Kelompok IV
andur : 2110042
amasari : 2110043
bango : 2110024
2110011
ari : 2110038
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Gerontik yang
membahas tentang “Proses penuaan lansia pada system kardiovaskular ”.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis
miliki sangat terbatas, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyusun makalah mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga penulis
berharap ini dapat berguna bagi mahasiswa yang membaca makalah ini, masyarakat
pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun akan penulis terima. Dan akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan.
Surabaya, oktober 2013
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua
orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan
terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia,
wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut
adalah usia yang sangat renta terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya
yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit
yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa
lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit
tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada
usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular pada lansia mempunyai
penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita
harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan
faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan
orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit
degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang
mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko
atau lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan
penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi
faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung
dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada
lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang
sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun
2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung
Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung
2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi
1%.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang tidak
dapat dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang
dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap
mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai
dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi.
Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan
merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya terkait dengan
faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah suatu
proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam
tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga
suatu kecacatan.Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak maupun menurunnya.
2. Teori Wear and Tear menganggap bahwa tubuh dan sel-selnya yang sering
digunakan dan disalahgunakan secara terus menerus akan menjadi lemah dan akan
mengalami kerusakan dan akhirnya meninggal. Organ tubuh seperti hati, lambung,
ginjal, kulit dan yang lain akan menurun fungsinya karena toksin di dalam makanan dan
lingkungan yang kita terima setiap hari, selain itu juga akibat dari konsu msi lemak,
gula, kafein, nikotin, alkohol yang berlebihan. Dan yang tidak kalah penting adalah
akibar dari paparan sinar matahari serta stress fisik dan psikis. Yang harus diingat
adalah bahwa kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi pada
tingkat sel.
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari
tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson
dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses
penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel
pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut berisiko mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk
tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem
ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan
konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.
5. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang megalami perubahan tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun .
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-
jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia.
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat
sesuai dengan meningkatnya umur .
Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan,
dalam pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif
dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk
beradaptasi terhadap stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi,
hipotermi, dan proses penyakit. (kronik dan akut)
B. Teori Psikologis
1. Teori Pelepasan
ori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang
secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri dari
masyarakat.
Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas,
tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas
lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.
.3. Etiologi Proses Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada
dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun
kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor
genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak
sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet,
stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Tubuh kita membentuk suatu reaksi kimia kompleks yang membentuk suatu molekul
kimia yang tidak stabil yang disebut radikal bebas. Molekul radikal bebas ini dapat
menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui suatu proses yang disebut dengan
Oksidasi. Proses ini sama seperti proses yang kita lihat pada apel hijau yang berubah
warna menjadi coklat atau logam tembaga yang berubah warna dari emas kemerahan
menjadi biru kehijauan. Produksi radikal bebas ini dapat meningkat jumlahnya apabila
kita sering terpapar oleh sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi
makanan yang rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin meningkat
dalam tubuh kita memberi kontribusi yang besar terhadap terjadinya proses penuaan
berbagai organ tubuh.
Stress juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi. Stress dalam
hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani. Apabila tubuh kita
mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk memulihkan diri sendiri. Pada
batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus persen dan tentu tidak pada
semua kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami stress maka makin kecil
kemungkinan tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan
terhadap penyakit. Apa yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya
memulihkan kerusakan tadi, sebagian besar belum diketahui.
1.2.4. Tiga Fase Proses Penuaan
Fase 1
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai
berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Polusi udara, diet yang tak
sehat dan stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel
tubuh. Di fase ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada
kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika
seseorang berusia 35 tahun.
Fase 2
Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun
sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan. Biasanya pada
masa ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun
dekat) sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai
beruban, stamina dan energi tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan
sebelumnya atau bila pada usia muda, kita melakukan gaya hidup yang tidak
sehat bisa berisiko terkena kanker.
Fase 3
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa
ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama
sekali.perempuan mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum
pria mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kering
karena mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di bagian samping
dan di bawah mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak sekencang dulu, tubuh
juga menjadi cepat lelah.
Karakteristik penyakit lansia di indonesia
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut
seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua
sangat rentan terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun
fungsi jantung dan bahkan fungsi otak
c. Pembuluh Darah Perifer.
Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang
menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan
iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2. Perubahan Fisiologis Kardiovaskuler
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung
1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment)
pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung.
Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih
besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari
kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur
irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak
manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi
fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat
selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat
pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan
karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan
meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan
afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu
reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi
Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.
c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.
2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi
penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini
menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
Penyakit pada lansia yang berhubungan dengan system kardiofaskular
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah
yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit
jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan
tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup.
Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien
melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau
telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di
arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung.
Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan sebagian jaringan
otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat berupa rasa
tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan berlangsung selama
beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada ke bahu, lengan,
punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini dapat semakin sering
dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul berupa sesak napas, berkeringat
(dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai muntah. Pada perempuan, gejala-gejala
tersebut dirasa kurang menonjol. Namun, gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri
perut seperti terbakar, kulit dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai
rasa lesu yang luar biasa tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden
meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka rawat
inap gagal jantung pada pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir.
Gagal jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang memengaruhi
pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK.
Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan katup menyebabkan
gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri dengan gagal jantung
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-
teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai gangguan dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada lansia terutama gangguan yang terjadi pada system kardiovaskular,
perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai masalah serta
perubahan-perubahan tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan
perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek
sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat
merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.
3.2 Saran
Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui
prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari
berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya
meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga
akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam
memberikan asuhan keperawatan gerontik.
Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang
pasien dan keluarga.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai acuan
dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan
pada klien usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung
Seto.
Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia
Medika
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Riza, Beberapa Teori Penuaan,
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/beberapa-teori-penuaan-teori.html