Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HIPERTROFI DAN ATROFI


Mata Kuliah : Patofisiologi

Dosen Pengajar : Baidah, S.Kep., Ns., M. Kep

OLEH :

1. LIZA CAHYA RHAMADINA (114097012110)

2. MUHAMMAD GILANG IRJATAMA (114097012114)

3. MUHAMMAD HIDAYATULLAH (114097012115)

4. RAIMA MAULIDA (114097012123)

TINGKAT 1A MURAI

PRODI DIII KEPERAWATAN

AKPER KESDAM VI/TANJUNGPURA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah kami yang berjudul “ Hipertrofi dan Atrofi” dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Kami sangat berharap, makalah yang kami
susun ini dapat menambah pengetahuan maupun wawasan pembacanya.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penyusunnya juga pada pembaca.

Banjarmasin, 12 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
HIPERTROFI........................................................................................................................................4
A. Pengertian Hipertrofi.................................................................................................................4
B. Etiologi Hipertrofi.....................................................................................................................5
C. Klasifikasi Hipertrofi dan Tempat Terjadinya...........................................................................5
D. Tanda dan Gejala Hipertrofi......................................................................................................7
ATROFI................................................................................................................................................8
A. Pengertian Atrofi.......................................................................................................................8
B. Etiologi Atrofi...........................................................................................................................9
C. Klasifikasi Atrofi.......................................................................................................................9
D. Tanda dan Gejala Atrofi..........................................................................................................11
RINGKASAN MATERI.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
HIPERTROFI

A. Pengertian Hipertrofi

Hipertrofi berasal dari bahasa yunani yang artinya adalah


peningkatan volume organ atau jaringan kesudahan suatu pembesaran
komponen sel. Hipertrofi merupakan salah satu penyakit kelainan
progresif yang disebabkan oleh bertambahnya volume suatu jaringan
organ tubuh. Bertammbah besarnya suatu organ tubuh disebabkan oleh
masing – masing sel pembangun organ tersebut membesar, yang
merupakan akibat dari peningkatan ukuran sel – sel. Hipertrofi juga dapat
diartikan sebagai penambahan jumlah organel (cont. Miofilamen). Jadi
Hipertrofi dapat didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ
karena pembesaran sel.

Hipertrofi dapat dilihat pada berbagai jaringan, khususnya


contoh mudah yang mencolok dapat dilihat pada berbagai jenis otot.
Peningkatan beban pekerjaan pada otot merupakan rangsang yang sangat
kuat bagi Hipertrofi. Suatu ginjal juga dapat menjadi Hipertrofi bila
ginjal lainnya sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi.
Pembesaran ginjal yang terjadi pada keadaan ginjal lainnya kecil disebut
Hipertrofi Kompensatorik.

Hipertrofi dapat dibedakan menjadi fisiologis maupun


patologis. Contohnya, peningkatan kebutuhan konvensional, pembesaran
pada otot binaragawan (fisiologis) dan pembesaran otot jantung pada
penderita penyakit jantung (patologis).
B. Etiologi Hipertrofi

Penyebab terjadinya Hipertrofi adalah berupa perubahan


adaptif terhadap peningkatan beban kerja atau pengaruh rangsang hormon
yang bersifat khusus. Meningkatnya ukuran jaringan atau organ tubuh
yang disebabkan oleh masing – masing sel yang membesar hingga
membentuk jaringan atau organ tubuh untuk beradaptasi dengan fungsi
alat tubuh yang terlalu berat.

Selain itu hipertrofi juga dapat terjadi karena dipicu oleh


membran sel yang meliputi faktor mekanis (regangan) dan zat kimia
trofik (faktor serta zat vasoaktif). Hal ini menyebabkan peristiwa
intraseluler yang diatur oleh gen, tidak hanya meliputi penambahan
organel sel tetapi juga perubahan pada fenotipik pada sel yang hipertrofi.

Pada jantung misalnya ada perubahan isoform dari


meiosis ke rantai berat beta dann dari akin ke bentuk skeletal alfa.
Keduanya menghasilkan perlambatan kontraksi yang baik bagi serat otot
yang hipertrofik. Hipertrofi pada akhirnya akan mencapai batas, dan saat
itu maka akan terjadi perubahan degeneratif di sel serta jantung. Sehingga
terjadilah gagal jantung.

C. Klasifikasi Hipertrofi dan Tempat Terjadinya

Pada semua jaringan atau organ – organ tubuh yang


dimana sel – selnya tidak dapat memperbanyak diri, hipertrofi dapat
terjadi. Contohnya pada otot, ginjal, jantung, kelejar endokrin dan otot-
otot polos serta pada organ dalam yang berlumen dan berongga sepeti,
usus dan ureter.

Berikut berbagai jenis hipertrofi :


1) Hipertrofi Otot
Hipertrofi otot adalah salah satu contoh yang sangat
umum dan sangat jelas dari hipertrofi organ. Hipertrofi ini muncul
pada otot rangka yang merupakan respon dari latihan fissik atau
latihan beban. Bergantung pada jenis latihannya, hipertrofi otot
dapat muncul dengan meningkatnya volume sarkoplasma atau
meningkatnya protein kontraktil.

2) Hipertrofi Ventrikular
Hipertrofi ventrikular adalah membesarnya ukuraan
ventrikel jangtung. Perubahan ini sangat baik untuk kesehatan jika
ini merupaka respon dari latihan aerobik, akan tetapi ventrikular
juga dapat muncul kesudahan suatu peristiwa penyakit seperti
tekanan darah tinggi.

3) Hipertrofi Payudara
Gigantomastia adalah pertumbuhan ekstrem payudara
aeberat 5kg atau lebih. Gigantomastia dapat terjadi akibat suatu
peristiwa komplikasi ketika kehamilan, atau anak anak ketika
menuju remaja atau pubertas.

4) Hipertrofi Klirotis
Klitorormegali adalah gejala interseksual yang terjadi karena
klirotis membesar sehingga menyerupai penis.

5) Hipertrofi pada Otot – Otot Bisep


Hipertrofi pada otot-otot bisep ini sering terjadi pada atlet
angkat besi yang kita lihat nuata. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan beban yang diangkat atau dilakukan.

6) Hipertrofi pada Ginjal


Hipertrofi ginjal dapat terjadi dan dapat menjadi
hipertrofik pada ginjal lainnya sejak semula tetap keccil karena
aplasi ataupun hipoplasi. Pembesaran pada ginjal dapat diakibatkan
oleh adanya penambahan epitel tubulus dan kapiler glomerulus
pada masing – masing nefron, hal itulah penyebab hipertrofi pada
ginjal.
D. Tanda dan Gejala Hipertrofi

Tanda dan gejala pada hipertrofi sebenarnya berbeda–


beda hal ini dilihat dari alat tubuh yang mengalami hipertrofi, tetapi pada
umumnya tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
 Panas, berkeringat dan menggigil
 Peningkatan jumlah miofibril, filamen aksin dan miosin
 Otot menjadi tegang
 Peningkatan elastisitas
 Nyeri dada, pingsan dan sesak nafas
ATROFI

A. Pengertian Atrofi

Atrofi adalah salah satu penyait kelainan progresif yaitu


merupakan berkurangnya ukuran suatu organ atau sel karena mengecilnya
ukuran sel, seiring oleh mekanisme yang ikut serta pada apoptos is.
Jaringan atau sel yang mengalami atrofi disebut dalam keadaan atrofik
atau atrophied.
Atrofi merupakan respon penyesuaian yang penting
terhadap berkurangnya permintaan tubuh berkaitan dengan fungsi organ
atau selnya. Penting diperhatikan bahwa terjadinya atrofi tidak hanya
berhentinya pertumbuhan tetapi juga pengukuran yang aktif dari ukuran
sel dan jumlah yang diperantarai oleh apoptosis. Definisi lain tetapi
memiliki maksud yang sama yaitu keadaan dengan mengecilnya sel-sel
jaringan alat tubuh, sebagai akibat hilangnya beberapa unsure penyusun
intraseluler, menyebabakan mengecilnya alat tubuh yang bersangkutan.
Mengecilnya organ tubuh tersebut terjadi karena sel-sel spesifik, yiatu
sel-sel parenchyma yang menjalankan fungsi organ tubuh tersebut
mengecil. Jadi bukan mengenai sel-sel jaringan ikat atau stroma organ
tubuh. Stroma tampaknya bertambah dari sebenarnya yang hanya relatif,
karena stroma tetap.

Meskipun atrofi biasanya merupakan proses patologi juga


sering disebut atau juga biasa sering disebut patofisiologi. Beberapa
organ tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa
perkembangan, dan jika organ tersebut sudah mencaapai pada masa usia
tertentu tidak menghilang, maka dianggap patologi. Misalnya kelenjar
thymus dan duktus thyroglossus. Atrofi kadang-kadang terjadi akibat
jumlah sel parenchyma berkurang, biasanya disebut dengan numerik.
B. Etiologi Atrofi

Atrofi memiliki banyak penyebabnya diantaranya sebagai


berikut:
 Berkurangnya beban kerja
 Hilangnya persarafan
 Berkurangnya pembekalan darah
 Nutrisi yang tidak memadai
 Hilangnya rangsamngan hormon
 Iskemik kronik
 Kurangnya suplai oksigen pada seseorang
 Hilangnya stimulus
 Hilangnya rangsangan endokrin
 Kekurangan nutrisi
 Disuse atau inaktivitas (organ tidak sering digunakan hingga
mengakibatkan pengecilan organ tersebut).

Penyebab atrofi yang sering d jumpai adalah


iskemiakronik penyebab lain jiuga sering dijumpai terutama yang
menyerang otot rangka adalah disuse antrophy. Jika tungkai yang patah
dalam diletakan dalam pembalut dari gips yang tidak dapat digerakan
dalam waktu yang cukup lama maka masa ekstremitas tersebut akan
berkurang dengan disebabkan oleh atrofi otot yang tidak diugunakan.

C. Klasifikasi Atrofi

 Artofi semilis
Juga sering disebut juga dengan istilah penuaan yang
sistemik atau menyuliuruh. Sesungguhnya merupakan bventuk
atrofi permonal dan paskuler oleh berkurangnya rangsangan
endokrin dan gangguan paskularisasi karena arteiosklereosis.
Misalnya kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang baik tulang
panjang maupun tulang tengkorak menjadi menipis dan ringan
akibat reapsosi, sehingga tulang-tulang ini berlubang-lubang,
ringan dan mudah patah oleh trauma ringan.

Otak juga mengecil dan mengisut, siklus – siklus melebar,


susunan ventrikel membesar, sel ganglion berkurang, sebaliknya
sel glio bertambah atau sering disebut gliosis. Perubahan otak
menyebabkan kemunduran dalam kejiwaan yang disebut dermantia
senilis.

 Atrofi Fisiologik
Juga disebut involusi misalnya mengecil sampai
hilangnya kelenjar timus pada individu usia pubertas, pembentukan
ligamentum teres hepatis, obeterasi duktus arteri usus botali dan
penutupan fosamer ovale jantung setelah anak lahir maupun
hilangnya duktus omphalomesentericus dan uracus. Bila onfolusi
ini tidak sempurna maka akan tersisa jaringan organ tubuh tersebut
seutuhnya atau sebagaian dalam keadaan samar-samar rudimeter
yang berakibat gangguan.

 Atrofi Nutrisisonal
Astrofi Nutrisional atau kelaparan (starvation atrophy)
terjadi bila tubuh tidak dapat mendapat makanan untuk waktu yang
lama, misalnya terjadi pada orang yang yang sengaja berpuasa
unytuk waktu yang lama, tanpa buka puasa, orang yang menderita
gangguan pada saliuran pencernaan. Misalnya karena terdapat
penyempitan (styrikura) esopagus pada penderita tersebut akan
berakhir mungkin setelah mendapat makanan dan minuman yang
cukup.
Atrofi Nutrisional ini dapat menbyebabkan badan menjadi
kurus kering, mengalamai emasiasi, serta inanisi. Pada penderita
ini menggunakan simpanan atau cadangan karbohidrat, lemak dan
protein tubuhnya sebagai pengganti tenaga bagi kehidupannya.

 Atrofi Inaktivitas
Atrofi Inaktivitas terjadi akibat inaktivitas organ tubuh
atau jaringan. Misalnya inaktivitas yang menyebabkan otot-otot
tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila terdapat
kumpulan otot akibat hilangnya persyarafan seperti pada
polimyelitis. Disebut juga neorotrofik karena atrofi ini terjadi
akibat hilangnya impuls tropik. Terjadi pada orang yang terkena
suatu keadaan terpaksa berbaring lama sehingga mengalami atrofi
inaktivitas. Tulang tersebut menjadi berlubang-lubang karena
kehilangan kalsium sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik dan
sel-sel kelenjar akan rusak apabila saluran keluarnya tersuumbat
untuk waktu yang lama. Misalnya pada pankreas, maka sel-sel
asinus pankreas (eksorin) menjadi atrofi.

 Atrofi Desakan
Atrofi desakan (pressure atrophy) dapat terjadi akibat
desakan terus-menerus atau desakan untuk waktu yang lam, yang
mengenai suatu organ tubuh atau jaringan.

Atrofi desakan fisiologik terjadi pada gusi akibat desakan


gigi yang akan tumbuh. Sedangkan contoh atrofi desakan patologik
terjadi pada sternum akibat aneurisma aorta. Sternum menipis
akibat desakan tinggi yang berlangsung secara terus-menerus. Pada
parenchyma ginjal juga, karena menerima desakan dari suatu tumor
didekatnya yang makin lama makin membesar.

D. Tanda dan Gejala Atrofi

Adapun tanda dan gejalanya benar benar berbeda-beda


pada setiap atrofi diantaranya sebagai berikut :

 Pada atrofi senilis tanda-tandanya terlihatdari kulit menjadi tipis


dan keriput, tulang – tulang baik tulang panjang ataupun tulang
tengkorak menjadi menipis akibat reabsorbsi sehingga menjadi
ringan, berlubang dan mudah patah. Gejalanya diakibatkan oleh
penuaan.

 Pada atrofi fisiologik tandanya terlihat dari pembentukan


ligamentusteres hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan
penutupan fosamer ovale jantung setelah anak lahir maupun
hilangnya duktus omphalomesentericus dan uracus. Gejala ini
akibat involusi.
 Pada atrofi nutrisional atau kelaparan tandany dapat terlihat dari
badan yang menjadi kurus kering, mengalami emasiasi dan
inasiasi.

 Pada atrofi desakan gejala dan tandanya dapat terlihat dari gusi
apabila akan tumbuh gigi selain itu juga menipisnya stenum akibat
aneurisma aorta.

 Pada atrofi setempat tanda dan gejalanya dapat terlihat dari tekanan
darah yang tinggi akibat gejala stroke.
RINGKASAN MATERI

Atrofi dan Hipertrofi merupakan keadaan yang terjadi akibat kelainan


progresif yaitu suatu hal yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan atau
pengurangan ukuran yang tidak wajar.
Disebabkan oleh sel dari suatu jaringan yang mengalami penyusutan
maupun pembesaran.
Hipertrofi biasanya terjadi pada jaringan atau organ tubuh yang selnya
tidak dapat memperbanyak diri. Diantaranya pada otot, jantung, ginjal, kelenjar,
endokrinserta pada otot polos dan organ dalam yang berlumen serta berongga
seperti usus dan ureter.
DAFTAR PUSTAKA

Prawiro A, Andoko. (1998). Catatan Kuliah PATOLOGI UMUM. Jakarta:EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.


Jakarta:EGC

Vinay kumar,ramzi s. Contran & Stanley I Robbins 2007. Buku ajar patologi
ed. 7. Jakarta:EGC

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai