegiatan
keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran
agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing
keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan sendiri-
sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah, atau di tempat
tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing masing
agama/kepercayaan.
b. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau
ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi
keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga
vegetarian.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru dalam setahun.
Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas)
yang merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli
atau dari pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim
dipakai sehari hari oleh masyarakat setempat.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni
rumah.
Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas
lantai rumah, baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk
bagian dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan gudang yang
apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah diperoleh luas ruang
tidak kurang dari 8 m2.
e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga
dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan seseorang dalam
keluarga yang berada dalam batas batas normal, sehingga yang
bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa
harus tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke sekolah
selama jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan demikian anggota
keluarga tersebut dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kedudukan masing masing di dalam keluarga.
f. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan.
Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan adalah keluarga yang paling kurang salah seorang
anggotanya yang sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa
uang atau barang dari sumber penghasilan yang dipandang layak
oleh masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan minimal sehari
hari secara terus menerus.
g. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan
latin.
Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan
latin adalah anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun dalam
keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus memahami
arti dari kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak
berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga
berumur 10-60 tahun.
h. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi.
Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih
berstatus Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih
ikut KB dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern,
seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan MOW.
3. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator
”kebutuhan pengembangan” (develomental needs), dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
adalah upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama
mereka masing masing. Misalnya mendengarkan pengajian,
mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi anak anak,
sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama Islam atau sekolah
minggu bagi anak anak yang beragama Kristen.
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang
atau barang.
Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk
uang atau barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang
disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa barang
(misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan,
rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila
diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-
c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan
seluruh anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga
waktu sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk
komunikasi membahas persoalan yang dihadapi dalam satu minggu
atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar seluruh anggota
keluarga.
d. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal.
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari
anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang
bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam,
rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah
raga dan sebagainya.
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet.
Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/
majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi
anggota keluarga untuk memperoleh akses informasi baik secara
lokal, nasional, regional, maupun internasional, melalui media cetak
(seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti
radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak perlu hanya
yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan,
tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga
lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama.
4. Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga,
yaitu:
a. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial.
Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang
memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan sumbangan
materiil secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela, baik dalam
bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat (seperti
untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah
jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di tingkat
RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk
sumbangan wajib.
b. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat.
Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga
yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan bantuan
tenaga, pikiran dan moral secara terus menerus untuk kepentingan
sosial kemasyarakatan dengan menjadi pengurus pada berbagai
organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan, organisasi
adat, kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi
masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).
1.1.10 Level Pencegahan Perawatan Keluarga
1. Pencegahan Primer
Tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul,
kegiatannya berupa pencegahan spesifik dan promosi kesehatan,
seperti pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan
sanitasi lingkungan, olah raga, imunisasi (Achjar, 2010).
2. Pencegahan Sekunder
Tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada masa awal masalah
timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan melakukan deteksi
dini dan melakukan tindakan penyembuhan seperti screening
kesehatan, deteksi dini adanya gangguan kesehatan (Achjar, 2010).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan yang dimulai pada saat masalah kesehatan telah selesai,
selain mencegah komplikasi juga meminimalkan keterbatasan dan
memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi, seperti melukan rujukan
kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah,
memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian (Achjar,
2010).
1.2 Konsep Tahap keluarga Dengan Lansia Pensiun
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain (Duvall & Miller, 1985). Jumlah
individu lansia-individu berusia 65 tahun ke atas-di Amerika Serikat telah
meningkat dengan cepat selama dua dekade terakhir, dua kali lebih cepat dari
populasi lainnya.
1.2.1 Konsep Menua
Menua adalah proses natural yang dialami oleh seluruh kehidupan
makhluk hidup. Konsep menua paling sering didefinisikan secara kronologis. Usia
kronologis merujuk pada jumlah dalam tahun seseorang hidup. Pengertian lanjut
usia (lansia) dijelaskan dalam undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Namun, biro pusat statistic (2012) menggunakan batasan lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 65 tahun (enam puluh lima)tahun ke
atas. Walaupun demikian, sangat penting untuk diingat bahwa lanjut usia tidak
dapat dikelompokkan secra kolektif sebagai 1 bagian populasi. Pengelompokan
meliputi lansia awal (65-74 tahun), lansia pertengahan (75-84 tahun), lansia akhir (85-
99 tahun) dan lansia elit (lebih dari 100 tahun) digunakan untuk membedakan kelompok
kohort pada lansia (Touhy dan Jett, 2012) .
Kebanyakan lansia lebih focus padaa kemampuan fungsional mereka dari
pada usia kornologis mereka. Membantu lansia untuk mempertahankan fungsi dan
kemandiriannya adalah focus utama dari keperawatan.
Tsai (2005) meneliti factor-faktor yang diprediksi menimbulkan stress dan
depresi pada lansia dan atritis. Data sekunder dari 234 orang usia 65 tahun dan
lebih (rerata usia 74,1 tahun), dilakukan analisis dengan hasil bahwa lansia
dengan tingkat ketidak mampuan yang tinggi, kesulitan keuangan, kurang
dukungan social, dan usia lebih muda lebih mungkin memiliki tingkat stress yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tidak menunjukkan karakteristik.
1.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Lansia
Masyarakat kita menekankan pencapaian lansia di masa mudanya dan
memuliakan perode muda. Oleh karena itu, orang dewasa, melalui riasan, pakaian,
dan gaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka selama mungkin.
Penuaan telah dipandang sebagai penurunan yang mengganggu, dan perburukan
penyakit yang hanya memengaruhi lansia dalam presentasi kecil sering kali
dipandang sebagai sebuah norma bukan pengecualian. Penuaan normal sering
dianggap sebagai suatu periode sakit, keadaan tua yang lemah, dan bergantung.
Bagi komunitas luas dan keluarga individu, beradaptasi dengan lansia untuk tetap
produktif. Oleh karena itu, penilaian masyarakat yang negatif terhadap lansia telah
memengaruhi citra diri mereka secara negatif.
Sampai saat ini, banyak asosiasi dan lebih banyak literatur yang membela
dan mengilustrasikan kekuatan, sumber, dan aspek positif lain dari penuaan. Hal
ini mulai menghilangkan negativisme dan pemikiran stereotipe mengenai lansia
dan membantu kita mengenali aset-aset lansia dan keanekaragaman gaya hidup di
antara anggota kelompok usia ini.
Sikap kita mengenai penuaan dan lansia, walaupun tetap negatif, tampak
telah berubah. Penelitian terbaru yang meneliti sikap masyarakat terhadap lansia
telah divadilasi bahwa lansia dipandang lebih positif (Austin, 1985; Schonfield,
1982). McCubbin dan Dahl (1985) melaporkan, “Banyak pengamat percaya
bahwa lansia mendapatkan penghargaan kembali di Amerika Serikat. Suatu
generasi baru lansia memiliki pendidikan yang lebih baik, lebih berpengaruh,
lebih sehat dan lebih aktif daripada generasi tua sebelumnya-mengidentifikasi
kembali istilah menua”. Perubahan dalam sikap ini meningkatkan bayangan lansia
mengenai diri mereka sendiri
1.2.3 Perubahan Fisiologi
1. Perubahan sensori
a. Penglihatan
1) Berkurangnya ketajaman penglihatan
2) Berkurangnya akomodasi penglihatan
3) Meningkatnya keburaman
b. Pendengaran
1) Penurunan kemampuan untuk mendengar-presbikusis
2) Penurunan kemampuan untuk mendengar huruf konsonan
dengan suara frekuensi tinggi
c. Perasa
1) Penurunan sensasi rasa
2) Penurunan produksi saliva
3) Penurunan sensitivitas pada rasa manis dan asin
d. Penciuman
1) Penurunan ketajaman pembau
e. Peraba
1) Penurunan sensitivitas peraba
2. System saraf
a. Penurunan aliran darah pada saraf dan otak
b. Penurunan reflek autonomi dan volunteer
c. Penurunan kapasitas untuk merasakan nyeri dan tekanan
d. Meningkatkan jumlah plak dan neurofibrile yang kusut
3. Perubahan kognitif dan keseimbangan
a. Waktu reaksi lebih lambat
b. Waktu belajar melambat
c. Memori : memori jangka panjang lebih baik dari memori jangka
pendek
d. Kepribadian konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya
4. Tidur
a. Penurunan sikluas tidur tahap 3 dan 4
b. Tingkatkan keinginan tidur pada malam hari
c. Penurunan yang tajam pada jumlah jam tidur
5. Sistem kardiovaskuler
a. Penurunan tonus dan elastisitas dari aorta dan pembuluh adarah
besar
b. Penipisan dan kekakuan katub jantung
c. Melambatnya kondisi system jantung
d. Menurunnya kemampuan perbaikan kontarktilitas dan iritabilitas
jantung
e. Penurunan curah dan output jantung
f. Penurunan kemampuan untuk meningkatkan denyut jantung ketika
terjadi stress
g. Peningkatan tekanan sistolik
6. Sistem pernafasan
a. Penurunan dari ukuran, ekspansi, aktivitas dan recoil paru
b. Peningkatan kekakuan paru-paru dan rongga
c. Turunkan respons batuk
d. Penurunan jumlah alveoli dan pertukaran gas
7. Sistem muskuluskeletal
a. Atropi dan penurunan serat otot
b. Penurunan massa dan kekuatan otot
c. Penurunan mineral dan massa tulang, yang menyebabkan tulang
keropos dan rapuh
d. Pemendekan tulang vertebra
8. Sistem reproduksi
a. Wanita
1) Atropy vulva dan penipisan labia
2) Vagina mongering
3) Penurunan jumlah dan elastis jaringan payudara
b. Laki-laki
1) Penurunan elastisitas kulit skrotum
2) Penebalan jaringan prostat
3) Membutuhkan waktu lama untuk ereksi tapi dapat bertahan
lebih lama
9. Sistem integumen
a. Penurunan intensitas kulit
b. Secara umum kulit menipis dan kering
c. Atropi kelenjar keringat dan penurunan keringat
d. Gangguan termogulasi
1.2.4 Kehilangan Yang Biasa Terjadi Pada Lansia Dan Keluarga
Pada saat penuaan berlangsung dan pensiun telah menjadi kenyataan,
terhadap berbagai stressor atau kehilangan yang dialami oleh beberapa lansia dan
pasangannya yang akan mengganggu transisi peran mereka. Stressor ini dapat
berupa:
1. Ekonomi-Menyesuaikan terhadap penurunan pendapatan pokok;
selanjutnya mungkin menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi
(bergantung pada keluarga atau pemerintah untuk mendapat subsidi)
2. Perumahan-Sering berpindah ke tempat tinggal yang lebih kecil,
fasilitas hidup dibantu, dan kemudian dipaksa untuk pindah ke panti
werda
3. Sosial-Kehilangan (kematian) saudara kandung, teman, dan pasangan
4. Pekerjaan-Berhenti bekerja dengan mengundurkan diri atau pensiun
dan kehilangan peran kerja serta rasa prokduktivitas
5. Kesehatan-Penurunan fungsi fisik, mental, dan kognitif; merawat
pasangan yang kurang sehat
Masuk ke dalam pensiun total adalah titik perpindahan siklus kehidupan
yang utama. Hal tersebut biasanya berarti kehilangan status dan dukungan sosial
yang sedang sampai signifikan dan perubahan gaya hidup, termasuk
maningkatnya waktu luang (Rubin & Neiswiadomy, 1995). Transisi ini
melibatkan orientasi kembali nilai dan tujuan serta pengarahan kembali energi.
Akan tetapi apa yang dibawa oleh perubahan tersebut tidak seluruhnya benar,
karena peran dan norma untuk lansia dan pasangannya adalah ambigu. Ruang
lingkup yang jelas dapat samar-samar karena pasangan yang telah pensiun,
terutama suami, terlibat dalam aktivitas rumah tangga. Integrasi kembali ini
mungkin bukan merupakan masalah bagi beberapa pasangan, sedangkan bagi
pasangan lain integrasi kembali ini mungkin sulit (Walsh, 1989).
Masa pensiun terdiri dari seperempat atau lebih dari masa kehidupn rata-rata
individu. Usia pensiun rata-rata pada pria dan wanita telah menurun dari tahun 66
tahun (tahun 1985 sampai 1990) (Gendell & Siegel, 1996). Jumlah pasangan yang
keduanya telah pensiun, meningkat terus menerus dalam dua dekade terakhir, dan
kecenderungan ini diharapkan terus belanjut. Sementara beberapa lansia mungkin
beruntung dapat kembali bekerja setelah pensiun dari posisi mereka terdahulu,
lansia lainnya tidak dapat bekerja, kadang kala karena kesehatan mereka yang
menurun.
Tentu saja kesehatan yang menurun akan memengaruhi adaptasi terhadap
pensiun. Haug, Belgove, dan Jones (1992) juga melaporkan bahwa pendidikan
istri adalah variable signifikan yang memengaruhi transisi pensiun. Faktor lain
yang memengaruhi kemampuan seorang pasangan untuk beradaptasi dengan
pensiun adalah kesiapan mereka untuk berhanti bekerja, harapan pasangan,
rencana untuk pensiun, keamanan finansial, dan dukungan eksternal yang mereka
miliki (Dorfman & Rubenstein, 1993; Honing, 1996; Knesek, 1992).
1.2.5 Tugas Perkembangan Keluarga
Mempertahankan penataan kehidupan yang paling memuaskan adalah
tugas keluarga lansia yang paling penting. Kembali ke rumah setelah individu
pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik. Pada tahun-tahun sesaat
sesudah pemberhentian kerja, pasangan biasanya tetap tinggal di rumah sampai
pajak kepemilikan, kondisi lingkungan di sekitar rumah, ukuran atau kondisi
kesehatan memaksa mereka untuk menemukan akomodasi yang lebih sederhana.
Walaupun sebagian besar lansia memiliki rumah sendiri, sebagian besar rumah
tersebut sudah tua dan sering kali mengalami kerusakan; banyak rumah yang
berlokasi di area yang tingkat kriminalisasinya tinggi sehingga lansia memiliki
kemungkinan untuk menjadi korban. Lansia sering kali cenderung “terikat”
walaupun kondisi lingkungan di sekitar rumah telah memburuk (Lawton, 1985).
Meskipun demikian, lansia yang tinggal di rumah mereka sendiri secara umum
lebih dapat menyesuaikan diri dengan baik daripada mereka yang tinggal di
rumah anak-anak mereka. Menurut suatu penelitian oleh Day dan Day (1993),
wanita yang hidup dengan pasangan mereka dan wanita yang hidup dengan
seorang diri menunjukkan proses penuaan yang lebih berhasil dibandingkan
wanita yang tinggal dengan kerabatnya.
Penataan kehidupan seseorang merupakan suatu prediktor berharga dalam
memprediksi kesejahteraan lansia (Berriesi, Ferraro, & Hobey, 1984). Relokasi
merupakan pengalaman traumatik bagi lansia, baik perpindahaan yang disengaja
maupun yang tidak sengaja. Relokasi berarti meninggalkan ikatan dan
persahabatan di lingkungan sekitar rumah yang telah memberikan rasa aman dan
stabilitas pada lansia. Relokasi bermakna perpisahan dari warisan dan isyarat yang
mendukung ingatan/memori lama (Lawton, 1980).
Akan tetapi relokasi tidak memengaruhi semua lansia dalam cara yang
sama. Lingkungan yang baru dapat memberi damapak positif pada lansia jika
lansia tersebut diberikan persiapan yang adekuat dan perencanaan yang cermat
untuk perpindahan. Meskipun demikian, beberapa hasil penelitian menyatakan
bahwa ketika lansia pindah, sering kali kesehatan mereka jadi menurun (Lawton,
1985).
Menyesuaikan dengan penurunan pendapatan adalah tugas perkembangan
kedua bagi keluarga lansia. Ketika pria pensiun, terdapat penurunan dratis dalam
penghasilan, dan biasanya seiring dengan perjalanan waktu, pendapatan ini
menjadi semakin kurang mencukupi karena peningkatan biaya hidup yang terjadi
secara terus-menerus dan berkurangnya tabungan/simpanan. Lansia pada dasarnya
memiliki pendapatan tunai yang lebih sedikit daripada pria berusia di bawah 65
tahun. Lansia sangat bergantung pada keuntungan Social Security dan pendapatan
dari aset. Lansia wanita (16%) memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi daripada
pria (9%) (U.S. Bureau of the Census, 1995). Wanita tampaknya lebih mungkin
untuk menunda karir mereka, bekerja paruh waktu, dan mengalami gangguan
dalam siklus pekerjaan yang dapat menyebabkan upah yang rendah dan
keuntungan yang lebih sedikit. Wanita juga cenderung berhenti bekerja untuk
menerima tanggung jawab merawat orang tua atau pasangan mereka yang tengah
menua (Brody, 1985; Minkler & Stone, 1985). Juga, akibat perceraian dan
kematian pasangan, wanita lebih cenderung sendiri setelah pensiun dan dapat
tetap miskin (Haywood & Liu, 1992). Lansia kulit hitam dan lansia Hispanik
secara substansial memiliki pendapatan yang lebih rendah selain mendapat
penghasilan sedang yang lebih rendah daripada pasangan mereka (U.S. Bureau of
the Census, 1995).
Tugas perkembangan kelima adalah beradaptasi dengan pertahanan
ikataan keluarga antar generasi. Walaupun terdapaat kecenderungan bagi lansia
untuk melepaskan diri dari hubungan sosial, keluarga tetap mengingatkan focus
interaksi sosial pada lansia dan sumber dukungan sosial primer mereka. Pada saat
lansia menarik diri dari aktivitas di dunia luar, hubungan dengan pasangan, anak,
cucu, dan saudara kandung menjadi lebih penting
1.2.6 Perhatian Kesehatan
Lansia adalah pengunaan pelayanan kesehatan yang terbanyak (U.S.
Senate Special Committee on Aging, 1987-1988). Lebih dari 4 sampai 5 lansia
minimal mengalam satu penyakit kronik, dan kondisi multipel merupakan hal
yang umum pada lansia. Pada tahun 1990, presentasi lansia, 12,7% dari total
populasi, tetapi 33% dari mereka tercatat sebagai pengguna pelayanan kesehatan
di Amerika Serikat.
Meningkatnya usia juga sangat berhubungan dengan disabilitas, walaupun
kesehatan yang buruk tidak sebanyak yang diperkirakan masyarakat. Pada tahun
1992, tiga dari setiap empat orang lansia berusia 65 sampai 74 tahun yang tidak
tinggal di institusi menganggap diri mereka memiliki kesehatan yang baik. Dua
dari tiga lansia berusia 75 tahun atau lebih merasakan hal yang sama (U.S. Bereau
of the Census, 1995). Wanita lansia cenderung lebih banyak mengalami disabilitas
fungsional, gangguan mobilitas dan penyakit kronik daripada lansia (Penning &
Strain, 1994; Santiago & Muschkin, 1996). Tujuh dar sepuluh kematian lansia
dapat disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, atau stroke (U.S. Bereau of the
Census, 1995).
Faktor-faktor seperti menghilangnya kekuatan dan fungsi fisik, sumber
finansial yang tidak adekuat, isolasi sosial kesepian, dan banyak kehilangan lain
yang dialami lansia, menunjukkan beberapa kerentanan psikofisiologis penuaan
manusia. oleh karena itu, dibutuhkan perhatian penuaan manusia. oleh karena itu,
dibutuhkan perhatian terhadap kesehatan kronik multipel dan kebutuhan asuhan
jangka panjang.
1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawataan Keluarga
1.3.1 Pengkajian
1. Mengidentifikasi Data
Data-data yang menggambarkan keluarga dalam hal-hal dasar
dicantumkan dalam bagian ini.
a. Nama keluarga
b. Alamat dan telepon
c. Komposisi keluarga : penggunaan genogram keluarga dianjurkan
(lihat gambar 8-1).

Tabel 1.3 Komposisi Keluarga


Hubungan Dengan
No Nama L/P Pekerjaan Pendidikan Keterangan
Keluarga

Tabel Imunisasi 1.4


Waktu
No Jenis Imunisasi Tn Ny An
Pemberian
1 Hepatitis B
2 Polio
3 BCG
4 DIP
5 Hib
6 PCV
7 Rotavirus
8 Influenza
9 Campak
10 MMR
11 Tifoid
12 Hepatitis A
13 Varisela
14 HVP
15 Japanese encephalit
16 Dangue

Genogram 1.5
Sumber : (Friedman, 2010)
d. Tipe bentuk keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,
dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional
seperti:
1) Menurut Maclin (1988), pembagian tipe keluarga:
a) keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau
ditinggalkan.
c) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d) Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau
kerja.
f) Jaringan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan
dalam daerah geografis.
g) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).
h) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak.
i) Keluarga gay/lesbian adlah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
j) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih
satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.
2) Menurut Allender & Spradley (2001), membagi tipe keluarga
berdasarkan :
a) Keluarga inti (nuclear family) yaitu, keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak angkat.
b) Keluarga besar (extended family) yaitu, keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek,paman, dan bibi.
c) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
e) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja.
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut.
g) Commune Family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah.
h) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perwakilan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
i) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Menurut Carter & Mc Goldrick (1988) dalam setiawati & Dermawan
(2005), membagi tipe keluarga berdasar :
a) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
b) Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
c) Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa
pernikahan.
e. Latar belakang kebudayaan (Ethik) (termasuk luasnya akulturasi):
Dalam menjelaskan data ini, gunakan kriteria berikut ini sebagai panduan
untuk menentukan kebudayaan dan orientasi religius keluarga serta
luasnya akulturasi.
1) Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar belakang
etnik (identifikasi diri)?
2) Bahasa yang digunakan di rumah? Apakah semua anggota keluarga
berbicara bahasa inggris?
3) Negara asal dan lama tinggal di Amerika serikat (generasi ke berapa
anggota keluarga tersebut, dalam kaitannya dengan status imigrasi
mereka) dan alasan keluarga berimigrasi?
4) Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
5) Tempat tinggal keluarga (bagian dari lingkungan yang secara etnik
bersifat homogen)?
6) Aktivitas keagamaan, sosial, kebudayaan, rekreasi, dan/atau
pendidikan (apakah aktivitas ini berada dalam kelompok kebudayaan
keluarga?
7) Kebiasaan diet dan berpakaian (tradisional atau barat)
8) Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?
9) Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional atau
“modern”?
10) Porsi komunitas yang umum bagi keluarga-kompleks teritorial
keluarga (apakah porsi tersebut selalu di dalam komunitas etnik)?
11) Penggunaan praktisi dan jasa keperawatan kesehatan keluarga.
Apakah keluarga mengunjungi praktisi umum, terlibat dalam praktik
perawatan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan
tradisional dalam isu kesehatan?
f. Identifikasi Religius
1) Apa agama keluarga?
2) Apakkah anggota keluarga berbeda keyakinan dan praktik religius
mereka?
3) Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam masjid, gereja, kuil, atau
organisasi keagamaan lainnya?
4) Apa praktik keagamaan yang diikuti keluarga?
5) Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam
kehidupan keluarga?
g. Status Kelas Sosial (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan)
1) Identifikasi kelas sosial keluarga, berdasarkan pada tiga indikator di
atas.
2) Status Ekonomi
3) Siapakah pencari nafkah di dalam keluarga?
4) Apakah keluarga menerima bantuan atau dana penggati? Jika
demikian, apa saja (dari mana)?
5) Apakah keluarga menganggap pendapatan mereka memadai?
Bagaimana cara keluarga melihat dari mereka sendiri dalam
mengelola keuangan?
h. Mobilitas Kelas Sosial
2. Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
b. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang sesuai dengan
tahap perkembangan saat ini.
c. Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau
yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan, dll)
yang terjadi dalam kehidupan keluarga (gunakan genogram untuk
mengumpulkan data ini).
d. Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan asalnya;hubungan
masa silam dan saat dengan orang tua (nenek-kakek) dari orang tua
mereka.
3. Data Lingkungan
Lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan keluarga-mulai dari
pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam rumah hingga komunitas
yang lebih besar tempat keluarga tinggal.
a. Karakteristik Rumah
1) Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartement, sewa kamar, dll).
Apakah keluarga memiliki rumah sendiri atau menyewa rumah?
2) Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis ruang (ruang tamu,
ruang tidur, dll), penggunaan ruang-ruang tersebut dan bagaimana
ruang tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot?
Apakah penerangan, ventilasi, dan pemanas memadai (artifisal atau
panas matahari). Apakah lantai, tangga, pemagaran, dan stuktur
lainnya dalam kondisi yang memadai?
3) Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi, dan adekuasi lemari es.
4) Di kamar mandi, amatai sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk? Apakah anggota keluarga menggunakan handuk yang
sama?
5) Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut
memadai bagi para anggota keluarga dengan pertimbangkan usia
mereka., hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya?
6) Amati keadaan umun kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada
serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau
masalah sanitasi yang disebabkan adanya hewan peliharaan?
7) Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber yang mungkin
menyebabkan racun) yang mungkin terpajang oleh anak yang masih
kecil?
8) Identifikasi unit teritoral keluarga. Apakah mereka nyaman
menggunakan sumber/pelayanan di lingkungan mereka?
9) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasan keluarga mengenai
adekuasi privasi.
10) Evaluasi ada tau tidak adanya bahaya keamanan.
11) Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
12) Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara
keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Apakah keluarga
menyadari keadekuatan rumah terhadap kebutuhan ini?
b. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunikasi yang lebih besar
1) Apa karakteristik dari lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih
besar?
Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).
Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan industri
kecil, agraris) di lingkungan.
Kondisi hunian dan jalan (terpelihara, rusak, tidak terpelihara, sedang
dalam perbaikan)
Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll)
Masalah yang berkaitan dengan kemacetan lalu lintas?
Adanya dan jenis industri di lingkungan. Apakah ada masalah polusi
udara suara, atau air?
2) Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan komunitas?
Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni.
Pekerjaan dan hobi keluarga.
Kepadatan populasi.
Perubahan demografi baru-baru ini di dalam komunitas/lingkungan.
3) Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada dalam
komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek, dll)
Fasilitas kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat darurat)
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, koseling, pekerjaan)
Pelayanan tempat cuci otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadan keluarga.
4) Bagaimana kemudahan akses sekolah di lingkungan dan komunitas
dan bagaimana kondisi sekolah tersebut? Apakah ada masalah
integrasi yang memengaruhi keluarga?
5) Fasilitas rekreasi?
6) Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat mengakses
pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal jarak, kesesuaian, waktu
tempuh)?
7) Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas? Apakah
hal ini merupakan masalah keamanan yang serius?
c. Asosiasi Transaksi Keluarga dengan Komunitas
1) Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan komunitas atau
lembaga pelayanan apa yang dikenal di komunitas?
2) Seberapa sering atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan
atau fasilitas ini?
3) Apa pola teritorial dari keluarga-komunitas atau wilayah yang sering
di kunjungi?
4) Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang relevan dengan
kebutuhannya, seperti transportasi?
5) Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau organisasi yang
memberi bantuan kepada keluarga atau yang berkaitan dengan
keluarga?
6) Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi
1) Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan dan/atau rangkaian
hubungan dari keluarga, seberapa sering komunikasi fungsional dan
disfungsional di gunakan? Buat dalam bentuk diagram atau berikan
contoh pola yang berulang. Seberapa tegas dan jelas anggota keluarga
mengutarakan kebutuhan dan perasaan mereka?
Sejauh mana anggota keluarga mengutarakan klarifikasi dan
kualifikasi dalam berinteraksi?
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons
dengan baik terhadap umpan balik atau biasanya mereka menghalangi
umpan balik dan eksplorasi terhadap isu?
Seberapa baik anggota menjadi pendengar dan mengikuti etika
berkomunikasi?
Apakah anggota keluarga mencari validasi orang lain?
Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang
bersifat menghakimi saat berinteraksi?
Apakah anggita berinteraksi dengan perasaan dalam suatu sikap yang
bersikap menyerang?
Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
2) Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan di dalam
keluarga dan subsistem keluarga?
Seberapa sering pesan emosiona disampaikan?
Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam subsistem keluarga?
Apakah emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif, atau
keduanya?
3) Bagaimana frekuensi dan kulitas komunikasi yang berlangsung dalam
jaringan komunikasi dan dalam beberapa rangkaian hubungan?
Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan siapa seperti apa?
Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan
penting? Apakah ada perantara?
Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia perkembangan
anggota.
4) Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota keluarga sesuai
dengan konteks dan instruksi? (termasuk observasi non verbal). Jika
tidak siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian dan pesan apa yang
ridak sesuai?
5) Proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola komunikasi?
6) Apa saja isu-isu yang tertutup bagi diskusi yang merupakan isu penting
bagi kesejahteraan dan fungsi keluarga yang adekuat?
7) Bagaimana faktor-faktor berikut mempengaruhi pola komunikasi
keluarga :
a) Konteks/situasi
b) Tahap siklus kehidupan keluarga
c) Latar belakang kebudayaan keluarga
d) Perbedaan gander didalam keluarga
e) Bentuk keluarga
f) Status sosioekonomi keluarga
g) Minibudaya keluarga yang unik
b. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir kekuasaan
1) Siapakah yang membuat keputusan? siapa yang memegang “kata
terakhir” atau “siapa yang menang”?
2) Seberapa penting keputusan atau isu ini bagi keluarga? Pertanyaan
yang lebih spesifik mungkin meliputi: siapa yang menganggarkan
bagaimana uang digunakan? Siapa yang memutuskan bagaimana uang
digunakan? Siapa yang memutuskan bagaiman cara menghabiskan
waktu luang atau siapa teman kerabat yng hendak dikunjungi? siapa
yang memutuskan perpindahan dalam pekerjaan atau tempat tinggal?
Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan?
Proses pengambilan keputusan
3) Teknik-teknik khusus apa yang digunakan untuk membuat keputusan
di dalam keluarga dan sejauh mana teknik-teknik ini digunakan (mis.,
konsesus, akomodasi/tawar-menawar, kompromi/paksaan, de facto)?
Dengan kata lain, bagaimana cara keluarga membuat keputusan?
Dasar-dasar kekuasaan. Berbagai dasa dan sumber kekayaan adalah
kekuasaan otoritas yang sah dan variasi dari kekuasaan itu, kekuasan “ tak
berdaya”, kekuasaan referen, kekuasaan ahli atau sumber, kekuasaan
penghargaan. Kekuasaan memaksa, kekuasaan informasional (langsung
atau tidak langsung), kekuasaan afektif, dan kekuasaan manajemen
ketegangan.
4) Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan?
Variabel yang memengaruhi kekuasaan keluarga
5) Mengenali keberadan salah satu variabel berikut ini akan membuat
pengkaji menginterpretasi perilaku keluarga yang memungkinkan
kekuasaan keluarga dapat dikaji
a) Hierarki kekuatan keluarga
b) Tipe bentuk keluarga
c) Pembentukan koalisi
d) Jaringan komunikasi keluarga
e) Perbedaan gender
f) Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
g) Faktor kebudayaan dan interpersonal
h) Kelas social
Keseluruhan kekuasaan sistem dan subsitem keluarga
6) Dari pengkajian anda terhadap seluruh isu-isu yang luas diatas, buat
kesimpulan mengenai apakah kekuasaan keluarga tersebut dapat
termasuk keluarga dominasi istri atau suami, anak, nenek, dll
Kontinum kekuasaan keluarga: jika dominasi ditemukan, siapa yang
dominan?
7) Untuk memutuskan seluruh pola kekuasaan, menanyakan pertanyaan
yang terbuka dan luas sering kali mengaburkan (tanyakan kedua
pasangan dan anak-anak jika mungkin), di bawah ini diberikan
beberapa contoh :
Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat keputusan
tentang isu yang penting?
Siapa yang benar-benar ditugaskan dan mengapa (mencari dasar-dasar
kekuasaan)?
Siapa yang mengatur keluarga?
Siapa yang memenangkan argumen atau isu-isu penting?
Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
Pendapat siapa yang digunakan jika orang tua/suami tidak sepakat?
Apakah anggota keluarga puasdengan bagaimana keputusandibuat dan
siapa yang membuat keputusan tersebut?
c. Struktur Peran
Struktur Peran Formal
1) Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap anggota keluarga?
Uraikan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran
formal mereka
2) Apakah peran ini dapat diterima dan konsisten dengan harapan
anggota keluarga? Dengan kata lain, apakah ada ketegangan atau
konflik peran?
3) Seberapa kompeten anggota merasa mereka melakukan peran
terhormat mereka?
4) Apakah terdapat fleksibilitas dalam peran jika dibutuhkan?
Struktur Peran Informal
5) Peran informal atau peran samar apa yang terdapat di keluarga? Siapa
yang menjalankan dan seberapa sering atau konsisten peran tersebut
dijalanka? Apakah anggota keluarga secara samar menjalankan peran
yang berbeda dari posisi mereka yang dituntut keluarga untuk mereka
mainkan?
6) Apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi sebagai peran
samar atau informal?
7) Apakah ada peran informal yang disfungsional pada keluarga atau
anggota keluarga dalam jangka waktu yang lama?
8) Apa pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut?
Analisis Model Peran (kapan masalah peran muncul)
9) Siapa yang menjadi model mempengaruhi seorang anggita keluarga
dalam kehidupan awalnya. Siapa yang memberikan perasaan nilai-nilai
tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran, dan teknik
komunikasi?
10) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi
pasangan dalam peran mereka sebagai orang tua dan sebagai pasangan
pernikahan, seperti apakah mereka itu?
11) Jika peran informal disfungsional didalam keluarga, siapa yang
menjalankan peran ini didalam generasi yang sebelumnya?
Variabel yang mempengaruhi struktur peran
12) Pengaruh kelas sosial : Bagaimana latar belakang kelas sosial
memengaruhi struktur peran informal dan formal didalam keluarga?
13) Pengaruh kebudayaan : Bagaimana struktur peran keluarga
dipengaruhi oleh latar belakang keluarga agama dan etnik?
14) Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan: Apakah perilaku
peran anggota keluarga saat ini sesuai dengan tahap perkembangan?
15) Peristiwa situasional : Perubahan dalam status kesehatan keluarga.
Bagaimana masalah kesehatan memengaruhi peran keluarga?
Realokasi peran/tugas apa yang telah dilakukan? Bagaimana anggota
keluarga yang telah menerima peran-peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akibat peran? Bagaimana
anggota keluarga dengan masalah kesehatan bereaksi terhadap
perubahan atau hilangnya peran?
d. Nilai Keluarga
1) Penggunaan metode “perbandingan” dan “membedakan” memberikan
kesan (dengan nilai dari kebudayaan yang dominan dan kelompok
rujukan keluarga- kelompok etnik yang diidentifikasi mereka- atau
keduanya)
Produktivitas/pencapaian individu
Individualisme
Materialisme/etika konsumsi
Etika kerja
Pendidikan
Persamaan
Kemajuan dan penguasaan lingkungan,
Orientasi masa depan
Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
Rasionalitas
Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
Perbedaan dalam sistem nilai
2) Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan kelompok rujukan
keluarga atau sistem berinteraksi seperti sistem pendidikan dan
perawatan/pelayanan kesehatan serta komunitas yang lebih luas?
3) sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai masing-masing
anggota keluarga?
Nilai keluarga
4) Seberapa penting nilai-nilai yang diidentifikasi didalam keluarg?
(urutkan dari nilai keluarga yang paling penting)
5) Nilai apa yang dianut secara disadari atau tidak disadari?
6) Apakah terdapat bukti konflik nilai didalam keluarga?
7) Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan derajat
akultrasi, perbedaan generasi, letak geografis (rural, urtan, suburban)
keluarga memengaruhi nilai-nilai keluarga
8) Bagaimana nilai-nilai keluarga memengaruhi status kesehatan
keluarga?
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Saling Asuh, Keakraban, Dan Identifikasi
1) Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan mendukung?
2) Apakah ada perasaan keakraban dan keintiman di antara lingkungan
hubungan keluarga?
Sebaik apa anggota keluarga bergaul satu sama lain?
Apakah mereka menunjukkan kasih sayang satu sama lain?
3) Apakah identifikasi satu sama lain, ikatan, atau kedekatan nampak
ada? (pernyataan empati, perhatian, terhadap perasaan, pengalaman,
dan kesulitan anggotan keluarga lainnya)
Keterpisahan dan keterkaitan
4) Bagaimana keluarga menghadapi isu-isu tentang keterpisahan dan
keterkaitan?
Bagaimana keluarga membantu anggotanya agar bersatudan
memelihara keterkaitan?
Apakah tersedia kesempatan untuk mengembangkan keterpisahan dan
apakah kesempatan tersebut sesuai dengan usia dan kebutuhan setiap
anggta keluarga?
Pola Kebutuhan-Respons Keluarga
5) Sejauh mana anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain
didalam keluarga?
Apakah orang tua (pasangan) mampu menguraikan kebutuhan dan
persoalan anak-anak serta pasangan mereka?
Seberapa peka anggota keluarga dalam menanggapi isyarat yang
berkaitan dengan kebutuhan dan perasaan anggota yang lain?
6) Apakah kebutuhan, minat, dan perbedaan masing-masing anggota
dihormati oleh anggota keluarga yang lain?
Apakah terdapat keseimbangan dalam hal hormat-menghormati
(apakah mereka menunjukkan saling menghormati)?
Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dsn persoalan dari
setiap individu?
Sejauh mana keluarga mengenali bahwa kebutuhan keluarga telah
terpenuhi oleh keluarga? Bagaimana proses pelepasan emosional
(mencurahkan masalah) keluarga?
b. Fungsi Sosialisasi
1) Kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam isu berikut
a) Pengendalian perilaku meliputi disiplin, penghargaan dan hukuman
b) Otonomi dan ketergantungan
c) Memberi dan menerima cinta
d) Latihan perilaku yang sesuai dengan usia (perkembangan fisik,
sosial, emosional, bahasa, dan intelektual)
2) Seberapa adaptif praktik keluarga dalam membesarkan anak untuk
sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?
3) Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak
atau fungsi sosialisasi? apakah fungsi ini dipikul bersama? Jika
demikian, bagaimana hal ini diatur?
4) bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini?
5) keyakinan budaya apa yang memengaruhi pola keluarga dalam
membesarkan anak?
6) bagaimana faktor sosial memengaruhi pola pengasuhan anak?
7) apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah membesarkan
anak? Jika demikian, faktor apa yang menyebabkan keluarga berisiko?
8) apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk
bermain (sesuai dengan tahap perkembangan anak)? Apakah peralatan
permainan yang ada sesuai dengan usia anak?
c. Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
1) berapa jumlah anak?
2) bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga?
3) metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
d. Fungsi Ekonomi
1) sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan?
2) sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Mengenal
a) Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?
b) Promosi/peningkatan kesehatan? Pencegahan?
c) Kegiatan promosi kesehatan apa yang dilakukan keluarga secara
teratur? Apakah perilaku ini merupakan karakteristik dari semua
anggota keluarga, atau apakah apakah pola perilaku promosi
kesehatan sangat bergam di antara anggota keluarga?
d) Apa tujuan kesehatan keluarga?
e) Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit untuk masing-
masing anggota keluarga? Tanda-tanda apa yang memberikan
kesan, dan siapa yang memutuskan?
f) Apakah keluarga dapat mengamati secara akurat dan melaporkan
gejala dan perubahan yang signifikan?
g) Apakah sumber informasi dan saran kesehatan bagi keluarga?
h) Apa persepsi keluarga tentang berapa banyak control kesehataan
yang mereka lakukan dengan melakukan tidakan kesehataan yang
tepat?
i) Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota keluarga dari
hubungan pernikahan (kakek/nenek, orang tua, bibi, paman,
sepupu, saudara, dan generasi) selama tiga generasi?
j) Apakah ada riwayat penyakit genetik atau keturunan di masa lalu
dan sekarang-penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, kanker, gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma, dan keadaan
alergi lainya, penyakit darah, atau penyakit keturunan lainnya.
k) Apakah ada riwayat keluarga tentang masalah emosi atau bunuh
diri? Apakah terhadap penyakit keluarga berkaitan dengan
lingkungan?
l) Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga mengenai perawatan di
rumah?
m) Apakah yang merupakan kebiasaan tidur anggota keluarga?
n) Apakah kebutuhan tidur anggota keluarga sesuai dengan status
kesehatan dan usia mereka?
o) Apakah anggota keluarga menyadari bahwa rekreasi aktif dan
olahraga secara teratur penting untuk kesehatan?
p) Bagaimana status imunisasi anggota keluarga?
q) Apa kebiasaan hygiene oral keluarga yang berkaitan dengan sikat
gigi setelah makan?
r) Bagaimana pola keluarga dalam mengasup gula dan tepung?
2) Memutuskan
a) Apakah terdapat konsisten antara nilai kesehatan keluarga seperti
yang dinyatakan dan tindakan kesehatan mereka?
b) Bagaimana informasi dan saran tentang kesehatan diteruskan
kepada anggota keluarga?
c) Apakah jam tidur ditetapkan secara teratur?
d) Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang secara teratur
dan memiliki cara-cara lain untuk istirahat selama sehari?
e) Di mana anggota keluarga tidur?
f) Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status
kesehatannya?
g) Siapakah pemimpin kesehatan di dalam keluarga?
h) Siapa yang membuat keputusan kesehataan di dalam keluarga?
i) Siapakah yang bertanggung jawab untuk terhadap perencanaan,
belanja, dan persiapan makanan?
j) Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa (ms., lari, bersepeda,
berenang, menari, tenis) yang dilakukan keluarga? Berapa kali?
Siapa yang mengikuti?
k) Apakah aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh anggota keluarga
membutuhkan energi yang kecil untuk dikeluarkan? Apakah
anggota keluarga menghabiskan sedikitnya 30 menit hampir setiap
hari dalam melakukan aktivitas fisik yang sedang atau berat?
l) Apa jenis aktivitas rekreasi/waktu luang subsistem keluarga
(subsistem pasangan, subsistem orang tua anak, dan subsistem
saudara). Seberapa sering aktivitas ini terjadi? Siapa yang
berpartisipasi?
m) Apa yang dirasakan anggota keluarga tentang aktivitas
rekreasi/waktu luang (kepuasan terhadap waktu yang dihabiskan
dan jenis aktivitas).
n) Apakah keluarga menggunakan alkohol, tembakau, kopi, cola, atau
teh? (Kafein dan teobromin adalah stimulasi).
o) Apakah anggota keluarga mengonsumsi obat sebagai penenang?
p) Sudah berapa lama anggota keluarga menggunakan alkohol dan
obat penenang?
3) Merawat
a) Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatan?
b) Masalah kesehatan apa yang saat ini didentifkasi oleh keluarga?
c) Masalah kesehatan apa yang membuat keluarga merasa mereka
rentan?
d) Apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah penyakit?
e) Apa yang dilakukan anggota keluarga ketika merawat anggota
yang sakit di rumah?
f) Bagaimana kemampuan keluarga dalam hal perawatan diri yang
berkaitan dengan pengakuan terhadap tanda dan gejala, diagnosis
dan perawatan di rumah terhadap masalah kesehatan yang umum
dan sederhana?
g) Apakah keluarga mengetahui tentang sumber makanan dari
piramida pedoman makanan?
h) Apakah diet kuluarga adekuat? (catatan riwayat pola makan
keluarga selama tiga hari dianjurkan).
i) Bagaimana makanan disiapkan?
j) Berapa banyak makanan yang dikonsumsi per hari?
k) Bagaiman sikap keluarga terhadap makanan dan jam makan?
l) Bagaimana kebiasaaan keluarga dalam mengonsumsi makanan
kudapan?
m) Apakah penggunaan tembakau, alkohol, atau obat yang diresepkan
oleh anggota keluarga dirasakan sebagai masalah?
n) Apakah penggunaan alkohol atau obat lainnya mengganggu
kapasitas untuk melakukan aktivitas yang biasa?
o) Apakah anggota keluarag secara teratur menggunakan obat yang
dijual bebas atau oabat yang diresepkan?
p) Apakah keluarga menyimpan obat dalam periode yang lama dan
menggunakan kembali?
q) Apa praktik pelayanan/perawatan kesehatan alternatif yang
digunakan oleh anggota keluarga?
r) Bagaimana mereka turut mengikuti praktik ini, dan atas alasan apa
mereka mengikuti praktik ini?
s) Bagaimana perasaan anggota keluarga tentang manfaat praktik ini
terhadap kesehatannya?
t) Sudahkah praktik ini dilaksanakan berdasarkan koordinasi dengan
pelayanna berbasis medis lainnya?
4) Memodifikasi
a) Apakah pekerjaan harian yang biasa memberikan kesempatan
untuk latihan?
b) Apa keyakinan keluarga tentang hubungan aktivitas fisik dengan
kesehatan?
c) Bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang keadaan fisik
ketika berada dalam keadaan sehat?
d) Kapan pemeriksaan terakhir terhadap mata dan pendengaran
dilakukan?
e) Apakah anggota keluarga menggunakan air yang diberi florida, dan
apakah anak-anak dianjurkan untuk menggunakan florida setiap
hari?
5) Memanfaatkan
a) Penggunaan kupon makan
b) Apa lembaga atau dokter yang memberikan pelayanan perawat
memiliki pelayanan darurat?
c) Apakah pelayanan medis dari pemberi pelayanan kesehatan saat ini
tersedia, jika terjadi keadaan darurat?
d) Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga mengetahui di
mana pelayanan darurat terdekat (menurut kelayakan) baik untuk anak-
anak maupun anggota keluarga dewasa?
e) Apakah keluarga mengetahui bagaimana cara menghubungi
ambulans dan pelayanan paramedis?
f) Apakah keluarga memiliki rencana kesehatan gawat darurat?
g) Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima?
h) Apakah keluarga memiliki rencana asuransi kesehatan swasta,
Medicare, atau Medicaid; atau haruskah keluarga membayar penuh
atau sebagian?
i) Apakah keluarga mendapatkan pelayanan gratis (atau mengetahui
siapa yang layak mendapatkannya)?
j) Apa efejk dari biaya perawatan kesehata terhadap pemakaian
pelayanan kesehatan oleh keluarga?
k) Jika keluarga memiliki asuransi kesehatan (swasta, Medicare,
Medicaid), apakah keluarga diinformasikan tentang pelayanan apa
yan dijamin oleh asurans seperti pelayanan preventif, peralatan
medis tertentu, kunjungan rumah, dll?
l) Berapa jarak fasilitas perawatan dari rumah keluarga?
m) Alat transportasi apa yang dilakukan keluarga untuk mencapai
fasilitas perawatan?
n) Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum, masalah apa
yang timbul dalam hal jam pelayanan dan lamanya perjalanan ke
fasilitas pelayanan kesehatan?
f. Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga
Stressor, kekuatan, dan persepsi keluarga
1) Apa saja stresor (baik jangka panjang maupun pendek) yang pernah
dialami oleh keluarga? Merujuk pada Family Inventory of Live Events
and Changes Scale (Tabel 17-2) sebagai contoh stresor yang penting.
Pertimbangkan stresor ekonomi sosial dan linkungan. Bagaimana
kekuatan dan jangka waktu dari stresor ini?
2) Kekuatan apa yang mengimbangi stressor itu? Apakah keluarg mampu
menangani stress dan ketegangan kehidupan keluarga sehari-hari?
sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stresor itu?
3) Bagaiamana keluarga mendefinisikan situasi tersebut?
4) Apakah realistik, penuh harapan, dilhat sebagai tantangan? Apakah
keluarga mampu bertindak berdasarkan pada penilaian realistis dan
objektif terhadap situasi atau perstiwa yang penuh stress? Atau apakah
stressor utama dilihat sebagai hal yang sangat besar, sulit di atasi, atau
sesuatu yang merusak?
Strategi koping keluarga
5) Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor yang sedang dialami?
Strategi apa yang digunakan? Strategi koping apa yang dilakukan
keluarga dan untuk menangani jenis masalah apa? Apakah cara koping
anggota keluarga berbeda untuk mengatasi masalah saat ini? Jika
demikian, bagaimana?
6) Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal?
Mengandalkan kelompok keluarga
Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas (memperkuat kohesivitas)
Fleksibilitas peran
Normalisasi
Mengendalikan makna masalah dengan pembingkaian ulang dan
penilaian pasif
Pemecahan masalah bersama
Mendapaatkan informasi dan pengetahuan
Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
Menggunakan humor dan tawa
7) Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping ekternal berikut
(lihat Tabel?
Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
Menggunakan dukungan spiritual
Menggunakan sistem dukungan sosial
Untuk memperoleh informasi jaringan dukungan sosial lebih lanjut,
baik genogram dan ecomap dianjurkan.
8) Srategi koping disfungsional apa yang pernah digunakan keluarga atau
apakah keluarga saat ini menggunakannya? Adakah tanda-tanda
disfungsinal seperti yang tercantum di bawah ini? Jika demikian, catat
dan sejauh mana tanda tersebut digunakan?
Mengambinghitamkan
Penggunaan ancaman
Mitos keluarga
Orang ketiga
Pseudomutualitas
Otoriteriasnisme
Perpecahan keluarga
Penyalahgunaan alkohol dan/atau obat-obatan
Kekerasan dalam keluaarga (pasangan, anak, sibling, lansia atau
homoseksual)
Pengabaian anak
Adaptasi Keluarga
9) Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah
stressor/masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa
dampak dari stressor pada fungsi keluarga?
10) Apakah keluarga berada dalam krisis? (Salah satu tugas primer
perawat keluarga adalah mendeteksi kapan keluarga berada dalam
krisis). Apakah masalah yang ada merupakan bagian dari
ketidakmampuan kronik menyelesaikan masalah (mis., apakah
keluarga terpajan krisis)?
Melacak stressor, koping, adaptasi sepanjang waktu
11) Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu,
akan sangat bermanfaaat untuk melacak atau memantau bagaimana
keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping, dan adaptasi.
Apakah keluarga mulai pulih, menghasilkan proses koping yang
berguna, atau apakah tetap pada tingkat adaptasi yang sama, atau
menunjukkan tanda-tanda penurunan adaptasi?
6. Keluarga Sejahtera
No Indikator Tidak
Mampu
Mampu
Keluarga Sejahtera 1
1 Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali
sehari atau lebih *)
2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian
3 Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,
lantai dan dinding yang baik *)
a) Atap
b) Lantai
c) Dinding
4 Bila anggota keluarga sakit dibawa ke sarana
kesehatan
5 Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke
sarana pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
bersekolah
Keluarga Sejahtera 2
1 Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing – masing
2 Paling kurang sekali seminggu anggota keluarga
makan daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun
4 Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk
setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih anggotakeluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan
6 Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa
baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak atau lebih
menggunakan alat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3
1 Keluarga berupaya meningkatkan pengetahhuan
agama
2 Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama paling kurang
seminggu sekali dimanfaatkan untuk
berkomunikasi
4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat
di lingkungan tempat tinggal
5 Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/TV
Keluarga Sejahtera 3+
1 Keluarga secara teratur dengan sukarela
memberikan sumbangan materil untuk kegiatan
social
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan institusi masyarakat

7. Tingkat Kemandirian
Adapun tingkat kemandirian keluarga dilihat dari tujuh kriteria kemampuan
yang telah dicapai oleh keluarga yaitu :
1. Kriteria 1 : keluarga menerima perawat
2. Kriteria 2 : keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3. Kriteria 3: keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4. Kriteria 4 : keluarga meemanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5. Kriteria 5 : keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang
sesuai anjuran
6. Kriteria 6 : keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7. Kriteria 7 : keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif
Tabel tingkat kemandirian keluarga
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat I  
Tingkat II     
Tingkat III      
Tingkat IV       

Sumber : Friedman, Bowden, & Jones (2003) menjelaskan bahwa ada dua
komponen penting yang menjadi fokus kajian sebagai dasar pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yaitu komponen struktur keluarga dan
komponen fungsional keluarga. Komponen struktur keluarga terdiri dari
komposisi anggita keluarga, sistem nilai yang dianut keluarga, pola
komunikasi keluarga, struktur peran dalam
8. Pemeriksaan Fisik
No Head to Toe Suami Istri Anak
1 Kepala I:
P:
2 Wajah I:
P:
3 Mata I:
P:
4 Telinga I:
P:
5 Hidung I:
P:
6 Mulut I:
P:
7 Leher I:
P:
8 Dada I:
P:
9 Jantung I:
P:
10 Abdomen I:
P:
11 Ekstremitas I:
P:
12 Genetalia I:
P:

9. FS3I
FS3I adalah instrumen pengkajian/pengukuran yang ditujukan untuk
digunakan bersama keluarga. Instrumen ini berfokus pada identifikasi situasi yang
menimbulkan stres yang terjadi dalam keluarga dan kekuatan-kekuatan yang
digunakan keluarga unruk mempertahankan fungsi keluarga yang sehat. Setiap
anggota keluarga dimintai mengisi instrumen pada format individu sebelum
diwawancarai oleh klinisi. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dibacakan untuk
anggota keluarga yang tidak dapat membaca.
Setelah selesai mengisi instrumen, klinisi mengevaluasi keluarga pada
setiap situasi yang menimbulkan stres (umum dan spesifik) dan ketersediaan
kekuatan yang mereka miliki. Evaluasi ini dicatat pada format anggota keuarga.
Klinisi mencatat nilai anggota keluarga masing-masing dan nilai persepsi
klinisi pada ringkasan kuantitatif. Kode warna yang berbeda digunakan untuk
setiap anggota keluarga. Klinisi juga melengkapi ringkasan kualitatif, menyintesis
informasi yang diperoleh dari semua partisipan. Klinisi dapat menggunakan
rencana asuhan keperawatan keluarga untuk memprioritaskan diagnosis,
menetapkan tujuan, membuat kativitaspencegahan/intervensi, dan mengevaluasi
hasil.
Nama keluarga Tanggal
Anggota keluarga (s) melengkap penilaian etnis
(s) latar belakang agama (s) rujukan
Pewawancara
No Anggota Hubungan Usia Status Pendidikan Pekerjaan
keluarga dalam keluarga perkawinan (tingkat
tertinggi)
1.

Alasan keluarga mencari bantuan saat ini?

Bagian 1 : Stresor Sistem Keuarga: Umum


PETUNJUK : masing-masing dari 25 situasi/stresor yang tercantum dibawah ini
berhadapan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang normal. Setiap
stresor memiliki potensi menimbulkan stres dalam keluarga atau antar-keluarga
dan dunia tempat mereka tinggal. Kita tertarik pada kesan anda secara menyeluruh
tentang bagaimana situasi-situasi tersebut memengaruhi kehidupan keluarga anda.
Lingkari nomor (0-5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan
yang diciptakan situasi-situasi tersebut

Nilai persepsi keluarga Persepsi


klinisi
No Stresor Tidak Stres Stres Stres Nilai
menimbulka sedikit Sedang Tinggi
n
stres
1. Anggota keluarga
(s) merasa tidak 0 1 2 3 4 5
dihargai
2. Rasa bersalah
karena tidak 0 1 2 3 4 5
mencapai lebih
3. Tidak memadai
“saya” waktu 0 1 2 3 4 5

4. Self-Image/harga
diri/perasaan 0 1 2 3 4 5
tidak menarik
5. Perfeksionisme 0 1 2 3 4 5
6. Diet 0 1 2 3 4 5
7. Kesehatan/Penya
kit 0 1 2 3 4 5
8. Komikasi dengan
anak-anak 0 1 2 3 4 5
9. Standar
Housekeeping 0 1 2 3 4 5

10. Insufisiens waktu


i pasangan 0 1 2 3 4 5
11. Insufisiens
i bermain dengan 0 1 2 3 4 5
keluarga
12. Anak-
anak/disiplin/saud 0 1 2 3 4 5
ara bertempur
13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Overscheduled
kalender keluarga 0 1 2 3 4 5

15. Kurangnya
tanggung jawab
sesama di dalam 0 1 2 3 4 5
keluarga
16. Bergerak 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan
spousal
(komunikasi, 0 1 2 3 4 5
persahabatan,
seks)
18. Liburan 0 1 2 3 4 5
19. Mertua 0 1 2 3 4 5
20. Perilaku Remaja
(komunikasi, 0 1 2 3 4 5
music, teman)
21. Bayi baru 0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/finansia
l/ anggaran 0 1 2 3 4 5
23. Ketidakbahagiaan
dengan situasi 0 1 2 3 4 5
pekerjaan
24. Overvolunteerism 0 1 2 3 4 5
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5

Bagian II : Stresor Sistem Keluarga : Spesifik


PETUNJUK : 12 pertanyaan berikut ini dirancang untuk memeberikan informasi
tentang situasi/masalah anda yang menyebabkan stress, atau area masalah yang
memengaruhi kesehatan keluarga anda. Lingkari nomor (1 sampai 5) yang paling
baik menggambarkan pengaruh situasi tersebut pada kehidupan keluarga anda dan
seberapa baik anda menerima fungsi keluarga anda secara keseluruhan.
Situasi/masalah atau area masalah spesifik yang menimbulkan stress pada saat ini
adalah :

Persepsi
Nilai Persepsi Keluarga
No. Stresor Klinisi
Sedikit Sedang Tinggi Nilai
1. Sampai sejauh mana keluarga
anda merasa terganggu oleh
masalah atau situasi yang
menimbulkan stress ini ?
(misal: dampak pada interaksi 1 2 3 4 5
keluarga, komunikasi
antaranggota keluarga,
hubungan emosional
dan
sosial)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
2. Seberapa besar dampak dari
situasi yang menimbulkan
stres ini pada pola hidup
keluarga anda biasanya ? 1 2 3 4 5
(misal, efek paa pola gaya
hidup dan tugas
perkembangan orang tua)
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
3. Seberapa besar situasi ini
memengaruhu kemampuan
keluarga anda untuk bekerja
sama sebagai satu unit 1 2 3 4 5
keluarga? (misal, perubahan
dalam peran keluarga,
penyelesaian tugas-tugas
keluarga, diikuti dengan
perubahan tanggung jawab)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinis :
4. Bagaimana tingkat
keberhasilan keluarga anda di
masa lalu dalam mengatasi
situasi/masalah/kekhawatiran
ini ? (misal, pembentukan 1 2 3 4 5
strategi koping yang dapat
diterapkan, tindakan adaptif
yang bermanfaat, perbaikan,
situasi).
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
5. Seberapa kuat anda rasa
situasi/maslah/kekhawatiran
saat ini akan memengaruhi
1 2 3 4 5
keluarga anda di masa yang
akan datang ? (misal,
konsekuensi antisipasi).
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
6. Sampai sejauh mana anggota
keluarga dapat membantu diri
mereka sendiri dalam
menghadapi
situasi/masalah/kekhawatiran 1 2 3 4 5
sekarang ini ? (misal, upaya
membantu diri, harapan
keluarga, pengaruh spiritual,
dan sumber-sumber keluarga.
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
7. Sampai sejauh mana anda
mengahrapkan orang lain
membantu keluarga anda
dalam menghadapi
situasi/masalah/kekhawatiran
ini (misal, peran apa yang 1 2 3 4 5
akan dimainkan oleh orang
yang membantu anda tersebut
; bagaimana ketrsediaan
sumber-sumber
tambahan
keluarga.
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
8. Bagaimana anda menilai cara 1 2 3 4 5
keluarga anda berfungsi
secara keseluruhan ? (misal,
bagaimana anggota keluarga
anda saling berhubungan satu
sama lain dan dengan
keluarga yang lebih besar dan
komunitas ?
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
9. Bagaimana anda menilai
status kesehatan fisik pada
masing-masing anggota
keluarga secara keseluruhan ?
(masukkan diri anda sebagai
anggota keluarga, catat nama
tambahan di bagian
belakang).
a. 1 2 3 4 5
b. 1 2 3 4 5
c. 1 2 3 4 5
d. 1 2 3 4 5
e. 1 2 3 4 5
10. Bagaimana anda menilai
status kesehatan fisik
1 2 3 4 5
keluarga anda secara satu
kesatuan ?
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
11. Bagaimana anda menilai
status kesehatan mental masing-
masing anggota
keluarga anda secara
keseluruhan ? (masukkan diri
anda; catat tambahan nama
dibagian belakang).
a. 1 2 3 4 5
b. 1 2 3 4 5
c. 1 2 3 4 5
d. 1 2 3 4 5
e. 1 2 3 4 5
12. Bagaimana anda menilai
status kesehatan mental
1 2 3 4 5
keluarga anda secara satu
kesatuan ?
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
Bagian III: Kekuatan Sistem Keluarga
PETUNJUK: Masing-masing dari 16 sifat/atribut yang tercantum di bawah ini
berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga dan fungsinya secara
keseluruhan. Setiap satu atribut berperan pada kesehatan dan kesejahteraaan
anggota keluarga sebagai individu dan pada keluarga sebagai keseluruhan.
Lingkari nomor (0 sampai 5) yang paling baik menggambarkan sifat yang sesuai
dengan keluarga anda.

Nilai Persepsi Keluarga Persepsi


Klinisi
No Stresor
Tidak Nilai
dilakukan Jarang Sedang Tinggi
1. Berkomunikasi dan
saling mendengarkan 0 1 2 3 4 5
satu sama lain
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
2. Saling menguatkan
dan mendukung satu 0 1 2 3 4 5
sama salin
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
3. Mengajarkan sikap
0 1 2 3 4 5
menghargai
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
4. Membangun rasa
percaya dalam 0 1 2 3 4 5
anggota keluarga
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
5. Menunjukkan rasa
senda gurau dan 0 1 2 3 4 5
humor
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
6. Menunjukkan rasa
pembagian tanggung 0 1 2 3 4 5
jawab
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
7. Mengajarkan konsep
benar dan salah 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
8. Memiliki rasa
kekeluargaan penuh
0 1 2 3 4 5
dengan nilai dan
tradisi yang kuat
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
9. Memiliki interaksi
yang seimbang
0 1 2 3 4 5
antar-anggota
keluarga
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
10. Memiliki pembagia
0 1 2 3 4 5
inti keagamaan
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
11. Saling menghormati
0 1 2 3 4 5
privasi orang lain
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
12. Melayani dengan
salin menghormati 0 1 2 3 4 5
orang lain
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
13. Mengembangkan
waktu dan 0 1 2 3 4 5
percakapan keluarga
Komentar keluarga :
Komentar Klinisi :
14. Berbagi waktu
0 1 2 3 4 5
bersenang-senang
Komentar keluarga :
KomentarKlinisi :
15. Mengakui dan
meminta bantuan
0 1 2 3 4 5
untuk mengatasi
masalah
Komentar keluarga :
KomentarKlinisi :
16a. Bagaimana anda
menilai kekuatan
yang ada dalam 0 1 2 3 4 5
keluarga anda secara
menyeluruh ?
Komentar keluarga :
Komentar klinis :
16b. Tambahan kekuatan keluarga :

16c. Klinis : klarifikasi kekuatan keluarga dengan anggota keluarga secara


Individu :

1.3.2 Diagnosa
No Perhatian Kesehatan Diagnosa
1. Status kesehatan yang Domain 1
menurun Kelas 2 (00188)
Perilaku kesehatan cenderung berisiko
Domain 1
Kelas 2 (00080)
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
keluarga
2. Pensiun Domain 9
Kelas 2 (00146)
Ansietas yang berhubungan dengan konflik
tentang tujuan hidup
3. Kematian pasangan Domain 9
Kelas 2 ( 00147)
Ansietas kematian berhubungan dengan
merasa dekat kematian
4. Penyesuaian terhadap Domain 9
perubahan lingkungan Kelas 2 (00210)
Hambatan penyesuaian individu
berhubungan dengan adaptasi keluarga
tidakefektif

1.3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan pada
parlisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan
mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Tahapan
penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan Prioritas Masalah
Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).
Tabel 3.5 Skala untuk Menentukan Prioritas
(Maglaya, 2009)
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala : Weilness 3
Aktual 3
Resiko 2 1
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah 2
1 2
Sebagian
0
3. Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah 3
Skala : Tinggi 2 1
Cukup 1
4. Rendah
Menonjolnya masalah 2
Skala : Segera 1 1
Tidak perlu 0
Tidak dirasakan
Cara Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
𝑆𝑘𝑜𝑟
c. 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
d. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.
2. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Penentuan Prioritas
Penentuan prioritas masalah didasarkan dan empat kriteria yaitu sifat
masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk
dicegah dan menonjolnya masalah.
a. Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat
diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
b. Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah
perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu.
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan sokongan masyarakat.
c. Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah :
1) Kepelikan dan masalah, yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah.
2) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan
tersebut. Nilai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu diberikan
intervensi keluarga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan
keperawatan keluarga yaitu:
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga
diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-
benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.
3) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih oleh keluarga.
4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks
diagnosis keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang
berhubungan.
5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan harus
bersama-sama dengan keluarga
Tabel 3.6 Contoh Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Integrasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
NANDA/ICNP, NOC, NIC
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah keluarga dengan
Arthritis
• Keluarga tidak mampu 00080 Ketidak efektifan Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
melakukan perawatan manajemen masalah tentang pengetahuan masalah: psikososial dan
kesehatan di kesehatan dan perilaku sehat perubahan gaya hidup
• Keluarga tidak mampu menghindari Keluarga 1831 Pengetahuan : manajemen 5510 Pendidikan kesehatan: pengajaran
faktor resiko Arthritis proses penyakit yang dialami
• Keluarga tidak mengerti tentang arthritis, 1802 Pengetahuan: anjuran 5602 Pengajaran: proses penyakit
penyebab dan tanda gejala arthritis pengaturan diet
• Keluarga tidak mengetahui 1813 Pengetahuan: regimen 5614 Pengajaran:diet yang tepat /
dampak arthritis Pengobatan dianjurkan
• Tidak mampu menyiapkan lingkungan 5616 Pengajaran: pengobatan yang
dengan baik seperti lantai licin, ditentukan/diresepkan.
penerangan kurang
• Data yang mendukung arthritis: Keluarga mampu memutuskan Keluarga mampu mernutuskan
untuk merawat, meningkatkan untuk merawat anggota keluarga
atau memperbaiki kesehatan yang sakit, membantu diri sendiri
1. Nyeri pada seluruh persendian 1606 Berpartisipasi dalam membangun kekuatan, beradaptasi
memutuskan perawatan dengan perubahan fungsi, atau
Kesehatan mencapai fungsi yang lebih tinggi
2. Pada lutut kaki terdapat tanda-tanda 2202 Kesiapan caregiver dalam
infeksi (kemerahan, teraba hangat, perawatan di rumah
bengkak dan nyeri)

64
3. Tidak mampu melakukan 1700 Kepercayaan kesehatan/Health 5250 Dukungan membuat keputusan
aktivitas sehari-hari Beliefs 5270 Dukungan emosional
2605 Partisipasi keluarga dalam 7040 Dukungan Caregiver
Perawatan Profesional 5310 Membangun harapan
Keluarga mampu merawat Keluarga rnampu merawat anggota
anggota keluarga untuk keluarga yang sakit dan mernberikan
meningkatkan atau memperbaiki dukungan dalarn meningkatkan
kesehatan status kesehatan
1622 Perilaku kepatuhan: menyiapkan 1100 Manajemen nutrisi yang tepat
diet dengan tepat 5246 Konseling nutrisi
1632 Perilaku kepatuhan: melakukan 1400 Manajemen Nyeri
aktivitas dengan tepat 7040 Dukungan pemberi perawatan
1605 Kontrol nyeri 7130 Proses pemeliharaan keluarga
1602 Perilaku meningkatkan 7140 Dukungan keluarga
kesehatan 7110 Peningkatan Keterlibatan keluarga
2205 Kemampuan keluarga
mernberikan perawatan
langsung
Keluarga mampu memodifikasi Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan: Kontrol resiko dan lingkungannya dalam hal:
keamanan
1908 Deteksi Risiko 6490 Pencegahan jatuh
1828 Pengetahuan tentang 6485 Manajemen lingkungan: rumah
pencegahan jatuh yang aman
2009 Dukungan Keluarga Selama 7180 Bantuan pemeliharaan rurnah
Pengobatan
1909 Perilaku pencegahan jatuh 5440 Peningkatan support sistem
1910 Menyiapkan lingkungan rurnah 6480 Manajernen Lingkungan
yang aman
Keluarga mampu memanfaatkan Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan: fasilitas kesehatan
1806 Pengetahuan tentang sumber 7400 Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan 7560 Mengunjungi fasilitas kesehatan
1603 Perilaku mencari pelayanan 7400 Bantuan Sistem Kesehatan
kesehatan
2605 Partisipasi keluarga dalam
perawatan keluarga
Klien menyatakan: 00188 Perilaku kesehatan Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
• Dada terasa diremas Cenderung beresiko masalah kesehatan. masalah:
• Cepat lelah 1803 Pengetahuan kesehatan 5606 Pengajaran: Individu
• Letih 1602 Pengetahuan tentang proses 5604 Pengajaran: Kelompok
• Riwayat Keluarga penyakit 5602 Pengajaran: Proses Penyakit
• Rasa terbakar di dada 1603 Perilaku peningkatan kesehatan 1100 Manajernen nutrisi
• Perasaan mual 1827 Mencari informasi masalah 1120 Terapi nutrisi
• Pusing kesehatannya 5246 Konseling nutrisi
• Detak jantung tidak teratur 1160 Monitoring nutrisi
• Perokok
Hasil pemeriksaan: 1411 Status nutrisi
• TD 160/100 mmHg Keluarga mampu memutuskan Keluarga mampu memutuskan
• BB di atas batas normal (obesitas) tindakan dan keyakinan keluarga memperkuat atau meningkatkan
untuk meningkatkan atau kognitif yang diinginkan atau mengubah
• Malas beraktivitas
memperbaiki kesehatan: kognitif yang tidak diinginkan.
• Kolesterol >240
• EKG: Nampak aritmia 1606 Berpartisipasi dalam 5250 Dukungan membuat keputusan
• Peningkatan kolesterol memutuskan perawatan 5310 Membangun harapan
kesehatan 5270 Dukungan emosi
1700 Keyakinan kesehatan
2202 Berpartisipasi dalam
memutuskan perawatan
kesehatan
2605 Kesiapan caregiver dalam
perawatan di rumah
2609 Partisipasi keluarga dalam
Perawatan Profesional
Keluarga mampu merawat / Keluarga mampu merawat keluarga
membantu melaksanakan ADL dalam membantu melaksanakan ADL
0005 Intoleransi aktivitas 0180 Manajemen energi
0002 Pemeliharaan energy 0200 Peningkatan kegiatan olahraga.
0003 Istirahat 7690 Intervensi data lab
2006 Status kesehatan personal: 7710 Dukungan dokter/ tenaga
Kesehatan fisik kesehatan lainnya, mis. Ahli gizi.
2004 Kualitas hidup 4360 Modifikasi perilaku
1627 Perilaku menurunkan berat 1400 Manajemen nyeri
badan
1617 Manajemen diri: penyakit arteri
coroner
1622 Perilaku kepatuhan: Diet yang
dianjurkan
Keluarga mampu memodifikasi Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan untuk mencegah, Lingkungan untuk mengembalikan
mengurangi, atau mengontrol fungsi psikososial dan memfasilitasi
ancaman kesehatan perubahan gaya hidup
1929 Kontrol resiko gangguan lipid 4350 Manajemen perilaku
1906 Kontrol resiko penggunaan 4490 Bantuan untuk berhenti merokok
tembakau 4360 Modifikasi perilaku
1931 Kontrol resiko stroke 4360 Modifikasi perilaku lingkungan
1928 Kontrol resiko hipertensi 6485 Manajemen lingkungan
Keluarga mampu memanfaatkan Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan
1806 Pengetahuan tentang sumber- 7910 Konsultasi
sumber kesehatan Perilaku 8100 Rujukan
mencari 7400 Bantuan Sistem Kesehatan
1603 pelayanan kesehatan Partisipasi
keluarga dalam
2605 perawatan keluarga
1.3.4 Implementasi
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi
yang ditujukan pada individu meliput:
a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c. Tindakan observasi
d. Tindakan pendidika kesehatan
Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi:
a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentng
kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber
yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatka fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan
keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.

70
1.3.5 Evaluasi
Seseuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien atau
keluarga. Tahap evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan atau
pada akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk evaluasi status
dan kemajuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi
mengkaji status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan
respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

2.1 Pengkajian
2.1.1 Mengidentifikasi Data
1. Nama keluarga : Tn.S
2. Alamat dan telepon : Ngagel, Surabaya / 085643xxxx
3. Komposisi keluarga

Tabel 2.1 Komposisi Keluarga


Hubungan
No Nama L/P Pekerjaan Pendidikan Keterangan
Dengan Keluarga
1. Tn. S L Kepala Keluarga Pensiunan SLTA Sehat
TNI AL
2. Ny.S P Istri Ibu SLTP Sehat
Rumah
Tangga
3. An. A P Anak Guru Les S1 Sehat
Sumber : (Achjar, 2010)
No Jenis Waktu Tn. S Ny. S An. A
imunisasi pemberian Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa
1. HB 12 jam setelah
lahir √ √ √
2. Polio 3 hari setelah
√ √ √
lahir
3. BCG Bayi usia 2
bulan √ √ √
4. DPT Pada usia 6
√ √ √
minggu
5. Hiv √ √ √
6. PCV Pada usia 7-12
bulan √ √
7. Rotavirus 6-14 minggu √ √ √
8. Influenza Lebih dari 6
√ √ √
bulan
9. Campak 18 bulan √ √ √
10. MMR 15 bulan √ √ √
11. Thypoid 3 tahun √ √ √
12. Hepatitis A 6-12 bulan √ √ √
13. Varicella Lebih dari 13
√ √ √
tahun
14. HPV 10-18 tahun √ √ √
15. Japanese 12 jam setelah
√ √ √
Encephalitis lahir
16 Dengue 3 hari setelah
√ √ √
lahir

Sumber : (IDAI, 2017)

73
Genogram

Legenda

Pria Wanita Pasien yang teridentifikasi Meninggal

Menikah Berpisah Cerai Tidak Menikah

Anak Adopsi Aborsi atau Anggota yang


atau Asuh Keguguran Kembar tinggal serumah

Sumber : (Friedman, 2010)

74
Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik keluarga Tn.S
No Head to Toe Tn. S Ny. S An. A
1 Kepala I: bentuk simetris, I: bentuk simetris, I: bentuk simetris,
rambut putih rambut putih rambut hitam
beruban bersih, beruban bersih, sedikit beruban
tidak ada lesi tidak ada lesi bersih, tidak ada
P: Tidak ada P: Tidak ada lesi
benjolan, tekstur benjolan, tekstur P: Tidak ada
kuat kuat benjolan, tekstur
kuat
2 Wajah I: ikterik, I : ikterik, I : ikterik, simetris,
simetris, kulit simetris, kulit pigmen normal
keriput keriput P : Tidak ada nyeri
P: Tidak ada nyeri P : Tidak ada tekan, edema
tekan, edema nyeri tekan,
edema
3 Mata I : simetris, I : simetris, I : simetris,
anemis, isokor anemis, isokor anemis, isokor
kika, ketajaman kika, ketajaman P : tidak ada
pegelihatan pegelihatan edema, tidak ada
kurang baik, kurang baik, nyeri tekan
penglihatan kabur penglihatan kabur
dan tidak jelas dan tidak jelas
P : tidak ada P : tidak ada
edema, tidak ada edema, tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan
4 Telinga I : simetris kika, I : simetris kika, I : simetris kika,
integritas normal, integritas normal, integritas normal,
tidak ada tanda- tidak ada tanda- tidak ada tanda-
tanda infeksi, tanda infeksi, tanda infeksi
ketajaman ketajaman P : tidak ada nyeri
pendengaran pendengaran tekan
mulai berkurang kurang baik
P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri
tekan tekan
5 Hidung I : tidak ada lesi, I : tidak ada lesi, I : tidak ada lesi,
simetris kika, simetris kika, simetris kika, tidak
tidak ada tanda- tidak ada tanda- ada tanda-tanda
tanda infeksi tanda infeksi infeksi
P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada
edema, tidak ada edema, tidak ada edema, tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
6 Mulut I : warna normal I : warna normal I : warna normal
(bibir pink), tidak (bibir pink), tidak (bibir pink), tidak
ada lesi, tidak ada ada lesi, tidak ada ada lesi, tidak ada
penggunaan penggunaan penggunaan
gigi gigi gigi
palsu, lidah palsu, lidah palsu, lidah
simetris,stomatitis simetris,stomatitis simetris,stomatitis
P : tidak P : tidak ada P : tidak ada
adaedema, tidak edema, tidak ada edema, tidak ada
ada nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
7 Leher I : simetris, warna I : simetris, warna I : simetris, warna
integritas kulit integritas kulit integritas kulit
baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar
P : arteri karotis P : arteri karotis P : arteri karotis
terdengar, tidak terdengar, tidak terdengar, tidak
ada pembesaran ada pembesaran ada pembesaran
limfe, tidak ada limfe, tidak ada limfe, tidak ada
nyeri tekan, tidak nyeri tekan, tidak nyeri tekan, tidak
teraba teraba teraba pembesaran
pembesaran pembesaran gondok
gondok gondok A : tidak bising
A : tidak bising A : tidak bising pembuluh darah
pembuluh darah pembuluh darah
8 Paru I : simetris, tidak I : simetris, tidak I : simetris, tidak
ada ada ada
pembengkakan, pembengkakan, pembengkakan,
tidak ikterik tidak ikterik tidak ikterik
Pal : simetris, Pal : simetris, Pal : simetris,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan/massa tekan/massa tekan/massa
A : bunyi napas A : bunyi napas A : bunyi napas
vesikuler, vesikuler, vesikuler, tracheal,
tracheal, tracheal, bronchovesikuler
bronchovesikuler bronchovesikuler Per : resonan
Per : resonan Per : resonan
9 Jantung I : dada simetris I : dada simetris I : dada simetris
P : denyutan aorta P : denyutan aorta P : denyutan aorta
teraba teraba teraba
A : terdengar A : terdengar A : terdengar
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung I/S1
I/S1 (lub) dan I/S1 (lub) dan (lub) dan bunyi
bunyi jantung bunyi jantung jantung II/S2
II/S2 (dub), tidak II/S2 (dub), tidak (dub), tidak ada
ada bunyi ada bunyi bunyi tambahan
tambahan tambahan P : BJ : 4,7,10 cm
P : BJ : 4,7,10 cm P : BJ : 4,7,10 cm kearah kiri mid
kearah kiri mid kearah kiri mid sterna, RIC 4,5,8
sterna, RIC 4,5,8 sterna, RIC 4,5,8
10 Abdomen I : bentuk normal, I : bentuk normal, I : bentuk normal,
simetris kika, simetris kika, simetris kika, tidak
tidak terdapat tidak terdapat terdapat tanda-
tanda-tanda tanda-tanda tanda asietas dan
asietas dan asietas dan distensi
distensi distensi P : tidak ada
P : tidak ada P : tidak ada tonjolan, tidak ada
tonjolan, tidak tonjolan, tidak nyeri tekan, tidak
ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, ada massa
tidak ada massa tidak ada massa A : suara
A : suara A : suara peristaltik
peristaltik peristaltik terdengar setiap 5-
terdengar setiap terdengar setiap 20x/s
5-20x/s 5-20x/s P : timpani
P : timpani P : timpani
11 Ekstremitas I : simetris kanan I : simetris kanan I : simetris kanan
dan kiri, kekuatan dan kiri, kekuatan dan kiri, kekuatan
otot berkurang otot berkurang otot penuh
P : teraba radialis, P : teraba radialis, P : teraba radialis,
brachialis, brachialis, brachialis,
fermoralis, tidak fermoralis, tidak fermoralis, tidak
ada edema ada edema ada edema
12 Genetalia I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada edema
edema edema P : tidak ada nyeri
P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri tekan
tekan tekan

4. Tipe bentuk keluarga


Traditional Nuclear
Ayah, ibu, dan satu anak yang tinggal satu rumah
5. Latar belakang kebudayaan (Ethik)
1) Tn.S mengatakan seluruh anggota keluarganya berasal dari suku
jawa.
2) An. A mengatakan bahasa yang digunakan sehari-harinya ialah
bahasa jawa.
3) An. A mengatakan lingkungan tempat tinggal keluarga semua dari
etnik jawa. Dan sudah lama berdomisili di Ngagel Surabaya
4) An. A mengatakan aktivitas keagamaan keluarga rutin mengaji
dan sholat 5 waktu berjamaah di rumah
5) Keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk berbagai
keperluan.
6) Memiliki rumah yang lantainya berdasar kramik dan bertingkat 2,
rumah menghadap timur.
7) Keluarga memiliki kepercayaan modern dalam isu kesehatan yaitu
memeriksakan kesehatannya di rumah sakit
6. Identifikasi Religius
a. Seluruh anggota keluarga menganut agama islam.
b. An.A mengatakan tidak, karena keluarga mempunyai keyakinan
yang sama yatu menunaikan sholat 5 waktu dan puasa terkadang
Tn.S mengikuti sholat berjamaah di mushola terdekat tetapi tidak
sering
c. Ny.S juga memberikan pendidikan agama seperti mengaji
lingkungan rumahnya
d. Keluarga selalu berkeyakinan pada Allah
7. Status Kelas Sosial(berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan)
a. Tn.S adalah seorang pensiunan TNI AL,
b. Pendapatanpencari nafkah utama dirumah ialah anaknya yang
tinggal serumah yaitu Ny.A
c. Keluarga tidak menerima bantuan apapun karena keluarga Tn.S
merupakan keluarga yang berkecukupan
d. Pendapatan keluarga mencukupi kebutuhan hidupnya. Penghasilan
pensiunan Tn.S sebesar Rp. 2.500.000,00. Keluarga dalam
mengelola keuangannya disesuaikan kebutuhan
8. Mobilitas Kelas Sosial
Tn.S adalah seorang pensiunan TNI AL sejak tahun 2005
2.1.2 Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga
No Tugas Keluarga Sudah Belum
Tercapai Tercapai
1 Mempertahankan pengaturan 
hidup yang memuaskan
2 Menyesuaikan terhadap 
pendapatan yang menurun
3 Menyesuaikan diri terhadap 
kehilangan pasangan
4 Mempertahankan ikatan 
keluarga antar generasi
5 Merencanakan kegiatan 
untuk mengisi waktu tua
sepertiberolahraga,
berkebun, mengasuh cucu

1. Tahap perkembangan keluarga Tn.S yaitu Tahap VIII : Keluarga


lansia dan pensiunan,
2. Tn.S mengatakan saat dirinya periksa kesehatan dokter kagum bahwa
tidak pernah sakit di usianya yang saat ini yaitu 89 tahun. An.A
mengatakan kedua orang tuanya tidak pernah rekreasi dikarenakan
faktor usia sehingga tidak kuat untuk berjalan

2.1.3 Data Lingkungan


1. Karakteristik Rumah
a. Keluarga mengatakan bahwa rumah yang ditempati adalah
rumah milik sendiri
b. kondisi rumah bersih, jumlah ruangan ada 3 ; 2 ruangan untuk
kamar dan 1 kamar untuk mushola
c. penerangan cukup dan ventilasi memadai.
d. Rumah menghadap ke timur sehingga sinar matahari dapat
masuk ke rumah, lantai beralas keramik, tangga di rumah tidak
terdapat pegangan sehingga Tn. S pernah jatuh, perabotan
rumah memadai. Air minum menggunakan air isi ulang, sanitasi
air PDAM
e. keluarga menyimpan makanan di lemari es seperti jus yang
dibuatnya. Keadaan Kamar mandi bersih, menggunakan toilet
pribadi, terdapat sabun, dan setiap keluarga memiliki handuk
masing- masing.
f. Kualitas tidur keluarga terjadwal. Ny. A mengatakan kedua
orang tuannya tidur di kamar lantai 2.
g. Keluarga tidak memelihara hewan.
h. Cat tembok dirumah keluarga dalam kondisi baik.
i. Ny.A mengatakan lingkungan rumahnya aman tidak pernah ada
bahaya kriminal
j. Keluarga terjadwal dalam pembuangan sampah dilingkungannya
satu hari sekali.
k. Ny.A mengatakan dirinya merasa sangat puas dengan keadaan
keluarganya semuanya disyukuri saja

Denah Rumah :
Lantai 1
U
7 2 2
B T
8
2
S

4
1

3
2
5 6

5
Lantai 2

6
10

9 9

1
5

Keterangan :
1 = Pintu 6 = Kamar mandi 1 1
5
2 = Jendela 7 = Dapur
3 = Ruang Tamu 8 = Wastafel
4 = Ruang makan 9 = Kamar tidur
5= Tangga 10 = Musholla

2. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunikasi yang lebih


besar
a. Lingkungan di sekitar wilayah rumah Tn.S terlihat bersih dan
bertempatkan di perkampungan yang padat penduduk di tengah
kota.
b. Kondisi kampung terpelihara. Rumah jauh dari lingkungan
industry.
c. Tn.S dan anaknya mengatakan gemar membaca, istrinya gemar
memasak.
d. Pelayanan kesehatan, pelayanan dasar dan akses pendidikan
sangat mudah terjangkau dari rumah Tn.S.
e. fasilitas rekreasi mudah dijangkau. Keluarga mengatakan jika
mengkses pelayanan menggunakan transportasi angkutan umum
dan jarak yang ditempuh cukup mudah. Kejahatan dilingkungan
tidak ada
3. Mobilitas Geografis Keluarga
a. Keluarga mengatakan bahwa sudah tinggal di wilayah tersebut
selama 63 tahun dan dulunya sekitar rumah Tn.S masih sawah
belum padat penduduk
b. Tn.S mengatakan dari dulu tidak pernah berpindah
4. Asosiasi Transaksi Keluarga dengan Komunitas
a. An.A mengatakan dirinya yag menggunakan pelayanan fasilitas
dalam komunitas yaitu seluruh anggota keluarganya seperti sering
kontrol kesehatan sekitar satu bulan sekali. Dan keluarga
menggunakan BPJS
b. Keluarga menyadari pelayanan komunitas yang relevan sesuai
kebutuhan seperti transportasi yang menggunakan angkutan
umum.
c. An.A mengatakan keluarganya kontrol di rumah sakit RSU Haji
Surabaya karena dekat dengan rumahnya
2.1.4 Struktur
Keluarga
a. Pola Komunikasi
a. An.A mengatakan bahwa ibunya mengalami pendengaran
kurang sehingga dalam berkomunikasi terhambat
b. An. A mengatakan jika ibunya telat minum obat hipertensi maka
An.A menasehatinya
c. Pesan yang disampaikan anggota keluarga cukup sesuai
d. An.A mengatakan jika dalam keluarga terjadi kesalah pahaman
maka diselesaikan dengan kepala dingin
b. Struktur Kekuasaan
a. Tn.S mengatakan yang memegang kekuasaan ialah An.A
b. Yang menganggarkan dan membayar tagihan, mengatur pola
makan, mengatur jadwal pemberin obat ialah An.A
c. Struktur Peran
a. Ny.S mengakatan bahwa ia yang mengurusi seluruh kebutuhan
orang tua dan kebutuhan rumah dikarenakan kedua orang
tuanya sudah lansia sehingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan
rumah tanpa bantuan orang lain.
b. Ny.A mengatakan bahwa tidak tinggal dengan suaminya
karena mengurus kedua orang tuanya.
d. Nilai Keluarga
Individualisme : Mereka saling membutuhkan satu sama lain, tidak
pernah individual.
Materialisme/etika konsumsi : Keluarga Tn.S terbilang mampu karena
memiliki tabungan
Etika kerja :Ny.A bekerja karena untuk membantu mencukupi
kebutuhan kedua orang tuannya yang sudah pensiun
Pendidikan : Tn.S dan istrinya lulusan SLTA dan Ny.A lulusan
Sarjana agama
Persamaan : Tn.S dan keluarga sama-sama tidak suka bertengkar dan
mereka saling mengingatkan satu sama lain
Kemajuan dan penguasaan lingkungan: Tn.S sering keluar rumah
hanya jalan-jalan disekitar rumahnya
Orientasi masa depan : Ny. A selalu berusaha untuk bisa mengurus
kedua orangtuanya sampai ajal menjemput
Efiensi, keteraturan, dan kepraktisan :Tn.S dan keluarga tidak pernah
meributkan masalah-masalah yang sepele, mereka saling mnegerti
satu sama lain.
Rasionalitas : Dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu
menanamkan sikap toleransi sesama.
Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan : Ny.A berusaha untuk
menjaga dan memelihara kesehatan keluarganya, jika ada salah satu
anggota keluarga yang sakit mereka langsung membawanya ke
Rumah sakit.
Perbedaan dalam Sistem Nilai :
Ny.A selalu bekerja sama dalam hal pelayanan kesehatan, mereka
selalu berupaya untuk menjaga kesehatan keluarga. Disamping itu
keluarga kurang berinteraksi dengan tetangga sekitar.

Nilai Keluarga
Nilai-nilai yang diidentifikasi di dalam keluarga? (Urutkan dari nilai
keluarga yang paling penting ialah nilai agama, nilai sosial, nilai
ekonomi. Kemudian Nilai yang dianut secara disadari ialah nilai
agama. Tidak terdapat konflik nilai dalam keluarga.
Keluarga Tn.S termasuk dalam kelas sosial menengah keatas, latar
kebudayaannya menganut sistem kekeluargaan dan masih menganut
sistem tradisi setempat. Dan juga letak rumah berdekatan dengan
tetangga. Nilai-nilai dalam keluarga sangat mempengaruhi kesehatan
keluarga karena keluarga selalu berupaya untuk saling mengingatkan
dalam hal menjaga kesehatan.
2.1.5 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
a. Keluarga selalu berkomunikasi dengan baik dan keluarga selalu
mendukung setiap kegiatan yang dilakukan orang tuanya (positif).
Keluarga saling mengingatkan kesehatan satu sama lain.
b. An.A mengatakan jika ada anggota keluarga yang menginginkan
sesuatu, keluarga beerusaha sebaik mungkin membelikan jika
memiliki rezeki yang berlebih
c. Selama kegiatan yang dilakukan itu baik maka keluarga
mendukung kegiatan tersebut
d. Diantara anggota keluarga, menjunjung tinggi rasa hormat dengan
orang yang lebih tua meski terkadang ada perbedaan pendapat
diantaranya.
2. Fungsi Sosialisasi
a. An.A berusaha untuk bertanggungjawab dalam mengasuh kedua
orang tuanya dan mereka selalu mengingatkan satu sama lain.
b. Mereka selalu bekerjasama dan saling membutuhkan satu sama
lain dalam hal merawat.
c. Tn.S dan istrinya sangat menyayangi anaknya begitu juga
sebaliknya An. A menyayangi kedua orang tuannya.
d. Keluarga Tn.S dalam mengasuh anak masih menerapkan adat
kebudayaan jawa.
3. Fungsi Reproduksi
a. Tn. S memiliki 4 orang anak hanya saja yang tinggal serumah
dengan Tn.S adalah An.A
b. Ny.S dulunya hanya memberikan ASI kepada anak-anknya tidak
pernah susu formula, dan juga melahirkan secara normal.
c. Keluarga tidak merencanakan jumlah anak dan juga Ny.S
menggunakan KB kalender.
d. An. A mengatakan menjelang usia menapouse mengalami haid
yang tidak teratur seperti 3 bulan sekali.
e. An. S mengatakan selama menikah belum mempunyai anak. An.
A mengatakan tidak mengikuti program kehamilan meskipun
masih belum memiliki anak. An. A tdak pernah mengikuti
program KB.
4. Fungsi Ekonomi
a. Keluarga Tn.S mampu mencukupi kebutuhan dalam sehari-hari.
Termasuk dalam membayar pajak, dan memberikan sumbangan.
b. An.A mengatakan dapat menabung buat keperluan jika sewaktu-
waktu ada anggota keluarga yang sakit
c. Tn.S mengatakan pengahasilan kelurganya mampu mencukupi
kehidupan sehari-hari
d. An.A mengatakan dalam pengaturan uang belanja disesuaikan
e. Ny.A juga menabung sebagian uangnya di ATM.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
No. Fungsi Perawatan Pertanyaan
Kesehatan
Mengenal 1. Definisi dan tingkat pengetahuan keluarga
tentang sehat – sakit:
a) Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan
sakit untuk masing – masing anggota keluarga?
Tanda – tanda apa yang memberikan pesan, dan
siapa yang memutuskan? Sehat yaitu tidak sakit
dan bia beraktivitas sehari-hari dengan baik
b) Apakah keluarga dapat mengamati secara akurat
dan melaporkan gejala dan perubahan yang
signifikan? Jika terjadi di salah satu keluarga
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan yaitu
Rumah Sakit.
c) Apakah sumber informasi dan saran kesehatan
bagi keluarga? Informasi media sosial dan dokter
di rumah sakit
d) Bagaimana informasi dan saran tentang kesehatan
diteruskan kepada anggota keluarga? Menjaga
kesehatan semua keluarga
1. Riwayat kesehatan keluarga :
a) Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota
keluarga dari hubungan pernikahan (kakek/
nenek, orangtua, bibi, paman, sepupu, saudara,
dan generasi ) selama tiga generasi? Tn. S meski
usianya menginjak 90 tahun tetapi Tn. S tidak
pernah sakit-sakitan karena Tn.S di waktu muda
suka berolahraga
b) Apakah ada riwayat penyakit genetic atau
keturunan di masa lalu dan sekarang penyakit
diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, stroke,
kanker, gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma, dan
keadaan alergi lainya, penyakit darah, atau
penyakit keturunan lainya?Ny.S memiliki riwayat
hipertensi
c) Apakah ada riwayat keluarga tentang masalah
emosi atau bunuh diri? Tidak ada riwayat emosi
dan bunuh diri. Apakah terdapat penyakit
keluarga berkaitan dengan lingkungan? Tidak ada
penyakit keluarga terhadap lingkungan, mungkin
jika ad itu karena musim penyakit misalnya
demam atau influenza dan batuk
3. Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan
kesehatan :
a) Bagaimana perasaan keluarga tentang jenis
pelayanan kesehatan yang tersedia di dalam
masyarakat? Keluarga Tn.S sangat senang dengan
pelayanan tempat mereka kontrol
b) Bagaimana perasaan keluarga mengenai
pelayanan kesehatan yang diterima? Keluarga
Tn.S sangat senang dengan adanya pelayanan
kesehatan terutama denan adanya BPJS
c) Apakah keluarga merasa nyaman, puas, dan
percaya dengan perawatan yang diterima dari
penyedia pelayanan kesehatan ? keluarga Tn.S
sangat puas dengan pelayanan kesehatan karena
setiap kali mengalami sakit lebih sering pergi
ketempat pelayanan kesehatan
d) Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu
dengan pengalaman masa lalu dengan pelayanan
kesehatan keluarga ? belum pernah mengalami
pengalaman buruk dengan pelayanan kesehatan
e) Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran
peraawat ? perawat lebih melakukan pelayanan
kesehatan dengan lebih baik lagi
4) Status kesehatan keluarga dan kerentanan
terhadap satu yang dirasa:
a) Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatannya
saat ini?An.A mengecek tekanan darah ibuknya
menggunakan tensi digital
b) Masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi
oleh keluarga?Hanya Ny.S yang mengalami
hipertensi dan terkadang kakinyaa mengalami
kesemutan
c) Masalah kesehatan apa yang membuat keluarga
merasa mereka rentan? Sakit karena pergantian
cuaca yang kurang menentu misal demam atau
influenza. Tn. S dan Ny. S sudah tua sehingga
kekuatan ototnya menurun dan pernah mengalami
jatuh saat menaiki tangga dan itu menjadi masalah
kesehatan rentan.
d) Apa persepsi keluarga tentang berapa banyak
kontrol kesehatan yang mereka lakukan dengan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat? Jika
melakukan kontrol yang baik akan mengalami
peningkatan ksehatan yang baik pula
5) Kebiasaan tidur dan beristirahat:
a) Apakah yang merupakan kebiasaan tidur anggota
keluarga?An.A mengatur jadwal tidur Tn.S dan
Ny.S dikala malam hari jam 22.00 sedangkan
tidur siang menyesuaikan
6) Praktik diet keluarga
a)Apakah keluarga mengetahui tentangsumber
makanan dari piramida pedoman makanan?An.A
tahu tentang piramida pedoman makanan yaitu
gizi seimbang dalam makan
b)Apakah diet keluarga adekuat? Keluarga Tn.S
sangat menyukai sayuran dalam setiap makanan,
menyukai lauk ikan laut dan buah-buahan
7) Praktik aktivitas fisik dan rekreasi:
a) Apakah anggota keluarga menyadari bahwa
rekreasi aktif dan olahraga secara teratur penting
untuk kesehatan? Keluarga Tn.S mengetaaui
tentang kesehatan rekreasi atau olahraga tetapi
tidak pernah rekreasi dikarenakan keterbatasan
fisik hanya saja Tn.S setiap pagi jalan-jalan
disekitar lingkungan rumah
8) Tindakan pencegahan secara medis :
a) Bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang
keadaan fisik ketika berada dalam keadaan sehat?
Tn.S sangat bersyukur meski usianya yang
menginjak 90 tahun tetapi masih dalam keadaan
sehat dan bugar badannya
Memutuskan 1) Keyakinan, nilai, dan perilaku kesehatan:
a) Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?
Keluarga selalu menganut nilai kebersihan dalam
menjaga kesehatan agar keluarga Tn.S terhindar
dari segala penyakit
b) Promosi/peningkatan kesehatan? pencegahan?
An.A selalu membuatkan jus jambu untuk kedua
orang tuanya
c) Apakah terdapat konsistensi antara nilai kesehatan
keluarga seperti yang dinyatakan dan tindakan
kesehatan mereka? Terdapat konstitensi karena
selama ini Ny.S dan An.A sering kontrol
kesehatannya di rumah sakit
d) Kegiatan promosi kesehatan apa yang dilakukan
keluarga secara teratur? An.A selalu
mengantarkan ibuknya untuk kontrol dan selalu
membuatkan jus jambu untuk kedua orangtuanya.
e) Apakah perilaku ini merupakan karakteristik dari
semua anggota keluarga, atau apakah pola
perilaku promosi kesehatan sangat beragam di
antara anggota keluarga?Yang menjadi
karakteristik dalam keluarga adalah selalu
mengingatkan kesehatan satu sama lain
2)Kebiasaan tidur dan beristirahat:
a) Apakah kebutuhan tidur anggota keluarga sesuai
dengan status kesehatan dan usia mereka? Keluarga
Tn.S tidurnya tercukupi dikarenakan An.A yang
mengatur jadwala tidur kedua orang tuannya.
b) Apakah jam tidur ditetapkan secara teratur?
keluarga?An.A mengatur jadwal tidur Tn.S dan Ny.S
dikalan malam hari jam 21.00 sedangkan tidur siang
menyesuaikan
c) Apakah anggota keluarga melakukan istirahat
siang secara teratur dan memiliki cara-cara lain
untuk istirahat selama sehari? tidur siang hanya
menyesuaikan tiap individu jika mengantuk maka
tidur
d) Siapa yang memutuskan kapan anak-anak harus
tidur?An.A yang mengatur jadwal tidur
e) Di mana anggota keluarga tidur? dikamar tidur
masing- masing lantai 2
3) Layanan perawatan kesehatan yang diterima :
a) Darimana anggota keluarga menerima perawatan
(sebutkan praktisi perawatan kesehatan dan/atau
Lembaga perawatan kesehatan)? Anggota keluarga
Tn.S menerima layanan kesehatan biasanya dari
rumah sakit tempat kontrol mereka
b) Apakah penyedia atau Lembaga kesehatan
merawat dan memperhatikan semua kebutuhan
kesehatan mereka? ketika berobat tenaga kesehatan
memberikan dan memperhatikan kebutuhan
kesehatan yang dibutuhkan kelaurga Tn.S
4)Pelayanan kesehatan darurat :
a)Apa Lembaga atau dokter yang memberikan
layanan perawat memiliki pelayanan darurat? Rumah
sakit terdekat
b) Apakah pelayanan medis dari pemberi pelayanan
kesehatan saat ini tersedia, jika terjadi keadaan
darurat? Pemberi pelayanan kesehatan selalu
bersikap tanggap ketika dalam keadaan gawat
darurat.
c) Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga
mengetahui di mana pelayanan darurat terdekat
(menurut kelayanan) baik untuk anak- anak maupun
anggota keluarga yang dewasa? An.A mengetahui
pelayanan darurat yang ada di sekitar, jadi semisal
mereka membutuhkan mereka sudah tau tempat yang
akan mereka kunjungi
d) Apakah keluarga mengetahui bagaimana cara
menghubingi ambulans dan pelayanan medis?An.A
tidak pernah menghubungi ambulans maupun
pelayanan medis hanya saja ketika sakit An.A
langsung membawanya ke rumah sakit
e) Apakah keluarga memiliki rencana kesehatan
gawat darurat? Keluarga Tn.S belum memiliki
rencana untuk kesehatan gawat darurat
5) Sumber pemabyaran :
Bagaimana keluarga membayar pelayanan :
a) Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang di
terima?An.A mengatakan jika ada rezeki maka akan
menyumbangkan separuh rezekinya, lalu membayar
tagihan
b) Apakah keluarga memiliki rencana asuransi
kesehatan swasta, medicare, atau Medicaid, atau
haruskah keluarga membayar penuh atau sebagaian?
Keluarga Tn.S memiliki asuransi BPJS
c) Apakah keluarga mendapatkan pelayanan gratis
(atau mengetahui siapa yang layak
mendapatkannya)? Hanya BPJS
d) Apa efek dari biaya perawatan kesehatan terhadap
pemakaian pelayanan kesehatan oleh keluarga?
Dengan adanya assuransi BPJS, memudahkan dan
membantu keluarga Tn.S dalam mengakses
kesehatan
e) Jika keluarga memiliki asurasi kesehatan (swasta,
medicare, Medicaid), apakah keluarga
diinformasikan tentang layanan apa yang dijamin
oleh asuransi seperti pelaynan preventif, peralatan
medis tertentu, kunjungan rumah, dll? Keluarga Tn.S
diberikan informasi mengenai pengunaan asuransi
BPJS tersebut
6) Logistik untuk mendapatkan perrawatan :
a)Berapa jarak fasilitas perawatan dari rumah
keluarga? Jarak fasilitas kesehatan dengan rumah
Tn.S bisa dibilang lumayan dekat
b)Alat transportasi apa yang digunakan keluarga
untuk mencapai fasilitas perawatan? Jika berobat ke
pelayanan kesehatan, An.A menggunakan angkutan
umum
c) Jika keluarga harus menggunakan angkutan
umum, masalah apa yang timbul dalam hal jam
pelayanan dan lamanya perjalanan ke fasilitas
pelayanan kesehatan?An.A mengatakan
menggunakan angkutan umum harus menunggu
jamnya untuk lewat didepan jalan raya
7) Praktik diet keluarga
a)Siapakah yang bertanggung jawabuntuk terhadap
perencanaan, belanja, dan persiapan makanan?An.A
yang mengatur semua seperti makanan, belanja
8)Praktik aktivitas fisik dan rekreasi:
a) Apakah pekerjaan hari yang biasa memberikan
kesempatan untuk latihan?An.A bekerja hanya
mengajari anak-anak les dan kedua orang tuanya
hanya dirumah dikarenakan sudah lansia
b) Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa (mis., lari,
bersepeda, berenang, menari, tenis) yang dilakukan
keluarga? Berapa kali? Siapa yang mengikuti? Tn. S
setiap pagi melakukan jalan-jalan disekitar rumah
c) Apakah aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh
anggota keluarga membutuhkan energy yang kecil
untuk dikeluarkan? Tn.S hanya jalan-jalan disekitar
rumah
d) Apakah anggota keluarga menghabiskan
sedikitnya 30 menit setiap hari dalam melakukan
aktivitas fisik yang sedang atau berat?
Tidak pernah dikarenakan keluarga Tn.S sudah
lansia sehingga kekuatan ototnya menurun
e) Apa jenis aktivitas rekreasi/waktu luang subsistem
keluarga (subsistem pasangan, subsistem orang tua
anak, dan subsistem saudara). Seberapa sering
aktivitas ini terjadi ? siapa yang berpatisipasi?An.A
mengatakan Keluarga Tn.S tidak pernah rekreasi
dikarenakan sudah lansia tidak kuat untuk jalan-jalan
jauh
f) Apa keyakinan keluarga tentang hubungan
aktivitas fisik dengan kesehatan?An.A mengatakan
yang terpenting tidak melakukan aktivitas yang
menguras energi
g) Apa yang dirasakan anggota keluarga tentang
aktivitas rekreasi/waktu luang (kepuasan terhadap
waktu yang dihabiskan dan jenis aktivitas).
Hanya berkumpul dengan keluarga
9) Praktik penggunaan obat terapeutik dan
penenang, alkohol serta tembakau di keluarga:
a) Apakah anggota keluarga mengkonsumsi obat
sebagai penenang? Keluarga Tn.S tidak pernah
mengonsumsi obat penenang hanya saja Ny.S
meminum obat yang diresepkan doter secara
teratur adar hipertensinya tidak kambuh
b) Sudah berapa lama anggota keluarga
menggunakan alkohol atau obat penenang?
Keluarga Tn.S tidak pernah menggunakan obat-
obatan terlarang
c) Apakah penggunaan tembakau, alkohol, atau obat
yang diresepkan oleh anggota keluarga dirasakan
sebagai masalah? Keluarga Tn.S tidak pernah
mengkonsumsi penggunaan obat dari tembakau,
alkohol karena mereka tau bahwa itu obat yang
tidak baik untuk di konsumsi
d) Apakah penggunaan alkohol atau obat lainya
menganggu kapasitas untuk melakukan aktivitas
yang biasa? Keluarga Tn.S menganggap bahwa
mengkonsumsi alkohol maupun obat lain dapat
mengganggu dalam melakukan aktivitas sehari-
hari dan merusak kesehatan
e) Apakah anggota keluarga secara teratur
menggunakan obat yang dijual bebas atau obat
yang diresepkan? Keluarga Tn.S tidak pernah
membeli obat yang dijual bebas dipasaran
f) Apakah keluarga menyimpan obat dalam priode
yang lama dan menggunakanya kembali?
Keluarga tidak pernah menyimpan obat dalam
jangka waktu lama, karena biasanyan obat yang
diresepkan oleh dokter langsung dihabiskan
g) Apakah obat diberi label dan disimpan dengan
tepat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak kecil?An.A selalu menyimpan
obat ditempat yang aman sesuai petunjuk
Merawat 1)Praktik diet keluarga
a)Apakah diet keluarga adekuat? (cacatan riwayat
pola makanan keluarga selama tiga hari
dianjurkan)An.A selalu membiasakan pola makan
yang baik bagi kesehatan tubuh mereka yaitu sarapan
menggunakan kabin dan mulai makan jam 11.00
b)Siapakah yang bertanggung jawabuntuk terhadap
perencanaan, belanja, dan persiapan makanan?An.A
yang bertanggungjawab dalam pengaturan belanja
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
c)Bagaimana makanan disiapkan?An.A mengatakan
memasak sendiri
d) Berapa banyak makanan yang dikonsumsi per
hari? Keluarga Tn.S membiasakan makan 3x sehari
e)Apakah ada pembatasan anggaran makan?
Keluarga Tn.S tidak pernah membatasi dalam
anggaran keuangan, hanya saja mereka membeli
sesuatu yang mereka butuhkan dan sebisa mungkin
tidak menghamburkan uang
f) Penggunaan kupon mkanan? Keluarga Tn.S tidak
pernah menggunakan kupon makanan
g) Bagaimana kelayakan penyimpanan dan lemari
pendingin makanan?An.A mengatakan selalu
menyimpan makanan di tempat makan yang aman
dan minum di lemari es seperti jus yang sudah dibuat
h) Apakah saat makan memiliki suatu fungsi tertentu
bagi keluarga?An.A selalu makan teratur karena
mereka mengagp bahwa makan merupakan
kebutuhan atau sebuah energi yang dibutuhkan
dalam tubuh
i) Bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan
jam makanan?An.A mengatakan keluarganya saat
sarapan makan kabin lalu mulai makan jam 11.00.
makanannya selalu dihabiskan karena sudah sesuai
porsi tiap individu
Memodifikasi 1) Praktik penggunaan obat terapeutik dan
penenang, alkohol serta tembakau di keluarga:
a) Apakah keluarga menggunakan alkohol,
tebakau,kopi, cola, atau teh? (cafein dan teobromin
adalah stimulant). Keluarga Tn.S tidak pernah
menggunakan alkohol, tembakau maupun kopi
Memanfaatkan 1) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri :
a) Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki
status kesehatanya?
An. A mengatakan biasanya memodifikasi
masakannya seperti terdapat sayuran daan Makan
yang teratur, kebersihan lingkungan yang selalu
dijaga
b) Apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah
penyakit?
Ny.S selalu minum obat secara teratur yang
diresepkan dokter agar hipertensinya tidak kambu
dan An.A mengatur pola makan dengan tidak
memakan gorengan lalu membiasakan meminum
jus terutama jus jambu
c) Siapakah pemimpin kesehatan di dalam keluarga?
An. A yang memimpin kesehatan masing-masing
kedua orangtuanya
d) Siapa yang membuat keputusan kesehatan di
dalam keluarga?
An. A membuat keputusan untuk kedua
orantuannya
e) Apa yang dilakukan anggota keluarga ketika
merawat anggota yang sakit di rumah?
An.A mengatakan jika sakit batuk atau pilek
dibelikan obat diapotek
f) Bagaimana kemampuan keluarga dalam hal
perawatan diri yang berkaitan dengan pengakuan
terhadap tanda dan gejala, diagnosis dan
perawatan di rumah terhadap masalah kesehatan
yang umum dan sederhana?
Keluarga Tn.S kurang memahami tanda sakit, jika
salah satu anggota keluarga mengalami demam
langsung dibawa ke klinik atau pelayanan
kesehatan terdekat
g) Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga
mengenai perawatan di rumah? Kebersihan rumah
adalah salah satu wujud menjaga kesehatan
keluarga
2) Tindakan pencegahan secara medis :
a) Kapan pemeriksa terakhir terhadap mata dan
pendengaran dilakukan? An.A mengatakan sudah
Dua bulan terakhir
b) Bagaimana status imunisasi anggota keluarga?
Tn.S dan Ny.S mengatakan lupa imunisasi
c) Apakah anggota keluarga menggunakan air yang
diberi florida, dan apakah anak-anak dianjurkan
untuk menggunakan florida setiap hari? tidak
d) Apa kebiasaan hygiene oral keluarga yang
berkaitan dengan sikat gigi setelah makan?
Keluarga Tn.S biasanya menggosok gigi saat
mandi pagi dan sore hari bukan pada saat setelah
sarapan pagi karena sarapan ereka jarang
bersama.
e) Bagaimana pola keluarga dalam mengasup gula
dan tepung?An.A mengatakan jika menggunakan
gula secukupnya .
f) Apakah anggota keluarga menerima perawatan
gigiprofessional yang bersifat
preventif/pencegahan, termasuk Pendidikan
kesehatan, penyinaran dengan sinar X secara,
periodic, kebersihan, perbikan, dan unuk anak-
anak, florida oral atau topical? Keluarga Tn.S
tidak pernah melakukan periksa gigi di dokter
ataupun pelayanan kesehatan

2.1.6 Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga


Stresor, kekuatan, dan persepsi
1. Stresor yang paling penting dan berpengaruh bagi keluarga Ny.A adalah
komunikasi denganorang tuanyakarena pendengaran yang kurang. Dan
An.A merasa kesulitan mengurusi kedua orangtuannya sendiri.Dalam
lingkungan An.A dan keluarga sulit untuk beradaptasi dengan keluarga
yang tinggal sekampung. Kekuatan dan jangkanya mengalami stress
sedang.
2. An.A mampu untuk menangani stress yang dialami. Sumber yang
dimiliki dalam keluarga Tn.S adalah mereka saling menyayangi dan
menghormati
3. Keluarga mengagap bahwa masalah tersebut merupakan kondisi
situasional yang tidak perlu dibesar-besarkan dan mengangap hal
tersebut wajar dan dimaklumi.
Keluarga Tn.S berusaha untuk menyelesaikan permasalahan. Tidak ada
stressor yang dirasa sangat besar, ataupun sangat sulit. Keluarga Tn.S
selalu berusaha menyelesaikan tanpa membesar-besarkan masalah.
Strategi koping keluarga
1. Strategi dalam penyelesaian masalah ialah keluarga berusaha untuk
berkomunikasi dan mendengarkan satu sama lain, terkadang ada cara-
cara lain yang berbeda yang digunakan dalam menyelesaikan masalah,
namun hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh keluarga Tn.S karena
mereka berusaha untuk menghargai pendapat setiap anggota dalam
keluarga.
2. Keluarga berusaha menyelesaikan masalah bersama-sama,
Mengendalikan kelompok keluarga Anggota keluarga Tn.S salah satu
berusaha untuk meredam setiap amarah, Berbagi perasaan, pemikiran,
dan aktivitas (memperkuatkohensivitas)An.A selalu menengahi pendapat
kedua orangtuanya salah satunya dalam hal memutuskan.
An.A berusaha untuk melaksanakan tanggungjawabnya Sebagai seorang
anak yang mengurusi kedua orang tuannya.
Normalisasi Keluarga Tn.S selalu berusaha untuk menaati peraturan/
norma-norma yang telah ditetapkan dalam keluarga
Keluarga Tn.S berusaha menghindari perselisihan antar keluarga
Pemecahan masalah Bersama Keluarga Tn.S berusaha untuk
menyelesaikan masalah bersama-sama
Mendapatkan informasi dan pengetahuan Keluarga Tn.S berusaha untuk
selalu memberikan informasi dan pengetahuan terhadap anggota keluarga
yang lain. Keluarga Tn.S selalu berupaya untuk terbuka dan bersikap
jujur, agar setiap masalah yang dihadapi dapat cepat terselesaikan. An.A
selalu bersikap humor kepada kedua orangtuanya
3. An.A jarang mengikuti kegiatan komunitas
Tn.S dalam menghadapi permasalahan selalu melibatkan doa dan
dukungan spiritual
Keluarga Tn.S dalam menghadapi masalah selalu mendapatkan
dukungan sosial dari suaminya anaknya yaitu An.A. Keluarga Tn.S jka
ada masalah selalu dibicarakan dengan kekeluargaan
4. keluarga Tn.S tidak pernah mengambing hitamkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Keluarga Tn.S tidak pernah mengancam anggota yang lain
jika menyelesaikan masalah dan juga tidak pernah mendapat ancaman
keluarga keluarga Tn.S tidak pernah menyakini mitos-mitos yang
terdengar di masyarakat luar.
An. A mengatakan tidak tinggal serumah dengan suaminya dikarenakan
An.A mengurus kedua orangtuanya. keluarga Tn.S tidak pernah
menggunkan obat-obatan yang terlarang/alkohol
Tn.S tidak pernah mengabaikan atau melantarkan anaknya .begitu juga
sebaliknya anak terhadap orang tua.

Adaptasi keluarga
1. Keluarga bisa mengelola stressor dengan baik
2. Keluarga tidak mengalami masalah krisis
Melacak stressor, koping, adaptasi sepanjang waktu
1. Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan
bermanfaat akan melacak atau memantau bagaimana keluarga beraksi
terhadap stressor, persepsi, koping, dan adaptasi. Apakah keluarga mulai
pulih, menghasilkan proses koping yang berguna , atau apakah tetap pada
tingkat adaptasi yang sama atau menujukkan tanda-tanda penurunan
adapatasi?
Tabel 2.4 indikator Keluarga Sejahtera
No Indikator Tidak
Mampu
Mampu
Keluarga Sejahtera 1
1 Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali 
sehari atau lebih *)
2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda 
untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian
3 Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, 
lantai dan dinding yang baik *)
a) Atap
b) Lantai
c) Dinding
4 Bila anggota keluarga sakit dibawa ke sarana 
kesehatan
5 Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke 
sarana pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga 
bersekolah
Keluarga Sejahtera 2 
1 Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan 
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing – masing
2 Paling kurang sekali seminggu anggota keluarga 
makan daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling 
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun
4 Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk 
setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih anggotakeluarga yang 
bekerja untuk memperoleh penghasilan
6 Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa 
baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak atau lebih 
menggunakan alat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3 
1 Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan 
agama
2 Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam 
bentuk uang maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama paling kurang 
seminggu sekali dimanfaatkan untuk
berkomunikasi
4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat 
di lingkungan tempat tinggal
5 Keluarga memperoleh informasi dari surat 
kabar/majalah/radio/TV
Keluarga Sejahtera 3+ 
1 Keluarga secara teratur dengan sukarela
memberikan sumbangan materil untuk kegiatan
social
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus 
perkumpulan sosial/yayasan institusi masyarakat
Sumber : (BkkbN, 2011)
3. Tingkat Kemandirian
Adapun tingkat kemandirian keluarga dilihat dari tujuh kriteria kemampuan yang
telah dicapai oleh keluarga yaitu :
1. Kriteria 1 : keluarga menerima perawat
2. Kriteria 2 : keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3. Kriteria 3: keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4. Kriteria 4 : keluarga meemanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5. Kriteria 5 : keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang
sesuai anjuran
6. Kriteria 6 : keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7. Kriteria 7 : keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif

Tabel 2.5 tingkat kemandirian keluarga


Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat I  
Tingkat II     
Tingkat III      
Tingkat IV       

Sumber :Friedman, Bowden, & Jones (2003) menjelaskan bahwa


ada dua komponen penting yang menjadi fokus kajian sebagai dasar
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga yaitu komponen struktur
keluarga dan komponen fungsional keluarga. Komponen struktur keluarga
terdiri dari komposisi anggita keluarga, sistem nilai yang dianut keluarga,
pola komunikasi keluarga, struktur peran dalam

Family System Stressor Strenght Inventory (FS3I)


Nama keluarga :Tn. S Tanggal : 25 Maret 2019
Hubungan Pendidikan
Anggota Status
No dalam Usia (tingkat Pekerjaan
keluarga perkawinan
keluarga tertinggi)
Pensiunan
1. Tn. S Ayah 89 Menikah SLTA
TNI AL
Ibu rumah
2. Ny. S Ibu 79 Menikah SLTP
tangga
3. An. A Anak 53 Menikah Sarjana Guru

Bagian 1 : Stresor Sistem Keuarga: Umum


PETUNJUK : masing-masing dari 25 situasi/stresor yang tercantum dibawah ini
berhadapan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang normal. Setiap
stresor memiliki potensi menimbulkan stres dalam keluarga atau antar-keluarga
dan dunia tempat mereka tinggal. Kita tertarik pada kesan anda secara menyeluruh
tentang bagaimana situasi-situasi tersebut memengaruhi kehidupan keluarga anda.
Lingkari nomor (0-5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan
yang diciptakan situasi-situasi tersebut

Nilai persepsi keluarga Persepsi


klinisi
No Stresor Tidak Stres Stres Stres Nilai
menimbulkan sedikit Sedang Tinggi
stres
1. Anggota keluarga
(s) merasa tidak 0 1 2 3 4 5
dihargai
2. Rasa bersalah
karena tidak 0 1 2 3 4 5
mencapai lebih
3. Tidak memadai
“saya” waktu 0 1 2 3 4 5

4. Self-Image/harga
diri/perasaan 0 1 2 3 4 5
tidak menarik
5. Perfeksionisme 0 1 2 3 4 5
6. Diet 0 1 2 3 4 5
7. Kesehatan/Penya
kit 0 1 2 3 4 5

8. Komikasi dengan
anak-anak 0 1 2 3 4 5

9. Standar
Housekeeping 0 1 2 3 4 5

10. Insufisiens waktu


i pasangan 0 1 2 3 4 5

11. Insufisiens
i bermain dengan 0 1 2 3 4 5
keluarga
12. Anak-
anak/disiplin/saud 0 1 2 3 4 5
ara bertempur
13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Overscheduled
kalender keluarga 0 1 2 3 4 5
15. Kurangnya
tanggung jawab
sesama di dalam 0 1 2 3 4 5
keluarga
16. Bergerak 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan
spousal
(komunikasi, 0 1 2 3 4 5
persahabatan,
seks)
18. Liburan 0 1 2 3 4 5
19. Mertua 0 1 2 3 4 5
20. Perilaku Remaja
(komunikasi, 0 1 2 3 4 5
music, teman)
21. Bayi baru 0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/finansia
l/ anggaran 0 1 2 3 4 5
23. Ketidakbahagiaan
dengan situasi 0 1 2 3 4 5
pekerjaan
24. Overvolunteerism 0 1 2 3 4 5
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5

Bagian II : Stresor Sistem Keluarga : Spesifik


PETUNJUK : 12 pertanyaan berikut ini dirancang untuk memeberikan informasi
tentang situasi/masalah anda yang menyebabkan stress, atau area masalah yang
memengaruhi kesehatan keluarga anda. Lingkari nomor (1 sampai 5) yang paling
baik menggambarkan pengaruh situasi tersebut pada kehidupan keluarga anda dan
seberapa baik anda menerima fungsi keluarga anda secara keseluruhan.
Situasi/masalah atau area masalah spesifik yang menimbulkan stress pada saat ini
adalah :

Persepsi
Nilai Persepsi Keluarga
No. Stresor Klinisi
Sedikit Sedang Tinggi Nilai
1. Sampai sejauh mana keluarga
anda merasa terganggu oleh
masalah atau situasi yang
menimbulkan stress ini ?
(misal: dampak pada interaksi 2
1 3 4 5
keluarga, komunikasi
antaranggota keluarga,
hubungan emosional dan
sosial)

Komentar Keluarga : Jika ada suatu masalah, Tn. S dan Ny, S tidak
ingin terlalu memikirkan masalah tersebut. Ny. S
selalu berpasrah diri kepada Allah
Komentar Klinisi :
2. Seberapa besar dampak dari
situasi yang menimbulkan
stres ini pada pola hidup
keluarga anda biasanya ? 1 2 3 4 5
(misal, efek pada pola gaya
hidup dan tugas
perkembangan orang tua)
Tn. S dan Ny. S selalu berdiskusi dengan baik jika
terdapat suatu permasalahan sehingga tidak
Komentar keluarga :
menimbulkan dampak pada anggota keluarga
yang lain
Komentar klinis :
3. Seberapa besar situasi ini
mempengaruhi kemampuan
keluarga anda untuk bekerja
sama sebagai satu unit
keluarga? (misal, perubahan 1 2 3 4 5
dalam peran keluarga,
penyelesaian tugas-tugas
keluarga, diikuti dengan
perubahan tanggung jawab)
Komentar Keluarga : Tn. S dan Ny. S selalu berdiskusi dengan baik
dan saling membantu jika terdapat suatu
permasalahan sehingga tidak menimbulkan
damak pada yang lain
Komentar Klinis :
4. Bagaimana tingkat
keberhasilan keluarga anda di
masa lalu dalam mengatasi
situasi/masalah/kekhawatiran
ini ? (misal, pembentukan 1 2 3 4 5
strategi koping yang dapat
diterapkan, tindakan adaptif
yang bermanfaat, perbaikan,
situasi).
Komentar keluarga : Tn. S dan Ny. S selalu berdiskusi dengan baik dan
saling membantu jika terdapat suatu permasalahan
sehingga masalah tersebut tidak berlarut-larut dan
selesai dengan cepat
Komentar klinis :
5. Seberapa kuat anda rasa
situasi/maslah/kekhawatiran
saat ini akan memengaruhi 2
1 3 4 5
keluarga anda di masa yang
akan datang ? (misal,
konsekuensi antisipasi).
Komentar keluarga : Permasalahan saat ini tidak banyak
mempengaruhi di masa yang akan datang karena
jika ada suatu permasalahan maka akan
diselesaikan secepatnya
Komentar klinis :
6. Sampai sejauh mana anggota
keluarga dapat membantu diri
mereka sendiri dalam
menghadapi
situasi/masalah/kekhawatiran 1 2 3 4 5
sekarang ini ? (misal, upaya
membantu diri, harapan
keluarga, pengaruh spiritual,
dan sumber-sumber keluarga.
Komentar keluarga : Anggota keluarga saling membantu satu sama lain
jika terdapat suatu permasalahan
Komentar klinis :
7. Sampai sejauh mana anda
mengharapkan orang lain
membantu keluarga anda
dalam menghadapi
1 2 3 4 5
situasi/masalah/kekhawatiran
ini (misal, peran apa yang
akan dimainkan oleh orang
yang membantu anda tersebut
; bagaimana ketrsediaan
sumber-sumber tambahan
keluarga.
Komentar keluarga : Seluruh anggota keluarga tidak ingin ada orang
lain yang ikut campur dalam membantu
permasalahan keluarganya sendiri
Komentar klinis :
8. Bagaimana anda menilai cara
keluarga anda berfungsi
secara keseluruhan ? (misal,
bagaimana anggota keluarga 4
1 2 3 5
anda saling berhubungan satu
sama lain dan dengan
keluarga yang lebih besar dan
komunitas ?
Komentar keluarga : Keluarga Tn. S berinteraksi satu sama lain dengan
keluarga dekat, keluarga jauh maupun di
lingkungan sekitar
Komentar klinis :
9. Bagaimana anda menilai
status kesehatan fisik pada
masing-masing anggota
keluarga secara keseluruhan ?
(masukkan diri anda sebagai
anggota keluarga, catat nama
tambahan di bagian
belakang).
a. Tn. S 1 2 3 4 5
b. Ny. S 1 2 3 4 5
c. Ny. A 1 2 3 4 5
10. Bagaimana anda menilai
status kesehatan fisik
1 2 3 4 5
keluarga anda secara satu
kesatuan ?
Komentar keluarga : Ny. A sangat memperhatikan kesehatan
keluarganya terutama Ny. S
Komentar klinis :
11. Bagaimana anda menilai
status kesehatan mental masing-
masing anggota
keluarga anda secara
keseluruhan ? (masukkan diri
anda; catat tambahan nama
dibagian belakang).
a. Tn. S 1 2 3 4 5
b. Ny. S 1 2 3 4 5
c. Ny. A 1 2 3 4 5
12. Bagaimana anda menilai
status kesehatan mental 5
1 2 3 4
keluarga anda secara satu
kesatuan ?
Komentar keluarga : Setiap anggota keluarga saling memperhatikan
dan melakukan pencegahan
Komentar klinis :

Bagian III: Kekuatan Sistem Keluarga


PETUNJUK: Masing-masing dari 16 sifat/atribut yang tercantum di bawah ini
berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga dan fungsinya secara
keseluruhan. Setiap satu atribut berperan pada kesehatan dan kesejahteraaan
anggota keluarga sebagai individu dan pada keluarga sebagai keseluruhan.
Lingkari nomor (0 sampai 5) yang paling baik menggambarkan sifat yang sesuai
dengan keluarga anda.
Nilai Persepsi Keluarga Persepsi
Klinisi
No Stresor
Tidak Nilai
Jarang Sedang Tinggi
dilakukan
1. Berkomunikasi dan
saling mendengarkan 0 1 2 3 4 5
satu sama lain
Komentar Keluarga : Anggota keluarga saling berinteraksi satu sama
lain dan memliki waktu untuk berkumpul bersama
untuk berdiskusi, bercerita, dan lain-lain
Komentar Klinisi :
2. Saling menguatkan
dan mendukung satu 0 1 2 3 4 5
sama salin
Komentar Keluarga : Anggota keluarga Tn. S saling mendukung dan
menguatkan
Komentar Klinisi :
3. Mengajarkan sikap
0 1 2 3 4 5
menghargai
Komentar Keluarga : Tn. S mengajarkan sikap saling menghargai
kepada anak-anaknya sejak kecil
Komentar Klinisi :
4. Membangun rasa
percaya dalam 0 1 2 3 4 5
anggota keluarga
Komentar Keluarga : Anggota keluarga saling mempercayai satu sama
lain dengan adanya saling percaya akan mencegah
adanya konflik
Komentar Klinisi :
5. Menunjukkan rasa
senda gurau dan 0 1 2 3 4 5
humor
Komentar keluarga : Saat berkumpul bersama keluarga selalu tertawa
bersama ditambah saat ini adanya cicit
Komentar Klinisi :
6. Menunjukkan rasa
pembagian tanggung 0 1 2 3 4 5
jawab
Komentar keluarga : Tn. S mengajarkan untuk selalu bertanggung
jawab terhadap tugas masing- masing dan tidak
saling menuduh dan saling menyalahkan
Komentar Klinisi :
7. Mengajarkan konsep
benar dan salah 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga : Tn. S mengajarkan kepada setiap anggota
keluarganya untuk mengetahui dan memahami hal
yang benar dan salah
Komentar Klinisi :
8. Memiliki rasa
kekeluargaan penuh
0 1 2 3 4 5
dengan nilai dan
tradisi yang kuat
Komentar keluarga : Keluarga Tn.S memiliki nilai dan tradisi yang kuat
Komentar Klinisi :
9. Memiliki interaksi
yang seimbang
0 1 2 3 4 5
antar-anggota
keluarga
Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain
Komentar keluarga : meskipun sudah membentuk keluarga yang baru
Komentar Klinisi :
10. Memiliki pembagian 4
0 1 2 3 5
inti keagamaan
Komentar keluarga : Keluarga Tn. S melakukan pembagian inti
kegamaan
Komentar Klinisi :
11. Saling menghormati
0 1 2 3 4 5
privasi orang lain
Komentar keluarga : Keluarga Tn. S menghormati dan menghargai
privasi orang lain
KomentarKlinisi :
12. Melayani dengan
salin menghormati 0 1 2 3 4 5
orang lain
Komentar keluarga : Keluarga Tn. S selalu diajarkan untuk saling
menghormat dengan yang orang lain
KomentarKlinisi :
13. Mengembangkan
waktu dan 0 1 2 3 4 5
percakapan keluarga
Komentar keluarga : Keluarga Tn. S emnyempatkan waktu untuk
berkumpul bersama keluarga dan berbincang-
bincang
KomentarKlinisi :
14. Berbagi waktu
0 1 2 3 4 5
bersenang-senang
Komentar keluarga : Jika salah satu anggota keluarga berlibur maka
anggota keluarga lainnya diajak untuk ikut
bergabung
KomentarKlinisi :
15. Mengakui dan
meminta bantuan
0 1 2 3 4 5
untuk mengatasi
masalah
Komentar keluarga : Jika salah satu anggota keluarga mengalami
kesulitan untuk mengatasi masalah maka anggota
keluarga lainnya ikut membantu
KomentarKlinisi :
16a. Bagaimana anda
menilai kekuatan
yang ada dalam 0 1 2 3 4 5
keluarga anda secara
menyeluruh ?
Komentar keluarga : Tn. S biasanya menilai melalui sikap dan tindakan
setiap anggota keluarga kepada anggota keluarga
yang lain
Komentar klinis :
16b. Tambahan kekuatan keluarga :

16c. Klinis : klarifikasi kekuatan keluarga dengan anggota keluarga secara


Individu :
1.2.2 Diagnosa
No. Analisis Data Diagnosa

1 DS: Domain 1. Promosi


1. An. A mengakatan bahwa ia yang mengurusi kesehatan
seluruh kebutuhan orang tua dan kebutuhan Kelas 2. Manajemen
rumah dikarenakan kedua orang tuanya sudah kesehatan
lansia sehingga tidak bisa mengerjakan 00231 Risiko sindrom
pekerjaan rumah tanpa bantuan orang lain. lansia lemah khususnya
2. An.A mengatakankedua orangtuanya sudah tua Tn. S dan Ny. S
sehingga kekuatan ototnya menurun
3. Ny.S mengatakan sering kesemutan di bagian
lutut
4. AnA. Mengatakan bahwa ibunya mengalami
pendengaran kurang

DO:
1. Ny.S nampak memegangi lututnya ketika
sehabis berjalan
2. Tn.S nampak kelelahan ketika menaiki tangga
3. Ny.S dan istrinya ketika berjalan tanganya
memegangi benda yang ada disekitar untuk
penyangga
2 DS: Domain 11.
1. An. A mengatakan tangga di rumah tidak Keamanan/perlindungan
terdapat pegangan Kelas 2. Cedera fisik
2. Tn.S mengatakanpernah mengalami jatuh saat 00155 Risiko jatuh
menaiki tangga dan itu menjadi masalah khususnya Tn. S dan Ny.
kesehatan rentan S
3. An. A mengatakan kedua orang tuannya tidur
di kamar lantai 2
DO:
1. Terlihat tangga rumah tidak ada penyangga
sehingga tembok yang dibuat pegangan
keluarga
3 DS: Domain 1. Promosi
1. An.A mengatakan beliau dan ibunya sering kesehatan
kontrol kesehatan sekitar satu bulan sekali Kelas 2. Manajemen
2. An.A mengatakan untuk jadwal tidur selalu kesehatan
diatur yaitu jam 22.00 sedangkan untuk tidur 00162 kesiapan
siang menyesuaikan tiap individu. meningkatkan
3. An. A mengatakan dia yang melakukan manajemen kesehatan
khususnya Tn. S dan Ny.
pemeriksaan sendiri kepada ibuknya yaitu
S
dengan mengecek tekanan darah menggunakan
tensi digital.
4. Tn. S mengatakan aktivitas setiap pagi jalan-
jalan sekitar rumah.
5. Ny. S secara teratur meminum obat hipertensi
yang telah diresepkan.

DO:
1. Terlihat An.A membuatkan jus jambu dan
menyuruh orang tuannya untuk minum
2. Terlihat obat hipertensi yang diresepkan dokter
di atas meja
4 DS: Domain 7 Hubungan
1. An.A mengatakan selama menikah belum peran
mempunyai anak. Kelas 3. Penampilan
2. An.A mengatakan bahwa tidak tinggal dengan peran
suaminya karena mengurus kedua orang 00223 Ketidakefiktifan
tuanya. hubungan keluarga Tn. S
3. An. A tidak mengikuti program kehamilan khususnya An. A
meskipun masih belum memiliki anak.
4. An. A tdak pernah mengikuti program KB

DO:
1. Selama melakukan kunjungan rumah dua kali
tidak terlihat suami Ny.A
2. An. A tampak sedih ketika menceritakan ttidak
memiliki anak.
5 DS: Domain 7. Hubungan
1. An.A mengatakan dia begitu mengkhawatirkan peran
kesehatan kedua orang tuanya. Kelas 1. Peran pemberi
2. An.A mengatakan bahwa selalu berusaha asuhan
menyelesaikan tanpa membesar-besarkan 00061 Ketegangan peran
masalah pemberi asuhan keluarga
3. An.A mengatakan bahwa merasa kesulitan Tn. S khususnya An. A
mengurusi kedua orangtuannya sendiri

DO:
1. An.A terlihat jarang bersosialisasi dengan
tetangga di sekitar rumah karena sibuk
mengurus kedua orang tuanya.
2. An.A selalu bersikap humor kepada kedua
orangtuanya

1. Risiko sindrom lansia lemah


Rentan terhadap status dinamik dari ekuilibrium yang tidak stabil dapat
memengaruhi individu lansia dalam mengalami penyimpangan pada satu atau
lebih domain kesehatan (fisik, fungsi, psikologis aau sosial) dan menimbulkan
peningkatan kerentanan untuk mengalami efek penyimpangan kesehatan, terutama
disabilitas.
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
3
1. Sifat masalah 𝑥1 = Tn. S dan istrinya sudah
skala : Wellness 3 1
tua sehingga kekuatan
Aktual 3
Risiko 3 1 ototnya menurun
Potensial 2
1
1
2. Kemungkinan masalah 𝑥2 = kedua orang tuanya
dapat diubah 1 sudah lansia sehingga
Skala : Mudah 2
Sebagian 2 tidak bisa mengerjakan
Tidak Dapat 1 2 pekerjaan rumah tanpa
0 bantuan orang lain.
2 2
3. Potensi masalah untuk 𝑥1 = Ny.S mengatakan sering
dicegah 3 3 kesemutan di bagian lutut
Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
2
4. Menonjolnya msalah 𝑥1 = Ny S mengalami
Skala :Segera 2 1 pendengaran kurang
Tidak perlu 2
Tidak Dirasakan 1 1

TOTAL 2
33

2. Risiko Jatuh
Peningkatan rentan jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan
kesehatan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 1
1. Sifat masalah 𝑥1 = Tn.S mengatakan pernah
skala : Wellness 3 3 3 mengalami jatuh saat
Aktual 3 1 menaiki tangga dan itu
Risiko 2 menjadi masalah
Potensial 1 kesehatan rentan
0
2. Kemungkinan masalah 𝑥2 = An. A mengatakan kedua
dapat diubah 0 orang tuannya tidur di
Skala : Mudah 2
Sebagian 2 kamar lantai 2
Tidak Dapat 1 2
0
2 2
3. Potensi masalah untuk 𝑥1 = Terlihat tangga rumah
dicegah 3 3 tidak ada penyangga
Skala : Tinggi 3 sehingga tembok yang
Cukup 2 1 dibuat pegangan keluarga
Rendah 1
2
4. Menonjolnya msalah 𝑥1 = An. A mengatakan
Skala : Segera 2 1 tangga di rumah tidak
Tidak perlu 1 1 2 terdapat pegangan
Tidak Dirasakan 0
TOTAL 2

3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan


Pola pengaturaan dan pengintegrasian kedalam kehidupan sehari-hari suatu
regimen terapeutik untuk pengobatan penyaakit dan sekuelanya, yang dapat
ditingkatkan.
No Kriteria Skor Bobot Nilai
3 Pembenaran
1. Sifat masalah 𝑥1 = An.A mengatakan beliau
skala : Wellness 3 1 dan ibunya sering kontrol
Aktual 3
Risiko 3 1 kesehatan sekitar satu
Potensial 2 bulan sekali
1 1
2. Kemungkinan masalah 𝑥2 = An.A mengatakan untuk
dapat diubah 1 jadwal tidur selalu diatur
Skala : Mudah 2
Sebagian 2 yaitu jam 22.00
Tidak Dapat 1 2 sedangkan untuk tidur
0 siang menyesuaikan tiap
individu.
1 1
3. Potensi masalah untuk 𝑥1 = Ny. S secara teratur
dicegah 3 3 meminum obat hipertensi
Skala : Tinggi 3 yang telah diresepkan.
Cukup 2 1
Rendah 1
1
4. Menonjolnya msalah 𝑥1 = An. A mengatakan dia
Skala : Segera 2 1 yang melakukan
Tidak perlu 2
Tidak Dirasakan 1 1 pemeriksaan sendiri
0 kepada ibuknya yaitu
dengan mengecek
tekanan darah
menggunakan tensi
digital.
TOTAL 1
33

4. Ketidakefektifan hubungan
Suatu pola kemitraan mutual yang tidak mencukupi untuk saling memenuhi
kebutuhan satu sama lain.
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
3
1. Sifat masalah 𝑥1 = An. Amengatakan
skala : Wellness 3 selama menikah belum
1
Aktual 3
Risiko 3 1 mempunyai anak
Potensial 2
1
1
2. Kemungkinan masalah 𝑥2 = An.Amengatakan
dapat diubah bahwa tidak tinggal
1
Skala : Mudah 2
Sebagian 2 dengan suaminya
Tidak Dapat 1 2 karena mengurus kedua
0 orang tuanya.
1 1
3. Potensi masalah untuk 𝑥1 = An.A mengatakan tidak
dicegah 3 3 pernah mengikuti
Skala : Tinggi 3 program KB
Cukup 2 1
Rendah 1
0
4. Menonjolnya msalah 𝑥1 = Ny. S tidak mengikuti
Skala : Segera 2 0 program kehamilan
Tidak perlu 2
Tidak Dirasakan 1 1 meskipun masih belum
0 memiliki anak.
TOTAL 1
23

5. Ketidakefektifan Performa Peran


Kesulitan dalam melakukan peran pemberian asuhan keluarga/ orang
terdekat.

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


3
1. Sifat masalah 𝑥1 = An.A mengatakan bahwa
skala : Wellness 3 merasa kesulitan
1
Aktual 3
Risiko 3 1 mengurusi kedua
Potensial 2 orangtuannya sendiri
1
1
2. Kemungkinan 𝑥2 = An.A mengatakan dia
masalah dapat diubah begitu mengkhawatirkan
1
Skala : Mudah 2 2 kesehatan kedua orang
Sebagian 1 2 tuanya.
Tidak Dapat 0
1 1
3. Potensi masalah untuk 𝑥1 = An.A mengatakan bahwa
dicegah 3 3 selalu berusaha
Skala : Tinggi 3 menyelesaikan tanpa
Cukup 2 1 membesar-besarkan
Rendah 1 masalah
2
4. Menonjolnya msalah 1 𝑥1 = An.A terlihat jarang
Skala :Segera 2 bersosialisasi dengan
1
Tidak perlu 2
Tidak Dirasakan 1 tetangga di sekitar rumah
0 karena sibuk mengurus
kedua orang tuanya
TOTAL 1
33

Daftar Prioritas Diagnosa

No Diagnosa Skore
1 Risiko sindrom lansia lemah 2
33
2 Ketidakefektifan Performa Peran 1
33
3 Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan 1
33
4 Ketidakefektifan hubungan 1
23
5 Risiko Jatuh 2

1.2.3 Intervensi

NOC NIC
1. Keluarga mampu mengenal 1. Keluarga mampu mengenal masalah
masalah kesehatan kesehatan
Level 1 Domain IV Level 1 Domain 4
Pengetahuan tentang Kesehatan & Keamanan
Perilaku Kelas V : Manajemen Risiko
Kelas S : Manajemen Kesehatan Intervensi :
Hasil: (6490) Pencegahan Jatuh
(1828) Pengetahuan: Pencegahan jatuh Melaksanakan pencegahan khusus dengan
Tingkat pemahaman yang pasien yang meniliki risiko cedera karena
disampaikan tentang pencegahan jatuh jatuh
Indikator: a. Mengatahui alat bantu (misalnya.,
a. Mengenal penggunaan alat bantu tongkat dan walker) untuk
yang benar menyeimbangkan gaya berjalan
b. Mengenal penggunaan batang b. Mengetahui untuk menggunakan tongkat
penggenggam/grab bars yang atau walker, dendan tepat
benar c. Mengetahui program latihan fisik rutin
c. Mengenal latihan untuk yang meliputi berjalan
mengurang risiko jatuh d. Mengetahui permukaan lantai yang tidak
d. Mengenal strategi untuk menjaga lincin dan anti selip
permukaan lantai tetap aman
2. Keluarga mampu memutuskan 2. Keluarga mampu memutuskan
masalah kesehatan masalah kesehatan
Level 1 Domain I Level 1 Domai 1
Fungsi Kesehatan Fisiologis : Dasar
Kelas C : Mobilitas Kelas A : Manajemen Aktivitas dan Latihan
Hasil : Intervensi :
(0200) Ambulasi (0221) Terapi Latihan Ambulasi
Tindakan personal untuk berjalan dari Peningkatan dan bantuan berjalan untuk
suatu tempat ke tempat lain secara menjaga atau mengembalikan fungsi tubuh
mandiri dengan atau tanpa alat otonom dan volunter selama pengobatan dan
a. Berjalan dengan langkah yang pemulihan dari penyakit atau cedera
efektif a. Bantu pasien untuk menggunakan alas
b. Berjalan dengan jarak yang jauh (5 kaki yang memfasilitasi pasien untuk
blok atau lebih) berjalan dan mencegah cedera
c. Menyesuaikan dengan perbedaan b. Bantu pasien untuk berdiri dalam
tekstur permukaan atau lantai ambulasi demean jarak tertentu
c. Dorong ambulasi independen dalam
batas aman
d. Dorong pasien untuk “bangkit sebanyak
dan sesering yang diinginkan”
3. Keluarga mampu merawat 3. Keluarga mampu merawat masalah
masalah kesehatan kesehatan
Level 1 Domain IV Level 1 Domain IV
Pengetahuan tentang Kesehatan & Keamanah
Perilaku Kelas V : Manajemen Risiko
Kelas T : Kontrol Risiko dan Intervensi :
Keamanan (6490) Pencegahan Jatuh
Hasil : Melaksanakan pencegahan khusus dengan
(1909) Perilaku Pencegahan Jatuh pasien yang memiliki risiko cedera karena
Tindakan pribadi atau pengasuh dari jatuh
keluarga untuk meminimalkan faktor a. Monitor gaya berjalan (terutama
resiko yang mungkin memicu kejadian kecepatan), keseimbangan dan tingkat
jatuh di lingkungan sendiri kelelahan dengan ambulasi
Indikator : b. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh,
a. Kontrol ketidakmampuan untuk meminimalkan cedera
beristirahat c. Instruksikan pasien mengenai
b. Menggunakan alat bantu dengan penggunaan tongkat atau walker dengan
benar tepat
c. Menyediakan bantuan untuk
bergerak
4. Keluarga mampu memodifikasi 4. Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan lingkungan
Level 1 Domain IV Level 1 Domain IV
Pengetahuan tentang Kesehatan & Keamanah
Perilaku Kelas V : Manajemen Risiko
Kelas T : Kontrol Risiko dan Intervensi :
Keamanan (6490) Pencegahan Jatuh
Hasil : Melaksanakan pencegahan khusus dengan
(1909) Perilaku Pencegahan Jatuh pasien yang memiliki risiko cedera karena
Tindakan pribadi atau pengasuh dari jatuh
keluarga untuk meminimalkan faktor a. Sediakan pencahayaan yang cukup
resiko yang mungkin memicu kejadian dalam rangka meningkatkan pandangan
jatuh di lingkungan sendiri b. Sediakan lampu malam hari di sisi
Indikator : tempat tidur
a. Memberikan pencahayaan yang c. Sediakan permukaan lantai yang tidak
memadai licin pada bak mandi dan pancuran
b. Menempatkan penghalang untuk d. Terapi 12 Balance Exercise Terhadap
mencegah jatuh Keseimbangan Postural Pada Lansia
c. Menggunakan pegangan tangan
seperti yang dilakukan
d. Menggunakan tikar karet di bak
mandi/siraman
5. Keluarga mampu 5. Keluarga mampu memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas fasilitas pelayanan keehatan
pelayanan keehatan Level 1 Domain IV
Level 1 Domain IV Keamanan
Pengetahuan tentang Kesehatan & Kelas V : Manajemen Risiko
Perilaku Intervensi :
Kelas T : Kontrol Risiko dan (6490) Pencegahan Jatuh
Keamanan Melaksanakan pencegahan khusus dengan
Hasil : pasien yang memiliki risiko cedera karena
(1909) Perilaku Pencegahan Jatuh jatuh
Tindakan pribadi atau pengasuh dari a. Berkolaborasi dengan anggota tim
keluarga untuk meminimalkan faktor kesehatan lain untuk meminimalkan efek
resiko yang mungkin memicu kejadian samping dari pengobatan yang
jatuh di lingkungan sendiri berkontribusi pada kejadian jatuh
Indikator : b. Rawat alat bantu dalam kondisi siap
a. Meminta bantuan pakai
b. Memperhatikan peringatan ketika
mengambil pengobatan yang
meningkatkan risiko jatuh
1.2.4 Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
1. Risiko sindrom Sabtu, TUK 1 : Keluarga Tn.S Subjektif :
lansia lemah 19 Mei khususnya Tn.S dan Ny.S 1. An.A mengatakan mengetahui tentang alat
khususnya Tn. 2019 mampu mengenal masalah bantu untuk berjalan
S dan Ny. S sindrom lansia lemah 2. An.A mengatakan mengetahui cara
1. Mengetahui alat bantu menggunakannya alat bantu untuk berjalan
(misalnya., tongkat dan atau berdiri
walker) untuk 3. Ny.S mengatakan sering berjalan jalan pagi
menyeimbangkan gaya di lingkungan rumahnya
berjalan 4. Tn.S mengatakan mengetahui permukaan
2. Mengetahui untuk lantai yaang licin dan selalu diingatkan oleh
menggunakan tongkat atau An.A jika mau berjalan ke tempat yang licin
walker, dendan tepat
3. Mengetahui program latihan Objektif :
fisik rutin yang meliputi 1. Terlihat keluarga Tn.S khususnya An.A
berjalan menyebutkan dan memperlihatkan area mana
4. Mengetahui permukaan lantai saja yang permukaannya licin
yang tidak licin dan anti selip 2. Keluarga Tn.A sangat antusias saat diskusi

Analisis
TUK 1 tercapai, keluarga Tn. S khususnya Tn.S
dan Ny.S sudah mengetahui bagaimana
mengenali masalah pencegahan jatuh

115
Perencanaan
Lanjutkan ke TUK 2 keterlibatan keluarga Tn.S
dalam mengambil keputusan
TUK 2 : Keluarga Tn.S Subjektif :
khususnya Tn.S dan Ny.S 1. An.A mengatakan semua anggota keluarga
mampu memutuskan menggunakan alas kaki yang dipakai untuk
1. Membantu pasien untuk berjalan
menggunakan alas kaki yang 2. An. A mengatakan selalu membantu Tn.S dan
memfasilitasi pasien untuk Ny.S ketika mengalami kesulitan berdiri dan
berjalan dan mencegah cedera berjalan
2. Membantu pasien untuk berdiri 3. Tn.S mengatakan sering berjalan di area
dalam ambulasi dengan jarak sekitar rumah
tertentu 4. An.A mengatakan selalu mengingatkan kedua
3. Mendorong ambulasi orang tuanya untuk selalu semangat dalam
independen dalam batas aman menjalankan aktifitaas sehari-harinya
4. Mendorong pasien untuk
“bangkit sebanyak dan sesering Objektif :
yang diinginkan” 1. Tn.S tampak lebih semangat dan mampu
berjalan lebih baik
2. An.A mampu memutuskan hal apa saja yang
dilakukan untuk kedua orang tuanya terkait
pencegahan jatuh
Analisis :
TUK 2 tercapai, keluarga Tn.S khusunya An.A
mampu memutuskan masalah yang terkait pada
kedua orangtuanya
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 3 keterlibatan keluarga Tn.S
dalam merawat
TUK 3 : Keluarga Tn.SSubjektif :
khususnya Tn.S dan1. Tn.S mengatakan berjalan dengan jarak jauh
Ny.Smampu merawat dalam waktu yang lama masih cepat lelah
1. Memonitor gaya berjalan
2. Tn.S mengatakan jika terjatuh maka berusaha
(terutama kecepatan), untuk meraih benda disekitar yang kuat untuk
keseimbangan dan tingkat berpegangan
kelelahan dengan ambulasi 3. An.A mengatakan jika Tn.Sdan Ny.S
2. Mengajarkan pasien bagaimana kesulitan berjalan atau berdiri biasanya
jika jatuh, untuk menggunakan tongkat tetapi sekarang sudah
meminimalkan cedera tidak menggunakannya lagi
3. Menginstruksikan pasien
mengenai penggunaan tongkat
atau walker dengan tepat Objektif :
1. Tn.S tampak lebih semangat dan mampu
berjalan lebih baik
2. An.A mampu merawat kedua orang tuanya
Analisis :
TUK 3 tercapai, keluarga Tn.S khusunya An.A
mampu merawat kedua orang tuanya

Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 4 keterlibatan keluarga Tn.S
dalam memodifikasi lingkungan
TUK 4 : Keluarga Tn.S Subjektif :
khususnya Tn.S dan 1. An.A mengatakan di tiap ruangan sudah
Ny.Smampu memodifikasi sudah diberikan lampu penerangan yang
lingkungan cukup
1. Menyediakan pencahayaan 2. An.A mengatakan di kamar Tn.S dan Ny.S
yang cukup dalam rangka sudah diletakkan lampu tidur khusus di sisi
meningkatkan pandangan tempat tidur
2. Menyediakan lampu malam 3. An.A mengatakan di kamar mandi dan tempat
hari di sisi tempat tidur licin lainnya diberikan lap atau gombal
3. Menyediakan permukaan lantai 4. Tn.S dan Ny.S mengatakan setelah dilakukan
yang tidak licin pada bak terapi, badan terasa lebih segar dan otot-otot
mandi dan pancuran menjadi relaks
4. Memberikan terapi Balance
Strategi Exercise Terhadap Objektif :
Keseimbangan Postural Pada 1. Tn.S dan Ny.S mau mengikuti gerakan 12
Lansia Balance exercise
2. An.A membantu kedua orang tuanya dalam
pergerakan
Analisis :
TUK 4 tercapai, keluarga Tn.S khususnya An.A
mampu memodifikasi lingkungan dan keluarga
Tn.S senang belajar terapi keseimbangan badan

Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 5 keterlibatan keluarga Tn.S
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
TUK 5 :Keluarga Tn.S Subjektif :
khususnya Tn.S dan
Ny.Smampu memanfaatkan 1. An.A mengatakan berkonsultasi dengan
fasilitas pelayanan kesehatan. dokter tentang kesehatan Ny.S dan efek
1. Berkolaborasi dengan anggota samping obat-obatan
2. An.A merawat alat bantu dan menyiapkan
tim kesehatan lain untuk alat bantu di samping tempat tidur
meminimalkan efek samping
dari pengobatan yang Objektif :
berkontribusi pada kejadian 1. An.A mampu menyebutkan macam-macam
jatuh obat-obatan dan jadwal minum obat Ny.A
2. Rawat alat bantu dalam kondisi
siap pakai Analisis :
TUK 5 tercapai, keluarga Tn.S khususnya An.A
mampu memanfaatkanfasilitas kesehatan

Perencanaan :
Terminasi dengan keluarga Tn. S
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh kebersaman dan kedekatan
emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai
bagian dari keluarga. Tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salahsatu
atau kedua pasangan. Menua adalah proses
natural yang dialami oleh seluruh kehidupan
makhluk hidup. Konsep menua paling
seringdidefinisikan secara kronologis. Usia
kronologis merujuk pada jumlah dalam tahun
seseoranghidup. Tn. S yaitu seorang lansia pensiunan
TNI AL pada tahun 2005, masalah pada keluarga
Tn.S yaitu sindrom lansia lemah
3.2 Saran
Dampak sindrm lansia lemah yang dialami keluarga
dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,psikis dan
sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu
perawat sebaiknyameningkatkan pendekatan-
pendekatan melalui komunikasi terapeutik, dengan
begitu sehingga akan tercipta lingkungan yang
nyaman dan kerja sama yang baikdalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga

120
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang.(2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Sagung Seto
Bulecheck. 2013. Nursing Intervension Clasification. Singapore: Elsevier.
Friedman, Marilyn. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
&Praktik Ed.5. Jakarta: EGC
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Sulawesi
Selatan: Pustaka Assalam
Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-1 Diagnosa Keperawatan:definisi dan
klasifikasi 2018-2020.Jakarta :EGC
Kaakinen, Joanna Rowe. (2010). Family health care nursing: theory, practice,
and research 4thedition. US of America: Davis Company
Moorhead. 2013. Nursing Outcomes Clasification. Singapore: Elsevier
Murtiyani,Ninik, Hartin Suidah. (2019). Pengaruh Pemberian Intervensi 12
Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lansia. Jurnal
Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
Riasmini, In Made dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan
NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta : UI
Sahar, Junaiti dkk. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
keluarga.Singapore: Elsevier
Stanhope, Marcia. (2010). Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.Jakarta:
EGC
Lampiran 2
Form Penilaian Presentasi dan Diskusi (mohon digandakan untuk fasilitator saat
presentasi)

LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI DAN DISKUSI

Kelompok : ...............................................................................
Topik : ...............................................................................
Tanggal Presentasi : ...............................................................................
Fasilitator : ...............................................................................

I. PENYAJIAN
Skor
Nilai
No Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang
(Bobot x Skor)
0-100)
1 Kemampuan mengemukakan 3
konsep / teori
2 Kemampuan mengemukakan 3
intisari kasus
3 Kelancaran dan kejelasan 3
dalam penyajian
4 Kemampuan memaparkan 3
materi secara sistematis
5 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
5

II. ISI TULISAN


Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang (Bobot x
0-100) Skor)
1 Pengkajian : 4
 Data lengkap, relevansi dan
akurat
 Analisa Data
 Diagnosis Keperawatan
2 Perencanaan : 4
 Prioritas masalah (Skoring)
 Tujuan dan Kriteria Hasil
(SMART)
 Rencana Tindakan
3 Implementasi : 4
 Berbentuk narasi
 Penulisan tindakan sesuai
standart
 Respon dari tindakan
 Adanya waktu (Tanggal, Jam
dan ttd)
4 Evaluasi : 4
 Menilai efektivitas tindakan
sesuai rencana
TOTAL
4

III. DISKUSI
Skor
Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang
(Bobot x Skor)
0-100)
1 Kemampuan berkomunikasi / 3
berdialog
2 Kemampuan menjawab 3
dengan tepat
3 Kemampuan berargumentasi 3
4 Kemampuan menerima fakta 3
baru secara terbuka
5 Kemampuan menerima 3
pendapat lain secara kritis
6 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
6

TOTAL NILAI = I + II + III = .................


10

Surabaya, ..........................................
Fasilitator,

NPP.

PJMK Keperawatan Keluarga Surabaya, 22 Mei 2019


PJMK

Nety Mawarda
Hatmanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Saran Dan Kritikan

No Nama/NIM Saran Pertanyaan

1. Denis Kristina 1. Tidak dijelaskan denah 1. Jika 5 tugas keluarga


Aprilia rumah perkembangan sudah
(1130016052) 2. Tabel imunisasi tidak terpenuhi, lantas
ditulis, jangan apakah masih ada
dikosongi, tulis “lupa” masalah dalam
keluarga?
Walaupundiagnosa
adalahresiko jika 5
tugas perkembangan
terpenuhi harusnya
keluarga sudah bisa
mengenal sampai
memanfaatkan faskes.
2. Ficky Erika D 1. Pada pengkajian di
(1130016063 komposisi keluarga
belum ada umurnya.
2. Denah rumah diberi
ukuran agar lebih
spesifikasilagi.
3. Meirda 1. Pengkajian tolong di
Nuriyana tampilkan perpoint
(1130016067) 2. Tabel imunisasi belum
di perbarui
3. Genogram tidak ada
sumber
4. Halimatus 1. Genogram tidak
Sa’diyah diberikan sumber
(1130016032) 2. Untuk pengkajian di
tampilkan perpoint
3. Pewarnaan pada slide
PPT mohon
ditampilkan
5. Diah Feby F 1. Mohon ditambahkan
(1130016090) keluarga sejahtera pada
tahap berapa.
2. Di PPT pemeriksaan
fisik hendaknya di
munculkan diatas
bukan setelah FS3I
3. Diagnosa ditambahkan
khususnya
6. Nurul Alfiyah C 1. Pengkajian seharusnya
(1130016010) perpoint agar
memudahkan audien
memahami setiap soal
dan jawaban
2. Tabel imunisasi tidak
terbaru
7. Lusy Dwi 1. Untuk pengkajian
Rahayu ditampilakan perpoint
(1130016085) 2. Di genogram tidak
diberikan sumber
8. Zakiyatus 1. Mohon diagnosanya
Sholikhah disesuaikan,
(113001600) ditambahkan keluarga
siapa dan khususnya
siapa.
2. Mohon ditambahkan
keluarga yang
kelompok kaji
termasuk keluarga
sejahtera tahap berapa
9. Siti Hardiyanti 1. Tabel imunisasi tidak
(1130016004) lengkap
2. Analisa diagnosa ke 5
3. Genogram tidak ada
sumber
4. Data objektif diagnosa
ke-4 keterangan seperti
apa suami NY.A ada
atau tidak jika memang
tidak tinggal serumah
ya benar tapi jika masih
ada kenapa tidak di
tulis di komposisi
keluarga
10. Putri Indahsari 1. Tabel imunisasi jika
(1130016089) lupa tulis lupa (jangan
dikosongi)
2. Diagnosa 4 dijelaskan
Ny.A tidak tinggal
dengan suami dan di
genogram juga tidak
dijelaskan (itu adalah
cerai dengan suami
atau tidak)
11. Firnanda 1. Untuk pengkajian 1. Bukankah 1 NOC
Erindia mungkin bisa adalah 1 NIC di PPT
(1130016002) ditampilkan per point terlihat 5 NOC yang
2. Pewarnaan dalam slide ditampilakan di NIC
diagnosa 3 mungkin ada 4 apakah ini ada di
bisa di spesifikkan evidence based?
untuk DO dan DS
karena terlihat tidak
ada masalah yang
mengara pada
menajemen kesehatan
yang buruk
12. Hariyono 1. Pada pengkajian kasus
Setyawan belum diubah menjadi
(1130016059) per point
13. Annisatul Arum 1. Di genogram simbol
P pasien yang di
(1130016028) teridentifikasi sama
meninggal kenapa
sama
2. Di tabel imunisasi
belum diperbarui sesuai
dengan tabel yang
terbaru
14. Hnum 1. Tabel imunisasi tidak
Mafrudho sesuai dengan revisi
(1130016043) yang baru
2. Pewarnaan slide pada
PPT
15 Diana Safitri 1. Tabel imunisasi tidak
(1130016037) terbaru
2. Pewarnaan slide dan
ppt
3. Pengkajian tmpilkan
perpoint
16. Dedy Anwar 2. Pewarnaan slide dan
(1130016046) ppt
3. Pengkajian tampilkan
perpoint
17. Hilda Wulandari 1. Tabel imunisasi tidak
(1130016073) sesuai dengan
ketentuan dan
kesepakatan bersama
2. Fungsi keluarga dan
tugas keluarga tidak
dibuat perpoint
18. Eka Yasista F 1. Pada genogram mana
(1130016039) yang paien yang dikaji
dan mana yang telah
meninggal di antara
anggota keluarga
2. Di tabel imunisasi tidak
sesuai dengan yang
telah di sepakati
3. Pengkajian dilakukan
perpoint
19. Arnis Rosita P 1. Pewarnaan slide pada
(1130016036) PPT
2. Tabel imunisasi belum
sesuai revisi yang baru
20. Alvin Ade Putra 1. Tabel imunisasi tidak
(1130016074) sesuai dengan
ketentuan
2. Di genogram tidak
tercantumkan
sumbernya
21. Olva Nur H 1. Tabel imunisasi tidak
(1130016083) sesuai dengan
ketentuan
2. Di genogram tidak
diberikan sumber
22. Lukluatul M 1. Tabel imunisasi belum 1. Digenogram untuk
(1130016098) di perbarui sesuai tabel keterangan pasien yang
terbaru teridentifikasi dan
2. Pada pengkajian kasus meninggal kenapa
belum dirubah menjadi sama?
per point Tolong di cek lagi.
3. Pada tabel keluarga
sejahtera, centangnya
mohon dikoreksilagi.
23. Faiz Hamam A 1. Di DO diagnosa ke 3
(1130016145) sebaiknya digantikan
oleh kata terdapat
2. Di diagnosa 2
sebaikanya data
subjektif 1 ditanyakan
apakah pernah ada
kejadian jatuh dari
tangga.
24. You Erly 1. Pada tahap keluarga
(1130016009) sejahtera tahap 3 di
bagian indicator
tentang keluarga sering
ikut dalam kegiatan
masyarakat di
lingkungan tempat
tinggal kenapa di
centang 2 (mampu dan
tidak mampu)
2. Dan yang bagan
keluarga secara teratur
dengan suka
rela
memberikan sumbang
materil untuk kegiatan
sosial kenapa tidak
terisi atau tidak
dicentang?
3. Tolong jelaskan pada
kasus termasuk pada
tahap berapa? Dan
jelaskan alasannya.
25. Fina 1. Digenogram tidak ada
Maghfirotika keterangan sumber
(1130016007) kemudian pasien yang
terindentifikasi sama
meninggal
keterangannya sama
tolong diperiksa lagi.
2. Tabel imunisasi belum
diperbaruhi sesuai tabel
terbaru
3. Bagian I : stressor
sistem keluarga
spesifik, bagian II:
stressor sistem keluarga
spesifik, bagian III:
kekuatan sistem
keluarga, tolong
diharapkan karena
lingkarannya tidak
sesuai
4. Di tabel keluarga
sejahtera centang
tolong dikoreksi lagi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

1. Pokok bahasan : Permasalahan Sindrom Lansia Lemah


2. Topik : Pencegahan Jatuh Pada Lansia
3. Sasaran : Keluarga Tn.S khususnya Tn.S dan Ny.S
4. Strategi Pelaksana
Hari/tanggal : Sabtu, 18 Mei 2019
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ngagel, Surabaya
A. Tujuan instruktusional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 60 menit diharapkan 80%
keluarga Tn.S khususnya Tn.S dan Ny.S mengetahui dan memahami Pencegahan
Jatuh
B. Tujuan instruktusional khusus
Setelah dilakukan pendidikaan kesehatan selama 30 menit, keluarga Tn.S
khususnya Tn.S dan Ny.S diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami pengertian jatuh
2. Mengetahui dan memahami penyebab jatuh
3. Mengetahui dan memahamicara pencegahan jatuh pada lansia
4. Mengetahui dan memahami cara menolong lansia jatuh
C. Materi
1. Pengertian Jatuh
2. Penyebab Jatuh
3. Pencegahan Jatuh Pada Lansia
4. Cara Menolong Lansia Jatuh
D. Metode
Metode yang digunakan adalah :
a. Ceramah
b. Diskusi/tanya jawab
c. Demonstrasi
E. Media/alat
1. Laptop
2. Leaflet
3. Tongkat
F. PROSES
No. Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1 Pembukaan  Memberikan salam Duduk dan mendengarkan


 Memberikan sambutan
sambutan kepada
panitia maupun
undangan
 Mengucapkan syukur
kepada tuhan

2 Isi/materi Menjelaskan tentang : Menyimak dan


 Pengertian Jatuh Mendengarkan sosialisasi
 Penyebab Jatuh serta ikut mempraktikan
 Pencegahan Jatuh edukasi yang diajarkan
Pada Lansia oleh panitia penyelenggara
 Cara Menolong
Lansia Jatuh
3 Evaluasi/hasil  Memberikan soal Peserta mampu
secara lisan kepada menyebutkan pertanyaan
peserta secara yang diajukan panitia
bergantian seperti penyebab jatuh.
 Meminta kepada Peserta lebih mengetahui
peserta untuk tentang cara- cara yang
menjelaskan atau dapat dilakukan untuk
menyebutkan cara pencegahanjatuh
pencegahan jatuh
G. PENGORGANISASIAN
Moderator : Sody Riska Dinardilla
Penyaji : Siti Aisha
Fasilitator : Alimatus Sa’diyah
Instruktur : Fildzah Nur Masitho
Observer : Alimatus Sa’diyah
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Survei tempat (rumah Tn.S) penyuluhan H-4
b. Koordinasi dengan keluarga Tn.S yaitu An.A
c. Peserta 3 orang yaitu Tn.S, Ny.S, An.A
2. Evaluasi Proses
a. Kesiapan penyaji dalam meyampaikan materi
b. Keluraga Tn.S antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang
tidakdiketahuinnya
c. Keluarga Tn.S mengikuti acara sampai dengan selesai
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Keluarga An.A mampu menjelaskan pengertian jatuh
c. Keluarga An.A mampu menyebutkan penyebab jatuh
d. Keluarga Tn.S mampu menyebutkan pencegahan jatuh pada lansia

I. Antisipasi Masalah
1. Survey tempat (rumah Tn.S)
Menyesuaikan tempat dan kondisi rumah Tn.S
2. Koordinasi dengan keluarga Tn.S
Jika keluarga Tn.S tidak bisa mengikuti penyuluhan, maka kegiatan
penyuluhan dilakukan dihari libur (Minggu)
3. Persiapan Leafleat penyuluhan H-3
Membuat rencana A & B agar penyampaian materi dapat dipahami keluarga
Tn.S
J. lampiran
MATERI
1. Definisi Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben,
1996).
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor
berperan di dalamnya misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan
sendi, sinkope dandizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan
tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan sebagainya
(Sani, 2016).

2. Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungan dengan Kecelakaan pada


Lansia
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar,
yaitu:
a. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai
penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh,
Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang
menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan
penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada
lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope yang
sering meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga disebabkan
oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan
yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.
b. Faktor ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak
di lantai, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya (Sani, 2016).

3. Pencegahan Jatuh
Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko apa yang dapat menyebabkan
jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang
diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya
berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. Dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua:
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan. Latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.
 Gerakan 12 Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada
Lansia
1) Sikap tungkai tunggal
2) Latihan mata
3) Menggapai Jam
4) Sikap terhuyung- huyung
5) Tungkai tunggal dengan lengan
6) Menyeimbangkan tongkat
7) Lutut berbaris
8) Lingkaran tubuh
9) Tumit sampai kaki
10) Grapevine
11) Melangkah
12) Berjalan Dinamis (Murtiyani, 2019)
 Gerakan 5 Balance Strategi Exercise
1. Plantar Flexion
2. Hip Flexion
3. Hip Extention
4. Knee flexion
5. Side leg raise
b. Managemen obat-obatan Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik
diantaranya:
1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali
atas indikasi klinis kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
c. Modifikasi lingkungan.
1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu
2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi
4) Perhatikan kualitas penerangan di rumah
5) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
6) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
7) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
8) Gunakan lantai atau keramik yang tidak licin
9) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
10) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
di kamar mandi.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya:
1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4) Hindari olahraga berlebihan.
e. Alas Kaki
1) Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki
2) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
3) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
4) Pakai sepatu yang antislip
f. Alat Bantu Jalan
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),crutch
(tongkat ketiak) danwalker. (Jika hanya satu ekstremitas atas yang
digunakan, pasien dianjurkan pakaicane. Pemilihan tipecaneyang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi yang menunjang berat
badan
4. Cara menolong lansia yang jatuh
a. Cara bangun setelah jatuh tanpa penolong Cara yang dapat dilakukan
lansia setelah jatuh jika masih bangun adalah
1. Mengangkat badan dengan bantuan siku
2. Mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut dan kedua lengan lurus
3. Pegang permukaan kursi atau benda untuk membantu berdiri
4. Hadapkan tubuh ke kursi untuk berdiri
5. Putar badan pelan pelan dan duduk di kursi
b. Cara bangun yang benar setelah jatuh dengan penolong
1. Tenangkan lansia dan biarkan lansia tetap berbaring sambal anda
memeriksa apakah ada cedera. Tanyakan kepada lansia apakah bisa
bergerak.
2. Tempatkan dua buah kursi yang saling berhadapan di dekat lansia. Jika
lansia bisa bergerak, bantu lansia dengan lembut bergeser ke samping.
3. Bantu lansia berpegang pada kursi dihadapannya. Arahkan lansia untuk
mengangkat badannya dengan bertopang pada lututnya.
4. Arahkan lansia untuk mengangkat badannya setengah berdiri
bertopang pada kedua tangannya di kursi dihadapannya. Dekatkan kursi
di belakang lansia kearahnya.
5. Persilahkan lansia untuk duduk dengan tenang. Jangan meninggalkan
lansia sebelum anda memastikan tidak ada cedera (Sani, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Murtiyani, Ninik, Hartin Suidah. (2019). Pengaruh Pemberian Intervensi 12
Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lansia. Jurnal
Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari
Sani, P. A. (2016). Materi Kuliah: Pencegahan Jatuh pada Lansia. PSIK FK
Unud
Standart Operasional Prosedur
Balance Strategi Exercise

Definisi Balance Exercise adalah aktifitas fisik yang dilakukan


untuk meningkatkan kestabilan tubuh dengan
meningkatkan kekuatan ototekstremitas bawah (Glenn,
2007)
Tujuan 1. Menurunkan terjadinya resiko jatuh pada lansia
2. Meningkatkankeseimbangan postural
3. Perbaikan sistem motoris
4. Perbaikan kontrol postural
5. Serta peningkatan stabilitas dinamik
Indikasi Lansia berusia < 60 tahun yang mengalami gangguan
keseimbangan atau beresiko tinggi cedera atau jatuh
Kontra Indikasi 1. Riwayat fraktur pada ekstremitas bawah
2. Hipotensi ortostatik
3. Atrofi di salah satu atau kedua tungkai
Tahap Pra Interaksi Persiapan alat
Kursi dengan atau tanpa pegangan
Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dilaksanakan prosedur
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat
4. Meminta persetujuan pasien
Persiapan Lingkungan
Tempat dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan
kenyamanan pasien
Persiapan Perawat
Mencuci tangan dengan metode 7 langkah
Tahap Orientasi 1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Meminta persetujuan pasien

Tahap kerja 1. Plantar Flexion

a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan


berpegangan pada kursi.
b. Perlahan angkat tumit keatas (berdiri dengan ujung
kaki).
c. Pertahankan posisi.
d. Kembalikan kaki pada posisi semula.
e. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x

2. Hip Flexion

a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan


pada kursi.
b. Angkat lutut kanan keatas tanpa menggerakkan
atau menekuk pinggang.
c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan turunkan lutut dan kembali keposisi
semula.
e. Ulangi dengan menggunakan lutut kiri.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x
3. Hip Extention

a. Berdiri dengan jarak ± 30 cm dari kursi.


b. Perlahan gerakkan kaki kanan kearah belakang
(sampai pinggang dalam keadaan lurus).
c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan kembalikan kaki pada posisi semula.
e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

4. Knee flexion

a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan


berpegangan pada kursi.
b. Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang
sehingga kaki kanan terangkat dibelakang tubuh.
c. Pertahankan posisi
d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi
semula.
e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
f. Gerakan di lakukan sebanyak 10 x.
5. Side leg raise

a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan


berpegangan pada kursi.
b. Perlahan angkat kaki kanan kearah samping
(sampai pinggang dalam keadaan lurus).
c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi
semula.
e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
b. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x
Tahap Terminasi 1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Foto Dokumentasi
JATUH PENCEGAHAN B. Hip Flexion
JATUH
Suatu kejadian yang
1. Latihan fisik Balance
mengakibatkan terbaring
Exercise
ke titik rendah.
PENCEGAHAN A. Plantar Flexion
JATUH PADA
LANSIA

1) Berdiri tegak dengan


salah satu tangan
berpegangan pada
FAKTOR kursi.
TERJADINYA JATUH 1) Berdiri tegak dengan 2) Angkat lutut kanan

1. Kelemahan otot salah satu tangan keatas tanpa

ekstremitas bawah berpegangan pada menggerakkan atau

2. Kekakuan sendi kursi. menekuk pinggang.

2) Perlahan angkat tumit 3) Pertahankan posisi.


3. Lantai licin
keatas (berdiri dengan 4) Perlahan turunkan lutut
4. Dataran tidak rata
UNIVERSITAS ujung kaki). dan kembali keposisi
5. Penglihatan berkurang
NAHDLATUL ULAMA 3) Pertahankan posisi. semula.
SURABAYA
6. Tempat pegangan tidak
4) Kembalikan kaki pada 5) Ulangi dengan
ada atau tidak kuat
posisi semula. menggunakan lutut kiri.
7. Alat bantu tidak ada 6) Gerakan dilakukan
5) Gerakan dilakukan
atau tidak tepat 146
sebanyak 10 x sebanyak 10 x
C. Hip extention D. Knee flexion E. Side leg raise 2. Managemen
obat-obatan

3. Modifikasi
lingkungan

1) Berdiri tegak dengan


salah satu tangan
1) Berdiri tegak dengan
1) Berdiri dengan jarak ± berpegangan pada
salah satu tangan 4. Memperbaiki
30 cm dari kursi. kursi.
berpegangan pada kebiasaan dengan
2) Perlahan tekuk lutut baik dan benar
2) Perlahan gerakkan kaki kursi.
kanan kearah belakang
kanan kearah belakang 2) Perlahan angkat kaki
sehingga kaki kanan
(sampai pinggang kanan kearah samping
terangkat dibelakang
dalam keadaan lurus). (sampai pinggang
tubuh. 5. Memperhatikan alas
3) Pertahankan posisi. dalam keadaan lurus).
3) Pertahankan posisi kaki
4) Perlahan kembalikan 3) Pertahankan posisi.
4) Perlahan kembalikan
kaki pada posisi 4) Perlahan kembalikan
kaki kanan pada posisi
semula. kaki kanan pada posisi 6. Alat bantu jalan
semula.
5) Ulangi dengan semula.
5) Ulangi dengan
menggunakan kaki kiri. 5) Ulangi dengan
menggunakan kaki kiri.
6) Gerakan dilakukan menggunakan kaki kiri.
6) Gerakan di lakukan
sebanyak 10 x 6) Gerakan dilakukan
sebanyak 10 x.
147 sebanyak 10 x
148
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019

PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI 12 BALANCE EXERCISE TERHADAP


KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA

Ninik Murtiyani1), Hartin Suidah2)


Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto, Email :
ninik.akbar@yahoo.co.id
Alamat Korespondensi : Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto, Jl. Raya Gemekan No.77,
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article History : Latar Belakang : Lansia adalah suatu keadaan yang merupakan
Received: Sept, 9th, 2018 tahap lanjut dari proses kehidupan ditandai dengan penurunan
Revised form: Sept-Dec, 2018 kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Accepted: Dec, 13th, 2018 Gangguan keseimbangan postural merupakan hal yang sering
Published: Jan, 14th, 2019 terjadi pada lansia. Jika keseimbangan postural lansia tidak
dikontrol, maka akan dapat meningkatkan resiko jatuh. Latihan
Kata Kunci : fisik berupa latihan keseimbangan pada lansia diperlukan untuk
Lansia, Keseimbangan Postural, mengurangi kemungkinan kejadian jatuh. Karena komplikasi
balance strategy exercise, 12 lebih lanjut akibat jatuh adalah kematian. Salah satu upaya yang
Balance Exercise dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan lansia untuk
meningkatkan keseimbangan postural yang dimiliki melalui
terapi komplementer. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan efektivitas balance strategy exercise
dengan 12 balance exercise terhadap keseimbangan postural
pada lansia.. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah
quasy eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia di Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Lansia
di Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil menggunakan
teknik simpel random sampling. Data penelitian berupa data
primer yang didapatkan dari hasil pengukuran keseimbangan
postural pada lansia. Untuk analisa univariate uji analisa yang
digunakan adalah uji paired sample T-test.. Hasil : Dari hasil
analisa data menggunakan uji wilcoxon didapatkan untuk lansia
yang diberikan intervensi balance strategy exercise didapatkan
Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 sedangkan untuk lansia yang
diberikan intervensi 12 balance exercise didapatkan Asymp Sig
(2-tailed) sebesar 0,005. Karena nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005
< 0,039 maka dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance
exercise lebih efektif untuk peningkatan keseimbangan postural
pada lansia. Saran : Dibutuhkan peran aktif dari berbagai piak
untuk dapat mengimplementasikan terapi komplementer 12
balance exercise pada lansia sebagai upaya preventif pencegahan
resiko terjadinya cedera akibat terjatuh pada lansia. Sosialisasi
yang terus menerus, dukungan finansial, serta pendampingan
dan pelatihan terapi komplementer merupakan kunci utama
keberhasilan pelaksanaan program berbasis masyarakat terutama
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

@2019 Jurnal Keperawatan


Penerbit : LPPM Dian Husada Mojokerto

Halaman | 42
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
PENDAHULUAN diantaranya yaitu : Penuaan, kecelakan dan
Lansia adalah suatu keadaan yang penyakit yang diderita. Gangguan keseimbangan
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan postrural menjadi salah satu penyebab terjadinya
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh jatuh pada lanjut usia yang dapat menyebabkan
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. patah tulang, keseleo pada otot, perlukaan jaringan
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan bahkan jatuh dapat menyebabkan kematian pada
system tubuh ini bersifat fisiologis (Pujiastuti, lansia. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi
2003). Fenomena yang seringkali terjadi pada penyebab utama gangguan keseimbangan postural
lansia terutama pada sistem musculoskeletal adalah pada lansia adalah faktor penuaan (Avers, 2007).
osteoporosis, artritis rheumatoid dan fraktur Salah satu diantaranya adalah perubahan struktur
sebagian besar menyebabkan jatuh pada lansia otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut
sebagai akibat dari penurunan gait/keseimbangan. otot (atrofi otot). Jika sistem musculoskeletal
Gangguan keseimbangan postural merupakan hal menurun maka pelepasan kalsium (Ca) oleh
yang sering terjadi pada lansia. Jika keseimbangan Retikulum Sarcoplasma tidak optimal sehingga
postural lansia tidak dikontrol, maka akan dapat mengakibatkan kekuatan tarik menarik antara aktin
meningkatkan resiko jatuh. Latihan fisik berupa dan mosin tidak optimal sehingga mengakibatkan
latihan keseimbangan pada lansia diperlukan untuk kontraksi tidak optimal dan menyebabkan
mengurangi kemungkinan kejadian jatuh. Karena keseimbangan tidak terbentuk dengan baik
komplikasi lebih lanjut akibat jatuh adalah (goyang / tidak mampu berdiri dengan tegap).
kematian (Van-der-Camment, 1991; Kane,1994 Kejadian jatuh pada lansia juga dipengaruhi oleh
dalam Darmojo, 2004). faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan,
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi
peningkatan UHH pada tahun 2010 populasi lansia (Darmojo, 2004). Dampak perubahan morfologis
adalah 7,56% dan pada tahun 2011 menjadi 7,58%. pada otot ini dapat menurunkan kekuatan otot
Sementara itu Sumber Profil Kesehatan Indonesia (Pudjiastuti, 2003). Atrofi serabut otot dapat
tahun 2012, memberikan gambaran proporsi lansia menyebabkan seseorang bergerak menjadi lamban
di Indonesia 7,6% atau sekitar 18,5 juta orang. UN, (Nugroho, 2008). Penurunan massa otot, kekakuan
World Population Prospect menyatakan pada tahun jaringan penyambung menyebabkan penurunan
2013 jumlah lansia di Indonesia mengalami kekuatan otot terutama pada ekstermitas yang
kenaikan menjadi 8.9%. Sekitar 30-50% dari mengakibatkan kelambanan bergerak kaki tidak
populasi lanjut usia (berusia 65 tahun) ke atas dapat menapak dengan kuat dan cenderung
mengalam jatuh setiap tahunnya (Nugroho, 2008). gampang goyah. Penurunan kekuatan otot juga
Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 menyebabkan terjadinya penurunan mobilitas pada
penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar lansia. Karena kekuatan otot merupakan komponen
43.47% mengalami jatuh. Berdasarkan data yang utama dari kemampuan melangkah, berjalan dan
ditemukan di Panti Werdha Hargodelali Surabaya keseimbangan (Guccione, 2000).
didapatkan sekitar 60% lansia dari 39 penghuni Berbagai terapi pengobatan baik
panti pernah mengalami jatuh pada tahun 2011, farmakologis dan non farmakologis mulai
kejadian jatuh tersebut mengakibatkan 3 lansia dari dikembangkan untuk mengatasi resiko jatuh pada
23 lansia yang jatuh tersebut dirawat dirumah sakit lansia. Hal ini selanjutnya direspon oleh
karena 2 lansia mengalami fraktur femuralis dan 1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
lansia mengalami fraktur panggul dan sisanya melalui program Lansia yang sehat, aktif dan
dirawat sendiri oleh petugas panti karena hanya produktif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
terjadi memar dan keseleo (Nuraf’idah, 2012). kualitas hidup lansia dan mengurangi angka
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ketergantungan lansia pada keluarga. Salah satu
Posyandu Lansia Desa Jabon Kecamatan upaya yang dilakukan adalah dengan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, jumlah lansia menghindarkan lansia dari resiko penyakit
yang teregister sebanyak 47 lansia. Dari hasil degeneratif serta berbagai gangguan lain termasuk
wawancara yang dilakukan kepada 10 lansia, 8 resiko terjatuh. Metode nonfarmakologi yang
lansia mengatakan pernah jatuh saat beraktivitas dikembangkan untuk mengurangi resiko jatuh pada
sehari-hari. lansia adalah dengan menggunakan teknik balance
Resiko jatuh saat beraktivitas beresiko strategy exercise dan 12 balance exercise. Pada
dialami oleh semua manusia. Semakin tua usia pelatihan Balance Strategy Exercise manfaat yang
seseorang maka resiko untuk mengalami jatuh akan diperoleh berupa peningkatan functional
akan semakin tinggi. Resiko jatuh pada lansia salah stability limit, perbaikan sistem motoris, perbaikan
satunya dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan kontrol postural, serta peningkatan stabilitas
postural lansia dapat disebabkan beberapa hal, dinamik. Sebaliknya, pelatihan 12 Balance

Halaman | 43
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
Exercise mampu memberikan ke seluruh manfaat b. Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh sehingga kaki kanan terangkat dibelakang
Sibley, hanya saja pelatihan ini memiliki risiko tubuh.
lebih tinggi daripada balance strategy exercise, c. Pertahankan posisi
sehingga dibutuhkan pemantauan mendalam pada d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi
lansia selama sesi latihan. Kedua jenis terapi semula.
latihan tersebut efektif dalam meningkatkan e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
keseimbangan dinamis pada lansia. f. Gerakan di lakukan sebanyak 10 x.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa 5. Side leg raise
perbandingan efektivitas Balance Strategy Exercise a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan
dengan 12 Balance Exercise terhadap berpegangan pada kursi.
keseimbangan postural pada lansia b. Perlahan angkat kaki kanan kearah samping
(sampai pinggang dalam keadaan lurus).
KAJIAN LITERATUR c. Pertahankan posisi.
Dalam perkembangannya, terapi d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi
komplementer mulai dipraktikkan sebagai semula.
pendamping terapi farmakologi yang diberikan e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
kepada pasien. 2 teknik yang dapat digunakan f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x
untuk peningkatan keseimbangan postural pada B. Teknik 12 Balance Exercise
lansia adalah balance strategi exercise dan 12 Selain balance strategi exercise, terapi
balance exercise. komplementer untuk peningkatan keseimbangan
A. Teknik Balance Strategi Exercise postural pada lansia ada juga teknik 12 balance
Menurut Glenn (2007) Gerakan Balance exercise. Untuk gerakan 12 Balance exercise
Exercise terdiri dari 5 macam, yaitu plantar adalah sebagai berikut : Schrift (2015)
flexion, hip flexion, hip extention, knee flexion dan 1. Sikap tungkai tunggal
side leg raise. Tempat yang bagus untuk memulai
1. Plantar Flexion adalah dengan latihan keseimbangan yang
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan paling sederhana. Berpeganglah pada kursi dan
berpegangan pada kursi. keseimbangan dengan satu kaki. Ini adalah
b. Perlahan angkat tumit keatas (berdiri dengan tempat yang bagus untuk mulai merasakan
ujung kaki). pusat gravitasi Anda di atas pergelangan kaki
c. Pertahankan posisi. Anda. Inilah tujuan Anda, pertahankan pusat
d. Kembalikan kaki pada posisi semula. Anda di atas pergelangan kaki Anda. Cobalah
e. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x beberapa detik menyeimbangkan setiap kaki.
2. Hip Flexion Bekerja sampai satu menit jika Anda bisa.
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan Kemudian mulailah berpegangan tangan, lalu
berpegangan pada kursi. satu jari dan akhirnya coba lepaskan
b. Angkat lutut kanan keatas tanpa sepenuhnya.
menggerakkan atau menekuk pinggang. 2. Latihan mata
c. Pertahankan posisi. Pindah ke latihan lain dengan latihan
d. Perlahan turunkan lutut dan kembali berdiri statis saat Anda mendapatkan
keposisi semula. kepercayaan diri termasuk latihan ini yang
e. Ulangi dengan menggunakan lutut kiri. menargetkan visi dan sistem vestibular Anda.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x Latihan ini terkadang bisa membuat Anda
3. Hip Extention pusing. Jika ini terjadi, hentikan latihan. Coba
a. Berdiridengan jarak ± 30 cm dari kursi. lagi dengan gerakan kepala yang lebih kecil di
b. Perlahan gerakkan kaki kanan kearah lain waktu. Secara bertahap Anda akan belajar
belakang (sampai pinggang dalam keadaan melakukannya dengan benar.
lurus). 3. Menggapai Jam
c. Pertahankan posisi. Pastikan untuk berpegangan pada kursi
d. Perlahan kembalikan kaki pada posisi saat mencoba latihan ini untuk mencegah jatuh
semula. pada orang tua. Jangan sampai kembali terlalu
e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri. jauh jika Anda memiliki rasa sakit di bahu
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x. Anda. (Gunakan satu ons berat pergelangan
4. Kene Flexion tangan Anda di sini untuk meningkatkan latihan
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan Anda)
berpegangan pada kursi.
Halaman | 44
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
4. Sikap terhuyung-huyung mereka mencoba saat Anda lebih kuat dan lebih
Coba tunggu di kursi saat mencoba yakin pada diri sendiri. Latihan ini bagus untuk
latihan ini untuk masalah keseimbangan lansia. dilakukan dengan orang lain. Memegang tangan
Lepaskan kursi selama beberapa detik sekaligus dengan anggota keluarga yang stabil akan
jika Anda merasa nyaman. membuat latihan ini lebih mudah dan aman. (Di
5. Tungkai tunggal dengan lengan sinilah Anda bisa menggunakan buku catatan
Carilah dari kaki Anda saat atau buku kecil Anda saat berjalan.)
menyeimbangkan dan memilih tempat pada
tingkat mata di depan Anda untuk memperbaiki METODE PENELITIAN
kejatuhan orang tua. Angkat dada Anda dan Desain penelitian yang digunakan adalah
bawa bahu Anda kembali. Bernapaslah melalui quasy eksperimental dengan rancangan
hidung dan keluar melalui mulut randomized pre test and post test control group
6. Menyeimbangkan tongkat design. Populasi dalam penelitian ini adalah
Ini adalah latihan yang menyenangkan seluruh lansia di Desa Jabon Kecamatan
dan mudah dilakukan. Gunakan tongkat, sapu Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Sampel dalam
atau bahkan payung. Jangan terlalu banyak penelitian ini adalah sebagian Lansia di Desa
bersenang-senang dengan latihan keseimbangan Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
ini untuk orang tua! Mojokerto yang memenuhi kriteria penelitian yang
7. Lutut berbaris diambil menggunakan teknik simpel random
Coba yang satu ini di sebelah counter sampling. Selanjutnya sampel dalam penelitian ini
sehingga Anda bisa bertahan saat melakukan dibagi menjadi 2 yaitu kelompok 1 (diberikan
gerakan berbaris lutut. Ini juga latihan kardio terapi balance strategy exercise) dan kelompok 2
yang hebat dan untuk kelemahan otot kaki. (diberikan terapi 12 balance exercise). Data
8. Lingkaran tubuh penelitian berupa data primer yang didapatkan dari
Latihan untuk meningkatkan hasil pengukuran keseimbangan postural pada
keseimbangan ini bisa menjadi sedikit rumit. lansia
Simpan kursi di dekatnya jika Anda merasa Instrumen pengumpulan data yang
tidak nyaman tanpa itu. Pastikan lutut dan digunakan adalah lembar observasi yang diadopsi
pinggul dijaga lurus saat Anda melingkar. dari Berg Balance Scale. Pengukuran ini terdiri
9. Tumit sampai kaki dari 14 jenis tes keseimbangan statis maupun
Latihan bergerak adalah yang paling dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada
sulit. Cobalah latihan keseimbangan ini saat kualitas dan waktu yang diperlukan dalam
Anda menjadi ahli dalam latihan sebelumnya. melengkapi tes). Sebelum tes dimulai, lansia
(Jika Anda memiliki selotip masking atau dipersilahkan duduk di kursi. Selanjutnya
pelukis, letakkan potongan 8 sampai 12 kaki pengukuran dilakukan dengan cara 1)
dengan garis lurus di atas karpet atau lantai. Ini menginstruksikan lansia untuk berdiri dari kursi, 2)
akan memungkinkan Anda mempertahankan menginstruksikan lansia untuk berdiri selama 2
garis lurus saat melakukan latihan berjalan). menit, 3) menginstruksikan lansia untuk duduk
10. Grapevine tidak tersangga tetapi kaki tersangga pada lantai
Orang tua yang menari akan lebih atau stool 4) menginstruksikan lansia untuk
terbiasa dengan latihan keseimbangan ini. mencoba duduk di kursi, 5) menginstruksikan
Cobalah di dapur Anda berpegangan ke meja. lansia untuk berpindah dari 1 kursi ke kursi yang
Berjalan beberapa langkah dalam satu arah, lain, 6) menginstruksikan lansia untuk menutup
berbalik dan berjalan kembali. Lanjutkan mata lalu kemudian berdiri, 7) menginstruksikan
selama beberapa menit. Perlahan terus kurang lansia berdiri sambil merapatkan kaki, 8)
dan kurang sampai Anda bisa mengambil menginstruksi agar lansia mencoba mengangkat
beberapa langkah tanpa berpegangan. Mungkin tangan kedepan hingga membentuk posisi 90
butuh beberapa saat, tapi tetap berlatih ... Anda derajat lalu jari diluruskan, 9) menginstruksikan
akan mendapatkannya cepat atau lambat lansia untuk memungut suatu objek di lantai dari
11. Melangkah posisi berdiri, 10) menginstruksikan lansia untuk
Rangkaian latihan melangkah ini sangat mencoba melihat ke belakang dari sisi kanan
menantang. Anda mungkin memiliki anggota maupun sisi kiri, 11) menginstruksikan lansia
keluarga yang stabil untuk pertama-tama untuk membalik badan / berputar 360 derajat, 12)
menunjukkan hal tersebut. menginstruksikan lansia untuk menempatkan kaki
12. Berjalan Dinamis bergantian ke stool dalam posisi berdiri tanpa
Coba ini hanya bila Anda merasa percaya penyangga, 13) menginstruksikan lansia untuk
diri dan memiliki pembantu di rumah. Beri menempatkan salah satu kaki di depan satu kaki

Halaman | 45
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
lainnya, 14) menginstruksikan lansia untuk berdiri Pengolahan data dilakukan dengan tahap
sambil mengangkat 1 kaki. editing, coding, scoring dan tabulating. Sebelum
Hasil pengukuran selanjutnya direkap sebagai pengujian hipotesis data diuji menggunakan uji
data pretest. Selanjutnya masing-masing kelompok normalitas data dan homogenitas sampel.
responden diberikan terapi selama kurun waktu 2 Selanjutnya data dilakukan analisis bivariate dan
bulan yang dilakukan setiap 3 kali dalam analisis univariate. Untuk analisa univariate uji
seminggu. Setelah tahap pemberian terapi selesai analisa yang digunakan adalah uji paired sample T-
dilakukan, masing-masing kelompok dilakukan test. Hasil penelitian selanutnya disajikan
pengukuran keseimbangan postural dan hasil yang menggunakan tabel distribusi frekuensi sebagai
didapatkan selanjutnya dikumpulkan sebagai data hasil pelaksanaan kegiatan penelitian
posttest.

HASIL PENELITIAN
1. Keseimbangan postural pada lansia
Tabel 1. Keseimbangan postural pada lansia (pre-test)
Kelompok 1
No Resiko jatuh pada lansia
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(BSE) Kelompok 2 (12 BE)
1 Resiko jatuh rendah 0 0,0% 0 0,0%
2 Resiko jatuh sedang 13 72,2% 12 66,7%
3 Resiko jatuh tinggi 5 27,8% 6 33,3%
Jumlah 18 100% 18 100%

Sumber : Data primer, 2018


Dari hasil pengumpulan data awal
penelitian (pretest) didapatkan untuk lansia
pada Kelompok 1 (BSE), sebagian besar
memiliki resiko jatuh sedang sebanyak 13
responden (72,2%) dan untuk lansia pada
Kelompok 2 (12 BE), sebagian besar memiliki
resiko jatuh sedang sebanyak 12 responden
(66,7%).
Tabel 2. Keseimbangan postural pada lansia (post-test)
Kelompok 1
No Resiko jatuh pada lansia
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(BSE) Kelompok 2 (12 BE)
1 Resiko jatuh rendah 0 0,0% 0 0,0%
2 Resiko jatuh sedang 13 72,2% 12 66,7%
3 Resiko jatuh tinggi 5 27,8% 6 33,3%
18 100% 18 100%

Sumber : Data primer, 2018


Dari hasil pengumpulan data penelitian
(posttest) didapatkan untuk lansia pada
Kelompok 1 (BSE), sebagian besar memiliki
resiko jatuh sedang sebanyak 13 responden
(72,2%) dan untuk lansia pada Kelompok 2 (12
BE), sebagian besar memiliki resiko jatuh
sedang sebanyak 12 responden (66,7%).
2. Efektivitas balance strategy exercise terhadap
keseimbangan postural pada lansia
Tabel 4. Efektivitas balance strategy exercise terhadap
keseimbangan postural pada lansia

K
e
l
o
m
p
o
k
Halaman | 46
1

(
B
S
E
)

P
r
e
-
t
e
s
t

Me 27 27,611
an ,1 6,843
S 11-
t 7,0
2,
d 280
6
D 5
e 0
v ,
i 0
a 3
s 9
i

Z
Asy
mp
Sig
(2-
tail
ed)
Dari hasil penelitian
didapatkan rata-rata (mean) skor
BBS sebelum intervensi sebesar
27,11 dengan standar deviasi 7,028.
Setelah dilakukan intervensi
didapatkan rata-rata (mean) skor
BBS setelah diberikan intervensi
BSE (balance strategy exercise)
sebesar 27,61 dengan standar deviasi
sebesar 6,843. Dari hasil uji
wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar
-2,065 dan Asymp Sig (2-tailed)
sebesar 0,039. Karena nilai
signifikasi 0,039 < 0,05 dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian intervensi BSE (balance
strategy exercise) terhadap
keseimbangan postural pada lansia
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
3. Efektivitas 12 balance exercise terhadap keseimbangan postural pada lansia
Tabel 4. Efektivitas 12 balance exercise terhadap keseimbangan postural pada lansia
Kelompok 2 (12 BE)
Pre-test Post-test
Mean 26,111 27,277
Std Deviasi 5,989 5,757
Z -2,812
Asymp Sig (2- 0,005
tailed)
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar 26,11
dengan standar deviasi sebesar 5,989. Setelah diberikan intervensi 12 balance exercise didapatkan
rata-rata (mean) skor BBS sebesar 27,27 dengan standar deviasi sebesar 5,757. Dari hasil uji wilcoxon,
didapatkan nilai Z sebesar -2,812 dan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005. Karena nilai signifikasi
0,005 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian intervensi 12 balance exercise
terhadap keseimbangan postural pada lansia
4. Perbedaan efektivitas balance strategy exercise dan 12 balance exercise terhadap keseimbangan
postural pada lansia
Tabel 5 Perbedaan efektivitas balance strategy exercise dan 12 balance exercise terhadap
keseimbangan postural pada lansia
Kelompok 1 (BSE) Kelompok 2 (12 BE)
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Mean 27,111 27,611 26,111 27,277
Std Deviasi 7,028 6,843 5,989 5,757
Z -2,065 -2,812
Asymp Sig (2-tailed) 0,039 0,005
Dari hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon didapatkan untuk lansia yang diberikan
intervensi balance strategy exercise didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 sedangkan untuk
lansia yang diberikan intervensi 12 balance exercise didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005.
Karena nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005 < 0,039 maka dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance
exercise lebih efektif untuk peningkatan keseimbangan postural pada lansia

PEMBAHASAN data memiliki nilai p<0,05 yang berarti bahwa


1. Efektivitas balance strategy exercise terhadap peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada
keseimbangan postural pada lansia kelompok pelatihan balance strategy exercise
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata secara statistik menunjukkan perbedaan yang
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar bermakna.
27,11 dengan standar deviasi 7,028. Setelah Pemberian intervensi balance strategy
dilakukan intervensi didapatkan rata-rata exercise mengaktifkan sistem gerakan volunter
(mean) skor BBS setelah diberikan intervensi dan respon postural otomatis dalam tubuh.
BSE (balance strategy exercise) sebesar 27,61 Ketika melakukan pelatihan ankle, hip, dan
dengan standar deviasi sebesar 6,843. Dari hasil stepping strategy exercise, maka tubuh
uji wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar -2,065 mengirimkan informasi sensoris melalui
dan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039. Karena mekanoreseptor terkait perubahan sensasi posisi
nilai signifikasi 0,039 < 0,05 dapat disimpulkan tubuh dari persendian ke sistem saraf bermielin
bahwa ada pengaruh pemberian intervensi BSE besar. Informasi ini selanjutnya diteruskan ke
(balance strategy exercise) terhadap dalam sistem kolumna dorsalis lemniskus
keseimbangan postural pada lansia medialis dan berakhir pada girus postsentralis
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil dari korteks serebri (area somatosensorik I)
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha et all untuk kemudian diolah di dalam korteks serebri
(2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai (Squire et all, 2008 dalam Nugraha et all,
keseimbangan dinamis pada kelompok 2016). Korteks serebri (area korteks motorik
pelatihan balance strategy exercise saat pre test primer, area premotorik, dan area motorik
didapatkan rerata nilai BBS sebesar 44,28 dan pelengkap) akan mengolah informasi sensoris
post test mengalami peningkatan rerata menjadi untuk menghasilkan sinyal motorik. Penjalaran
45,43 dengan selisih 1,143. Peningkatan nilai sinyal motorik ini akan diteruskan ke serabut
keseimbangan telah diuji secara statistik dengan piramidal melalui traktus kortikospinal lateralis
uji paired sample t-test menunjukkan bahwa medula spinalis dan berakhir pada interneuron

Halaman | 47
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
di region intermediet dari substansia grisea Adaptasi neural ini menimbulkan sumasi
medula, beberapa berakhir di neuron penyiar serabut multipel yaitu suatu keadaan
radiks dorsalis, dan berakhir secara langsung di peningkatan jumlah unit motorik yang
neuron-neuron motorik anterior. Neuron berkontraksi secara bersama-sama. Dengan
motorik anterior mengadakan potensial aksi meningkatnya jumlah unit motorik, maka akan
pada terminal saraf (Squire et all, 2008 dalam terjadi peningkatan kekuatan otot (Guiton &
Nugraha et all, 2016) Hall, 2008 dalam Nugraha et all, 2016)
Potensial aksi akan membuka banyak Pelatihan balance strategy exercise,
kanal kalsium dalam membran saraf terminal, terutama ankle dan hip strategy exercise akan
akibatnya konsentrasi ion kalsium di dalam memperbaiki kendala biomekanik
membran terminal meningkat. Peningkatan (biomechanical constraints) berupa peningkatan
konsentrasi ion Ca2+ di dalam membran kekuatan pada otot gastrocnemius, hamstring,
terminal akan meningkatkan laju penggabungan otot-otot ekstensor batang tubuh, tibilias
vesikel asetilkolin dan menimbulkan eksositosis anterior, quadriceps, dan otot abdominal. Otot-
asetilkolin ke dalam ruang sinaps. Kanal otot ini akan menyokong tubuh dan menyangga
asetilkolin yang terbuka memungkinkan ion limit of stability sehingga terjadi kestabilan
positif yang penting seperti natrium (Na+ ), tubuh untuk menggerakkan pusat gravitasi
kalium (K+ ), dan kalsium (Ca2+ ) dapat sejauh mungkin pada arah anteroposterior dan
bergerak mudah melewatinya. Peristiwa ini mediolatera.
akan menciptakan suatu perubahan potensial Respon postural otomatis tubuh dicapai
positif setempat di dalam membran serabut otot ketika melakukan pelatihan stepping strategy
yang disebut potensial end plate dan akan exercise. Pada pelatihan ini, percepatan linear
menimbulkan suatu potensial aksi yang tubuh akan dideteksi oleh organ sensoris
menyebar di sepanjang membran otot. Potensial makula utrikulus yang berperan penting
aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma menentukan orientasi kepala ketika kepala
melepaskan sejumlah besar ion kalsium dan dalam posisi tegak. Di dalam makula utrikulus
ion-ion ini akan menimbulkan kekuatan tarik- terdapat beribu-ribu sel rambut dimana
menarik antara filamen aktin dan miosin dan pangkalnya bersinaps dengan ujung-ujung
menghasilkan proses kontraksi otot. Sistem sensorik saraf vestibular. Ketika terjadi
somatosensoris juga akan memberikan percepatan linear pada pelatihan stepping
feedback ke korteks motorik melalui sistem strategy exercise, pelekatan filamentosa akan
sensorik radiks dorsalis dengan mengatur menarik stereosilia ke arah kinosilium atau
ketepatan kontraksi otot. Sinyal somatosensorik mendorong ke luar badan sel, sehingga ion
ini timbul di kumparan otot, organ tendon otot, positif mengalir ke dalam sel dari cairan
dan reseptor taktil kulit yang menutupi otot dan endolimfatik di sekelilingnya dan menimbulkan
akan menimbulkan positive feedback depolarisasi membran reseptor. Sinyalsinyal
enhancement dengan lebih merangsang yang sesuai dikirimkan melalui nervus
kontraksi otot (Guiton & Hall, 2008 dalam vestibularis ke nuklei vestibular untuk diolah di
Nugraha et all, 2016) . batang otak. Pada sistem ini, batang otak
Neuron berada pada keadaan terfasilitasi menjalarkan sinyal eksitasi yang kuat ke otot-
pada awal pelatihan, yaitu besarnya potensial otot antigravitasi melalui traktus
membran mendekati nilai ambang untuk vestibulospinalis medialis dan lateralis dalam
peletupan daripada keadaan normal tetapi kolumna anterior medula spinalis. Tubuh akan
belum cukup mencapai batas peletupan. merespon pengaktifan otototot antigravitasi
Pelatihan balance strategy exercise yang dengan melakukan feedback gerakan berupa
dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu koreksi atau proteksi terhadap tubuh akibat
selama lima minggu memberikan efek berupa suatu gangguan atau perubahan landasan
adaptasi neural. Adaptasi neural meliputi tumpu.
sumasi spasial dan sumasi temporal pada sistem Pelatihan stepping strategy exercise juga
saraf. Sumasi spasial diartikan sebagai akan meningkatkan kontrol dinamik yang
penjumlahan potensial postsinaps yang berkaitan dengan gait and locomotion. Lansia
simultan dengan cara mengaktivasi ujung-ujung mengalami peningkatan perubahan posisi ketika
saraf multipel pada daerah membran neuron berjalan dengan landasan tumpu yang lebih
yang luas sedangkan sumasi temporal lebar, fase menumpu yang berlangsung singkat
peningkatan tempo peletupan ujung saraf oleh adanya kekuatan otot yang menurun, serta
presinaptik sehingga dapat meningkatkan fase mengayun yang memendek. Kontrol
potensial efektif postsinaps yang terjadi. dinamik didapatkan dengan mengaktifkan dan

Halaman | 48
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
meningkatkan kekuatan otot-otot yang dengan pelatihan balance strategy exercise.
digunakan saat melangkah, meliputi : otot-otot Sewaktu melakukan pelatihan tersebut, tubuh
panggul (ekstensor, fleksor, abduktor, adduktor, akan meresponnya dengan mengirimkan sinyal
dan rotator), otot-otot lutut (ekstensor dan melalui mekanoreseptor untuk diteruskan ke
fleksor), kaki dan pergelangan kaki, serta otot- girus postsentralis dari korteks serebri dan
otot postural tubuh (m. erector spinae dan m. diolah untuk menghasilkan sinyal motorik ke
rectus abdominis). Pelatihan stepping strategy serabut piramidal dan berakhir di neuron-
exercise memberikan manfaat berupa adaptasi neuron motorik anterior. Neuron motorik
pada peningkatan panjang langkah serta anterior meneruskan potensial aksi sampai
penurunan lebar langkah dan peningkatan akson terminal, sehingga menghasilkan
kecepatan berjalan potensial end plate dan menimbulkan suatu
Peningkatan kontrol dinamik pada potensial aksi yang menyebar di sepanjang
pelatihan balance strategy exercise sesuai membran otot dan terjadilah peristiwa kontraksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hyun otot
(2014).8 Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelatihan single limb stance, tandem
pelatihan balance strategy exercise mampu stance, dan body circles dalam 12 balance
memperbaiki panjang langkah lansia pada satu exercise yang dilakukan dengan frekuensi tiga
siklus gait (stride length), meningkatkan kali seminggu selama lima minggu, dapat
panjang langkah kaki yang berbeda (step memberikan efek berupa adaptasi neural berupa
length), serta mempersingkat waktu dalam sumasi spasial dan sumasi temporal pada sistem
melangkah saraf. Adaptasi neural akan menimbulkan
2. Efektivitas 12 balance exercise terhadap sumasi serabut multipel yaitu suatu keadaan
keseimbangan postural pada lansia peningkatan jumlah unit motorik yang
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata berkontraksi secara bersama-sama. Peningkatan
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar jumlah unit motorik ini akan meningkatkan
26,11 dengan standar deviasi sebesar 5,989. kekuatan otot. Pelatihan single limb stance,
Setelah diberikan intervensi 12 balance exercise tandem stance, dan body circles meningkatkan
didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebesar kekuatan pada otot gastrocnemius, hamstring,
27,27 dengan standar deviasi sebesar 5,757. otot-otot ekstensor batang tubuh, tibilias
Dari hasil uji wilcoxon, didapatkan nilai Z anterior, quadriceps, dan otot abdominal
sebesar -2,812 dan Asymp Sig (2-tailed) dimana otot-otot ini akan menyokong tubuh dan
sebesar 0,005. Karena nilai signifikasi 0,005 < menyangga limit of stability sehingga terjadi
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kestabilan tubuh untuk menggerakkan pusat
pemberian intervensi 12 balance exercise gravitasi sejauh mungkin pada arah
terhadap keseimbangan postural pada lansia anteroposterior dan mediolateral (Guiton &
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil Hall, 2008 dalam Nugraha et all, 2016)
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha et all Respon postural otomatis tubuh dicapai
(2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai ketika melakukan pelatihan clock reach, single
keseimbangan dinamis pada kelompok limb stance with arm, balancing wand, dan heel
pelatihan 12 balance exercise saat pre test to toe. Pada pelatihan ini, percepatan linear
didapatkan rerata nilai BBS sebesar 44,21 dan tubuh akan dideteksi oleh organ sensoris
post test mengalami peningkatan rerata menjadi makula utrikulus yang berperan penting
47,21 dengan selisih 3,000. Peningkatan nilai menentukan orientasi kepala ketika kepala
keseimbangan telah diuji secara statistik dengan dalam posisi tegak. Sinyal-sinyal yang sesuai
uji paired sample t-test menunjukkan bahwa dikirimkan melalui nervus vestibularis ke
data memiliki nilai p<0,05 yang berarti bahwa nuklei vestibular untuk diolah di batang otak.
peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada Pada sistem ini, batang otak menjalarkan sinyal
kelompok pelatihan 12 balance exercise secara eksitasi yang kuat ke otot-otot antigravitasi
statistik menunjukkan perbedaan yang melalui traktus vestibulospinalis medialis dan
bermakna lateralis dalam kolumna anterior medula
Pelatihan 12 balance exercise spinalis. Tubuh akan meresponnya dengan
mengaktifkan sistem gerakan volunter, respon melakukan feedback gerakan berupa koreksi
postural otomatis, serta gerak refleks tubuh. atau proteksi terhadap tubuh akibat suatu
Pada saat melakukan pelatihan single limb gangguan atau perubahan landasan tumpu
stance, tandem stance, dan body circles, tubuh Pelatihan knee marching, heel to toe, dan
akan meresponnya dengan melakukan gerakan grapevine dalam 12 balance exercise juga
volunter. Mekanisme yang terjadi hampir sama mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam

Halaman | 49
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
gerakan melangkah pada lansia. Pelatihan ini Pelatihan stepping exercise dalam 12 balance
berhubungan erat dengan konsep gait and exercise, akan mengaktifkan fungsi
locomotion serta bertujuan untuk meningkatkan vestibuloserebelum yang berperan menghitung
kontrol dinamik. Pelatihan yang dilakukan kecepatan gerakan selanjutnya dan pada arah
selama tiga kali dalam lima minggu apa berbagai bagian tubuh akan berada selama
memberikan efek berupa peningkatan kekuatan beberapa milidetik yang akan datang. Hasil
otot pada otot-otot yang digunakan untuk penghitungan ini adalah kunci untuk kemajuan
melangkah, diantaranya otot-otot panggul otak bagi urutan gerak selanjutnya. Selama
(ekstensor, fleksor, abduktor, adduktor, dan pengaturan keseimbangan diperkirakan bahwa
rotator), otot-otot lutut (ekstensor dan fleksor), informasi yang berasal dari bagian perifer tubuh
kaki dan pergelangan kaki, serta otot-otot maupun apparatus vestibular digunakan oleh
postural tubuh (m. erector spinae dan m. rectus sirkuit pengaturan umpan balik yang khusus
abdominis) (Wiiliem et all, 1996 dalam guna menyediakan koreksi antisipasi sinyal
Nugraha et all, 2016). motorik. Koreksi antisipasi mengaktifkan
Pelatihan eye tracking, dynamic walking feedforward mechanism untuk koreksi sikap
dan stepping exercise pada 12 balance exercise yang diperlukan dalam menjaga keseimbangan
akan membentuk sistem integrasi sensoris dan sewaktu ada gerakan yang sangat cepat,
pengaktifan sistem feedforward pada strategi termasuk perubahan arah gerakan yang cepat
gerakan dengan menggunakan respon postural Integrasi sensoris pada pelatihan 12
otomatis dimana efek dari pelatihan ini tidak balance exercise dicapai melalui pelatihan eye
dimiliki oleh Balance Strategy Exercise tracking, dynamic walking, dan stepping
Pelatihan dynamic walking akan memberikan exercise. Pada saat melakukan pelatihan eye
informasi kepada kanalis semisirkularis terkait tracking dan stepping exercise akan
perubahan posisi kepala. Pada kanalis mengaktifkan vestibuloocular reflex. 7
semisirkularis cairan akan mengalir dari kanalis Pelatihan dynamic walking juga menimbulkan
menuju ampula yang selanjutnya membelokkan eksitasi pada apparatus vestibular dalam hal ini
kupula ke salah satu sisi. Peristiwa ini kanalis semisirkularis. Pelatihan stepping
menyebabkan terjadinya depolarisasi selsel exercise memberikan tambahan informasi pada
rambut dan sinyal-sinyal yang sesuai somatosensoris tubuh, sehingga tercapailah
dikirimkan melalui nervus vestibularis untuk konsep integrasi sensoris dalam hal menjaga
memberitahu sistem saraf pusat mengenai keseimbangan dinamis, yaitu: integrasi antara
perubahan perpuataran kepala dan kecepatan sistem visual, vestibular, dan somatosensoris.
perubahan kepala Pengoptimalan fungsi integrasi sensoris dan
Sinyal diteruskan ke traktus juga sensory reweighting pada pelatihan dengan
vestibuloserebelar dan dijalarkan menuju lobus menggunakan tantangan saat dynamic walking
flokulonodular dan nukleus fastigial serebelum memberikan adaptasi pada sistem sensoris
untuk dibawa ke region pontin batang otak. untuk membagi informasi tersebut. Mekanisme
Sinyal akan diolah menjadi sinyal motorik yang terjadi dengan meningkatkan bobot
melalui traktus retikulospinal pontin dan traktus sensorik untuk vestibular dan informasi visual
vestibulospinalis medialis dan lateralis dalam serta mengurangi ketergantungan masukan
kolumna anterior medula spinalis dengan somatosensori untuk orientasi postural (Hu dan
mengaktifkan otot-otot antigravitasi, yaitu: otot Wollacott, 1994 dalam Nugraha et all, 2016)
kolumna vertebra dan otot ekstensor batang Pelatihan 12 balance exercise
tubuh meningkatkan keseimbangan dinamis lansia
Sistem vestibuloserebelum (otak kecil) melalui mekanisme peningkatan kekuatan otot
berguna untuk mengatur keseimbangan antara postural yang menciptakan perbaikan pada limit
kontraksi otot agonis dan otot antagonis pada of stability, respon otomatis postural melalui
punggung, pinggul, dan bahu sewaktu posisi mekanisme feedback gerakan yaitu protektif
tubuh berubah cepat seperti yang diperlukan dan korektif, meningkatkan kontrol dinamik,
oleh apparatus vestibular. Salah satu masalah mengaktifkan sistem feedforward pada strategi
utama dalam pengaturan keseimbangan adalah gerakan, serta tercapai integrasi sensoris berupa
jumlah waktu yang diperlukan untuk sensory strategies dan sensory re-weighting.
menjalarkan sinyal posisi dan kecepatan sinyal Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
gerakan dari berbagai bagian tubuh ke otak. oleh Wolf et al. (2001 dalam Nugraha et all,
Oleh karena itu, sangat penting untuk otak 2016) yang menyatakan bahwa pelatihan 12
mengetahui kapan harus menghentikan gerakan Balance Exercise dengan frekuensi 3 kali
dan membentuk urutan gerakan selanjutnya. seminggu selama 5 minggu efektif dalam

Halaman | 50
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
meningkatkan keseimbangan dinamis pada strategi gerakan serta meningkatkan strategi
lansia setelah dievaluasi dengan menggunakan sensoris berupa integrasi sensoris dan sensory
Berg Balance Scale. Hal ini dikarenakan re-weighting (Squire et all, 2008 dalam
pelatihan 12 balance exercise mampu Nugraha et all, 2016)
mengoptimalkan interaksi sensoris antara Sistem vestibuloserebelum (otak kecil)
sistem visual, vestibular, dan somatosensoris berguna untuk mengatur keseimbangan antara
pada lansia usia 65 – 90 tahun kontraksi otot agonis dan otot antagonis pada
3. Perbedaan efektivitas balance strategy exercise punggung, panggul, dan bahu sewaktu posisi
dan 12 balance exercise terhadap keseimbangan tubuh berubah cepat seperti yang diperlukan
postural pada lansia oleh apparatus vestibular. Pada pelatihan
Dari hasil analisa data menggunakan uji stepping exercise dalam 12 balance exercise
wilcoxon didapatkan untuk lansia yang akan mengaktifkan fungsi vestibuloserebelum
diberikan intervensi balance strategy exercise yang berperan menghitung kecepatan gerakan
didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 selanjutnya dan pada arah apa berbagai bagian
sedangkan untuk lansia yang diberikan tubuh akan berada selama beberapa milidetik
intervensi 12 balance exercise didapatkan yang akan datang. Hasil penghitungan ini
Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005. Karena adalah kunci untuk kemajuan otak bagi urutan
nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005 < 0,039 maka gerak selanjutnya. Selama pengaturan
dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance keseimbangan diperkirakan bahwa informasi
exercise lebih efektif untuk peningkatan yang berasal dari bagian perifer tubuh maupun
keseimbangan postural pada lansia apparatus vestibular digunakan oleh sirkuit
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil pengaturan umpan balik yang khusus guna
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha et all menyediakan koreksi antisipasi sinyal motorik.
(2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa Koreksi antisipasi mengaktifkan feedforward
rerata selisih nilai sebelum dan setelah mechanism untuk koreksi sikap yang
pelatihan pada kelompok kontrol dengan diperlukan dalam menjaga keseimbangan
pelatihan balance strategy exercise yaitu 45,43 sewaktu ada gerakan yang sangat cepat,
dan rerata selisih nilai sebelum dan setelah termasuk perubahan arah gerakan yang cepat.
pelatihan pada kelompok perlakuan dengan Integrasi sensoris pada pelatihan 12
pelatihan 12 balance exercise yaitu 47,21. Uji balance exercise dicapai melalui pelatihan eye
beda independent sample t-test menunjukkan tracking, dynamic walking, dan stepping
selisih p=0,000 dimana p<0,05 maka dapat exercise. Pada saat melakukan pelatihan eye
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan tracking dan stepping exercise akan
antara kelompok kontrol dengan kelompok mengaktifkan vestibuloocular reflex. Pelatihan
perlakuan terhadap peningkatan keseimbangan stepping exercise juga menimbulkan eksitasi
dinamis lansia. Persentase peningkatan rerata pada apparatus vestibular dalam hal ini kanalis
perubahan nilai keseimbangan dinamis pada semisirkularis, dan dynamic walking
kelompok perlakuan yaitu 6,78 % lebih besar memberikan tambahan informasi pada
daripada kelompok kontrol yaitu 2,58 %. somatosensoris tubuh, sehingga tercapailah
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep integrasi sensoris dalam hal menjaga
pelatihan 12 balance exercise lebih baik keseimbangan dinamis, yaitu: integrasi antara
daripada balance strategy exercise dalam sistem visual, vestibular, dan somatosensoris
meningkatkan keseimbangan dinamis pada (Hu dan Wollacott. 1994 dalam Nugraha et all,
lansia 2016 ). Pengoptimalan fungsi integrasi sensoris
Pelatihan balance strategy exercise dan dan juga sensory re-weighting pada pelatihan
pelatihan 12 balance exercise memiliki dengan menggunakan tantangan saat dynamic
kesamaan mekanisme dalam meningkatkan walking memberikan adaptasi pada sistem
keseimbangan dinamis pada lansia dengan sensoris untuk membagi informasi tersebut
mempertahankan limit of stability, dengan meningkatkan bobot sensorik untuk
mengaktifkan sistem feedback pada movement vestibular dan informasi visual serta
strategies, serta meningkatkan dynamic mengurangi ketergantungan masukan
stability. Pelatihan 12 balance exercise somatosensori untuk orientasi postural (Peterka,
memiliki kelebihan dalam meningkatkan 2002 dalam Nugraha et all, 2016)
keseimbangan dinamis sehingga menjadikan
pelatihan ini lebih efektif daripada balance Halaman | 51
strategy exercise. Pelatihan 12 balance exercise
mengaktifkan mekanisme feedforward pada
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
KESIMPULAN human movement in health and disease.
1. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar 217-246
27,11 dengan standar deviasi 7,028. Setelah Delitto A, (2003). The Link Between Balance
dilakukan intervensi didapatkan rata-rata Confidence and Falling. Physical Therapy
(mean) skor BBS setelah diberikan intervensi Research That Benefits You, American
BSE (balance strategy exercise) sebesar 27,61 Physical Therapy Association: 9-11
dengan standar deviasi sebesar 6,843. Dari hasil Fatimah, M.S., Puruhita, N. (2010). Gizi pada
uji wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar -2,065 lansia. Dalam: Martono H, Pranaka K. Buku
dan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039. Karena ajar Boedhi-Darmojo: geriatri (ilmu
nilai signifikasi 0,039 < 0,05 dapat disimpulkan kesehatan usia lanjut). Jakarta
bahwa ada pengaruh pemberian intervensi BSE Huxham FE, Goldie PA and Patla AE, (2001).
(balance strategy exercise) terhadap Theoretical considerations in balance
keseimbangan postural pada lansia Assessment. Australian Journal of
2. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata Physiotherapy 47: 89-100
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar Nugraha, M. H. S., & KEBUDAYAAN, K. P. D.
26,11 dengan standar deviasi sebesar 5,989. (2016). Pelatihan 12 Balance Exercise Lebih
Setelah diberikan intervensi 12 balance exercise Meningkatkan Keseimbangan Dinamis
didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebesar Daripada Balance Strategy Exercise Pada
27,27 dengan standar deviasi sebesar 5,757. Lansia Di Banjar Bumi Shanti, Desa Dauh
Dari hasil uji wilcoxon, didapatkan nilai Z Puri Kelod, Kecamatan Denpasar
sebesar -2,812 dan Asymp Sig (2-tailed) Barat. Majalah Ilmiah Fisioterapi
sebesar 0,005. Karena nilai signifikasi 0,005 < Indonesia, 1(1).
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik &
pemberian intervensi 12 balance exercise Geriatric. Jakarta : EGC
terhadap keseimbangan postural pada lansia Pudjiastuti. (2003). Fisioterapi Pada Lansia.
3. Dari hasil analisa data menggunakan uji Jakarta : EGC
wilcoxon didapatkan untuk lansia yang Riemann, B.L. & Lephart, S.M. (2002). The
diberikan intervensi balance strategy exercise sensorimotor system, part I: the physiologic
didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 basis of functional joint stability. Journal of
sedangkan untuk lansia yang diberikan Athletic Training, 37(1); 71-79
intervensi 12 balance exercise didapatkan Schrift, Doug. (2015). 12 Best Elderly Balance
Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005. Karena Exercises For Seniors to Help Prevent Falls.
nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005 < 0,039 maka Diakses dari : https://eldergym.com/elderly-
dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance balance.html
exercise lebih efektif untuk peningkatan Shier D, Butler, J., & Lewis, R, (2004). Somatic
keseimbangan postural pada lansia and Special Senses. Hole’s Human Anatomy
and physiology. 10th ed. New York: The
REFERENSI McGraw-Hill Companies, Inc. 421-466
Watson M A, and Black F A, (2008). The Human
Abrahamova D & Hlavacka F. (2008). Age- Balance System, A Complex Coordination
Related Changes of Human Balance during Of Central And Peripheral Systems By The
Quiet Stance: Slovakia . Physiological Vestibular Disorders Association
Research: 57:957-964 Willis Jr W D, (2007). The somatosensory system,
Batson G, (2009). Update On Proprioception with emphasis on structures important for
Considerations For Dance Education. pain. Department of Neuroscience and Cell
Journal Of Dance Medicine And Science. Biology, University of Texas Medical
Volume 13, number 2; 2009 Branch, 301 University Blvd., Galveston,
Brown, S.P., Miller, W.C., & Eason, J.M, (2006). TX 77555-1069, USA. Brain Research
Neuroanatomy and Neuromuscular Control Reviews 55 (2007) 297–313
of Movement. Exercise physiology: Basis of

Halaman | 52
[LAPORAN KASUS]

Penatalaksanaan Holistik pada Lansia dengan Sindrom Metabolik


dan Osteoartritis
TA. Larasati, Dian Isti Angraini, Danar Fahmi Sudarsono
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) menurut ADA (American Diabetes Association), didefinisikan sebagai suatu kelompok penyakit
metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia. DM dan obesitas besar kemungkinannya untuk terjadi sindroma metabolik
dengan faktor risiko antara lain dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma.
Obesitas meningkatkan risiko timbulnya gejala osteoartritis (OA). Tujuan studi ini adalah menerapkan pendekatan dokter
keluarga secara holistik dan komprehensif dalam mendeteksi faktor risiko internal dan eksternal serta menyelesaikan
masalah berbasis Evidence Based Medicine yang bersifat family-approached dan patient-centered. Studi ini merupakan
laporan kasus. Data diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah dan rekam medis pasien.
Hasil, seorang pasien wanita lansia 65 tahun derajat fungsional 4 dengan DM tipe II, hipertensi dan obesitas memiliki faktor
risiko pola makan dan jarang berolahraga, serta pengetahuan yang kurang tentang DM tipe II. Pasien diberikan edukasi
mengenai pengetahuan, pola makan dan jenis diet yang sesuai, pola olahraga dan program penurunan berat badan dan
pentingnya meminum obat secara rutin dan kontrol gula darah serta kadar kolesterol. Terdapat perubahan perilaku, pasien
pada tahap trial yaitu mencoba mengatur pola makan, menambah aktifitas fisiknya dan rutin kontrol penyakitnya ke
pelayanan kesehatan.

Kata Kunci: diabetes melitus tipe II, hipertensi, obesitas, osteoartritis, pelayanan kedokteran keluarga

Holistic Management in Elderly with Metabolic Syndrome and Osteoarthritis


Abstract
Diabetes Mellitus (DM) according to ADA (American Diabetes Association), is defined as a group of metabolic diseases
characterized by hyperglycemia. DM and obesity are likely to occur metabolic syndrome with risk factors such as
atherogenic dyslipidemia, elevated blood pressure, elevated plasma glucose levels. Obesity increases the risk of symptoms
of osteoarthritis (OA). The aim of this study is to apply holistic and comprehensive family doctor approaches in detecting
internal and external risk factors and resolving family-approached and patient-centered Evidence Based Medicine-based
problems. This study was a case report. Data were obtained through anamnesis, physical examination and home visits and
patient medical records. As result, an elderly female patient 65 years of functional degree 4 with type II diabetes,
hypertension and obesity have dietary risk factors and rarely exercise, as well as less knowledge about type II DM. Patients
are provided with education on appropriate knowledge, diet, exercise patterns and weight loss programs and the
importance of taking medication regularly and controlling blood sugar and cholesterol levels. There are behavioral changes,
the patient at the trial stage is trying to regulate the diet, increasing physical activity and routine control of the disease to
health services.

Keywords : diabetes mellitus type II, family medical care, hypertension, obesity, osteoarthritis

Korespondensi: Danar Fahmi Sudarsono, alamat : Gunung Terang, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung,
Lampung, HP 082175400557, email : danar.sudarsono@gmail.com

Pendahuluan adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,


Penyakit tidak menular menjadi atau kedua-duanya.1 Hiperglikemia tersebut
masalah kesehatan yang cukup besar di dapat menyebabkan gejala klasik diabetes yaitu
Indonesia pada saat ini. Hal ini ditandai poliuri, polifagi, dan polidipsi. Hiperglikemia
dengan pola penyakit secara epidemiologi dari ditunjukkan dengan peningkatan kadar gula
penyakit menular cenderung menurun ke darah sewaktu, puasa dan kadar gula post-
penyakit tidak menular yang secara global prandial.2
meningkat di dunia, dan secara nasional telah Survei yang dilakukan WHO, Indonesia
menempati urutan 10 besar penyakit menempati urutan ke-4 dengan jumlah
penyebab kematian terbanyak, termasuk ke penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di
dalam nya Diabetes Melitus.1 Diabetes dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Mellitus (DM) menurut ADA (American WHO memprediksi kenaikan jumlah
Diabetes Association) 2010, didefinisikan penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
sebagai suatu kelompok penyakit metabolik tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
yang ditandai dengan hiperglikemia karena tahun 2030. Laporan hasil Riset Kesehatan

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 71


Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh resiko yang bisa dimodifikasi, terapi gizi medis,
Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa latihan jasmani dan intervensi farmakologis. 1
prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas
15 tahun sebesar 6,9%. Prevalensi tertinggi Metode
DM yang telah didiagnosis oleh dokter Studi ini merupakan laporan kasus. Data
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta primer diperoleh melalui anamnesis
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan (autoanamnesis dan alloanamnesis dari istri
Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi DM di pasien), pemeriksaan fisik dan kunjungan ke
Provinsi Lampung sebesar 0,8%.3 rumah. Data sekunder didapat dari rekam
Kejadian DM Tipe II pada wanita lebih medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis
tinggi dari pada laki-laki. Wanita lebih berisiko holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara
mengidap diabetes karena secara fisik wanita kualitiatif dan kuantitatif.
memiliki peluang peningkatan indeks masa
tubuh yang lebih besar disebut dengan Hasil
obesitas.4 Ny. S 65 tahun, seorang ibu rumah tangga
Obesitas didefinisikan sebagai suatu telah didiagnosis menderita penyakit kencing
keadaan dengan akumulasi lemak tidak normal manis (Diabetes Mellitus) sejak 3 bulan yang
atau berlebihan di jaringan adiposa. Diagnosis lalu datang dengan menantunya ke Puskesmas
obesitas ditegakkan dengan cara mengukur Way Kandis pada tanggal 14 Januari 2017
indeks massa tubuh (IMT), yang didapatkan dengan keluhan badan lemas, kaki dan tangan
dengan membagi berat badan dalam kilogram kesemutan, mata berkunang-kunang. Pasien
dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. sudah 3 tahun terakhir mengalami keluhan
Diagnosis ditegakkan apabila IMT lebih dari seperti ini dan baru mengetahui penyakitnya
atau sama dengan 30 kg/m.5 saat dilakukan pengecekkan kadar gula darah
Pasien DM tipe II dengan obesitas besar saat dirawat di RS. Bintang Amin pada bulan
kemungkinannya terjadi sindroma metabolik Oktober tahun 2016. Saat itu kadar gula di
(SM). Sindroma metabolik merupakan suatu dalam darah mencapai 460 mg/dl, pasien
kumpulan faktor risiko metabolik yang mengeluhkan sangat mudah haus dan kencing
berkaitan langsung terhadap terjadinya pada malam hari lebih dari 5 kali disertai lebih
penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. banyak makan.
Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari Pasien biasanya makan tiga kali sehari.
dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan Makanan yang dimakan cukup bervariasi.
darah, peningkatan kadar glukosa plasma, Namun pasien merupakan seorang yang gemar
keadaan prototrombik, dan proinflamasi. makan manis dan berlemak dan malas
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat berolahraga. Sebelum merasakan keluhan
peningkatan risiko terjadinya penyakit diatas, pasien sering mengkonsumsi kopi dan es
kardiovaskular, retinopati diabetik dan teh manis.
nefropati diabetik pada penderita SM dengan Ny. S tinggal bersama suami dan anaknya
obesitas.6 yang sudah memiliki keluarga. Riwayat penyakit
Obesitas meningkatkan risiko timbulnya keluarga, ayah pasien meninggal akibat
gejala osteoartritis (OA) sekunder, selain penyakit jantung, ibu pasien meninggal akibat
faktor usia diatas 50 tahun, jenis kelamin DM. Terdapat riwayat obesitas pada keluarga,
(prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki- adik pasien juga ada yang menderita DM dan
laki pada OA). Menurut American College of obesitas.
Rheumatology, diagnosis klinis OA dapat Pola pengobatan pasien bersifat kuratif,
ditegakkan apabila terdapat nyeri lutut apabila mengalami keluhan, pasien baru pergi
ditambah minimal 1 dari 3 kriteria berikut: untuk berobat. Sama saja dengan pola
Umur lebih > 50 tahun, kekakuan pada pagi pengobatan anggota keluarga lainnya
hari <30 menit dan krepitus.7 merupakan kuratif, dimana anggota keluarga
Dalam Konsensus Pengelolaan dan mencari pelayanan kesehatan jika sakit saja.
Pencegahan DM tipe II dengan Penyulit di Pada pemeriksaan fisik penampilan
Indonesia 2015, penatalaksanaan dan sesuai usia, tampak sakit sedang. Lingkar perut
pengelolaan DM dititikberatkan pada 4 pilar 120 cm, berat badan 98 kg, tinggi badan 167
penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi faktor cm, IMT 35,13 (Obese II). Kesadaran kompos

J Agromed Unila | Volume 4 | Nomor 1 | JuniI 2017 |72


Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 84 Data Lingkungan Rumah


x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu Ny. S tinggal di dalam satu rumah yang
36,60C. Mata, telinga, hidung dan mulut dalam berukuran 10 m x 12 m dengan empat kamar
batas normal. Tenggorokan, leher, toraks dan tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga,
abdomen dalam batas normal. Ekstremitas satu kamar mandi bergabung dengan toilet,
dekstra dan sinistra dalam batas normal. satu ruang cucian dan jemuran, satu gudang
Ekstremitas inferior sinistra dalam batas serta dapur. Anggota keluarga tidur dalam
normal dan ekstremitas inferior dekstra dalam kamar masing-masing. Luas halaman ± 8 m 2,
batas normal. Pada pemeriksaan penunjang rumah tidak bertingkat, lantai keramik, dinding
didapatkan gula darah sewaktu 360 mg/dl dan tembok, penerangan menggunakan
kolesterol 185 mg/dl. pencahayaan sinar matahari melalui jendela
Dari data keluarga didapatkan, pasien pada siang hari dan lampu listrik pada malam
adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. hari, tidak terdapat ventilasi di setiap sudut
Pasien memiliki 5 orang anak dan saat ini rumah. Kondisi di dalam rumah tampak bersih
tinggal bersama anak ketiga pasien yang dan rapi. Penataan barang di dalam rumah
bekerja sebagai cleaning service, menantu cukup teratur. Sumber air minum, mencuci dan
serta 2 cucunya. Hubungan pasien dengan memasak berasal dari sumur. Jarak sumber air
anak, menantu, dan cucunya baik serta dari septi tank ± 5 m, limbah dialirkan ke
harmonis. Dukungan keluarga dan pembuangan di belakang rumah. Kamar mandi
tetangga untuk memotivasi pasien dan toilet berada dalam rumah. Rumah pasien
memeriksakan kesehatannya ke memiliki satu kamar mandi yang bergabung
puskesmas yang berjarak ± 8 kilometer. dengan toilet yang cukup jauh dari dapur,
Genogram : ukuran toilet 2 m x 2 m. Bentuk closet duduk.
Lantai kamar mandi semen. Tempat sampah
berada di belakang rumah. Lingkungan tempat
tinggal pasien padat. Pasien tinggal di daerah
lingkungan yang jarak antara rumah
berdekatan. Jalan untuk masuk kerumah tidak
sempit dan dapat dilalui kendaraan roda 4.
Kesan data lingkungan rumah tampak bersih,
luas rumah sesuai dengan jumlah anggota
Gambar 1. Genogram Ny. S keluarga, sirkulasi udara serta sanitasi baik.
Penghasilan perbulan dalam keluarga
Keterangan gambar : dengan 2 orang yang bekerja dengan jumlah
: Pasien penghasilan Rp.2.500.000,- dibagi anggota
: Keluarga dengan DM keluarga yang berjumlah 6 orang didapatkan
: Keluarga laki-laki yang meninggal hasil rata-rata Rp. 416.666,- (UMP Lampung
: Keluarga perempuan meninggal 2017: Rp.1.870.000,-). Berdasarkan penghasilan
: keluarga yang tinggal 1 rumah tersebut, untuk pemenuhan kebutuhan primer
pasien cukup, namun untuk kebutuhan
Hubungan Antar Keluarga: sekunder dan tersier kurang. Pasien sendiri
Tn. A Ny lulusan SD, anaknya yang tinggal bersama
lulusan SMP, serta menantunya lulusan SD.
Pada diagnosis holistik awal didapatkan
Tn. T
aspek personal: (1) Keluhan: badan lemas, kaki
Ny
dan tangan kesemutan, seluruh badan pegal-
pegal terutama kaki; (2) Kekhawatiran: Sakit
lama dan tidak bisa sembuh, tidak bisa
An R
An berkumpul dengn keluarga terutama cucunya,
pasien takut untuk mengetahui perkembangan
Gambar 2. Hubungan antar keluarga Ny. S
penyakitnya; (3) Harapan: bisa beraktifitas
Keterangan gambar :
normal, bisa makan enak, terlepas dari obat; (4)
Hubungan dekat
Persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah
Hubungan tidak dekat
bisa sembuh namun membutuhkan kesabaran.
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

Aspek klinik didapat: (1) Diabetes mempertimbangkan secara lengkap segala


Melitus tipe II (ICD X: E 11); (2) Hipertensi (ICD aspek yang mempengaruhi individu; mulai dari
X: I 10); (3) Obesitas (ICD X: E 66.01); fisik, psikologis, sosial dengan mengutamakan
(33)Osteoartritis (ICD X: M 15.0) hidup sehat. Konsep kesehatan holistik
Aspek risiko internal didapat: (1) Usia 65 mencakup keseluruhan usaha preventif serta
tahun (ICD X: R 54); (2) Riwayat obesitas di promotif yang sudah banyak ditinggalkan oleh
keluarga (ICD X: Z 8.33): (3) Pendidikan rendah pelayanan kesehatan di Indonesia pada
dan kurangnya pengetahuan tentang umumnya, selain tentunya yang bersifat kuratif
penyakitnya (ICD X: Z 55.9); (4) Kebiasaan pola dan rehabilitatif.8
makan yang buruk (ICD X: Z 72.4); (5) Persepsi Telah dilakukan pembinaan kepada pasien
pasien tentang penyakitnya (ICD X: R 44.9); (6) sebagai bentuk pelayanan kedokteran keluarga
Aktifitas fisik pasien yang kurang (ICD X: Z terhadap Ny. S berusia 65 tahun beserta
72.3); (7) Faktor stressor. keluarganya, dimana pada usia tersebut maka
Aspek Psikososial dan Ekonomi Keluarga Ny. S telah dikategorikan usia pertengahan
didapat: kurangnya dukungan dan (WHO). Datang dengan keluhan badan lemas,
pengetahuan keluarga untuk memotivasi kaki dan tangan kesemutan, seluruh badan
pasien agar selalu memeriksakan pegal-pegal terutama kaki. Pada pemeriksaan
kesehatannya dan menjaga pola makannya. gula darah sewaktu didapatkan 360mg/dl.
Pemenuhan ekonomi di keluarga untuk Pasien telah menderita kencing manis
kebutuhan primer tercukupi dengan 2 orang sejak 3 bulan yang lalu dan sering kontrol ke
anggota keluarga yang bekerja. puskesmas untuk mendapatkan obat. Namun
Derajat fungsional didapatkan hasil dalam 5x kontrol terakhir, pasien 2x tidak mau
derajat 4 yaitu dalam keadaan terntentu ikut ke puskesmas karena takut mengetahui
masih mampu merawat diri, tapi sebagian perkembangan penyakitnya. Sebelumnya,
besar aktivitas hanya duduk dan berbaring. pada bulan Oktober 2016 pasien
Intervensi yang dilakukan secara non- mengeluhkan sangat mudah haus dan kencing
medikamentosa: (1) Merancang program pada malam hari lebih dari 5 kali disertai lebih
penurunan berat badan agar mencapai berat banyak makan. Penyebab atau faktor
badan ideal dengan diet dan olahraga. predisposisi keadaan ini adalah pasien yang
Dievaluasi dalam waktu 1 bulan; (2) Edukasi memiliki kecenderungan makan-makanan yang
kepada pasien mengenai penyakit DM, faktor memiliki gula tinggi dan garam tinggi sejak
resiko DM, serta komplikasi dan masih muda dan jarang berolahraga, dan
pencegahannya yaitu dengan deteksi dini cek terdapat riwayat obesitas di keluarga. Pada saat
GDP, GD2PP, tekanan darah dan kolesterol diperiksa gula darah, pada tanggal 14 Januari
dengan media berupa leaflet DM; (3) Motivasi 2017 didapatkan hasil GDS 360 mg/dl dan
kepada pasien untuk memberanikan diri pergi kolesterol 185 mg/dl.
berobat rutin dan follow-up tentang
penyakitnya dan agar pasien mau
menjalankan program penurunan berat badan;
(4) Edukasi tentang diet rendah kalori bagi
penderita DM dengan obesitas; (5) Edukasi
aktivitas yang dianjurkan untuk pasien DM dan
obesitas, yaitu senam yang bisa dilakukan saat
duduk.
Adapun intervensi yang dilakukan
secara medikamentosa: (1) Metformin 3 x
500mg; (2) Glibenklamid 1 x 5mg; (3)
Mecobalamin 2 x 250 mcg; (4) Amlodpin 1 x 10
mg; (5) Piroxicam 2 x 10 mg; (6) Simvastatin 1
x 10 mg.

Pembahasan
Penatalaksanaan holistik adalah
pelayanan kesehatan dengan meninjau dan
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

GAYA HIDUP
Kebutuhan primer  cukup
 Kebutuhan sekunder  kurang
 Kebutuhan tersier  kurang

PERILAKU KESEHATAN
 Higiene pribadi dan LINGKUNGAN
lingkungan  baik PSIKO-SOSIO-EKONOMI
 Berobat hanya jika FAMILY  Pendapatan keluarga
ada keluhan  rendah
 Lingkungan kehidupan
sosial dengan lingkungan
 baik
Pasien Perempuan, 65
Tahun
Keluhan  badan lemas, kaki dan
tangan kesemutan, mata
berkunang-kunang
Riwayat Diabetes Melitus  3 bln
Status generalis dalam batas normal
IMT 35,13(Obese II)
Pemeriksaan penunjang  GDS : 360
mg/dl dan kolesterol : 185 mg/dl

PELAYANAN LINGKUNGAN FISIK


KESEHATAN  Ventilasi dalam
Jarak rumah ke fasilitas rumah  kurang
kesehatan  8 km  Penerangan dalam
Komunitas  rumah  baik
pemukiman padat

Gambar 3. Konsep Mandala of Health

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Selain itu keluhan lain dapat berupa lemah
penampilan sesuai usia, tampak sakit sedang. badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
Lingkar perut 120 cm, berat badan 98 kg, tinggi Diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada gejala
badan 167 cm, IMT 35,13 (Obese II). Kesadaran khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia
kompos mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
nadi 84 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, dijelaskan penyebabnya.
suhu 36,60C. Diagnosis diabetes melitus dapat
Pada dasarnya, penyakit diabetes ditegakkan melalui tiga cara:
mellitus secara keseluruhan disebabkan oleh 1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka
tiga faktor utama, yaitu defisiensi insulin, pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200
keluaran glukosa yang berlebihan, atau mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
masalah resistensi insulin. Oleh karena diagnosis diabetes melitus.
beragamnya faktor kausa serta komplikasi dari 2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126
DM itu, maka diperlukan manajemen terapi mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
yang baik dan komprehensif bagi setiap kasus 3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO).
DM.9 Meskipun TTGO dengan beban 75 g
Keluhan klasik DM berupa poliuria, glukosa lebih sensitif dan spesifik
polidipsia, polifagia dan penurunan berat dibanding dengan pemeriksaan glukosa
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. plasma puasa, namun pemeriksaan ini
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO pasien juga telah meninggal dengan penyakit
sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan DM yang dimilikinya. Hal ini berarti bahwa
dalam praktek sangat jarang dilakukan anak-anak pasien memiliki peluang untuk
karena membutuhkan persiapan khusus. 1 menderita diabetes melitus di kemudian hari
Pada pasien ditemukan adanya gejala sekitar 1:13 atau bisa lebih tinggi lagi. Oleh
klasik DM, seperti cepat lelah, sering merasa karena itu dilakukan intervensi dan edukasi
haus, cepat lapar dan BAK >3 kali pada malam pada keluarga pasien berupa health promotion:
hari. Pada pemeriksaan gula darah sewaktu melakukan pola hidup sehat (pola makan sehat
didapatkan kadar gula darah 360 mg/dl. dan olahraga yang teratur), specific protection:
Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan membatasi makanan yang bersumber dari gula
tersebut sudah cukup untuk penegakan ataupun karbohidrat tinggi serta early
diagnosis Diabetes Melitus tipe II. Penyakit diagnosis: melakukan skrining DM dengan
yang diderita pasien ini merupakan penyakit menganjurkan pemeriksaan gula darah
kronis. Penyakit kronis seperti hipertensi dan sewaktu di tempat pelayanan kesehatan.
diabetes melitus memiliki perjalanan penyakit Ketika intervensi dilakukan, suami, anak serta
yang cukup lama dan umumnya menantu pasien juga turut serta mendampingi
penyembuhannya tidak dapat dilakukan tetapi dan mendengarkan apa yang disampaikan pada
bisa dikontrol. Pada pasien dilakukan pasien.
kunjungan pertama dan kedua pada tanggal 14 Pengelolaan DM yang dilakukan saat ini
dan 16 Januari 2017 yaitu dilakukan pendataan berfokus pada empat hal, yaitu pendidikan,
keluarga serta mendapatkan informasi tentang pengaturan diet, olahraga dan pengobatan. 1
penyakit pasien. Pada tanggal 27 Januari 2017 Pengelolaan DM tersebut hanya bergerak pada
dilakukan intervensi media leaflet dan kalender kesehatan fisik, yaitu mencegah dekompensasi
lembar balik tentang penyakit diabetes metabolik akut penderita saja, sementara
melitus, gizi seimbang, makanan rendah kalori, aspek psikologis dan sosial belum terjangkau.
pentingnya aktivitas fisik dan senam kaki DM. Aspek sosial pada penderita DM sangat penting
Pada tanggal 5 Januari dilakukan evaluasi diperhatikan karena pada kenyataannya DM
terhadap Ny. S serta dihadiri oleh suami, anak merupakan penyakit kronis yang mempunyai
dan menantu pasien. muatan psikologis, sosial dan perilaku yang
Faktor prilaku hidup yang kurang sehat besar. Salah satu aspek sosial tersebut adalah
yang terjadi bertahun-tahun diduga menjadi dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan
faktor risiko penyebab diabetes melitus tipe II bentuk interaksi antar individu yang
yang dialami oleh pasien. Dalam literatur memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
dinyatakan bahwa kelompok individu yang melalui terpenuhinya kebutuhan akan afeksi
berisiko tinggi menderita DM tipe II serta keamanan. Dukungan sosial dapat
diantaranya adalah obesitas. berperan meningkatkan kualitas hidup pada
Secara umum, jika seseorang memiliki penderita DM dengan meregulasi proses
diabetes tipe II, risiko diabetes yang didapatkan psikologis dan memfasilitasi perubahan
anak dari orang tersebut adalah 1:7 orang, jika perilaku.10
orang tuanya didiagnosis sebelum usia 50 Pendidikan yang dimaksud adalah
tahun. Risiko diabetes pada anak menjadi 1:13, edukasi mengenai penyakit diabetes melitus
jika orang tuanya didiagnosis setelah usia 50 dan komplikasinya, anjuran pola diet yang baik
tahun. Beberapa ilmuwan percaya bahwa risiko dan pentingnya olahraga disampaikan melalui
anak lebih besar ketika orang tua dengan leaflet dan kalender lembar balik. Media
diabetes melitus tipe II adalah ibu. Jika intervensi ini dipilih karena dianggap cukup
seseorang dan pasangannya memiliki diabetes interaktif dan sederhana untuk diterima.
tipe II, risiko anak mereka adalah sekitar 1 Edukasi tidak hanya diberikan kepada pasien,
dalam 2.7 Pada anak pasien dilakukan deteksi namun juga kepada anggota keluarganya yakni
dini pemeriksaan gula darah puasa didapatkan suami, anak serta menantu pasien. Keluarga
hasil 90 mg/dl, yaitu kadar gula darah puasa diharapkan dapat memotivasi pasien untuk
normal. menerapkan program penurunan berat badan
Pada kasus ini pasien pertama kali dengan beraktivitas dan diet yang sudah
didiagnosis terkena penyakit DM pada saat dianjurkan, serta mendukung pasien dengan
berusia lebih dari 50 tahun, kemudian ibu pengadaan bahan-bahan makanan untuk
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

pasien. Saat evaluasi pada tanggal 5 Februari faktor resiko sekaligus. Kontraindikasi statin
2017 diperiksa tekanan darah 140/90 mmHg, adalah penderita yang diketahui mempunyai
gula darah puasa didapatkan hasil 126 mg/dl, riwayat hipersensitif terhadap obat simvastatin
penurunan berat badan dari 98 kg menjadi 95 atau komponennya, hamil dan menyusui,
kg dan kolesterol 176 mg/dl. pecandu alkohol dan penderita gangguan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit fungsi hati atau pernah mengalaminya.
menahun yang ditandai dengan peningkatan Mayoritas data mendukung pemberian
kadar gula darah di atas normal. Penyakit ini simvastatin 20-40mg/hari dengan dosis awal
terjadi karena tubuh kekurangan hormon 10 mg/hari dosis tunggal pada malam hari.
insulin. Insulin membantu glukosa dari darah Beberapa data yang lebih baru mendukung
masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Jika penggunaa atorvastatin dosis tinggi, tetapi ada
kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka kekhawatiran mengenai keamanan dan
waktu lama, akan menyebabkan perubahan pertimbangan biaya, terutama jika digunakan
fungsi dan metabolisme tubuh termasuk untuk masyarakat luas.12
metabolisme lemak. Apabila kadar insulin Hasil dari serangkaian pemeriksaan pada
berkurang dalam darah, maka gula darah tidak pasien didapatkan tekanan darah 150/90
bisa diproses menjadi energi akibatnya kadar mmHg, lingkar perut 120 cm, dan peningkatan
gula dalam darah akan meningkat berlebihan. 11 kadar gula darah puasa 126 mg/dl sudah cukup
Gula yang berlebihan akan merusak pembuluh untuk menegakan diagnosis sindrom
darah, karena gula tidak bisa diproses menjadi metabolik. Sindroma metabolik (SM)
energi pada penderita DM. Maka energi merupakan suatu kumpulan faktor risiko
terpaksa dibuat dari sumber lain seperti lemak metabolik yang berkaitan langsung terhadap
dan protein. Akibatnya, kolesterol yang terjadinya penyakit kardiovaskuler
terbentuk pada rantai metabolisme lemak dan artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara
protein bisa menumpuk dan mengancam lain terdiri dari dislipidemia aterogenik,
pembuluh darah. Prevalensi peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar
hiperkolesterolemia pada DM sangat tinggi 20- glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan
90%. Proses atherosklerosis akan menyerang proinflamasi.13 Hingga saat ini ada 3 definisi SM
hampir semua pembuluh darah, terutama yang telah di ajukan, yaitu definisi World
jaringan pembuluh perifer, keadaan inilah yang Health Organization (WHO), NCEP ATP–III dan
merupakan dasar timbulnya berbagai International Diabetes Federation (IDF), ketiga
11
komplikasi kardiovaskuler DM. definisi tersebut memiliki komponen utama
Pemberian simvastatin pada pasien ini yang sama dengan penentuan kriteria yang
didasari karena statin memiliki efek yang baik berbeda. Kriteria yang sering digunakan untuk
terhadap profil lipid secara keseluruhan, menilai pasien SM adalah The National
bekerja dengan menurunkan kadar low-density Cholesterol Education Program Adult
lipoprotein (LDL), yang berkaitan dengan resiko Treatment Panel III (NCEP–ATP III), yaitu
kardiovaskuler.12 Menurut berbagai penelitian, apabila seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria
dilaporkan dalam dua dekade terakhir terapi yang disepakati, antara lain: lingkar perut pria
penggunaan statin sudah konsisten dalam >102 cm atau wanita >88 cm;
menekan angka kejadian penyakit hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida
kardiovaskuler, baik pencegahan sebelum >150 mg/dL), kadar HDL–C <40 mg/dL untuk
masalah klinis muncul maupun mencegah pria, dan <50 mg/dL untuk wanita; tekanan
timbulnya komplikasi pada diabetes melitus darah >130/85 mmHg; dan kadar glukosa
tanpa dipengaruhi faktor usia. Bukti yang darah puasa >110 mg/dL.13
tersedia mendukung penggunaan terapi statin Dilakukan perencanaan program untuk
aman dan efektif untuk pencegahan primer menurunkan berat badan. Berat badan pasien
pada rentang usia yang luas.13 98 kg, berat badan ideal pada pasien menurut
Statin diresepkan untuk semua pasien rumus Brocca adalah 90% x (167-100) x 1 Kg =
yang beresiko tinggi mengalami kejadian 60,3 kg. Kelebihan berat badan pasien 98 kg -
gangguan fungsi jantung, yaitu pasien dengan 60 kg = 38 kg, target program menurunkan
kadar lipid yang tinggi, diabetes melitus, pasien berat badan pasien adalah turun 0,5 kg/minggu
dengan penyakit koroner dengan beberapa jadi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
penyakit penyerta (komorbid) atau beberapa berat badan ideal adalah 76 minggu.
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

Kebutuhan kalori basal Ny. S adalah 25 kalori x diolah tanpa santan. Semua macam buah-
60,3 kg = 1507,5 kkal. Diet yang tepat untuk buahan terutama yang banyak mengandung
pasien adalah: (1) diet rendah garam; (2) Diet serat. Minyak tak jenuh tunggal atau ganda,
rendah kalori. seperti minyak kelapa sawit.8
Diet rendah garam yaitu membatasi Makanan yang tidak dianjurkan adalah
asupan garam, bukan hanya garam dapur Karbohidrat sederhana seperti gula pasir dan
tetapi semua garam natrium yang terdapat gula merah. Daging berlemak, daging kambing,
pada makanan awetan dan makanan olahan. daging yang diolah dengan santan kental,
Makanan yang harus dihidari yang digoreng, dan jeroan. Kacang-kacangan yang
mengandung bumbu-bumbu seperti kecap, diolah dengan cara digoreng. Sayuran yang
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, sedikit mengandung serat dan yang dimasak
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada dengan santan kental. Manisan buah-buahan,
umumnya mengandung garam natrium.8 buah yang diolah dengan gula dan susu full
Diet rendah kalori yaitu diet bebas cream. Minyak kelapa, kelapa dan santan. 8
dengan pemberian kalori rata-rata 900 – 1.700 Olahraga senam selain dapat menjaga
kkalori atau pengurangan 500 sampai 1000 kebugaran, menurunkan berat badan juga
kkalori dari kebutuhan, yang mengandung berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas
energi dibawah kebutuhan normal, cukup insulin sehingga akan memperbaiki kendali
vitamin dan mineral, serta cukup mengandung glukosa darah.1 Pada pasien olahraga rutin
serat yang bermanfaat dalam proses setiap hari masih sulit dilakukan, namun pasien
penurunan berat badan.14 sudah mencoba untuk berjalan-jalan selama ±
Syarat-syarat diet rendah kalori adalah:14 30 menit setiap pagi walaupun banyak istirahat
1. Untuk menurunkan berat badan sebanyak dan merasa lelah untuk melanjutkan
0,5 – 1 kg per minggu, asupan energi melakukan aktifitas ringan. Saat bersantai di
dikurangi sebanyak 500 – 1.000 Kkal per dalam rumah pasien sudah membiasakan
hari dari kebutuhan normal. senam kaki diabetik dan senam lansia dalam
2. Protein normal, yaitu 1 – 1,5 g/kg berat posisi duduk. Riwayat obesitas dalam keluarga
badan/hari atau 15 – 20% dari kebutuhan pasien dan keluarga cenderung memiliki pola
normal. makan dan kebiasaan olahraga yang sama. 1
3. Lemak 15 – 20% dari energi total. Studi menunjukkan bahwa adalah mungkin
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55 untuk menunda atau mencegah diabetes
– 65% dari kebutuhan energi total. melitus tipe II dengan berolahraga dan
Gunakan lebih banyak sumber karbohidrat menurunkan berat badan.10
kompleks untuk memberi rasa kenyang Pengobatan pada pasien diabetes dapat
dan mencegah konstipasi. berupa regimen insulin, obat hipoglikemik oral
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan (OHO) monoterapi, kombinasi OHO, atau
kebutuhan. kombinasi antara insulin dan OHO. Pada pasien
6. Dianjurkan untuk tiga kali makan utama ini mendapat terapi kombinasi OHO dengan
dan 2 – 3 kali makan selingan. alasan pasien memiliki gula darah yang sulit
7. Cairan cukup, yaitu 8 – 10 gelas/hari. terkontrol, maka terapi pada pasien berupa
Makanan sejumlah kalori (diet 1500 kkal) metformin 3 x 500 mg dan glibenklamid 1x5mg.
terhitung dengan komposisi tersebut dibagi Perlu diperhatikan efek hipoglikemik berat
dalam 3 porsi: makan pagi jam 07.00 WIB yang timbul pada saat penggunaan
(20%), makan siang 12.00 WIB (30%) dan glibenklamid. Oleh sebab itu, penggunaan
malam jam 19.00 wib (25%) berupa glibenklamid dilakukan bersama suapan
karbohidrat kompleks serta 2 porsi makanan makanan pertama atau setelah makan.11
ringan (10-15%) selingan.8 Makanan yang Pasien juga memiliki penyakit hipertensi
dianjurkan adalah: karbohidrat kompleks yang terkontrol dan rutin meminum obat
seperti nasi, singkong, ubi, jagung, talas dan amlodipin 5 mg 1 tablet setiap hari. Namun
kentang. Protein hewani seperti daging tidak menurut literatur, obat antihipertensi yang
berlemak, ayam tanpa kulit, ikan dan telur. ideal untuk penyandang diabetes mellitus tipe
Protein nabati yaitu tempe, tahu, susu kedelai, II dengan hipertensi adalah obat yang dapat
kacang-kacangan yang diolah tanpa digoreng. mengontrol tekanan darah, tidak mengganggu
Sayuran yang banyak mengandung serat dan metabolisme glukosa maupun lipid, bahkan
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

diharapkan dapat berperan sebagai pelayanan kesehatan dan tidak malas


renoprotektif dan menurunkan angka kematian meminum obat.
akibat kardiovaskuler. Obat antihipertensi yang Berbagai perubahan yang terjadi pada
cocok dengan kriteria di atas dan aspek fisik, psikologis, sosial dan lingkungan
direkomendasikan oleh American Association akan mempengaruhi kualitas hidup penderita
Diabetes (ADA) adalah antihipertensi DM. Kualitas hidup merupakan indikator
penghambat renin angiotensin yaitu golongan kesehatan yang penting bagi penderita
angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) penyakit kronis seperti DM.15 Kualitas hidup
dan golongan angiotensin II receptor blocker yang dimaksud merupakan suatu keadaan
(ARB). ACEI dan ARB bekerja memodifikasi sejahtera yang dirasakan oleh penderita DM
sistem renin angiotensin. Sistem renin dan bentuk respon emosional terhadap
angiotensin merupakan suatu mediator kepuasan hidup. Kualitas hidup ini merupakan
penting pada pengaturan volume darah, muara akhir dari seluruh intervensi kesehatan
tekanan arteri, fungsi pembuluh darah dan pada penderita DM.16
jantung.2
Hasil dari penelitan yang dilakukan Simpulan
Mutmainah dkk (2008) menunjukkan bahwa Diagnosis diabetes melitus tipe II dengan
saat ini golongan ACEI terutama captopril obesitas pada kasus ini sudah sesuai dengan
merupakan obat yang paling banyak digunakan beberapa teori dan telaah kritis dari penelitian
pasien diabetes mellitus dengan hipertensi di terkini. Diagnosis sindroma metabolik bisa
Indonesia. Namun data beberapa tahun ditegakkan pada kasus ini karena pasien
terakhir juga menunjukkan bahwa penggunaan didapatkan 3 dari 5 kriteria SM NCEP–ATP III
obat golongan ARB mengalami peningkatan yaitu: tekanan darah 150/90 mmHg, lingkar
baik pada pasien umum maupun pasien perut 120 cm, dan peningkatan kadar gula
peserta asuransi kesehatan Badan darah puasa 126 mg/dl. Telah dilakukan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) penatalaksanaan pada pasien secara holistik
diperkirakan penggunaan obat golongan ARB dan paripurna dengan pengobatan diabetes
akan terus meningkat seiring masuknya melitus, hipertensi, obesitas dan osteoartritis
irbesartan, candesartan dan telmisartan (obat secara literatur berdasarkan EBM. Pada proses
antihipertensi golongan angiotensin II receptor perubahan perilaku, Ny.S sudah mencapai
blocker) dalam Formularium Nasional 2013.11 tahap trial. Proses perubahan perilaku pada Ny.
Sehingganya, pasien diberikan terapi captopril S sudah mencoba untuk beraktifitas dan
dosis awal 12,5 mg diminum 1 kali sehari. berolahraga setiap pagi, senam lansia dan
Dianjurkan penggunaan dosis awal yang senam kaki diabetik, rutin kontrol penyakitnya
rendah mengingat kemungkinan menurunnya ke pelayanan kesehatan dan tidak malas
fungsi ginjal atau organ lain pada penderita meminum obat. Penting untuk memberikan
usia lanjut. terapi simvastatin pada pasien, bukan hanya
Menurut Bloom, ada beberapa langkah untuk mengontrol kadar kolesterol yang tinggi
atau proses sebelum orang mengadopsi tetapi juga untuk untuk mencegah terjadinya
perilaku baru. Pertama adalah kesadaran komplikasi makro dan mikrovaskuler dari
(awareness), dimana orang tersebut menyadari diabetes melitus.
stimulus tersebut. Kemudian dia mulai tertarik
(interest). Selanjutnya, orang tersebut akan Daftar Pustaka
menimbang-nimbang baik atau tidaknya 1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia Konsensus pengelolaan dan pencegahan
akan mencoba melakukan apa yang diabetes melitus tipe II di Indonesia.
dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai Indonesia; 2011.
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya 2. American Diabetes Association. Diagnosis
pada proses perubahan perilaku, Ny. S sudah And Classification Of Diabetes Mellitus.
mencapai tahap trial yaitu sudah mencoba Diabetes Care. USA: American Diabetes
untuk menngkatkan aktifitas fisik dan Association; 2011.
berolahraga, rutin kontrol penyakitnya ke
Danar | Penatalaksanaan Holistik Pada Lansia dengan Sindroma Metabolik dan Osteoartritis

3. Departemen Kesehatan RI. Riset 2017]. Tersedia dari:


Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2733
dan pengembangan Kesehatan Kementrian _MU.11110020.pdf
Kesehatan RI; 2013. 11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
4. Mutmainah N, Ernawati S, Sutrisna E.M. Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
2008. Identifikasi Drugs Related Problems Penyakit Dalam Jilid III. edisi ke-VI. Jakarta:
(DRPs) Potensial Kategori Ketidaktepatan Interna Publishing; 2014.
Pemilihan Obat Pada Pasien Hipertensi 12. J Pedro-Botet et. al. Statins for primary
dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat cardiovascular prevention in the elderly. J
Inap Rumah Sakit X Jepara Tahun 2007. J Geriatric Cardiology [internet]. 2015
Pharmacon. 2007; 9: 14-20. [disitasi tanggal 18 Februari 2017]. Tersedia
5. Aditya RM. Ciri-Ciri Karakteristik Penderita dari:
Dibetes Melitus Dengan Obesitas. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles
Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP; /PMC4554788/
2014. 13. Cholesterol Treatment Trialists’ (CTT)
6. Putri AES. Hubungan Obesitas dengan Collaborators, Mihay-lova B, Emberson J, et
Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe al. The effects of lowering LDL cholesterol
II di Laboratorium Patologi Klinik Rumah with statin therapy in people at low risk of
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek vascular disease: meta-analysis of
Provinsi Lampung. Bandar Lampung: individual data from 27 randomised trials.
Fakultas Kedokteran Unila; 2013. Lancet J. 2012; 380: 581–90.
7. American College of Rheumatology. 14. Suwandi S. Diet Rendah Kalori dan
Osteoarthritis. Atlanta: Lake Boulevard NE; Metformin Pada Pasien Obesitas. Denpasar:
2012. Universitas Udayana; 2010.
8. Departemen Kesehatan RI. Diet Diabetes 15. Hasanat NUI. Program Psikoedukasi Bagi
Melitus dengan Hipertensi. Jakarta: Pasien Diabetes Untuk Meningkatkan
Direktorat bina gizi; 2011. Kualitas Hidup. 2010 [disitasi 29 Januari
9. Suzanna N. Diabetes Melitus Tipe II dan 2017]. Tersedia dari:
Tatalaksana Terkini. Jurnal Medicinus. http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2733
2014; 27(2) : 9-16. _MU.11110020.pdf
10. Pasien Diabetes Untuk Meningkatkan
Kualitas Hidup. 2010 [disitasi 29 Januari
ISSN 2407-7232

JURNAL
PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 2, No. 1, Januari 2016
Upaya Pencegahan Sindrom Pra Menopause Pada Wanita Pra Menopause

Senam Anti Nyeri Menstruasi Efektif Menurunkan Nyeri pada Remaja Putri dengan
Dysmenorrhea

Gambaran Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim di Instalasi Perawatan Intensif

Efektivitas Kompres Hangat Meningkatkan Tingkat Kemandirian Activity Daily


Living pada Lansia dengan Nyeri Sendi

Tingkat Kecacatan dan Kecemasan pada Pasien Kusta Berdasarkan Jenis Kelamin 5 Th

Octave Music Therapy Menurunan Tekanan Darah Terhadap Penderita Hipertensi

Gambaran Kejadian Insomnia pada Wanita Menopause Berdasarkan Komponen


Insomnia Rating Scale

Self-Care Agency Berdasarkan Teori Dorothea E. Orem pada Lansia dengan


Rheumatoid Artritis

Aktivitas Fisik Berdasarkan Teori Handerson pada Pasien Diabetes Mellitus Laki-
Laki Dan Perempuan

Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan
Hipertensi

Diterbitkan oleh
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI

Jurnal Penelitian Hal Kediri


Vol.2 No.1 2407-7232
Keperawatan 1-95 Januari 2016
2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 2, No. 1, Januari 2016
DAFTAR ISI
Upaya Pencegahan Sindrom Pra Menopause Pada Wanita Pra Menopause 1-9
Aries Wahyuningsih | Erawati | Defri Putri Arisandi

Senam Anti Nyeri Menstruasi Efektif Menurunkan Nyeri pada Remaja Putri 10-18
dengan Dysmenorrhea
Tri Sulistyarini | Dyah Ayu Kartika Wulan Sari | Nurlaila Pratiwi

Gambaran Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim di Instalasi Perawatan Intensif 19-26
Erlin Kurnia | Vitaria Wahyu Astuti | Albert Eduard Hannako N. C.

Efektivitas Kompres Hangat Meningkatkan Tingkat Kemandirian Activity Daily 27-36


Living pada Lansia dengan Nyeri Sendi
Selvia David Richard | Evi Philiawati | Rahmat Adi Prasetyo

Tingkat Kecacatan dan Kecemasan pada Pasien Kusta Berdasarkan Jenis 37-46
Kelamin
Sandy Kurniajati | Evi Philiawati | Hamam Eril Efendi

5Th Octave Music Therapy Menurunan Tekanan Darah Terhadap Penderita 47-56
Hipertensi
Erwin Puji Astuti | Heru Suwardianto | Novi Yuliantin

Gambaran Kejadian Insomnia pada Wanita Menopause Berdasarkan Komponen 57-66


Insomnia Rating Scale
Desi Natalia Trijayanti Idris | Fidiana Kurniawati | Yufri Ardiansah

Self-Care Agency Berdasarkan Teori Dorothea E. Orem pada Lansia dengan 67-76
Rheumatoid Artritis
Dian Prawesti | Fidiana Kurniawati | Jefri Christiawan

Aktivitas Fisik Berdasarkan Teori Handerson pada Pasien Diabetes Mellitus 77-86
Laki-Laki Dan Perempuan
Srinalesti Mahanani | Desi Natalia T.I. | Jeane Pangesti

Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan 87-93
Hipertensi
Dian Prawesti | Rimawati | Ade Sylvia Nurcahyani
2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 2, No. 1, Januari 2016

Penanggung Jawab
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes

Ketua Penyunting
Sandy Kurniajati, S.KM., M.Kes

Sekretaris
Desi Natalia Trijayanti Idris, S.Kep., Ns

Bedahara
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes

Penyunting Pelaksana
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Erlin Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kes
Dian Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep
Maria Anita Yusiana, S.Kep., Ns., M.Kes
Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns., M.Kep

Sirkulasi
Heru Suwardianto, S.Kep., Ns

Diterbitkan Oleh :
STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend Panjaitan No. 3B Kediri
Email :stikesbaptisjurnal@ymail.com
EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT MENINGKATKAN TINGKAT
KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA DENGAN NYERI
SENDI

WARM COMPRESS IMPROVE EFFECTIVENESS INDEPENDENCE


OF ACTIVITY DAILY LIVING IN ELDERLY WITH JOINT PAIN

Selvia David Richard, Evi Philiawati, Rahmat Adi Prasetyo


STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend. Panjaitan No. 3B Kediri (0354) 683470
(selviadavid.richard@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Lansia beresiko terhadap gangguan pemenuhan Activity Daily Living karena nyeri
persendian akibat proses degeneratif. Kompres hangat adalah terapi yang digunakan
untuk memberikan rasa nyaman dan menurunkan nyeri. Tujuan penelitian mempelajari
efektifitas kompres hangat terhadap peningkatan Activity Daily Living lansia dengan nyeri
sendi. Desain penelitian Pra Experiment (One group Pre-Post Test Design). Populasi
penelitian lansia yang mengalami nyeri sendi di Posyandu Lansia GBI Baitlahim
Pesantren Kota Kediri dengan subyek 32 responden, menggunakan teknik Total
Sampling. Variabel penelitian, variabel independen yaitu kompres hangat dan variabel
dependen yaitu Activity Daily Living. Pengumpulan data Activity Daily Living
menggunakan wawancara terstruktur. Analisis data dengan uji statistik Wilcoxon. Hasil
penelitian didapatkan < berarti H0 ditolak. Sebelum intervensi
menunjukkan dari 32 responden didapatkan 30 orang (93,7%) masuk kategori Activity
Daily Living B (ketergantungan 1 fungsi dari 6 fungsi kemandirian), setelah intervensi
didapatkan hasil Activity Daily Living pada 32 responden 24 responden (75%) berubah
dari kategori B (ketergantungan 1 fungsi dari 6 fungsi kemandirian) menjadi A (mandiri
pada semua fungsi) dan dari C (ketergantungan 2 fungsi dari 6 fungsi kemandirian)
menjadi B (ketergantungan 1 fungsi dari 6 fungsi kemandirian). Disimpulkan kompres
hangat mampu meningkatkan Activity Daily Living Lansia dengan nyeri sendi.

Kata Kunci: Kompres hangat, Activity Daily Living, lansia dengan nyeri sendi

ABSTRACT

Elderly at risk of disruption fulfillment of Activity Daily Living because of joint


pain due to degenerative processes. Warm compresses are therapies that are used to
provide a sense of comfort and decrease pain. Objective studies have examined the
effectiveness of a warm compress to the improvement of Daily Living Activity elderly with
joint pain. Desain Pre Experiment (One group Pre-Post Test Design) research.
population of elderly who experience joint pain in IHC elderly GBI Baitlahim Pesantren
Kediri City with the subject of 32 respondents, using techniques Total Sampling. Variabel
research, independent variables, warm compresses and the dependent variable is the
Activity Daily Living. Daily Living Activity data collection using structured interviews.
Data were analyzed by statistical test Wilcoxon. The result showed ρ=0.000 (ρ <α)
means that H0 is rejected. Before the intervention shows from 32 respondents obtained
30 votes (93.7%) in the category of Daily Living Activity B (dependency 1 of 6 function
function independence), after the intervention showed Activity Daily Living on 32
respondents 24 respondents (75%) change of category B (dependency 1 of 6 function
function independence) to A (independent in all functions) and C (dependence 2 6
function function of independence) to B (dependency 1 of 6 function function
independence). Concluded warm compresses can improve Activity Daily Living Elderly
with joint pain.

Keywords: warm compress, Activity Daily Living, elderly people with joint pain

Pendahuluan penafasan, sistem pencernaan, sistem


reproduksi, sistem genitourinaria, sistem
endokrin, sistem integumen dan sistem
Proses menua adalah proses terus muskuloskeletal (Nugroho, 2008).
menerus secara ilmiah, yang dimulai Perubahan yang terjadi pada sistem
sejak lahir dan umumnya dialami oleh muskuloskeletal salah satunya penurunan
semua makhluk hidup. Menua adalah kekuatan dan stabilitas tulang.Masalah
suatu proses menghilangnya kemampuan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal
secara perlahan untuk memperbaiki diri adalah terjadinya perubahan pada
atau mengganti diri dan mempertahankan kolagen yang merupakan penyebab
struktur dan fungsi normal sehingga tidak turunnya fleksibilitas pada lansia
dapat bertahan terhadap infeksi dan sehingga menimbulkan dampak berupa
memperbaiki kerusakan yang diderita. nyeri, penurunan, kesulitan bergerak
Walaupun demikian memang harus (Azizah, 2011). Keterbatasan gerak
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang merupakan penyebab utama gangguan
sering terjadi pada kaum lansia aktivitas hidup keseharian atau Activity
(Nugroho, 2008). Penyakit–penyakit Daily Living (Tamher, 2011). Lansia di
tersebut dapat mempengaruhi derajat Posyandu Lansia Gereja Baptis Indonesia
kesehatan lansia yang nantinya akan Baitlahim Pesantren Kota Kediri banyak
berdampak pada perubahan umur yang tidak mampu untuk memenuhi
harapan hidup lansia. Indikator utama kebutuhan Activity Daily Living seperti
tingkat kesehatan masyarakat adalah berjalan, berpindah tempat, pergi
meningkatnya Umur Harapan Hidup kekamar mandi.
(UHH), dengan semakin meningkatnya Tahun 2000 jumlah lansia di
umur harapan hidup, akan berimplikasi Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28%
pada permasalahan sosial yang berkaitan dan pada tahun 2020 menjadi sebesar
dengan kondisi fisik, psikologis, sosial 11,34% (Badan Pusat Statistik, 1992
dan ekonomi dimana jumlah lanjut usia dalam Maryam, 2008), hampir 8 %
terlantar semakin meningkat. orang-orang berusia 50 tahun ke atas
Meningkatnya umur harapan hidup mempunyai keluhan pada sendi-sendi,
juga dapat memberikan suatu gambaran misal: linu-linu, pegal, dan kadang-
kesehatan yang merupakan hak dasar kadang terasa seperti nyeri. Penyakit
manusia dan merupakan salah satu faktor pada sendi ini akibat degenerasi atau
yang sangat menentukan kualitas sumber kerusakan pada permukaan sendi-sendi
daya manusia. Perubahan yang terjadi tulang (Azizah, 2011). Pada prapenelitian
pada seluruh sistem fisiologi tubuh yang dilakukan tanggal 13 Februari 2015
manusia diantaranya adalah sistem terhadap 10 lansia di Posyandu Lansia
persyarafan, sistem pendengaran, sistem Gereja Baptis Indonesia Baitlahim
penglihatan, sistem kardiovaskular, Pesantren Kota Kediri didapatkan 10
sistem pengaturan suhu tubuh, sistem lansia dengan nyeri sendi menyatakan
aktivitasnya terganggu pada saat Kemandirian Activity Daily Living pada
berpindah tempat dari posisi duduk ke Lansia dengan Nyeri Sendi.
posisi berdiri dan berjalan, sejumlah 5
orang atau 50%.
Keluhan-keluhan itu tidak terlepas Metodologi Penelitian
dari proses menghilangnya secara pasti
dan perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri, Desain penelitian yang digunakan
mempertahankan struktur dan fungsi dalam penelitian ini adalah pra-
normalnya (Darmojo, 1994, dalam buku eksperimen jenis One group pra-post test
Nugroho, 2008). Permasalahan yang design untuk menganalisa efektifitas
paling sering terjadi pada pengkajian kompres hangat terhadap upaya
sistem muskuloskeletal lansia pada peningkatan kemampuan pemenuhan
tingkat mobilisasi yang meliputi Activity Daily Living lansia dengan nyeri
ambulasi dengan atau tanpa bantuan sendi di Posyandu Lansia Gereja Baptis
peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan Indonesia Baitlahim Pesantren Kota
otot, kemampuan berjalan atau Kediri. Populasi penelitian yaitu semua
melangkah (Nugroho, 2008). lansia yang menderita nyeri sendi di
Keterbatasan gerak, kemampuan berjalan Posyandu Lansia Gereja Baptis Indonesia
atau melangkah akan mengakibatkan Baitlahim Pesantren Kota Kediri
gangguan dalam pemenuhan Aktivitas sejumlah 32 lansia. Subyek yang
kehidupan harian atau Activity Daily digunakan pada penelitian ini adalah
Living. lansia yang mengikuti posyandu lansia
Solusi dalam keperawatan dibagi dengan keluhan nyeri sendi sebanyak 32
menjadi dua dalam mengatasi nyeri lansia di Posyandu lansia Gereja Baptis
dalam upaya pemenuhan Activity Daily Indonesia Baitlahim Pesantren Kota
Living lansia dengan nyeri sendi, yaitu Kediri yang memenuhi kriteria inklusi
melalui obat-obatan farmakologi misal, yaitu Bersedia menjadi responden, lansia
analgesik sederhana, AINS (analgesik yang memiliki keluhan nyeri sendi dan
efektif dengan daya anti inflamasi), lansia berusia 60-74 tahun. Teknik
analgesik opioid, anti-konvulsan, anti sampling yang digunakan adalah Total
depresan. Upaya non-farmakologi yaitu Sampling, dimana teknik penentuan
teknik fisioterapi, okupasi, distraksi, subyek mengambil semua anggota
relaksasi, dan kompres hangat (Darmojo, populasi menjadi subyek. Penelitian ini
2006). Terapi kompres hangat digunakan dipilihsubyek lansia yang mengalami
untuk memperlancar sirkulasi darah, nyeri sendi di Posyandu lansia Gereja
mengurangi nyeri, spasmus otot, Baptis Indonesia Baitlahim Pesantren
peradangan atau kongesti (Kusyati, Kota Kediri. Populasi dalam penelitian
2006). Kompres hangat memiliki ini adalah semua lansia yang mengalami
keuntungan meningkatkan aliran darah nyeri sendi. Penelitian ini memiliki dua
kesuatu area dan kemungkinan dapat variabel yaitu adalah variabel independen
turut menurunkan nyeri dengan yaitu kompres hangat dan variabel
mempercepat proses dari penyembuhan dependen yaitu Activity Daily Living.
(Muttaqin, 2011), sehingga peneliti Instrumen penelitian yang digunakan
tertarik pada penelitian Efektivitas adalah lembar kuesioner tentang data
Kompres Hangat Meningkatkan Tingkat demografi dan lembar wawancara
Kemandirian Activity Daily Living pada terstruktur Indeks Katz sebelum dan
Lansia dengan Nyeri Sendi di Posyandu sesudah diberikan intervensi kompres
lansia Gereja Baptis Indonesia Baitlahim hangat selama 2 kali 20 menit dengan 1
Pesantren Kota Kediri. Tujuan penelitian kali pemberian. Data yang diperoleh
ini adalah Membuktikan Efektivitas dianalisa menggunakan Uji statistik
Kompres Hangat Meningkatkan Tingkat Wilcoxon Signed Ranks Test dengan
tingkat signifikan α = 0,05.
Hasil Penelitian

Tabel 1. Identifikasi Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Sebelum Dilakukan


Kompres Hangat pada Lansia dengan Nyeri Sendi di Posyandu Lansia Gereja
Baptis Indonesia Baitlahim Pesantren Kota Kediri pada Tanggal 20 April – 20
Mei 2015. (n = 32)
Penilaian Kriteria F%
Mandiri Total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, 0
berpindah, kontinen dan makan. 0
Tergantung Paling Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari 93,7
Ringan fungsi di atas 30
Tergantung Ringan Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu 6,3
fungsi lainnya 2
Tergantung Sedang Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, 0
berpakaian, dan satu fungsi lainnya 0
Tergantung Berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, 0
berpakaian, pergi ke toilet, dan satu fungsi lainnya 0
Tergantung Paling Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi,
Berat berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan satu fungsi 0 0
lainnya
Tergantung Total Tergantung pada 6 fungsi di atas 0 0

Berdasarkan tabel 1 didapatkan kompres hangat dari 32 responden


hasil identifikasi tingkat kemandirian menunjukkan 30 orang (93,7%) Masuk
Activity Daily Living lansia dengan nyeri dalam tingkat kemandiriantergantung
sendi mayoritas sebelum dilakukan terapi ringan

Tabel 2. Identifikasi Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Setelah dilakukan


Kompres Hangat pada Lansia dengan Nyeri Sendi di Posyandu Lansia
Gereja Baptis Indonesia Baitlahim Pesantren Kota Kediri pada Tanggal 20
April – 20 Mei 2015. (n = 32)
Penilaian Kriteria F%
Mandiri Total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, 71,8
kontinen dan makan. 23
Tergantung Paling Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari 28,2
Ringan fungsi di atas 9
Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu 6,3
Ringan fungsi lainnya 2
Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, 0
Sedang berpakaian, dan satu fungsi lainnya 0
Tergantung Berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, 0
berpakaian, pergi ke toilet, dan satu fungsi lainnya 0
Tergantung Paling Mandiri pada semua fungsi di atas, kec uali mandi,
Berat berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan satu fungsi 0 0
lainnya
Tergantung Total Tergantung pada 6 fungsi di atas 0 0

Berdasarkan tabel 2 didapatkan masuk dalam kategori Activity Daily


hasil bahwa tingkat kemandirian Activity Living A yaitu mandiri pada semua
Daily Living pada lansia dengan nyeri fungsi yang meliputi mandi, berpakaian,
sendi sesudah dilakukan kompres hangat pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan
sebagian besar pada 32 responden makan.
menunjukkan 23 responden (71,8%)
Tabel 3. Analisis Efektivitas Kompres Hangat Terhadap Peningkatan Activity Daily
Living Lansia di Posyandu Lansia Gereja Baptis Indonesia Baitlahim
Pesantren Kota Kediri pada Tanggal 20 April – 20 Mei 2015. (n =32)
Perubahan Jumlah Persentase (%)
Berubah 25 78,1
Tidak Berubah 9 21,9
Total 32 100
Uji Statistik Wilcoxon :
Sig. (2-tailed) = 0,000

Berdasarkan Tabel 3 di dapatkan dengan penurunan daya kemampuan


hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks untuk hidup serta peningkatan kepekaan
Test dengan taraf signifikan yang secara individual (Hawari, 2001 dikutip
ditetapkan adalah α = 0,05 serta nilai = dalam Efendi, 2013). Proses menua
0,000, maka hasil nilai kelompok data merupakan proses sepanjang hidup, tidak
tersebut adalah > 0,05 yang berarti H a hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
diterima, diartikan bahwa terdapat tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan
perbedaan yang bermakna pada Activity (Nugroho, 2008). Perubahan yang terjadi
Daily Living sebelum dan sesudah pada sistem muskuloskeletal salah
kompres hangat. satunya penurunan kekuatan dan
stabilitas tulang.Masalah yang terjadi
pada sistem muskuloskeletal adalah
Pembahasan terjadinya perubahan pada kolagen yang
merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga
Tingkat Kemandirian Activity Daily menimbulkan dampak berupa nyeri,
Living sebelum dilakukan kompres penurunan, kesulitan bergerak (Azizah,
hangat 2011). Permasalahan yang paling sering
terjadi pada pengkajian sistem
muskuloskeletal lansia pada tingkat
Berdasarkan hasil penelitian mobilisasi yang meliputi ambulasi
mayoritas Activity Daily Living lansia dengan atau tanpa bantuan peralatan,
dengan nyeri sendi di Posyandu Lansia keterbatasan gerak, kekuatan otot,
Gereja Baptis Indonesia Baitlahim kemampuan berjalan atau melangkah
Pesantren Kota Kediri sebelum dilakukan (Nugroho, 2008). Salah satu penyakit
kompres hangat masuk dalam kategori B yang sering timbul pada lanjut usia
yaitu ketergantungan dalam 1 fungsi adalah osteoarthritis (Tamher, 2009).
khususnya fungsi berpindah dari 6 fungsi Osteoarthritis adalah suatu
menurut Indeks Katz yang meliputi penyakit degeneratif pada persendian
mandi, berpakaian, pergi ke toilet, yang disebabkan oleh beberapa macam
berpindah, kontinen, dan makan masuk faktor. Penyakit ini mempunyai
dalam kategori Activity Daily Living C karakteristik berupa terjadinya kerusakan
yaitu ketergantungan pada 2 fungsi kartilago (tulang rawan sendi), dan
khususnya fungsi ke kamar mandi dan terjadi pada wanita dimulai setelah usia
berpindah dari 6 fungsi yang meliputi diatas 40 tahun terutama pada wanita
mandi, berpakaian, pergi ke toilet, (Helmi, 2013). Nyeri adalah gejala utama
berpindah, kontinen, dan makan. dan terpenting yang selalu ada pada
Lanjut usia secar teoritisdiartikan penyakit sendi apapun penyebabnya
keadaan yang ditandai oleh kegagalan (Koosnadi, 2009). Pengalaman nyeri
seseorang untuk mempertahankan merupakan suatu hal yang kompleks,
keseimbangan terhadap kondisi stres mencakup aspek fisik, emosional, dan
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan kognitif. Nyeri adalah suatu sensasi yang
bersifat subyektif dan personal.Stimulus Berdasarkan hasil penelitian
terhadap timbulnya nyeri merupakan menunjukkan bahwa sebagian besar
sesuatu yang bersifat fisik dan atau responden berjenis kelamin perempuan
mental yang terjadi secara alami (Perry, yaitu sebanyak 28 responden (87,5%)
2010). Persepsi nyeri atau nociception mengalami gangguan Activity Daily
(nosiseptik) merupakan proses di mana Living. Keluhan nyeri sendi pada
stimulus nyeri disalurkan dari tempat biasanya terjadi pada manusia usia lanjut
terjadinya stimulus menuju sistem saraf dimulai setelah usia diatas 40 tahun
pusat (Yuliatun, 2008). Nyeri merupakan terutama pada wanita. Akibat dari
kejadian ketidaknyamanan yang dalam keluhan nyeri tersebut menjadikan lansia
perkembangannya akan memengaruhi mengalami gangguan pada Activity Daily
berbagai komponen dalam tubuh. Efek Living oleh karena proses degeneratif
nyeri dapat berpengaruh terhadap fisik, seiring bertambahnya usiatulang yang
perilaku, dan pengaruhnya pada aktivitas disebabkan karena wanita diatas 40 tahun
sehari-hari seorang lansia (Andarmoyo, kebanyakan sudah mengalami proses
2013). Keterbatasan gerak, kemampuan menopouse kondisi itu disebabkan oleh
berjalan atau melangkah akan hormon estrogen yang berkurang
mengakibatkan gangguan dalam sehingga tidak bisa menjaga kondisi
pemenuhan Aktivitas kehidupan harian tulang secara normal.
atau Activity Daily Living.
Indeks Katz merupakan salah satu
metode untuk menilai kemandirian lansia Tingkat Kemandirian Activity Daily
dalam melakukan aktivitas sehari – hari, Living setelah dilakukan
dari data penelitian yang telah didapatkan kompres hangat
pada lansia dengan nyeri sendi di
Posyandu Lansia Gereja Baptis Indonesia
Baitlahim Pesantren kota Kediri Berdasarkan hasil penelitian
mayoritas Activity Daily Living masuk didapatkan bahwa Activity Daily Living
dalam kategori B yaitu ketergantungan lansia dengan nyeri sendi setelah
dalam 1 fungsi dari 6 fungsi kemandirian dilakukan kompres hangat pada 32
yang meliputi mandi, berpakaian, pergi responden sebagian besar menunjukkan
ke toilet, berpindah, kontinen, dan 23 responden (71,8%) masuk dalam
makan. Ketergantungan yang dialami kategori Activity Daily Living A yaitu
oleh responden adalah ketergantungan mandiri pada semua fungsi, dan 9
dalam hal berpindah.Ketergantungan responden (29,2%) masuk dalam kategori
dalam hal berpindah yang dialami oleh B yaitu ketergantungan pada satu fungsi
lansia dengan nyeri sendi adalah yakni fungsi berpindah. Perubahan terjadi
berpindah dari posisi duduk untuk pada 25 responden (78,1%) berubah dari
berdiri. Hal tersebut dikarenakan pada kategori B yaitu ketergantungan dalam 1
lansia dengan nyeri sendi mengalami fungsi dari 6 fungsi yang meliputi mandi,
proses degeneratif seiring dengan berpakaian, pergi ke toilet, berpindah,
bertambahnya usia khususnya pada kontinen, dan makan, khusunya pada
sistem muskuloskeletal yaitu pada fungsi berpindah menjadi A yaitu
kartilago yang menjadi aus, fleksibilitas mandiri pada semua fungsi. Maupun C
sendi mengalami penurunan sehingga yaitu tergantung pada 2 fungsi dari 6
saat sendi di gerakkan membuat gesekan fungsi yang meliputi mandi, berpakaian,
pada sendi yang pada akhirnya pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan
menyebabkan timbulnya nyeri pada makan, khususnya fungsi berpindah dan
persendian sehingga menimbulkan ke kamar mandi menjadi B yaitu
dampak berupa penurunan fleksibilitas, ketergantungan dalam 1 fungsi dari 6
kesulitan bergerak mengakibatkan lansia fungsi yang meliputi mandi, berpakaian,
mengalami penurunan dalam melakukan pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan
aktivitas sehari-harinya.
makan, serta 7 orang tidak mengalami Upaya untuk mengatasi penurunan
perubahan. Activity Daily Living pada lansia dengan
Kemandirian lansia dalam Activity nyeri sendi ada dua terapi yang bisa
Daily Living (ADL) secara teoritis dilakukan baik secara farmakologi yaitu
didefinisikan sebagai kemandirian dengan obat-obatan seperti Analgesik,
seseorang dalam melakukan aktivitas dan Anastesi Lokal dan Regional serta
fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari yang Analgesia Epidural. Upaya non-
dilakukan oleh manusia secara rutin dan farmakologi salah satunya yaitu dengan
universal. Penelitian ini pengukuran terapi kompres hangat (Perry, 2009).
Activity Daily Living di tujukan kepada Kompres panas adalah tindakan dengan
lansia dengan nyeri sendi, karena pada memberikan kompres hangat yang
lansia mengalami perubahan yang terjadi bertujuan memenuhi kebutuhan rasa
pada sistem muskuloskeletal salah nyaman, mengurangi atau membebaskan
satunya penurunan kekuatan dan nyeri, mencegah terjadinya spasme otot,
stabilitas tulang. Masalah yang terjadi dan memberikan rasa hangat pada bagian
pada sistem muskuloskeletal adalah tubuh yang memerlukannya (Kusyati,
terjadinya perubahan pada kolagen yang 2006). Kompres hangat juga dapat
merupakan penyebab turunnya menghangatkan area tubuh tersebut dan
fleksibilitas pada lansia sehingga menghasilkan perubahan fisiologis suhu
menimbulkan dampak berupa nyeri, jaringan, ukuran pembuluh darah,
penurunan, kesulitan bergerak (Azizah, tekanan darah kapiler, area permukaan
2011). Nyeri adalah suatu pengalaman kapiler untuk pertukaran cairan dan
yang bersifat subyektif, tidak ada dua elektrolit, dan metabolisme jaringan
orang sekaligus yang mengalami (Kozier, 2009).
kesamaan rasa nyeri dan tidak ada dua Berdasarkan hasil penelitian
kejadian menyakitkan yang setelah dilakukan kompres hangat dari
mengakibatkan respon atau perasaan pada 32 responden sebagian besar
yang sama pada individu (Perry, 2009). menunjukkan 23 responden (71,8%)
Klien dewasa saat mengalami nyeri, bisa masuk dalam tingkat kemandirianActivity
terjadi kerusakan status fungsional yang Daily Living mandiri total yaitu mandiri
serius. Nyeri memiliki potensial terhadap pada semua fungsi. Perubahan terjadi
penurunan mobilisasi, aktivitas harian, sebagian besar pada 25 responden
aktivitas sosial di luar rumah, dan (78,1%) berubah dari tingkat
toleransi aktivitas (Kelly, 2003 dan Hess, kemandirian tergantung paling ringan
2002 yang dikutip oleh Perry, 2009). yaitu ketergantungan dalam satu fungsi
Proses perjalanan nyeri adalah sebagai khusunya pada fungsi berpindah dari 6
berikut yang pertama Contact with fungsi yang meliputi mandi, berpakaian,
stimulus (kontak dengan stimulus) pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan
dimana stimulus yang dimaksud dapat makan menjadi A yaitu mandiri pada
berupa rasa tekan, rasa tusuk, rasa teriris, semua fungsi dari 6 fungsi kemandirian.
kimia, atau luka bakar, kemudian Maupun C yaitu tergantung pada 2 fungsi
Reception (penerimaan rangsang) ujung khususnya fungsi berpindah dan ke
saraf menerima stimulus, selanjutnya kamar mandi dari 6 fungsi yang meliputi
Transmission (transmisi) saraf mandi, berpakaian, pergi ke toilet,
menghantarkan sinyal nyeri menuju berpindah, kontinen, dan makan menjadi
susunan saraf pusat. Penghantaran B yaitu ketergantungan dalam 1 fungsi
informasi selalu melibatkan beberapa dari 6 fungsi yang meliputi mandi,
neuron pada susunan saraf pusat, dan berpakaian, pergi ke toilet, berpindah,
Pain center receptio (Penerimaan kontinen, dan makan, serta 7 responden
rangsang nyeri pada susunan saraf pusat) (21,9%) tidak mengalami perubahan.
pada proses berikutnya, otak menerima Hasil dari penelitian dapat di ketahui
informasi atau sinyal dan memerintahkan bahwa efek dari kompres hangat terhadap
organ untuk bereaksi (Yuliatun, 2008).
Activity Daily Living sangat terlihat yang merupakan penyebab turunnya
karena efek dari kompres adalah fleksibilitas pada lansia sehingga
memberikan rasa nyaman, mengurangi menimbulkan dampak berupa nyeri,
atau membebaskan nyeri, mencegah penurunan, kesulitan bergerak
terjadinya spasme otot, dan memberikan (Azizah, 2011). Nyeri adalah suatu
rasa hangat membuat lansia yang
pengalaman yang bersifat subyektif,
sebelumnya mengalami nyeri akibat dari
proses degeneratif pada sendi yang tidak ada dua orang sekaligus yang
mengakibatkan lansia menjadi sulit mengalami kesamaan rasa nyeri dan
bergerak dan terganggu dalam tidak ada dua kejadian menyakitkan
pemenuhan Activity Daily Living menjadi yang mengakibatkan respon atau
bisa melakukan aktivitasnya secara perasaan yang sama pada individu
normal kembali dan menjadi tidak lagi (Perry, 2009). Permasalahan yang
terganggu dalam pemenuhan Activity paling sering terjadi pada pengkajian
Daily Living. Tidak berubahnya nilai sistem muskuloskeletal lansia pada
Activity Daily Living lansia di karenakan tingkat mobilisasi yang meliputi
faktor usia karena 4 dari 7 responden ambulasi dengan atau tanpa bantuan
memiliki usia diatas 70 tahun selain itu
peralatan, keterbatasan gerak,
masing-masing manusia memiliki
persepsi nyeri yang dirasakan berbeda- kekuatan otot, kemampuan berjalan
beda. Faktor dari sudah berapa lama atau melangkah (Nugroho, 2008).
lansia mengalami nyeri sendi juga Penyakit yang sering timbul pada
berpengaruh tidak berubahnya Activity lanjut usia salah satunya adalah
Daily Living lansia. osteoarthritis (Tamher, 2009).
Osteoarthritis adalah suatu
penyakit degeneratif pada persendian
Efektifitas kompres hangat terhadap yang disebabkan oleh beberapa
upaya pemenuhan Activity Daily Living macam faktor. Penyakit ini
mempunyai karakteristik berupa
terjadinya kerusakan kartilago (tulang
Berdasarkan hasil uji statistik
Wilcoxon Signed Ranks Test dengan taraf rawan sendi), dan terjadi pada wanita
signifikan yang ditetapkan adalah α = dimulai setelah usia diatas 40 tahun
0,05 serta nilai = 0,000, maka hasil terutama pada wanita (Helmi, 2013).
nilai kelompok data tersebut adalah > Tindakan kompres panas adalah
0,05 yang berarti Ha diterima, sehingga tindakan dengan memberikan
terdapat perbedaan yang bermakna pada kompres hangat yang bertujuan
Activity Daily Living sebelum dan memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
sesudah kompres hangat, diartikan bahwa mengurangi atau membebaskan nyeri,
ada pengaruh perubahan Activity Daily mencegah terjadinya spasme otot, dan
Living yang signifikan sebelum dan memberikan rasa hangat pada bagian
sesudah kompres hangat terhadap
tubuh yang memerlukannya (Kusyati,
Activity Daily Living pada lansia dengan
nyeri sendi di Posyandu Lansia Gereja 2006).
Baptis Indonesia Baitlahim Pesantren Berdasarkan hasil penelitian
Kota Kediri. didapatkan Activity Daily Living sesudah
dilakukan kompres hangat pada 32
Perubahan yang terjadi pada
responden sebagian besar menunjukkan
sistem muskuloskeletal salah satunya 25 responden (78,1%) berubah dari
penurunan kekuatan dan stabilitas tingkat kemandirian tergantung paling
tulang. Masalah yang terjadi pada ringan yaitu ketergantungan dalam 1
sistem muskuloskeletal adalah fungsi dari 6 fungsi meliputi mandi,
terjadinya perubahan pada kolagen berpakaian, pergi ke toilet, berpindah,
kontinen, dan makan menjadi tingkat yaitu ketergantungan pada satu fungsi
kemandirian mandiri total yaitu mandiri dari enam fungsi kemandirian, sesudah
pada semua fungsi maupun dari tingkat dilakukan terapi kompres hangat
kemandirian tergantung ringan yaitu terhadap upaya peningkatan kemampuan
ketergantungan dalam 2 fungsi dari 6 pemenuhan Activity Daily Living
fungsi yang meliputi mandi, berpakaian, didapatkan hasil bahwa Activity Daily
pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan Living sesudah dilakukan terapi kompres
makan menjadi tingkat kemandirian pada hangat sebagian besar masuk dalam
lansia tergantung paling ringan yaitu tingkat kemandirian Activity Daily Living
ketergantungan dalam 1 fungsi dari 6 mandiri total yaitu mandiri pada semua
fungsi yang meliputi mandi, berpakaian, fungsi. Kompres hangat selama 2 kali 20
pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan menit dalam 1 kali pemberian efektif
makan. Terapi yang dilakukan pada terhadap peningkatan Activity Daily
lansia termasuk suatu pengobatan Living Lansia dengan nyeri sendi. Jadi
nonfarmakologis yang dapat berpengaruh pemberian kompres hangat efektif untuk
pada upaya pemenuhan Activity Daily meningkatkan kemandirian Activity
Living pada lansia dengan nyeri sendi Daily Living lansia dengan nyeri sendi.
dimana kompres hangat yang dilakukan 2
x 20 menit dalam 1 kali pemberian
mempengaruhi penurunan nyeri sehingga Saran
dapat meningkatkan Activity Daily
Living yang terganggu di karenakan
perubahan dari proses degeneratif yang Hasil penelitian diharapkan Lansia
terjadi pada sistem muskuloskeletal salah mampu melakukan terapi kompres
satunya nyeri pada sendi. Keseluruhan hangat secara mandiri sesuai dengan
dari jumlah responden yang tidak terjadi langkah-langkah kompres hangat dengan
perubahan, 4 diantaranya dikarenakan botol kaca yang di bungkus handuk di
oleh faktor usia responden lebih dari 70 rumah sebagai pendamping terapi
tahun. Perubahan Seiring dengan farmakologi sehingga dapat
bertambahnya usia lansia sangat meningkatkan Activity Daily Living pada
signifikan dengan perubahan yang lansia dengan nyeri sendi. Hasil
dialami khususnya pada sistem penelitian ini dapat digunakan untuk
muskuloskeletal terjadi proses meningkatkan mutu pelayanan posyandu
degeneratif pada kartilago yang meliputi lansia terutama dalam pemberian terapi
permukaan sendi tulang penyangga rusak non farmakologi khususnya terapi
dan aus pada usia 70 tahun masuk fase kompres hangat sebagai pendamping
kronis pada sistem muskuloskeletal. terapi farmakologi sehingga dapat
meningkatkan kepuasan lansia terhadap
pelayanan Posyandu.
Kesimpulan

Daftar Pustaka
Berdasarkan dari hasil penelitian
yang dilakukan pada 32 responden
tanggal 20 April 2015 – 20 Mei 2015 di Andarmoyo, Sulistyo, (2013). Konsep &
Posyandu Lansia Gereja Baptis Indonesia Proses
Baitlahim Pesantren Kota Kediri dapat
diambil kesimpulan bahwa Activity Daily Keperawatan Nyeri.Jogjakarta :
Living lansia dengan nyeri sendi di Ar-Ruzz Media.
Posyandu Lansia Gereja Baptis Indonesia Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011).
Baitlahim Pesantren Kota Kediri Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.
mayoritas masuk dalam tingkat Yogyakarta: Graha Ilmu.
kemandirian tergantung paling ringan Darmojo, R. Boedhi. (2006). Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta : FKUI.
Efendi & Makhfudli.(2013).
Keperawatan Kesehatan
Komunitas.Jakarta: Salemba
Medika.
Helmi, Zairin Noor. (2013). Buku Ajar
Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta: Salemba Medika.
Koosnadi & Syarif.(2009). Akupuntur
Untuk Nyeri. Jakarta: Sagung Seto.
Kozier, Barbara. (2009). Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis.
Jakarta : EGC.
Kusyati, Eny (2006). Keterampilan dan
Prosedur Laboratorium. Jakarta :
EGC
Maryam, R. Siti. (2008). Mengenal usia
Lanjut dan Mengenalnya. Jakarta :
Salemba Medika.
Nugroho, Wahyudi. (2008).
Keperawatan Gerontik dan
Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Perry, Potter. (2009). Buku ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, Praktik. Edisi 7.
Jakarta : EGC.
Perry, Potter. (2010). Buku ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, Praktik. Edisi 7.
Jakarta : EGC.
Tamher & Noorkasiani. (2011).
Kesehatan Usia Lanjut dengan
pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Yuliatun, Laily, (2008).Penanganan
Nyeri Persalinan Dengan Metode
Nonfarmakologi. Malang :
Bayumedia Publishing.

Anda mungkin juga menyukai