Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
DAFTAR ISI
HALMAN JUDUL..........................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................v
BAB I.........................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II........................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1. Hepatitis.......................................................................................3
ii
2.4. Hepatitis C..................................................................................25
BAB III....................................................................................................31
KESIMPULAN...........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................32
iii
DAFTAR GAMBAR
.................................................................................................19
Gambar 2. 9. Urutan Penanda Serologis untuk Hepatitis HCV (A) Infeksi Akut
dengan Resolusi....................................................................27
Gambar 2. 10. Periode waktu biomarker infeksi Hepatitis C (A) Infeksi Akut
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
dibagi menjadi 2 jenis, yakni non infeksi dan infeksi. Hepatitis non infeksi
diakibatkan oleh penyebab yang bukan sumber infeksi, seperti bahan kimia,
minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat obatan. Hepatitis jenis non infeksi
karena radang bukan oleh agen infeksi seperti jamur, bakteri, mikoorganisme
dan virus. Virus merupakan penyebab penyalit hepatitis yang paling banyak.
Sampai saat ini terdapat berbagai jens virus yang menginfeksi hati manusia,
yakni hepatitis A virus (HAV), hepatitis B virus (HBV), hepatitis C virus (HCV),
HBV-berhubungan dengan agen delta atau hepatitis D virus (HDV), dan hepatitis
E virus (HEV). Selain itu terdapat virus-virus lain yang dapat menyebabkan
Barr, virus Herpes. Virus Hepatitis A dan E ditransmisikan melalui rute fecal-oral
dan berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat. Sementara itu virus hepatitis
penularan dari ibu hamil ke janin, dan juga perilaku seks yang menyimpang
(Siswanto, 2020).
Infeksi virus hepatitis dapat berlangsung akut maupun kronis. Infeksi akut
berkisar sekitar 6 bulan, dan jika infeksi melebihi 6 bulan, maka infeksi hepatitis
sudah berubah menjadi kronis. Terdapat berbagai jenis biomarker yang dapa
pengidap hepatitis di Indonesia adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan
tahun 2007. Jenis hepatitis yang paling banyak menginfeksi adalah hepatitis B (21, 8
dan diantara negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region). Berdasarkan
hasil dari riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji darah donor di Palang
kronis, dan dari angka kronis tersebut, 1,4 juta orang berpotensi untuk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hepatitis
Hepatitis adalah inflamasi pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi
antibodi. Secara harfiah, Hepatitis terdiri dari kata hepar, yang berarti hati dan
terjadinya hepatitis. Hampir semua kasus hepatitis disebabkan oleh salah satu
dari lima jenis virus yaitu: virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus
hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Jenis
virus lain yang dilaporkan menyebabkan hepatitis adalah virus hepatitis G dan
virus TT. Namun studi lanjutan menjelaskan bahwa kedua virus telah
Virus hepatitits dapat terbagi menjadi virus RNA dan DNA. Hampir semua
jenis virus hepatitis yang menyerang manusia merupakan virus RNA kecuali
virus hepatitis B, yakni virus DNA. Kedua jenis virus hepatitis, baik DNA maupun
mulai dari asimtomatik sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang
dapat menimbulkan kematian. Selain itu, gejala juga bisa bervariasi dari infeksi
persisten subklinis sampai penyakit hati kronik progresif cepat dengan sirosis
hepatis dan karsinoma hepatoseluler yang umum ditemukan pada tipe virus
3
Infeksi virus hepatitis dapat memiliki gejala asimtomatik atau simtomatik.
muntah, jaundice, urin pekat, dan kotoran berwarna tanah liat. Hepatitis kronis
2017).
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis dengan klinik
anikterik, tidak nyata atau subklinis. Secara global virus hepatitis merupakan
berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari
Peningkatan prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi
dan lebih nyata di daerah dengan kondisi kesehatan di bawah standar. Lebih dari
75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India, menunjukkan sudah memiliki
antibody anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi HAV didapat pada
(Sanityoso, 2009).
makanan (fecal-oral), sanitasi yang buruk, dan juga transfusi. Sementara itu,
parenteral, dan secara vertikal dari ibu ke anak. Virus hepatitis D hanya
4
Tes diagnostik mikroba sedang meningkat dengan menggunakan molecular
testing untuk tes asam nukleat (NAT; contoh penggunaan polymerase chain
karena lebih sensitif dan deteksi spesifik patogen. Namun, pada hepatitis virus,
Tes Signifikansi
empedu).
lain tubuh.
5
Total bilirubin Peningkatan kadar produk sampingan
kerusakan hati
yang parah.
2.2. Hepatitis A
dikenal sebagai enterovirus 72), beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7.8
dan 4 genotype. Virus memiliki sifat termostabil, tahan asam dan tahan terhadap
empedu serta dapat bertahan hidup dalam suhu ruangan selama lebih dari 1
kondisi sanitasi yang buruk, pencemaran air minum, makanan yang tidak
dimasak, dan personal hygiene yang rendah. Epidemiologi dan transmisi VHA
6
1. Variasi musim dan geografi
puncaknya biasanya terjadi pada akhir musim semi dan awal musim dingin. Pada
daerah dengan iklim tropis puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung
terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun
sekali.
2. Usia Insidens
Insidens tertinggi pada populasi orang sipil, anak sekolah, tetapi dibanyak negara
di Eropa Utara dan Amerika Utara ternyata sebagian kasus terjadi pada orang
anti-VHA yang sangat tinggi pada tahun pertama kehidupan dan tentu saja
sosio-ekonomi sebelumnya.
merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu
berkisar dari 39,8%-68,3 kemudan disusul oleh hepatitis non A-non B sekitar
(Noer, 2007)
7
Gambar 2.1. Morfologi Virus Hepatitis A (Siswanto, 2020)
Gambaran klinis dari hepatitis A akut dimulai dari periode inkubasi yang
Gejala dan perjalanan klinis hepatitis virus akut secara umum dapat
1. Masa Tunas
2. Fase pra-ikterik/prodromal
Keluhan umum pasien biasanya tidak spesifik dan dapat berlangsung 2-7
hari. Gambaran kliniis sangat bervariasi secara individual seperti ikterik, urin
nyeri dan rasa tidak enak di perut, tinja berwarna pucat, mual dan muntah,
pada otot, diare dan rasa tidak enak di tenggorokan. Dengan keluhan yang
3. Fase Ikterik
Pada fase ini pada awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah
seperti air the. Selain itu, ditemukan bahwa sklera mata dan kulitnya berwarna
kemudian menurun secara perlahan-lahan, hal ini bisa berlangsung sekitar 10-
14 hari. Pada stadium ini gejala klinis sudah mulai berkurang dan pasien
8
merasa lebih baik. Pada usia lebih tua dapat terjadi gejala kolestasis dengan
4. Fase penyembuhan
Pada fase ini pasien mulai merasakan bahwa gejala mulai menghilang,
yakni ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali walau badan
lebih mudah pada sclera, kulit, selaput lendir langit-langit mulut, pada kasus
costae, konsistensi lunak, tepi tajam dan sedikit nyeri tekan. Perkusi pada
abdomen kuadran kanan atas, menimbulkan rasa nyeri dan limpa kadang-
peninggian GGT, fosfatase alkali), dan tes serologi anti HAV, yaitu IgM anti HAV
yang positif.
(Noer, 2007)
9
2.2.3. Gambaran Laboratorium dan Diagnostik
serum pasien dengan gambaran klinis dan biokemikal hepatitis akut. Antibodi yang
memberikan respon pertama kali adalah Imunoglobulin M (IgM). IgM anti-HAV adalah
subkelas antibodi terhadap HAV. Respons inisial terhadap infeksi HAV hampir
seluruhnya adalah IgM. Antibodi ini akan hilang dalam waktu 3-6 bulan. IgM
akut. Infeksi yang sudah terjadi sebelumnya ditandai dengan adanya anti-
HAV total yang terdiri atas IgG anti-HAV dan IgM anti-HAV. Antibodi IgG akan
naik dengan cepat setelah virus dieradikasi lalu akan turun perlahan-lahan
Antibodi spesifik IgM melawan HAV terlihat di dalam darah pada onset
simptom merupakan penanda yang dapat dipercaya dalam penanda infeksi akut.
Virus yang terdapat pada feses berakhir bahwa titer IgM meningkat. Respon IgM
memulai menolak dalam beberapa bulan dan diikuti dengan tampilan IgG anti-
10
Gambar 2. 3. Ringkasan Imunologis dan Biologis Antibodi Hepatitis A (The
Government Of India, 2018)
(terdeteksi pada saat atau sebelum onset simptom dan bertahan sampai lebih
dari 6 bulan). Untuk menentukan jika imun terhadap infeksi : ELISA untuk anti-
HAV (total antibodi – tes standar untuk mendeteksi antibody IgM dan IgG).
aman dan efektif untuk HAV sudah tersedia dan direkomendasikan untuk semua
anak usia 1 tahun ke atas dan untuk individu yang berisiko tinggi terinfeksi
direkomendasikan untuk semua pasien dengan penyakit hati kronis dan resipien
11
produk pooled plasma seperti pasien hemofili (Sanders dkk., 2006).
tersedia saat ini adalah vaksin hidup yang dilemahkan ( live attenuated).
diisolasi yang harus tumbuh dengan baik dan dapat memberikan antigen
yang cukup. Sejak tahun 1993 Report of the committee on Infectious Disease
Hal ini juga berlaku di Indonesia. Pada saat ini, vaksin di Indonesia yang telah
dipasarkan sejak tahun 1993 oleh Smith Kline Beecham adalah vaksin dengan
nama dagang HAVRIX. Setiap kemasan satu flacon berisi standar dosis satu
ml (720 Elisa Unit) dengan pemakaian pada orang dewasa satu flacon dan
pada anak kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis. Jadwal yang
dianjurkan adalah sebanyak 3 kali pemberian yaitu 0,1,6 bulan (Martin dan
Lemon, 2006).
perbaikan asupan nutrisi yang tepat, perbaikan sistim transfusi darah yang
2020).
12
2.3. Hepatitis B
virus, famili Hepadnavirus yang merupakan partikel bulat berukuran sangat kecil
Genome virus terdiri dari DNA double-stranded dengan panjang 3,2 kb. Sampai
saat ini terdapat 8 genotip VHB yang telah teridentifikasi, yaitu genotip A–H.
antigen, yaitu HBsAg, HBeAg, HBcAg, dan HBxAg. Protein yang berasal virus ini
pertanda serologi khas, yakni : (1) Surface antigen atau HBsAg yang berasal dari
selubung, yang positif kira-kira 2 minggu sebelum terjadinya gejala klinis, (2)
Core antigen atau HBcAg yang merupakan nukleokapsid virus hepatitis B, (3) E
antigen atau HBeAg yang berhubungan erat dengan jumlah partikel virus yang
protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr
terjadi di Eropa, Amerika dan Australia. Virus dengan subtipe ayw terjadi di Afrika
Utara dan Selatan. Virus dengan subtipe adw dan adr dapat terjadi di Malaysia,
Thailand, Indonesia dan subtipe adr terjadi di Jepang dan China (Siswanto, 2020;
13
Gambar 2.4. Morfologi Virus Hepatitis B (Siswanto, 2020)
tertinggi pada kasus orang dewasa disebabkan oleh kontak seksual atau
dan laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki. Virus hepatiitis
tinggi seperti semen, sekret servikovaginal, saliva, dan cairan tubuh lainnya
sehingga cara transmisi hepatitis B yaitu transmisi seksual. Penyebaran dari ibu
ke bayi juga merupakan transmisi yang penting. Skrining rutin dari ibu hamil
juga dapat ditularkan dari orang ke orang melalui darah (penerima produk darah,
pasien hemodialisa, pekerja kesehatan atau terpapar darah). Selain itu, cara
permukosa yaitu alat-alat yang tercemar virus hepatitis B seperti sisir, pisau
cukur, alat makan, sikat gigi, tato, akupuntur, tindik, alat kedokteran, dan lain-
lain (Sanityoso, 2009; Sanders, 2016). Namun demikian menurut CDC (2020),
risiko penularan virus hepatitis B yang rendah dapat ditemukan melalui jarum
suntik, luka terbuka akibat benda tajam, transplantasi organ, dialisis, dan kontak
14
interpersonal melalui benda-benda yang dipakai bersama, seperti pisau cukur,
Infeksi Virus hepatitis B memiliki variari gejala klinis, baik dari tanpa
gejala sampai gejala yang berat seperti muntah darah dan koma. Pada hepatitis
akut gejala amat ringan, yakni seperti gejala influenza berupa demam ringan,
mual, lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning, kencing berwarna gelap,
diare dan nyeri otot. Pada sebagian kecil gejala dapat menjadi berat dan terjadi
didapatkan pada masa perinatal dan balita biasanya asimtomatik dan dapat
menjadi kronik pada 90% kasus. Sekitar 30% infeksi hepatitis B yang terjadi
pada orang dewasa akan menimbulkan ikterus dan pada 0,1-0,5% dapat
berkembang menjadi fulminan. Pada orang dewasa 95% kasus akan sembuh
dengan sempurna yang ditandai dengan menghilangnya HBsAg dan timbul anti
HBs (Noer, 2007). Hal ini juga diperkuat oleh CDC (2021) bahwa mayoritas anak-
anak usia kurang dari tahun tidak memiliki gejala. Sekitar 30%–50% dari orang
dewasa dengan usia di atas sama dengan lima tahun akan mengalami gejala.
30 – 150 hari (rata-rata 75 hari). Selama periode inkubasi, HBsAg, HBeAg, dan
HBV DNA terdeteksi pada serum dan meningkat pada titer tinggi dengan virus
mencapai titer 108 – 1011 virion/ml. Pada onset simptom, anti-HBc meningkat dan
Secara umum, DNA HBV dan HBeAg menurun pada saat onset dari penyakit dan
tidak terdeteksi pada puncak penyakit. HBsAg menjadi tidak terdeteksi, dan anti-
HBs terlihat selama fase pemulihan bebera minggu sampai bulan setelah
15
kehilangan HBsAg. Anti-HBs merupakan antibodi jangka panjang yang
Virus menginfeksi hanya pada manusia dan kera dan bereplikasi pada
hepatosit dan mungkin sedikit pada sel stem di pankreas, sumsum tulang
belakang, dan limpa. Selama infeksi akut maupun kronis, jumlah yang besar dari
HBsAg terdeteksi pada serum dan paling banyak dalam bentuk virus-like
jumlah besar HBV dalam serum secara khusus juga memproduksi penanda
HBeAg pengganti untuk level tinggi dari replikasi virus (Sanders, 2016).
16
2.3.3. Gambaran Laboratorium dan Diagnostik
serologisnya berupa HbsAg mulai timbul pada akhir masa inkubasi kira-kira 2-5
minggu sebelum ada gejala klinik dan titernya akan meningkat setelah tampak
gejala klinis lalu menetap selama 1-5 bulan. Selanjutnya titer HBsAg akan
menetap setelah 6 bulan, hal ini menandakan hepatitis akan berubah menjadi
kronis. Selanjutnya Anti-HBs baru akan timbul pada stadium konvalesensi yaitu
(window period) yaitu masa menghilangnya HBsAg sampai mulai timbulnya anti-
HBs. Anti-HBs akan menetap lama, 90% akan menetap lebih dari 5 tahun
Pada masa jendela, Anti-HBC merupakan pertanda yang penting dari hepatitis B
akut. Anti-HBC mula-mula terdiri dari IgM dan sedikit IgG. IgM akan menurun
dan menghilang dalam 6-12 bulan sesudah sembuh, sedangkan IgG akan
timbul bersama-sama atau segera sesudah HBsAg. Jika Ditemukan HbeAg, maka
hal ini menunjukkan jumlah virus yang banyak. Jangka waktu HBeAg positif
lebih singkat daripada HBsAg. Bila HBeAg masih ada lebih dari 10 minggu
kronis. Jika terjadi serokonversi dari HBeAg menjadi anti-Hbe, hal ini
kadar HBsAg dan HbeAg yang rendah untuk waktu singkat, bahkan seringkali
17
anti-HBs dengan titer yang tinggi dan lama dipertahakan. Anti-HBc dan anti-Hbe
juga timbul tetapi tidak setinggi titer anti-HBs. Lima sampai sepuluh persen yang
menderita hepatitis B akut akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Pada tipe
ini HBsAg timbul pada akhir masa inkubasi dengan titer yang tinggi yang akan
menetap dan dipertahankan lama dan dapat sampai puluhan tahun atau seumur
hidup. Anti-HBs tidak akan timbul pada pengidap HBsAg, tetapi sebaliknya anti-
HBc yang terdiri dari IgM dan IgG anti-HBc akan dapat dideteksi dan menetap
dapat bermanfaat dalam menilai prognosis hepatitis B yang diderita pasien. Jika
pada pasien ditemukan DNA HBV atau HBeAg positif (atau keduanya) pada 6
kronis. Jika terjadi Kehilangan HBeAg atau DNA HBV dalam pemeriksaan
serologis, maka hal ini memberikan hasil yang baik. Hal yang sama juga terjadi
jika diikuti dengan hilangnnya HBsAg dan munculnya anti-HBs. Hal ini
Menunjukkan (A) Infeksi Akut dengan Resolusi dan (B) Perkembangan menjadi
18
Gambar 2. 6. Urutan Penanda Serologis untuk Infeksi Hepatitis B Virus Akut
(Saturti, 2017)
(HBsAg) dan antibodi IgM anti-HBc. Jika HBsAg positif, selanjutnya ke hepatitis e
dengan tes sebagai berikut: HBsAg, anti-HBc, dan anti-HBs pada semua sampel
atau dapat mengikuti algoritma testing sequential. Melakukan tes untuk anti-HBs
dengan pemeriksaan serologis pada pasien dengan hasil anti-HBs negatif post
vaksin, karena mereka dapat saja memilliki HBsAg positif. Melakukan tes untuk
Pemeriksaan untuk anti-HBc dan HBsAg pada sampel saliva dapat digunakan
untuk surveilans dan tujuan penelitian namun tidak tersedia secara komersial
19
Tabel 2. 2. Pola Serologis Infeksi Hepatitis B (Government Of India, 2018; Gozali,
2020)
infektifitas tinggi
infektifitas tinggi
kronis, infektifitas
rendah
mutan) hepatitis B
akut)
20
+ + + IgM +/- 1. HBsAg dari satu subtipe
(umum)
HBsAg ke anti-HBs
(jarang)
2. Anti-HBc “window”
rendah
2. Hepatitis B dalam
remote past
- + - - - 1. Imunisasi setelah
HBsAg (setelah
vaksinasi)
2. Hepatitis B dalam
remote past
3. Positive false
21
Gambar 2. 7. Perkembangan Pemeriksaan Serologis pada Infeksi HBV Akut
(Government Of India, 2018)
penderita Hepatitis Akut. Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya
bahwa sampai saat ini terdapat beberapa indikator dari hasil pemeriksaan
kondisi infeksi yang akut, antibodi terhadap HBcAg yang paling pertama muncul
terjadi serokonversi HBsAg dan HBeAg, yang ditandai dengan kadar kedua
penanda tersebut tidak akan dapat terdeteksi lagi di serum. Sementara anti-HBs
kronik, HBsAg dan HBeAg akan terus terdeteksi di serum penderita. Pada
perjalanan riwayat penyakit. Pada beberapa jenis virus mutan, HBeAg bisa tidak
terdeteksi di dalam serum walaupun peradangan pada hati masih terjadi dan
22
2.3.4. Manajemen Medis
imunisasi. Imunisasi untuk HVB dapat aktif dan pasif. Untuk imunisasi pasif
proteksi secara cepat untuk jangka waktu terbatas yaitu 3-6 bulan. Pada orang
dewasa HBIg diberikan dalam waktu 48 jam setelah terpapar VHB. Imunisasi
aktif diberikan terutama kepada bayi baru lahir dalam waktu 12 jam pertama dan
juga pada kelompok orang yang berisiko terinfeksi HVB, termasuk tenaga medis
yang sering berkontak dengan darah, pengguna obat- obatan terlarang secara
injeksi, hubungan seksual sesama jenis, orang dengan risiko penyakit menular
sebanyak 4 kali dengan cara injeksi pada usia 0, 2,3 dan 4 bulan. Negara
dalam program imunisasi rutin secara Nasional pada bayi baru lahir pada tahun
23
Pencegahan umum hepatitis B berupa uji tapis donor darah dengan uji
digunakan secara individual, dan untuk pasien dengan HVB disediakan mesin
tersendiri. Jarum disposable dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum.
Dilakukan penyuluhan agar para penyalah guna obat tidak memakai jarum secara
pemakaian alat yang dapat menularkan HVB (sikat gigi, sisir), dan berhati-hati
dalam menangani luka terbuka. Melakukan skrining ibu hamil pada awal dan pada
trimester ketiga kehamilan, terutama ibu yang berisiko tinggi terinfeksi HVB. Ibu
hamil dengan HVB (+) ditangani terpadu. Segera setelah lahir, bayi diimunisasi
aktif dan pasif terhada HVB. Melakukan skrining pada populasi risiko tinggi tertular
berganti-ganti, tenaga medis, pasien dialisis, keluarga dari pasien HVB kronis, dan
24
2.4. Hepatitis C
termasuk famili Flaviviridea, yakni virus beramplop yang termasuk pada genus
Hepacivirus dan merupakan virus RNA dengan untai tunggal (RNA single strain),
dikarenakan HCV merupakan virus dengan RNA rantai positif). Virus ini memiliki
6 genotip HCV mayor dan lebih dari 50 subtipe VHC yang berbeda telah
2020).
25
2.4.2. Gambaran Klinis
Infeksi virus Hepatitis C memiliki gejala klinis yang sama dengan infeksi
hepatitis yang lain. Masa inkubasi virus hepatitis C umumnya sekitar 14 hingga
182 hari ( namun rata-rata berkisar antara 14 hari hingga 84 hari). Gejala yang
dialami beberapa pasien menunjukkan malaise dan jaundice dialami oleh sekitar
20-40% pasien. Selain itu, gejala lain non spesifik yang sering ditemukan adalah
anoreksia, dan nyeri perut yang mungkin dialami oleh sekitar 10 hingga 20
Pada infeksi HVC dapat terjadi peningkatan kadar enzim hati (SGPT > 5-
15 kali rentang normal) dan biasanya terjadi pada hampir semua pasien. Selama
masa inkubasi ini, HCV RNA pasien yang terinfeksi bisa positif dan meningkat
hingga munculnya jaundice. Selain itu juga bisa muncul gejala-gejala fatique,
tidak nafsu makan, mual dan nyeri abdomen kuadran kanan atas. Dari semua
ketika penderita menginjak fase akut. Manifestasi klinis bisa saja muncul dalam
waktu 7-8 minggu (dengan kisaran 2-26 minggu) setelah terpapar dengan HCV,
namun sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala atau kalaupun ada
hanya menunjukkan gejala yang ringan. Pada kasus-kasus infeksi akut HCV,
(Noor, 2007).
26
2.4.3. Gambaran Laboratorium dan Diagnostik
anti-HCV pada serum pasien. HCV RNA petama kali muncul diikuti kenaikan enzim
ALT dan diikuti dengan munculnya anti-HCV. Pemeriksaan antibodi terhadap HCV
dipergunakan saat ini mengandung protein core yang dapat mendeteksi keberadaan
antibodi dalam waktu 4-10 minggu pasca infeksi. Antibodi anti-HCV masih dapat
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil yang positif. Pemeriksaan HCV RNA
merupakan pemeriksaan yang paling spesifik dan dapat dipercaya untuk menunjukkan
adanya infeksi HCV. Pemeriksaan HCV-RNA kuantitatif dan kualitatif juga dapat
menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) (Lauer dan Walker, 2021).
Gambar 2. 9. Urutan Penanda Serologis untuk Hepatitis HCV (A) Infeksi Akut
dkk., 2017)
27
Infeksi hepatitis C dapat bersifat akut maupun kronis. Infeksi hepatitis
selama 6 bulan. Hasil ini ditandai dengan adanya RNA HCV, HCV core antigen,
dan HCV antibodi. HCV antibodi akan ditemukan selama infeksi akut dan
berlangsung selama 6 bulan dan sekitar 15-45% individu yang terinfeksi tidak
skrining awal untuk melihat apakah pasien memiliki riwayat infeksi hepatitis C
untuk mendeteksi ada atau tidaknya RNA HCV untuk mengkonfirmasi viremia
28
Tabel 2.3. Pemeriksaan HCV Pada Manusia(Fiellin dan Bonilla, 2011)
yang diperlukan
reaktif
terdeteksi
29
2.4.4. Manajemen Medis
perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini belum terdapat vaksin hepatitis C yang
dapat diberikan kepada manusia. Oleh karena itu, perlu digalakkan perilaku yang
infeksi tertinggi dapat ditemukan di sektor kesehatan, karena kontrol infeksi yang
tidak adekuat. Hal ini menunjukkan pentingnya proteksi diri selama bekerja dan
digunakan. Selain itu, diperlukan perhatian yang lebih untuk tindakan transfusi
darah karena prosedur ini juga sangat berisiko menularkan virus hepatitis C.
Operator harus melakukan skrining terlebih dahulu dan bekerja sesuai dengan
prosedur kontrol infeksi yang tepat. Selain itu, diperlukan kegiatan promosi
jarum suntik yang tidak aman, dan tentunya menghindari perilaku seks yang
30
BAB III
KESIMPULAN
Hepatitis merupakan inflamasi pada organ hati yang disebabkan oleh virus.
Virus hepatitits dapat terbagi menjadi virus RNA dan DNA. Hampir semua jenis
virus hepatitis yang menyerang manusia merupakan virus RNA kecuali hepatitis
B, yakni virus DNA. Kedua jenis virus hepatitis, baik DNA maupun RNA
yang ditampilkan. Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari
asimtomatik sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat
menimbulkan kematian.
pemeriksaan DNA atau RNA virus dalam tubuh manusia. Infeksi hepatitis dapat
berupa infeksi akut dengan periode waktu yang lebih singkat atau dapat
berkembang menjadi infeksi kronis dengan waktu yang lebih lama. Setiap
dapat ditegakkan.
Infeksi virus hepatitis pada manusia dapat dicegah sejak dini. Perilaku
hidup bersih dan sehat serta tidak melakukan perilaku seksual yang menyimpang
vaksinasi hepatitis sejak dini untuk mencegah terjadinya risiko tertular virus
hepatitis. Vaksin hepatitis yang tersedia saat ini adalah vaksin hepatitis A dan B.
Vaksin hepatitis C saat ini belum tersedia. Oleh karena itu, diperlukan pola
31
DAFTAR PUSTAKA
Centers For Disease Control and Prevention (CDC). 2020. The ABCs of Hepatitis – for Health
Professionals. www.cdc.gov/hepatitisM, diakses tanggal 10 Oktober 2021 pukul 10.00
WIB.
Dienstag J.L., Isselbacher K.J., Acute Viral Hepatitis. In: Eugene Braunwauld et al. Harrison’s
Principles of Internal Medicine, 17th Edition,McGraw Hill, 2008.
Dufour DR. Liver disease. In:Carl AB, Edward RA, David EB editors. Clinical chemistry and
molecular diagnostics. Fourth ed. Missouri: Elsevier saunders; 2006. p. 1777-1827.
Fiellin DA, Bonilla V. A. 2011. Treatement Improvement Protocol: Addressing Viral Hepatitis in
People with Substance Use Disorders.
Gilson R, Brook MG. Hepatitis A, B, and C. Sex Transm Infect. 2006;82(SUPPL.
4):35-39. doi:10.1136/sti.2006.023218.
Kumar, Abbas, Fausto, Aster. Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Saunders, Elsevier; 2010.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
Lauer GM, Walker BD. Hepatitis C virus infection. N Engl J Med 2001; 345(1):41-52.
Martin A and Lemon SM, Hepatitis A virus. From discovery to Vaccines. Hepatology:
2006 Vol 45 No.2 Suppl 1, S164-S172.
Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi Pertama. Editor :
H. Ali Sulaiman. Jakarta: Jayabadi. 2007.
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan AnalisiS
Hepatitis. Kemenkterian Kesehatan RI: Jakarta.
32
Sanders BJ, Shapiro AD, Hock RA, Manaloor JJ, Weddell JA. Management of the
Medically Compromised Patient: Hematologic Disorders, Cancer, Hepatitis, and
AIDS.; 2016. doi:10.1016/B978-0-323-28745-6.00026-0.
Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
Sherlock S, Dooley J. Diseases of the liver and biliary system.United State of America:
Blackwell publishing; 2002.
33
34
35