Adaptasi adalah perubahan reversibel dari jumlah, ukuran, fenotipe, aktivitas metabolit
atau fungsi sel dalam memberikan respons terhadap perubahan lingkungan. Adaptasi
fisiologis umumnya merupakan respons sel terhadap stimulus normal oleh hormon atau
mediator kimia endogen (misal: pembesaran payudara dan uterus selama kehamilan akibat
pengaruh hormon). Adaptasi patologis merupakan respons terhadap stres yang
memungkinkan sel untuk menyesuaikan struktur dan fungsi sehingga dapat menghindari
jejas. Adaptasi tersebut dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda. (Kumar, 2013)
1) Hipertrofia adalah meningkatnya ukuran sel yang mengakibatkan organ bertambah besar.
Sebaliknya hiperplasia adalah penambahan jumlah sel yang terjadi karena proliferasi sel
yang telah mengalami diferensiasi dan penggantian sel oleh sel punca (stem cell). Dengan
kata lain pada hipertrofia murni tidak dibentuk sel baru, hanya sel bertambah besar
mengandungi protein dan organel struktural yang meningkat. Hiperplasia merupakan
respons adaptasi pada sel yang dapat melakukan replikasi, sedangkan hipertrofia terjadi
pada set yang mempunyai kemampuan pertambahan yang terbatas. Hipertrofia dan
hiperplasia juga dapat terjadi bersama-sama dan keduanya akan mengakibatkan organ
bertambah besar.(Kumar, 2013)
Hipertrofia dapat terjadi secara fisiologis atau patologis dan disebabkan oleh
kebutuhan fungsional yang meningkat atau stimulasi faktor pertumbuhan atau
hormonal.
2) Hiperplasia
i. hiperplasia hormonal
Contoh pada proliferasi epitel kelenjar-kelenjar payudara saat pubertas dan saat kehamilan
ii. hiperplasia kompensatorik
Keadaan dimana jaringan sisa akan bertambah setelah pengeluaran atau hilangnya bagian dari
suatu organ. Contoh apabila sebagian organ hati direseksi, aktivitas
mitosis pada sel yang tersisa akan dimulai dalam waktu 12 jam, sampai
terjadi pemulihan hati mencapai berat normal semula. Stimulus untuk
hiperplasia pada proses ini adalah faktor pertumbuhan polipeptida yang
dihasilkan oleh sel hati dan juga oleh sel non parenkim di hati. Setelah
proses restorasi jaringan hati, proliferasi sel akan dihentikan oleh
berbagai inhibitor pertumbuhan.
(Kumar, 2013)
Proses hiperplasia tetap terkendali yaitu apabila sinyal yang memulai kejadian
itu menghilang, maka hiperplasia juga akan berhenti. Kemampuan merespons
terhadap mekanisme regulasi normal ini yang membedakan hiperplasia patologis
dengan kanker. Pada kanker, mekanisme pengaturan pertumbuhan mengalami
gangguan atau menjadi tidak efektif .Sekalipun demikian, dalam banyak kasus,
hiperplasia patologis merupakan lahan yang subur untuk timbulnya kanker.
Contoh, pasien hiperplasia endometrium mempunyai risiko yang meningkat untuk
menjadi kanker endometrium.(Kumar, 2013)
Gambar
2.4
3) Atrofia
Melisutnya ukuran sel akibat hilangnya substansi sel disebut atrofia. Apabila mengenai
jumlah sel yang cukup banyak, seluruh jaringan atau organ akan mengecil ukurannya,
menjadi atrofik Walaupun sel-sel atrofik menurun fungsinya, sel tersebut tidak mati.
Termasuk penyebab atrofia, ialah berkurangnya beban kerja (misal: imobilisasi
tungkai untuk memungkinkan penyembuhan fraktur), hilangnya persarafan,
berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya stimulasi endokrin,
dan penuaan (atrofia senilis). Walaupun beberapa stimulus tersebut bersifat fisiologis
(misal: berkurangnya stimulasi hormonal pada menopause) dan lainnya patologis
(misal: denervasi), kelainan dasar sel bersifat identik. Perubahan itu menggambarkan
kemunduran sel menjadi ukurannya lebih kecil namun sel dapat bertahan hidup; suatu
keseimbangan baru terwujud antara ukuran sel dan berkurangnya suplai darah, nutrisi
atau stimulasi trofik.(Kumar, 2013)
Mekanisme atrofia merupakan kombinasi antara sintesa protein yang menurun dan
degradasi protein dalam sel, sebagai berikut :
c. Pada banyak keadaan, atrofia juga diiringi dengan peningkatan autofagia, yang
meningkatkan vakuol autofagia. Autofagia ("memakan diri sendiri")
merupakan proses yaitu sel yang kelaparan akan memakan komponennya
sendiri dalam usaha untuk bertahan hidup. (Kumar, 2013)
4) Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan reversibel yaitu satu jenis sel dewasa (sel epitel atau mesenkim)
digantikan oleh sel dewasa jenis lain. Dalam adaptasi sel ini, suatu sel yang sensitif
terhadap suatu stres tertentu diganti oleh sel lain yang lebih mampu bertahan terhadap
lingkungan yang tidak menopang. Metaplasia diperkirakan terjadi karena sel punca
(stem) diprogram kembali agar mengikuti jalur baru dan bukan perubahan fenotipe
(perubahan diferensiasi) daripada set yang telah mengalami diferensiasi.(Kumar,
2013)
Metaplasia epitel merupakan pedang bermata dua. Akibat lain, pengaruh yang
menginduksi perubahan metaplastik, apabila menetap, merupakan predisposisi
perubahan keganasan pada epitel. (Kumar,2013)