Anda di halaman 1dari 42

REUMATIK

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup,

jumlah populasi usia lanjut (lansia) juga meningkat. Tahun

1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta

jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun

2025 jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah

satu terbesar di dunia.

Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik

boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah

penduduk lansia yang tinggi kemungkinan besar membuat

rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini

memang sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan

jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta

diabetes.

Meski tidak memberikan dampak spontan, rematik pada

lansia akan memberikan dampak penting terhadap fungsi

tubuh sehari-hari. Di antaranya masalah ketergantungan

kepada orang lain dan kualitas hidup penderitanya. Setiap

kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal

sering dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada

lansia. Namun pada umumnya masyarakat belum mengerti


tentang pengertian, tanda gejala, penyebab serta penanganan

rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan

pendidikan kesehatan pada masyarakat.

II. REUMATIK

A. Pengertian

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non-

bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung

kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara

simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah

Orthopedi, hal. 165). Reumatoid arthritis adalah gangguan

autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada

sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari

kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan

meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi

Darmojo, 1999). Artritis Reumatoid adalah penyakit

autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi

dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi

kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin

Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi

yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian

dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian,

kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C.

Baughman, 2000). Artritis rematoid adalah suatu penyakit

inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis

progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif

Mansjour, 2001).

B. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti.

Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, antara lain:


1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis,

faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu

diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.

Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda

dengan perubahan pada osteoartritis.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena osteosartritis lutut dan

sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena

osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.

Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi

osteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki

dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahunh (setelah

menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada


wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran

hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada

masing-masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan

dengan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada

frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara

produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II,

khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban

HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita

penyakit ini.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik


Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan

meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik

pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak

hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang

menanggung beban berlebihan, tapi juga dengan

osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang

berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga

terdapat faktor lain (metabolit) yang berperan pada

timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi

yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan

resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering

menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan

resiko osteoartritis yang lebih tinggi.


7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah

dikaitkan dengan timbulnya osteoartritis paha pada usia

muda.

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat

meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini

mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)

tidak membantu mengurangi benturan beban yang

diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang

rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

1. Reumatik Sendi (Artikuler)

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan

nama reumatik sendi (reumatik artikuler).

2. Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses

peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh,

mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar

persendian. Peradangan kronis dipersendian menyebabkan

kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi

biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.

Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput

sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan

kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya,


terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya

simetris (terjadi pada kedua sisi).

Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan

pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus,

dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti.

Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa

mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus

Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan

keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan

suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak

yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan

sebagainya.

Peradangan kronis membran sinovial mengalami

pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi

hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian

(nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut.

Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan

granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar

keseluruh sendi sehingga semakin merangsang

peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini

secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan

nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).


3. Osteoatritis

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih

dengan penyebab yang belum diketahui, namun

mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran

klinis yang sama. Proses penyakitnya berawal dari

masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai

seluruh persendian termasuk tulang subkondrial,

ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan

ikat sekitar persendian (periartikular).

Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami

kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan

ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi

penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa

faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit

ini, yaitu : usia lebih dari 40 tahun, jenis kelamin wanita

lebih sering, suku bangsa, genetik, kegemukan dan

penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah

raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-

lain.

4. Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat

darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis


penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun

bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan

sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat

di persendian meningkat. Timbunan kristal ini

menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya

reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99%

penyebabnya belum diketahui (idiopatik). 

Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik

dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan

metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya

produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena

berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit

gout sekunder disebabkan antara lain karena

meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu

mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.

Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang

menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk

dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.

Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit

darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan

(alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).


Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),

penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi.

Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan

metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton

yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut

meninggi.

5. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang

mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft tissue

rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar

sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik

yang sering ditemukan yaitu:

a. Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di

batang tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering

ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya

adalah faktor kejiwaan.


b. Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang

menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya.

Tenosivitis adalah peradangan pada sarung

pembungkus tendon.

c. Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat

pada tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan

yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat

menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi,

atau radang sendi.

d. Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat

perlekatan tendon atau otot ke tulang. Peradangan

bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan

pseudogout.

e. Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan

dengan proses degenerarif diskus intervertebralis,


bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau

sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri

maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses

peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan

fraktur.

f. Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua

orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah

pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang

dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

g. Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian

di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan

atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama

bila lengan diangkat keatas atau digerakkan

kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi

terbatas.
D. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri

pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.

Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa

kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan

istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku

pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya

jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan

krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol

dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya

sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa

hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain :

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya

bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang

dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-

kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih

dibandingkan gerakan yang lain.


2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat

dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa

nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah

immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah

bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar)

pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu

sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara

perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan


Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki,

tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi

pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi

yang lain merupakan ancaman yang besar untuk

kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial

seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan

infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial

menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago

dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk

pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus

masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi

kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat

ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat

luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena

jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan

kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi


dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa

menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.

Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya

serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari

serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. 

Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid

(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi

kronis yang progresif.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Sinar X dari sendi yang sakit :

menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi

sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan

( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista

tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.

Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.


2. Scan radionuklida :

mengidentifikasi peradangan sinovium

3. Artroskopi Langsung :

Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/

degenerasi tulang pada sendi.

4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume

yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya

warna kuning (respon inflamasi, produk-produk

pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,

penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).


5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan

inflamasi dan perkembangan panas.

6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle

Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh

karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental

dibanding cairan sendi yang normal.

7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-

arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi

proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-

kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul

subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto

rontgen.

G. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya

bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)


bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi

peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.

2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang

berlebihan pada sendi yang sakit.

3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri.

4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5. Dukungan psikososial

6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta

program latihan yang tepat

7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi

timbulnya keluhan.
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air

hangat saat nyeri.

9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin.

10. Diet rendah purin

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi

pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila

terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas

normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh

diberikan pada penderita osteoartritis :


Golongan Makanan yang Makanan yang tidak

bahan boleh diberikan boleh diberikan

makanan

Karbohidra Semua terutama Roti yang mengandung

t yang kompleks ragi.

seperti beras

merah, kentang

dan gandum.

Protein Daging atau ayam, Sarden, tuna, kerang,

hewani ikan tongkol, jantung, hati, usus,

bandeng 50 gr/hari, limpa, paru-paru, otak,

telur, susu, keju. ekstrak daging / kaldu,

bebek, angsa, burung.

Daging sapi, daging

kambing.
Diet dan Pola Hidup Sehat dilakukan, harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1. Pembatasan purin

Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita

gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin.

Namun karena hampir semua bahan makanan sumber

protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir

tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan

adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin

per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg

purin per hari).

2. Kalori sesuai kebutuhan

Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan

kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan,


berat badannya harus diturunkan dengan tetap

memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang

terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat

karena adanya keton bodies yang akan mengurangi

pengeluaran asam urat melalui urin.

3. Tinggi karbohidrat

Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi

sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat

karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui

urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak

kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis

fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop

sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan

kadar asam urat dalam darah.


4. Rendah protein

Protein terutama yang berasal dari hewan dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber

makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah

yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.

Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan

asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1

gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan

adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan

telur.

5. Rendah lemak

Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.

Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan


mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya

sebanyak 15 persen dari total kalori.

6. Tinggi cairan

Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang

asam urat melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk

menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10

gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak,

teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh

melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air.

Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,

blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain

buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh

dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit

mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari

adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai

kandungan lemak yang tinggi.


7. Tanpa alkohol

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat

mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi

dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal

ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat

plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran

asam urat dari tubuh.


H. Pencegahan Rematik

Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit ini agar tak

sengsara di usia senja nanti.

1) Pertama, memperbanyak konsumsi bawang, cabai,

paprika, dan jahe. Kandungan alliums dalam keluarga

bawang: bawang putih, bombai, dan daun bawang, bisa

menghambat enzim penyebab kemerosotan sendi.

Sementara itu, rasa pedas cabai merah dan zat anti-

inflamasi dalam paprika berguna untuk mengurangi rasa

sakit dan bengkak akibat osteoartritis. Pun dengan hangat

jahe yang bisa meredam nyeri dari osteoartritis.


2) Kedua, menerapkan pola makan dan diet sehat. Dengan

ini, maka akan menjaga kestabilan berat tubuh. Pola

makan yang tak sehat akan memicu obesitas. Dan, orang

yang mengalami obesitas memiliki risiko tinggi terserang

osteoarthritis. Sebab, bobot yang berlebih memberi

tekanan lebih besar terhadap sendi dan tulang rawan pada

pinggul dan lutut.

3) Ketiga, rutin berolahraga. Tak hanya membuat tubuh lebih

sehat, olahraga juga menyehatkan sendi. Baik olahraga

low impact seperti berenang, yoga, dan berjalan, maupun

latihan beban bisa menguatkan otot dan tulang, tanpa

harus membebani sendi secara berlebihan. Aktivitas aktif

ini sangat efektif untuk mengurangi risiko osteoartritis.


4) Keempat, duduk dalam posisi yang baik dan benar. Posisi

duduk yang salah bisa membuat sendi stres. Karena itu,

duduklah dalam posisi yang baik dan benar dengan

punggung tegak agar sendi tak tertekan. Sendi tertekan

artinya risiko serangan osteoartritis lebih besar saat tua

nanti.
I. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti

adanya prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut

subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi

jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh

darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.


4. Terjadi splenomegali.

Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa

membesar kemampuannya untuk  menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam

sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan

meningkat.
J. DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.

Jakarta : EGC.

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Azizah,Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.

Yogyakarta : Garaha Ilmu.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.

Jakarta : Salemba Medika.

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Ed. 4, Jakarta EGC.


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Reumatik

Waktu Pertemuan : 25 menit

Tanggal : 23 September 2015

Tempat : Puskesmas Belimbing

Sasaran : Pengunjung Puskesmas

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Presentator : Harlina Pratiwi Hapsari

TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Agar para pengunjung Puskesmas dan lansia terutama yang

berada di Puskesmas Belimbing mengetahui penyakit

reumatik dan penyebabnya.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan para pengunjung

dan lansia mampu :


a. Menyebutkan pengertian dari reumatik

b. Menjelaskan penyebab dari reumatik

c. Menyebutkan tanda-tanda dari reumatik

d. Menyebutkan macam-macam reumatik

e. Menjelaskan penanganan reumatik

SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian Reumatik

2. Penyebab dan faktor resiko reumatik

3. Tanda dan gejala reumatik

4. Macam-macam reumatik

5. Penanganan reumatik

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

No Waktu Kegiatan role play model Kegiatan peserta

1. 3 menit Pembukaan 1. Menjawab salam

1. Memberikan salam 2. Mendengarkan

2.  Perkenalan 3. Mengemukakan

3.  Apersepsi pendapat

4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan dan

pembelajaran memperhatikan

2. 14 Kegiatan Inti Menyimak dan


menit Pelaksanaan materi penyuluhan memperhatikan

secara berurutan dan terartur

Materi:

1. Pengertian rematik (atritis

reumatoid & osteoartritis)

2. Penyebab dan faktor resiko

rematik

3. Tanda dan gejala rematik

4. Cara Pencegahan dan

menangani rematik

5. Penatalaksanaan  mandiri

3. 5 menit Evaluasi : Bertanya dan

1. Menyimpulkan isi penyuluhan menjawab

2. Menyampaikan secara singkat pertanyaan

materi penyuluhan

3. Memberi kesempatan kepada

audience

  untuk bertanya

4. Memberikan kesempatan

kepada audience untuk

menjawab pertanyaan yang


dilontarkan

4. 3 menit Penutup Menjawab salam

1. Menyimpulkan materi yang

telah disampaikan

2. Menyampaikan terima kasih

atas waktu yang telah

diberikan oleh peserta

3.  Mengucapkan salam

METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

MEDIA/ALAT BANTU

1. Leaflet

2. Infocus / PPT

EVALUASI
Pertanyaan Essay

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit rematik?

2. Apa penyebab penyakit rematik?

3. Apa saja jenis penyakit rematik?

4. Faktor apakah yang mempengaruhi penyakit rematik?

5. Makanan apa saja yang harus dibatasi bagi penderita

rematik?

Pertanyaan Objektif

1. Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan

menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup

keterlibatan sendi disebut dengan :

a. Atritis Reumatoid c. Reumatik Sendi

b. Osteoatritis d. Atritis Gout

2. Yang termasuk tanda dan gejala penyakit rematik adalah

kecuali :

a. Nyeri sendi c. Pembesaran sendi

b. Kaku sendi d. Sesak nafas

3. Faktor resiko yang menyebabkan rematik adalah kecuali


a. Umur c. Genetik

b. Nutrisi d. Jenis Kelamin

4. Upaya yang dilakukan untuk penderita rematik adalah :

a. Senam rematik

b. Mandi dengan air dingin disaat nyeri

c. Mengangkat beban yang berat

d. Tidak mengontrol makanan

5. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi bagi penderita

rematik adalah :

a. Nasi

b. Sarden dan makanan kaleng yang lain

c. Makanan yang terbuat dari gandum

d. Yoghurt

6. Minuman yang tidak boleh dikonsumsi bagi penderita

rematik adalah :

a. Susu rendah lemak c. Air putih

b. Minuman beralkohol d. Teh


7. Faktor resiko rentang umur berapakah yang terserang

penyakit rematik?

a. 1-5 tahun

b. 12-17 tahun

c. 20-30 tahun

d. Di atas 40 tahun

8. Penderita rematik dilarang untuk mengonsumsi makanan

yang berlemak karena, kecuali :

a. Karena lemak akan menumpuk di persendian

b. Karena lemak akan membuat berat badan bertambah

c. Karena lemak akan membuat purin sebagai pembentuk

asam urat susah disaring pada ginjal

d. Karena lemak bisa melarutkan vitamin A,D,E, dan K

9. Apa nama alat untuk melihat pembengkakan pada sendi

yang nyeri?

a. EKG

b. CT-Scan

c. X-Ray (Sinar X)

d. Scan Radionuklida
10. Kenapa orang yang sering mengangkat benda berat

lebih mudah terserang rematik?

a. Karena membuat badan cepat letih

b. Karena beban yang berat akan membuat persendian

menjadi semakin berat kerjanya dan apabila digunakan

sendi yang sama akan terjadi kaku sendi

c. Karena akan menyebabkan patah tulang

d. Karena membuat kita bungkuk

Anda mungkin juga menyukai