PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi
bayi, bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu mengalami
perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya, keadaan ini ditandai
dan aturan serta penyesuaian terhadapat aturan yang baru (Prawirohardjo, 2009; h.
357). Dalam masa nifas terjadi perubahan fisiologis yaitu seperti perubahan sistem
17).
yang bervariatif pada jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit. Hal ini
disebabkan volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-
1
2
pada wanita tersebut. Pada masa nifas hari ke- 3 sampai 7 postpartum terjadi
peningkatan hemoglobin dan hematokrit akan normal pada 4-5 minggu postpartum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, Pada
minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar
500 ml setelah bayi lahir dapat terjadi perubahan seperti kesadaran menurun dan
pucat, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya anemia (Prawirohardjo, 2014; h.523).
Anemia merupakan suatu kondisi jumlah sel darah merah dalam darah yang
lebih rendah dibandingkan dari normal kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl
(Kemenkes RI, 2013; h. 160), sedangkan HB pada ibu nifas dengan anemia ringan
adalah 9-10 gr% (Manuaba, 2010; h.38). Pengaruh dari Anemia pada masa nifas ini
bisa terjadi perdarahan, Atonia uteri, syok, ibu merasa lemah, dan bisa terjadi infeksi
maupun berkembang diperkirakan sebanyak 35-75% ibu hamil dengan anemia dan
Anemia disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi namun ada penyebab lain terjadinya anemia bisa
disebabkan karena faktor genetik yang mewariskan terjadinya sel darah merah dalam
relatif tinggi yaitu 63,5% yang dipengaruhi oleh gizi yang kurang selama periode
kehamilan
3
penatalaksanaan anemia jika tidak teratasi maka akan berubah terjadi sampai masa
hormon estrogen dengan cepat dan mempengaruhi volume plasma menjadi normal,
namun estrogen selama masa nifas menurun dan kadarnya masih tetap tinggi hal ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
2018; h.35). Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam keadaan normal segera
setelah janin lahir maka jantung akan berdenyut lebih cepat dan kuat yang dapat
diketahui dengan perabaan frekuensi denyut nadi, tekanan darah sedikit meningkat
110-140 mmHg dan untuk diastole 60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah
dapat sedikit lebih rendah dibanding pada saat hamil karena terjadi perdarahan pada
proses persalinan bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg
pada sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
kehamilan yang tidak ditindak lanjuti sehingga berkelanjutan sampai masa nifas, hal
ini yang meyebabkan tingginya mortalitas dan morbiditas pada ibu (Prawirohardjo,
hipertensi yang muncul pada trimester III tekanan darah >140/90 mmHg saat
pemeriksaan tidak dijumpai proteinuria dan tekanan darah kembali normal setelah 12
menurunkan angka kematian ibu pada masa nifas pemerintah membuat suatu
kebijakan yaitu kunjungan minimal 3 kali selama masa nifas kegiatan yang dilakukan
dan penanganan masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas (Kemenkes RI, 2015;
h.138).
salah satunya yaitu jateng gayeng nginceng wong meteng (5NG). Program jateng
gayeng nginceng wong meteng bertujuan mengetahui keadaan ibu hamil dan nifas
yang ada diwilayahnya, dengan melakukan pemeriksaan mulai dari kehamilan muda
sampai masa nifas harapannya dengan adanya program tersebut ibu nifas yang
mengalami komplikasi dapat dideteksi secara dini (Dinkes Prov Jateng, 2017).
Program lain saat masa nifas yaitu pemberian tablet Fe selama 40 hari, serta
penurunan ibu nifas, tetapi terjadi peningkatan angka kejadian dengan ibu nifas
Pada tahun 2018 akhir bulan november ibu nifas sebanyak 880 orang dengan ibu
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Anemia Ringan dan
B. Pertanyaan penelitian
yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Anemia Ringan dan
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan Anemia Ringan dan Hipertensi
manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
Hipertensi Gestasional
d. Menentukan planning pada ibu nifas dengan Anemia ringan dan Hipertensi
Gestasional
6
D. Manfaat
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
diantaranya adalah :
1. Bagi pasien
Sebagai bahan motivasi bagi ibu nifas untuk melakukan kunjungan nifas secara
mandiri di tenaga kesehatan sehingga deteksi dini dan komplikasi anemia ringan
2. Bagi bidan
pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan dan hipertensi
Gestasional
3. Bagi lembaga
a. Rumah Sakit
pelayanan khususnya pada pelayanan ibu nifas dengan anemia ringan dan
hipertensi Gestasional
b. Institusi Pendidikan
mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas degan anemia ringan dan
hipertensi Gestasional
kasus lanjutan
7
E. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu ;
BAB I PENDAHULUAN
PUSTAKA
kebidanan, dan landasan hukum kewenangan bidan. Tinjauan teori medis meliputi
nifas dengan anemia ringan dan hipertensi Gestasional. Tinjauan teori asuhan
kebidanan
penelitian
kebidanan yang telah dilaksanakan, asuhan kebidanan ditulis dengan metode SOAP
dan bahasan yang berisi tentang perbandingan antara teori dan kenyataan pada kasus
yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan yaitu mulai dari
BAB V PENUTUP
yang menjawab permasalahan dan tujuan penyusunan studi kasus serta saran berupa
masukan berdasarkan simpulan dan saran hendaknya bersifat operasional yang dapat
dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN