Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………….
D. Manfaat…………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Adaptasi Sel…………………………………………………
Macam-Macam Adaptasi Sel……………………………………………
A. HIPERTROFI……………………………………………………….
1. Pengertian Hipertrofi…………………………………………….
2. Etiologi Hipertrofi……………………………………………….
3. Klasifikasi Hipertrofi…………………………………………….
4. Tanda dan Gejala…………………………………………………
5. Pengobatan Hipertrofi……………………………………………
B. ATROFI………………………………………………………………
1. Pengertian Atrofi…………………………………………………
2. Penyebab Atrofi…………………………………………………
3. Klasifikasi Atrofi………………………………………………....
4. Tanda dan Gejala………………………………………………....
5. Pengobatan Atrofi………………………………………………
C. ISKEMIK……………………………………………………………
1. Pengertian Iskemik………………………………………….……
2. Penyebab Iskemik …………………………………………...….
3. Gejala Iskemik…………………………………………………
4. Pencegahan Iskemik……………………………………………
5. Pengobatan Iskemik……………………………………………
D. TROMBOSIS………………………………………………………
1. Pengertian Trombosis……………………………………….…
2. Gejala Trombosis ……………………………………….……
3. Pencegahan Trombosis…………………………………………
4. Pengobatan Trombosis…………………………………………

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN……………………………………………………...
B. SARAN………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel adalah unit fungsional terkecil suatu organisme. Sel-sel yang memiliki
asal embrionik atau fungsi yang sama akan membentuk suatu organisasi yang
memiliki fungsional lebih besar yaitu jaringan. Jaringan ini kemudian akan
bergabung untuk membentuk struktur tubuh dan organ-organ. Meskipun sel-sel
di setiap jaringan dan organ memiliki variasi struktur dan fungsi yang berbeda,
ada beberapa karakteristik umum yang dimiliki semua sel. Sel memiliki
kemampuan untuk mendapatkan energi dari nutrien organik di sekitarnya,
mensintesis berbagai kompleks molekul, dan bereplikasi (Mattson, 2006).

Salah satu kemampuan sel adalah beradaptasi dengan lingkungannya.


Kemampuan sel untuk beradaptasi sangat penting karena setiap hari, bahkan
hampir setiap detik, sel-sel tubuh terpapar oleh berbagai kondisi. Adaptasi juga
dibutuhkan oleh sel untuk menghadapi suatu kondisi fisiologis tubuh itu sendiri,
contohnya perbesaran ukuran uterus saat wanita hamil. Terkadang gangguan
proses adaptasi ini bisa menjadi awalan dari suatu mekanisme awal terjadinya
suatu penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari adaptasi sel
agar pembelajaran mengenai mekanisme terjadinya suatu penyakit dapat lebih
mudah dipahami (Mattson, 2006).

Ketika sel mengalami cidera dan sel harus tetap menjalankan fungsinya,
maka sel tersebut akan melakukan mekanisme adaptasi. Respons sel yang
mengalami cidera dapat bersifat reversibel (cidera subletal) dan irreversibel
(cidera letal). Selain dalam bentuk subletal dan letal, ada juga adaptasi lain yaitu
adaptasi yang ditinjau dari beban kerja yang diterima sel. Ditinjau dari beban
kerja yang diterima sel, maka adaptasi dapat dibagi menjadi:
1. Adaptasi terhadap Peningkatan Beban Kerja
2. Adaptasi terhadap Penurunan Beban Kerja
Untuk lebih mengenal mekanisme adaptasi sel, kami akan menjelaskan
materi mengenai hipertrofi, atrofi, iskemik dan trombosis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme atrofi?
2. Bagaimana mekanisme hipertrofi?
3. Bagaimana mekanisme iskemik?
4. Bagaimana mekanisme thrombosis?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme atrofi
2. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme hipertrofi
3. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme iskemik
4. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme thrombosis

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme atrofi
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme hipertrofi
3. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme iskemik
4. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme thrombosis
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Adaptasi Sel


Sel beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan internal, seperti total
organisme beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan eksternal. Sel dapat
beradaptasi dengan melakukan perubahan ukuran, jumlah, dan jenis. Perubahan
ini, yang terjadi secara tunggal atau dalam kombinasi, dapat menyebabkan atrofi,
hipertrofi, hiperplasia, metaplasia, dan displasia (Mattson, 2006).

Jenis-jenis adaptasi sel (Mattson, 2006)

Dalam kondisi normal, sel harus secara konstan beradaptasi terhadap


perubahan lingkungannya. Adaptasi fisiologis biasanya mewakili respon sel
terhadap perangsangaan normal oleh hormon atau mediator kimiawi endogen
(misalnya, pembesaran payudara dan induksi laktasi oleh kehamilan). Adaptasi
patologik sering berbagi mekanisme dasar yang sama tetapi memungkinkan sel
untuk mengatur lingkungannya, dan idealnya melepaskan diri dari cedera. Jadi,
jadi adaptasi selular merupakan keadaan yang berada di antara kondisi normal, sel
yang tidak stres dan sel cedera yang stres berlebihan (Robbins, 2007).
II. Macam-Macam Adaptasi Sel

A. HIPERTROFI
1. Pengertian Hipertrofi

Hipertrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu suatu kelainan
yang disebabkan oleh bertambahnya volume suatu jaringan alat tubuh. Bertambah
besarnya alat tubuh terjadi oleh karena sel pembentuk alat-alat tubuh tersebut
membesar. Hipertrofi dapat dilihat pada berbagai jaringan, tetapi khususnya
sangat mencolok terdapat pada berbagai jenis otot. Peningkatan beban pekerjaan
pada otot merupakan rangsang yang sangat kuat bagi Hipertrofi. Hal ini bisa kita
lihat ada penonjolan otot bisep pada atlet angkat besi merupakan contoh Hipertrofi
otot yang nyata dapat kita lihat. Hal yang sama juga dapat terjadi akibat respon
adaptasi yang penting pada miokardium. Jika seseorang mempunyai katud jantung
abnormal yang menimbulkan beban mekanik yang luar biasa pada ventrikel kiri
atau jika ventrikel memompa melawan tekanan darah sistemik yang meninggi,
akibat hipertrofi miokardium disertai penebalan dinding ventrikel. Fenomena
yang serupa dapat terjadi pada otot polos yang dipaksa bekerja melawan beban
yang meningkat. Suatu ginjal juga dapat menjadi Hipertrofi bila ginjal lainnya
sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi. Pembesaran ginjal yang
terjadi pada keadaan ginjal lainnya kecil disebut atrofi kompensatorik. Hipertrofi
dapat berupa fisiologis maupun patologis dan disebabkan oleh:
- Peningkatan kebutuhan konfensional, misalnya hipertrofi otot lurik pada
binaragawan (fisiologi) atau otot jantung pada penyakit jantung (patologis).
- Stimulus hormonal spesifik misalnya hipertrofi uterus selama kehamilan.

2. Etiologi Hipertrofi
Penyebab terjadinya hipertrofi adalah perubahan adaptif terhadap peningkatan
beban kerja atau pengaruh rangsang hormone yang bersifat khas. Bertambahnya
jaringan atau alat tubuh yang disebabkan oleh masing-masing sel membesar
sehingga membentuk jaringan atau organ tubuh untuk beradaptasi dengan fungsi
alat tubuh yang terlalu berat. Selain itu hipertrofi juga dapat terjadi karena dipicu
oleh membran sel yang meliputi faktor mekanis (regangan) dan zat kimia trofik
( faktor dan zat vasoaktif).

3. Klasifikasi Hipertrofi dan Tempat Terjadinya


Hipertrofi dapat terjadi pada semua jaringan atau alat-alat tubuh tempat sel-
selnya tidak dapat memperbanyak diri diantaranya pada otot, jantung, ginjal,
kelenjar endokrin dan otot-otot polos serta pada bagian alat-alat dalam yang
berlumen dan berongga seperti usus dan ureter.
Berikut macam-macam hipertrofi:
a) Hipertrofi otot rangka (skeletal muscles)
Hipertrofi ini disebabkan oleh peningkatan diameter dari serat-serat glikolitik-
cepat yang direkrut selama otot berkontraksi kuat. Sebagian besar serat
menebal sebagai akibat peningkatan sintesis filamen aktin dan miosin, yang
memungkinkan peningkatan kesempatan jembatan silang berinteraksi dan
meningkatkan kekuatan kontraktil otot.
Contoh hipertrofi pada otot rangka yaitu terdapat pada otot tungkai pengemudi
becak, hal ini disebakan adanya peningkatan beban pekerjaan otot yang kuat.

b) Hipertrofi pada serabut otot jantung ventrikel kiri


Hipertrofi ini terjadi apabila jantung dituntut untuk bekerja lebih keras untuk
melawan tahanan yang lebih besar agar darah dapat dipompa keseluruh tubuh
pada sinus aorta, sama halnya jika seseorang mempunyai katub jantung
abnormal yang menimbulkan beban mekanik yang luar biasa pada ventrikel
kiri, atau jika ventrikel memompa melawan tekanan darah sistemik yang
meninggi akibatnya Hipertrofi miokardium disertai penebalan dinding
ventrikel. Hipertrofi pada jantung ini dapat menyebabkan payah jantung atau
biasa disebut dengan hipertropi kardiomegali.

c) Hipertrofi pada kelenjar endokrin


Hipertrofi ini dapat terjadi pada berbagai endokrinofatilai, seperti pada tyhroid
dan hipofisis, pada keadaan ini ditemukan sel yang bertambah besar dan
mengalami pembentukan sel baru. Bila pada alat tubuh yang berongga timbul
obstruksi maka otot-otot polos pada dinding proksimal terhadap tempat
obstruksi menjadi hipertropik, sebagai suatu usaha agar dapat mendorong
isinya ketempat yang lebih distal.

d) Hipertrofi pada otot-otot bisep


Hipertrofi pada otot bisep ini sering terdapat pada penonjolan otot bisep pada
atlet angkat besi yang dapat kita lihat nyata. Hal ini diakibatkan oleh
peningkatan beban yang diangkat atau dilakukan.

e) Hipertrofi pada ginjal


Hipertrofi ginjal dapat terjadi dan dapat menjadi hipertrofik pada ginjal
lainnya. Sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi. Pembesaran
pada ginjal dapat diakibatkan oleh adanya penambahan epitel tubulus dan
kapiler glomerulus pada masing-masing nefron, hal itulah yang menyebabkan
hipertrofi.

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertrofi sebenarnya berbeda-beda hal ini dilihat dari
alat tubuh yang mengalami hipertrofi, tetapi pada umumnya tanda dan gejalanya
sebagai berikut:
- Panas, berkeringat dan menggigil
- Peningkatan jumlah miofibril, filamen aksin dan miosin
- Otot menjadi tegang
- Peningkatan elastisitas
- Nyeri dada, pingsan dan sesak napas

5. Pengobatan Hipertrofi
Hipertrofi dapat ditangani dengan merubah gaya hidup, seperti menjalani diet
rendah lemak dan garam, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, olahraga
secara teratur dan tidak berlebihan. Pada hipertrofi ventrikel dapat diobati dengan
berbagai metode yang pastinya harus sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.

B. ATROFI
1. Pengertian Atrofi

Atrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu merupakan


berkurangnya ukuran suatu organ atau sel karena mengecilnya ukuran sel, sering
oleh mekanisme yang ikut serta pada apoptosis. Jaringan atau sel yang mengalami
atrofi disebut dalam keadaan atrofik atau atrophied. Atrofi merupakan respon
penyesuaian yang penting terhadap berkurangnya permintaan tubuh berkaitan dengan
fungsi organ atau selnya. Penting diperhatikan bahwa terjadinya atrofi tidak hanya
berhentinya pertumbuhan tetapi juga pengukuran yang aktif dari ukuran sel dan
jumlah yang diperantarai oleh apoptosis. Definisi lain tetapi memiliki maksud yang
sama yaitu keadaan dengan mengecilnya sel-sel jaringan alat tubuh, sebagai akibat
hilangnya beberapa unsure penyusun intraseluler, menyebabkan mengecilnya alat
tubuh yang bersangkutan. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-sel
spesifik, yaitu sel-sel parenchyma yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut
mengecil. Jadi bukan mengenai sel-sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh tersebut.
Stroma tampaknya bertambah yang sebenarnya hanya relatif, karena stroma tetap.
Meskipin atrofi biasanya merupakan proses patologik juga sering disebut
patofisiologik. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali
selama masa perkembangan/ kehidupan dan jika alat tersebut sudah mencapai pada
masa usia tertentu tidak menghilang maka dianggap patologik. Misalnya: kelenjar
thymus dan duktus thyroglossus. Atrofi kadangkandang juga terjadi akibat jumlah sel
parenchyma berkurang biasanya disebut dengan numeric.

2. Penyebab Atrofi
Atrofi memiliki banyak penyebabnya diantaranya sebagai berikut:
- Berkurangnya beban kerja
- Hilangnya persarafan
- Berkurangnya perbekalan darah
- Nutrisi yang tidak memadai
- Hilangnya rangsangan hormon
- Iskemik kronik
- Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang
- Hilangnya stimulus/rangsangan saraf
- Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin
- Kekurangan nutrisi
- Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan
- mengakibatkan pengecilan organ tersebut).

Penyebab atrofi yang sering dijumpai adalah iskemia kronik. Penyebab atrofi lain
yang juga sering dijumpai, terutama yang menyerang otot rangka adalah disuse
antrophy. Jika tungkai yang patah diletakkan dalam pembalut dari gips yang tidak
dapat digerakkan dalam waktu yang cukup lama maka masa ekstremitas tersebut
akan berkurang dengan bermakna disebabkan oleh aftrofi otot yang tidak digunakan.
3. Klasifikasi atrofi
a) Atrofi senilis
Atrofi Senilis juga sering disebut dengan istilah penuaan yang sistemik atau
menyeluruh. Sesungguhnya merupakan bentuk Atrofi hormonal dan vaskuler
oleh berkurangnya rangsangan endokrin dan gangguan vaskularisasi karena
artetiosclerosis. Dapat terlihat misalnya kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-
tulang baik tulang panjang maupun tulang tengkorak menjadi menipis dan
ringan akibat reabsorpsi, sehingga tulang- tulang ini menjadi berlubang-
lubang, ringan dan mudah patah oleh trauma ringan. Otak juga mengecil dan
mengisut, siklus-siklus melebar, susunan ventrikel membesar, sel ganglion
berkurang, sebaliknya sel glio bertambah atau sering disebut gliosis.
Perubahan otak menyebabkan kemunduran dalam kejiwaan yang disebut
dermantia senilis.

b) Atrofi fisiologik
Atrofi Fisiologik juga disebut involusi misalnya mengecil sampai hilangnya
kelenjar timus pada individu usia pubertas, pembentukan ligamentum teres
hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan penutupan fosamer ovale
jantung setelah anak lahir maupun hilangnya duktus omphalomesentericus dan
urakus. Bila onvolusi ini tidak sempurna maka akan tersisa jaringan alat tubuh
tersebut seutuhnya atau sebagian dalam keadaan samar-samar rudimeter yang
dapat pula berakibat gangguan. Bentuk involusi yang lain misalnya
mengecilnya uterus setelah melahirkan dan mengecilnya kembali payudara
setelah melahirkan juga dapat diambil sebagai contoh involusi.

c) Atrofi nutrisional
Atrofi nutrisional atau kelaparan (starvation atrophy) terjadi bila tubuh tidak
dapat mendapat makan untuk waktu yang lama, misalnya terjadi pada orang
yang sengaja berpuasa untuk waktu yang lama tanpa berbuka puasa, orang
yang memang tidak mendapat makanan sama sekali karena terdampar dilaut
atau padang pasir, oran yang menderita gangguan pada saluran pencernaan.
Misalnya karena terdapat penyempitan (styrikura) esophagus pada penderita
tersebut terakhir mungkin mendapat makanan dan minuman yang cukup,
tetapi makanan ini tidak mencapai lambung dan usus karena disemprotkan
kembali. Karena itu, alat-alat tubuh tidak mendapat makanan yang cukup.
Atrofi Nutrisional ini dapat menyebabkan badan menjadi kurus kering,
mengalami emasiasi, serta inanisi. Pada penderita ini menggunakan simpanan
atau cadangan karbohidrat, lemak, dan protein tubuhnya sebagai pengganti
tenaga bagi kehidupannya.

d) Atrofi inaktivitas
Atrofi inaktivitas atau dengan kata lain disuse atrophy terjadi akibat
inaktivitas alat tubuh atau jaringan. Misalnya inaktivitas yang menyebabkan
otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila terdapat
kumpulan otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila
terdapat kumpulan otot akibat hilangnya persyarafan seperti pada polimyelitis.
Atrofi ini disebut juga atrofi neorotrofik karena atrofi ini terjadi akibat
hilangnya impuls tropik. Tulang terjadi pada orang yang terkena suatu
keadaan terpaksa berbaring lama sehingga mengalami atrofi inaktivitas.
Tulang tersebut menjadi berlubang-lubang karena kehilangan kalsium
sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik dan sel-sel kelenjar akan rusak
apabila saluran keluarnya tersumbat untuk waktu yang lama. Misalnya pada
pankreas, maka sel-sel asinus pankreas (eksorin) menjadi atrofi.

e) Atrofi desakan
Atrofi desakan (preassure atrophy) dapat terjadi akibat desakan terus menerus
atau desakan untuk waktu yang lama yang mengenai suatu alat tubuh atau
jaringan. Atrofi desakan fisiologik terjadi pada gusi akibat desakan gigi yang
akan tumbuh. Atrofi desakan patologik terjadi pada sternum akibat aneurisma
aorta. Karena desakan tinggi dan terus-menerus mengakibatkan sternum
menipis. Pada parenchyma ginjal juga dapat pada suatu alat tubuh karena
menerima desakan suatu tumor didekatnya yang makin lama semakin
membesar.

f) Atrofi setempat
Adalah atrofi yang terjadi pada sebagian jaringan atau lokal karena sebab-
sebab tertentu. Misal; stroke pada ekstremitas kanan atas.

g) Atrofi pada Testis


Testis mengalami atrofi karena berbagai hal. Kebanyakan, atrofi testis diawali
dengan orkitis yaitu peradangan pada testis yang disebabkan oleh infeksi.
Biasanya, infeksi tersebut ditandai dengan gejala pembengkakan testis. Pada
orkitis dapat terjadi kerusakan pembuluh darah pada korda spermatic (saluran
yang berisi pembuluh darah, persarafan, kelenjar getah bening, dan saluran
sperma) yang dapat menyebabkan atrofi testis. Akibatnya, testis tersebut
mengalami kegagalan fungsi untuk memproduksi sperma. Sehingga akan
terjadi gangguan dalam menghasilkan keturunan.

h) Atrofi pada Otak, Penderita Alzheimer


Alzheimer termasuk salah satu kepikunan berbahaya yang dapat menurunkan
daya pikir dan kecerdasan seseorang. Fenomena alzheimer ditandai dengan
adanya kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan
perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari (Quartilosia, 2010).
Secara anatomi, serebrum mengalami atrofi, yaitu girus serebrum menjadi
lebih kecil/menciut sedangkansulkusnya melebar. Penderita Alzheimer
biasanya akan sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang.
Orang-orang di sekitar penderita, biasanya akan mengalami kekhawatiran
terhadap penderita alzheimer. Ini merupakan akibat atrofi otak yang sangat
mematikan, karena sel-sel saraf pada otaknya mati.
i) Atrofi pada otot Bisep
Telihat dengan jelas bahwa lengan atasnya mengalami pengecilan. Pada
umumnya, kondisi ini disebabkan oleh inaktivitas/disuse otot lengan tersebut.
Lengan tersebut jarang digunakan untuk mengankat beban, atau jarang
digunakan untuk bekerja sehingga mengalami penyusutan. Atrofi ini disebut
atrofi inaktivitas patologik. Seseorang yang mengalami atrofi otot akan
mengalami penurunan kekuatan bahkan yang lebih fatal yaitu dapat
mengakibatkankelumpuhan. Namun, ada cara-cara mengatasinya diantaranya
yaitu, dilakukannya program olah raga rutin dengan pengontrolan terapis,
perawat, atau dokter; latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot;
dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang (obat-penyakit.com, 2010).

4. Tanda dan Gejala Atrofi


Adapun tanda dan gelajanya berbeda- beda pada setiap jenis atrofi diantaranya
sebagai berikut:
 Pada atrofi senilis tanda-tandanya terlihat dari kulit menjadi tipis dan keriput,
tulang-tulang baik tulang panjang ataupun tulang tengkorak menjadi menipis
akibat reabsorbsi sehingga menjadi ringan ,berlubang dan mudah patah. Gejalnya
diakibatkan oleh penuaan.
 Pada atrofi fisiologik tandanya terlihat dari pembentukan ligamentusteres hepatis,
obliterasi duktus arteri usus botalli dan penutupan fosamer ovale jantung setelah
anak lahir maupun hilangnya duktus omphalomesentericus dan urakus. Gejala ini
akibat involusi
 Pada atrofi nutrisional atau kelaparan tandanya dapat terlihat dari badan menjadi
kurus kering, mengalami emasiasi, inasisi.
 Pada atrofi inaktivitas tanda dan gejalanya dapat terlihat daritulangnyamenjadi
berlubang karena kehilangan kalsium yang menyebabkan tidakakan tumbuh
dengan baik serta rusaknya sel-ssel kelenjar.
 Pada atrofi desakan gejal dan tandanya dapat dilihat dari gusi apabilaakan ada gigi
yang akan tumbuh selain menipisnya sternum akibat aneurisma aorta.
 Pada atrofi setempat tanda dan gejalanya dapat terlihat daritekanan darah yang
tinggi akibat gejala stroke.

5. Pengobatan Atrofi Otot


Penanganan untuk masalah ini bergantung pada hasil diagnosis dari dokter dan
tingkat keparahan penyusutan otot yang terjadi. Adakalanya atrofi bisa diobati dengan
menyembuhkan faktor penyebabnya terlebih dahulu. Beberapa terapi yang biasa
digunakan untuk membantu penderita penyakit ini antara lain:
 Olahraga. Beberapa jenis yang direkomendasikan antara lain adalah olahraga
air untuk membantu pasien lebih mudah bergerak
 Terapi fisik. Biasanya akan dibantu oleh tenaga terapis profesional
 Terapi ultrasound
 Operasi atau pembedahan untuk memperbaiki bagian otot yang sudah
terdeformasi
 Perubahan pola makan biasanya direkomendasikan untuk pasien yang
mengalami atrofi karena kekurangan nutrisi.
Ketika penderita atrofi otot tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat,
berbagai risiko dapat terjadi. Pelemahan pada anggota badan ini menyebabkan pasien
tidak bisa bergerak bebas dan beraktivitas secara normal.

C. ISKEMIK
1. Pengertian Iskemik
Iskemik adalah kekurangan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh karena
permasalahan pada pembuluh darah. Tanpa adanya pasokan darah yang
cukup, organ tubuh kita ataupun jaringan dalam tubuh kita tidak mendapatkan
oksigen yang cukup. Sehingga ketika kondisi ini terjadi bisa saja
membahayakan tubuh kita, seperti serangan jantung hingga stroke. Seluruh
bagian tubuh dapat mengalami hal ini. Jika tidak segera ditangani, maka
kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel.
Beberapa faktor risiko untuk iskemik, yaitu :
- Mengidap penyakit seperti diabetes, hipertensi, hipotensi, kolesterol tinggi,
obesitas, gangguan pembekuan darah, anemia sel sabit dan gagal jantung.
- Memiliki kebiasaan merokok
- Mengalami kecanduan alkohol
- Menyalahgunakan NAPZA
- Jarang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga

2. Penyebab Iskemik
Penyebab yang sering terjadi ialah aterosklerosis, yakni plak yang sebagain
besar mengandung lemak dan menghambat aliran darah. Dimana hal ini akan
menyebabkan arteri terhambat, mengeras dan menyempit. Hal lain yang bbisa
menyebabkan terjadinya iskemik ini ialah seperti adanya gumpalan atau bekuan
darah dimana bekuan ini bisa berpindah ke pembuluh darah yang lebih kecil
sehingga dapat menghentikan aliran darah seketika.

3. Gejala Iskemik serta Tempat Terjadinya


a) Iskemik pada Jantung

Iskemik ini terjadi pada pembuluh darah arteri jantung dimana ia


terhambat separuh bahkan bisa seluruhnya, dan dapat mengakibatkan
gangguan irama jantung atau bahkan serangan jantung.
Gejala :
- Nyeri dada seperti tertekan
- Detak jantung menjadi lebih cepat
- Sesak napas
- Mual dan muntah
- Mengeluarkan keringat berlebih
- Lemas

b) Iskemik pada Usus


Iskemik terjadi ketika arteri pada usus tidak mendapatkan pasokan oksigen
yang cukup untuk melakukan pencernaan. Kondisi ini bisa terjadi tiba-tiba
(akut) atau berjalan lambat (kronis).
Gejala :
- Perut kembung
- Nyeri perut setelah makan
- Bisa timbul gejala mesenteric ischemia

c) Iskemik pada Otak

Iskemik pada otak merupakan salah satu jenis stroke, dimana pasokan
darah pada arteri otak terhambat, sehingga ketika sel otak kekurangan oksigen
akan memicu kerusakan hingga kematian sel otak.
Gejala :
- Setengah badan menjadi lemah atau lumpuh
- Bisa gejala stroke
- Bicara pelo
- Gangguan penglihatan
- Pusing dan vertigo
- Kehilangan koordinasi tubuh
d) Iskemik pada Tungkai
Iskemik ini terjadi karena penyakit arteri perifer, dimana terdapat
timbunan plak pada arteri tungkai.
Gejala :
- Rasa nyeri yang hebat pada tungkai
- Kaki menjadi dingin dan lemah
- Kaki tungkai tampak halus dan mengkilat
- Ujung jari menghitam
- Luka yang tidak kunjung sembuh

4. Pencegahan Iskemik
Untuk mencegah terjadinya iskemik, kita dapat melakukan upaya-upaya
berikut:
 Berolahraga rutin atau melakukan aktifitas latihan fisik.
 Mengonsumsi makanan kaya serat dan anti oksidan
 Beristirahat dengan cukup dan berkualitas
 Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

5. Pengobatan Iskemik
Ketika iskemik terjadi, pengobatan yang dapat kita lakukan ialah yang
pertama yaitu minum obat-obatan untuk menghentikan penggumpalan darah
yang terlah dianjurkan oleh dokter. Yang kedua yaitu pembedahan untuk
menghilangkan gumpalan yang ada, gumpalan tadi akan diangkat untuk
memulihkan organ tubuh yang terkena iskemik.
D. TROMBOSIS
1. Pengertian Trombosis

Trombosis adalah pembentukan bekuan pada lapisan dalam (endotel)


pembuluh darah. Trombosis dapat menurunkan aliran darah atau bisa secara total
menyumbat pembuluh darah.
Beberapa faktor resiko untuk trombosis, yaitu :
- Merokok
- Tekanan darah tinggi
- Peningkatan kadar kolesterol
- Diabetes
- Usia tua
- Riwayat keluarga
- Pola makan kurang baik
- Berat badan berlebih
- Kurang aktifitas fisik dan olahraga

2. Gejala Trombosis serta Lokasinya


a) Trombosis pada Pembuluh Arteri Koroner
Trombosis yang terjadi pada pembuluh arteri koroner akan mengakibatkan
terjadinya serangan jantung. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala,
seperti :
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Pusing
- Pucat
- Keringat dingin
- Mual dan muntah

b) Trombosis pada Pembuluh Arteri Otak


Ketika trombosis terjadi pada pembuluh arteri otak, yang akan terjadi ialah
stroke iskemik. Kondisi ini ditandai dengan gejala seperti berikut :
- Mati rasa pada salah satu sisi tubuh
- Wajah tampak tidak simeteris atau salah satu sisi terlihat lebih turun
- Bicara pelo
- Sulit mempertahankan keseimbangan
- Sakit kepala atau pusing
- Sulit menelan

c) Trombisis pada Pembuluh Arteri Perifer


Trombosis ini terjadi karena akibat dari komplikasi penyakit arteri perifer.
Dimana pada penyakit arteri perifer, plak yang bertumpuk akan pecah dan
bisa terjadi gumpalan darah. Kondisi ini menyebabkan timbulnya gejala dan
keluhan seperti :
- Nyeri tungkai
- Muka tampak pucat, kebiruan dan terasa dingin
- Mati rasa atau kelemahan pada tungkai.

3. Pencegahan Trombosis
Pencegahan trombosis ini bisa kita bagi menjadi dua area utama, yang
pertama yaitu pencegahan primer dimana pencegahan ini berkaitan dengan
perkembangan penyakit dan yang kedua yaitu pencegahan sekunder yakni
pencegahan rekurensi penyakit.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya


trombosis yakni:
- Berhenti merokok
- Menerapkan pola makan sehat
- Berolahraga secara rutin
- Menjaga berat badan agar tetap stabil
- Membatasi asupan alkohol

4. Pengobatan Trombosis
Pengobatan trombosis bertujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan
gumpalan darah yang ada dan mencegahnya untuk terjadi kembali. Pengobatan
ini bisa melalui obat-obatan, pembedahan dan operasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter, Diakses 31 jan 2021 pukul 14.39 https://www.alodokter.com/iskemia


Alodokter, Diakses 31 jan 2021 pukul 14.45 https://www.alodokter.com/trombosis-arteri
Klik Dokter, Diakses31 jan 2021, 15.15 https://m.klikdokter.com/penyakit/trombosi-arteri
Kitabisa.com. 2019. Diakses tgl 31 jan 2021 pukul 15.18 https://blog.kitabisa.com/atrofi-
otot-penyebab-gejala-dan-cara-pengobatannya/
Crowin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC.
D’amico AV, McKenna WG. Apoptosis and re-investigation of the biologic basis of
cancer therapy, radiotherapy and oncology, 1994; 33: 3-10
Kumar V, Cotran R.Z, Robbins S.L.2007. Buku Ajar Patologi.edisi7. Jakarta : EGC
Porth, C, Mattson.2006. Essential Concepts of Disease Processes and Altered 
Health States. Publisher: Lippincott Williams & Wilkins; 2 edition
Saleh, S. 1973. Patologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai