Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu

maupun bayinya terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama (Saifuddin A, 2009: h.122).

Masa pascapersalinan merupakan fase khusus dalam kehidupan ibu serta

bayi, bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu mengalami

perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya, keadaan ini ditandai

dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga,

dan aturan serta penyesuaian terhadapat aturan yang baru (Prawirohardjo, 2009; h.

357). Dalam masa nifas terjadi perubahan fisiologis yaitu seperti perubahan sistem

reproduksi, perubahan sistem pencernaan, perkemihan, muskuloskeletal, tanda-tanda

vital, kardiovaskular, hematologi, dan sistem endokrin (Marliandiani, 2015; h.10-

17).

Perubahan sistem hematologi pada masa awal postpartum terjadi perubahan

yang bervariatif pada jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit. Hal ini

disebabkan volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-

ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi

1
2

pada wanita tersebut. Pada masa nifas hari ke- 3 sampai 7 postpartum terjadi

peningkatan hemoglobin dan hematokrit akan normal pada 4-5 minggu postpartum.

Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, Pada

minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar

500 ml (Marliandiani,2015:h.16-17). Kehilangan darah saat bersalin yang melebihi

500 ml setelah bayi lahir dapat terjadi perubahan seperti kesadaran menurun dan

pucat, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya anemia (Prawirohardjo, 2014; h.523).

Anemia merupakan suatu kondisi jumlah sel darah merah dalam darah yang

lebih rendah dibandingkan dari normal kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl

(Kemenkes RI, 2013; h. 160), sedangkan HB pada ibu nifas dengan anemia ringan

adalah 9-10 gr% (Manuaba, 2010; h.38). Pengaruh dari Anemia pada masa nifas ini

bisa terjadi perdarahan, Atonia uteri, syok, ibu merasa lemah, dan bisa terjadi infeksi

dalam masa nifas (Sofian A, 2011; h, 109).

Menurut world health organization (WHO) anemia di negara maju

maupun berkembang diperkirakan sebanyak 35-75% ibu hamil dengan anemia dan

40% kematian dengan anemia dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2014; h.777).

Anemia disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang

keduanya saling berinteraksi namun ada penyebab lain terjadinya anemia bisa

disebabkan karena faktor genetik yang mewariskan terjadinya sel darah merah dalam

darah menjadi abnormal (Hackley, 2013; h. 418). Prevalensi anemia di Indonesia

relatif tinggi yaitu 63,5% yang dipengaruhi oleh gizi yang kurang selama periode

kehamilan
3

penatalaksanaan anemia jika tidak teratasi maka akan berubah terjadi sampai masa

nifas (Saifuddin AB, 2009; h. 281).

Pada masa nifas terjadi perubahan lainnya seperti perubahan sistem

kardiovaskular dimana volume darah meningkat terjadi akibat adanya penurunan

hormon estrogen dengan cepat dan mempengaruhi volume plasma menjadi normal,

namun estrogen selama masa nifas menurun dan kadarnya masih tetap tinggi hal ini

terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu

mengeluarkan banyak sekali jumlah urin, menurunnya progesteron membantu

mengurangi retensi cairan yang melekat, dan meningkatnya vaskuler (Rukiyah,

2018; h.35). Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam keadaan normal segera

setelah janin lahir maka jantung akan berdenyut lebih cepat dan kuat yang dapat

diketahui dengan perabaan frekuensi denyut nadi, tekanan darah sedikit meningkat

tetapi dalam kisaran batas normal (Astuti, 2015; h.9).

Perubahan tekanan darah pada pascapartum normalnya untuk sistole berkisar

110-140 mmHg dan untuk diastole 60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah

dapat sedikit lebih rendah dibanding pada saat hamil karena terjadi perdarahan pada

proses persalinan bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg

pada sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya

hipertensi atau preeklamsia post partum (Marliandiani, 2015; h.15).

Hipertensi pospartum salah satu penyebabnya adalah hipertensi saat masa

kehamilan yang tidak ditindak lanjuti sehingga berkelanjutan sampai masa nifas, hal

ini yang meyebabkan tingginya mortalitas dan morbiditas pada ibu (Prawirohardjo,

2014; h. 531). Hipertensi gestasional merupakan


4

hipertensi yang muncul pada trimester III tekanan darah >140/90 mmHg saat

pemeriksaan tidak dijumpai proteinuria dan tekanan darah kembali normal setelah 12

minggu postpartum (Manuaba, 2007; h. 409).

Guna meminimalkan terjadinya komplikasi masa nifas, sekaligus

menurunkan angka kematian ibu pada masa nifas pemerintah membuat suatu

kebijakan yaitu kunjungan minimal 3 kali selama masa nifas kegiatan yang dilakukan

selama kunjungan meliputi pemeriksaan untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi,

dan penanganan masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas (Kemenkes RI, 2015;

h.138).

Upaya lain pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan melakukan program

salah satunya yaitu jateng gayeng nginceng wong meteng (5NG). Program jateng

gayeng nginceng wong meteng bertujuan mengetahui keadaan ibu hamil dan nifas

yang ada diwilayahnya, dengan melakukan pemeriksaan mulai dari kehamilan muda

sampai masa nifas harapannya dengan adanya program tersebut ibu nifas yang

mengalami komplikasi dapat dideteksi secara dini (Dinkes Prov Jateng, 2017).

Program lain saat masa nifas yaitu pemberian tablet Fe selama 40 hari, serta

konseling pendidikan kesehatan tentang makanan yang mengandung zat besi

(Bahiyatun, 2009; h.69).

Berdasarkan data yang didapatkan dari RSUD Tugurejo Semarang terjadi

penurunan ibu nifas, tetapi terjadi peningkatan angka kejadian dengan ibu nifas

anemia dan hipertensi adapun data pada tahun 2017 sebanyak

1.434 orang dengan ibu anemia sebanyak 48 orang, hipertensi 80 orang.

Pada tahun 2018 akhir bulan november ibu nifas sebanyak 880 orang dengan ibu

anemia 73 orang dan hipertensi 76 orang.


5

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah

dengan judul “Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Anemia Ringan dan

Hipertensi Gestasional di RSUD Tugurejo Semarang “

B. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan pertanyaan

yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Anemia Ringan dan

Hipertensi Gestasional di RSUD Tugurejo Semarang ?”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan Anemia Ringan dan Hipertensi

Gestasional di RSUD Tugurejo Semarang menggunakan metode pendekatan

manajemen kebidanan

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data subyektif pada ibu nifas dengan Anemia

ringan dan Hipertensi Gestasional

b. Melaksanakan pengkajian data obyektif pada ibu nifas dengan Anemia

ringan dan Hipertensi Gestasional

c. Menentukan assesment pada ibu nifas dengan Anemia ringan dan

Hipertensi Gestasional

d. Menentukan planning pada ibu nifas dengan Anemia ringan dan Hipertensi

Gestasional
6

D. Manfaat

Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

diantaranya adalah :

1. Bagi pasien

Sebagai bahan motivasi bagi ibu nifas untuk melakukan kunjungan nifas secara

mandiri di tenaga kesehatan sehingga deteksi dini dan komplikasi anemia ringan

dan hipertensi Gestasional dapat diatasi.

2. Bagi bidan

Dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama

pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan dan hipertensi

Gestasional

3. Bagi lembaga

a. Rumah Sakit

Menjadi bahan informasi dan evaluasi sehingga dapat mengoptimalkan mutu

pelayanan khususnya pada pelayanan ibu nifas dengan anemia ringan dan

hipertensi Gestasional

b. Institusi Pendidikan

1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ibu nifas

dengan anemia ringan dan hipertensi Gestasional serta sebagai referensi

mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas degan anemia ringan dan

hipertensi Gestasional

2) Sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan perbandingan untuk

kasus lanjutan
7

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu ;

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,pertanyaan penelitian,

tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

Tinjauan pustaka meliputi tinjauan teori medis, tinjauan teori asuhan

kebidanan, dan landasan hukum kewenangan bidan. Tinjauan teori medis meliputi

nifas dengan anemia ringan dan hipertensi Gestasional. Tinjauan teori asuhan

kebidanan meliputi konsep menejemen kebidanan, dan pendokumentasian asuhan

SOAP sedangkan landasan hukum kewenangan bidan meliputi izin dan

penyelenggaraan praktik bidan,kompetensi bidan indonesia, dan standar pelayanan

kebidanan

BAB III METODE PENELITIAN

Metodelogi penelitian yang meliputi rancangan desain penelitian, lokasi dan

waktu penelitian,pengumpulan data, analisis data,uji keabsahan data dan etika

penelitian

BAB IV HASIL DAN BAHASAN

Hasil dan bahasan meliputi hasil penelitian memuat keseluruhan asuhan

kebidanan yang telah dilaksanakan, asuhan kebidanan ditulis dengan metode SOAP

dan bahasan yang berisi tentang perbandingan antara teori dan kenyataan pada kasus

yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan yaitu mulai dari

pengumpulan data dasar sampai mengevaluasi


8

BAB V PENUTUP

Penutupan yang meliputi simpulan merupakan sintesa dari hasil bahasan

yang menjawab permasalahan dan tujuan penyusunan studi kasus serta saran berupa

masukan berdasarkan simpulan dan saran hendaknya bersifat operasional yang dapat

dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai