Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM IDK

ADAPTASI, JEJAS,
DAN KEMATIAN SEL
REVINA RIZKA SANNI, 1706978326, PRAKTIKUM IDK, IDK-E

Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti topik ini mahasiswa mampu:
1. menggambarkan struktur anatomi makroskopik adaptasi sel
- Atrofi:
- Hiperplasia
- Hipertrofi
- Metaplasia dan dysplasia jejas reversible:
- Degenerasi hidropik: mola jejas irreversible:
- Nekrosis

2. menggambarkan struktur anatomi mikroskopik;


- Metaplasia
- Degenerasi hidropik
- Nekrosis

3. mendiskusikan mekanisme penyebab terjadi dan dampak dari proses-


proses di atas terhadap biologi, psikologi, sosial dan spiritual klien
4. mendiskusikan implikasi dari perubahan tersebut terhadap tindakan
keperawatan

Daftar referensi:
1. http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJIDX.html
2. http://pathcuric1.swmed.edu/PathDemo/Start.htm

3. CD Patologi
3. Preparat patologi mikroskopik
I.1. Review Struktur Sel Normal
Sel merupakan unit struktural dan fungsional jaringan dan organ. Sebelum mempelajari
gangguan pada sel, Anda diharapkan untuk mengingat kembali sel normal dan bergai
organelnya. Perhatikan skema struktur sel normal yang ada di web di bawah ini: \
http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ052.html

Anda dapat mengeksplor nama-nama organel sel dengan cara menge-klik gambar organel
yang dimaksud.

Gbr I.1.a. Skema sel dan organel sel normal

I.2. Adaptasi Seluler


Sel mampu mengatur dirinya dalam dengan cara merubah struktur dan
fungsinya sebagai respons terhadap berbagai kondisi fisiologis maupun
patologis. Kemampuan ini disebut sebagai adaptasi seluler.

Terdapat empat (4) tipe adaptasi seluler yaitu:

a) Hyperlasia Adalah bentuk adaptasi dengan pertambahan jumlah sel..

b) hypertrophy adalah bentuk adaptasi dengan pertambahan ukuran sel

c) metaplasia adalah bentuk adaptasi berupa transformasi dari satu tipe sel dewasa
menjadi tipe sel dewasa yang lain

d) Atrofi Adalah mengecilnya ukuran sel dari organ yang sebelumnya


berkembang sempurna atau normal.
I.2.1 Atrofi
Atrofi adalah mengecilnya ukuran sel dari organ yang sebelumnya berkembang sempurna
atau normal. Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai perawat,
e) berikan satu contoh kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya atrofi dan jelaskan
mekanismenya
contoh dari kondisi yaitu pengecilan jaringan otot. Mekanisme nya adalah seiring beban
kerja sel menurun, konsumsi oksigen dan sintesis pun menurun. Otot yang tepat akan
dipertahankan oleh insulin dan insulin growth factor-1 (IGF-1). Saat kadar insulin dan IGF-1
menurun maka terjadilah atrofi dengan mencakup proses sintesis yang berkurang
(Porth&Grossman, 2009).

Perhatikan gambaran makroskopik atrofi dari CD patologi ataupun dari situs di bawah ini:
http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ002.html

http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ003.html

f) Menurut Anda apakah dampak atrofi tersebut bagi klien?


Dampak atrofi testis bagi klien adalah testis yang ada disebelah kanan pada foto melangami
atrofi (pengecilan) yang jauh lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan testis ukuran
normal pada gambar bagian kiri.

Atrofi pada testis dapat disebabkan oleh orkitis-epididimis, torsi testis, kriptorkismus,
varikokel, trauma dan terapi estrogen. Atrofi testis ini juga merupakan proses penuaan
normal (Shaida & Berman, 2015).
Jika atrofi terjadi pada kedua testis maka akan terjadi bilateral atrofi testis yang berdampak
pada efek abnormalitas kinerja hormon reproduksi seperti hipogonadisme (Anderson,
Duncan, Norman, & Payne, 2013). Hipogonadisme merujuk pada penurunan fungsi
testikular (Porth & Matfin, 2009).
I.2.2 Hipertrofi dan Hiperplasia
Hipertrofi dan hiperplasia merupakan bentuk lain dari adaptasi sel. Keduanya dapat
menyebabkan pembesaran ukuran organ, namun penyebab dan tempat terjadi yang
berbeda.
g) Jelaskan perbedaan antara hipertrofi dan hiperplasia serta beri contoh!

Hipertropi
 Penambahan ukuran sel yang dengan demikian turut menambahkan massa jaringan
 Fisiologis : otot skeletal akan semakin bertambah ukurannya setelah banyak melakukan
latihan fisik keras atau olahraga
 Patologis : kompensasi terhadap suatu kondisi penyakit atau adaptif.
 Contoh : hipertrofi kompensatori yaitu jika seseorang kehilangan salah satu ginjalnya
maka ginjal yang tersisa akan bertambah ukurannya untuk mengkompensasi atas
kehilangannya

Hiperplasia
 penambahan jumlah sel pada suatu organ atau jaringan
 Fisiologis : pembesaran payudara dan dinding rahim pada ibu hamil yang disebabkan oleh
stimulus dari estrogen
 Patologis : hiperplasia kompensatori yaitu regenerasi hati yang terjadi saat hepatektomi
parsial dan penyembuhan luka.
 (A:otak normal, B: otak atropi) retrieved from Kumar, Abbas, dan Aster. (2014).
Robbins and Cotran pathologic basis of disease, p37
 Contoh : saat penyembuhan luka terjadi proliferasi fibroblas dan pembuluh darah yang
berkontrubusi untuk penyembuhan tersebut (Porth & Matfin, 2009).

Perhatikan anatomi makroskopik hipertrofi dan hiperplasia pada CD patologi atau di situs
di bawah ini:
http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ005.html

h) Pada kondisi apakah yang menyebabkan kelainan di atas?


hipertrofi jantung yang melibatkan ventrikel kiri. Jumlah serat miokard tidak meningkat,
tetapi ukuran mereka dapat meningkatkan respons terhadap beban kerja meningkat, yang
mengarah ke penebalan ditandai dari ventrikel kiri pada pasien ini dengan hipertensi sistemik.
Tingginya

Mekanisme Hipertrofi

Tingginya tekanan darah


peningkatan kerja ventrikel sinister
miosit meningkatkan kadar protein kontraktil
pembesaran masingmasing miosit.
hipertropi konsentris pada miokardium di ventrikel siniter

Pahami bahwa hipertrofi yang terjadi pada otot skelet binaragawan dan hipertrofi yang
terjadi pada sel organ vital seperti jantung memberi dampak yang sangat berbeda bagi
klien.
i) Menurut Anda apakah dampak hipertrofi ventrikel bagi klien penderita?

1. Sesak nafas yang menahun


 Jantung menebal, lebih kaku dari normal, jantung lebih banyak terisi darah dari
paru-paru.
 Terjadinya tekanan balik ke vena-vena paru, yang menyebabkan terkumpulnya
cairan di paru-paru.
 Penderita mengalami sesak nafas yang sifatnya menahun.
2. Penebalan dinding ventrikel juga bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah,
sehingga mencegah pengisian jantung yang sempurna
Perhatikan contoh gambar hiperplasia berikut!
http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ006.html

http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ007.html

j) Menurut Anda apakah hiperplasia merupakan proses fisiologis atau patologis?


Hiperlasia bisa dikatakan fisiologis ataupun patologis tergantung dengan dimana hiperlasia itu
terjadi. Contohnya:
1. Hiperlasia yang terjadi pada endometrium adalah yang termasuk fisiologis karena
penebalan dinding endometrium adalah hal yang wajar saat akan terjadinya menstruasi
yang normal

2. Hiperlasia yang terjadi pada prostat laki-laki adalah contoh hiperlasia patologis karena
peningkatan ini adalah peningkatan nodular dalam menanggapi aksi hormone pada sel-
sel. Termasuk patologis karena dapat mengganggu pengosongan kantung kemih.

I.2.3. Metaplasia dan Displasia


Metaplasia merupakan bentuk adaptasi berupa transformasi dari satu tipe sel dewasa
menjadi tipe sel dewasa yang lain. Derajat yang lebih buruk dari metaplasia adalah
displasia, yaitu perubahan polarisasi pertumbuhan sel. Displasia yang tidak
tertanggulangi dapat mengarah pada keganasan (karsinoma).

Perhatikan gambaran mikroskopik pada sediaan hasil pap smear pada CD


patologi atau pada situs di bawah ini. Klik epitel yang dimaksud untuk melihat perbedaan
sel normal dengan sel yang mengalami displasia.
http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ011.html

I.3. Jejas Sel


Terdapat beberapa penyebab cedera (jejas) sel. Lima (5) dari beberapa
penyebab umum jejas sel antara lain:
k) Kekurangan oksigen. l) kekurangan nutrisi m) respon imun

n) bahan kimia o) radikal bebas


Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dikelompokkan menjadi 2
kategori utama yaitu (p) jejas reversible (degenerasi) & (q) jejas irreversible (kematian sel)

I.3.1 Degenerasi Hidropik: Mola Hidatidosa


Mola hidatidosa (hydatiform mole) sering disebut sebagai ’kehamilan buah
anggur’. Sediaan diambil dari hasil curretage ibu hamil trimester II yang
mengalami abortus. Perhatikan morfologi Mola Hidatidosa pada CD patologi
atau situs di bawah ini:

http://www.flickr.com/photos/lunarcaustic/2450418886/
http://www.flickr.com/photos/lunarcaustic/2448406013/
http://www.flickr.com/photos/lunarcaustic/2448406497/in/photostream/

Mekanisme apa yang mendasari terbentuknya mola?


r)
Mola hidatidosa atau hydatidiform mole merupakan pembesaran uterus yang terjadi akibat
terjadinya degenarasi hidropik pada villi korialis. Degenerasi hidropobik ini berbentuk
seperti buah anggur oleh karena itu sering disebut sebagai hamil anggur. Dapat
disebabkan karena kurangnya oksigen, adanya zat toksik, dan adanya pengaruh dari
osmotic merupakan mekanisme yang mendasari terbentuknya mola.
Namun yang mengalami pembesaran pada uteris bukanlah janin melainkan
gelembunggelembung kapiler yang membesar. Degenerasi hidropik yang terjadi pada vili
korialis karena seluruh stroma vili yang avaskuler larut menjadi cairan mengisi bentuk vili
yang menggembung mirip buah anggur
Berdasarkan perubahan sel yang terjadi, apakah ciri khas yang tampak pada makrokopik dan
mikrokopik mola?

Gbr I.2.1.a Anatomi makroskopik Gbr I.2.1.b Anatomi mikroskopik Mola


Mola Hidatidosa Hidatidosa

Menurut Anda, apakah janin ibu hamil tersebut dapat hidup?


s) Janin ibu hamil yang menderita mola hidatidosa tidak dapat hidup. Hal ini dikarenakan
pada penyakit mola hidatidosa ovum sudah mati namun terlambat dikeluarkan. Kehamilan
mola dapat ditandai dengan hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah
fertilisasi, namun terjadi proliferasi dari vili korialis disertai degenerasi hidropik (Yulaikhah,
2006).

I.3.2 Kematian Sel: Nekrosis

Terdapat 2 jenis kematian sel yaitu apotosis dan nekrosis. Ingatlah perbedaan
utama antara apoptosis dan nekrosis! Yaitu:
t) Apoptosis merupakan kematian sel yang terjadi secara terprogram dalam waktu tertentu
untuk digantikan oleh sel baru sehingga dapat melakukan fungsi sebagaimana mestinya
(Price and Wilson, 2005).

Didefinisikan sebagai perubahan morfologi sel sebagai akibat tindakan degradasi progresif
oleh enzim-enzim pada sel dan denaturasi protein pada sel yang terjejas letal (Robbins dkk,
2007 dan Soemantri, 2007)

Nekrosis merupakan jejas sel irreversible akibat proses enzimatik dari kematian elemen-
elemen sel, denaturasi protein, dan autolisis.
Perhatikan sediaan makroskopik dan mikroskopik nekrosis koagulatif dan
liquefaktif pada CD patologi atau situs di bawah ini:
http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ015.html

http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ016.html

http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ018.html

http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ020.html

http://library.med.utah.edu/WebPath/CINJHTML/CINJ021.html

Apakah perbedaan nekrosis koagulativa dan liquefactive?


u)
Nekrosis liquefactive
•Disebabkan oleh kerusakan enzimatik lebih dominan atau pada organ yang tidak memiliki
proteinuria substansial matriks kaya, misalnya, organ yang kaya lipid seperti otak. Sering
menimbulkan abses karena mencerna bangkai kematian sel.

Nekrosis koagulatif
•Disebabkan oleh denaturasi protein lebih dominan. Dapat terjadi pada semua jaringan dan
organ kecuali otak karena tidak memiliki substansi proteinuria dan lebih banyak
mengandung lemak.
Dari etiologi, proses penyakit, dan manifestasi klinik yang terjadi pada neoplasia, apa
dampaknya terhadap biologi, psikologi, sosiol, dan spiritual pasien?
v) Biologi
•Sel yang sudah mengalami kerusakan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Kerusakan sel pun ada yang bersifat reversible dan irreversible. Jika kerusakan yang terjadi
bersifat irreversible maka dipastikan sel tersebut tidak lagi bisa digunakan. Dan secara
fisiologis akan beruabh dari kondisi normal.

Psikologis
•Pasien yang menderita suatu penyakit akan mengalami perbedaan. Apalagi penyakit yang
diderita pasien adalah penyakit yang sulit disembuhkan. Pasien akan merasa sangat lemah
dan merasa tidak memiliki harapan hidup. Disaat-saat seperti inilah pasien membutuhkan
dorongan semangat dari keluarga dan tenaga kesehatan.

Sosiologi
•Untuk pasien yang menderita penyakit yang terlihat menjijikan secara fisik, akan merasa
dirinya terkucilkan dari lingkungan sosialnya. Atau menderita penyakit seperti AIDS yang
saat ini masyarakat seringkali masih mengucilkan para penderitanya.

Spiritual
•Pasien yang menderita penyakit apapun ingin cepat-cepat mendapat kesembuhan.
Sehingga secara spiritual pasien akan lebih mendekatkan diri kepada Tuahannya untuk
berdoa memohon kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.

w )Apa implikasinya dalam asuhan keperawatan kepada pasien neoplasia? Jelaskan


perannya dalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif!

Preventif
• Preventif atau pencegahan adalah mencegah agar jangan sampai orang terkena penyakit atau
menjaga orang yang sehat agar tetap sehat. • Ex: memeriksa adanya resiko karena keturunan,
menghindari alkohol, rokok dan narkotika, jaga pola hidup seperti rutin berolahraga, dan jaga
pola makan seperti menghindari makanan berlemak dan makanan dengan zat pewarna dan
menggantinya dengan makanan yang kaya akan serat dan antioksidan (Departemen
Kesehatan, 2015).

Promotif
• Promotif (peningkatan) adalah meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin
meningkat
Contoh: pemberian penyuluhan tentang neoplasma kepada berbagai kalangan masyarakat
agar dapat meningkatkan awareness masyarakat tentang kanker, elain itu juga
mempromosikan PHBS atau Perilaku Hidup Sehat kepada masyarakat (Notoatmojo, 2007).

Kuratif
• Kuratif (pengobatan) adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang dari keadaan
sakit secara fisik dan psikis, sasaranya adalah orang yang memiliki penyakit kronis dengan
tujuan agar penyakit tersebut tidak semakin parah. • Namun pelaksanaan upaya kuratif ini
kurang menguntungkan karena intervensi dilakukan setelah sakit sehingga cenderung sulit
diobati apabila sudah semakin parah seperti pada pasien pengidap noeplasma. Selain itu
pelaksanaan upaya kuratif ini memerlukan banyak uang sehingga sulit terjangkau oleh
masyarakat kalangan menengah kebawah.

Rehabilitatif
Rehabilitatif (pemulihan) adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum
100% sembuh) kembali bugar seperti semula. Upaya ini dilakukan setelah proses sakitnya
terhenti
Contoh: misalnya terapi psikologis kepada pasien kanker untuk mengembalikan tingkat
kepercayaan dirinya, memberikan latihan fisik melalui fisioterapi dan lain sebagainya

Daftar Pustaka:
Al Husna, Chairul Huda. (no date). Reaksi inflamasi, adaptasi, dan kematian sel (apoptosis).
Diakses melalui http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/REAKSI
%20INFLAMASI,%20ADAPTASI ,%20D AN%20KEMATIAN%20SEL.pdf
Anderson, E., Duncan, C., Norman, J., & Payne, S. (2013). The reproductive systems. In G.
Douglas, F. Nicol, & C. Robertson, Macleod's clinical examination thirteenth edition
(pp. 211-238). China: Elsevier.
Departemen Kesehatan. (2015, Februari 4). Penanggulangan Kanker di Indonesia. Retrieved
from Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
http://www.depkes.go.id/article/print/15020400003/menkes-canangkan-
komitmenpenanggulangan-kanker-di-indonesia.html Notoatmojo, S. (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Textbook of medical physiology. China: Elsevier.
Kumar, V., Abbas, A. K., dan Aster, J. C. (2014). Robbins and Cotran’s pathologic basis of
disease ninth edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Mohan, H. (2010). Textbook of pathology sixth edition. New Delhi: Ajanta Press.
Pini, L., Pievani, M., Boccheta, M., Altomare, D., Bosco, P., Cavedo, E., . . . Frissoni, G. B.
(2016). Brain atrophy in alzheimer's disease and aging. Ageing research reviews,
2548.
Porth, C., & Matfin, G. (2009). Pathophysiology : concepts of altered health states eigth
edition. China: Wolters Kluwer Health.
Pringgoutomo, S (ed.)., Himawan, S(ed.)., & Tjarta, A (ed.). (2002). Buku Ajar : Patologi 1
(Umum). Jakarta: Sagung Seto.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2061/1/09E01457.pdf Rubin, E. dan
Reisner, H. M. (2014). Essential’s of Rubin pathology sixth edition. China:
Lippincott Williams and Wilkins.
Shaida, N., & Berman, L. (2015). Chapter 40 : Male genitourinary tract. In A. Andreas, A. K.
Dixon, & J. Gillard, Grainger & allison's diognostic radiology sixth edition (pp.
944956). China: Elsevier.

Selamat Belajar!

Anda mungkin juga menyukai