Anda di halaman 1dari 3

Prinsip – prinsip dasar moral terdiri dari :

1. Prinsip sikap baik


Prinsip ini mendahului dan mendasari semua prinsip moral lain. Prinsip ini
mempunyai arti yang amat besar bagi kehidupan manusia. Sikap yang dituntut
dari kita sebagai dasar dalam hubungan dengan siapa saja adalah sikap positif
dan baik. Sebagai prinsip dasar etika, prinsip sikap baik menyangkut sikap dasar
manusia yang harus memahami segala sifat konkret, tindakan dan kelakuannya.
Prinsip ini mengatakan bahwa pada dasarnya, kecuali ada alasan khusus, kita
harus mendekati siapa saja dan apa saja dengan positif, dengan menghendaki
yang baik bagi dia. Artinya, bukan semata – mata perbuatan baik dalam arti
sempit, melainkan sikap hati positif terhadap orang lain, kemauan baik
terhadapnya. Bersikap baik berarti, memandang seseorang dan sesuatu tidak
hanya sejauh berguna bagi dirinya, melainkan menghendaki, menyetujui,
membenarkan, mendukung, membela, membiarkan, dan menunjang
perkembangannya. Prinsip sikap baik mendasari semua norma moral, karena
hanya atas dasar prinsip itu, maka akan masuk akal bahwa kita harus bersikap
adil, atau jujur, atau setia kepada orang lain.

2. Prinsip keadilan
Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap siapa saja.
Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas, tidak
hanya berlaku bagi benda – benda materiil, melainkan juga dalam hal perhatian
dan cinta kasih. Kemampuan untuk memberi hati kita juga terbatas. Maka
secara logis dibutuhkan prinsip tambahan yang menentukan bagaimana kebaikan
itu harus dibagi. Adil pada hakikinya berarti bahwa kita memberikan kepada
siapa saja apa yang menjadi haknya. Karena pada hakekatnya semua orang sama
nilainya sebagai manusia, maka tuntutan paling dasariah keadilan adalah
perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama. Jadi
prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang
sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan untuk
menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Secara singkat, keadilan
menuntut agar kita jangan mau mencapai tujuantujuan, termasuk hal yang baik,
dengan melanggar hak seseorang.

3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri


Prinsip ini menyatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri
sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini berdasarkan
paham bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak,
yang memiliki kebebasan dan suara hati, mahluk yang berakal budi. Prinsip ini
mempunyai dua arah. Pertama, dituntut agar kita tidak membiarkan diri
diperas, diperalat, atau diperbudak. Perlakuan tersebut tidak wajar untuk
kedua belah pihak, maka yang diperlakukan demikian jangan membiarkannya
berlangsung begitu saja apabila ia dapat melawan, sebab kita mempunyai harga
diri. Dipaksa untuk melakukan atau menyerahkan sesuatu tidak pernah wajar.
Kedua, kita jangan sampai membiarkan diri terlantar. Manusia juga mempunyai
kewajiban terhadap dirinya sendiri, berarti bahwa kewajibannya terhadap
orang lain diimbangi oleh perhatian yang wajar terhadap dirinya sendiri.

Sebagai kesimpulan, kebaikan dan keadilan yang kita tunjukkan kepada orang
lain, perlu diimbangi dengan sikap yang menghormati diri kita sendiri sebagai
mahluk yang bernilai pada dirinya sendiri. Kita mau berbaik kepada orang lain
dan bertekad untuk bersikap adil, tetapi tidak dengan membuang diri.

DAFTAR PUSTAKA

Diya. 2012. Akhlak Tasawuf : Aliran Etika Idealisme. UIN Sunan Ampel Surabaya.
http://diyaasaviella.blogspot.co.id/2012/02/akhlak-tasawuf-aliran-etika-
idealisme.html. Diakses Tanggal 12 Februari 2012.

Fitria, Annisa. 2014. Teori Utilitarianisme Dalam Bisnis.


http://annisafitria26.blogspot.co.id/2014/12/teori-etika-utilitarianisme-dalam-
bisnis.html. Diakses Tanggal 19 Desember 2014.

Hendri, Nedi dan Suyanto. 2014. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etis
Profesi Akuntansi Pendidik (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Di Provinsi
Lampung). Junnal Ekuisisi Universitas Muhammadiyah Metro. Vol. 10 (2) : 21-37.

Junaidy, Abdul Basith. 2014. Argumen Ultilitarianism Dalam Maslahah Menurut


Muhammah Abu Zahrah. Phd thesis. Surabaya : UIN Sunan Ampel.

Putri, Ajeng Dini Harsoyo. 2014. Ethic : Naturalisme. Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Airlangga. http://ajeng-dini-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-
104510-Umum-ETHIC:%20Naturalisme.html. Diakses Tanggal 4 Juni 2014.

Saleh, Nur Amin. 2013. Immanuel Kant Dan Pemikirannya.


http://www.nuraminsaleh.com/2013/01/immanuel-kant-dan-pemikirannya.html.
Diakses Tanggal 24 Januari 2013.

Shabrina, Qonita dan Ratna Ardiyanti. 2014. Teori Akuntansi – Hakikat dan
Penggunaan Akuntansi.http://momochillow.blogspot.co.id/2014/09/bab-2-teori-
akuntansi-hakikat-dan.html. Diakses Tanggal 6 September 2014.
Syam, Firdaus. 2010. Pemikiran Politik Barat :Sejarah, Filsafat, Ideologi dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta : Bumi Aksara.

Wibawa, Rafi Andi. 2014. Naturalisme. Fakultas Ilmu Budaya Universitas


Airlangga. http://rafi-andi-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-104862-Umum-
Naturalisme.html. Diakses Tanggal 5 Juni 2014.

Yosephus, L. Sinour. 2010. Etika Bisnis : Pendekatan Filsafat Moral Terhadap


Perilaku Pebisnis Kontemporer, Cetakan Pertama. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.

Yulian, Dara. dkk. 2012. Hakikat dan Penggunaan Akuntansi. Makalah Teori
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Riau : Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim.

Anda mungkin juga menyukai