Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWTAN MEDIKAL BEDAH II

“Gangguan Sistem Pencernaan Hepatitis”


Dosen Pengampu: Ns.Devi setya Putri, M.kep

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Nabila Nurul Latifa (202201046)


2. Nilam Martiani (202201052)
3. Safitri Ayu Lestari (202201064)
4. Slamet Prasetyo (202201070)
5. Sofia Anggunitari (202201071)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


ITEKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

i
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah yang kami
tulis berisi tentang “Gangguan Sistem Pencernaan Pada Hepatitis”. Makalah ini
kami susun sebaik mungkin untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
medikal bedah II. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang
turut mendukung terselesaikan makalah ini antara lain:

1) Ns. Devi setya putri,M.kep selaku dosen pengampu sekaligus dosen


koordinator mata kuliah keperawatan medikal bedah II
2) Rekan-rekan yang bekerja sama menyelesaikan makalah ini, serta
3) Semua pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini

Kami mengakui masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah


ini. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman-teman demi kesempurnaan makalah kami. Melalui makalah
ini, kami berharap agar apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Semoga dengan dibacanya makalah ini mampu memberikan
pengetahuan luas kepada masyarakat maupun tenaga kesehatan mengenai
penyakit hepatitis

Kudus, 16 maret 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB 1...................................................................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
A. Definisi......................................................................................................................................4
B. Etiologi......................................................................................................................................4
C. Jenis-Jenis Hepatitis...................................................................................................................5
D. Patofisiologi...............................................................................................................................7
E. Pathway.....................................................................................................................................8
F. Klasifikasi..................................................................................................................................8
G. Manifestasi Klinis......................................................................................................................9
H. Komplikasi..............................................................................................................................10
I. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................................11
J. Penatalaksanaan.......................................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
A. Pengkajian...............................................................................................................................13
B. Diagnosa keperawatan.............................................................................................................17
C. Intervensi keperawatan............................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................24
A. Kesimpulan..............................................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hepatitis merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan kematian
pada bayi, anak kecil, dewasa, dan lansia. Mudahnya penularan penyakit hepatitis
memang tidak menjadi perhatian berbagai pihak. Paparan produk darah yang
terkontaminasi virus hepatitis mudah menular secara seksual atau perinatal. Hepatitis
pada pria merupakan penyebab sirosis dan kanker hati serta merupakan penyebab
kematian akibat kanker tertinggi ketiga di dunia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus hepatitis menyebabkan
1,34 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2015, jumlah ini lebih besar
dibandingkan gabungan infeksi tuberkulosis dan HIV5. Pada tahun 2017,
diperkirakan 257 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi virus hepatitis B kronis
dan 71 juta orang menderita infeksi virus hepatitis C6 kronis. Di Eropa, 14 juta orang
terinfeksi virus hepatitis B dan sembilan juta orang terinfeksi virus hepatitis C. Di
Asia, diketahui 8-10 persen dari 346 juta penduduk Asia terinfeksi virus hepatitis B
dan 50% diantaranya terinfeksi virus hepatitis B. karena penularan virus dari ibu ke
anak. Vaksinasi hepatitis A efektif mencegah hepatitis 9 Pencegahan lainnya adalah
kesadaran akan pentingnya masalah ini di masyarakat. Wajibnya vaksinasi, salah satu
kendalanya adalah harga yang relatif mahal.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 mengestimasi sebanyak
296 juta penduduk di seluruh dunia terinfeksi hepatitis B kronis dengan penambahan
kasus baru sebanyak 1,5 juta infeksi per tahun. Sebanyak 820 ribu pasien hepatitis B
mengalami kematian dengan penyebab utama ialah sirosis dan karsinoma
hepatoseluler. Di Asia Tenggara, penurunan prevalensi HBsAg signifikan terjadi
dengan tingginya cakupan vaksin hepatitis B pada bayi. Meskipun demikian,
Indonesia masih termasuk dalam kategori negara dengan endemis hepatitis B kronis
intermediet tinggi (5-7%), selain China dan Afrika. Hepatitis disebabkan oleh virus
(penyebab terbanyak), bakteri (Salmonella typhi), obat-obatan beracun (hepatotoksik),
dan alkohol. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kini memungkinkan
identifikasi banyak virus penyebab hepatitis, termasuk virus hepatitis A (HVA), virus
hepatitis B (HVB), virus hepatitis C (HVC), dan virus hepatitis D (HVD). Hal ini
berhasil) dan virus hepatitis E (HVE) dan virus hepatitis G (HVG). Di antara virus
hepatitis, virus hepatitis B merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan
penyakit hati kronis dengan segala komplikasinya. Infeksi virus Hepatitis B (HVB)
merupakan masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Saat ini, diperkirakan
350 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HBV, sekitar 75% di antaranya
terkonsentrasi di Asia, dan 24-40% mengalami infeksi virus hepatitis B kronis.
Diperkirakan 78% pasien virus hepatitis B kronis di seluruh dunia tinggal di Asia.
Prevalensi virus hepatitis B di Indonesia bervariasi antara 2,5 dan 36,1% (rata-rata
20%, sekitar 40 juta orang), dan sebesar 11,6% menempati urutan ketiga di Asia, yang
menunjukkan bahwa Indonesia secara epidemiologis berisiko menjadi endemik
termasuk dalam kelompok negara yang paling terkena dampaknya. Tinggi 3.4 Infeksi
virus Hepatitis B mungkin merupakan penyakit akut dengan gejala yang berlangsung
kurang dari 6 bulan. Jika perjalanan penyakitnya lebih dari 6 bulan disebut
hepatitis kronis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah “gangguan sisitem pencernaan hepatitis”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang gangguan sistem pencernaan hepatitis dan
konsep asuhan keperawatan pada hepatitis.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang definisi dari hepatitis
b. Untuk mengetahui etiologi dari hepatitis
c. Untuk mengetahui jenis-jenis hepatitis
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari hepatitis
e. Untuk mengetahui pathway hepatitis
f. Untuk mengetahui klasifikasi hepatitis
g. Untuk mengetahui manifestasi klinis hepatitis
h. Untuk mengetahui komplikasi hepatitis
i. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hepatitis

2
j. Untuk mengetahui penatalaksanaan hepatitis
k. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan hepatitis

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai konsep penyakit
hepatitis serta memberikan pengalaman lebih banyak mengenai teknik-teknik
dan sistematika penyusunan makalah.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat bermanfaat menambah pengetahuan mengenai
penyakit hepatitis dan dapat berkolaborasi dengan pelayanan kesehatan lain
untuk memaksimalkan bagi penderita penyakit hepetitis.
3. Bagi pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan mengenai
konsep penyakit hepatitis ini
4. Bagi Pembaca
Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca supaya pembaca
lebih mengetahui tentang konsep penyakit hepatitis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hepatitis adalah penyakit yang umum terjadi di seluruh dunia, menyebabkan
komplikasi parah seperti sirosis dan karsinoma hepatoselastic. Insiden infeksi
hepatitis diperkirakan akan mencapai 20% dalam waktu 25 tahun, dan angka kejadian
lebih tinggi jika infeksi terjadi selama kehamilan (Helilintar,R,et,Al.2017). Hepatitis
merupakan penyakit yang berbahaya dan mudah menular yang menjadi masalah
kesehatan besar di masyarakat, karena penularannya yang telative mudah baik secara
horizontal maupun vertikal, seseorang yang menderita penyakit ini lebih banyak tidak
menunjukkan gejala yang khas, sehingga penderita akan mengalami keterlambatan
diagnosis. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-
bahan kimia (Harahap, R. A, 2017).
Hepatitis adalah penyakit infeksi atau peradangan pada hati (hepar) yang jika
tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi fibrosis (jaringan parut),
sirosis, dan atau kanker hati (WHO 2019). Sebagian besar kasus besar penyakit
hepatitis yang ditemukan dari berbagai wilayah di seluruh dunia disebabkan oleh lima
virus primer hepatotropic yang berbeda, yaitu: Virus Hepatitis A, Virus Hepatitis B,
Virus Hepatitis C, Virus Hepatitis D dan Virus Hepatitis E (Ho et al., 2019).
Hepatitis merupakan suatu penyakit radang pada organ hati manusia yang
dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah infeksi virus. Terdapat
berbagai jenis hepatitis, dan masing-masing jenis dapat menimbulkan gejala mulai
dari ringan hingga berat, bahkan dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati. Pada
beberapa jenis hepatitis, virus akan tetap berada di dalam sel hati dan menyebabkan
penyakit hepatitis kronik yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati.
(Kemkes 2020).

B. Etiologi
Pada tahun 2016, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi lima
jenis virus hepatitis, dengan 90% kasus disebabkan oleh infeksi HBV kronis dan
HCV, menyebabkan sirosis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler. Mayoritas kasus
hepatitis terjadi di Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Afrika. Untuk mengatasi

4
meningkatnya kekhawatiran mengenai hepatitis di banyak negara. Organization
(WHO) pada tahun 2016 menerbitkan Pertimbangan Teknis dan Definisi Kasus untuk
Meningkatkan Pengawasan Virus Hepatitis, bersama dengan kerangka kerja baru
untuk pemantauan dan evaluasi program virus hepatitis.
World Health Organization (WHO) tahun 2016 virus hepatitis disebabkan oleh
lima virus berbeda dengan transmisi yang terjadi baik melalui makanan atau air yang
terkontaminasi (hepatitis A dan E) atau melalui paparan darah atau cairan tubuh
(hepatitis B, C dan D). Infeksi virus hepatitis membunuh sekitar 1,45 juta orang per
tahun. Sekitar 90% kematian disebabkan oleh infeksi HBV kronis dan HCV yang
menyebabkan sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Mayoritas (85%) kematian
virus hepatitis terjadi di Asia, Afrika Timur, Afrika Utara dan Afrika Barat.
Hepatitis paling sering disebabkan oleh virus. Mengonsumsi obat-obatan tanpa
resep, kebiasaan konsumsi alkohol, terpapar racun, dan penyakit autoimun juga
dapat menyebabkan hepatitis. Penyebab hepatitis yang paling umum di masyarakat
adalah infeksi virus hepatitis (Parth Mehta dan Reddivari 2022), (WHO 2019).

C. Jenis-Jenis Hepatitis
Ada lima jenis virus hepatitis, yang disebut virus hepatitis A, B, C, D, dan E.
Kelima virus ini menjadi perhatian besar bukan hanya karena beban penyakitnya dan
kematian yang diakibatkannya, namun juga karena potensi wabah dan penyebarannya.
Secara khusus, virus hepatitis B dan C merupakan penyebab utama penyakit kronis
bagi ratusan juta orang di seluruh dunia dan juga merupakan penyebab utama sirosis
hati dan kanker hati (WHO 2019). Sedangkan, virus hepatitis jenis lain, hepatitis D
dan hepatitis E, lebih jarang ditemukan (Parth Mehta dan Reddivari 2022). Gambaran
lebih lengkap mengenai virus hepatitis adalah sebagai berikut : (WHO 2019)
1. Hepatitis A Virus (HAV)
Penyebab adalah virus Hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis
di beberapa negara berkembang. Hepatitis A berisifat akut, penularannya
melalui fekal dan oral. Sumber penularannya umumnya terjadi karena
pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang
tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal higin rendah. Gejala bersifat
akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah sampai
ikterus, bahkan dapat menyebabkan pembengkakan hati. Pencegahan dan
pengobatan menjaga keseimbangan nutrisi dan kebersihan lingkungan.

5
2. Hepatitis B Virus (HBV)
Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan darah, air mani, atau
cairan tubuh lain yang terinfeksi. HBV dapat ditularkan ke bayi dari ibu
yang terinfeksi saat lahir. Penularan juga dapat terjadi melalui transfusi
darah atau produk darah yang terkontaminasi HBV, penggunaan jarum
suntik yang terkontaminasi, penggunaan narkoba suntikan, dan kontak
seksual. HBV menimbulkan risiko bagi petugas kesehatan yang menderita
luka tertusuk jarum saat merawat pasien yang terinfeksi HBV. Ada vaksin
untuk mencegah HBV.
3. Hepatitis C Virus (HCV)
Sebagian besar ditularkan melalui kontak dengan darah yang
terinfeksi. Penyakit ini dapat terjadi melalui transfusi darah dan produk
darah yang terkontaminasi HCV, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi, dan penggunaan obat-obatan suntik. Penularan secara
seksual juga mungkin terjadi, namun jarang terjadi. Tidak ada vaksin untuk
mencegah HCV.
4. Hepatitis D Virus (HDV)
Infeksi hanya terjadi pada orang yang terinfeksi HBV. Infeksi ganda
HDV dan HBV dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah dan dampak
yang lebih buruk. Vaksin hepatitis B memberikan perlindungan terhadap
infeksi HDV.
5. Hepatitis E Virus (HEV)
Kebanyakan orang terinfeksi karena mengkonsumsi air atau makanan
yang terkontaminasi. HEV merupakan penyebab umum wabah hepatitis di
negara berkembang dan kini dikenal sebagai penyebab penting penyakit di
negara maju. Vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah infeksi HEV
telah dikembangkan namun belum tersedia secara luas.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini
para pakar masih melakukan penelitian lanjut tentang keberadaan hepatitis F
ini merupakan virus hipotetis yang terhubung dengan hepatitis.

6
7. Hepatitis G
Memiliki gejala yang sama dengan hepatitis C, sering kali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B/C. tidak menyebabkan hepatitis fulminan
ataupun hepatitis kronik.penularan melalui transfuse darah dan jarum suntik.

D. Patofisiologi
Hepatitis disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi terhadap racun dan bahan
kimia. Unit fungsional utama hati adalah lobulus, yang unik karena daya hisapnya
dari hati. Fungsi normal hati terganggu oleh peradangan, menyebabkan nekrosis dan
kerusakan pada hati. Hati yang rusak kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh sistem
kekebalan tubuh dan digantikan oleh hati baru yang sehat. Hepatitis seringkali meniru
fungsi hati normal.(Arief, dkk.2016)
Orang yang terpapar dan terinfeksi virus hepatitis melalui empat tahap. Yaitu
tahap pertama atau tahap replikasi virus . Virus masuk ke dalam tubuh melalui jalur
masuk , dan pasien biasanya tidak menunjukkan gejala , meskipun tes laboratorium
menunjukkan hasil positif penanda hepatitis. Fase 2 atau fase prodromal, yaitu pasien
mulai menunjukkan gejala seperti anoreksia, mual, muntah, kelelahan, pruritus, gatal-
gatal, arthralgia, dan malaise. Pasien salah didiagnosis menderita gastroenteritis atau
infeksi virus. Fase 3, atau fase penyakit kuning, adalah saat pasien merasa tidak
nyaman atau melaporkan urin berwarna gelap yang tidak biasa dan tinja berwarna
pucat. Beberapa pasien mengalami penyakit kuning dan menguning pada seluruh
tubuh dan sklera mata, serta orang mengeluh nyeri pada kuadran kanan atas disertai
pembesaran hati. Fase 4 atau fase pemulihan, atau pasien mulai menunjukkan
perbaikan gejala dan hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa enzim hati kembali
ke tingkat normal, namun penanda hepatitis mungkin tetap positif Kemungkinan
(Parth Mehta dan Reddivari 2022)

7
E. Pathway

F. Klasifikasi
Hepatitis diklasifikasikan menjadi hepatitis akut dan hepatitis kronis
berdasarkan lamanya peradangan hati. Peradangan hati yang berlangsung kurang
dari 6 bulan disebut hepatitis akut, dan peradangan hati yang berlangsung lebih dari 6
bulan disebut hepatitis kronis. Hepatitis akut biasanya sembuh secara spontan, namun
bergantung pada etiologinya, penyakit ini dapat menyebabkan gagal hati fulminan.
Hepatitis kronis dapat menyebabkan kerusakan hati seperti fibrosis hati, sirosis,
karsinoma hepatoseluler, dan gambaran hipertensi portal, yang menyebabkan
kematian yang signifikan (Parth Mehta dan Reddivari 2022). Hepatitis B (HBV) dan
hepatitis C (HCV) adalah bentuk paling umum dari hepatitis kronis . Peradangan yang
terus-menerus dan kerusakan sel hati dapat berkembang menjadi fibrosis, sirosis, dan

8
karsinoma hepatoseluler (HCC) seiring berjalannya waktu (Cabral dan Gutierrez
2023)

G. Manifestasi Klinis
Pada infeksi akut, tanda dan gejala biasanya sangat terbatas dan dapat
ditemukan meski tanpa gejala. Seiring berkembangnya infeksi, muncul tanda dan
gejala seperti kulit dan sklera mata menguning, urin berwarna gelap, kelelahan
ekstrem, demam, mual, muntah, dan sakit perut (WHO 2019). Masa inkubasi dan
manifestasi klinis menurut jenis virus hepatitis adalah sebagai berikut (Parth Mehta
dan Reddivari 2022).
No Jenis Penjelasan
1 Hepatitis A Masa inkubasinya sekitar empat minggu. Infeksi virus
Virus hepatitis A akut lebih parah dan angka kematian lebih tinggi
(HAV) pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Tanda dan
gejalanya meliputi malaise, anoreksia, mual, muntah, dan
penyakit kuning. Pemulihan Hepatitis A jarang terjadi dan
infeksinya tidak menyebabkan hepatitis kronis. Hanya kurang
dari 1% kasus/menyebabkan gagal hati.
2 Hepatitis B Masa inkubasi infeksi akut adalah sekitar 12 minggu, sebagian
Virus besar pasien memiliki penyakit ringan, dan kurang dari 1%
(HBV) mengalami gagal hati fulminan. Setelah infeksi akut teratasi,
sebagian besar pasien dewasa dan sejumlah kecil bayi yang
terinfeksi mengalami penyakit tersebut.tubuh. terhadap antigen
permukaan untuk hepatitis B kulit dan akhirnya pulih
sepenuhnya. Namun, sebagian kecil pasien dewasa dan
sebagian besar bayi yang terinfeksi akan mengalami infeksi
kronis. Sekitar 10 hingga 30 persen pembawa penyakit
memiliki gejala infeksi kronis. Mereka juga dapat memiliki
manifestasi penyakit ekstrahepatik. Sekitar 20% pasien dengan
hepatitis kronis kemudian berkembang menjadi sirosis dan
gagal hati, sementara 5% kemudian berkembang menjadi
karsinoma hepatoseluler.
3 Hepatitis C Masa laten virus hepatitis adalah sekitar delapan minggu.

9
Virus Kebanyakan infeksi hepatitis C akut tidak menunjukkan gejala
(HCV) namun, sekitar55% hingga 85% pasien menderita hepatitis C
kronis dan penyakit hati, dan 30% dari pasien tersebut
akhirnya berkembang menjadi sirosis. Pasien yang terinfeksi
virus hepatitis C dan menderita infeksi kronis mempunyai
risiko tinggi terkena karsinoma hepatoseluler. Setiap tahunnya,
hepatitis C kronis menyebabkan hampir 20.000 kematian
sebagai salah satu penyebab kematian.
4 Hepatitis D Masa inkubasi sekitar 13 minggu. Infeksi virus hepatitis D
Virus hanya terjadi pada penderita infeksi virus hepatitis B akut atau
(HDV) kronis. Gejalanya mirip dengan infeksi virus hepatitis B akut,
namun pasien dengan infeksi virus hepatitis B kronis dan
infeksi virus hepatitis D berkembang menjadi sirosis lebih
cepat dibandingkan pasien dengan infeksi virus hepatitis B
kronis saja. Selain itu, pasien yang sudah terinfeksi virus
hepatitis B dapat menjadi superinfeksi jika terinfeksi hepatitis
D. Superinfeksi dapat menyebabkan gagal hati fulminan.
5 Hepatitis E Masa laten virus ini sekitar 2-10 minggu. Infeksi virus
Virus hepatitis E akut tidak seserius infeksi virus hepatitis B akut,
(HEV) namun wanita hamil yang terinfeksi pada trimester ketiga
memiliki risiko kematian akibat infeksi hepatitis E lebih besar
dari 25%.

H. Komplikasi
Komplikasi akut hepatitis meliputi perkembangan gagal hati akut (ALF)
dengan peningkatan transaminase serum, hiperbilirubinemia, koagulopati, dan
ensefalopati hepatik. Perkembangan ALF dipengaruhi oleh etiologi penyakitnya. Di
AS dan sebagian besar negara Eropa, ALF disebabkan oleh hepatotoksis atau reaksi
obat khusus, menyebabkan 40-50% kasus ALF. Individu yang terinfeksi ALF secara
spontan mengembangkan ALF, dan 25% memerlukan transplantasi. Pasien gagal hati
akut harus ditangani dan dirujuk ke pusat transplantasi. Skor risiko prognostik dan
klinis tersedia untuk evaluasi transplantasi.

10
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes hepatitis A mencari antibodi IgM anti-HAV, yang menunjukkan infeksi
HAV akut, sedangkan adanya antibodi IgG anti-HAV menunjukkan infeksi
sebelumnya atau paparan sebelumnya.
2. Pemeriksaan hepatitis B dilakukan dengan melihat reaksi antibody terhadap
pemeriksaan HBsAg yang positif menunjukkan adanya infeksi di masa lalu.
3. Infeksi virus hepatitis C (HCV) didiagnosis dengan mendeteksi antibodi HCV
(anti-HCV) dalam serum. Adanya antibodi anti-HCV menunjukkan adanya
paparan terhadap HCV namun tidak membedakan antara infeksi akut dan
kronis. Oleh karena itu, tidak diperlukan tes lebih lanjut untuk memastikan
adanya infeksi aktif. Hal ini dilakukan dengan mendeteksi RNA HCV
menggunakan teknik molekuler.
4. Infeksi virus hepatitis D (HDV) didiagnosis dengan mendeteksi RNA HDV
dalam serum. Adanya antibodi anti-HDV menunjukkan adanya infeksi HDV
di masa lalu atau saat ini. Deteksi RNA HDV memastikan infeksi HDV aktif
dan membantu membedakan antara infeksi akut dan kronis.
5. Untuk virus hepatitis E (HEV), pengujian serologis mencakup deteksiantibodi
IgM anti-HEV danantibodi IgG anti-HEV. Selama fase akut infeksi HEV,
terdapat antibodi IgM anti-HEV, yang menunjukkan adanya infeksi baru.
Adanya antibodi IgG anti-HEV\menunjukkan paparan infeksi sebelumnya
(Cabral and Gutierrez 2023).

J. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien dapat dimonitor dengan aman pada pasien rawat jalan.
Pengobatan utama untuk hepatitis virus akut adalah perawatan suportif. Pasien dengan
mual atau muntah parah dan pasien lanjut usia dengan sistem kekebalan tubuh lemah
harus diobati dan diberikan cairan intravena untuk rehidrasi. Pasien dengan
komplikasi seperti abses hati, varises, atau ensefalopati hepatik memerlukan rawat
inap dan tindak lanjut spesialis. Pasien harus menghindari obat-obatan seperti
asetaminofen atau zat seperti alkohol yang dapat bersifat hepatotoksik. Pasien dengan
virus hepatitis akut harus mendapatkan istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas

11
fisik yang berat sampai gejalanya membaik (Parth Mehta dan Reddivari 2022).
Vaksinasi, metode suntikan yang aman, tes darah dan organ, serta praktik seksual
yang aman adalah tindakan pencegahan yang penting (Cabral dan Gutierrez 2023).

Menurut Elizabeth J.Corwin (2016) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari:


1. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alcohol. Alkohol
memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV dan khususnya HCV.
2. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara bertahap
untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-a), suatu sitokin panen telah
dipakai untuk mengobati HBV dan HCV. Suntikan biasanya diberikan 3 kali
seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-a untuk kedua infeksi
tersebut bervariasi. Interferon umunya di kontraindikasikan bagi penderita
penyakit hati yang berada pada stadium lanjut.
3. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse transcriptase
virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Analog nukleotida seperti
lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi dengan baik sehingga sering
dijadikan obat pilihan utama bagi pasien hepatitis.
4. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida adalah
pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini. Interferon termodifikasi disebut
interferon pegilase atau penginterferon mempunyai paruh waktu. lebih lama
disbanding IFN-a dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang.
5. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni
yang spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif
terhadap infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang
dibuat dari virus hepatitis inaktif.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

A. Pengkajian
Penilaian merupakan ide inti dari proses keperawatan, yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang klien untuk mengidentifikasi dan mengenali
masalah klien, kebutuhan kesehatan dan perawatan, serta fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang klien. Ini akan dilakukan secara sistematis
untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan klien sehari-hari, yang
meliputi:
a. Identitas
 Identitas Klien
Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, diagnosa medis, status perkawinan, dan alamat klien.
 Identitas Penenanggung Jawab
Nama, umur, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien, dan alamat penanggung jawab.
b. Status Kesehatan
 Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang disampaikan klien selama pemeriksaan.
Klien biasanya mengeluh nyeri di daerah luka.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Penjabaran dari keluhan utama klien. Pada umumnya nyeri dan
biasanya meningkat saat klien bergerak atau mengubah posisi, berkurang
saat klien diam atau istirahat, dan terasa seperti diiris-iris atau disayat-sayat.

13
Skala nyeri 1-10 dengan pengertian skala 1-3 ringan, 4-6 sedang, dan 7-10
berat, serta didasarkan pada pengkajian PQRST.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat operasi persalinan (Sectio caesarea), Riwayat kelahiran
kembar.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mempunyai riwayat diabetes melitus, hipertensi, kelainan
darah, penyakit infeksi, penyakit pernafasan (asma), mempunyai alergi
obat-obatan, serta silsilah keluarga yang berbentuk genogram dengan
ketentuan yang berlaku seperti kotak untuk laki-laki dan lingkaran untuk
perempuan dan jika ada yang meninggal maka ada simbol X di di dalam
kotak atau lingkaran tersebut serta minimal 3 generasi.
c. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Pada klien hari kedua pasca sectio caesarea (SC) biasanya klien
masih lemah, tingkat kesadaran CM, TTV biasanya stabil, emosi kadarnya
mulai stabil, dimana ibu mulai memasuki fase taking hold dan BB mulai
kembali semula sebelum hamil.
 Sistem Respirasi
Respirasi bisa saja meningkat dikarenakan efek dari nyeri, dan
peningkatan respirasi juga bisa dikarenakan efek dari anestesi yang
berlebihan.
 Sistem Kardiovaskuler
 Observasi nadi terhadap penurunan sehingga kurang dari 50x/menit
kemungkinan ada syok hipovolemik.
 Kaji apakah konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah operasi.
 Kaji apakah ada peningkatan jugular venous pressure (JVP).
 Pada tungkai tungkai bawah kaji adanya tanda-tanda tanda-tanda
tromboemboli periode periode pasca partum, seperti kemerah- merahan,
hangat dan sakit di sekitar betis perasaan tidak nyaman pada ekstremitas
bawah.
 Sistem Saraf
Kaji persarafan pada tungkai bawah dengan klien anestesi spina.

14
 Sistem Pencernaan
 Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua keadaan mulut
biasanya kering dikarenakan puasa.
 Kaji fungsi menelan baik kecuali klien merasa tenggorokan terasa
kering.
 Kaji bising usus.
 Kaji apakah ada tanda distensi pada saluran saluran pencernaan.
 Kaji apakah klien sudah BAB atau flatus.
 Sistem Urinaria
 Kaji pola berkemih klien, kecuali terpasang kateter.
 Kaji warna urine, jumlah, dan bau.
 Sistem Reproduksi
 Kaji bagaimana keadaan payudara
Apakah simetris, adakah hiperpigmentasi pada areola, puting
susu menonjol, apakah ASI sudah keluar.
 Karena ada luka di bagian tengah abdomen, kaji tinggi fundus uteri dari
pinggir abdomen. Tinggi fundus uteri pasca partum seksio sesarea (SC)
hari kedua adalah 1-2 jari dibawah umbilikus.
 Kaji bagaimana kontraksi uterus terjadi, biasanya perasaan mulas
adalah normal karena involusi.
 Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna dan baunya. Biasanya,
lochea rubra yang berwarna merah, memiliki bau amis, dan agak
kental.
 Kaji pengetahua klien dengan bertanya berapa kali mengganti pembalut
dalam sehari. Perlu bagi ibu untuk mengganti pembalut setiap 2-4 jam
sekali agar tidak terjadi infeksi.
 Sistem Integumen
 Kebersihan rambut biasanya kurang, sejak post operasi.
 Kaji muka apakah ada hiperpigmentasi dan kloasma gravidarum
 Kaji keadaan luka operasi, balutan dan kebersihannya, luka balutan
biasanya dibuka pada hari ke tiga.
 Sistem Muskuloskeletal
 Bagaimana keadaan klien apakah lemah.

15
 Adakah pergerakan klien kaku.
 Apakah ekstremitas simetris.
 Sistem Endokrin
 Kaji apakah terdapat pembesaran tiroid.
 Kaji Bagaimana produksi ASI.
 Kaji apakah ada penurunan hormon esterogen dan progesterone pada
pasca partum yang mengakibatkan peningkatan hormon prolactin yang
meningkatkan produksi ASI dan hormon oksitosin yang merangsang
pengeluaran ASI.
d. Pola Aktivitas
Pengkajian pola aktivitas dimulai dari prenatal, antenatal, sampai pasca
natal,
 Pola Persepsi
 kaji pengetahuan klien tentang kondisi setelah melahirkan/setelah
sectio caesarea.
 Pola Kognitif
 Kaji hubungan ibu dan bayi.
 Bagaimana respon ibu terhadap kehamilan.
 Pola Nutrisi
 Kaji frekuensi makan,jenis makanan yang disukai dan tidak disukai.
 Kaji apakah memiliki alergi dengan makanan.
 Bagaimana nafsu makan klien.
 Pola Eliminasi
 Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses.
 Kaji frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine.
 Pola Aktivitas-latihan
 Kaji bagaimana mandi, gosok gigi, serta keramas.
 Pola Istirahat-tidur
 Kaji apakah mengalami masalah tidur dikarenakan nyeri.
 Pola Persepsi diri
 Kaji peran diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri klien setelah
menjalani sectio caesarea.
 Pola Peran-hubungan

16
 Kesesuaian percakapan dengan ekspresi
 Adat dan istiadat yang dianut.
 Pola Seksualitas
 Kaji pengetahuan klien tentang seksual pasca partum, terutama setelah
sectio caesarea. Biasanya dapat dilakukan setelah melewati periode
nifas (40 hari).
 Pola Koping-toleransi stress
 Kaji tingkat kecemasan.
 Pola Kepercayaan
 Kaji agama yang dianut klien.
 Apakah klien beribadah pada saat sakit apa tidak.

B. Diagnosa keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus pre-eklampsi sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0005)
2. Hipertemia b.d proses penyakit (D.0130)
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi (D.0129)
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
5. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih, iritasi
kandung kemih (D.0040)
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

C. Intervensi keperawatan
Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi keperawatan
Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018).
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Pola nafas tidak (L.01004) Manajemen jalan napas 1. Untuk


efektif b.d Pola napas (I.01011) mengetahui pola
hambatan upaya setelah dilakukan Observasi : nafas (frekuensi
intervensi 1. Monitor pola kedalaman usaha

17
nafas (D.0005) keperawatan nafas (frekuensi nafas)
selama waktu kedalaman, 2. Untuk
tertentu usaha nafas) mengetahui
diharapkan pola 2. Monitor bunyi bunyi nafas
napas membaik nafas tambahan tambahan
dengan kriteria Terapeutik 3. Agar pasien
hasil : 1. Posisikan semi nyaman
1. Pernapasa fowler atau 4. Agar sesak nafas
n cuping fowler pasien berkurang
menurun 2. Berikan oksigen, 5. Untuk
2. Tekanan jika perlu mengurangi
ekspirasi Kolaborasi sesak nafas
membaik 1. Kolaborasi pasien
3. Tekanan pemberian
inspirasi bronkodilator,
membaik ekspektoran,
mukolitik.
2. Hipertemia b.d L.14134 I.15506 1. Untuk
proses penyakit Termoregulasi Menejemen hipertermia mengetahui
(D.0130) setelah dilakukan Observasi penyebab
intervensi 1. Indikasi hipertermia
keperawatan penyebab 2. Untuk
selama waktu hipertermia mengetahui suhu
tertentu 2. Monitor suhu tubuh pasien
diharapkan tubuh 3. Untuk
termoregulasi 3. Monitor mengetahui
membaik dengan komplikasi komplikasi
kriteria hasil : akibat akibat
1. Suhu hipertermia. hipertermia
tubuh Terapeutik 4. Agar pasien
membaik 1. Sediakan nyaman
2. Suhu kulit lingkungan yang 5. Agar pasien
tubuh dingin. kooperatif
membaik 2. Berikan cairan 6. Agar pasien

18
3. Tekanan oral nyaman
darah Edukasi 7. Agar kooperatif
membaik 1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena.
3. Gangguan L.14125 I.11353 1. Untuk
integritas kulit b.d intergritas kulit Perawatan intergritas mengetahui
perubahan dan jaringan kulit penyebab
pigmentasi setelah dilakukan Observasi gangguan
(D.0129) intervensi 1. Indikasi integritas kulit
keperawatan penyebab 2. Agar pasien
selama waktu gangguan nyaman
tertentu integritas kulit 3. Untuk memenuhi
diharapkan Terapeutik kebutuhan cairan
intergritas kulit 1. Ubah posisi tiap 4. Untuk
dan jaringan 2 jam jika tirah meningkatkan
membaik dengan baring asupan nutrisi
kriteria hasil : Edukasi 5. Untuk
1. Kerusakan 1. Anjurkan meningkatkan
jaringan minum air yang asupan buah dan
menurun cukup sayur
2. Kerusakan 2. Anjurkan
kulit meningkatkan
menurun asupan nutrisi
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur

19
4. Nyeri akut b.d L.08066 tingkat I.08238 menjemen 1. Untuk
agen pencedera nyeri nyeri mengetahui
fisiologis (D.0077) setelah dilakukan Observasi lokasi,
intervensi 1. Indikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama waktu durasi, kualitas,
tertentu frekuensi, intensitas nyeri
diharapkan tingkat kualitas, 2. Untuk
nyeri menurun intensitas nyeri. mengetahui skala
dengan kriteria 2. Indikasi skala nyeri
hasil : nyeri 3. Untuk
1. Keluhan 3. Indentifikasi mengetahui
nyeri factor yang faktor yang
menurun memperberat memperberat dan
2. Meringis dan memperingan
menurun memperingan nyeri
nyeri. 4. Agar nyeri
Terapeutik berkurang
1. Berikan Teknik 5. Untuk
nonfarmakologis mengetahui
untuk penyebab,
mengurangi periode dan
nyeri pemicu nyeri
Edukasi 6. Untuk
1. Jelaskan mengurangi
penyebab, nyeri
periode dan
pemicu nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetic.

20
5. Gangguan L.04034 eliminasi I.11349 dukungan 1. Untuk
eliminasi urine b.d urine perawatan diri mengetahui
penurunan Setelah dilakukan BAB/BAK kebiasaan
kapasitas kandung intervensi Observasi BAK/BAB
kemih, iritasi keperawatan 1. Identifikasi sesuai usia
kandung kemih selama waktu kebiasaan 2. Untuk
tertentu BAK/BAB mengetahui
diharapkan sesuai usia. integritas kulit
eliminasi urine 2. Monitor pasien
membaik dengan integritas kulit 3. Agar
kriteria hasil : pasien memudahkan
Terapeutik pasien
1. Sediakan alat BAB/BAK
bantu jika perlu 4. Agar pasien
(misal:kateter) BAK/BAB
Edukasi secara rutin
1. Anjurkan
BAK/BAB
secara rutin
6. Defisit nutrisi b.d (L.03030) Manajemen nutrisi 1. Untuk
ketidakmampuan Status nutrisi. (I.03119) mengetahui
Setelah dilakukan Tindakan status nutrisi
intervensi Observasi : 2. Untuk
keperawatan 1. Identifikasi mengetahui
selama waktu status nutrisi alergi dan
tertentu 2. Identifikasi intoleransi
diharapkan status alergi dan aktivitas
nutrisi membaik intoleransi 3. Untuk
dengan kriteria aktivitas mengetahui
hasil: 3. Identifikasi kebutuhan kalori
1. Nyeri kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
abdomen dan jenis nutrisi 4. Untuk

21
menurun 4. Monitor hasil mengetahui hasil
2. Frekuensi pemeriksaan pemeriksaan
makanan laboratorium laboratorium
membaik Terapeutik 5. Untuk program
1. Fasilitasi diet pasien
menentukan 6. Untuk program
pedoman diet diet pasien
Edukasi 7. Untuk program
1. Ajarkan diet diet yang
yang dijalankan
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
7 Intoleransi (L.05047) Manajemen energi 1. Untuk
aktivitas b.d Toleransi (I.05178) mengetahui
ketidakseimbangan aktivitas. Tindakan gangguan fungsi
antara suplai dan Setelah dilakukan Obserrvasi : tubuh yang
kebutuhan oksigen intervensi 1. Identifikasi mengakibatkan
(D.0056) keperawatan gangguan fungsi kelelahan
selama waktu tubuh yang 2. Untuk
tertentu mengakibatkan mengetahui
diharapkan kelelahan lokasi dan
toleransi aktivitas 2. Monitor lokasi ketidaknyamanan
membaik dengan dan ketidak- selama
kriteria hasil: nyamanan melakukan
1. Frekuensi selama aktivitas
nadi cupuk melakukan 3. Untuk
membaik kenyamanan

22
2. Saturasi aktivitas pasien
oksigen Terapeutik 4. Agar pasien
cukup 1. Sediakan nyaman
membaik lingkungan 5. Untuk
3. Frekuensi nyaman dan memudahkan
napas rendah stimulus aktivitas pasien
cukup Edukasi 6. Untuk
membaik 1. Anjurkan tirah mengurangi
baring kelelahan pasien
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

BAB IV
PENUTUP

23
A. Kesimpulan
Ada lima jenis virus hepatitis, yang disebut virus hepatitis A, B, C, D, E, F,
dan G, tetapi yang sering dijumpai yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis
disebabkan oleh virus (penyebab terbanyak), bakteri (Salmonella typhi), obat-obatan
beracun (hepatotoksik), dan alkohol. Hepatitis merupakan penyakit yang berbahaya
dan mudah menular yang menjadi masalah kesehatan besar di masyarakat, karena
penularannya yang telative mudah baik secara horizontal maupun vertikal, seseorang
yang menderita penyakit ini lebih banyak tidak menunjukkan gejala yang khas,
sehingga penderita akan mengalami keterlambatan diagnosis maka pentingnya vaksin
vaksin yaitu untuk mencegah penyaakit hepatitis.

B. Saran
Demikian yang dapat kami tuliskan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kurangnya, karena keterbatasan
pengetahuan dan kurang nya rujukan referensi yang ada hubungannya dengan
makalah ini. Kami berharap para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi kami khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

24
Sari, H. P., Indriastuti, D., Asrul, M., & Elyasari, E. (2019). Perbedaan Pengetahuan Pre dan
Post Pendidikan Kesehatan Pada Penghuni Lapas Tentang Risiko Kejadian Viral
Hepatitis Di Lapas Perempuan Kelas III. Jurnal Keperawatan, 2(03), 9-16.
Sulaiman, A. S., Hasan, I., Lesmana, C. R. A., Jasirwan, C. O. M., Nababan, S. H. H., Kalista,
K. F., ... & Gani, R. A. (2021). Nucleoside/Nucleotide Analogues for the Treatment of
Chronic Hepatitis B: A 3-Year Follow Up Study. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 8(3), 5.
Parth Mehta, and Anil Kumar Reddy Reddivari. 2022. “Hepatitis.” StatPearls - NCBI
Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554549/.
WHO. 2019. “Hepatitis.” WHO (September 2019). https://www.who.int/news
room/questions-andanswers/item/hepatitis.
Cabral, Ronald P., and Rachelle C. Gutierrez. 2023. “Overview of Related Features of Viral
Hepatitis: From Pathogenesis to Prevention, Treatment, and Complications.”
Formosa Journal of Multidisciplinary Research 2(5): 973–82.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

25

Anda mungkin juga menyukai