Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

PENUAAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Faal Terapan

Dosen Pengampu :
Kartika Indah Sari, drg., M.Kes

Disusun oleh :
Astrid Widhowaty Santoso (160721210008)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3


2.1 Definisi Penuaan ....................................................................................... 3

2.1.1 Definisi Lansia .................................................................................. 5


2.1.2 Batasan Lansia .................................................................................. 5
2.1.3 Klasifikasi Lansia .............................................................................. 6
2.2 Berbagai Perubahan akibat Proses Menua ............................................... 6

2.2.1 Perubahan pada Sistem Respirasi...................................................... 6


2.2.2 Perubahan pada Sistem Kardiovaskular ............................................ 7
2.2.3 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal ......................................... 10
2.2.4 Perubahan pada Sistem Saraf .......................................................... 12
2.2.5 Perubahan pada Sistem Imun .......................................................... 15
2.2.6 Perubahan pada Sistem Hematologi................................................ 16
2.2.7 Perubahan pada Ginjal .................................................................... 17
2.2.8 Perubahan pada Sistem Endokrin.................................................... 18
2.2.9 Perubahan pada Kulit ...................................................................... 20
2.2.10 Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal ........................................ 21
2.2.11 Perubahan pada Rongga Mulut ....................................................... 22
2.3 Perubahan pada Penuaan : Aspek Kognitif ............................................ 29

2.4 Perubahan pada Penuaan : Aspek Mentalitas ......................................... 29

2.5 Perubahan pada Penuaan : Aspek Spiritual ............................................ 29

i
ii

2.6 Perubahan pada Penuaan : Aspek ........................................................... 30

2.7 Konsep Sehat dan Sakit .......................................................................... 31

2.7.1 Konsep Sehat ................................................................................... 31


2.7.2 Konsep Sakit ................................................................................... 31
2.8 Pola Perubahan Akibat Proses Menua .................................................... 32

2.8.1 Kadar Gula Darah ........................................................................... 32


2.8.2 Kadar Kolesterol ............................................................................. 33
2.8.3 Perubahan Sel .................................................................................. 36
2.9 Teori Proses Penuaan dari Faktor Genetik dan Lingkungan .................. 36

2.10 Berbagai Pengaruh pada Proses Menua .............................................. 37

2.10.1 Sisi Hormonal ................................................................................. 37


2.10.2 Sisi Psikologis ................................................................................. 40
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penuaan biologis merupakan proses yang multifaktorial. Ciri-ciri

molekular penuaan dan fungsi fisiologis organ yang spesifik keduanya

dipengaruhi oleh faktor genetik, epigenetik, dan lingkungan. Penuaan metastatik

dapat berkontribusi pada penuaan diferensial pada jaringan yang berbeda melalui

mekanisme parakrin. ............................................................................................... 4

Gambar 2. Jaringan utama gigi (gambar sebelah kiri), dan, perkembangan

periodontium seiring dengan erupsi gigi (gambar sebelah kanan)12. .................... 23

Gambar 3. Meningkat seiring dengan Penuaan dari ketinggian dentin sekunder

secara fisiologis dan puncak insisal enamel-pulpa................................................ 24

Gambar 4.Gigi memendek secara abnormal karena penggunaan berlebih12. ...... 24

Gambar 5. Perubahan pada dentin akibat penuaan. ............................................. 25

Gambar 6. Resesi gingiva akibat kehilangan perlekatan gingiva. ....................... 27

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perubahan terkait usia terhadap sistem gastrointestinal 6...................... 11

Tabel 2. Perubahan yang berhubungan dengan usia pada sistem saraf pusat6. .... 14

Tabel 3. Perubahan kulit terkait usia6. .................................................................. 21

Tabel 4. Tabel teori penuaan. ............................................................................... 36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami

ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis

maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain1. Antara tahun 2015-2050,

dimana lanjut usia didunia yang di atas 60 tahun diperkirakan hampir dua kali

lipat dari sekitar 12% menjadi 22% 2.

Seiring bertambahnya usia, populasi menjadi lebih heterogen, dengan

distribusi cadangan fisiologis yang lebih luas untuk setiap individu. Status

kognitif, penyakit multipel kronis, dan obat-obatan menambah heterogenitas

fisiologis populasi ini. Dalam istilah sederhana, orang dewasa yang lebih tua yang

sehat lebih tidak seperti orang dewasa muda yang sama-sama sehat di sebagian

besar studi fungsi fisiologis3.

Meskipun kurang dipelajari secara menyeluruh, perubahan kesehatan

mulut selama rentang hidup tampaknya memiliki prinsip yang sama dari penuaan

fisiologis normatif seperti sistem organ dan proses fisiologis lainnya. Penuaan

mulut sama relevannya dengan tantangan perawatan kesehatan lainnya yang

dihadapi masyarakat yang menua. Banyak fungsi fisiologis yang dipelajari dengan

baik dari populasi orang dewasa yang lebih tua berdampak pada rongga mulut.

Banyak dari perubahan fisiologis ini berkontribusi pada ambang batas yang lebih

1
2

rendah untuk mengembangkan penyakit mulut, masalah nutrisi dan menelan,

gangguan pengecapan dan penciuman, nyeri kronis, dan tekanan psikologis3.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah definisi dari penuaan?

2. Apa saja perubahan yang terjadi akibat proses penuaan?

3. Bagaimanakah konsep sehat dan sakit?

4. Bagaimanakah pola perubahan seperti kadar gula darah, kolesterol,

perubahan-perubahan sel seperti atrofi dan kematian sel yang terjadi

akibat proses penuaan?

5. Apa saja teori yang digunakan dalam proses penuaan?

6. Apa saja pengaruh paa proses menua secara hormonal dan imunologi?

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk membahas mengenai proses penuaan

dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses tersebut serta perubahan-

perubahan yang dihasilkan dalam proses tersebut juga sebagai tugas dari mata

kuliah Faal Terapan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penuaan

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua 4.

Penuaan secara biologis dikaitkan dengan penurunan kemampuan reparatif

dan regeneratif pada jaringan dan organ. Pengurangan ini bermanifestasi sebagai

penurunan cadangan fisiologis sebagai respons terhadap stres (disebut home-

ostenosis) dan kegagalan mekanisme molekuler kompleks yang bergantung pada

waktu yang secara kumulatif menyebabkan gangguan. Penuaan pasti terjadi

seiring waktu pada semua organisme dan muncul pada tingkat molekuler, seluler,

organ, dan organisme dengan modulator genetik, epigenetik, dan lingkungan 5.

3
4

Gambar 1. Penuaan biologis merupakan proses yang multifaktorial. Ciri-ciri molekular


penuaan dan fungsi fisiologis organ yang spesifik keduanya dipengaruhi oleh faktor
genetik, epigenetik, dan lingkungan. Penuaan metastatik dapat berkontribusi pada
penuaan diferensial pada jaringan yang berbeda melalui mekanisme parakrin.

Penuaan didefinisikan sebagai penurunan fisiologis progresif yang terlihat

setelah kira-kira berusia 30 tahun. Untuk memenuhi kriteria sebagai bagian dari

penuaan, proses yang dimaksud harus: universal, progresif, intrinsik dan

merusak6.

Ilmu yang mempelajari mengenai fenomena penuaan, meliputi proses

menu dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan

lansia disebut sebagai gerontologi. Gerontologi berasal dari kata Geron/Geronto

(Bahasa Yunani) yang berartu orang tua dan logos yang berarti ilmu, dengan

demikian dapat dikatakan bahwa gerontologi adalah ilmu yang mempelajari orang

tua. Sementara Geriatri merupakan bagian dari ilmu kedokteran untuk golongan

orang lanjut usia. Geriatri berasal dari kata Geros yang berarti lanjut usia dan
5

eatria sama dengan kesehatan. Geriatri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari, membahas, meneliti proses menua, dan segaka nacam penyakit

jasmani dan rohani yang mungkin mengenai lanjut usia, serta bagaimana cara

mencegah dan mengobatinya7.

2.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh 4. sLanjut Usia

adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, berdasarkan Undang

Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

2.1.2 Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu7:

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan

menjadi usia lanjut(60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan)7.


6

2.1.3 Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari7:

1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan 11

4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan oranglain.

2.2 Berbagai Perubahan akibat Proses Menua

2.2.1 Perubahan pada Sistem Respirasi

Kebanyakan masalah pernafasan diakibatkan oleh proses patologis, yang

kemudian diperparah dengan proses penuaan fisiologis. Seiring dengan penuaan,

parenkim paru-paru menglami kehilangan elastisitas, dilatasi alveoli dan

kehilangan jaringan pendukung pada saluran napas perifer, yang mengakibatkan

peningkatan volume residual. Hal ini berkontribusi pada penurunan seiring

bertambahnya usia pada nilai absolut forced vital capacity dan volume ekspirasi

paksa dalam 1 detik (FEV1). FEV1 menurun dengan kecepatan 25-30 ml/tahun

dari usia 35 tahun, mempercepat ke kecepatan 60 ml/tahun setelah usia 70 tahun,

yang menyebabkan penurunan volume tidal. Perubahan perfusi terkait usia kurang
7

ditandai dengan perbandingan, tetapi dapat meningkatkan ketidaksesuaian

ventilasi/perfusi6.

Komplians dinding dada menurun seiring bertambahnya usia. Perubahan

dinding dada umum lainnya termasuk osteoporosis dan kyphosis, pengapuran

kartilago kosta dan pengurangan kekuatan otot. Hal ini berkontribusi pada

pengurangan volume tidal, meningkatkan risiko gagal napas tipe 26.

Konsekuensi dari perubahan ini adalah paru-paru orang yang lebih tua

memiliki lebih sedikit cadangan untuk mengatasi perubahan fungsi yang akut,

misalnya dengan proses pneumonia, dan berkurangnya kekuatan otot mengurangi

kemampuan batuk untuk membersihkan saluran udara6.

2.2.2 Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

Perubahan akibat penuaan pada sistem kardiovaskular menyebabkan

penurunan efisiensi mekanis dan kontraktil. Perubahan spesifik termasuk

penebalan dinding arteri, perubahan komposisi matriks vaskular dengan

peningkatan aktivitas elastolitik dan kolagenolitik, dan peningkatan tonus otot

polos. Pada akhirnya, pembuluh darah 'kaku' seiring bertambahnya usia,

mengakibatkan peningkatan tekanan arteri sistolik, peningkatan resistensi

vaskular sistemik dan peningkatan beban jantung. Perubahan ini menjelaskan

temuan umum hipertensi sistolik terisolasi, dan, karena ventrikel kiri harus

bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah ke aorta yang lebih kaku,

peningkatan beban kerja pada akhirnya dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel

kiri. Ditambah dengan perubahan ini, aktivitas renin plasma (PRA) dan
8

konsentrasi aldosteron keduanya menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu,

respons PRA terhadap postur tegak berkurang atau bahkan tidak ada, dan respons

aldosteron terhadap restriksi natrium juga sangat berkurang8.

Dengan bertambahnya usia ada akumulasi penyakit yang meningkatkan

risiko kardiovaskular, seperti hipertensi dan diabetes, tetapi usia juga merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Dengan bertambahnya

usia ada penebalan arteri, yang menjadi lebih kaku, dan meningkatkan resistensi

perifer total. Untuk mengatasi peningkatan ini, ventrikel kiri mengalami hipertrofi

dan dengan sendirinya menjadi kaku, menurunkan cadangan ventrikel kiri dan

tekanan yang diperlukan untuk mengisinya, yang selanjutnya dapat menyebabkan

dilatasi atrium kiri. Ini terkait dengan peningkatan risiko fibrilasi atrium.

Peningkatan insiden penyakit jantung katup juga dapat mengakibatkan perubahan

struktural tambahan, dengan stenosis aorta menjadi bentuk paling umum dari

penyakit jantung di negara maju setelah penyakit jantung iskemik6,9.

Faktor-faktor ini pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal

jantung sebagian besar merupakan penyakit orang dewasa yang lebih tua, dengan

50% dari semua diagnosis gagal jantung dan 90% dari semua kematian akibat

gagal jantung terjadi di atas 70-an6,10. Fibrosis terjadi pada sistem konduksi

jantung dan pada miosit jantung. Hal ini, di samping penurunan jumlah sel pacu

jantung nodus sinoatrial dan neuron yang mensuplai atrium, menyebabkan

perubahan pada persarafan simpatis. Prevalensi denyut ektopik atrium dan

ventrikel pada orang dewasa tua yang sehat meningkat sehingga korelasinya

dengan gejala diperlukan untuk menentukan signifikansinya6.


9

Penurunan denyut jantung maksimum yang dapat dicapai, bersamaan

dengan penurunan kontraktilitas miokardia dan penurunan regulasi reseptor

adrenergik, menunjukan terdapat penurunan kemampuan untuk meningkatkan

curah jantung terhadap stresor seperti sepsis, sehingga dekompensasi lebih awal

dapat terlihat6.

Curah jantung tergantung pada denyut jantung dan volume tekanan.

Volume tekanan turun, mengakibatkan penurunan curah jantung. Dengan

olahraga, respon denyut jantung turun, meningkatkan efek pada curah jantung.

Selain itu, ada penurunan progresif dalam jumlah sel alat pacu jantung atrium

yang mengakibatkan penurunan otomatisitas intrinsik, yang dapat menjadi

predisposisi berkembangnya defek konduksi dan gangguan irama. Curah jantung

selama istirahat tetap stabil seiring bertambahnya usia, tetapi peningkatan curah

jantung yang berhubungan dengan olahraga melemah, bahkan pada penuaan yang

sehat8.

2.2.2.1 Tekanan Darah

Perubahan di atas dapat menyebabkan hipertensi sistolik terisolasi, yang

umumnya terlihat pada orang dewasa yang lebih tua dan berkontribusi secara

signifikan terhadap peningkatan risiko stroke dan kejadian vaskular lainnya.

Sebaliknya, terdapat juga insiden hipotensi postural yang tinggi, terlihat pada 20%

lansia yang tinggal di komunitas. Tonus venomotor dan baroreseptor serta refleks

yang utuh diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah sebagai respons

terhadap perubahan postural. Baroreseptor mengurangi sensitivitas mendeteksi

perubahan postural dan memicu refleks untuk mengubah nada venomotor.


10

Hilangnya komplians vaskular dalam sistem vena dan berkurangnya kemampuan

untuk meningkatkan denyut jantung seiring bertambahnya usia semakin

menghambat respons ini6.

Selain meningkatkan prevalensi hipotensi postural, perubahan ini

berkontribusi pada penurunan kapasitas untuk mengatasi stres fisiologis seperti

sepsis, perdarahan akut, atau pembedahan6.

2.2.3 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Perubahan fisiologis terjadi di seluruh bagian dalam sistem pencernaan.

Penuaan menyebabkan berbagai perubahan fisiologis pada orofaring, esofagus

dan lambung yang meningkatkan kemungkinan gangguan esofagus dan

gastrointestinal8. Di dalam mulut, terdapat kehilangan gigi, xerostomia,

kelemahan otot-otot mastikasi, dan penurunan pada pengecapan, semuanya

berpengaruh terhadap asupan makanan secara oral. Kelemahan otot faring dan

penurunan peristaltik di esofagus, ditambah dengan insufisiensi esofagus bagian

bawah sfingter, menyebabkan peningkatan risiko refluks dan aspirasi.

Pengosongan lambung yang tertunda dan peningkatan prevalensi gastritis atrofi

menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap kerusakan mukosa, sehingga obat

iritan (seperti aspirin) harus ditinjau secara teratur6.

Menelan diinisiasi oleh kontrol volunter dan melibatkan kontraksi otot

rangka yang terkoordinasi. Sedangkan tahap pertama menelan bersifat voluntir,

tahap kedua diatur oleh kontrol saraf tak sadar, yang mengarah pada relaksasi

sfingter antara faring dan kerongkongan. Tahap selanjutnya bergantung pada


11

transportasi refleks dan peristaltik otot polos. Dengan bertambahnya usia,

kontraksi dan relaksasi menjadi tidak sinkron, menyebabkan deglutisi yang

kurang efisien8.

Perubahan lain dengan penuaan termasuk penurunan sekresi asam klorida

dan pepsin dan sedikit peningkatan pH lambung. Terdapat bukti penurunan terkait

usia dalam penyerapan beberapa zat yang diserap oleh mekanisme aktif (misalnya

vitamin B12). Tidak jelas apakah kegagalan untuk meningkatkan absorpsi kalsium

sebagai respons terhadap diet rendah kalsium merupakan cerminan dari defisiensi

vitamin D atau proses malabsorpsi primer yang terkait dengan penuaan8.

Di usus kecil, orang yang lebih tua lebih cenderung memiliki pertumbuhan

bakteri yang berlebih. Ini telah dikaitkan dengan penurunan sekresi asam

lambung. Hal ini dapat menyebabkan diare kronis, berat badan rendah dan

kekurangan gizi. Terkait dengan usus besar, ada insiden tinggi sembelit, yang

penyebabnya seringkali dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk waktu transit

yang lama, penurunan sensasi pada area rektal, mobilitas berkurang dan obat-

obatan tertentu6.

Tabel 1. Perubahan terkait usia terhadap sistem gastrointestinal 6.


Area Perubahan Implikasi Klinis

Mulut
Xerostomia Penurunan asupan oral dan
perubahan konsistensi makanan
Kehilangan gigi
Nutrisi buruk
Penurunan pengecapan
Penurunan kekuatan otot-otot
mastikasi
Traktus
Penurunan motilitas Peningkatan kemungkinan refluks
gastrointestinal atas
12

esofageal dan aspirasi


Penurunan kemampuan Lebih cepat kenyang
spingter esofageal
Kerentanan terhadap obat-obatan
Pengosongan lambung yang mengiritasi
tertunda, meningkatkan
Malabsorpsi
kerentanan mukosa gaster
terhadap kerusakan
Pertumbuhan bakteri berlebih
pada usus halus
Liver
Pengurangan massa hati Gangguan metabolisme
pembersihan obat-obatan dalam
Penurunan laju aliran darah
hepar
hepatik
Peningkatan diameter duktus
biliaris
Traktur
Penurunan sensasi rektal Kecenderungan konstipasi
gastrointestinal
bawah Peningkatan beban obat yang Inkontinesia feses
menyebabkan konstipasi
Peningkatan waktu transit

2.2.3.1 Perubahan pada Liver

Massa hati dan aliran darah hati berkurang seiring bertambahnya usia.

Terjadi perubahan metabolisme obat di hati terutama karena perubahan ini dan

bukan karena penurunan aktivitas enzim. Kisaran normal tes fungsi hati sama

baik pada orang dewasa yang lebih tua maupun pada orang muda, jadi kelainan

harus dianggap patologis pada contoh pertama6.

2.2.4 Perubahan pada Sistem Saraf

2.2.4.1 Sistem Saraf Pusat

Sekitar 20% dari volume otak hilang di usia 85 tahun. Kehilangan white

matter tampak tidak merata, dimana kehilangan grey matter beragam. Lobus
13

frontal menunjukkan atrofi preferensial dibandingkan dengan inti batang otak,

yang terpelihara dengan baik. Jumlah neuron tidak berubah tetapi terdapat

kehilangan spina dendritik dan sinapsis, serta akson bermielin yang lebih pendek.

Secara histologis, terdapat peningkatan plak dan kekusutan neurofibril

sebagaimana perubahan iskemik. Terdapat pengurangan neurotransmiter seperti

asetilkolin dan serotonin serta pengurangan situs pengikatan keduanya, yang

memiliki pengaruh terhadap suasana hati, memori dan motorik. Konsentrasi

melatonin nocturnal menurun, menyebabkan ritme siang/malam yang buruk,

terutama pada individu dengan demensia6.

Pencitraan dapat membantu diagnosis klinis seperti demensia dengan

adanya atrofi pada area tertentu, misalnya atrofi lobus temporal pada demensia

Alzheimer. Demensia adalah diagnosis klinis dan temuan radiologis yang sering

berkorelasi buruk dengan tingkat keparahan penyakit.. Secara klinis, hal ini

menyebabkan sejumlah perubahan dari segi perilaku dan ingatan seiring

bertambahnya usia. Menjadi lebih berhati-hati di lingkungan baru merupakan hal

normal, seperti halnya kehilangan ingatan episodik. Memori semantik,

bagaimanapun, meningkat secara bertahap dari orang dewasa paruh baya ke orang

tua muda tetapi kemudian menurun pada orang yang sangat tua. Tabel di bawah

ini menunjukkan variasi di area otak dan bagaimana hal tersebut dapat

mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua6.


14

Tabel 2. Perubahan yang berhubungan dengan usia pada sistem saraf pusat6.
Lobus (yang paling Bertanggung jawab untuk Korelasi Klinis
sering terkena)
Frontal Working memory (memori kerja) Atrofi yang berkaitan
dengan waktu berjalan yang
Episodic memory (memori
lamban dan langkah yang
episodik)
lebih pendek
Pengurutan
Cara berjalan dipengaruhi
Pengorganisasian lebih lanjut oleh koordinasi
Abstraksi dan keseimbangan

Perencanaan
Temporal Belajar Demensia Alzheimer
Memori spasial dan episodic
Pengenalan wajah
Parietal Fungsi kortikal somatosensori Keseimbangan yang buruk
primer
Sering terjatuh
Fungsi kortikal sekunder yang
Peningkatan ketergantungan
terhubung dengan jaringan visual
pada umpan balik visual
auditori, gustatory dan olfaktori
untuk tugas motorik
Oksipital Tugas-tugas korteks visual primer Proses visual lebih lamban

2.2.4.2 Sistem Saraf Perifer

Terjadi penurunan mielinisasi pada beberapa neuron yang menyebabkan

penurunan kecepatan konduksi saraf, terutama yang mempengaruhi refleks traktus

panjang dan sensasi perifer. Sepertiga dari orang dewasa yang lebih tua memiliki

gangguan rasa getaran di jempol kaki. Terdapat pengurangan neuron motorik

setelah usia 60 tahun serta pengurangan jumlah sel otot yang dipersarafi oleh
15

setiap akson, berkontribusi pada atrofi terkait usia. Secara klinis, hal ini

menghasilkan waktu reaksi yang sedikit berkurang dan oleh karena itu

mengurangi kemampuan untuk mempertahankan postur vertikal setelah terpeleset.

Selain itu, atrofi otot menyebabkan penurunan kekuatan6.

2.2.4.3 Sistem Saraf Otonom

Hipotensi postural terkait erat dengan perubahan kardiovaskular yang

disebutkan sebelumnya. Tedapat juga peningkatan insiden penyakit yang

menyebabkan hipotensi postural, seperti sindrom parkinsonian dan diabetes tipe 2.

Selain itu, adanya defisit simpatis pada usia yang lebih tua menyebabkan pupil

mengecil dengan refleks yang berkurang. Hal ini membuat hal-hal tersebut di atas

menjadi tanda yang kurang dapat diandalkan secara klinis, misalnya ketika

menilai bukti toksisitas opiat, hal tersebut juga berkontribusi pada penurunan

kemampuan untuk melihat dalam kondisi yang lebih gelap dan meningkatkan

risiko jatuh dalam pencahayaan yang buruk6.

2.2.5 Perubahan pada Sistem Imun

Proses penunaan pada sistem imunitas mempengaruhi individu yang

menua terhadap infeksi dan pemulihan yang tertunda/tidak efektif. Baik respon

imun bawaan maupun dapatan dipengaruhi oleh perubahan terkait usia. Fungsi

makrofag, penting dalam fagositosis dan presentasi antigen, menjadi terganggu

seiring bertambahnya usia. Sel dendritik menurun jumlahnya tetapi tampak tidak

terpengaruh secara fungsional. Jalur komplemen berfungsi melalui sitolisis,


16

opsonisasi, dan aktivasi peradangan, dan menunjukkan respons tumpul dengan

adanya infeksi. Fungsi sel B dan T, yang merupakan andalan imunitas adaptif,

juga dipengaruhi oleh usia. Involusi timus dimulai saat lahir dan mencapai 90%

pada usia 60 tahun. Fungsi sel T-helper gagal berkembang dengan efikasi

maksimal. Terdapat disregulasi dari diferensiasi dan berkurangnya kemampuan

untuk berkembang biak di bawah ancaman. Respon humoral yang dimediasi oleh

sel B juga terganggu8.

Aspek lain dari kekebalan yang berubah seiring bertambahnya usia

termasuk fungsi dan regulasi sitokin. Meskipun aktivasi lebih non-spesifik,

terdapat penurunan kapasitas untuk menghasilkan mediator penting termasuk

Tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin-1 dan nitrit oksida. Perubahan

tersebut meningkatkan risiko reaktivasi infeksi virus dan mikrobakteri yang tidak

aktif dan merupakan predisposisi infeksi eksogen baru. Autoimunitas menjadi

lebih menonjol pada populasi lanjut usia, dengan peningkatan frekuensi

autoantibodi terhadap antigen spesifik organ dan non-organ spesifik8.

2.2.6 Perubahan pada Sistem Hematologi

Meskipun umumnya meningkat seiring bertambahnya usia, anemia pada

dasarnya tidak terkait dengan penuaan tetapi dengan adanya kondisi patologi.

Meskipun penyimpanan zat besi tubuh meningkat, terdapat gangguan

retikulositosis, sehingga sumsum tulang tidak dapat merespon dengan cepat

terhadap perdarahan akut. Jumlah limfosit berkurang tetapi jumlah total sel darah

putih, neutrofil, dan monosit tidak berubah. Meskipun secara kuantitatif konstan,
17

respons kualitatif sebagai respons terhadap stres tumpul, seperti yang diamati dari

berkurangnya kemampuan neutrofil untuk bermigrasi ke tempat cedera8.

2.2.7 Perubahan pada Ginjal

Terdapat pengurangan jumlah dan ukuran nefron, sklerosis glomeruli dan

penebalan membran basal glomerulus. Ditambah dengan penurunan sekitar 10%

aliran darah ginjal per dekade dari usia 30 tahun yang menunjukan terdapat

pengurangan luas permukaan yang berfungsi untuk filtrasi dan penurunan perfusi.

Hal ini menyebabkan penurunan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR).

Kisaran normal untuk kreatinin bernilai sama pada orang dewasa yang lebih tua

seperti pada populasi yang lebih muda; namun, kreatinin 'normal' pada pasien

dengan massa otot rendah dapat menutupi penurunan eGFR atau cedera ginjal

akut6.

Perubahan vaskular seperti peningkatan insidensi aterosklerosis dan

ketidakseimbangan antara kemampuan vasodilatasi dan vasokonstriksi membuat

ginjal yang mengalami proses penuaan lebih rentan terhadap perubahan tekanan

darah dan perkembangan cedera ginjal akut, termasuk nefropati iskemik

normotensif. Terdapat pengurangan respon terhadap vasopresin, serta konsentrasi

renin dan angiotensin yang lebih rendah, sehingga lebih sulit untuk memekatkan

urin. Perubahan ini juga meningkatkan risiko hipo dan hipernatremia6.

Penurunan eGFR mengubah kemampuan untuk mengekskresikan obat

yang diekskresikan melalui ginjal. Hal ini sangat penting untuk obat-obatan yang

memiliki jendela terapi sempit (narrow thetapeutic window) atau sangat beracun

ketika terakumulasi, seperti digoxin atau aminoglikosida. Untuk alasan ini, sangat
18

penting untuk menyesuaikan dosis sesuai dengan fungsi ginjal. Karena eGFR

tidak dapat digunakan pada orang tua, perhitungan klirens kreatinin harus

dipertimbangkan6.

Pada pria, hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran urin.

Selain gambaran klinis gejala saluran kemih bagian bawah, ultrasonografi saluran

ginjal dapat menunjukkan penebalan dinding kandung kemih (hipertrofi sekunder

akibat peningkatan tekanan yang diperlukan untuk berkemih) dan peningkatan

trabekulasi. Jika parah, mungkin ada bukti dilatasi ureter dan hidronefrosis6.

2.2.8 Perubahan pada Sistem Endokrin

Kemampuan organ target untuk merespon hormon menurun seiring

bertambahnya usia. Perubahan transduksi sinyal sering berhubungan dengan

perubahan pasca-reseptor. Peningkatan intoleransi karbohidrat terjadi dengan

penuaan, tetapi banyak dari hal ini dijelaskan oleh variabel independen lainnya

seperti adipositas dan kebugaran daripada penuaan itu sendiri. Konsentrasi

kebanyakan hormon berubah seiring bertambahnya usia tetapi dengan sedikit

relevansi klinis yang dapat dibuktikan. Sebaliknya, berkurangnya sekresi

testosteron pada pria yang lebih tua merupakan faktor penyumbang dalam

perkembangan sarkopenia8.

Perubahan yang terlihat pada hipotalamus termasuk penurunan jumlah sel,

perubahan pola sekretori dan penurunan sensitivitas terhadap umpan balik dari

hormon perifer. Hal ini menyebabkan gangguan ritme sirkadian, perubahan siklus

bangun-tidur, gangguan termoregulasi dan dampak pada sekresi hormon perifer.


19

Di hipofisis, sekresi hormon pertumbuhan menurun secara progresif setelah

pubertas dan dikaitkan dengan perkembangan sarkopenia, dengan sarkopenia

menjadi komponen signifikan dalam fenotipe kelemahan dan terkait dengan risiko

jatuh yang lebih tinggi6.

Baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme lebih sering terjadi pada

individu lanjut usia. Penyakit tersebut luput dari perhatian karena gejalanya yang

tumpang tindih dengan apa yang dilihat sebagai bagian dari proses penuaan

'normal', misalnya kelelahan, bradikardia, atau konstipasi6.

Menopause memiliki hubungan yang jelas dengan peningkatan risiko

kardiovaskular dan osteoporosis, tetapi penurunan testosteron dan apa yang

disebut 'andropause' memiliki efek yang kurang pasti. Terapi penggantian hormon

pria masih menjadi topik kontroversial pada pasien 'normal' yang tidak diketahui

memiliki hipogonadisme kronis6.

Di kelenjar adrenal, terjadi penurunan variasi diurnal dan peningkatan

konsentrasi kortisol secara kronis. Peningkatan hormon 'stres' ini berimplikasi

pada risiko kardiovaskular dan dapat merusak memori. Dengan bertambahnya

usia juga terjadi perubahan sekresi ghrelin, kolesistokinin, dan leptin yang

menyebabkan penurunan nafsu makan6.

Dengan bertambahnya usia, ada pergeseran hubungan antara serum

hormon antidiuretik (ADH) dan osmolalitas serum, yang mengarah ke konsentrasi

serum ADH yang lebih tinggi. Hal ini dapat dikatakan sebagai perubahan

sekunder fungsi baroreseptor, dan berkontribusi pada peningkatan terjadinya

hiponatremia yang signifikan.


20

2.2.9 Perubahan pada Kulit

Semua lapisan kulit dipengaruhi oleh proses penuaan (Tabel). Penipisan

epidermis dan berkurangnya jaringan subkutan menyebabkan peningkatan

kerentanan terhadap robekan dan gesekan kulit, serta kerusakan akibat tekanan.

Banyak dari hal tersebut berkontribusi pada gejala pruritus yang dialami hingga

50% orang dewasa yang lebih tua. Penyakit yang menyebabkan pruritus (gatal-

gatal), contohnya adalah defisiensi besi atau hipotiroidisme, juga lebih umum

pada usia lanjut6.

Beberapa perubahan struktural pada kulit terjadi dengan penuaan karena

kombinasi dari perubahan degeneratif progresif, perubahan fisiologis intrinsik dan

gangguan lingkungan ekstrinsik yang tumpang tindih. Perubahan fisiologis

termasuk gangguan fungsi barier, penurunan pergantian sel epidermis, dan

penurunan jumlah keratinosit dan fibroblas11. Jaringan vaskular yang berkurang,

terutama bulbus dan kelenjar rambut bulat, dan bermanifestasi sebagai fibrosis

dan atrofi kulit, juga sering diamati. Perubahan fungsi kulit juga terjadi, misalnya

penurunan sintesis vitamin D. Perubahan ini, diperburuk oleh berkurangnya

kemampuan untuk melakukan perbaikan kulit, berkontribusi pada berbagai

patologi termasuk penuaan dini, insufisiensi vaskular yang dapat menyebabkan

dermatitis stasis, dan peningkatan kerentanan terhadap cedera kulit, termasuk

ulkus dekubitus dan robekan kulit. Penuaan kekebalan paralel membuat kulit yang

menua rentan terhadap patologi, seperti infeksi virus dan jamur, dan neoplasia8.
21

Tabel 3. Perubahan kulit terkait usia6.

Fungsi Perubahan Konsekuensi

Barier Penurunan produksi sebum Peningkatan risiko infeksi


Penipisan epidermal Kulit kering
Pendataran hubungan demo-
epidermal (dermo-epidermal
junction)
Termoregulasi Penipisan dermal : penurunan Risiko dehidrasi
termoregulasi
Risiko hipotermia
Penurunan retensi kelembapan
Penurunan kemampuan vasodilatasi
Proteksi Akumuasi kerusakan akibat Peningkatan insidensi kanker
ultraviolet kulit
Perubahan tampilan
Nyeri Penipisan dermal : reduksi di ujung Penurunan sensasi
saraf
Peningkatan nyeri neuropati
Peningkatan ulkus perifer
Endokrin Penurunan sintesis vitamin D Peningkatan risiko fraktur
Penurunan sintesis melanin Peningkatan risiko kanker kulit

2.2.10 Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Sarkopenia menggambarkan hilangnya kekuatan otot yang terjadi seiring

bertambahnya usia. Ada 30% penurunan massa otot dari dekade ketiga ke

kedelapan, dan total luas penampang serat berkurang. Atrofi fisiologis ini

merupakan penentu signifikan angka jatuh dengan bertambahnya usia. Hilangnya

sebagian besar berhubungan dengan serat tipe II, mengakibatkan pengurangan

yang signifikan dalam jumlah maksimum oksigen yang dikonsumsi per kg per
22

menit dan kekuatan kontraksi. Perubahan struktur serat kolagen dalam sendi

berkontribusi pada hilangnya elastisitas8.

Pria kehilangan tulang sekitar 1% per tahun setelah usia 50, dan wanita

kehilangan tulang sekitar 2-3% per tahun setelah menopause. Hilangnya

kepadatan mineral tulang merupakan predisposisi osteopenia, osteoporosis dan

merupakan suatu peningkatan risiko patah tulang. Faktor-faktor termasuk

penurunan aktivitas, kalsium diet dan penarikan estrogen juga berkontribusi.

Beban berat dan ketegangan berulang menyebabkan penyakit degeneratif dengan

peningkatan prevalensi penyakit yang bersifat simtomatik seiring bertambahnya

usia8.

2.2.11 Perubahan pada Rongga Mulut

2.2.11.1 Perubahan pada Gigi

Perubahan gigi terhadap penuaan yang normal menunjukan adanya

perubahan baik secara visual maupun molekular yang meliputi peningkatan

ketebalan dentin gigi, berkurangnya volume pulpa gigi, dan pergeseran proporsi

jaringan saraf, pembuluh darah, dan ikat. Akibatnya, ada peningkatan risiko

infeksi gigi, peningkatan risiko kerapuhan gigi, peningkatan kepekaan terhadap

iritan, dan penurunan kemampuan reparatif12.


23

Gambar 2. Jaringan utama gigi (gambar sebelah kiri), dan, perkembangan periodontium
seiring dengan erupsi gigi (gambar sebelah kanan)12.

Enamel gigi dianggap sebagai jaringan keras dengan persentase mineral

tertinggi pada tubuh, cusp dan pendataran puncak insisal, serta detil struktur pada

enamel mulai menghilang seiring usia dan fungsi. Diketahui bahwa lapisan terluar

enamel semakin mengeras seiring dengan usia. Saat usia 55 tahun, kekerasan dan

modulus elastisitas enamel lama meningkat lebih dari 12%. Akibat dari

meningkatnya kekerasan dan modulus elastisitas adalah kerapuhan dan

berkurangnya permeabilitas. Akibatnya, menyebabkan keretakan di sepajang

permukaan enamel pada gigi yang mengalami penuaan. Gambar di bawah ini

menujukan penipisan enamel pada area dasar gigi yang dekat dengan gingiva

(cemento-enamel junction) dan penebalan pada area puncak insisal (lebar fasial-

palatal maksimum) akibat penggunaan dengan meningkatnya usia. Fenomena ini

menyebakan berkurangnya panjang mahkota gigi12.


24

Gambar 3. Meningkat seiring dengan Penuaan dari ketinggian dentin sekunder secara
fisiologis dan puncak insisal enamel-pulpa.

Gambar 4.Gigi memendek secara abnormal karena penggunaan berlebih12.

Dentin mengalami dua perubahan struktural seiring penuaan: pembentukan

dentin sekunder dan sclerosis atau obturasi tubulus dentin. Dentin sekunder

terbentuk setelah pembentukan gigi selesai dan tediri dari dua tipe: dentin

sekunder fisiologis, yang terbentuk dengan stimulus normal, dan dentin sekunder

reparatif, yang terbentuk akibat adanya stimulus abnormal atau trauma. Dentin

sekunder tumbuh kearah dalam ke arah kamar pulpa sehingga menurunkan ukuran
25

kamar pulpa. Tubulus dentin, yang membangun struktur dentin, meluas dari

struktur terluar yang menghubungkan enamel dan sementum ke kamar pulpa.

Tubulus memungkinkn stimulus eksternal seperti panas, dingin, manis untuk

bertransmisi ke dalam pulpa. Karena dentin menua, cairan yang berada di dekat

tubulus dentin menjadi terobturasi oleh dentin peritubular. Saat usia 80 tahun,

hampir semua tubulus dentin teroklusi. Efek dari keduanya meningkatkan dentin

ssekunder dan obturasi tubulus dentin dan menyebakan berkurangnya sensasi

terhadap panas, dingin, dan nyeri12.

Sementum menghubungkan gigi ke periodontium di sepanjang permukaan

akar. Sementum mengalami penuaan secara bertahap dengan adanya penebalan di

dekat apeks akar gigi seperti pada gambar di bawah ini. Ketebalan sementum

meningkat tiga kali lipat dari usia 10 hingga 75 tahun. Sebaliknya, sementum

mengalami penipisan bahkan menghilang pada area yang mengalami resesi

gingiva12.

Gambar 5. Perubahan pada dentin akibat penuaan.


26

Pulpa kehilangan kemampuan reparatifnya seiring dengan penuaan yang

terjadi. Aliran darah ke pulpa sedikit terhambat pada dewasa yang lebih tua akibat

berkurangnya jumlah pembuluh darah dan akibat meningkatnya jaringan

terkalsifikasi pada pulpa gigi.

2.2.11.2 Perubahan pada Mukosa

Fungsi dari mukosa mulut adalah untuk memberikan pertahanan host,

pengunyahan, menelan, berbicara, dan persepsi rasa. Perubahan mukosa mulut

yang berkaitan dengan usia menunjukkan penurunan serat elastis dan penebalan

dan disorganisasi bundel kolagen di jaringan ikat. Mukosa menjadi kurang resilien

dan, dengan pengurangan mikrovaskular, menyebabkan gangguan penyembuhan

luka. Selain itu, perubahan epitel mulut ditemukan membesar dan merata dengan

usia di atas 50 tahun. Meskipun ada beberapa perubahan penting terkait usia pada

tingkat sel, beberapa perubahan signifikan secara klinis telah diamati atau

dilaporkan sehubungan dengan penampilan atau sensasi oral3.

Perubahan oral normal dari penuaan termasuk penipisan mukosa mulut

dengan surutnya gusi dan pengurangan jumlah papila lingual. Hasil akhirnya

adalah peningkatan risiko pembentukan plak, peradangan, dan infeksi, serta

penurunan kemampuan untuk mendeteksi garam, pahit, manis, dan asam.


27

2.2.11.3 Perubahan pada Jaringan Penyangga Gigi

Meskipun atrofi tulang alveolar terjadi pada penuaan normal, prosesnya

dipercepat dalam proses osteoporosis. Ditambah dengan kerusakan gigi dari

waktu ke waktu, ini dapat menyebabkan kehilangan gigi dan kebutuhan akan gigi

palsu jika berlebihan.

Resesi pada dewasa tua terjadi lebih sering dikarenakan tekanan abrasif

sepanjang waktu. Seperti pada gambar di bawah ini, menunjukan adanya resesi

gingiva yang tampak jelas terlihat akibat kehilangan perlekatan gingiva. Gigi

tampak memanjang. Sebanyak 88% dari orang-orang yang berusia 65 tahun dan

lebih tua lagi menunjukan adanya resesi. Pada area yang terjadi resesi, sementum

terabrasi akibat adabta penggunaan secara mekanis dan kimiawi, setelah dentin

terbuka. Jika penggunaan lebih cepat terjadi dibanding pembentukan dari dentin

reparatif, gigi akan menjadi lebih sensitif. Namun, gigi sensitif ini lebih jarang

terjadi pada dewasa tua dikarenakan gigi yang mengalami penebalan akibat dentin

sekunder dan penyusutan pulpa12.

Gambar 6. Resesi gingiva akibat kehilangan perlekatan gingiva.


28

2.2.11.4 Perubahan pada Saliva

Air liur memainkan peran penting dalam kesehatan dan fungsi mulut.

Meskipun ada data yang tidak meyakinkan mengenai perubahan terkait usia dalam

fungsi kelenjar ludah dan produksi air liur, dalam sebuah studi diketahui terdapat

perubahan komposisi saliva. Secara khusus, telah dilaporkan bahwa ada

peningkatan konsentrasi IgA dan penurunan konsentrasi protein total dalam air

liur. Signifikansi klinis untuk perubahan terkait usia ini mungkin lebih tebal dan

lebih banyak air liur. Praktik kebersihan mulut setiap hari mungkin perlu lebih

waspada3.

2.2.11.5 Perubahan Mikrobial pada Rongga Mulut

Perubahan mikrobioma oral dalam komposisi dan kompleksitas kolonisasi

spesies sebagai proses penuaan normatif. Pada orang dewasa sehat berusia

pertengahan 60-an, mikrobiota biofilm periodonsium didominasi aerob gram

positif. Pada tahap akhir kehidupan, enterobakteri, pseudomonad, staphylococci,

actinomycetes, dan ragi lebih umum di daerah orofaring dibandingkan dengan

tahap awal kehidupan. Selain itu, perubahan terkait usia pada mukosa mulut, yang

dibahas sebelumnya, dapat mempengaruhi kekebalan dan membuat rongga mulut

lebih rentan terhadap infeksi oportunistik oleh mikroorganisme dan menciptakan

kondisi untuk menurunkan ambang batas mikroorganisme yang berbeda untuk

menimbulkan penyakit3.
29

2.3 Perubahan pada Penuaan : Aspek Kognitif

Pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan meningkatkan fungsi

intelektual; berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan

proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi;

berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil

informasi dari memori. Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik

dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi4.

2.4 Perubahan pada Penuaan : Aspek Mentalitas

Perubahan mental pada lansia merupakan hasil dari serangkaian proses

berkurangnya/kehilangan relasi dengan pekerjaan maupun relasi dengan teman

sekerja saat masih aktif bekerja. Namun hal ini bukan merupakan hal yang mutlak

dialami oleh semua lansia. Keadaan ini dapat berbeda bagi lansia yang mampu

untuk menerima keadaan dirinya apa adanya4.

2.5 Perubahan pada Penuaan : Aspek Spiritual

Pada usia lanjut, para lansia lebih matang dalam kehidupan keagamaan

dengan lebih banyaknya waktu luang yang dipakai untuk mempelajari kitab suci.

Hal ini turut berpengaruh dalam hal kecemasan tentang kematian. Lansia yang

matang dalam hal spiritual memiliki kecemasan terhadap kematian yang

cenderung berkurang. Pada usia ini, para lansia mengatur ulang secara perlahan

pikiran-pikiran dan perasaan bahkan tindakan mereka sehari-hari4.


30

2.6 Perubahan pada Penuaan : Aspek

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Penurunan kedua fungsi tersebut, berpengaruh pada

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian

lansia sebagai berikut4:

1) Tipe kepribadian konstruktif, biasanya tipe ini tidak banyak mengalami

gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. Tipe kepribadian mandiri, pada

tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada

masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada

dirinya.

2) Tipe kepribadian tergantung, pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi oleh

kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada

masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal dunia

maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak

segera bangkit dari kedukaannya.

3) Tipe kepribadian bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lansia

tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang

kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

4) Tipe kepribadian kritik diri, pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara,

karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat

susah dirinya sendiri.


31

2.7 Konsep Sehat dan Sakit

2.7.1 Konsep Sehat

Seseorang dikatakan sehat apabila mampu melakukan pekerjaan yang

diharapkan sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Penampilan fisik tubuh

menggambarkan kondisi kesehatan tubuh yang baik atau tidak baik. Demam

adalah contoh yang sering digunakan menunjukkan kesehatan yang buruk.

Menurut para tabib, saraf yang berjalan, denyut nadi, warna air seni, warna mata,

dan sebagainya menunjukkan apakah seseorang sehat atau sakit. Kelemahan pada

tubuh juga menunjukkan kesehatan yang buruk. Asupan alkohol secara metaforis

disebut sebagai penyakit pada komunitas, karena konsekuensinya pada keluarga

dan komunitas; juga diklaim bahwa asupan alkohol menyebabkan beberapa

penyakit lain 13.

2.7.2 Konsep Sakit

Kondisi sakit menggambarkan kesehatan yang buruk seperti tampak

kusam, lemah dan menjadi gelap, kurang nafsu makan, mengantuk, tidak dapat

berjalan, tidak dapat berbicara, gerakan yang mengejutkan, mengantuk, mata

cekung, mata pucat dan kering, nyeri pada tubuh. Perubahan warna urin dan

denyut nadi yang lebih cepat juga menyiratkan kesehatan yang kurang baik.

Gejala sakit pada anak adalah tidak mau makan, kurang minat bermain, ngantuk,

badan panas dan sering menangis. Ciri-ciri fisik seperti warna tubuh pucat, ruam

pada tubuh, perut buncit dan bokong menyempit juga melambangkan kesehatan

yang buruk 13.


32

2.8 Pola Perubahan Akibat Proses Menua

2.8.1 Kadar Gula Darah

Intoleransi glukosa dikaitkan dengan penuaan. Penuaan dikaitkan dengan

peningkatan kadar glukosa dan insulin setelah pengujian glukosa oral. Glukosa

plasma 2 jam selama tes toleransi glukosa oral (TTGO) meningkat jauh lebih

tajam daripada kadar glukosa puasa dengan penuaan. Akibatnya, individu lanjut

usia lebih dapat diklasifikasikan memiliki status glukosa abnormal dibandingkan

dengan orang dewasa muda yang menggunakan kriteria diagnostik serupa untuk

diabetes. Beberapa penulis telah menyarankan bahwa diagnosis diabetes dapat

dibuat bertahun-tahun sebelumnya menggunakan OGTT dibandingkan kadar

glukosa puasa saja pada orang tua. Data dari Baltimore Longitudinal Study of

Aging (BLSA) menunjukkan peningkatan terkait usia dalam tingkat

perkembangan dari status glukosa normal menjadi toleransi glukosa terganggu

(IGT) yang hampir dua kali lipat tingkat perkembangan dari normal menjadi

glukosa puasa terganggu (IFG) setelah 20 tahun tindak lanjut. Temuan ini

menunjukkan bahwa tes toleransi glukosa oral, khususnya, penting untuk

dipertimbangkan saat melihat status glukosa abnormal pada orang tua14.

Beberapa penjelasan yang mungkin terkait pengurangan efektivitas insulin

termasuk di antaranya14,15:

1. Peningkatan massa lemak abdominal

2. Berkurangnya aktivitas fisik

3. Sarkopenia
33

4. Disfungsi mitokondrial

5. Perubahan hormon (contohnya: rendahnya IGF-1 dan DHEA)

6. Peningkatan stress oksidatif dan inflamasi

2.8.2 Kadar Kolesterol

Kolesterol adalah molekul biologis yang penting untuk struktur dan fungsi

membran sel dan untuk sintesis hormon dan vitamin pada mamalia. Kelainan

genetik tertentu dapat mempengaruhi metabolismenya dan menimbulkan penyakit

yang dapat terjadi pada usia sangat muda. Namun, kepentingan utamanya terletak

pada perannya dalam artherosclerosis, proses degeneratif yang mempengaruhi

arteri menengah dan besar dan bertanggung jawab atas sebagian besar penyakit

kardiovaskular (CVD), penyebab utama kematian di seluruh dunia16.

Hubungan antara kolesterol dan aterosklerosis terutama ditandai dengan

peningkatan konsentrasi plasma, meskipun mekanisme lain juga dapat

mengintervensi. Prosesnya dimulai pada usia dini dengan akumulasi ester

kolesterol di lapisan intima arteri, yang menghasilkan lesi yang dikenal sebagai

fatty streak. Karena proses ini berlanjut dari waktu ke waktu, proses ini mengarah

pada lesi yang lebih lanjut: plak aterosklerotik. Pertumbuhan plak ini menuju

lumen pembuluh darah dan/atau pecah dengan trombosis berikutnya

menyebabkan penyakit iskemik, yang dapat muncul sebagai penyakit jantung

koroner (PJK), stroke iskemik atau penyakit arteri perifer (PAD)16.

Selain peningkatan kadar kolesterol plasma, faktor risiko lain seperti

merokok, hipertensi dan diabetes, dapat berkontribusi pada perkembangan


34

aterosklerosis melalui fenomena yang meningkatkan permeabilitas endotel,

peradangan, oksidasi dan koagulasi16.

Mayoritas kasus penyakit kardiovaskular dan kematian terjadi pada orang

tua (>65 tahun) dan sangat tua (>80 tahun), mungkin karena peningkatan paparan

agen berbahaya ini dari waktu ke waktu . Populasi lebih dari 65 merupakan sekitar

17% dan 14% dari populasi Eropa dan AS, masing-masing, pada tahun 2010 dan

meningkat di seluruh dunia. Peningkatan populasi yang menua dan gaya hidup

Barat yang dominan, yang juga diadopsi di negara berkembang, bergabung untuk

menghasilkan tingkat kolesterol dan dislipidemia aterogenik pada populasi yang

lebih tinggi; hasilnya adalah meningkatnya insiden penyakit kardiovaskular dan

kematian. Namun, kematian yang disesuaikan dengan usia pada populasi yang

lebih muda membuatnya tampak bahwa ada tren penurunan di banyak negara

berkembang16.

Kolesterol diangkut dalam plasma oleh lipoprotein. Makromolekul ini

terdiri dari ester kolesterol, ester asam lemak (trigliserida) dan sejumlah lipid dan

protein polar (apoprotein) yang memberikan kelarutan yang diperlukan untuk

transportasi kolesterol dalam plasma dan kunci untuk metabolisme, masing-

masing. Kolesterol berbagi transportasi plasma dengan lemak lain, seperti asam

lemak, yang fungsi utamanya adalah penyimpanan energi. Komposisi yang

berbeda dari setiap komponen menentukan sifat fisik/kimia lipoprotein.

Klasifikasi yang paling umum didasarkan pada kepadatan, yang menentukan

keberadaan kilomikron, lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein


35

densitas menengah (IDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein

densitas tinggi (HDL)16.

Kolesterol total plasma ditentukan oleh pemberian kolesterol dari VLDL,

IDL, LDL dan HDL. LDL mengangkut sebagian besar kolesterol plasma (sekitar

60%). Kolesterol plasma ini berfungsi untuk membawa kolesterol dari hati ke

jaringan perifer dan menyimpannya di lapisan intima arteri dalam keadaan

tertentu, sehingga memulai proses aterosklerotik. HDL dapat menghilangkan

kelebihan kolesterol dari sel, termasuk makrofag yang sarat dengan kolesterol

pada lesi aterosklerotik, dan mengangkut kelebihan ini ke hati. Mereka

mengangkut sekitar 30% kolesterol plasma. Keseimbangan kedua lipoprotein

menentukan timbulnya, perkembangan dan komplikasi plak aterosklerotik dan

oleh karena itu penyakit16.

Konsentrasi kolesterol plasma meningkat seiring bertambahnya usia dari

pubertas hingga usia 45 hingga 55 tahun pada pria, kemudian menurun. Pada

wanita, terus meningkat sampai sekitar 10 tahun kemudian, setelah itu menurun

dalam dekade terakhir kehidupan. Penurunan tersebut dapat dijelaskan dengan

penurunan sintesis LDL karena penurunan fungsi hati, tetapi juga dapat

disebabkan oleh bias kelangsungan hidup pada subjek dengan kadar yang lebih

rendah. Dibandingkan dengan Kolesterol LDL, kadar HDL kurang berfluktuasi,

terutama pada pria; penelitian pada wanita pasca-menopause telah melaporkan

fluktuasi variabel16.
36

2.8.3 Perubahan Sel

Penuaan pada sel menyebabkan perubahan beberapa fungsi, termasuk di

antaranya peningkatan sekresi molekul yang dapat mengikis struktur dan

integritas jaringan. Dalam kasus fibroblast stromal, contohnya, sel ini

mensekresikan molekul termasuk protease, sitokin inflamasi, dan faktor

pertumbuhan. Sel-sel yang mengalami penuaan ini mensekresikan molekul dapat

secara langsung dan tidak langsung (dengan menstimulasi inflamasi) merusak

struktur jaringan. Sel-sel ini juga mensekresikan faktor pertumbuhan yang dapat

merupakan homeostasis proliferative dan bahkan dapat menstimulasi

pertumbuhan sel paraneoplastik mutan atau sel neoplastik17,

2.9 Teori Proses Penuaan dari Faktor Genetik dan Lingkungan

Terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan proses penuaan. Dalam

praktiknya, kemungkinan besar merupakan interaksi dari banyak faktor ini dalam

kombinasi dengan faktor ekstrinsik yang mengarah pada manifestasi klinis

penuaan 6. Beberapa teori tersebut dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 4. Tabel teori penuaan.


Teori Penuaan Mekanisme

Pemendekan telomer Setiap waktu, sel membelah, proporsi dari selubung

protektif yang berada di ujung telomer menghilang,

hal tersebut menyebabkan kesalahan dalam replikasi

DNA

Akumulasi kerusakan Penuaan adalah hasil dari akumulasi kerusakan pada


37

tingkat seluler dan molekuler akibat reduksi dalam

mekanisme perawatan dan perbaikan.

Radikal bebas Radikal bebas disebabkan reaksi oksidasi yang

terakumulasi sepanjang waktu, menyebabkan

kerusakan pada sel dan memicu penuaan sel

Disposable soma Sebuah teori evolusi bahwa organisme lebih suka

menggunakan sumber daya untuk reproduksi daripada

perbaikan dan umur panjang.

Akumulasi mutasi Akumulasi mutasi DNA sepanjang waktu. Mutasi

yang dimana terjadi setelah usia reproduktif tidak

dapat diturunkan ke generasi setelahnya.

Pleiotropi antagonistik Gen yang menguntukan untuk bertahan di awal

kehidupan menjadi merugikan di kehidupan

setelahnya.

2.10 Berbagai Pengaruh pada Proses Menua

2.10.1 Sisi Hormonal

2.10.1.1 Pengaturan Nafsu Makan dan Asupan Makanan

Nafsu makan dan asupan makanan menurun dengan bertambahnya usia

normal, menyebabkan individu yang lebih tua menjadi kurang gizi. Kurang gizi

sering terjadi pada orang tua (berusia> 65 tahun), dan telah terlibat dalam

perkembangan penyakit kronis yang umumnya menyerang orang tua, serta

meningkatkan angka kematian. Memahami faktor-faktor yang berkontribusi


38

terhadap penurunan asupan makanan pada orang tua dapat menghasilkan

pencegahan dan pengobatan yang efektif. Penuaan mempengaruhi banyak faktor

endokrin yang terlibat dalam pengendalian nafsu makan dan makan, tetapi

beberapa penelitian telah dilakukan pada manusia untuk memperjelas perubahan

ini. Kemungkinan penyebab hormonal dari anoreksia penuaan termasuk

peningkatan aktivitas kolesistokinin, leptin, dan berbagai sitokin, dan penurunan

aktivitas ghrelin18.

Infus cholecystokinin-8 intravena menghasilkan penekanan asupan

makanan yang lebih besar pada orang dewasa yang lebih tua daripada pada

individu yang lebih muda, menunjukkan bahwa sensitivitas terhadap efek kenyang

dari cholecystokinin setidaknya dipertahankan dengan bertambahnya usia, dan

bahkan mungkin meningkat. Hasil ini meningkatkan kemungkinan menggunakan

antagonis kolesistokinin sebagai perangsang nafsu makan dan asupan makanan

pada lansia yang kekurangan gizi. Resistensi leptin sentral dapat meningkat

seiring bertambahnya usia, dan konsentrasi leptin yang rendah leptin yang

bersirkulasi telah diamati di antara orang tua yang lemah18.

Kesimpulannya, penuaan disertai dengan perubahan fisiologis ghrelin,

kolesistokinin, dan leptin. Semua perubahan ini tampaknya menghasilkan

penurunan yang signifikan dan relevan secara klinis dalam nafsu makan.

Penelitian di masa depan akan menentukan apakah perubahan ini dapat dikoreksi

dengan intervensi farmakologis18.


39

2.10.1.2 Efek Penuaan terhadap Penyimpanan Glukosa

Apakah penuaan bertanggung jawab atas penurunan bertahap dalam

pembuangan glukosa sepanjang umur manusia (gambar 4B) adalah masalah

perdebatan yang sedang berlangsung karena faktor fisik yang membingungkan.

perubahan yang terjadi pada tubuh dari waktu ke waktu. Pada manusia, sebagian

besar glukosa dalam beban glukosa oral dibuang ke otot, konsentrasi glukosa

setelah konsumsi glukosa secara bertahap meningkat seiring bertambahnya usia,

dan pembuangan glukosa menjadi lebih lambat selama seumur hidup. Studi yang

menggunakan klem hiperglikemik menunjukkan bahwa perlambatan pembuangan

glukosa ini mungkin bukan karena berkurangnya sekresi insulin total sebagai

respons terhadap peningkatan glukosa. Penurunan progresif kerja insulin dengan

bertambahnya usia sebagian besar dapat dikaitkan dengan peningkatan bertahap

dalam persentase total tubuh, terutama visceral, lemak, dan perubahan rasio lemak

terhadap massa otot tanpa lemak. Tingkat obesitas relatif dan tempat penimbunan

lemak tampaknya menjadi variabel penting yang menentukan kemanjuran kerja

insulin. Faktor-faktor ini pada gilirannya dipengaruhi oleh asupan kalori total,

penurunan aktivitas fisik, obat-obatan, dan penyakit. Namun, meskipun olahraga

meningkatkan kerja insulin dan memperlambat timbulnya diabetes, tidak ada

bukti yang menunjukkan bahwa olahraga membalikkan perubahan terkait usia

yang terjadi pada sel18.


40

2.10.2 Sisi Psikologis

Pengetahuan yang tersedia tentang proses penuaan dan kesehatan mental

masih belum mencukupi dan tantangan populasi yang menua menuntut lebih

banyak upaya penelitian ke dalam kondisi klinis, kebutuhan orang tua, dan jalur

perawatan. Dengan peningkatan harapan hidup rata-rata, kondisi kronis yang

melekat pada penuaan, seperti demensia (khususnya Penyakit Alzheimer), pasti

tumbuh seiring dengan gangguan perilaku dan psikologis terkait, yang menyoroti

perlunya intervensi khusus dalam masalah kesehatan mental lansia. Selain

demensia dan gangguan kognitif ringan, masalah lain seperti kelemahan, delirium

dan risiko masalah kesehatan mental atau kebutuhan yang tidak terpenuhi dari

orang tua, memerlukan perhatian yang jauh lebih besar dari para profesional dan

agen kebijakan. Beban masalah kesehatan mental sering dianggap sebagai bagian

tak terelakkan dari proses penuaan, memperburuk stereotip yang sudah negatif

tentang menjadi tua. Masalah kesehatan mental, terutama yang mempengaruhi

usia tua sering diremehkan, menambah penderitaan sejumlah besar orang yang

dapat dirawat dan mendapat manfaat dari beragam intervensi perawatan sosial dan

kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemahaman tentang

mekanisme penyakit yang mendasari, diagnosis yang tepat waktu, dan intervensi

yang disesuaikan akan jauh lebih hemat biaya daripada hanya membiarkan

penyakit berkembang, yang mengarah pada pelembagaan individu, yang telah

terbukti menjadi hasil yang merugikan dan mahal, baik untuk individu dan

masyarakat19.
BAB III

KESIMPULAN

Penuaan merupakan sebuah proses normal yang pasti akan dialami oleh

semua manusia. Proses ini merupakan suatu proses yang wajar dam berlangsung

pada setiap kehidupan manusia. Penuaan sendiri diakrakteristikan dengan

penurunan berbagai fungsi dalam kaitannya dengan aktifitas manusia. Tanda-

tanda penuaan sendiri tampak berbeda-beda dalam setiap individu dan tidak

berjalan seragam bagi semua orang. Kondisi kesehatan di masa tua termasuk di

antaranya pengetahuan tentang konsep hidup sehat juga turut berperan dalam

menentukan kualitas hidup masa tua seseorang.

Kesehatan merupakan faktor penting bagi kehidupan manusia, karena

dengan kondisi seorang individu yang sehat memungkinkan manusia untuk

beraktifitas dengan baik dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kesehatan disini

tidak terbatas pada kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan mental

seseorang. Maka dari itu, penting untuk menjaga keduanya hingga masa tua.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Handayani Dkk. Pesantren Lansia sebagai Upaya Meminimalkan Risiko


Penurunan Fungsi Kognitif Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Unit II Pucang
Gading. J Keperawatan Komunitas. 2013;1(1).

2. World Health Organization (WHO). Mental Health and Older Adults


[Internet]. WHO. 2017 [cited 2021 Nov 5]. Available from:
http://www.who.int/mediacentr%0Ae/factsheets/fs381/en/

3. Thompson LA, Chen H. Physiology of Aging of Older Adults: Systemic


and Oral Health Considerations—2021 Update. Dent Clin North Am. 2021
Apr 1;65(2):275–84.

4. Kholifah SN 2016. Keperawatan Gerontik. J Mater Process Technol


[Internet]. 2018 [cited 2021 Nov 2];1(1):1–8. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j
.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0
Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j
.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o

5. Khan SS, Singer BD, Vaughan DE. Molecular and physiological


manifestations and measurement of aging in humans. Vol. 16, Aging Cell.
Blackwell Publishing Ltd; 2017. p. 624–33.

6. Preston J, Biddell B. The physiology of ageing and how these changes


affect older people. Med (United Kingdom) [Internet]. 2021;49(1):1–5.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2020.10.011

7. Ekasari MF, Riasmini NM, Hartini T. Meningkatkan Kualitus Hidup


Lansia: Konsep dan Berbagai Intervensi. Jakarta: Wineka Media; 2018.

8. Navaratnarajah A, Jackson SHD. The physiology of ageing. Med (United


Kingdom) [Internet]. 2017;45(1):6–10. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.mpmed.2016.10.008

9. Maganti K, Rigolin VH, Sarano ME, Bonow RO. Valvular heart disease:
Diagnosis and management. In: Mayo Clinic Proceedings. 2010. p. 483–
500.

10. Strait JB, Lakatta EG. Aging-Associated Cardiovascular Changes and Their
Relationship to Heart Failure [Internet]. Vol. 8, Heart Failure Clinics. Heart
Fail Clin; 2012 [cited 2021 Nov 5]. p. 143–64. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22108734/

11. Farage MA, Miller KW, Elsner P, Maibach HI. Characteristics of the

42
43

Aging Skin. Adv Wound Care [Internet]. 2013 Feb [cited 2021 Nov
5];2(1):5–10. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24527317/

12. An G. Normal Aging of Teeth. Geriatr Ageing [Internet]. 2009 [cited 2021
Nov 6];12(10):513–7. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/281285079_Normal_Aging_of_T
eeth

13. Mishra S, Kusuma YS, Babu B V. Concepts of health and illness:


Continuity and change among migrant tribal community in an eastern
indian city. Anthropol Notebooks. 2013;19(3):61–9.

14. Kalyani RR, Egan JM. Diabetes and Altered Glucose Metabolism with
Aging. Vol. 42, Endocrinology and Metabolism Clinics of North America.
2013. p. 333–47.

15. Goulet EDB, Hassaine A, Dionne IJ, Gaudreau P, Khalil A, Fulop T, et al.
Frailty in the elderly is associated with insulin resistance of glucose
metabolism in the postabsorptive state only in the presence of increased
abdominal fat. Exp Gerontol [Internet]. 2009 Nov [cited 2021 Nov
6];44(11):740–4. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19723576/

16. Félix-Redondo FJ, Grau M, Fernández-Bergés D. Cholesterol and


cardiovascular disease in the elderly. Facts and gaps [Internet]. Vol. 4,
Aging and Disease. JKL International LLC; 2013 [cited 2021 Nov 6]. p.
154–69. Available from: /pmc/articles/PMC3660125/

17. Timiras PS. Physiological Basis of Aging and Geriatrics. 4th ed.
Physiological Basis of Aging and Geriatrics. London: Informa Healthcare;
2007.

18. van den Beld AW, Kaufman JM, Zillikens MC, Lamberts SWJ, Egan JM,
van der Lely AJ. The physiology of endocrine systems with ageing. Vol. 6,
The Lancet Diabetes and Endocrinology. 2018. p. 647–58.

19. Fernandes L, Paúl C. Editorial: Aging and mental health [Internet]. Vol. 9,
Frontiers in Aging Neuroscience. Frontiers Media SA; 2017 [cited 2021
Nov 7]. p. 25. Available from: /pmc/articles/PMC5301321/

Anda mungkin juga menyukai