Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Pemberian Obat Topikal


Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang
telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal
pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan
dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan
kulit yang terjadi (contoh : lotion).

B. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat


Topikal
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat topikal, yakni :
1. Prinsip pemberian obat
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat,
memahami, dan memperhatikan prinsip enam benar agar kita dapat terhindar
dari kesalahan dalam memberikan obat. Keenam prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Benar pasien
Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama,
alamat, nomor register dan program pengobatan pada pasien.

b. Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat, harus diperhatikan kebenaran obat sebanyak
tiga kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat
obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.

c. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, periksa dahulu dosisnya. Jika ragu, berkonsultasilah
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Karna ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya asam mefenamat, 1 ada
250 mg, ada juga yang 500 mg, ondansentron 1 ampul dosisnya ada 4 mg,
ada juga 8 mg. Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti
obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus,
alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien.
a. Benar Cara / rute pemberian obat

Pastikan cara pemberian obat yang telat diprogramkan, apakah diberikan


peroral, sublingual, parenteral/injeksi, topikal, rektal, atau inhalasi.

b. Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan,
apakah pagi, siang, malam, sesudah makan, saat makan, sebelum tidur, dll.
Karena berhubungan dengan kerja obat yang menimbulkan efek terapi dari
obat.

c. Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu , dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2. Region kulit yang akan diberikan obat: Daerah muka, skrotum, aksila, dan kulit
rambut cenderung lebih mudah menerima obat dibandingkan pada daerah
telapak tangan, dengan demikian pemberian obat pada daerah yang lebih
permeabel tidak perlu terlalu banyak dibandingkan dengan daerah yang kurang
permeabel.
3. Gradien konsentrasi: Dengan menambah gradien konsentrasi, maka penyerapan
obat akan semakin cepat.
4. Penjadwalan: Karena sistem absorpsi yang lama, maka efek dari obat tersebut
dapat berlangsung selama 1 hari dengan absorpsi yang terus menerus secara
perlahan.
5. Vehikulum dan oklusi: Vehikulum atau bentuk sediaan obat topikal akan sangat
mempengaruhi absorpsi pada kulit, sedangkan oklusi seperti plester yang
mempererat dan menjaga kontak antara kulit dengan obat topikal dapat
meningkatkan efikasi dari obat tersebut.

Evaluasi :
1. Apa pengertian dari pengobatan secara topikal?
2. Apa tujuan dari pengobatan topikal?
3. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pengobatan secara topikal?
4. Region kulit mana saja yang bisa diberikan obat topikal?
5. Apa saja yang harus diperhatikan sebelum mempersiapkan obat? Klasifikasi Obat
Topikal
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa/i ilmu keperawatan mampu :
1. Menjelaskan jenis jenis obat topikal
2. Menyebutkan indikasi obat topikal
3. Menyebutkan kontraindikasi obat topikal

A. Jenis-jenis Obat Topikal


Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal
yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari
sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif
berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah
dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu,
bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.

Sedian obat topikal ada beberapa jenis, yakni :


1. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya
murni air disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau
kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik.
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan
antimikroba.

2. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan
oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek
sangat superfisial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai
daya penetrasi.

Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat


hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni,
sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok
dan pasta.
3. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk
kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam
4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang bisa dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap
bahan salep menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

a. Dasar salep hidrokarbon


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album
(petrolatum), parafin liquidum. Vaselin album adalah golongan lemak
mineral diperoleh dari minyak bumi. titik cair sekitar 10-50°C, mengikat
30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak.

Hanya sejumlah kecil komponen air dapat dicampurkan ke dalamnya. Sifat


dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mengering dan tidak berubah
dalam waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon
terutama digunakan sebagai bahan emolien.

b. Dasar salep serap


Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat (adeps lanae) dan bentuk emulsi (lanolin dan
cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.
Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat
sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hydrosue atau
lanolin ialah adeps lanae dengan akua 25-27%.

Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa
masih ada walaupun telah dicuci dengan air, sehingga tidak cocok untuk
sediaan kosmetik.

Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.


c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep hidroi lik.
Dasar ini dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari
kulit, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini
tampilannya menyerupai krim karena fase terluarnya adalah air.
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air
dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologi.

d. Dasar salep larut dalam air


Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” terdiri dari
komponen cair. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti halnya dasar salep yang dapat dicuci dengan air karena tidak
mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat.
Contoh dasar salep ini ialah polietilen glikol.

4. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi
krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold
cream, dan minyak dalam air (O/W), misalnya vanishing cream.

5. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari
bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum
zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu
tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.

6. Bedak Kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini
ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit
dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi
kelapisan kulit.

7. Pasta Pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep dan
cairan.
Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.

8. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase
tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik
yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya
ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam
(seperti tragakan).

Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu
gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel alumunium
hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium
hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini
berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida
dalam lambung.

Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi
di kulit yang berambut.

Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki


keistimewaan: a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.

b. Sangat baik dipakai untuk area berambut.


c. Disukai secara kosmetika.
9. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami
seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.

10. Lotion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut
terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang
tidak tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih
dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi
komponen air. Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan,
tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion
calamin, losion steroid, losion faberi.

11. Foam Aerosol


Aerosol merupakan sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat
aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini
digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen
dasar aerosol adalah wadah, propelen, konsentrat zat aktif, katup dan
penyemprot.

Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam
aerosol merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif
dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah
dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan betametasone foam.

Keistimewaan foam:
1. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif
tersisa cepat berpenetrasi.
2. Sediaan foam memberikan efek iritasi yang minimal.

12. Cat
Pada dasarnya, cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air
dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini
mampu bertahan lama. Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio
ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk terapi onikomikosis.

B. Indikasi Pemberian Obat Topikal Berdasarkan Jenis-jenisnnya


1. Indikasi Cairan
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a. Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami
eksaserbasi.
b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka
ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti
eritema pada erisipelas.
c. Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga
ulkus menjadi bersih.

2. Indikasi Bedak
Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.

3. Indikasi Salep
Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk
likenifikasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus
yang telah bersih.

4. Indikasi Krim
Krim dipakai pada lesi kering dan superi sial, lesi pada rambut, daerah
intertriginosa.

5. Indikasi Pasta
Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfisial.

6. Indikasi Bedak Kocok


Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superfisial seperti miliaria.

7. Indikasi Pasta Pendingin


Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering.
C. Kontraindikasi Pemberian Obat Topikal Berdasarkan Jenisnya

1. Kontraindikasi Cairan : Riwayat alergi


2. Kontraindikasi Bedak : Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan
infeksi sekunder
3. Kontraindikasi Salep : Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama
dermatosis eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah berambut dan
lipatan karena menyebabkan perlekatan.
4. Kontraindikasi Krim : Risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan
sensitifitas imunologi yang tinggi.
5. Kontraindikasi Pasta : Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut.
6. Kontraindikasi Bedak Kocok : Dermatitis madidans dan daerah badan yang
berambut
7. Kontraindikasi Pasta Pendingin : Dermatosis madidans

Anda mungkin juga menyukai