Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PROSES PENUAAN PADA SISTEM KARDIOVASKULAR”

Kelompok IV
andur : 2110042
amasari : 2110043
bango : 2110024
2110011
ari : 2110038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2013

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Gerontik yang
membahas tentang “Proses penuaan lansia pada system kardiovaskular ”.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis
miliki sangat terbatas, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyusun makalah mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga penulis
berharap ini dapat berguna bagi mahasiswa yang membaca makalah ini, masyarakat
pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun akan penulis terima. Dan akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan.
Surabaya, oktober 2013

Kelompok IV

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua
orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan
terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia,
wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut
adalah usia yang sangat renta terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya
yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit
yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa
lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit
tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada
usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular pada lansia mempunyai
penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita
harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan
faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan
orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit
degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang
mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko
atau lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan
penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi
faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung
dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada
lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang
sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun
2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung
Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung
2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi

1%.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang tidak
dapat dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang
dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap
mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai
dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi.
Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan
merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya terkait dengan
faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah suatu
proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam
tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga
suatu kecacatan.Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak maupun menurunnya.

1.1. Teori - Teori Penuaan dan Proses Menua


1.2.1. Teori Penuaan
Dari sudut pandang ilmiah, mengapa dan bagaimana tubuh kita mengalami penuaan
masih merupakan misteri yang terus menerus dicari jawabannya oleh para ilmuwan.
Proses penuaan itu sendiri dapat melingkupi adanya perubahan pada jaringan tubuh
sampai dengan perubahan mekanisme pada tingkat sel. Selama bertahun-tahun, banyak
teori yang berusaha menjelaskan mengenai proses ini dan perubahan-perubahan apa
yang menyebabkan penuaan.
Teori penuaan pada dasarnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu teori Program dan
Teori Wear and Tear.

1. Teori program menekankan prinsip bahwa di dalam tubuh manusia terdapt


suatu jam biologis, mulai dari proses janin sampai pada kematian dalam suatu model yang
memiliki program yang sudah “tercetak”. Peristiwa ini terprogram mulai dari tingkat sel
sampai embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja, dewasa menjadi tua dan
akhirnya meninggal. Teori Program meliputi pembatasan replikasi sel, proses imun, dan
mekanisme neuroendokrin dari penuaan. Pada suatu penelitian laboratorium diketahui
bahwa sel normal memiliki kapasitas yang terbatas untuk melakukan pembelahan yang
terus menerus, hal inilah yang terjadi pada sel-sel tubuh orang dewasa yang akhirnya
menjadi tua dan lemah, teori ini menjadi dasar dari teori pembatasan replikasi sel.
Mekanisme neuroendokrin mengatakan bahwa ketika manusia menjadi tua, tubuh
hanya mampu memproduksi hormon lebih sedikit akibatnya fungsi tubuh terganggu
dan muncul berbagai keluhan.

2. Teori Wear and Tear menganggap bahwa tubuh dan sel-selnya yang sering
digunakan dan disalahgunakan secara terus menerus akan menjadi lemah dan akan
mengalami kerusakan dan akhirnya meninggal. Organ tubuh seperti hati, lambung,
ginjal, kulit dan yang lain akan menurun fungsinya karena toksin di dalam makanan dan
lingkungan yang kita terima setiap hari, selain itu juga akibat dari konsu msi lemak,
gula, kafein, nikotin, alkohol yang berlebihan. Dan yang tidak kalah penting adalah
akibar dari paparan sinar matahari serta stress fisik dan psikis. Yang harus diingat
adalah bahwa kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi pada
tingkat sel.

1.2.2. Teori Proses Menua


A. Teori Biologi
1. Teori Seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari
tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson
dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses
penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel
pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut berisiko mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk
tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem
ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan
konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.

. Teori “Genetik Clock”


Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu. Tiap species
mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut
suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi
sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan
meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir
yang katastrofal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan
cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan
hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun,
anjing 27 tahun, sapi 20 tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa
waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu. Usia harapan hidup tertinggi di
dunia terdapat di Jepang yaitu pria 76 tahun dan wanita 82 tahun .
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini
Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies. Untuk membuktikan apakah yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau
sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus. Dari hasil penelitian
tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi, kemudian menua,
dan mati, bukan sitoplasmanya.

3. Sintesis Protein (kolagen dan elastin)


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan
kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada klulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring
dengan bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem
muskuloskeletal.
4. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang
tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur
membran sel mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora
& anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan
proses ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel
yang sangat penting bagi proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.

5. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang megalami perubahan tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun .
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-
jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia.
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat
sesuai dengan meningkatnya umur .
Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan,
dalam pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif
dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk
beradaptasi terhadap stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi,
hipotermi, dan proses penyakit. (kronik dan akut)

B. Teori Psikologis
1. Teori Pelepasan
ori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang
secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri dari
masyarakat.
Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas,
tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas
lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.
.3. Etiologi Proses Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada
dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun
kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor
genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak
sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet,
stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Tubuh kita membentuk suatu reaksi kimia kompleks yang membentuk suatu molekul
kimia yang tidak stabil yang disebut radikal bebas. Molekul radikal bebas ini dapat
menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui suatu proses yang disebut dengan
Oksidasi. Proses ini sama seperti proses yang kita lihat pada apel hijau yang berubah
warna menjadi coklat atau logam tembaga yang berubah warna dari emas kemerahan
menjadi biru kehijauan. Produksi radikal bebas ini dapat meningkat jumlahnya apabila
kita sering terpapar oleh sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi
makanan yang rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin meningkat
dalam tubuh kita memberi kontribusi yang besar terhadap terjadinya proses penuaan
berbagai organ tubuh.
Stress juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi. Stress dalam
hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani. Apabila tubuh kita
mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk memulihkan diri sendiri. Pada
batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus persen dan tentu tidak pada
semua kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami stress maka makin kecil
kemungkinan tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan
terhadap penyakit. Apa yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya
memulihkan kerusakan tadi, sebagian besar belum diketahui.
1.2.4. Tiga Fase Proses Penuaan

 Fase 1
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai
berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Polusi udara, diet yang tak
sehat dan stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel
tubuh. Di fase ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada
kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika
seseorang berusia 35 tahun.
 Fase 2
Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun
sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan. Biasanya pada
masa ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun
dekat) sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai
beruban, stamina dan energi tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan
sebelumnya atau bila pada usia muda, kita melakukan gaya hidup yang tidak
sehat bisa berisiko terkena kanker.
 Fase 3
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa
ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama
sekali.perempuan mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum
pria mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kering
karena mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di bagian samping
dan di bawah mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak sekencang dulu, tubuh
juga menjadi cepat lelah.
Karakteristik penyakit lansia di indonesia

1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis


2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsbD.
Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kardiovaskuler

1.2.5. Perubahan Fisiologis Jantung Akibat Penuaan


Proses menua akan menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular. Hal ini
pada akhirnya juga akan menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung. Perubahan
fisiologi jantung ini harus kita bedakan dari efek patologis yang terjadi karena penyakit
lain, seperti pada penyakit coronary arterial disease yang juga sering terjadi dengan
meningkatnya umur. Ada sebuah masalah besar dalam mengukur dampak menua
terhadap fisiologi jantung, yaitu mengenai masalah penyakit laten yang terdapat pada
lansia. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi penyakit CAD pada hasil autopsi, di mana
ditemukan lebih dari 60% pasien meninggal yang berumur 60 tahun atau lebih,
mengalami 75% oklusi atau lebih besar, pada setidaknya satu arteri koronaria.
Sedangkan pada hasil pendataan lain tercatat hanya sekitar 20% pasien berumur >80
tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi CAD. Jelas hal ini menggambarkan
bahwa pada sebagian lansia, penyakit CAD adalah asimptomatik.
Hal ini sangat menyulitkan bagi kita dalam mengadakan penelitian mengenai
efek fisiologis menua pada jantung. Kita harus terlebih dahulu menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain seperti CAD pada sekelompok lansia yang sepertinya sehat.
Akan tetapi, tidak semua penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menyingkirkan
penyakit laten yang mungkin terdapat. Hal inilah yang sering menyebabkan
terdapatnya perbedaan dalam hasil pendataan pada sejumlah penelitian.
1.Konsep medis
Perubahan system Kardiovaskuler
a. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai
dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan
pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena
ateros¬kle¬rosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic
incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh
lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung
bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari
berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid,
degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi
kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut.
Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular
lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan
circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai
katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Peru¬bahan ini
disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan
kalsifikasi. Kalsifikasi sering ter¬jadi pada anulus katup mitral yang sering ditemukan
pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup. Katup
menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.
b. Pembuluh Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis.
Pembentukan plak ateroma sering di¬jumpai didaerah bifurkatio kususnya pada
pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak
ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis
tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat
badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran
darah serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut
menurun menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler
adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago
meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke
perifer men¬dorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh dari
corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan
membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis
sehingga degenerasi diskus dapat mengakibat¬kan pengurangan tinggi badan pada usia
lanjut. Spondilosis servi¬kalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1) Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat
mengakibatkan oklusi pem¬buluh arteri ini.
2) Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verter¬balies menjadi berkelok-
kelok. Pada posisi tertentu pembu¬luh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.

Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut
seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua
sangat rentan terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun
fungsi jantung dan bahkan fungsi otak
c. Pembuluh Darah Perifer.
Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang
menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan
iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2. Perubahan Fisiologis Kardiovaskuler
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung
1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment)
pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung.
Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih
besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari
kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur
irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak
manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi
fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat
selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat
pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan
karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan
meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan
afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu
reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi
Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.
c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.
2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi
penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini
menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
Penyakit pada lansia yang berhubungan dengan system kardiofaskular
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah
yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit
jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan
tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup.
Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien
melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau
telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di
arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung.
Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan sebagian jaringan
otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat berupa rasa
tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan berlangsung selama
beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada ke bahu, lengan,
punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini dapat semakin sering
dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul berupa sesak napas, berkeringat
(dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai muntah. Pada perempuan, gejala-gejala
tersebut dirasa kurang menonjol. Namun, gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri
perut seperti terbakar, kulit dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai
rasa lesu yang luar biasa tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden
meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka rawat
inap gagal jantung pada pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir.
Gagal jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang memengaruhi
pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK.
Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan katup menyebabkan
gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri dengan gagal jantung

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-
teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai gangguan dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada lansia terutama gangguan yang terjadi pada system kardiovaskular,
perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai masalah serta
perubahan-perubahan tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan
perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek
sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat
merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.

3.2 Saran
 Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui
prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari
berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
 Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya
meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga
akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam
memberikan asuhan keperawatan gerontik.
 Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang
pasien dan keluarga.

Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai acuan
dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan
pada klien usia lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung
Seto.
Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia
Medika
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Riza, Beberapa Teori Penuaan,
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/beberapa-teori-penuaan-teori.html

Anda mungkin juga menyukai