TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Epidemiologi
Celah bibir dan langitan (labiopalatoschizis) adalah anomali kongenital yang
paling umum pada kepala dan leher di dunia dan diketahui terjadi pada 1 dari 500
kelahiran hidup kulit putih. Insiden tersebut lebih rendah di Afrika Amerika dan
lebih tinggi di Amerika dan Asia asli. Celah dari bibir dan / atau langit-langit
terjadi sekitar minggu kedelapan embriogenesis, baik oleh kegagalan fusi dari
prosesus hidung medial dan prominensia maxillaris atau dengan kegagalan
migrasi dan penetrasi mesoderm antara dua lapis epitel wajah. Penyebab Celah
bibir dan langitan disebabkan oleh multifaktorial. Faktor-faktor yang mungkin
meningkatkan kejadian celah meliputi peningkatan usia, penggunaan narkoba dan
infeksi selama kehamilan, merokok selama kehamilan, dan riwayat keluarga celah
orofacial. Peningkatan kesempatan terjadinya sumbing bila ada orang tua yang
terkena adalah sekitar 4%.1
Penelitian epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih
sedikit namun teknik bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan. Celah bibir
dan langitan memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras
serta negara. Insiden labioschizis sebanyak 2,1 dalam 1000 kelahiran pada etnis
Asia, 1 : 1000 pada etnis Afrika-Amerika. Sedangkan insiden palatoschizis adalah
1 : 2000. Hampir 50% kasus palatoschizis disertai dengan sindrom kelainan
bawaan lain. Persentase celah palatum saja adalah 33% dari seluruh kasus celah
orofacial. labiopalatoschizis merupakan gabungan dari dua kelainan tersebut.
Persentasenya adalah 46% dari seluruh kasus sumbing. 2 Insidensi bibir sumbing di
Indonesia belum diketahui. Dengan demikian membutuhkan kerja keras dari
berbagai pihak untuk dapat mengetahui secara pasti prevalensi celah bibir dan
langitan secara akurat mengingat perbedaan ras, geografis dan etnik yang sangat
luas sehingga pengumpulan data di suluruh dunia amat sukar dilakukan. 3
Problem yang dihadapi penderita labiopalatoschizis akibat kegagalan
dalam penyatuan viseral arch pada masa intra uterin adalah kelainan anatomi
berupa celah (kelainan anatomis) pada labialis, alveolaris dan palatum. Tingkatan
keparahan defek tersebut tergantung pada saat intra uterin. Kelainan anatomis ini
secara langsung juga akan menyebabkan kelainan fungsional pula, yaitu berupa
kesulitan menelan, kesulitan bicara, mudah terkena infeksi telinga tengah.
Pengaruh dari kedua kelainan tersebut penderita labiopalatoschizis akan
mengalami kelainan psikososial pula.3
Gambar 2.1 Regio craniofacial intra uterine A. Pada minggu ke lima B. Pada
minggu ke enam. (Sadler,2006)
stomodeum. Tonjolan wajah ini disebut juga prosesus fasialis terdiri dari dua buah
tonjolan maksila/ prosesus maxillaris (terletak di lateral stomodeum), dua buah
tonjolan mandibula/ prosesus mandibularis (arah kaudal stomodeum) dan tonjolan
frontonasalis/ prosesus frontonasalis (tepi atas stomodeum).4
Prosesus fasialis ini merupakan akumulasi sel mesenkim di bawah
permukaan epitel, yang berperan besar dalam tumbuh kembang struktur orofacial.
Adapun kelima prosesus tersebut memiliki peran penting dalam pembentukan
wajah yaitu prosesus frontonasalis membentuk hidung dan bibir atas, prosesus
maksilaris membentuk maksila dan bibir, dan prosesus mendibularis membentuk
mandibula dan bibir bawah.4
Pada minggu kelima daerah inferior prosesus frontonasalis akan muncul
nasal placode. Proliferasi mesenkim pada kedua sisi nasal placode akan
menghasilkan pembentukan prosesus nasalis medialis dan lateralis. Diantara
pasangan prosesus tersebut akan terbentuk nasal pit yang merupakan lubang
hidung primitif. Prosesus maksilaris kanan dan kiri secara bersamaan akan
mendekati prosesus nasalis lateral dan medial. Selama dua minggu berikutnya
prosesus maksilaris akan terus tumbuh kearah tengah dan menekan prosesus
nasalis medialis kearah midline. Kedua prosesus ini kemudian akan bersatu dan
membentuk bibir atas. Prosesus nasalis lateral tidak berperan dalam pembentukan
bibir atas tapi berkembang terus membentuk ala nasi.4
Kegagalan fusi sebagian atau seluruh prosesus maxillaris dengan prosesus
nasalis medial dapat menyebabkan celah pada bibir dan alveolus baik unilateral
maupun bilateral.4
Gambar 2.2 A. Prosesus maxillaris telah bersatu dengan prosesus nasalis medialis
(7 minggu intrauterine) B. Philtrum dan bibir atas terbentuk, ala nasi berkembang
dari prosesus nasalis lateralis (10 minggu intrauterine). (Sadler,2009)
b. Pembentukan palatum sekunder
Pada minggu keenam terbentuk lempeng palatum/ palatal shelves dari
prosesus maxillaris. Kemudian pada minggu ketujuh lempeng palatum akan
bergerak kearah medial dan horizontal dan berfusi membentuk palatum sekunder.
Dibagian anterior, kedua palatal shelves ini akan menyatu dengan palatum primer.
Pada daerah penyatuan ini terbentuklah foramen insisivum. Proses penyatuan
lempeng palatum dan palatum primer ini terjadi antara minggu ke 7 sampai
minggu ke 10.4
Pada anak perempuan, proses penyatuan ini terjadi satu minggu kemudian.
Hal ini yang menyebabkan celah langitan/ cleft palate lebih banyak terjadi pada
anak perempuan.4
Celah pada palatum primer terjadi karena kegagalan mesoderm invaginasi
ke dalam celah diantara prosesus maxillaris dan prosesus nasalis medialis
sehingga proses penggabungan diantara keduanya tidak terjadi. Sedangkan pada
celah pada palatum sekunder diakibatkan karena kegagalan palatal shelves berfusi
satu sama lain.4
Gambar 2.5 Penyatuan palatal shelves dengan septum nasi dan palatum
primer menyisakan satu lubang kecil di posterior palatum primer/ foremen
insisivum (minggu ke 10 intrauterine). (Sadler,2009)
2.2 Definisi
Celah bibir atau Sumbing merupakan cacat akibat kelainan deformitas
kongenital yang disebabkan kelainan perkembangan wajah selama gestasi.
Sumbing dapat terjadi pada bibir, langit-langit mulut (palatum), ataupun pada
keduanya. Sumbing pada bibir disebut labioschisis sedangkan sumbing pada
langit-langit mulut disebut palatoschisis.1
Labiopalatoschisis atau cleft lip dan cleft palate adalah suatu kelainan
kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit langit rongga mulut
dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan
langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan. Bibir
sumbing dan langit- langit sumbing adalah cacat yang sering ditemukan dan
menyebabkan kelainan penampakan wajah dan gangguan bicara.2
Foramen insisivum dianggap sebagai penanda utama yang membagi cacat
sumbing anterior dan posterior. Celah yang terletak di anterior dari foramen
insisivum adalah bibir sumbing lateral, rahang atas sumbing, dan sumbing antara
palatum primer dan sekunder. Cacat- cacat ini disebabkan oleh tidak menyatunya
sebagian atau seluruh prominensia nasalis mediana di satu atau kedua sisi.
Sedangkan cacat yang terletak posterior dari foramen insisivum mencakup langitlangit (sekunder) sumbing dan uvula sumbing.4
2.3
Etiologi
Penyebab terjadinya celah bibir dan langitan yaitu multifaktorial. Faktor-
adalah sekitar 4%. Jika kedua orang tuanya tidak menderita palatoschizis, tetapi
memiliki satu anak dengan palatoschizis maka risiko anak berikutnya menderita
penyakit yang sama juga sekitar 2%. Namun jika terdapat anak dan saudara yang
juga terkena atau kedua orang tua menderita palatoschizis, kemungkinan masingmasing meningkat menjadi 7% dan 15%.1,4
b. Faktor Lingkungan
Obat- obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, asam
retinoid (golongan vitamin A), dan steroid beresiko menimbulkan palatoschizis
pada bayi. Infeksi selama kehamilan semester pertama seperti infeksi rubella dan
cytomegalovirus, dihubungkan dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan yang
menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi makanan (seperti defisiensi asam
folat) dapat menyebabkan palatoschizis. Mengkonsumsi suplemen multivitamin
terutama asam folat, selama 4 bulan pertama kehamilan, diperkirakan memiliki
efek perlindungan.4,5
2.4 Klasifikasi.
1. Labioschizis Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk:2
2.
3.
Gambar 2.7 A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada langit-langit
lunak dan keras. C. Celah yangmeliputi langit-langit dan lunak keras juga alveolar
pada satu sisi. D. Celah yang meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan
bibir pada dua sisi.
2.5 Manifestasi klinis
Celah bibir dapat terjadi dalam berbagai variasi, mulai takik kecil pada
batas yang merah terang sampai celah sempurna yang meluas ke dasar hidung.
Celah ini mungkin unilateral (lebih sering pada sisi kiri) atau bilateral, dan
biasanya melibatkan rigi-rigi alveolus. Biasanya disertai dengan gigi yang cacat
bentuk, gigi tambahan, atau bahkan tidak tumbuh gigi. Celah kartilago cuping
hidung-bibir seringkali disertai dengan defisiensi sekat hidung dan pemanjangan
vomer, menghasilkan tonjolan keluar bagian anterior celah prosesus maksilaris.
Celah palatum murni terjadi pada linea mediana dan dapat melibatkan
hanya uvula saja, atau dapat meluas kedalam atau melalui palatum molle dan
palatum durum sampai ke foramen insisivus. Apabila celah palatum ini terjadi
bersamaan dengan celah bibir (sumbing), cacat ini dapat melibatkan linea mediana
palatum molle dan meluas sampai ke palatum durum pada satu atau kedua sisi.9
10
Diagnosa
2.7.1
Diagnosa prenatal
Diagnosis prenatal dari celah bibir dan langitan, apakah unilateral atau
11
keseluruhannya dapat mendeteksi dengan sukses celah bibir dan celah langitlangit secara antenatal. Tetapi, pemeriksaan- pemeriksaan tersebut dibatasi pada
biaya, invasifitas dan persetujuan pasien. Ultrasound transabdominal merupakan
alat yang paling sering digunakan pada deteksi antenatal celah bibir dan celah
langit- lngit, yang memberikan keamanan dalam prosedur, ketersediaannya, dan
digunakan secara luas pada skrining anatomi antenatal.8
Deteksi dini memperkenankan kepada keluarga untuk menyiapkan diri
terlebih dahulu terhadap suatu kenyataan bahwa bayi mereka akan memiliki suatu
kelainan/cacat. Mereka dapat menemui anggota dari kelompok yang memiliki,
celah bibir dan celah langit-langit belajar mengenai pemberian makanan khusus
dan memahami apa yang harus diharapkan ketika bayi lahir. Deteksi dini juga
memperkenankan kepada ahli bedah untuk bertemu dengan keluarga sebelum
kelahiran dan mendiskusikan pilihan perbaikan. Dengan waktu konseling dan
rencana yang tepat, memungkinkan untuk melaksanakan perbaikan dari celah
bibir unilateral pada minggu pertama kehidupan.8
Gambar 2.8 (A) Ultrasonografi pada fetus dengan cleft bilateral , incomplete pada yang
kiri, (B) foto anak yang sama setelah lahir sebelum dioperasi 8
12
tersembunyi, tipe celah ini tidak dapat didiagnosa hingga beberapa waktu.8
2.8
2.8.1
Tim Manajemen
Kompleksitas anatomi dari deformitas celah bibir dan langitan dan
dampaknya pada beberapa fungsi orofasial (pertumbuhan wajah, erupsi gigi dan
kebersihan, perkembangan rahang, pendengaran, bicara) serta efeknya terhadap
pertumbuhan dan pengembangan orofacial, sehingga wajib dengan pendekatan
tim untuk pasien celah bibir dan langitan. Tim celah bibir dan langitan terdiri dari
spesialis bedah plastik, kedokteran gigi (Pedodontik, ortodontik, dan bedah
mulut), audiologi, speech pathology, THT, dan genetika terbaik dapat memberikan
banyak kebutuhan pasien sumbing dari waktu ke waktu. Pendekatan tim
menawarkan keahlian gabungan untuk berbaur dalam intervensi pengobatan
dengan perkembangan, menyediakan pelayanan lebih efektif dan biaya yang
efisien.5
2.8.2
Menejemen Neonatal
Kehadiran sumbing wajah saat lahir mungkin merupakan sejarah yang tak
Anak
Disamping deformitas wajah yang jelas dari bibir sumbing eksternal,
Waktu Bedah
Bibir sumbing selalu diperbaiki pertama di usia 3 sampai 4 bulan.
14
dikaitkan dengan hasil kemampuan bicara yang kurang baik. Pengecualian untuk
ini akan menjadikan anak dengan riwayat kesulitan pernapasan awal (misalnya,
Sindrome Pierre Robin). Menunda perbaikan sampai usia 18 bulan mungkin
diperlukan pada anak tersebut untuk mengurangi risiko obstruksi jalan napas
pasca operasi dari pengurangan ukuran jalan napas nasofaring.
Alveolar sumbing (gigi - bagian bantalan dari maksila) biasanya diperbaiki
dengan cangkok tulang autogenous antara usia 5 dan 8 tahun. Hal ini tidak hanya
menetapkan kontinuitas lengkung maksila tetapi juga memungkinkan erupsi gigi
berikutnya dan meningkatkan dukungan untuk dasar hidung sumbing. Beberapa
pusat mendukung tulang awal dicangkok sebelum perbaikan langit-langit mulut,
sekitar usia 9 sampai 12 bulan asalkan ada kesejajaran segmen and-to-and
maksila, dalam upaya untuk memberikan stabilisasi awal dari maksila dan
penutupan fistula oronasal.5
Tabel 2.1 waktu prosedure celah bibir dan langitan primer.7
2.8.6
15
Banyak jenis perbaikan celah bibir membuktikan fakta bahwa tidak semua
celah/ sumbing sama. Hal ini berbeda di kedua hal baik jumlah dan luas batasan
gangguan anatomi. Oleh karena itu, sulit untuk menemukan satu operasi yang
merupakan solusi ideal untuk semua kasus sumbing. Perbaikan celah bibir The
Millard rotation- advancement, bagaimanapun telah menjadi prosedur yang paling
umum dilakukan untuk perbaikan celah bibir unilateral. Secara efektif
mengembalikan bibir dan struktur hidung ke posisi normal, memungkinkan bekas
luka yang dihasilkan menjadi kurang terlihat karena terletak di sepanjang batas
anatomi, dan meminimalkan jumlah jaringan yang dibuang. Konsep yang
melibatkan rotasi rendah dari segmen bibir medial dengan memajukan segmen
bibir lateral yang ke dalam ruang subcolumellar untuk bergabung dengan segmen
bibir medial. Prosedur ini mencapai perpanjangan bibir sepanjang philtral line,
rekonstruksi otot orbicularis disebrang sumbing, rotasi memindahkan dasar
hidung medial, pemanjangan sedikit Columella, dan pembentukan sulkus labial.5
Konsep yang sederhana dan kemampuan untuk menyesuaikan dan
membuat penyesuaian sebagai kelanjutan perbaikan adalah salah satu kekuatan
utama dari jenis perbaikan bibir. Disamping itu, penggunaan minimal jaringan dan
lokasi garis bekas luka/ scar mendukung revisi sekunder dari perbaikan, yang
hampir selalu diperlukan. Selain teknik berkisar bersamaan manipulasi hidung,
memobilisasi dan translokasi lebih rendah ipsilateral kartilago alar dan dasar
hidung.5
16
Celah bibir bilateral menunjukkan lebih dari sekedar dua kali lipat dari
masalah bibir sumbing unilateral. Berkurangnya columella, kemiringan dari
kartilago alar dan dasar hidung, dan penonjolan premaxilla mendasari tidak hanya
membuat perbaikan celah bibir awal berbeda dari celah bibir unilateral tetapi juga
memastikan bahwa operasi berikutnya akan dibutuhkan. Keputusan mengenai
perbaikan celah bibir bilateral termasuk apakah untuk memperbaiki kedua celah
bibir secara bersamaan atau bertahap, apakah penyatuan elemen bibir sebelum
perbaikan bibir definitif, dan bagaimana mengelola premaxilla yang menonjol.
Semua masalah ini kontroversial, dan pendekatan dapat bervariasi secara luas di
antara tim-tim sumbing. Pendekatan kami adalah untuk melakukan perbaikan
bibir secara sinkron jika sumbing lebar dan penutupan premaxilla tanpa
ketegangan berlebihan pada otot orbicularis dan jahitan garis kulit. Teknik Millard
rotation-advancement efektif dalam menciptakan Cupids bow dan garis lurus
17
Gambar 2.10 Perbaikan celah bibir bilateral. A. Deformitas original dengan premaxilla
dan prolabium yang menonjol. perhatikan adanya Columella.
B.pembentangan flap kulit central prolabial, flaps bibir lateral, dan jaringan vermillion
bilateral berkumpul untuk membentuk perbaikan bilateral setelah otot orbicularis
bergabung dengan premaxilla yang menonjol. C. Perbaikan bibir komplit.
2.8.7
18
lapisan (nasal dan oral) penutupan lapisan kedua anomali palatal keras dan lunak,
dan panjang palatal yang adekuat. Meskipun masih ada teknik perbaikan palatal
yang tidak serupa atau pendekatan, operasi yang dapat dipahami yaitu tiga tipe
dasar. Straight- line closure,V - Y lengthening, atau Z - Plasty rearrangement.5
Membuka mukosa sepanjang tepi celah, memobilisasi jaringan di tingkat
subperiosteal, dan mobilisasi dari flaps palatal medial memungkinkan perbaikan
garis lurus akan selesai dalam dua lapisan. teknik ini, yang dikenal sebagai von
langenbeck repair, sangat mudah tapi mungkin tidak memberikan panjang palatal
lunak yang memadai. Untuk mencapai tujuan ini, straight-line repair telah
dimodifikasi dengan membuat sayatan oblik anterior untuk menghubungkan
dengan sayatan sepanjang alveolar ridge posterior. Setelah flap palatal
dimobilisasi, mereka berpindah ke posterior dan medial, yang menghasilkan V-Y
rearrangement.5 Dengan demikian, teknik ini telah dikenal sebagai push-back
prosedur palatal atau Veau-Wardill-Kilner repair.
Gambar 2.11 Perbaikan celah palatum V-Y pushback. A. Outline dari penempatan
sayatan.B.Pengangkatan flap mucoperioteal full-thickness berdasarkan palatine vesel
yang besar, penutupan mukosa lapisan hidung, dan aposisi muskulus lunak palatum
19
lunak. C. Penutupan oral dari pemanjangan palatum oleh reposisi posterior dari jaringan
mukosa palatal, meninggalkan area yang terbuka pada tulang palatum anterior.
Gambar 2.12 Perbaikan celah palatum Z-plasty. A, Outline penempatan insisi. B, dasar
perbaikan adalah pembuatan dan penutupan ganda mukosa dan musculomucosal flap
palatal lunak.C, Ini tidak hanya benar reorientasi otot-otot palatum lunak tapi juga
menambah panjang palatum lunak
20
2.7.8
rangkaian perbaikan primer dari deformitas sumbing original. Prosedur ini tidak
hanya menyatukan maxila menjadi satu kesatuan dan menghilangkan fistula sisa
oronasal tetapi juga menyediakan jaringan yang tepat untuk mendukung erupsi
gigi selanjutnya. Penggunaan tulang autogenous secara umum diterima sebagai
material graft pilihan, dan sebagian besar center melakukan penempatan graft
ketika anak adalah berusia antara 5 dan 8 tahun. Pada waktu tersebut, gigi canine
memiliki perkembangan akar yang cukup sehingga graft dapat memberi dukungan
untuk jalur erupsi gigi berikutnya ke posisi yang tepat dalam arch dental.
Beberapa central mendukung penempatan bone graft alveolar sebelumnya dalam
tahun pertama kehidupan dalam upaya untuk mencegah colapsnya maksila dan
mengurangi kebutuhan othodontic care jangka panjang di kemudian hari. Bone
graft alveolar tanpa tulang, Penilaian jangka panjang dari teknik ini menunjukkan
pertumbuhan wajah menguntungkan, meningkatkan bentuk maxillaris arch, dan
penurunan kebutuhan untuk osteotomi maxillaris dan bone graft pada usia lanjut.
Bone graft alveolar tanpa tulang, dimana penutupan periosteal diperoleh pada
celah defek oleh cangkok priosteum tibialis (periosteoplasty), juga telah dicoba,
namun regenerasi tulang signifikan dan belum menunjukkkan konsisten.5
2.7.9
a.
sumbing membutuhkan revisi sekunder dari bibir, hidung, atau keduanya. Revisi
ini mungkin memerlukan berbagai prosedur, termasuk revisi bekas luka/ scar,
penataan kembali vermillion, pemanjangan philtral, rotasi dasar hidung, atau
koreksi dari kartilago nasal tip. Khususnya, koreksi sekunder dari columella pada
pasien sumbing bilateral diperlukan karena elemen hidung ini kongenital tidak ada
pada deformitas sumbing ini. Banyak revisi bibir dan nasal ini dilakukan dalam
range usia 2 sampai 4 tahun untuk memungkinkan maturasi scar terjadi sebelum
anak memasuki pengawasan publik dari lingkungan sekolah.Lanjutan revisi bibir
sumbing pada masa remaja juga cenderung sebagai tuntutan psikososial dari usia
21
velopharyngeal
ini
mungkin
memerlukan
manajemen
bedah
22
2.8.10
Bedah Orthognatik
Efek pertumbuhan negatif dari celah pada maksila biasanya dengan
23
2.9
Komplikasi Palatoplasty
Komplikasi palatoplasty termasuk masalah penyembuhan luka yang
24
BAB III
KESIMPULAN
labiopalatoschizis atau cleft lip dan cleft palate adalah suatu kelainan
kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit langit rongga mulut
dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan
langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan. Bibir
sumbing dan langit- langit sumbing adalah cacat yang sering ditemukan dan
menyebabkan kelainan penampakan wajah dan gangguan bicara. Penyebab
terjadinya celah bibir dan langitan yaitu multifaktorial. Mengkonsumsi suplemen
multivitamin terutama asam folat, selama 4 bulan pertama kehamilan,
diperkirakan memiliki efek perlindungan. Peningkatan kesempatan dari terjadinya
celah bila ada orang tua yang terkena adalah sekitar 4%
Bibir sumbing selalu diperbaiki pertama di usia 3 sampai 4 bulan. Rule of
ten adalah guideline yang baik yaitu usia 10 minggu, Hemoglobin 10 gram, dan
Berat badan 10 pon. Kondisi ini mendukung penyembuhan luka yang memadai
dan anastesi yang aman. Anomali terkait seperti penyakit jantung bawaan, dapat
mengubah waktu perbaikan sampai usia lanjut. Perbaikan celah bibir The Millard
rotation-advencement telah menjadi prosedur yang paling umum dilakukan untuk
perbaikan celah bibir unilateral.
Langit-langit sumbing secara sederhana diperbaiki setelah bibir dan dapat
dilakukan antara usia 9 dan 15 bulan. Awal upaya bedah dimaksud untuk
menghasilkan fungsi bicara yang lebih baik. Teknik operasi yang dapat digunakan
untuk celah palatal yaitu tiga tipe dasar: Straight- line closure,V - Y lengthening,
atau Z - Plasty rearrangement.
Alveolar sumbing (gigi - bagian bantalan dari maksila) biasanya diperbaiki
dengan cangkok tulang autogenous antara usia 5 dan 8 tahun.Ini tidak hanya
menetapkan kontinuitas lengkung maksila tetapi juga memungkinkan erupsi gigi
berikutnya dan meningkatkan dukungan untuk dasar hidung sumbing.
25
DAFTAR PUSTAKA
1.
Charles Brunicardi F, Dana K.A, Timothi R.B, David L.D, John G.H (2014).
Schwartzs Principle Surgery, 10th, United States : McGraw-Hill Education. p:
1840-1844
2.
Agus Santoso B,. 2012. Penanganan Bibir Sumbing (CLP) secara Paripurna.
Surabaya: Dep. Bedah Plastik RSUD dr Soetomo- FK UNAIR.
4.
Sadler, T.W. 2006. Langmans Medical Embryology. 10th Ed. USA: Lippincott
Williams and Wilkins. p: 322-327.
5.
6.
7.
8.
9.
Berrman Kliegman, Arvin. 2008. Nelsson Ilmu Kesehatan Anak. 15th Ed.
Volume 2. Jakarta: EGC. Hal: 255-256.
26