DEPARTEMEN GERONTIK
GERATRIC SYNDROME
Mata Kuliah Clinical Study II
Oleh :
Ervina Ayu Misgiarti
115070200111044
Kelompok 4B IK REGULER 2
A. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah bagian akhir dari perkembangan hidup manusia. Menurut teori
Erikson bahwa usia lanjut merupakan tahap perkembangan psikososial yang terakhir
(ke delapan). Tercapainya integritas yang utuh merupakan perkembangan psikososial
lansia (Keliat, et al, 2006 dalam Syarniah, 2010).
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam dkk., 2008). Adapun batasan lainnya mengenai lansia (lanjut usia),
yaitu apabila usianya 65 tahun atau lebih (Setianto, 2004 dalam Efendi dan
Makhfudli, 2009). Lansia merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai
dengan menurunnya fungsi atau kemampuan tubuh dalam menghadapi segala hal
dari lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Efendi dan Makhfudli, 2009).
Klasifikasi lansia menurut WHO berdasarkan usia, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age)
tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old): 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old)
:
di
45-49
atas
delirium), Incontinence
(inkontinensia urin dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immunodeficiency (penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction
(konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic)
dan Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan
dan penciuman) (Setiati dkk., 2006).
Pasien geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul
sering tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan
gejala menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien
geriatri adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit
kardiovaskular.
C. Jenis & Klasifikasi Geriatric Syndrome
1. Imobilility (Imobilisasi)
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau
lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa
nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Beberapa informasi penting meliputi lamanya menderita disabilitas yang
menyebabkan imobilisasi, penyakit yang mempengaruhi kemampuan mobilisasi,
dan pemakaian obat-obatan untuk mengeliminasi masalah iatrogenesis yang
menyebabkan imobilisasi (Kane et al., 2008).
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri
terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak faktor yang
berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai
faktor tersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang
ada pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan).
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat
jatuh adalah mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan
agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak
licin (Kane et al., 2008; Cigolle et al., 2007).
3. Intelectual Impairment (Gangguan Kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
inkontinensia
alvi/fekal
sebagai
perjalanan
spontan
atau
timbulnya
inkontinensia
urin
fungsional
atau
memburuknya
D --> Delirium
R --> Restriksi mobilitas, retensi urin
I --> Infeksi, inflamasi, Impaksi
P --> Poliuria, pharmasi
b) Inkontinensia Urin Persisten
Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,
meliputi anatomi, patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis,
klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan
intervensi klinis.
Kategori klinis meliputi :
1) Inkontinensia urin stress (stres inkontinence)
Tak terkendalinya aliran urin akibat
meningkatnya
tekanan
keadaan
seseorang
yang
fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor lain,
seperti gangguan kognitif berat yang menyebabkan pasien sulit untuk
mengidentifikasi perlunya urinasi (misalnya, demensia Alzheimer) atau
gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin
menjangkau toilet untuk melakukan urinasi (Hidayat, 2006).
5. Isolastion (Depresi)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak
kasus tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua. Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat
mencapai 17,5%. Deteksi dini depresi dan penanganan segera sangat penting
untuk mencegah disabilitas yang dapat menyebabkan komplikasi lain yang lebih
berat.
Etiologi dan patogenesis berhubungan dengan polifarmasi, kondisi medik
dan obat-obatan. Faktor-faktor yang memperberat depresi adalah:
Kehilangan orang yang dicintai
Kehilangan rasa aman
Taraf kesehatan menurun (Sharon et al., 2007)
6. Impotence (Impotensi)
50 % pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun
mengalami impotensi. 25 % terjadi akibat mengomsumsi obat-obatan seperti:
Anti hipertensi
Anti psikosa
Anti depressant
Litium (mood stabilizer)
Selain karena mengonsumsi obat-obatan, impotensi dapat terjadi akibat
menurunnya kadar hormon (Setati et al, 2006).
7. Immunodeficiency (Penurunan imunitas)
Perubahan yang terjadi dari proses menua adalah:
Berkurangnya imunitas yang dimediasi oleh sel
Rendahnya afinitas produksi antibodi
Meningkatnya autoantibodi
Terganggunya fungsi makrofag
Berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat
Atropi timus
Hilangnya hormon timus
Berkurangnya produksi sel B oleh sel-sel sumsum tulang (Sharon et.al,
2007)
8. Infection (Infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada
usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih,
pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi,
dan faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi.
sosial,
berhubungan
dan
mobilitas.
dengan
kualitas
Gangguan
penglihatan
hidup,
meningkatkan
dan
pendengaran
disabilitas
fisik,
Lansia yang terus menerus berada di tempat tidur (disebut berada pada
keadaan bed ridden) selanjutnya berakibat atrofi otot, decubitus, malnutrisi, serta
pnemonia. Faktor risikonya dapat berupa osteoartritis, gangguan penglihatan,
fraktur, hipotensi postural, anemia, stroke, nyeri, dementia, lemah otot, vertigo,
keterbatasan ruang ligkup, PPOK, gerak sendi, hipotiroid, dan sesak napas.
Imobilisasi pada lansia diakibatkan oleh adanya gangguan nyeri, kekakuan,
ketidakseimbangan, serta kelainan psikologis.
2. Instability
Instabilitas serta akibat-akibat yang ditimbulkannya seperti peristiwa jatuh
merupakan masalah yang juga penting pada lansia terutama bagi lansi wanita.
Sekitar 30% diantara para wanita mengalami jatuh.
3. Intelectual Impaired
Gangguan intelektual yang berlangsung progresif disebut dementia.
Muncul secara perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan hingga
tahunan). Dementia merupakan kelainan yang paling ditakuti dikalangan lansia,
meskipun kelainan ini tidak tampak keberadaannya. Gangguan depresi juga
merupakan penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering ditemukan
namun seringkali terabaikan. Timbulnya depresi disebabkan oleh adanya suasana
hati atau mood yang bersifat depresif yang berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu yang disertai keluhan-keluhan vegetatif (berupa gangguan tidur,
penurunan
minat,
perasaan
bersalah,
merasa
tidak
bertenaga,
kurang
4. Incontinance
Inkontinensia adalah pengeluaran urin (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah
dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan atau sosial. Ini bukan konsekuensi normal dari pertambahan usia.
Penyebab inkontinensia berasal dari kelainan urologik (radang, batu, tumor),
kelainan neurologik (stroke, trauma medula spinalis, dementia), atau lainnya
menimbulkan
berbagai
kendala.
Faktor
risiko
yang
dapat
sindroma
ADAM
(Androgen
maupun sekunder.
DE neurogenik dapat disebabkan oleh gangguan jalur impuls terjadinya
ereksi.
DE vaskuler merupakan DE yang paling sering pada lansia yang mungkin
berhubungan erat dengan prevalensi penyakit aterosklerosis yang tinggi
pada lansia. Gangguan aliran darah arteri ke korpus kavernosus seperti
bekuan
darah,
aterosklerosis,
atau
hilangnya
kelenturan
dinding
berbagai keadaan seperti penyakit menahun maupun penyakit akut yang dapat
menyebabkan
penurunan
daya
tahan
tubuh
seseorang,
demikian
juga
penggunaan berbagai obat, gizi yang kurang, penurunan fungsi organ tubuh, dan
lain-lain.
8. Infection
Terjadi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit komorbid kronik yang
cukup banyak, menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya
daya komunikasi usila sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda
infeksi secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai
dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada
usia lanjut, 30-65% usia lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan
suhu badan, malah suhu badan dibawah 36C lebih sering dijumpai (Kane et al.,
2008).
9. Inanitation
Faktor risiko yang merupakan penyebab terjadinya gizi buruk adalah depresi
berkabung, imobilisasi, penyakit kronik (PPOK, rematik, gagal jantung, diabetes,
gagal ginjal, dispepsia, gangguan hati, keganasan), dementia, dan demam.
10. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena pergerakan fisik pada
lansia yang kurang mengonsumsi makanan berserat, kurang minum, juga akibat
pemberian obat-obatan tertentu.
11. Insomnia
Insomnia pada usia lanjut dapat disebabkan oleh faktor komorbid yang terdiri dari
nyeri kronis, sesak nafas pada penyakit paru obstruktif kronis, gangguan psikiatri
(gangguan cemas dan depresi), penyakit neurologi (Parkinsons disease,
Alzheimer disease), dan obat-obatan (beta-bloker, bronkodilator, kortikosteroid
dan diuretik).
12. Impairement of hearing, vision and smell
Sistem pendengaran: orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar
bunyi dengan nada yang sangat tinggi sebagi akibat dari berhentinya
pertumbuhan
saraf
dan
berakhirnya
pertumbuhan
organ
basal
yang
Kerusakan imobilisasi
a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
b. Keterbatasan menggerakkan sendi
c. Adanya kerusakan aktivitas
d. Penurunan ADL dibantu orang lain
e. Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
- Kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Ketidakmampuan bergerak dengan tujuan dalam lingkungan fisik
b. Kerusakan koordinasi
c. Keterbatasan rentang gerak
d. Penurunan kekuatan atau kontrol otot
2. Inkontinensia
a. Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan, dan sebagainya.
b. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan
gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih.
c. Enuresis nokturnal: keluarnya urin saat tidur malam hari.
3. Demensia
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan kpribadian dan perilaku (mood swings)
d. Defisit neurologi dan fokal
e. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi, dan kejang
f. Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waha, dan paranoid
g. Keterbatasan dalam ADL
h. Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
i. Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
j. Lupa meletakkan barang penting
k. Sulit mandi, makan, berpakaian, dan toileting
l. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
m. Tidak dapat makan dan menelan
n. Inkontinensia urin
o. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi
p. Gangguan orientasi waktu dan tempat
q. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar
r. Ekspresi yang berlebihan
s. Adanya perubahan perilaku, seperti acuh, menarik diri, dan gelisah
4. Konstipasi
a. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
b. Mengejan keras saat BAB
c. Massa feses yang keras dan sulit keluar
d. Perasaan tidak tuntas saat BAB
e. Sakit pada daerah rectum saat BAB
f. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
g. Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
h. Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB
5. Depresi
a. Gangguan tidur
b. Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), rasa nyeri, pandangan
kabur, gangguan saluran cerna,gangguan nafsu makan (meningkat atau
menurun), konstipasi, perubahan berat badan (menurun atau bertambah).
c. Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat (agitasi atau
hiperaktivitas) atau menurun, aktivitas mental meningkat atau menurun, tidak
8. Immune Deficeincy
a. Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri
b. Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
c. Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
d. Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
9. Impoten
a. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi
secara berulang (paling tidak selama 3 bulan).
b. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
c. Ereksi hanya sesaat dalam referensi tidak disebutkan lamanya)
F. Penatalaksanaan Geriatric Syndrome
yang
adekuat
menyebabkan
keseimbangan
protein
negatif
dan
dirasakan
pasien
tidak
jelas,
pasien
meminta
resep,
dan
untuk
menghilangkan efek samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan
prinsip pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui
riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum waktunya, jangan
menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis
rendah, naikkan perlahan-lahan, obati sesuai patokan, beri dorongan supaya
patuh berobat dan hati-hati mengguakan obat baru (Setiati dkk., 2006).
Penatalaksanaan Resiko Jatuh:
a. Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kacamata) dan alat bantu dengar
(earphone)
b. Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
c. Evaluasi kemampuan kognitif
d. Beri lansia alat bantu berjalan seperti hand rails, walkers, dsb
Penatalaksanaan Gangguan Tidur:
a. Tingkatkan aktifitas rutin setiap hari
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Kurangi konsumsi kopi
d. Berikan benzodiazepine seperti Temazepam (7,5-15 mg)
G. Pencegahan Geriatric Syndrome
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan
yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan dan pemulihan.
1. Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga
b. Pengobatan
Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem
muskuloskeletal,
kardiovaskular,
pernapasan,
pencernaan,
urogenital,