KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………….
D. Manfaat…………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Adaptasi Sel…………………………………………………
Macam-Macam Adaptasi Sel……………………………………………
A. HIPERTROFI……………………………………………………….
1. Pengertian Hipertrofi…………………………………………….
2. Etiologi Hipertrofi……………………………………………….
3. Klasifikasi Hipertrofi…………………………………………….
4. Tanda dan Gejala…………………………………………………
5. Pengobatan Hipertrofi……………………………………………
B. ATROFI………………………………………………………………
1. Pengertian Atrofi…………………………………………………
2. Penyebab Atrofi…………………………………………………
3. Klasifikasi Atrofi………………………………………………....
4. Tanda dan Gejala………………………………………………....
5. Pengobatan Atrofi………………………………………………
C. ISKEMIK……………………………………………………………
1. Pengertian Iskemik………………………………………….……
2. Penyebab Iskemik …………………………………………...….
3. Gejala Iskemik…………………………………………………
4. Pencegahan Iskemik……………………………………………
5. Pengobatan Iskemik……………………………………………
D. TROMBOSIS………………………………………………………
1. Pengertian Trombosis……………………………………….…
2. Gejala Trombosis ……………………………………….……
3. Pencegahan Trombosis…………………………………………
4. Pengobatan Trombosis…………………………………………
A. Latar Belakang
Sel adalah unit fungsional terkecil suatu organisme. Sel-sel yang memiliki
asal embrionik atau fungsi yang sama akan membentuk suatu organisasi yang
memiliki fungsional lebih besar yaitu jaringan. Jaringan ini kemudian akan
bergabung untuk membentuk struktur tubuh dan organ-organ. Meskipun sel-sel
di setiap jaringan dan organ memiliki variasi struktur dan fungsi yang berbeda,
ada beberapa karakteristik umum yang dimiliki semua sel. Sel memiliki
kemampuan untuk mendapatkan energi dari nutrien organik di sekitarnya,
mensintesis berbagai kompleks molekul, dan bereplikasi (Mattson, 2006).
Ketika sel mengalami cidera dan sel harus tetap menjalankan fungsinya,
maka sel tersebut akan melakukan mekanisme adaptasi. Respons sel yang
mengalami cidera dapat bersifat reversibel (cidera subletal) dan irreversibel
(cidera letal). Selain dalam bentuk subletal dan letal, ada juga adaptasi lain yaitu
adaptasi yang ditinjau dari beban kerja yang diterima sel. Ditinjau dari beban
kerja yang diterima sel, maka adaptasi dapat dibagi menjadi:
1. Adaptasi terhadap Peningkatan Beban Kerja
2. Adaptasi terhadap Penurunan Beban Kerja
Untuk lebih mengenal mekanisme adaptasi sel, kami akan menjelaskan
materi mengenai hipertrofi, atrofi, iskemik dan trombosis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme atrofi?
2. Bagaimana mekanisme hipertrofi?
3. Bagaimana mekanisme iskemik?
4. Bagaimana mekanisme thrombosis?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme atrofi
2. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme hipertrofi
3. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme iskemik
4. Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme thrombosis
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme atrofi
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme hipertrofi
3. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme iskemik
4. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme thrombosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPERTROFI
1. Pengertian Hipertrofi
Hipertrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu suatu kelainan
yang disebabkan oleh bertambahnya volume suatu jaringan alat tubuh. Bertambah
besarnya alat tubuh terjadi oleh karena sel pembentuk alat-alat tubuh tersebut
membesar. Hipertrofi dapat dilihat pada berbagai jaringan, tetapi khususnya
sangat mencolok terdapat pada berbagai jenis otot. Peningkatan beban pekerjaan
pada otot merupakan rangsang yang sangat kuat bagi Hipertrofi. Hal ini bisa kita
lihat ada penonjolan otot bisep pada atlet angkat besi merupakan contoh Hipertrofi
otot yang nyata dapat kita lihat. Hal yang sama juga dapat terjadi akibat respon
adaptasi yang penting pada miokardium. Jika seseorang mempunyai katud jantung
abnormal yang menimbulkan beban mekanik yang luar biasa pada ventrikel kiri
atau jika ventrikel memompa melawan tekanan darah sistemik yang meninggi,
akibat hipertrofi miokardium disertai penebalan dinding ventrikel. Fenomena
yang serupa dapat terjadi pada otot polos yang dipaksa bekerja melawan beban
yang meningkat. Suatu ginjal juga dapat menjadi Hipertrofi bila ginjal lainnya
sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi. Pembesaran ginjal yang
terjadi pada keadaan ginjal lainnya kecil disebut atrofi kompensatorik. Hipertrofi
dapat berupa fisiologis maupun patologis dan disebabkan oleh:
- Peningkatan kebutuhan konfensional, misalnya hipertrofi otot lurik pada
binaragawan (fisiologi) atau otot jantung pada penyakit jantung (patologis).
- Stimulus hormonal spesifik misalnya hipertrofi uterus selama kehamilan.
2. Etiologi Hipertrofi
Penyebab terjadinya hipertrofi adalah perubahan adaptif terhadap peningkatan
beban kerja atau pengaruh rangsang hormone yang bersifat khas. Bertambahnya
jaringan atau alat tubuh yang disebabkan oleh masing-masing sel membesar
sehingga membentuk jaringan atau organ tubuh untuk beradaptasi dengan fungsi
alat tubuh yang terlalu berat. Selain itu hipertrofi juga dapat terjadi karena dipicu
oleh membran sel yang meliputi faktor mekanis (regangan) dan zat kimia trofik
( faktor dan zat vasoaktif).
5. Pengobatan Hipertrofi
Hipertrofi dapat ditangani dengan merubah gaya hidup, seperti menjalani diet
rendah lemak dan garam, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, olahraga
secara teratur dan tidak berlebihan. Pada hipertrofi ventrikel dapat diobati dengan
berbagai metode yang pastinya harus sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.
B. ATROFI
1. Pengertian Atrofi
2. Penyebab Atrofi
Atrofi memiliki banyak penyebabnya diantaranya sebagai berikut:
- Berkurangnya beban kerja
- Hilangnya persarafan
- Berkurangnya perbekalan darah
- Nutrisi yang tidak memadai
- Hilangnya rangsangan hormon
- Iskemik kronik
- Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang
- Hilangnya stimulus/rangsangan saraf
- Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin
- Kekurangan nutrisi
- Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan
- mengakibatkan pengecilan organ tersebut).
Penyebab atrofi yang sering dijumpai adalah iskemia kronik. Penyebab atrofi lain
yang juga sering dijumpai, terutama yang menyerang otot rangka adalah disuse
antrophy. Jika tungkai yang patah diletakkan dalam pembalut dari gips yang tidak
dapat digerakkan dalam waktu yang cukup lama maka masa ekstremitas tersebut
akan berkurang dengan bermakna disebabkan oleh aftrofi otot yang tidak digunakan.
3. Klasifikasi atrofi
a) Atrofi senilis
Atrofi Senilis juga sering disebut dengan istilah penuaan yang sistemik atau
menyeluruh. Sesungguhnya merupakan bentuk Atrofi hormonal dan vaskuler
oleh berkurangnya rangsangan endokrin dan gangguan vaskularisasi karena
artetiosclerosis. Dapat terlihat misalnya kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-
tulang baik tulang panjang maupun tulang tengkorak menjadi menipis dan
ringan akibat reabsorpsi, sehingga tulang- tulang ini menjadi berlubang-
lubang, ringan dan mudah patah oleh trauma ringan. Otak juga mengecil dan
mengisut, siklus-siklus melebar, susunan ventrikel membesar, sel ganglion
berkurang, sebaliknya sel glio bertambah atau sering disebut gliosis.
Perubahan otak menyebabkan kemunduran dalam kejiwaan yang disebut
dermantia senilis.
b) Atrofi fisiologik
Atrofi Fisiologik juga disebut involusi misalnya mengecil sampai hilangnya
kelenjar timus pada individu usia pubertas, pembentukan ligamentum teres
hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan penutupan fosamer ovale
jantung setelah anak lahir maupun hilangnya duktus omphalomesentericus dan
urakus. Bila onvolusi ini tidak sempurna maka akan tersisa jaringan alat tubuh
tersebut seutuhnya atau sebagian dalam keadaan samar-samar rudimeter yang
dapat pula berakibat gangguan. Bentuk involusi yang lain misalnya
mengecilnya uterus setelah melahirkan dan mengecilnya kembali payudara
setelah melahirkan juga dapat diambil sebagai contoh involusi.
c) Atrofi nutrisional
Atrofi nutrisional atau kelaparan (starvation atrophy) terjadi bila tubuh tidak
dapat mendapat makan untuk waktu yang lama, misalnya terjadi pada orang
yang sengaja berpuasa untuk waktu yang lama tanpa berbuka puasa, orang
yang memang tidak mendapat makanan sama sekali karena terdampar dilaut
atau padang pasir, oran yang menderita gangguan pada saluran pencernaan.
Misalnya karena terdapat penyempitan (styrikura) esophagus pada penderita
tersebut terakhir mungkin mendapat makanan dan minuman yang cukup,
tetapi makanan ini tidak mencapai lambung dan usus karena disemprotkan
kembali. Karena itu, alat-alat tubuh tidak mendapat makanan yang cukup.
Atrofi Nutrisional ini dapat menyebabkan badan menjadi kurus kering,
mengalami emasiasi, serta inanisi. Pada penderita ini menggunakan simpanan
atau cadangan karbohidrat, lemak, dan protein tubuhnya sebagai pengganti
tenaga bagi kehidupannya.
d) Atrofi inaktivitas
Atrofi inaktivitas atau dengan kata lain disuse atrophy terjadi akibat
inaktivitas alat tubuh atau jaringan. Misalnya inaktivitas yang menyebabkan
otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila terdapat
kumpulan otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila
terdapat kumpulan otot akibat hilangnya persyarafan seperti pada polimyelitis.
Atrofi ini disebut juga atrofi neorotrofik karena atrofi ini terjadi akibat
hilangnya impuls tropik. Tulang terjadi pada orang yang terkena suatu
keadaan terpaksa berbaring lama sehingga mengalami atrofi inaktivitas.
Tulang tersebut menjadi berlubang-lubang karena kehilangan kalsium
sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik dan sel-sel kelenjar akan rusak
apabila saluran keluarnya tersumbat untuk waktu yang lama. Misalnya pada
pankreas, maka sel-sel asinus pankreas (eksorin) menjadi atrofi.
e) Atrofi desakan
Atrofi desakan (preassure atrophy) dapat terjadi akibat desakan terus menerus
atau desakan untuk waktu yang lama yang mengenai suatu alat tubuh atau
jaringan. Atrofi desakan fisiologik terjadi pada gusi akibat desakan gigi yang
akan tumbuh. Atrofi desakan patologik terjadi pada sternum akibat aneurisma
aorta. Karena desakan tinggi dan terus-menerus mengakibatkan sternum
menipis. Pada parenchyma ginjal juga dapat pada suatu alat tubuh karena
menerima desakan suatu tumor didekatnya yang makin lama semakin
membesar.
f) Atrofi setempat
Adalah atrofi yang terjadi pada sebagian jaringan atau lokal karena sebab-
sebab tertentu. Misal; stroke pada ekstremitas kanan atas.
C. ISKEMIK
1. Pengertian Iskemik
Iskemik adalah kekurangan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh karena
permasalahan pada pembuluh darah. Tanpa adanya pasokan darah yang
cukup, organ tubuh kita ataupun jaringan dalam tubuh kita tidak mendapatkan
oksigen yang cukup. Sehingga ketika kondisi ini terjadi bisa saja
membahayakan tubuh kita, seperti serangan jantung hingga stroke. Seluruh
bagian tubuh dapat mengalami hal ini. Jika tidak segera ditangani, maka
kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel.
Beberapa faktor risiko untuk iskemik, yaitu :
- Mengidap penyakit seperti diabetes, hipertensi, hipotensi, kolesterol tinggi,
obesitas, gangguan pembekuan darah, anemia sel sabit dan gagal jantung.
- Memiliki kebiasaan merokok
- Mengalami kecanduan alkohol
- Menyalahgunakan NAPZA
- Jarang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga
2. Penyebab Iskemik
Penyebab yang sering terjadi ialah aterosklerosis, yakni plak yang sebagain
besar mengandung lemak dan menghambat aliran darah. Dimana hal ini akan
menyebabkan arteri terhambat, mengeras dan menyempit. Hal lain yang bbisa
menyebabkan terjadinya iskemik ini ialah seperti adanya gumpalan atau bekuan
darah dimana bekuan ini bisa berpindah ke pembuluh darah yang lebih kecil
sehingga dapat menghentikan aliran darah seketika.
Iskemik pada otak merupakan salah satu jenis stroke, dimana pasokan
darah pada arteri otak terhambat, sehingga ketika sel otak kekurangan oksigen
akan memicu kerusakan hingga kematian sel otak.
Gejala :
- Setengah badan menjadi lemah atau lumpuh
- Bisa gejala stroke
- Bicara pelo
- Gangguan penglihatan
- Pusing dan vertigo
- Kehilangan koordinasi tubuh
d) Iskemik pada Tungkai
Iskemik ini terjadi karena penyakit arteri perifer, dimana terdapat
timbunan plak pada arteri tungkai.
Gejala :
- Rasa nyeri yang hebat pada tungkai
- Kaki menjadi dingin dan lemah
- Kaki tungkai tampak halus dan mengkilat
- Ujung jari menghitam
- Luka yang tidak kunjung sembuh
4. Pencegahan Iskemik
Untuk mencegah terjadinya iskemik, kita dapat melakukan upaya-upaya
berikut:
Berolahraga rutin atau melakukan aktifitas latihan fisik.
Mengonsumsi makanan kaya serat dan anti oksidan
Beristirahat dengan cukup dan berkualitas
Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
5. Pengobatan Iskemik
Ketika iskemik terjadi, pengobatan yang dapat kita lakukan ialah yang
pertama yaitu minum obat-obatan untuk menghentikan penggumpalan darah
yang terlah dianjurkan oleh dokter. Yang kedua yaitu pembedahan untuk
menghilangkan gumpalan yang ada, gumpalan tadi akan diangkat untuk
memulihkan organ tubuh yang terkena iskemik.
D. TROMBOSIS
1. Pengertian Trombosis
3. Pencegahan Trombosis
Pencegahan trombosis ini bisa kita bagi menjadi dua area utama, yang
pertama yaitu pencegahan primer dimana pencegahan ini berkaitan dengan
perkembangan penyakit dan yang kedua yaitu pencegahan sekunder yakni
pencegahan rekurensi penyakit.
4. Pengobatan Trombosis
Pengobatan trombosis bertujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan
gumpalan darah yang ada dan mencegahnya untuk terjadi kembali. Pengobatan
ini bisa melalui obat-obatan, pembedahan dan operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA