Disusun oleh :
NURWIN, S.Tr.Keb
NIM. 2282B1486
MAHASISWA
NURWIN
NIM. 2282B1486
Mengetahui
HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1
6
LEMBAR KONSUL
HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1
Sabtu,
30 Oktober 2022
2
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian wanita dalam usia reproduksi di seluruh dunia paling banyak
dikarenakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan.
Perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab tertinggi kejadian AKI
di seluruh dunia. Menurut WHO, dari 275.000 wanita yang meninggal setiap
tahun pada masa kehamilan dan persalinan, seperempat kematian terjadi karena
pendarahan postpartum primer. Dengan demikian, perdarahan pascapartum
primer tetap menjadi masalah kesehatan utama karena mayoritas kematian ibu
(88%) terjadi dalam waktu empat jam setelah melahirkan meskipun persalinan
sudah dalam pengelolaan manajemen aktif kala tiga persalinan (Gregory Edie
HalleEkane et al., 2016).
Perdarahan post partum adalah keadaan dimana jumlah pengeluaran
darah lebih dari 500cc dalam 24 jam pertama (primer) atau lebih dari 24 jam
(sekunder) setelah persalinan. Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah persalinan umumnya disebabkan karena laserasi jalan lahir (4-5%),
atonia uteri (50-60%), sisa jaringan plasenta (23-24%), gangguan pembekuan
darah (0,5- 0,8%) dan retensio plasenta (16-17%) (Yekti Satriyandari, 2017)
(Sugi Purwanti; Yuli Trisnawati, 2015).
Perdarahan post partum karena retensio plasenta adalah kondisi dimana
plasenta tertahan dalam rahim dan belum keluar selama 30 menit setelah
bersalin disebabkan uterus tidak berkontraksi dengan baik. Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui keadaan tipe perdarahan mana yang terjadi dan
faktor risikonya terkait. Resiko meninggal akibat perdarahan post partum tidak
hanya tergantung pada jumlah kehilangan darah, tetapi juga status kesehatan
wanita. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah retensio plasenta pada
persalinan melalui deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan dan
penatalaksanaan manajemen aktif kala III dengan tepat dan benar sangat
penting untuk dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan pada Pada Ny. "S" Umur 24 Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari
Dengan Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao Tanggal 24 Oktober
2022.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang diatas ialah
“bagaimana asuhan kebidanan pada Pada Ny. "S" Umur 24 Tahun G1P0A0 39
Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao Tanggal
24 Oktober 2022?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Terlaksananya Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. "S" Umur 24
Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao dengan menggunakan manajemen SOAP sesuai dengan
kompetensi dan wewenang bidan.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. "S" Umur 24 Tahun G1P0A0
39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao
b. Dapat menginterpretasikan data dan merumuskan diagnosa/ masalah
aktual pada Ny. "S" Umur 24 Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan
Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao
c. Dapat menentukan diagnosa/masalah potensial pada Ny. "S" Umur 24
Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao
d. Dapat melaksanakan tindakan segera/kolaborasi pada Ny. "S" Umur 24
Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao
e. Dapat menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. "S" Umur
24 Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. "S" Umur 24
Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. "S"
Umur 24 Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari Dengan Retensio Plasenta Di
Bpm Pratiwi Desa Asao
h. Dapat mendokumentasikan hasil tindakan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Ny. "S" Umur 24 Tahun G1P0A0 39 Minggu 4 Hari
Dengan Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao
D. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah
didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
b. Bagi institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan dan
perbandingan pada penanganan retensio plasenta.
A. Retensio Plasenta
1. Definisi Retensio Plasenta
Retensio Plasenta didefinisikan sebagai tertahannya atau belum
lahirnya plasenta selama 30 menit setelah bayi lahir yang disebabkan
karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas,
akan tetapi belum dilahirkan (Hardiana 2019). Plasenta yang sukar
dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi
yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila sebagian kecil plasenta masih
tertinggal dalam uterus dan dapat menimbulkan perdarahan post partum
primer atau lebih sering sekunder. Proses kala III didahului dengan tahap
pelepasan atau separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam
(cara pelepasan Duncan) atau plasenta sudah lepas tetapi tidak keluar
pervaginam (cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi,
plasenta lahir. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala tiga). Pada beberapa kasus
dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta)
(Syaifuddin, 2016 dalam Salma, 2018).
6. Diagnosis
a. Anamnesis ; meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta
informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas,
serta riwayat multiple fetus dan polihidromnion. Serta riwayat
postpartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau
timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
7. Penataksanaan Retensio Plasenta
a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. jika diperlukan, lakukan
kateterisasi kandung kemih.
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM. Jika belum
dilakukan pada penanganan aktif kala III.
d. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin
dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.
e. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk
melakukakan pengeluaran plasenta secara manual.
1) Pasang sarung tangan DTT.
2) Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai.
3) Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian
bawah tali pusat
4) Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri,
sementara itu tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri,
sekaligus untuk mencegah inversio uteri.
5) Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir
plasenta.
6) Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, jari-jari
dirapatkan.
7) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.
8) Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
9) Jika plasenta dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan
plasenta akreta, dan siapkan laparotomi untuk histerektomi
supravaginal.
10) Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
11) Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat
plasenta dikeluarkan.
12) Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus.
f. Beri oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau RL)
60 tetes/menit dan masase uterus untuk merangsang kontraksi.
g. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau),
berikan antibiotika untuk metritis.
h. Apabila plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat
disusul dengan upaya kuretase. Plasenta akreta kompleta tidak dapat
dilepaskan secara manual dan memerlukan tindakan histerektomi.
(Saifuddin AB, 2002 : M-30)
B. Manajemen Kebidanan
1. Definisi
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi (Mufdillah, 2011).
2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan
a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
secara sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap
kesehatan setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan
melakukan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasarkan
interpretasi data dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien.
d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu
membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
f. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana
individual.
g. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan (Arlenti, 2021).
3. Langkah- Langkah Manajemen Kebidanan
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini harus mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital
3) Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter dalam penatalaksanaan maka perlu melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang
akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga harus melakukan
pendekatan yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien
yang sebenarnya dan valid. Setelah itu, perlu melakukan pengkajian
ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan
akurat ataukah belum.
b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini akan melakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang
telah dikumpulkan pada pengumpulan data dasar. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya
digunakan karena masalah yang terjadi pada klien tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah
juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosa kebidanan adalah seperti di bawah
ini:
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3) Memiliki ciri khas kebidanan
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
c. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini akan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dapat dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut
untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi penanganan agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi
d. Langkah IV: Mengidentifikasi Perlunya Tindakan Segera Oleh Bidan /
Dokter
Pada langkah ini akan mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan / dokter dan, atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam
melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah / kebutuhan
yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada
langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency / segera untuk ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam
rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
e. Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh yang Ditentukan
Oleh Langkah Sebelumnya
Pada langkah ini harus merencanakan asuhan secara menyeluruh
yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi pada langkah sebelumnya.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
f. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan
efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi
klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien
akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien
g. Langkah VII: Evaluasi Keefektifan Asuhan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik, maka dua
langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik (Arlenti, 2021).
C. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan
1. Definisi
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dan dilakukan
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (Handayani dan Mulyati, 2017).
2. Fungsi Dokumentasi
a. Sebagai bukti yang sah atas asuhan
b. Sebagai sarana komunikasi
c. Sebagai sumber data
d. Gambaran tentang kronologis kejadian dan kondisi
e. Sebagai sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian
3. Prinsip-Prinsip Teknik Pencatatan
a. Mencatumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran
b. Menulis dengan tinta hitam
c. Menuliskan tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang
dilakukan
d. Tuliskan nama jelas pada setiap hasil observasi dan pemeriksaan oleh
orang yang melakukan
e. Hasil temuan digambarkan secara jelas
f. Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
g. Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus.
4. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan
a. Data Subjektif
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara,
dibagian data dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O”
atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna
wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan
disusun.
b. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan
medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan
dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
c. Analisis
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang
setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi
baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan
untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka
mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
d. PenatalaksanaanPenatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan
dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya (Asrinah,2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS
b. Eliminasi
1) Selama hamil
(a) Buang Air Kecil
- Frekuensi perhari : 5x, warna: kuning jernih
- Keluhan/masalah : tidak ada
(b) Buang Air Besar
- Frekuensi perhari : 1x, warna : kecoklatan
- Keluhan/masalah : tidak ada
2) BAK dan BAB terakhir: BAK: 08.00 Wita, BAB: 06.00 Wita
3) Keluhan :tidak ada
c. Personal higiene
1) Selama hamil :
- Mandi 2x sehari
- Keramas 3x seminggu
- Gosok gigi 2x sehari
- Ganti pakaian 2x sehari; celana dalam 2x/sehari
- Kebiasaan memakai alas kaki : memakai alas kaki hanya saat keluar
rumah
2) Terakhir : Ibu melakukan personal hygiene seacara umum tadi pagi jam
06.00 Wita
3) Keluhan : tidak ada
d. Hubungan Seksual
1) Selama hamil ini : 2x/ minggu
2) Terakhir : 1 minggu yang lalu
e. Istirahat/tidur
1) Selama hamil
Tidur malam : 8 jam
Tidur siang : 1 jam
2) Terakhir : tidur siang jam 13.20 - 14.30
f. Aktivitas fisik dan olah raga
1) Selama hamil
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : sebagai IRT
Olah raga : jalan jalan pagi
2) Keluhan : tidak ada
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi rokok, alkohol , jamu, obat-
obatan
8. Data Psikososial – Spiritual – Kultural – Ekonomi
a. Bagaimana kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan : Ibu megatakan siap
untuk menghandapi persalinan dan ibu cemas dengan keadaan ini
b. Respon dan dukungan keluarga terhadap persalinan ibu : Ibu mengatakan
respon keluarga baik terhadap persalinannya
c. Mekanisme toping : Musyawarah
d. Pengambilan keputusan utama dalam keluarga: Suami. Dalam kondisi
emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri
e. Orang terdekat ibu : Suami
f. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan persalinan: 7 bulanan
g. Penghasilan perbulan : ibu mengatakan penghasilan perbulannya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya persalinan
h. Praktik agama yang berhubungan dengan persalinan: Ibu taat menjalankan
ibadah
Tingkat pengetahuan : ibu sudah tau tanda-tanda bahaya kehamilan dan
persiapan persalinan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Suhu : 36 0C
- Respirasi : 22 kali/menit
Pengukuran tinggi badan dan berat badan
a. Berat badan : 58 kg, kenaikan BB selama hamil : 10 kg
b. Tinggi badan :150 cm
c. Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
d. Kepala
Inspeksi : Rambut hitam, lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok
Palpasi : Tidak teraba massa dan nyeri tekan
e. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah meringis dan tidak ada cloasma
Palpasi : Tidak ada oedema pada wajah
f. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda dan sklera putih /
tidak ikterus.
g. Hidung
Inspeksi : Tidak nampak adanya polip
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
h. Mulut dan gigi
Inspeksi : BIbir merah mudah, tidak ada sariawan dan tidak ada gigi yang
berlubang.
i. Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan limfe
Tidak ada pembesaran vena jugularis
j. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Hiperpigmentasi areola mammae
Putting susu terbentuk
Palpasi : Terdapat kolostrum pada saat dipencet
Tidak ada massa dan nyeri tekan
k. Abdomen
Inspeksi : Tampak striae livida
Palpasi :
- Leopold I : TFU 2 jrbpx (30 cm), bagian fundus teraba 1 bagian kurang
bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
- Leopold II : Bagian kiri ibu teraba bagian kecil-kecil janin ( ektremitas)
bagian kanan perut ibu teraba satu bagian keras, memanjang, ada tahanan
seperti papan (punggung)
- Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, dan melenting (kepala) dan
tidak bisa digoyangkan
- Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul
(Divergen) 4/5
- TFU menurut Mc. Donald: 30 cm
- Taksiran Berat Janin: (30-11) x 155 : 2.945 gram
- DJJ terdengar jelas dan teratur dengan frekuensi 138 x/i
l. Genitalia
Inspeksi : keadaan genitalia bersih, tidak ada varises, tidak ada oedema,
tidakada pembesaran kelenjar batholin, dan tampak
pengeluaran lendir dan darah.
Hasil pemeriksaan dalam
Atas indikasi : Inpartu, pukul 09.15 wita
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Lunak dan tipis
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Ubun-ubun kecil kanan lintang
Penurunan : Hodge II
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
m. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Tidak ada varices, simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada oedema
Perkusi : Refleks patella positif kiri dan kanan
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosa Kebidanan :
GIP0A0, 39 minggu 4 hari, Intrauterin, Tunggal, Hidup, Presentase Kepala, Keadaan
ibu dan janin baik dengan Inpartu Kala 1 fase aktif.
Ds :
- Ibu mengatakan bernama Ny. S berumur 24 tahun
- Ibu mengatakan ini kehamilan pertama
- Ibu mengatakan HPHT tanggal 20 Januari 2022
- Ibu mengatakan nyeri hebat dibagian pinggang sejak Tanggal 23-10-2022 pukul
23.00 Wita serta adanya pengeluaran lendir bercampur darah sejak Tanggal 24-
10-2022 Pukul 02.00 wita. Sifat nyeri yang dirasakan hilang timbul dan semakin
lama semakin sering dan tidak ada pengeluaran air dari jalan lahir. Serta usaha
klien untuk mengatasi keluhannya adalah dengan mengelus-ngelus perut dan
pinggangnya.
Do :
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmetis
Keadaan umum : Baik
Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7 0C
Respirasi : 22 kali/menit
Berat badan : 58 kg, kenaikan BB selama hamil : 10 kg
Tinggi badan :150 cm
Lila : 24 cm
- Tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik
- Palpasi abdomen
Leopold I : TFU 2 jrbpx (30 cm), bagian fundus teraba 1 bagian kurang bulat,
lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kiri ibu teraba bagian kecil-kecil janin ( ektremitas) bagian
kanan perut ibu teraba satu bagian keras, memanjang, ada tahanan
seperti papan (punggung)
Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, dan melenting (kepala) dan tidak bisa
digoyangkan
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (Divergen)
4/5
TFU menurut Mc. Donald: 30 cm
Taksiran Berat Janin: (30-11) x 155 : 2.945 gram
DJJ terdengar jelas dan teratur dengan frekuensi 138 x/i
- Hasil pemeriksaan dalam
Atas indikasi : Inpartu, pukul 09.15 Wita
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Lunak dan tipis
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Ubun-ubun kecil kanan lintang
Penurunan : Hodge II
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
V. INTERVENSI
Tgl. : 24 Oktober 2022 Jam : 09.20 Wita
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
dan janinnya dalam keadaan baik.
Rasional : Agar ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan janinnya, ibu dan
keluarga merasa tenang dalam menghadapi proses persalinannya dan kecemasan ibu
berkurang, serta keluarga dapat memberikan dukungan psikologis yang dapat
mengurangi kecemasan ibu dan siap menghadapi persalinan.
2. Observasi tanda-tanda vital, dan VT setiap 2-4 jam (kecuali nadi tiap 30 menit).
Rasional :Observasi tanda-tanda vital dan VT untuk memantau keadaan ibu dan
kemajuan persalinan, serta mempermudah dalam melakukan tindakan.
3. Observasi DJJ setiap 30 menit.
Rasional :Saat ada kontraksi, DJJ bisa berubah sesaat, sehingga apabila ada
perubahan dapat diketahui denan cepat dan dapat bertindak secara cepat dan tepat.
4. Observasi His setiap 30 menit.
Rasional : Karena kekuatan kontraksi uterus dapat berubah setiap saat sehingga
mempengaruhi turunnya kepala dan dilatasi serviks.
5. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi, ibu menarik
nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi.
Rasional : Teknik relaksasi memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri dan
memberikan suplai okseigen yang cukup kejanin.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan.
Rasional :Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi, mencegah
penekanan pada vena cava inferior oleh uterus yang membesar, dan menghalangi
penurunan kepala bayi serta memberikan perasaan yang tidak nyaman pada ibu.
7. Memberikan intake minuman dan makanan pada ibu
Rasional :Agar ibu memiliki tenaga pada saat meneran.
8. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk
menolong persalinan serta tempat penerangan dan lingkungan BBL.
Rasional :Agar penolong lebih mudah dalam menambil dan menggunakan alat saat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk menolong persalinan.
9. Mendokumentasikan hasil pemantauan Kala I dalam partograf
Rasional :Merupakan Standarisasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dan
memudahkan pengambilan keputusan klinik.
10. Observasi tanda dan gejala kala II
Rasional :Untuk mengetahui kapan ibu memasuki tahap kala II persalinan.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 Oktober 2022 Jam : 09.30 Wita
Melakukan pemeriksaan dalam (VT) Tanggal 24 Oktober 2022, Jam 13.30 Wita dengan
hasil :
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi, ibu
menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melaksanakannya
5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan.
Hasil : Ibu rutin berkemih selama inpartu
6. Memberikan intake minuman dan makanan pada ibu
Hasil : Klien makan nasi dan minum air putih 2 gelas, ditambah dengan 2
gelas susu.
7. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk
menolong persalinan serta tempat penerangan dan lingkungan BBL, meliputi :
a) Alat Perlindingan Diri (APD) : Penutup kelapa, masker, kacamata, celemek, sepatu
tertutup (sepatu boot)
b) Partus Set : Handscoon steril, 2 buah klem kocher, ½ kocher, 1 buah gunting
episiotomy, 1 buah gunting tali pusat, 1 buah kateter nelaton, Kassa steril, pengisap
lender, penjepit tali pusat.
c) On steril : 2 buah handuk kering dan bersih, pakaian bersih ibu dan bayi meliputi
baju, pembalut, sarung, celana dalam, pakaian bayi, popok, topi/tutup kepala,
sarung tangan/kaki, kain selimut untuk membedong.
d) Heacting set : 1 buah pinset sirurgik, 1 buah pinset antomi, nal puder, 2 buah jarum
(1 jarum circle dan 1 jarum V1 circle), gunting benang, benang cromic, 1 pasang
sarung tangan stril
e) Obat-obatan esensial : Lidocain 1 ampul, oksytosin 10 IU 1 ampul, cairan RL, Infus
set 5.1, spoit 3 cc dan spoit 1 cc, meteregin 1 ampul
f) Peralatan lain : Larutan Clorin 0,5 % air DTT, kantong plastic, tempat sampah
kering dan basah, safety box, bengkok, was lap, dan tempat plasenta. Menyiapkan
tempat, penerangan dan lingkungan untuk kelahiran bayi,dengan memastikan
ruangan sesuai kebutuhan bayi baru lahir , meliputi ruangan bersih, hangat,
pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
Hasil : perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk menolong
persalinan terlah disiapkan
8. Mendokumentasikan hasil pemantauan Kala I dalam partograf
Hasil : partograf telah diisi
9. Mengobservasi tanda dan gejala kala II
a) Ibu merasakan dorongan untuk meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
e) Meningkatnya pengeluaran lender bercamput dengan darah
f) Tampak rambut bayi pada vulva
Hasil : tanda dan gejala kala II telah terlihat
Evaluasi :
Tanggal 24 Oktober 2022 Jam 13.30 Wita
O
1. Ku : baik
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal :
TD : 120/80 mmHg
S : 36.70C
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
3. Dinding vagina licin, portio tidak teraba ± 4 jam setelah VT
pertama, dan penurunan kepala Hodge IV UUK searah jam 12,
air ketuban jernih, dan tidak ada molase.
4. His yang adekuat 5 x 10 dalam 10 menit dengan durasi 45 – 50
detik
5. DJJ 140 x/menit, yang terdengar jelas kuat dan teratur
6. Tampak ibu meringis
7. Tampak keluar darah bercampur lendir yang semakin banyak
P yang baik
2. Lanjutkan penangan kala II
Hasil : manajemen asuhan kala II telah akan dilaksanakan
MANAJEMEN ASUHAN KALA II
SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan nyeri pinggang dan perut makin kuat dan sering
b. Ibu mengatakan ada rasa ingin buang bab
c. Ibu mengatakan ingin meneran
OBJEKTIF
a. Keadaan umum ibu : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Kontraksi uterus : baik, his semakin kuat lamanya 60 detik, intervalnya 5x dalam
10 menit
d. Djj (+) = 146 x/menit, irama teratur dengan frekuensi 146 x/i
e. Observasi tanda-tanda vital
- TD : 110/80 mmhg
- N : 80 x/menit
0
- S : 36,4 c
- RR : 22 x/menit.
f. Hasil pemeriksaan dalam:
Porsio : lunak
Pembukaan serviks : 10 cm
Konsistensi : tidak teraba
Ketuban : pecah spontan
g. Tanda gejala kala II
- Dorongan ingin meneran pada ibu Tekanan pada anus dan perineum Perineum
menonjol
- Vulva dan sfingter ani membuka
- Inspeksi : bagian terendah janin nampak di vulva 5-6 cm
ASSESMENT
Diagnosa : Ny. "S" Inpartu kala II
Masalah : Rasa nyeri yang semakin kuat dan ibu merasa cemas
Kebutuhan :
1. Informasikan kemajuan persalinan
2. Dukungan emosional pada ibu
3. Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu
4. Penuhi nutrisi dan cairan
5. Pertolongan persalinan APN
Masalah Potensial :
pada ibu:
- Laserasi jalan lahir
- Kala II memanjang
- Perdarahan
Pada bayi:
- Asfiksia
Tindakan segera :
Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan segera
PLANNING
Tanggal : 24/10/2022 Pukul 13.32 Wita
1. Membimbing ibu cara mengedan yang baik yaitu melakukan tarik nafas yang
panjang jika datang his dan mengejan kebawah seperti seorang yang buang air besar
yang keras. Dagu ditempelkan ke dada. Ibu dianjurkan tidak menutup mata saat
mengedan dan menutup mulutnya. Pada his yang kuat ibu disuruh mengedan seperti
yang telah di ajarkan. Bila his hilang ibu di istirahatkan dan diberi makan atau
minum untuk sumber tenaga
Evaluasi : ibu mengatakan sudah mengetahui cara mengejan yang baik
2. Memimpin persalinan pada saat kepala bayi terlihat 5-6 cm di introitus vagina
penolong memasang handuk di atas perut ibu dan di bawah bokong. Penolong
membuka partus set dan sarung tangan steril. Pada saat suboksiput bragmatika pada
simfisis tangan kanan melindungi perineum dengan dialasi alas bokong dan tangan
kiri melindungi bayi agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat Pada saat kepala lahir
ibu terus dipimpin mengedan hingga lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi,
muka, telinga, hidung, mulut, dagu, secara keseluruhan kemudian penolong
memeriksa adanya lilitan tali pusat. Kemudian tunggu kepala bayi mengalami
putaran paksi luar kearah punggung bayi yaitu punggung kanan setelah kedua
tangan penolong berada posisi bipariatel, kepala bayi ditarik secara cunam kebawah
untuk melahirkan bahu anterior keatas untuk melahirkan bahu posterior dengan
posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari lainnya pada bahu
dan dada puggung bayi, sementara tangan kiri penolong memegang lengan dan
bahu anterior. Setelah bahu lahir, lakukan sanggah susur. Kemudian lahirlah seluruh
badan bayi . Bayi lahir pukul 14.10 Wita segera menangis, meletakkan bayi diatas
perut ibu. Menjepit tali pusat 5 cm dari pangkal pusat bayi, diurut kemudian di
klem. Mengurut tali pusat kearah ibu dan meletakan klem ke 2 dengan jarak 2 cm
dari klem pertama. Kemudian gunting tali pusat dan bungkus dengan kassa steril.
Timbang BB : 2900 gram PB : 47 cm
Evaluasi : bayi baru lahir pukul 14.10 Wita segera menangis jk : perempuan, telah
dilakukan perawatan bayi baru lahir. BB : 2900 gram, PB : 47 cm.
3. Memberi dukungan emosional pada ibu untuk tenang dan mengatakan bayinya
sudah lahir dengan sehat
Evaluasi : ibu merasa senang dan tidak khawatir lagi
MANAJEMEN ASUHAN KALA III
SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan keadaannya saat ini baik
b. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
c. Ibu mengatakan kelelahan setelah proses persalinan
OBYEKTIF
Tanggal : 24-10-2022 Pukul : 14.10 Wita
ASSASMENT
Diagnosa : Ny. "S" Kala III persalinan
Masalah : Plasenta belum lahir
Kebutuhan :
a. Manajemen aktif kala III
b. Pantau kontraksi, Tfu dan kandung kemih
Antisipasi masalah: retensio plasenta dan perdarahan
PLANNING
Tanggal : 24-10-2022 Pukul : 14.12 Wita
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan lelah setelah bersalin
- Ibu mengatakan tidak merasakan mules pada perutnya, dan berkeringat
OBJEKTIF
- Tfu : sejajar dengan pusat
- Kontraksi lemah
- Perdarahan 100 cc
- Tidak ada tanda – tanda pelepasan plasenta:
Tali pusat tidak semakin memanjang
Tidak ada semburan darah tiba – tiba
Tidak ada perubahan pada fundus
ASSESMEN
Diagnosa : Ny. "S" Kala III persalinan dengan Retensio Plasenta
Masalah : Plasenta belum lahir.
Kebutuhan :
1. Lahirkan plasenta secara manual
2. Pantau kontaksi dan kandung kemih
Antisipasi masalah potensial : perdarahan post partum dan syok hipovolemik
Tindakan segera :
- Pasang infus
- Lakukan Manual Plasenta
PLANNING
Tanggal: 24-10-2022 Jam : 14.42 wita
1. Memantau tanda kontraksi uterus dan tanda-tanda pelepasan plasenta. Tanda
pelepasan plasenta yaitu: ada semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang,
abdomen berbentuk globuler.
Evaluasi : kontraksi lemah dan tanda-tanda pelepasan plasent tidak ada
2. Memberitahu ibu dan keluarga prosedur dan tujuan dilakukannya manual plasenta
yang bertujuan untuk melahirkan plasenta yang tidak lahir salam 30 menit, serta
melakukan persetujuan medis.
Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengetahui tujuan di lakukannya manual plasenta
dan telah menyetujuinya
3. Memberitahu ibu bahwa infus RL 500 cc akan dipasang dengan kecepatan 40
tetes/menit
Evaluasi : Ibu bersedia di pasang infus dan infus terpasang dengan baik.
4. Melakukan tindakan manual plasenta.
- Cek kelengkapan alat
- Menjaga privasi klien
- Menilai keadaan umum ibu dan pasang infus
- Berikan analgeik perectal sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau
sakit.
- Lakukan kateterisasi kandung kemih, jika kandung kemih penuh.
- Cuci tangan dan lepaskan handscoon latutkan ke dalam larutan klorin
- Jepit tali pusat dengan klem kemudian regangkan tali pusat yang sudah
diklem dengan tangan kiri sejajar lantai.
- Ambil kassa dan celupkan ke betadine lalu lakukan desinfeksi pada tali
pusat.
- Masukkan tangan kanan ke dalam vagina secara obstetri dengan menyatukan
ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari lainnya saling merapat (punggung
tangan ke bawah) dengan menelusuri sisi bawah tali pusat, sementara tangan kiri
memegang tali pusat
- Setelah tangan mencapai buka serviks, minta tolong asisten untuk memegang
tali pusat kemudian pindahkan tangan kiri yang di luar untuk menahan fundus
uteri sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum
uteri dan mencapai tempat insersi tali pusat.
- Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam ( ibu jari merapat ke jari
telunjuk) dan tentukan tempat implementasi plasenta temukan tepi bagian mana
plasenta yang sudah terlepas berimplementasi di korpus belakang tali pusat
diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke
atas ( dinding posterior korpus uteri).
- Bila plasenta berimplementasi di korpus depan maka pindahkan tangan
kesebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan di antara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
(dinding anterior korpus uteri)
- Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus
maka perlus pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan
kekiri sampai plasenta lepas dari implementasinya .
- Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal dengan menggunakan ulna tangan.
Lakukan hal yang sama menggeser tangan dari kanan ke kiri.
- Bawa plasenta keluar.
- Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis dan lakukan dorso
kranial pada saat plasenta di bawa keluar
- Sambil plasenta dibawah keluar, instruksikan asisten untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam mambawa plasenta keluar.
- Setelah plasenta telah tampak di vulva ¾ bagaian lakukan pemutaran
searah jarum jam sampai semuah plasenta dan selaputnya keluar.
- Tempatkan plasenta di wadah yang telah tersediahkan
- Segerah lakukan masase uterus selama 15 detik sehingga kontraksi uterus baik
dan periksa kelengkapan plasenta
Evaluasi: plasenta lahir lengkap secara manual jam: 14.45 Wita, kotiledon 20,
berat 500 gram, panjang: 48 cm
5. Menilai perdarahan dan memeriksa laserasi jalan lahir
Evaluasi : robekan jalan lahir derajat 1 dengan perdarahan ±150 cc.
6. Melakukan hecting pada laserasi jalan lahir secara jahitan simpul tunggal.
Evaluasi : laserasi jalan lahir sudah di hecting
7. Membersihkan ibu dari sisa cairan darah dan ketuban dengan kain basah dan
mengganti pakaian ibu yang sudah basah dan kotor.
Evaluasi : ibu sudah dibersihkan dari cairan dan ibu sudah sudah nyaman.
8. Memberikan asupan nutrisi kepada ibu agar ibu tidak mengalami dehidrasi.
Evaluasi : ibu sudah minum.
9. Melanjutkan pemantauan keadaan ibu dan bayi selama 2 jam post partum
Evaluasi : pemantauan 2 jam post partum telah akan dilaksanakan
MANAJEMEN ASUHAN KALA IV
OBYEKTIF
a. Plasenta lahir pukul
Selaput ketuban utuh
Kotiledon lengkap
Berat 500 gram
Panjang tali pusat : 48 cm
b. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmhg
N : 78 x/mnt
0
S : 36,5 c
RR : 20 x/menit
c. TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras
d. Kandung kemih: kosong
e. Perdarahan ± 100 cc
f. Luka perineum : derajat II
ASSESMENT
Diagnosa : Ny. "S" parturient dalam pemantauan kala IV .
Masalah : Nyeri pada daerah perineum dan mules pada perut
Kebutuhan :
- Penkes mengenai fisiologis nyeri yang dirasakan
- Berikan asupan cairan dan nutrisi
- Pantau keadaan ibu dalam 2 jam post partum
- Penkes personal hygiene
Antisipasi Masalah Potensial : perdarahan post partum
PLAINNING
1. Membersihkan ibu dari sisa-sisa darah, memakaikan pakaian yang bersih kemudian
membersihkan alat-alat persalinan dengan cara merendamnya di dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit. Lalu dicuci bilas dan kemudian direbus dan ditunggu selama
20 menit setelah air mendidih.
Evaluasi : ibu sudah dibersihkan, alat alat sudah dibersihkan
2. Memberi ibu asupan nutrisi berupa makanan dan minuman untuk menambah tenaga
ibu.
Evaluasi : ibu sudah mendapat nutrisi yang cukup
3. Mengevaluasi dan mengstimulasi jumlah kehilangan darah setiap 15 menit selama 1
jam pasca persalinan, dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Evaluasi : jumah perdarahan tanggal 24-10-2022 pada pukul 16.45 wita adalah 50 cc
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), TFU, kontraksi
uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan dan
setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.
Evaluasi :
5. Periksa kembali bayi untukmemeasikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40- 60
x/menit) serta suhu tubuh normal yaitu (36.5oc - 37.5oc)
Evaluasi : telah dilakukan pemeriksaan dan bayi bernafas normal dengan
pernapasan 50 x/menit dan suhu tubuh normal yaitu 36.8oc.
6. Tempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5 % untuk
didekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah didekontaminasi.
Evaluasi : telah dilakukan, dan peralatan telah direndam dilarutan klorin untuk
didekontaminasi.
7. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.
Evaluasi : telah dilakukan
8. Bersihkan ibu dan bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
Evaluasi : ibu telah dibersihkan, dan ibu telah memakai pakaian bersih dan kering.
9. Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu untuk memberikan ASI kepada
bayinya, dan anjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
Evaluasi : ibu telah merasa nyaman, ibu telah menyusui bayinya, dan ibu telah
makan dan minum di bantu oleh keluarga.
10. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5 %
Evaluasi : telah dilakukan
11. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5 %, dan buka secara
terbalik dengan bagian dalam ke luar, lalu rendam dalam laruran klorin 0.5 %
selama 10 menit.
Evaluasi : telah dilakukan
12. Cuci kedua tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan menggunakan
teknik cuci tangan 7 langkah.
Evaluasi : telah dilakukan dan tengan telah di cuci.
13. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Evaluasi : partograf telah di lengkapi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, A. B., 2009).
Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. Persalinan terdiri dari 4 kala : kala I (waktu pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm), kala II (kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan
kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir), kala III
(waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri), kala IV (pengawasan selama minimal 2 jam
setalah persalinan) (Sondakh, J. S. S., 2013).
Dari kasus yang telah diambil, pada pengkajian di BPM Pertiwi Desa Asao oleh
Nurwin, STr. Keb. Dari data subyektif yang diperoleh ibu mengatakan nyeri hebat dibagian
pinggang serta adanya pengeluaran lendir bercampur darah sejak. Sifat nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan semakin lama semakin sering dan tidak ada pengeluaran air dari jalan lahir.
Serta usaha klien untuk mengatasi keluhannya adalah dengan mengelus-ngelus perut dan
pinggangnya. Dari data objektif, ditemukan tanda-tanda vital dalam batal normal, tidak ada
kelaianan pada pemeriksaan fisik, dengan diagnose kebidanan GIP0A0, gestasi 39 minggu 4
hari, Intrauterin, Tunggal, Hidup, Presentase Kepala, Keadaan ibu dan janin baik dengan
Inpartu Kala 1 fase aktif. Kala I dan kala II berjalan normal. Pada kala III, plasenta tidak lahir
setelah 30 menit, kemudian ditegakkan diagnosa retensio plasenta. Dari diagnosa tersebut
maka tindakan segera yakni melakukan tindakan manual plasenta.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian kala I dan Kala II persalinan pada Ny. "S" Di Bpm Pratiwi Desa Asao,
tidak ditemukan masalah dan kendala yang berarti. Namun, pada pengkajian kala III
persalinan, ibu mengatakan kelelahan pasca persalinan dan tidak merasakan mules
pada perut, dari hasil pemeriksaan ditemukan tinggi fundus uteri sejajar dengan pusat,
kontraksi uterus lemah, jumlah perdarahan 100 cc serta tidak ada tanda – tanda
pelepasan plasenta dimana tali pusat tidak semakin memanjang, tidak ada semburan
darah tiba – tiba serta tidak ada perubahan pada fundus.
2. Diagnosa aktual yang kemudian dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian yang telah
dilakukan yakni Ny. "S" Kala III persalinan dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao.
3. Antisipasi masalah yang potensial terjadi pada Ny. "S" Kala III persalinan dengan
Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao yakni terjadinya perdarahan post
partum dan syok hipovolemik.
4. Tindakan segera pada Ny. "S" Kala III persalinan dengan Retensio Plasenta Di Bpm
Pratiwi Desa Asao yakni pemasangan infus dan lakukan manual plasenta.
5. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. "S" Kala III persalinan dengan Retensio
Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao, adalah sebagai berikut:
- Pantau tanda kontraksi uterus dan tanda-tanda pelepasan plasenta.
- Beritahu ibu dan keluarga prosedur dan tujuan dilakukannya manual plasenta
yang bertujuan untuk melahirkan plasenta yang tidak lahir salam 30 menit, serta
melakukan persetujuan medis.
- Beritahu ibu bahwa infus RL 500 cc akan dipasang dengan kecepatan 40
tetes/menit
- Lakukan tindakan manual plasenta.
- Nilai perdarahan dan memeriksa laserasi jalan lahir
- Lakukan hecting pada laserasi jalan lahir secara jahitan simpul tunggal bila
terjadi laserasi
- Bersihkan ibu dari sisa cairan darah dan ketuban dengan kain basah dan
mengganti pakaian ibu yang sudah basah dan kotor.
- Berikan asupan nutrisi kepada ibu agar ibu tidak mengalami dehidrasi.
- Lanjutkan pemantauan keadaan ibu dan bayi selama 2 jam post partum
6. Implementasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny. "S" Kala III persalinan dengan
Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao, ialah sebagai berikut :
- Memantau tanda kontraksi uterus dan tanda-tanda pelepasan plasenta.
- Memberitahu ibu dan keluarga prosedur dan tujuan dilakukannya manual plasenta
yang bertujuan untuk melahirkan plasenta yang tidak lahir salam 30 menit, serta
melakukan persetujuan medis.
- Memberitahu ibu bahwa infus RL 500 cc akan dipasang dengan kecepatan 40
tetes/menit
- Melakukan tindakan manual plasenta.
- Menilai perdarahan dan memeriksa laserasi jalan lahir
- Melakukan hecting pada laserasi jalan lahir secara jahitan simpul tunggal.
- Membersihkan ibu dari sisa cairan darah dan ketuban dengan kain basah dan
mengganti pakaian ibu yang sudah basah dan kotor.
- Memberikan asupan nutrisi kepada ibu agar ibu tidak mengalami dehidrasi.
- Melanjutkan pemantauan keadaan ibu dan bayi selama 2 jam post partum
7. Evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. "S" Kala III persalinan
dengan Retensio Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao, didapatkan hasil :
- Ibu dan keluarga sudah mengetahui tujuan di lakukannya manual plasenta dan telah
menyetujuinya
- Ibu bersedia di pasang infus dan infus terpasang dengan baik.
- Manual plasenta berhasil dilakukan, plasenta lahir lengkap secara manual jam:
14.45 Wita, kotiledon 20, berat 500 gram, panjang: 48 cm
- Robekan jalan lahir derajat 1 dengan perdarahan ±150 cc.
- Laserasi jalan lahir sudah di hecting
- Ibu sudah dibersihkan dari cairan dan ibu sudah sudah nyaman.
- Ibu sudah minum.
8. Proses manajemen asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. "S" Dengan Retensio
Plasenta Di Bpm Pratiwi Desa Asao ditulis dalam bentuk pendokumentasian asuhan
kebidanan (SOAP).
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran yang
mungkin bermanfaat yaitu:
1. Bagi Penulis
Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta.
2. Bagi Puskesmas
Agar lebih meningkatkan pelayanan dalam menangani kasus persalinan patologis, baik
dari segi sarana prasarana maupun tenaga kesehatan yang sesuai dengan standar
operasional prosedur. Khususnya pada pasien-pasien pada kasus retensio plasenta dapat
di tangani dengan baik di Bpm Asao
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik teori
maupun praktek. Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
tentang teori-teori persalinan patologis.
DAFTAR PUSTAKA