Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMODIALISA DENGAN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
Nama : Eli Yatul Hana Pratiwi
NIM : 108117080

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Hemodialisa dengan Diabetes Melitus

A. PENGERTIAN
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain
melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).

Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif
ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel
(ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat beracun harus
segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
(Mutaqin & Sari, 2011).
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang
terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal.
Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI
(Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang
dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin
absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein,lemak (Billota,2012). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo Diabetes
mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relative (Arisman dan soegondo,2009).
Diabetes yang tidak terkontrol akan menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah
(disebut dengan hyperglycemia). Kadar gula yang tinggi akan menyebabkan kerusakan
pada beberapa organ tubuh seperti ginjal, jantung, pembuluh darah, mata, kaki, dan
syaraf.

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan
gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa
tahun.
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat, yang dapat juga
menyebabkan gejala klinik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi
kronik dari diabetes adalah nefropati. Kerusakan pada nefron akibat
glukosa dalam darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetes.
Nefropati ini yang lama kelamaan dapat menyebabkan CKD. Bila kita
dapat menahan tingkat glukosa dalam darah tetap rendah, kita dapat
menunda atau mencegah nefropati diabetes.

B. INDIKASI
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik.
Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan, Indikasi hemodialisis segera
antara lain (Daurgirdas et al., 2007):
1. Kegawatan ginjal
2. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
3. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
4. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
5. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l )
6.  Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
7. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
8. Ensefalopati uremikum
9. Neuropati/miopati uremikum
10. Perikarditis uremikum
11. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L
12. Hipertermia
13. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur hidup
penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai
jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu
sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal
tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
1. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
2. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
3. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
4. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
5. Komplikasi metabolik yang refrakter.

C. PROSES TINDAKAN
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam
ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke
dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama
proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses
hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan
disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu
arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter. AV fistula adalah
akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih aman dan juga
nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan
memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien layak untuk
menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk menentukan
jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya
adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang
darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke
dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang
maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah
sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah
dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa,
dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah,
tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta
informasi vital lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke
dialyzer, dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan racun – racun dari darah.
Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke
dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.

D. PERSIAPAN ALAT
1. Dialiser (ginjal buatan)
2. AVBL
3. Set Infus
4. NaCl (cairan fisiologis) (2-3 fflashf)
5. Spuit ,5 cc, 20 cc, 3 cc
6. Heparin injeksi (+ 2000 Unit)
7. Jarum punksi
8. Jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inch.
9. Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inchi.
10. Penapung cairan (Wadah)
11. Anestesi local (lidocain, procain)
12. Kapas Alkohol
13. Kassa
14. Desinfektan (alcohol bethadin)
15. Klem arteri (mosquito) 2 buah.
16. Klem desinfektan
17. Bak kecil + mangkuk kecil
18. Duk (biasa, split, bolong)
19. Sarung tangan
20. Plester
21. Pengalas karet atau plastik

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM. Yaitu
kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM,
riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan
dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa
faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110
A. Cara pemeriksaan TTGO, adalah : 
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam. 
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5
menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7
B. Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar
glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan
kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah
merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda,
termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara pemeriksaan yang
satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi
sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.
C. Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak bersedia
atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum
dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna
pada strip dengan peta warna.
D. Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal yang
memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I sedang
mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang,
tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton
merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa
keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.1

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PRE-HEMODIALISA,


INTRA HEMODIALISA DAN POST HEMODIALISA

1.FASE PRE HEMODIALISA


Analisa Data

NO DATA MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB

1 DS : Klien mengatakan badan terasa Kelebihan Mekanisme peredaran


lemas dan berat badannya naik 7 kg volume cairan darah/cairan tidak efektif
setelah HD terakhir.

DO : Klien nampak tenang. BB


sekarang 79 kg

Diagnosa: Kelebihan volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
2. FASE INTRA HEMODIALISA
Analisa Data

NO DATA MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB

2 DS: Klien mengatakan sedikit Resiko defisit Mekanisme peredaran


agak merasa lemas saat proses volume cairan darah/cairan tidak efektif (proses
HD. dialisis berlangsung)

DO: Klien nampak tenang,


klien nampak mengkonsumsi
makanan saat proses HD

Diagnosa : Resiko defisit volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak
efektif (proses dialisis berlangsung)

3. FASE POST HEMODIALISA


Analisa Data

NO DATA MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB

3 DS: Klien mengatakan sedikit agak Resiko jatuh Keletihan


lemas setelah HD

DO: Klien nampak tenang,


konjungtiva tidak anemis, klien
mampu berjalan sendiri tanpa bantuan

Diagnosa : Resiko jatuh b.d Keletihan


IV. NIC NOC DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

I. NIC NOC DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

No Diagnosa NOC NIC

1 Kelebihan volume NOC : NIC :


cairan b.d Mekanisme
- Electrolit and acid Fluid management
peredaran darah/cairan
base balance
tidak efektif 1. Kaji status cairan
- Fluid balance
2. Timbang bb pre dan post hd
- Hydration
3. Keseimbangan masukan dan
Setelah dilakukan tindakan haluaran
keperawatan selama 5 jam 4. Turgor kulit dan edema
diharapkan keseimbangan 5. Distensi vena leher
volume cairan tercapai 6. Monitor vital sign
dengan 7. Batasi masukan cairan pada saat
priming & wash out hd
Kriteria Hasil:
8. Lakukan hd dengan uf & tmp

- Terbebas dari edema, sesuai dg kenaikan bb hd


efusi, anaskara sebelumnya

- BB post HD sesuai 9. Identifikasi sumber masukan

dry weight cairan

- Bunyi nafas bersih, 10. Jelaskan pada keluarga & klien


tidak ada rasional pembatasan cairan

dyspneu/ortopneu 11. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

- Memelihara vital sign berlebih muncul memburuk

dalam batas normal


-
2 Resiko defisit volume NOC: NIC :
cairan b.d Mekanisme
- Fluid balance Fluid management
peredaran darah/cairan
- Hydration
tidak efektif (proses 1. Monitor status hidrasi (kelembaban
- Nutritional Status :
dialisis berlangsung) membran mukosa, nadi adekuat,
Food and Fluid Intake
tekanan darah ortostatik)
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor vital sign
keperawatan selama 5 jam 3. Monitor masukan makanan / cairan
diharapkan defisit volume selama interdialisis
cairan tidak terjadi dengan 4. Monitor status nutrisi
5. Dorong keluarga untuk membantu
Kriteria Hasil :
pasien makan

- Tekanan darah, nadi, 6. Kolaborasi dokter jika tanda cairan


suhu tubuh dalam berlebih muncul meburuk

batas normal 7. Atur kemungkinan tranfusi

- Tidak ada tanda tanda 8. Persiapan untukkemungkinan

dehidrasi, Elastisitas tranfusi

turgor kulit baik,


membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

3 Resiko jatuh b.d NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management


Keletihan (Manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil :
1. Sediakan lingkungan yang aman
- Klien terbebas dari
untuk pasien
jatuh
2. Identifikasi kebutuhan keamanan
- Klien mampu
pasien, sesuai dengan kondisi fisik
menjelaskan
dan fungsi kognitif pasien dan
cara/metode untuk
mencegah jatuh riwayat penyakit terdahulu pasien
- Klien mampu 3. Menyediakan tempat tidur yang
menjelaskan factor nyaman dan bersih
resiko dari 4. Membatasi pengunjung
lingkungan/perilaku 5. Memberikan penerangan yang
personal cukup
- Mampu memodifikasi 6. Menganjurkan keluarga untuk
gaya hidup untuk menemani pasien.
mencegah jatuh 7. Mengontrol lingkungan dari
- Menggunakan fasilitas kebisingan
kesehatan yang ada 8. Memindahkan barang-barang yang
- Mampu mengenali dapat membahayakan
perubahan status
kesehatan

V. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Kelebihan volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal

Jumat 12.00 - Mengkaji BB klien pre HD S:


- Mengukur vital sign
4/2/2021 12.04 Klien mengatakan merasa lebih baik
- Mengkaji KU, ada tidaknya
dari sebelumnya, namun agak sedikit
12.11 edema
lemas setelah cuci darah.
- Membatasi masukan cairan
12.15 pada saat priming & wash O:
out HD
12.23
- Melakukan HD dengan UF - KU sedang, Composmentis

& TMP sesuai dengan - Klien nampak tenang


12.26 kenaikan BB HD - konjungtiva tidak anemis
sebelumnya - TD : 160/100 mmHg
12.57
- Mengidentifikasi sumber - Nadi : 84 x/menit

15.45 masukan cairan - Respirasi : 24 x/menit


- Menjelaskan pada keluarga - Suhu : 36,2 °C
16.15 & klien rasional - Berat badan : 75 Kg
pembatasan cairan - UF Goal : 4 liter
16.30
- Mengevaluasi vital sign - Pengurangan BB : 4 Kg.
klien
A:
- Mengevaluasi KU keluhan
klien - Masalah teratasi sebagian
- Mengukur dan
mengevaluasi BB klien P:

- Lanjutkan intervensi
- Lakukan program HD rutin
seminggu 2x
- Batasi asupan cairan berlebih dan
kalium
- Diit TPRGRK (Tinggi Protein
Rendah Garam Rendah Kalium)

Diagnosa : Resiko defisit volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
(proses dialisis berlangsung)
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal

Jumat 12.00 - Memantau status hidrasi S :


(kelembaban membran
4/2/2021 12.05 Klien mengatakan merasa lebih baik
mukosa, nadi adekuat,
dari sebelumnya, namun masih terasa
12.10 tekanan darah ortostatik)
lemas setelah cuci darah.
- Monitor vital sign
12.15 - Monitor masukan makanan / O :
cairan selama interdialisis
12.20
- Memantau status nutrisi - KU sedang, Composmentis

- Menganjurkan keluarga - Tidak ada tanda dehidrasi

membantu pasien makan - Mukosa bibir lembab


- Klien nampak tenang
- konjungtiva tidak anemis
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 36,2 °C
- Berat badan : 75 Kg
- UF Goal : 4 liter
- Pengurangan BB : 4 Kg.

A : Masalah teratasi sebagian

P:

- Lanjutkan intervensi
- Lakukan program HD rutin
seminggu 2x
- Batasi asupan cairan berlebih
dan kalium
- Diit TPRGRK (Tinggi Protein
Rendah Garam Rendah Kalium)

Diagnosa : Resiko jatuh b.d Keletihan

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal

Jumat 12.00 - Menyediakan S:


lingkungan yang aman
5/4/2021 12.15 Klien mengatakan merasa lebih baik
untuk pasien
dari sebelumnya, namun masih terasa
12.17 - Memasang restrain pada
lemas setelah cuci darah.
tangan klien
13.35 - Mengidentifikasi O:
kebutuhan keamanan
13.38
pasien, sesuai dengan - KU sedang, Composmentis

13.45 kondisi fisik pasien - Klien nampak tenang

- Membatasi pengunjung - konjungtiva tidak anemis


13.50 TD : 160/100 mmHg
- Menganjurkan keluarga -
16.30 untuk menemani pasien. - Nadi : 84 x/menit

- Mengontrol lingkungan - Respirasi : 24 x/menit

dari kebisingan - Suhu : 36,2 °C

- Memindahkan barang- - Berat badan : 75 Kg

barang yang dapat - UF Goal : 4 liter

membahayakan - Pengurangan BB : 4 Kg.

- Membantu klien berjalan - Restrain terpasang pada tangan

dari tempat tidur untuk yang digunakan sebagai akses

timbang dan keluar dari HD

ruang HD - Klien mampu berjalan dengan


bantuan tanpa jatuh

A : Masalah resiko jatuh teratasi

P : Klien pulang

DAFTAR PUSTAKA
https://planetarium29.wordpress.com/2011/04/07/16/
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/592/1/RINA%20WIJI%20LESTARI%20NIM.
%20A01401949.pdf
https://www.academia.edu/35619663/ASUHAN_KEPERAWATAN_CHRONIC_KIDNEY
_DISEASE_CKD_DENGAN_NANDA_NOC_NIC
https://www.scribd.com/doc/46450960/Asuhan-Keperawatan-Hemodialisis-Asli

Anda mungkin juga menyukai