Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul Leukimia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang
penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Leukimia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang Leukimia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta
apa yang terjadi jika terkena Leukimia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut
sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan
menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari
jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan
dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi Leukimia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada Leukimia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena Leukimia
akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya
sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna
untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode
etik dalam menangani pasien dengan diagnosa Leukimia.
Penyebab Leukimia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang
dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Leukimia lebih sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada
kelompok orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini
belum diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai
penulis akan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit Leukimia
dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit Leukimia tersebut.
1.2.Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Leukimia
b. Tujuan khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit Leukimia
2) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit Leukimia
3) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Leukimia
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit Leukimia
5) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami
penyakit Leukimia
6) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit Leukimia
7) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit Leukimia
1.3.Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan
penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit Leukimia dilihat dari perbandingan
data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Anatomi Fisiologi
A. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki
inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis.
Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam
seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam
setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih
.Dalam kasus Leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di
dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu
bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing,
atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau
bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel
punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan
meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga,
neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit
atau sel polimorfonuklear yaitu:
1. Basofil.
2. Eosinofil.
3. Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1. Limfosit
2. Monosit.
B. Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit
rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut
leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop
cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam
keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai
bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya
homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit
agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar
mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler:
Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas
granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia
secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor
(pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit
tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal
kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan.
(Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat,
leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh
darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan amuboid. Melalui
proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil
lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan
menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial
pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik
terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-
11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000,
pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih
tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase
khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan
terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran
darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20
mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini
mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak
bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh
bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau
cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan
lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama,
dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih,
peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan
lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga
terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan
sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan
disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.2.Pengertian Leukimia
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau
akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang
normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain
(Mansjoer, 2002). Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa
leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah
bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang
disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan
kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung
disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis
memiliki fungsi khusus:
a. Sel darah putih membantu melawan infeksi
b. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas Leukimia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.3.Jenis-jenis Leukimia
a. Leukimia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia
dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan Leukimia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukimia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak
sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang
menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA
tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-
tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c. Leukimia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang
dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
d. Leukimia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit lain.
2.4.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya Leukimia yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
Leukimia-lymphoma virus/HTLV).
b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
e. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
f. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G
(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif,
Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit Leukimia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan
mudah atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa
sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit
membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan Leukimia akut dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu Leukimia biasanya mengenai
sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis Leukimia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya Leukimia. Orang yang
memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga
lebih peka terhadap Leukimia.
2.5.Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit Leukimia adalah sebagai
berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri abdomen
g. Lumphedenopathy
h. Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel Leukimia
pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada Leukimia serebral
(Iman, 1997).
2.6. Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan
berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan
jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).
Kelainan kromosom, radiasi ionik,
terpajan bahan-bahan kimia, penggunaan
obat-obat imunosupresif
Infiltrasi
Mk: Aktual/Risiko
BB
Kelemahan tinggi penurunan
menuru
volume cairan
n
Mk: Intoleransi
aktivitas Mk: Gangguan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
2.7.Penatalaksanaan Medis
a. Pelaksanaan kemoterapi
b. Irradiasi cranial
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
1) Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel Leukimia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien Leukimia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel Leukimia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
c. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
a) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi.
Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³,
maka diperlukan transfusi trombosit.
b) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
d. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud
untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
4) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
e. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel Leukimia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari Leukimia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
Leukimia (Simon, 2003).
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan
dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan
Leukimia adalah :
1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
3. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
6. Masukan nutrisi adekuat
7. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-
bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
8. Kulit tetap bersih dan utuh
9. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
klien.
11. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada
tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L,
2004).