Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOMEDIK

“MEKANISME ADAPTASI SEL”

Dosen Pengampu : Dr. Rostika Flora. S.Kep. M.Kes.AIFO

Disusun oleh :
1. Agnatha Aqilah Kunamae (10011282227056)
2. Mutiara Wahyuliana (10011282227082)
3. Alini Sapitri (10011182227023)
4. Intan Amelia (10011382227201)
5. Ananda Dwi Cahya (10011182227021)
6. Putri Thalia Fortuna Sianipar (10011282227081)
7. Syabina Az-Zahra (10011182227024)
8. Rehsa Apriliana (10011382227150)
9. Rahmah Fadhilah Husna (10011382227189)
10. Siti Wulandari (10011382227184)
11. Azzanaurah (10011282227085)
12. Putri Alya Fitriani (10011382227208)
13. Agustina (10011182227022)
14. Ririn Artike Cahyani (10011382227149)
15. Arista Miranda Putri (10011282227054)
16. Liona Ayu Permata Kusuma (10011382227146)
17. Risma Azrianti (10011382227187)
18. Putri Sava Elfina (10011382227207)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 3
1.3 TUJUAN .......................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 5
2.1 ATROFI ........................................................................................................................... 5
2.1.1 Jenis - Jenis Atrofi..................................................................................................... 5
2.1.2 Cara Mengatasi Atrofi Sesuai dengan Jenisnya ........................................................ 6
2.2 HIPERTROFI ................................................................................................................. 6
2.2.1 Jenis Hipertrofi.......................................................................................................... 6
2.2.2 Pengobatan Hipertrofi ............................................................................................... 7
2.3 ISKEMIK ........................................................................................................................ 7
2.3.1 Faktor Risiko Iskemik ............................................................................................... 7
2.3.2 Gejala Iskemik .......................................................................................................... 8
2.3.3 Pengobatan Iskemik .................................................................................................. 9
2.3.4 Pencegahan Iskemik .................................................................................................. 9
2.4 TROMBOSIS .................................................................................................................. 9
2.4.1 Trombosis Vena Atau Deep Vein Thrombosis (DVT) ............................................. 9
2.4.2 Trombosis Arteri ...................................................................................................... 11
BAB III.......................................................................................................................................... 13
PENUTUP ..................................................................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Patologi adalah salah satu dasar ilmu kedokteran, dan memiliki peranan yang sangat
fundamental. Sering kali diagnosis pasti suatu penyakit ditegakkan dengan patologi
(histopatologi). Sedangkan pengertian patologi dalam arti yang luas adalah bagian dari ilmu
kedokteran yang mengamati sebab dan akibat dari terjadinya penyakit atau kelainan pada
tubuh.

Sel adalah unit fungsional terkecil suatu organisme. Sel-sel yang memiliki asal embrionik
atau fungsi yang sama akan membentuk suatu organisasi yang memiliki fungsional lebih
besar yaitu jaringan. Jaringan ini kemudian akan bergabung untuk membentuk struktur tubuh
dan organ-organ. Meskipun sel-sel di setiap jaringan dan organ memiliki variasi struktur dan
fungsi yang berbeda. ada beberapa karakteristik umum yang dimiliki semua sel. Sel memiliki
kemampuan untuk mendapatkan energi dari nutrien organik di sekitarnya, mensintesis
berbagai kompleks molekul, dan bereplikasi (Mattson. 2006).

Salah satu kemampuan sel adalan beradaptasi dengan lingkungannya. Kemampuan sel
untuk beradaptasi sangat penting karena setiap hari, bahkan hamper setiap detik, sel-sel tubuh
terpapar oleh berbagai kondisi. Adaptasi juga dibutuhkan oleh sel untuk menghadadi suatu
kondisi fistologis tubuh itu sendiri contonnya perbesaran ukuran uterus saat wanita hamil.
Terkadang gangguan broses adaptasi ini bisa menjadi awalan dari suatu mekanisme awal
teradinya suatu penyakit. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari adaptasi sel agar
pembelajaran mengenai mekanisme teriadinya suatu penyakit dapat lebih mudah dipahami
(Mattson. 2006).

Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan, kesatuan lahiriah
yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan
hidup.dan selalu berbuhungan dengan karakterristik makhluk hidup yaitu : bereproduksi,
tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal.
Mekanisme adaptasi sel adalah penyesuaian dengan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Adaptasi sel merupakan respons sel terhadap cedera yang tidak mematikan dan bersifat
menetap (persistent). Ada 4 cara yang dilakukan yaitu atrofi, hipertrofi, hiperplasia, dan
metaplasia. Pada dasarnya tubuh terdiri dari satuan dasar yang hidup yakni sel sel dan tiap
organ merupakan kelompok sel yang berbeda-beda yang saling menghubungkan satu sama
lainnya oleh struktur penunjang interselular. Tiap macam sel dapat beradaptasi secara khusus
untuk membentuk suatu fungsi yang khas. Sel itu juga berkemampuan untuk
berkembangbiak dan bila salah satu macam sel itu rusak oleh salah satu penyebab, maka sel-
sel yang tertinggal seringkali membagi diri lagi terus menerus sampai jumlahnya mencukupi
kembali.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana adaptasi sel secara atropi?
2. Bagaimana adaptasi sel secara hypertropi?
3. Bagaimana adaptasi sel secara iskemik?

3
4. Bagaimana adaptasi sel secara trombosis?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu mekanisme adaptasi sel.
2. Untuk mengetahui adaptasi sel secara atropi.
3. Untuk mengetahui adaptasi sel secara hypertropi.
4. Untuk mengetahui adaptasi sel secara iskemik.
5. Untuk mengetahui adaptasi sel secara trombosis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ATROFI
Atrofi adalah pembuangan sebagian atau seluruh bagian tubuh. Atrofi adalah proses
fisiologis umum reabsorpsi dan kerusakan jaringan, yang melibatkan apoptosis. Ketika atrofi
terjadi sebagai akibat dari penyakit atau kehilangan dukungan trofik akibat penyakit lain,
disebut sebagai atrofi patologis, meskipun dapat menjadi bagian dari perkembangan normal
tubuh dan homeostasis juga. Penyebab atrofi antara lain mutasi (yang dapat merusak gen
untuk membangun organ), nutrisi yang buruk, sirkulasi yang buruk, hilangnya dukungan
hormon, hilangnya pasokan saraf ke organ target, jumlah apoptosis sel yang berlebihan, dan
kurangnya gerakan atau penyakit intrinsik pada jaringan itu sendiri.

2.1.1 Jenis - Jenis Atrofi


1. Atrofi Denervasi
Atrofi ini adalah kondisi mengecilnya tulang dan otot secara progresif diakibatkan oleh
tubuh yang tidak aktif dalam waktu lama. Kasus atrofi ini sering ditemukan pada pasien
yang memiliki penyakit kronis seperti kanker atau HIV. Mereka biasanya akan mengalami
penurunan kepadatan dan massa otot yang membuat tubuh tampak mengecil dari yang
seharusnya.
2. Cachexia
Cachexia merupakan kondisi atrofi di mana otot tubuh menjadi bagian yang terdampak.
Penyakit ini bisa menyerang pasien yang sering tidur dalam kondisi cedera tulang belakang
atau orang yang mengalami cacat mendadak. Atrofi ini juga bisa menyerang orang yang
sehat. Misalnya saja seorang atlet yang sedang beristirahat dari musim perlombaan. Karena
otot tidak digunakan dan bebannya berkurang, massanya bisa menurun. Karena itu para
atlet tidak boleh meninggalkan latihan meskipun sedang tidak dalam musim pertandingan
untuk mencegah terjadinya atrofi.
3. Atrofi Otot
Atrofi otot merujuk pada pelemahan otot rangka yang membentuk dan menggerakkan
tubuh kita. Ketika otot yang ada tidak digunakan dalam waktu lama, misalnya pada kasus
kelumpuhan atau koma, massanya akan terus menurun.
4. Atrofi Neurogenik
Jenis ini mengacu pada kondisi yang lebih parah. Atrofi ini tidak hanya memengaruhi otot
tapi juga sampai ke saraf. Ketika saraf sudah ikut terdampak, maka proses
penyembuhannya bisa lebih kompleks lagi. Faktor yang bisa menyebabkan kerusakan saraf
ini termasuk konsumsi alkohol berlebih, racun hingga cedera.
5. Atrofi Otot Spinal
Atrofi adalah kondisi yang juga bisa dibawa seseorang sejak lahir. Jenis atrofi otot spinal
misalnya, adalah gangguan tulang belakang bawaan yang diderita 1 dari 40 orang. Atrofi
ini secara khusus menyerang neuron motorik yang ada di bagian sumsum tulang belakang.
Akibatnya, penderita bisa kehilangan kendali terhadap ototnya.
6. Atrofi Otak
Jenis atrofi otak adalah salah satu kondisi yang terjadi ketika otak kehilangan sel-sel
penyusunnya dan mengalami penyusutan. Atrofi otak biasanya hanya terjadi pada salah

5
satu sisi saja. Pasien biasanya akan mengalami gangguan fungsi kognitif, daya ingat,
berbicara hingga bergerak.

2.1.2 Cara Mengatasi Atrofi Sesuai dengan Jenisnya


1. Atrofi Otot
Atrofi otot ini disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot. Hal ini dapat dilihat pada
berbagai penyakit. Terutama cachexia pada penderita kanker dan HIV atau AIDS. Cara
mengatasi atrofi otot adalah rajin berolahraga serta rajin dalam beraktivitas normal sehari-
hari.
2. Atrofi Otot Neurogenik
Tidak munculnya aktivitas otot yang dipicu oleh kontraksi otot disebabkan karena saraf ke
otot yang rusak. Tanpa adanya saraf yang memicu kontraksi otot maka tubuh yakin bahwa
otot tidak lagi diperlukan. Cara untuk mengatasinya adalah otot harus dilatih secara
artifisial menggunakan stimulasi listrik fungsional demi mempertahankan massa otot.
3. Disuse Muscle Atrophy
Otot Disuse atrophy sering disebut sebagai "atrofi sederhana" di mana atrofi bersifat
intrinsik pada otot yang secara khusus terpapar saat tidak digunakan. Akibatnya
manusia kehilangan otot yang tidak digunakan serta kehilangan kekuatan. Cara
mengatasinya adalah dengan memperbanyak aktivitas fisik normal seperti bangun,
bergerak, mengangkat, dan membawa beban. Cara tersebut dapat merangsang otot tumbuh
kembali.

2.2 HIPERTROFI
Hipertrofi adalah peningkatan dan pertumbuhan sel otot yang mengacu pada peningkatan
ukuran otot pada bagian tubuh tertentu. Semua hipertrofi adalah akibat dari peningkatan
jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serat otot, jadi menyebabkan pembesaran
masing-masing serat otot, yang secara sederhana disebut hipertrofi serat. Peristiwa ini
biasanya terjadi sebagai respon terhadap suatu kontraksi otot yang berlangsung pada
kekuatan maksimal atau hampir maksimal.

Hipertrofi terutama dijumpai pada sel-sel yang tidak dapat beradaptasi terhadap
peningkatan beban kerja dengan cara meningkatkan jumlah mereka (hiperplasia) melalui
mitosis. Contoh sel yang tidak dapat mengalami mitosis tetapi mengalami hipertrofi adalah
sel otot rangka dan jantung. Otot polos dapat mengalami hipertrofi maupun hiperplasi.
Hipertrofi otot ditandai dengan peningkatan ukuran otot pada tubuh, seperti pada lengan dan
paha. Hipertrofi otot berarti peningkatan ukuran otot tersebut terjadi pada sel-sel otot yang
sudah ada.

2.2.1 Jenis Hipertrofi


1. Hipertrofi Fisiologis
Hipertrofi ini terjadi sebagai akibat peningkatan beban kerja suatu sel secarasehat misalnya
peningkatan massa atau ukuran otot setelah berolahraga. Hypertrofi otot, hipertrofi
miofibrilar, maupun hipertrofi sarkoplasma merupakan jenis hipertrofi fisiologis, dapat
terjadi jika sering berolahraga. Khususnya jenis olahraga atau latihan yang memang fokus
terhadap pembentukan otot di area tubuh tertentu. Latihan otot yang secara rutin dilakukan
awalnya mungkin menyebabkan ketegangan pada otot. Kondisi ini bisa menyebabkan

6
kerusakan pada serat otot, tapi tubuh akan terus memperbaikinya. Artinya, tubuh
melakukan pertahanan diri hingga akhirnya terbiasa dengan kondisi tersebut.
a) Hipertrofi miofibrilar, yaitu peningkatan jumlah miofibril, yang membuat otot lebih
kuat dan padat. Miofibril sendiri merupakan serabut yang membuat jaringan otot
dapat berkontraksi.
b) Hipertrofi sarkoplasma, itu tandanya jumlah cairan sarkoplasma di dalam otot
bertambah. Cairan ini adalah sumber energi yang mengelilingi miofibril di dalam
otot. Cairan ini mengandung adenosin trifosfat, glikogen, kreatin fosfat, dan air.
Cairan sarkoplasma yang membuat otot menjadi lebih besar, tetapi tidak bertambah
kuat.
c) Hipertrofi otot miostatin, yaitu kondisi genetik langka yang melibatkan
peningkatan ukuran otot secara signifikan. Bahkan, peningkatannya sendiri dapat
terjadi 2 kali lipat dari jumlah massa otot normal. Jika tidak dipicu oleh genetik
seperti hipertrofi otot miostatin, peningkatan ukuran otot dapat terjadi ketika kamu
sering berolahraga. Jenis olahraga atau latihan yang dilakukan tentu harus fokus
terhadap pembentukan otot di area tubuh tertentu.
2. Hipertrofi Patologis
Hipertrofi ini terjadi sebagai respon terhadap suatu keadaan sakit misalnya hipertrofi
ventrikel kiri sebagai respon terhadap hipertensi kronik dan peningkatan beban kerja
jantung.
3. Hipertrofi Kompensasi
Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peransel lain yang
telah mati. Contohnya hilangnya satu ginjal menyebabkan sel-sel di ginjal yang masih ada
mengalami hipertrofi sehingga terjadi peningkatan ukuran ginjal secara bermakna.

2.2.2 Pengobatan Hipertrofi


Hipertrofi dapat menjadi abnormal jika dilakukan secara berlebihan. Adapun kondisi
hipertrofi otot yang tidak diinginkan, misalnya hipertrofi di jantung secara tidak normal.
Kondisi ini disebut dengan Left Ventricular Hypertrophy (LVH) atau Hipertrofi Ventrikel
Kiri. Pengobatan hipertrofi ventrikel kiri adalah dengan mengatasi penyebabnya, agar otot
ventrikel kiri jantung tidak makin membesar sehingga mengakibatkan gagal jantung.
Hipertrofi ventrikel kiri yang disebabkan oleh hipertensi bisa diatasi dengan mengubah
gaya hidup, seperti menjalani diet rendah lemak dan garam, memperbanyak konsumsi buah
dan sayur, berolahraga secara teratur, dan berhenti merokok. Selain perubahan gaya hidup,
hipertensi perlu diobati dengan obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi,

2.3 ISKEMIK
Iskemik adalah suatu keadaan kurangnya aliran darah ke organ tubuh tertentu, yang
mengakibatkan organ tersebut kekurangan oksigen. Iskemia menyebabkan terjadinya
defisiensi nutrisi dan oksigen pada jaringan atau organ tubuh yang sangat diperlukan untuk
membantu proses metabolisme sel. Seluruh organ tubuh dapat mengalami kondisi ini. Jika
tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel. Iskemik sering terjadi
akibat aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah
pun menjadi terhambat. Penumpukan ini terjadi secara perlahan sehingga jarang disadari.

2.3.1 Faktor Risiko Iskemik


1. Mengidap Penyakit Tertentu

7
Diabetes, hipertensi, hipotensi, kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, obesitas, gangguan
pembekuan darah, anemia sel sabit, penyakit jantung, tumor, kelainan otot atau tulang,
kelainan darah, gagal ginjal, vaskulitis, serta kondisi peradangan, seperti pankreatitis dan
diverkulitis dapat menempatkan seseorang pada risiko iskemia.
2. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
Penyalahgunaan narkoba memiliki peningkatan risiko stroke hemoragik dan iskemik.
Selain itu penyalahgunaan obat sering menjadi penyebab stroke pada orang dewasa.
3. Kebiasaan Merokok
Memiliki kebiasaan merokok bisa menempatkan seseorang pada risiko iskemia. Ini
disebabkan kandungan zat berbahaya pada rokok dapat menghambat aliran darah.
4. Konsumsi Minuman Beralkohol Secara Berlebihan
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri
(aterosklerosis). Penumpukan ini dapat mengurangi aliran darah.
5. Jarang Olahraga
Jarang berolahraga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyumbatan aliran
darah. Orang yang aktif berolahraga peredaran darahnya jauh lebih baik ketimbang orang
yang tidak aktif secara fisik.

2.3.2 Gejala Iskemik


1. Iskemik di Jantung
Iskemik di jantung terjadi pada pembuluh darah koroner yang terhambat sebagian atau
seluruhnya. Iskemia jantung dapat menimbulkan serangan jantung. Gejala yang dapat
muncul antara lain : detak jantung lebih cepat, sesak napas, terutama saat melakukan
aktivitas fisik, nyeri dada seperti tertekan, nyeri di leher, rahang, bahu, atau lengan, pusing
atau sakit kepala, lema, berkeringat dingin, mual dan muntah.
2. Iskemik di Usus
Iskemik di usus terjadi saat arteri di usus tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup
untuk proses pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka
panjang (kronis). Gejala iskemia usus akut adalah : nyeri perut secara tiba-tiba, diare, mual
dan muntah, tinja mengandung darah, perut membesar, linglung pada penderita lanjut usia.
Sementara, gejala iskemia usus kronis ditandai dengan : nyeri perut atau kembung selama
sekitar 30 menit setelah makan, lalu menghilang setelah 1-3 jam, nyeri perut yang semakin
memberat setelah beberapa minggu atau bulan, berat badan menurun, sembelit atau malah
diare, mual, gangguan makan, stroke atau serangan jantung.
3. Iskemik di Otak
Iskemik di otak merupakan salah satu jenis stroke. Pada kondisi ini, pasokan darah pada
arteri otak terhambat sehingga sel otak kekurangan oksigen. Akibatnya, terjadi kerusakan
atau kematian sel otak. Gejala akibat iskemia otak meliputi : lemah atau lumpuh pada
setengah badan, bicara pelo dan kesulitan mengerti orang lain saat berkomunikasi,
gangguan penglihatan, yang meliputi kebutaan pada satu mata atau penglihatan ganda,
pusing atau vertigo, penurunan kesadaran, kehilangan kemampuan untuk mengontrol
tubuh.
4. Iskemik di Tungkai
Iskemik di tungkai terjadi akibat penyakit arteri perifer, yaitu penimbunan plak di arteri
tungkai. Gejala kondisi ini antara lain : tungkai terasa nyeri meski sedang beristirahat,
telapak kaki terasa nyeri atau mati rasa, kaki terasa dingin dan lemah, kulit tungkai tampak

8
halus dan mengkilat kemudian menghitam, kuku kaki menebal, luka yang
tidak kunjung sembuh.

2.3.3 Pengobatan Iskemik


Pengobatan bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika disebabkan oleh
sumbatan, penanganan terhadap sumbatan tersebut perlu dilakukan terlebih dulu agar darah
dapat kembali mengalir dengan lancar, sesuai dengan area tempat terjadi sumbatan.
1. Konsumsi Obat-Obatan
Untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Antikoagulan adalah salah satu contoh
obat yang dikonsumsi. Obat ini umumnya diberikan untuk waktu yang lama pada
kasus iskemia akut.
2. Pembedahan
Dapat dilakukan untuk menghilangkan gumpalan massa yang menjadi penghambat
peredaran darah, sehingga membantu memulihkan organ tubuh yang mengalami iskemia.

2.3.4 Pencegahan Iskemik


Pencegahan iskemik dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya melakukan
aktivitas latihan fisik secara rutin, konsumsi makanan kaya serat dan antioksidan, istirahat
yang cukup, berhenti merokok dan meminum alcohol, berhenti mengkonsumsi obat obatan
terlarang.

2.4 TROMBOSIS
Trombosis adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan terbentuknya bekuan darah
atau menggumpalnya darah di dalam pembuluh darah, yang berasal dari komponen-
komponen darah. Gumpalan darah ini dapat menyumbat atau menghalangi kelancaran aliran
darah di sekitarnya. Trombus atau bekuan darah ini dapat terbentuk pada vena, arteri, jantung
atau mikrosirkulasi dan apabila lepas dapat menyebabkan emboli. Trombosis adalah istilah
medis yang merujuk pada proses pembekuan darah di dalam tubuh. Trombosit dan protein
di dalam plasma darah bekerja sama untuk mencegah perdarahan berat ketika pembuluh
darah mengalami cedera. Pada kondisi normal, tubuh segera melarutkan gumpalan darah
ketika cedera pulih. Namun, pada beberapa kasus, gumpalan darah tidak dapat larut dan
menyumbat arteri. Gumpalan darah pun dapat terlepas, lalu mengalir bersama aliran darah,
dan berakhir di dalam arteri yang memasok darah ke otak, jantung, dan paru-paru. Trombosis
menjadi masalah kesehatan yang dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani. Trombosis
dapat menyebabkan komplikasi serius keorgan yang terdampak seperti otak, paru-paru,
sampai ke jantung. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung dapat memicu
serangan jantung mendadak. Atau, bila trombosis terjadi pada pembuluh darah otak, stroke
iskemik pun dapat terjadi.

2.4.1 Trombosis Vena Atau Deep Vein Thrombosis (DVT)


DVT adalah penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Pada
sebagian besar kasus, DVT terbentuk di pembuluh darah paha atau betis, tetapi bisa juga di
pembuluh darah bagian tubuh lain. Gumpalan atau bekuan darah adalah darah yang berubah
dari bentuk cair menjadi gel yang agak padat melalui proses yang dinamakan
koagulasi. Saat terjadi luka atau cedera, darah akan menggumpal untuk membuat
perdarahan berhenti. Pada deep vein thrombosis, terjadi penggumpalan darah di vena
dalam sehingga menyumbat aliran darah. Apabila dibiarkan, gumpalan darah ini bisa

9
terlepas dan mengikuti aliran darah, kemudian menyumbat pembuluh darah arteri di paru-
paru. Akibatnya, penderita akan sulit bernapas, bahkan bisa mengalami kematian.

1. Penyebab Trombosis Deep Vein Thrombosis (DVT)


Trombosis vena dalam disebabkan oleh penyakit atau kondisi yang mencegah darah
mengalir atau membeku secara normal. Ada tiga faktor yang bisa menyebabkan hal
tersebut, yaitu : kerusakan di pembuluh darah vena, gangguan aliran darah di pembuluh
darah vena, kondisi darah yang lebih mudah menggumpal (hiperkoagulabilitas).

2. Faktor Risiko Deep Vein Thrombosis (DVT)


Faktor risiko DVT diantaranya, riwayat gangguan penggumpalan darah, tidur
berkepanjangan, cedera atau baru melakukan pembedahan, kehamilan, pil kb atau terapi
hormone, kelebihan berat badan atau obesitas, kanker, gagal jantung, atau penyakit radang
usus, merokok, usia, duduk dalam waktu yang lama.

3. Gejala Deep Vein Thrombosis (DVT)


Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam dapat menyerang area tungkai
dan lengan. Pengidapnya akan merasakan sakit, pembengkakan, sekaligus nyeri pada area
tersebut. Warna kulit yang kemerahan serta rasa hangat dapat terasa, seperti di area
belakang lutut disertai rasa sakit yang makin menjadi-jadi saat menekuk kaki mendekati
lutut. Gejala yang muncul juga dapat terlihat dari pembuluh darah di sekitar area yang
terjangkit tampak lebih besar dari biasanya.

4. Pengobatan Deep Vein Thrombosis (DVT)


a) Obat-Obatan
Obat-obatan yang diberikan kepada pasien DVT adalah obat antikoagulan, seperti
heparin, nadroparin, dan warfarin. Obat ini berfungsi mencegah gumpalan darah
membesar dan mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah baru. Jika DVT
yang dialami pasien cukup parah atau terdapat emboli paru, dokter akan
meresepkan obat trombolitik. Obat ini bekerja dengan cara memecah gumpalan
darah secara cepat.
b) Filter Vena Cava
Jika pemberian obat-obatan tidak efektif, dokter akan memasang filter khusus di
pembuluh darah rongga perut utama (vena cava). Filter tersebut berfungsi untuk
mencegah gumpalan darah memasuki paru-paru dan menyebabkan emboli paru.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pemasangan filter dalam jangka panjang justru
bisa memperburuk kondisi. Oleh sebab itu, filter sebaiknya dilepas setelah risiko
terjadinya komplikasi berkurang.
c) Stoking Kompresi
Stoking kompresi dipakai di bawah atau di atas lutut untuk mencegah
pembengkakan akibat DVT. Dokter akan menyarankan pasien untuk mengenakan
stoking kompresi ini setiap hari, minimal sampai 2 tahun. Tujuannya adalah untuk
mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah baru.
d) Trombektomi
Trombektomi dilakukan jika gumpalan darah berukuran besar dan sampai
menyebabkan kerusakan jaringan. Prosedur ini dilakukan dengan membuat irisan

10
kecil di pembuluh darah. Setelah itu, dokter akan mengangkat gumpalan darah,
kemudian memperbaiki jaringan dan pembuluh darah yang rusak. Pada beberapa
kasus, dokter akan menggunakan balon khusus untuk membuat pembuluh darah
tetap terbuka lebar selama proses pengangkatan gumpalan darah. Setelah itu, balon
akan diangkat bersama gumpalan darah.

2.4.2 Trombosis Arteri


Trombosis arteri adalah terbentuknya gumpalan darah (trombus) di pembuluh darah arteri.
Kondisi ini bisa menghambat aliran darah ke organ tubuh tertentu sehingga berpotensi
menyebabkan kondisi yang serius, seperti serangan jantung dan stroke. Trombosis arteri
umumnya disebabkan oleh keluarnya sel keping darah (trombosit) sebagai respons tubuh
akibat pecahnya plak penyebab aterosklerosis. Keping darah ini kemudian menyatu dan
menggumpal. Jika gumpalan yang terbentuk cukup besar, pembuluh darah arteri bisa
tersumbat. Meski memiliki banyak kesamaan, trombosis berbeda dengan emboli.
Trombosis merupakan penyumbatan yang terjadi secara spesifik akibat gumpalan darah di
pembuluh darah. Sedangkan pada emboli, penyumbatan bisa disebabkan oleh zat asing,
termasuk gelembung udara, lemak, bahkan cairan ketuban.

1. Penyebab Trombosis Arteri


Trombosis arteri terjadi ketika keping darah atau trombosit menggumpal
sehingga menghambat aliran darah. Gumpalan darah sendiri umumnya terbentuk sebagai
respons tubuh terhadap cedera atau luka yang terjadi di pembuluh darah. Trombosis arteri
paling sering disebabkan oleh pecahnya plak pada aterosklerosis. Selain itu, trombosis
arteri juga bisa terjadi pada penderita vaskulitis, fibrilasi atrium, atau penderita sindrom
antifosfolipid.

2. Faktor Risiko Trombosis Arteri


Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami trombosis arteri,
yaitu kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau diabetes, berat badan
berlebih atau obesitas, pola makan yang tidak sehat dan tinggi lemak jenuh, riwayat
trombosis arteri atau aterosklerosis pada keluarga, gaya hidup kurang aktif bergerak atau
beraktivitas fisik, kecanduan alkohol, usia lanjut.

3. Gejala Trombosis Arteri


a) Sumbatan di Pembuluh Arteri Coroner
Trombosis arteri ini adalah yang menyumbat pembuluh arteri koroner sehingga
dapat menyebabkan serangan jantung. Kondisi ini umumnya ditandai dengan
beberapa gejala seperti nyeri dada, sesak napas, pusing, pucat, keringat dingin,
mual dan muntah.
b) Sumbatan di Pembuluh Arteri Ke Otak
Trombosis arteri yang menyumbat arteri di otak dapat
menyebabkan stroke iskemik. Gejala pada kondisi ini antara lain: mati rasa atau
lemah pada salah satu sisi tubuh, wajah tampak tidak simetris atau salah satu sisinya
terlihat lebih turun, bicara pelo, serta sulit berbicara atau memahami pembicaraan,
gangguan keseimbangan dan koordinasi, sakit kepala atau pusing, sulit menelan.
Sumbatan yang diakibat gumpalan darah di arteri otak kadang berlangsung

11
sementara. tapi bisa menyebabkan stroke ringan atau TIA (transient ischemic
attack).
c) Sumbatan di Pembuluh Arteri Perifer
Kondisi ini umumnya terjadi akibat komplikasi dari penyakit arteri perifer. Pada
penyakit ini, plak yang menumpuk bisa pecah dan menyebabkan terbentuknya
gumpalan darah. Gumpalan darah yang menyumbat pada arteri perifer dapat
menimbulkan keluhan seperti nyeri tungkai, tungkai tampak pucat, kebiruan, atau
terasa dingin, mati rasa atau lemah di tungkai.

4. Pengobatan Trombosis Arteri


Pengobatan trombosis arteri ini bertujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan
gumpalan darah dan mencegahnya terbentuk kembali.trombosis tersebut. Dengan itu, aliran
darah ke organ-organ tubuh dapat kembali lancar.adapun metode cara penanganannya yang
dapat diberikan oleh dokter antara lain yaitu dengan operasi dan obat obatan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan, kesatuan
lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan
hidup.dan selalu berhubungan dengan karakterristik makhluk hidup yaitu : bereproduksi,
tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal.
Tiap macam sel dapat beradaptasi secara khusus untuk membentuk suatu fungsi yang khas.
Sel itu juga berkemampuan untuk berkembangbiak dan bila salah satu macam sel itu rusak
oleh salah satu penyebab, maka sel-sel yang tertinggal seringkali membagi diri lagi terus
menerus sampai jumlahnya mencukupi kembali.

13
DAFTAR PUSTAKA

Diannekartika. isi makalah adaptasidocx. dokumen.tips. Published October 29, 2015. Accessed
January 14, 2023. https://dokumen.tips/amp/documents/isi-makalah-adaptasidocx.html

Redaksi 1000guru. Sel: Si Kecil yang Beradaptasi. Majalah 1000guru. Published June 27, 2011.
Accessed January 14, 2023. http://majalah1000guru.net/2011/06/adaptasi-
sel/#:~:text=Adaptasi%20sel%20merupakan%20respons%20sel,hipertrofi%2C%20hi
perplasia%2C%20dan%20metaplasia.
Rudrappa Supreeth S.Human Skeletal Muscle Disuse Atrophy: Effects on Muscle Protein
Synthesis, Breakdown, and Insulin Resistance—A Qualitative Review.2016.University
Hospital Of Derby and Burton.

Nicholas Perricone, M.D. The Perricone Prescription ISBN 979-1112-60-6 ISBN 978-979-1112-
60-4

Kemkes. (2022, Agustus 30). Retrieved from yankes.kemkes.go.id:


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1417/iskemia

Redaksi Halodoc. Hipertrofi otot dirangsang melalui olahraga sejenis angkat beban. | Chat dokter
Beli obat Booking rumah. halodoc. Published November 29, 2021. Accessed January 14,
2023. https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-tentang-hipertrofi-otot

Trombosis Arteri. Alodokter. Published November 22, 2017. Accessed January 14, 2023.
https://www.alodokter.com/trombosisarteri#:~:text=Ada%20beberapa%20faktor%20y
ang%20bisa,Berat%20badan%20berlebih%20atau%20obesitas
dr. Fadhli Rizal Makarim. DVT Deep Vein Thrombosis. halodoc. Published July 7, 2020. Accessed
January 14, 2023. https://www.halodoc.com/kesehatan/dvt-deep-vein-thrombosis

Rumah Sakit dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam Hospitals. Siloamhospitals.com. Published


2023. Accessed January 14, 2023. https://www.siloamhospitals.com/informasi-
siloam/artikel/apa-itu-trombosis

MUHAMMAD, S. (2020). HUBUNGAN NILAI TROMBOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN


KEGAGALAN ARTERIOVENOUS FISTULA PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

14

Anda mungkin juga menyukai