Anda di halaman 1dari 10

2.

mekanisme dan penyebab adaptasi sel

Gambar Adaptasi sel. (Mohan, 2010)

Adaptasi adalah perubahan reversibel dari jumlah, ukuran, fenotipe, aktivitas metabolit
atau fungsi sel dalam memberikan respons terhadap perubahan lingkungan. Adaptasi
fisiologis umumnya merupakan respons sel terhadap stimulus normal oleh hormon atau
mediator kimia endogen (misal: pembesaran payudara dan uterus selama kehamilan akibat
pengaruh hormon). Adaptasi patologis merupakan respons terhadap stres yang
memungkinkan sel untuk menyesuaikan struktur dan fungsi sehingga dapat menghindari
jejas. Adaptasi tersebut dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda. (Kumar, 2013)

1) Hipertrofia adalah meningkatnya ukuran sel yang mengakibatkan organ bertambah besar.
Sebaliknya hiperplasia adalah penambahan jumlah sel yang terjadi karena proliferasi sel
yang telah mengalami diferensiasi dan penggantian sel oleh sel punca (stem cell). Dengan
kata lain pada hipertrofia murni tidak dibentuk sel baru, hanya sel bertambah besar
mengandungi protein dan organel struktural yang meningkat. Hiperplasia merupakan
respons adaptasi pada sel yang dapat melakukan replikasi, sedangkan hipertrofia terjadi
pada set yang mempunyai kemampuan pertambahan yang terbatas. Hipertrofia dan
hiperplasia juga dapat terjadi bersama-sama dan keduanya akan mengakibatkan organ
bertambah besar.(Kumar, 2013)

Hipertrofia dapat terjadi secara fisiologis atau patologis dan disebabkan oleh
kebutuhan fungsional yang meningkat atau stimulasi faktor pertumbuhan atau
hormonal.

a. Pembesaran fisiologis uterus selama kehamilan terjadi karena hipertrofia otot


polos dan hiperplasia otot polos akibat pengaruh estrogen. Keadaaan
berlawanan dalam respons terhadap tuntutan meningkat terjadi pada otot serat
lintang di otot skeletal dan jantung yang hanya dapat melakukan hipertrofia
karena set otot dewasa mempunyai kapasitas bertambah yang terbatas,
sehingga seorang atlet angkat besi pembesaran ototnya karena proses
hipertrofia.(Kumar, 2013)

b. Contoh hipertrofia sel patologis adalah pembesaran jantung akibat hipertensi


atau penyakit katup aorta. Mekanisme yang mengakibatkan hipertrofia
jantung melibatkan setidaknya dua jenis rangsangan: rangsangan mekanik,
seperti peregangan, dan rangsangan trofik, yang merupakan mediator yang
mudah larut dan merangsang pertumbuhan sel, misalnya faktor pertumbuhan
dan hormon yang bersifat seperti adrenalin. Stimulus ini akan merangsang
jalur yang mengakibatkan terjadinya induksi sejumlah gen, yang kemudian
akan merangsang sintesa berbagai protein sel, termasuk faktor pertumbuhan
dan protein struktural. Hasilnya akan terjadi pertambahan sintesa protein dan
miofilamen tiap sel, yang akan memperkuat kemampuan pada tiap kontraksi,
memungkinkan sel memenuhi peningkatan kebutuhan yang dihadapi. Dapat
pula terjadi perubahan protein kontraktil dari bentuk dewasa ke fetal atau
neonatal.
Hipertrofia fisiologis pada uterus selama kehamilanmenghasilkan kontraksi yang lebih
lambat dan lebih menghemat energi. Walaupun terjadi mekanisme hipertrofia,
akan dicapai batas di mana pembesaran massa otot tidak mampu lagi
mengkompensasi beban yang meningkat. Apabila hal ini terjadi di jantung,
beberapa perubahan degeneratif akan terjadi pada serat miokardium, yang
terpenting ialah terjadinya fragmentasi dan hilangnya elemen kontraktil
miofibril. Variabel yang membatasi terjadinya hipertrofia dan mengakibatkan
kelainan regresif tidak seluruhnya dipahami. Serat yang membesar
mengakibatkan terjadinya keterbatasan vaskular mitokondria untuk
menghasilkan adenosin trifosfat (ATP), atau gangguan biosintesa untuk
menghasilkan protein kontraktil atau elemen sitoskeletal lain. Hasil akhir
kelainan ini adalah dilatasi ventrikel dan disusul dengan gagal jantung, suatu
urutan kejadian yang menggambarkan bagaimana suatu adaptasi terhadap stres
dapat berakhir dengan kerusakan fungsi sel, apabila stres tidak dapat
ditanggulangi.(Kumar, 2013)

Gambar Hipertrofia fisiologis pada uterus selama kehamilan.


Gambar Cardiac Hypertrophy. (Mohan, 2010)

2) Hiperplasia

Seperti pembahasan sebelumnya, hiperplasia terjadi apabila jaringan mengandungi populasi


sel yang mampu bereplikasi. Hal tersebut dapat terjadi bersama dengan hipertrofia
dan sering terjadi karena stimulus yang sama. (Kumar, 2013)

Hiperplasia dapat terjadi fisiologis ataupun patologis. Pada kedua keadaan


proliferasi sel dirangsang oleh faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh berbagai jenis
sel, yaitu :

a. Dua jenis hiperplasia fisiologis ialah :

i. hiperplasia hormonal

Contoh pada proliferasi epitel kelenjar-kelenjar payudara saat pubertas dan saat kehamilan
ii. hiperplasia kompensatorik

Keadaan dimana jaringan sisa akan bertambah setelah pengeluaran atau hilangnya bagian dari
suatu organ. Contoh apabila sebagian organ hati direseksi, aktivitas
mitosis pada sel yang tersisa akan dimulai dalam waktu 12 jam, sampai
terjadi pemulihan hati mencapai berat normal semula. Stimulus untuk
hiperplasia pada proses ini adalah faktor pertumbuhan polipeptida yang
dihasilkan oleh sel hati dan juga oleh sel non parenkim di hati. Setelah
proses restorasi jaringan hati, proliferasi sel akan dihentikan oleh
berbagai inhibitor pertumbuhan.

(Kumar, 2013)

b. Umumnya hiperplasia patologis disebabkan oleh stimulus hormone dan faktor


pertumbuhan yang meningkat. Contoh setelah siklus haid normal akan terjadi
pertambahan proliferasi epitel uterus yang biasanya dipengaruhi ketat oleh
hormon hipofisis dan hormone estrogen ovarium dan dihambat oleh
progesteron. Namun apabila terjadi gangguan keseimbangan estrogen dan
progesteron akan terjadi hiperplasia endometrium, yang merupakan penyebab
tersering dari gangguan siklus haid. Hiperplasia juga merupakan respons
penting sel jaringan ikat pada penyembuhan Iuka, di mana proliferasi fibroblas
dan pembuluh darah menopang terjadinya pemulihan jaringan. Pada proses ini
faktor pertumbuhan dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dalam respons
terhadap jejas dan matriks ekstrasel. Rangsangan faktor pertumbuhan juga
terjadi pada hiperplasia yang dikaitkan dengan infeksi virus; contoh virus
papiloma yang mengakibatkan kutil kulit dan lesi mukosa yang terjadi atas
hiperplasia epitel. Pada keadaan ini faktor pertumbuhan disandi oleh gen virus
atau gen sel pejamu yang terkena infeksi.(Kumar, 2013)

Proses hiperplasia tetap terkendali yaitu apabila sinyal yang memulai kejadian
itu menghilang, maka hiperplasia juga akan berhenti. Kemampuan merespons
terhadap mekanisme regulasi normal ini yang membedakan hiperplasia patologis
dengan kanker. Pada kanker, mekanisme pengaturan pertumbuhan mengalami
gangguan atau menjadi tidak efektif .Sekalipun demikian, dalam banyak kasus,
hiperplasia patologis merupakan lahan yang subur untuk timbulnya kanker.
Contoh, pasien hiperplasia endometrium mempunyai risiko yang meningkat untuk
menjadi kanker endometrium.(Kumar, 2013)

Gambar
2.4

Pseudocarcinomatous hyperplasia. (Mohan, 2010)

3) Atrofia

Melisutnya ukuran sel akibat hilangnya substansi sel disebut atrofia. Apabila mengenai
jumlah sel yang cukup banyak, seluruh jaringan atau organ akan mengecil ukurannya,
menjadi atrofik Walaupun sel-sel atrofik menurun fungsinya, sel tersebut tidak mati.
Termasuk penyebab atrofia, ialah berkurangnya beban kerja (misal: imobilisasi
tungkai untuk memungkinkan penyembuhan fraktur), hilangnya persarafan,
berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya stimulasi endokrin,
dan penuaan (atrofia senilis). Walaupun beberapa stimulus tersebut bersifat fisiologis
(misal: berkurangnya stimulasi hormonal pada menopause) dan lainnya patologis
(misal: denervasi), kelainan dasar sel bersifat identik. Perubahan itu menggambarkan
kemunduran sel menjadi ukurannya lebih kecil namun sel dapat bertahan hidup; suatu
keseimbangan baru terwujud antara ukuran sel dan berkurangnya suplai darah, nutrisi
atau stimulasi trofik.(Kumar, 2013)

Mekanisme atrofia merupakan kombinasi antara sintesa protein yang menurun dan
degradasi protein dalam sel, sebagai berikut :

a. Sintesa protein menurun karena aktivitas metabolit menurun.

b. Degradasi protein sel terutama terjadi melalui jalur ubiquitin- proteasome.


Defisiensi nutrien dan kurang dipakai akan mengaktifkan ligase ubiquitin,
yang akan menggabungkan beberapa peptida ubiquitin kecil dengan protein
sel agar terjadi degradasi dalam proteasomes. Jalur ini diperkirakan berperan
pada peningkatan proteolisis pada berbagai kondisi katabolik, termasuk
keadaan kaheksia pada kanker.

c. Pada banyak keadaan, atrofia juga diiringi dengan peningkatan autofagia, yang
meningkatkan vakuol autofagia. Autofagia ("memakan diri sendiri")
merupakan proses yaitu sel yang kelaparan akan memakan komponennya
sendiri dalam usaha untuk bertahan hidup. (Kumar, 2013)

Gambar Atrofi otak. (Kumar, 2013)


Gambar Testicular Atrophy. (Mohan, 2010)

4) Metaplasia

Metaplasia adalah perubahan reversibel yaitu satu jenis sel dewasa (sel epitel atau mesenkim)
digantikan oleh sel dewasa jenis lain. Dalam adaptasi sel ini, suatu sel yang sensitif
terhadap suatu stres tertentu diganti oleh sel lain yang lebih mampu bertahan terhadap
lingkungan yang tidak menopang. Metaplasia diperkirakan terjadi karena sel punca
(stem) diprogram kembali agar mengikuti jalur baru dan bukan perubahan fenotipe
(perubahan diferensiasi) daripada set yang telah mengalami diferensiasi.(Kumar,
2013)

Metaplasia epitel ditunjukkan dengan perubahan epitel skuamosa yang terjadi


pada epitel saluran napas seorang perokok menahun. Sel epitel kolumnar bersilia
normal pada trakea dan bronkus akan diganti setempat atau mengenai daerah luas
dengan epitel berlapis skuamosa. Epitel berlapis skuamosa yang tebal ini dapat
bertahan terhadap zat kimia yang membahayakan pada asap rokok dibandingkan
epitel bronkus semula yang tidak mampu bertahan. Walaupun epitel skuamosa
metaplastik mempunyai daya pertahanan hidup yang menguntungkan, beberapa
mekanisme protektif menghilang, misalnya sekresi mukus dan silia pembersih
terhadap benda partikel.(Kumar, 2013)

Walaupun epitel skuamosa metaplastik mempunyai daya pertahanan hidup


yang menguntungkan, beberapa mekanisme protektif menghilang, misalnya sekresi
mukus dan silia pembersih terhadap benda partikel.(Kumar, 2013)

Metaplasia epitel merupakan pedang bermata dua. Akibat lain, pengaruh yang
menginduksi perubahan metaplastik, apabila menetap, merupakan predisposisi
perubahan keganasan pada epitel. (Kumar,2013)

Kenyataanya, metaplasia skuamosa epitel saluran pernapasan sering dijumpai


bersamaan dengan kanker paru yang terdiri atas epitel skuamosa yang ganas.
Diperkirakan merokok akan mengakibatkan metaplasia skuamosa pada tahap awal
dan kanker akan timbul pada daerah ini kemudian. Karena vitamin A dibutuhkan
untuk diferensiasi normal epitel, defisiensi vitamin ini akan mengakibatkan
metaplasia skuamosa pada epitel saluran napas. Metaplasia tidak harus
mengakibatkan epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa; pada refluks gaster kronik,
epitel skuamosa esofagus bagian bawah mengalami transformasi metaplastik menjadi
epitel gaster atau epitel kolumnar intestinal. Metaplasia dapat pula terjadi pada sel
mesenkim, tetapi keadaan ini biasanya terjadi akibat reaksi terhadap perubahan
patologis dan bukan respons adaptif terhadap stres. Contoh, tulang kadang-kadang
dibentuk pada jaringan ikat, terutama pada lokasi jejas.(Kumar, 2013)
Gambar Perubahan epitel pada cervix uterus. (Mohan, 2010)

Anda mungkin juga menyukai