Anda di halaman 1dari 19

MINI PROJECT

PENGGUNAAN “GOOGLE FORM” TERHADAP DETEKSI DINI IBU


HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS GUNUNGWUNGKAL

Disusun oleh :
dr. Achmad Ma’ruf Fauzi

Pendamping :
dr. Yustina Sulistyaningrum

UPTD PUSKESMAS GUNUNGWUNGKAL


KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
MINI PROJECT

PENGGUNAAN “GOOGLE FORM” TERHADAP DETEKSI DINI IBU


HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS GUNUNGWUNGKAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia


Di Puskesmas Gunungwungkal
Kabupaten Pati

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal : Mei 2021

Disusun oleh :
dr. Achmad Ma’ruf Fauzi

Mengetahui,
Pendamping

dr. Yustina Sulistyaningrum


NIP. 19900203 2014112001
BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil
dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Corneles,
2015). Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi
pada kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun, dikatakan usia tidak aman
karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun dimana kondisi organ reproduksi wanita
sudah mengalami penurunan kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang
dari 145 cm, berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan
sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4 (Hapsari, 2014). Faktor
penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat mengancam
keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu
menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum
terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka
kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015
memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs
(Kemenkes, 2019.)
Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai menjelang
persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2019).

Penyebab utama kematian ibu hamil adalah perdarahan, hipertensi, infeksi,


dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis
yang sudah ada dan kehamilan (WHO, 2017). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan (Infodatin), pada tahun 2013 tingginya Angka Kematian Ibu
disebabkan oleh perdarahan 30,3 %, preeklamsi 27,1, infeksi 7,3%, dan disebabkan
oleh yang lain-lainya yakni 40,8% (Kemenkes RI, 2014).
Penyebab lain dari meningkatnya angka kematian ibu adalah komplikasi
kehamilan yang dapat muncul melalui tanda bahaya kehamilan. Berdasarkan
penyebab tersebut kehamilan berisiko tinggi atau komplikasi kehamilan biasanya
terjadi karena faktor 4 terlalu dan 3 terlambat : Faktor 4 Terlalu yaitu: (1) Terlalu
muda (kurang dari 20 tahun); (2) Terlalu tua (lebih dari 35 tahun); (3) Terlalu sering
hamil (anak lebih dari 3); (4) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang
dari 2 tahun). Faktor 3 Terlambat yaitu: (1) Terlambat mengambil keputusan untuk
mencari upaya medis kedaruratan; (2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan; (3)
Terlambat mendapat pertolongan medis (Kemenkes RI, 2017).
Di puskesmas Gunungwungkal, kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati,
Jawa Tengah. Sesuai dengan data yang direkapitulasi pada tahun 2020, pada akhir
tahun yaitu bulan November dan Desember 2020 di dapatkan persebaran data ibu
hamil dengan resiko tinggi di daerah Sumberejo, Gadu, Bancak, Jembul, Pesagen,
dan Gunungwungkal. Resiko yang di dapatkan sesuai data adalah ibu hamil dengan
kehamilan kurang dari 20 tahun, kehamilan lebih dari 35 tahun, dan Riwayat Obstetri
Jelek. Pencatatan dan deteksi dini yang mudah sangatlah diperlukan agar
mendapatkan efektifitas dalam bekerja, dan mempermudah pencatatan resiko ibu
hamil di kecamatan Gunungwungkal. Di pusksesmas Gunungwungkal belum terdapat
pencatatan dan pengumpulan data yang memudahkan ibu hamil dan petugas
Kesehatan dalam mendeteksi kehamilan dengan resiko tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan bagaimanakah cara mempermudah pencatatan dan
pengumpulan data untuk ibu Hamil dengan resiko tinggi di Puskesmas
Gunungwungkal?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempermudah pencatatan dan pengumpulan data untuk ibu Hamil dengan
resiko tinggi di Puskesmas Gunungwungkal
2. Mengefektifitaskan para petugas Kesehatan dalam melakukan deteksi dini
untuk ibu hamil dengan resiko tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi yang lebih cepat kepada petugas Kesehatan di
puskesmas Gunungwunkal mengenai data kehamilan dengan resiko tinggi.
2. Sebagai sarana yang mempermudah petugas Kesehatan untuk melakukan
deteksi dini kepada ibu hamil di kecamatan Gunungwungkal.
3. Dapat menambah keefektifitas dalam melaksankan tugas kerja sehari-hari,
khususnya dalam ranah deteksi dini ibu hamil dengan resiko tinggi.
4. Dapat dijadikan sebagai data acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
cara deteksi ibu hamil dengan resiko tinggi.
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi pada
setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan
berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu
(Nugroho dan Utama, 2014). Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,triwulan kedua dari bulan keempat
sampai keenam dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai kesembilan. Faktor
resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak dan beberapa
faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko
kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya
dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya pendarahan melalui
jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada
seorang ibu dapat menjadikan kehamilan beresiko tinggi (Nugroho dan Utama, 2014).

2.2 Definisi Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya


bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal (Haryati N., 2012).
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya
mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan (baik
itu bagi sang ibu maupun sang bayinya) dengan adanya risiko terjadinya penyakit
atau kematian sebelum atau pun sesudah proses persalinanya kelak Kehamilan risiko
tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang
lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa
kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan
dan nifas normal.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Risiko Tinggi

2.3.1 Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg

Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama, penderita yang
sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua, penderita hipertensi
akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan darah ibu
normal, lalu disaat kehamilan mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut
preklamsia dan eklamsia. Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20
minggu dan harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi eklamsia yang tidak
saja berbahaya bagi ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang - kejang hingga
bisa tidak terselamatkan, tentunya jika ibu tidak terselamatkan, janin pun bisa
mengalami nasib yang sama.

2.3.2 Kaki bengkak (Odema)


Biasanya pembengkakan terjadi pada tungkai bawah, yang disebabkan
penekanan rahim yang membesar seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Hal
ini tampak saat usia kehamilan semakin tua. Jika pembengkakan juga terjadi pada
tangan dan wajah., atau sakit kepala kadangkala disertai kejang. Ini bisa
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Untuk mengetahui
apakah kaki mengalami pembengkakan tekanlah kulit disekitar pergelangan kaki
dengan ibu jari. Jika tempat yang ditekan menjadi kempis dan tidak segera pulih
berarti kaki tersebut bengkak.
2.3.3 Peningkatan berat badan lebih dari 5 kg atau kurang 4 kg
Penambahan berat badan yang normal hingga kehamilan berusia 6 bulan
adalah sekitar 1- 1,5 kg / bulan. Setelah memasuki kehamilan bulan 7 kenaikan bobot
sebaiknya berkisar antara 0,5- 1/ bulan.

2.3.4 Pucat
Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat, mudah lelah,
lemah, lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia (kurang darah). Sebenarnya
ibu hamil kekurangan hemoglobin pada sel darah merahnya pada ibu hamil. anemia
sering disebabkan kekurangan zat besi. Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi
dengan pemberian tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat
besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan janin
yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan plasenta dan
pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.

2.3.5 Tinggi badan kurang dari 145 cm


Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki
resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit.

2.3.6 Perdarahan

Perdarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama kehamilan.


Perdarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat kecil (bintik-bintik),
sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan kram perut. Perdarahan hamper 30 %
terjadi pada kehamilan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester
pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua
(trimester ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal
sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh
wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami
perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa
dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya
kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Bila perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan
laboratorium.

2.3.7 Deman tinggi


Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau
malaria. Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa ibu bisa
menyebabkan keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012)

2.4 Tanda-Tanda Kehamilan Risiko Tinggi

2.4.1 Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.

2.4.2 Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR)
juga dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20
tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan
memijat perutnya sendiri. Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih kurang, sehingga
akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir
rendah dan cacat bawaan.

2.4.3 Mudah terjadi infeksi.


Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

2.4.4 Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.


Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu
mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama
kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.

2.4.5 Keracunan Kehamilan (Gestosis).


Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.

2.4.6 Kematian ibu yang tinggi.


Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi (Rochyati, P., 2011)
2.5 Penanganan / Penatalaksanaan Kehamilan Berisiko tinggi

a. Lebih banyak mengunjungi dokter dibandingkan dengan mereka yang tidak


memiliki risiko tinggi. Tekanan darah anda akan diperiksa secara teratur, dan
urin anda akan dites untuk melihat kandungan protein dalam urin (tanda
preeclampsia) dan infeksi pada saluran kencing.
b. Tes genetik mungkin dilakukan bila anda berusia diatas 35 tahun atau pernah
memiliki masalah genetik pada kehamilan sebelumnya. Dokter akan
meresepkan obat-obatan yang mungkin anda butuhkan, seperti obat diabetes,
asma, atau tekanan darah tinggi.
c. Kunjungi dokter secara rutin

d. Makan makanan sehat yang mengandung protein, susu dan produk olahannya,
buah-buahan, dan sayur-sayuran.
e. Minum obat-obatan, zat besi, atau vitamin yang diresepkan dokter. Jangan
minum obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter.
f. Minum asam folat setiap hari. Minum asam folat sebelum dan selama masa
awal kehamilan mengurangi kemungkinan anda melahirkan bayi dengan
gangguang saraf/otak maupun cacat bawaan lainnya.
g. Ikuti instruksi dokter anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
h. Berhenti merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
i. Berhenti minum alkohol
j. Menjaga jarak dari orang-orang yang sedang terkena flu atau infeksi lainnya
(Wulandari, 2011)

2.6 Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi


Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat
dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan menurut (Kusmiyati 2011), antara lain:
1. Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x
kunjungan selama masa kehamilan yaitu:
a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama).
b. Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan
keenam).
c. Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan
kesembilan).
2. Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan
dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru
lahir.
3. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering
dan intensif
4. Makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit- penyakit
yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
5. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil:
a. Berdekatan dengan penderita penyakit menular.
b. Asap rokok dan jangan merokok.
c. Makanan dan minuman beralkohol.
d. Pekerjaan berat.
e. Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan.
f. Pemijatan/urut perut selama hamil.
g . Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil.
6. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai
penyakit apa saja pada ibu hamil.
7. Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan. desa,
Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah
atau swasta (Kusmiyati 2011).

2.7 Kartu Skor Poedji Rochjati

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang digunakan sebagai
alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk menemukan faktor risiko ibu hamil,
yang selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi
komplikasi obstetrik pada saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi
antara checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem skor. Kartu skor
ini dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana, mudah, dapat diterima dan cepat
digunakan oleh tenaga non profesional.

2.7.1 Fungsi dari KSPR adalah:

1. Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.


2. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
3. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).
4. Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
5. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan, nifas
dengan kondisi ibu dan bayinya.
6. Audit Maternal Perinatal (AMP)

Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat ringannya faktor risiko


kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga. Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan
bobot risiko dari tiap faktor risiko. Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan
perkiraan besar risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan. Kelompok risiko
dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2(hijau)


2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12 (merah)

Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok faktor risiko pada
penilaian KSPR.

2.7.2 Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)


1. Primi muda : terlalu muda, hamil pertama usia 16 tahun atau kurang
2. Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun
3. Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun
4. Anak terkecil < 2 tahun : terlalu cepat memiliki anak lagi
5. Grande multi : terlalu banyak memiliki anak, anak ≥ 4
6. Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua
7. Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum pernah melahirkan normal
dengan bayi cukup bulan dan hidup, curiga panggul sempit
8. Pernah gagal kehamilan
9. Persalinan yang lalu dengan Tindakan
10. Bekas operasi sesar

2.7.3  Kelompok Faktor Risiko II


1. Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah jantung, dan penyakit lain.
2. Preeklampsia ringan
3. Hamil kembar
4. Hidramnion : air ketuban terlalu banyak
5. IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam kandungan
6. Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum melahirkan)
7. Letak sungsang
8. Letak Lintang

2.7.4 Kelompok Faktor Risiko III


1. Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio plasenta, plasenta previa,
atau vasa previa
2. Preeklampsia berat/eklampsia

(Rochjati, 2004).

2.8 Cara Pembuatan Kuesioner


Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi yang
dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Penyusunan kuesioner
dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variabel- variabel apa saja yang menurut
responden merupakan hal yang penting. Tujuan penyusunan kuesioner adalah untuk
memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam
pengambilan data terhadap responden. Menurut Suharsini (2010:194) klasifikasi
kuesioner terbagi atas 2 jenis, yaitu:

2.8.1 Kuesioner langsung dan tidak langsung


Suatu kuesioner dikatakan langsung apabila kuesioner tersebut dikirim langsung
kepada orang yang dimintai pendapat. Sebaliknya, apabila kuesioner dikirimkan kepada
seseorang yang dimintai pendapat mengenai keadaan orang lain, maka disebut
kuesioner tidak langsung.

2.8.1 Kuesioner terbuka dan tertutup


Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang menghendaki jawaban pendek, atau
jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun
dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban
atau lebih dari altenatif yang disediakan. Sedangkan kuesioner terbuka merupakan
kuesioner yang berupa item-item pertanyaan yang tidak disertai alternatif jawaban,
melainkan mengharapkan responden untuk mengisi dan memberi komentar atau
pendapat. Dalam sebuah penelitian, masalah penelitian, tema, topik, dan judul
penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Masalah kuantitatif lebih umum,
memiliki wilayah dan tingkat variasi yang luas dan kompleks, namun berlokasi
dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang
sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang
tak terbatas. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati adalah metodologi
kualitatif (Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007). Penelitian kualitatif dilakukan pada
kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas agar dapat bertanya, menganalisa, dan mengkonstruksikan obyek
yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum
jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial,
untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan (Sugiyono, hal 14-15 2006).
BAB. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif dengan
mengambil data primer yaitu hasil pengisian kuisioner pada Ibu Hamil yang di
sebarkan di kecamatan Gunungwungkal.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang terdapat di kecamatan
Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.

3.2.2 Kriteria Sampel Penelitian


a) Ibu hamil di kecamatan Gunungwungkal kabupaten pati.
b) Ibu hamil dengan trimester 1, 2, dan 3.

3.2.3 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdapat di
kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah:
a. Kriteria Inklusi
Seluruh seluruh ibu hamil mulai trimester 1, 2, dan 3 yang terdapat di
kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.
3.2.4 Besar Sampel
Besar sampel adalah semua sampel yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
3.2.5 Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total
sampling.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat puskesmas Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten
Pati, Provinsi Jawa Tengah.

3.3.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April
2021.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional pada penelitian ini dapat di jelaskan sebagi berikut:
n Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Jenis
o Operasional ukur data
1. Peta Hasil laporan Kuisioner Pengisian Scorin Ordinal
Kuman data ibu hamil KSPR KSPR KSPR
di puskesmas melalui
Gunungwungkal google form

3.5 Bahan Penenelitian


Bahan penelitian yang di gunakan adalah google form yang di sebarkan melalui
aplikasi Whatsapp
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Alur Penelitian

Pembuatan KSPR melalui Google


Form

Pembagian Google form kepada Ibu


hamil di Kec. Gunungwungkal

Pengumpulan data KSPR di


Google form

Pengolahan Data deteksi sesuai


KSPR

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai