Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMODIALISA DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RUANG HEMODIALISA RSUD R. SYAMSUDIN, SH KOTA
SUKABUMI

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Neng Sriwulandari
C1AC22090

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2022/2023
HEMODIALISA

I. HEMODIALISA DENGAN DIABETES MELITUS


A. PENGERTIAN
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma
& Nurarif, 2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis =
pemisahan atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis
yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari
dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak
mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran
penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat
dilakukan pada saat toksin atau zat beracun harus segera dikeluarkan
untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
(Mutaqin & Sari, 2011).
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal,
dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis
merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan
pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan
terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau
resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein,lemak (Billota,2012). Sedangkan
menurut Arisman dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
absolute maupun relative (Arisman dan soegondo,2009)
Diabetes yang tidak terkontrol akan menyebabkan kenaikan kadar
gula dalam darah (disebut dengan hyperglycemia). Kadar gula yang
tinggi akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh seperti
ginjal, jantung, pembuluh darah, mata, kaki, dan syaraf.

B. INDIKASI
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan
HD kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera
dilakukan, Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al.,
2007):
1. Kegawatan ginjal
2. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
3. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
4. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
5. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K
>6,5 mmol/l )
6. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
7. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
8. Ensefalopati uremikum
9. Neuropati/miopati uremikum
10. Perikarditis uremikum
11. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L
12. Hipertermia
13. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati
membran dialisis.
Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan
berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt.
Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu
sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai
salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
1. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
2. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan
muntah.
3. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
4. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
5. Komplikasi metabolik yang refrakter.

C. PROSES TINDAKAN
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di
dalam ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian
dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai
sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya
sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa
dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar
dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat
3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central
venous catheter. AV fistula adalah akses vaskular yang paling
direkomendasikan karena cenderung lebih aman dan juga nyaman
untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat
akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah
pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien
melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam
tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah
menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod
line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses
untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah
ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi
hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya
tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang
darah dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari
komputer dan pompa, dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk
mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan memberikan
informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya.
Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer,
dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan racun – racun dari
darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan
darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam
tubuh.

D. PERSIAPAN ALAT
1. Dialiser (ginjal buatan)
2. AVBL
3. Set Infus
4. NaCl (cairan fisiologis) (2-3 fflashf)
5. Spuit ,5 cc, 20 cc, 3 cc
6. Heparin injeksi (+ 2000 Unit)
7. Jarum punksi
8. Jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inch.
9. Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inchi.
10. Penapung cairan (Wadah)
11. Anestesi local (lidocain, procain)
12. Kapas Alkohol
13. Kassa
14. Desinfektan (alcohol bethadin)
15. Klem arteri (mosquito) 2 buah.
16. Klem desinfektan
17. Bak kecil + mangkuk kecil
18. Duk (biasa, split, bolong)
19. Sarung tangan
20. Plester
21. Pengalas karet atau plastik

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko
tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan
darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan
lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok
resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan
penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor
resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan Belum pasti DM
DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena <110 110-199 >200

Darah kapiler <90 90-199 >200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena <110 110-125 >126

Darah kapiler <90 90-109 >110

A. Cara pemeriksaan TTGO, adalah :


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu
minum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.7
B. Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2
hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul
glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama
yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai
normal antara pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta
keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit
perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.
C. Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien
yang tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin
pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip
dengan peta warna.
D. Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan
sinyal yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah
pada diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin
dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai
memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton
merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan
senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.1

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PRE


HEMODIALISA, INTRA HEMODIALISA DAN POST HEMODIALISA
A. FASE PRE
HEMODIALISA Analisa
Data

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB

1 DS : Klien mengatakan badan Kelebihan Mekanisme peredaran


terasa lemas dan berat badannya volume cairan darah/cairan tidak efektif
naik 7 kg setelah HD terakhir.
DO : Klien nampak tenang. BB
sekarang 79 kg

Diagnosa: Kelebihan volume cairan b.d Mekanisme peredaran


darah/cairan tidak efektif

B. FASE INTRA
HEMODIALISA Analisa Data

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB

2 DS: Klien mengatakan sedikit Resiko defisit Mekanisme peredaran


agak merasa lemas saat volume cairan darah/cairan tidak efektif
proses HD. (proses dialisis berlangsung)

DO: Klien nampak tenang,


klien nampak mengkonsumsi
makanan saat proses HD

Diagnosa : Resiko defisit volume cairan b.d Mekanisme peredaran


darah/cairan tidak efektif (proses dialisis berlangsung)
C. FASE POST
HEMODIALISA Analisa
Data

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
3 DS: Klien mengatakan sedikit agak Resiko jatuh Keletihan
lemas setelah HD

DO: Klien nampak tenang,


konjungtiva tidak anemis, klien
mampu berjalan sendiri tanpa bantuan

Diagnosa : Resiko jatuh b.d Keletihan

IV. NIC NOC DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

No Diagnosa NOC NIC

1 Kelebihan NOC : NIC :


volume cairan
- Electrolit and Fluid management
b.d Mekanisme
acid base balance
peredaran 1. Kaji status cairan
- Fluid balance
darah/cairan 2. Timbang bb pre dan post hd
- Hydration
tidak efektif 3. Keseimbangan masukan dan
Setelah dilakukan tindakan haluaran
keperawatan selama 5 jam 4. Turgor kulit dan edema
diharapkan keseimbangan 5. Distensi vena leher
volume cairan tercapai 6. Monitor vital sign
dengan 7. Batasi masukan cairan pada
saat priming & wash out hd
Kriteria Hasil:
- Terbebas dari 8. Lakukan hd dengan uf & tmp
edema, efusi, sesuai dg kenaikan bb hd
anaskara sebelumnya
- BB post HD 9. Identifikasi sumber masukan
sesuai dry weight cairan
- Bunyi nafas bersih, 10. Jelaskan pada keluarga & klien
tidak ada rasional pembatasan cairan
dyspneu/ortopneu 11. Kolaborasi dokter jika tanda
- Memelihara vital cairan berlebih muncul
sign dalam batas memburuk
normal

2 Resiko defisit NOC: NIC :


volume cairan
- Fluid balance Fluid management
b.d Mekanisme
- Hydration
peredaran 1. Monitor status hidrasi
- Nutritional Status :
darah/cairan (kelembaban membran mukosa,
Food and Fluid
tidak efektif nadi adekuat, tekanan darah
Intake
(proses dialisis ortostatik)
berlangsung) Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor vital sign
keperawatan selama 5 jam 3. Monitor masukan makanan /
diharapkan defisit volume cairan selama interdialisis
cairan tidak terjadi dengan 4. Monitor status nutrisi
5. Dorong keluarga untuk
Kriteria Hasil :
membantu pasien makan

- Tekanan darah, 6. Kolaborasi dokter jika tanda

nadi, suhu tubuh cairan berlebih muncul meburuk


dalam batas normal 7. Atur kemungkinan tranfusi
- Tidak ada tanda 8. Persiapan untukkemungkinan
tanda dehidrasi, tranfusi
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan

3 Resiko jatuh b.d NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management


Keletihan (Manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil :
1. Sediakan lingkungan yang aman
- Klien terbebas
untuk pasien
dari jatuh
2. Identifikasi kebutuhan
- Klien mampu
keamanan pasien, sesuai dengan
menjelaskan
kondisi fisik dan fungsi kognitif
cara/metode untuk
pasien dan riwayat penyakit
mencegah jatuh
terdahulu pasien
- Klien mampu
3. Menyediakan tempat tidur yang
menjelaskan factor
nyaman dan bersih
resiko dari
4. Membatasi pengunjung
lingkungan/perilaku
5. Memberikan penerangan yang
personal
cukup
- Mampu
6. Menganjurkan keluarga untuk
memodifikasi gaya
menemani pasien.
hidup untuk
7. Mengontrol lingkungan dari
mencegah jatuh
kebisingan
- Menggunakan 8. Memindahkan barang-barang
fasilitas kesehatan yang dapat membahayakan
yang ada
- Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
DAFTARPUSTAKA

https://planetarium29.wordpress.com/2011/04/07/16/
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/592/1/RINA%20WIJI%20LESTARI%
20NIM.%20A01401949.pdf
https://www.academia.edu/35619663/ASUHAN_KEPERAWATAN_CHR
ONIC_KIDNEY_DISEASE_CKD_DENGAN_NANDA_NOC_NIC
https://www.scribd.com/doc/46450960/Asuhan-Keperawatan-
Hemodialisis-Asli

Anda mungkin juga menyukai