Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

F30-F39

GANGGUAN SUASANA PERASAAN [MOOD]


(GANGGUAN AFEKTIF)

Disusun oleh:

Viona Violeta 030.14.196

Sheila Sesary J 030.12.255

Vero Dwinta Aditiur 030.12.274

Pembimbing:

dr. Erita Istriana, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 28 OKTOBER – 29 NOVEMBER 2019
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan
judul “Gangguan Suasana Perasaan [mood] (gangguan afektif)”.

Referat ini dibuat demi memenuhi tugas di Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Kesehatan Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran diharapkan dari semua pihak
untuk menyempurnakan referat ini. Semoga makalah yang disusun penulis ini
dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara serta masyarakat luas pada umumnya di
masa yang akan datang.

Jakarta, 27 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................................1

BAB II Tinjauan Pustaka .........................................................................................2

2.1. Gangguan suasana perasaan ........................................................................2


2.2. Gangguan afektif bipolar ............................................................................5
2.3. Episode depresif ........................................................................................14
2.4. Gangguan depresif berulang .....................................................................17
2.5. Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap .............................20
2.6. Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya ..............................21
2.7. Penatalaksanaan .......................................................................................22

BAB III Kesimpulan ..............................................................................................28

Daftar Pustaka ........................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan suasana perasaan (gangguan afektif atau mood) merupakan


sekelompok gambaran klinis yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya
kontrol emosi dan pengendalian diri. Perubahan afek ini biasanya disertai dengan
suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas kehidupan dan kebanyakan
gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami
hubungannya dengan perubahan tersebut. Gangguan afektif dapat berupa depresi,
manik atau campuran keduanya (bipolar). Pada beberapa pasien gejala-gejalanya
dapat disertai dengan ciri psikotik.1

Depresi telah dicatat sejak masa lampau dan semakin meningkat dengan
makin banyaknya tuntunan zaman. Gangguan depresif adalah salah satu jenis
gangguan jiwa yang sering terjadi. Prevalensi gangguan depresi pada populasi
dunia adalah 3-8% dengan 50 kasus yang terjadi pada usia produktif yaitu 20-50
tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresif berada
pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20%
wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020
diperkirakan jumlah gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati
urutan kedua penyakit didunia.1

Pada umumnya gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang
yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, bercerai atau berpisah.
Gangguan bipolar lebih sering pada orang yang bercerai dan hidup sendirian
daripada orang yang menikah. Episode manik lebih sering pada laki-laki, dan
episode depresif lebih sering pada wanita. Gejala manik pada remaja temasuk
dalam psikotik, alkohol atau penyalahgunaan zat lainnya, usaha bunuh diri,
masalah akademik, beberapa keluhan somatik, dan perilaku anti sosial lainnya.
Meskipun gejala-gejala ini terlihat pada remaja yang normal, gejala yang parah
atau terus-menerus harus menjadi pertimbangan dokter untuk penatalaksanaan.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan suasana perasaan


Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau
tanpa anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasanan perasaan yang
meningkat). Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan
pada keseluruhantigkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah
sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan
perubahan tersebut.2
Blok ini menguraikan gangguan afek pada semua kelompok usia, maka
gangguan yang terjadi pada masa kanak dan remaja harus diberi kode disini.
Gangguan afektif debedakan menurut: episode tunggal atau multiple, tingkat
keparahan gejala: (1) mania dengan gejala psikotik mania tanpa gejala
psikotik hipomania; (2) depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala
psikotik berat dengan gejala psikotik, dengan atau tanpa gejala somatik2

2.1.1. F30 Episode Manik


Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental
dalam berbagai derajat keparahan.3
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien
memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat
atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:3
a. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
a. Berkurangnya kebutuhan tidur
b. Cepat dan banyaknya pembicaraan
c. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
d. Perhatian mudah teralih
e. Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor

2
f. Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual,
pekerjaan dan sekolah)
g. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi
tanpa perhitungan yang matang).

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan,


gambaran psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan
orang lain, serta adanya Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.
Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa
pasien hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan
produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki
gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau
pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi.3

2.1.2. F30.0 Hipomania


Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami
peningkatan mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling
sedikit terjadi gejala (empat gejala bila mood irritable) yaitu:3
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
g. Pikiran menjadi lebih tajam
h. Daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau
pembicaraan aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak
mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan. Sering kali
dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh keluarga.3

3
Pedoman diagnosis1
 Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),
afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan
aktivitas, menetap selama berkurang-kurangnya beberapa
hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang
bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia
(F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham
 Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas
sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan
tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka
diagnosis mania(F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan
2.1.3. F30.1 Mania tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnosis1
 Episode harus berulang sekurang-kurangnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacau seluruh atau hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan
 Perubahan afek harus disertai dengan energi yang
bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan
dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang,
ide-ide perihal kebesaran/“grandiose idea” dan terlalu
optimistik
2.1.4. F30.2 Mania dengan gejala Psikotik
Pedoman diagnosis1
 Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat
dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik)
 Harga diri yang membumbung dan gangguan kebesaran
dapat berkembang menjadi waham kebesaran, iritabilitas
dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan
halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut

4
2.2. F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan afektif bipolar bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek
disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).1
Menurut DSM-IV-TR, membutuhkan adanya suatu periode mood
abnormal yang khas dan bertahannya sedikitnya selama 1 minggu dan
mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah satu episode manik dan
jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini. Gangguan
bipolar I didefinisikan sebagai gangguan dengan perjalanan klinis satu atau
lebih episode manik dan kadang-kadang episode depresif berat. Gangguan
bipolar I sinonim dengan gangguan bipolar yang gejala mania terjadi selama
perjalanan gangguan ini. DSM-IV-TR juga merumuskan kriteria gangguan
bipolar II, yang ditandai dengan episode depresif dan hipomanik selama
perjalanan gangguan. Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas
dari episode atau terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit
2 bulan tanpa adanya gejala atau episode sempurna.3

Gangguan bipolar I prevalensi seumur hidup sekitar 0,4-1,6% dan


gangguan bipolar II sekitar 0,5%. Sedangkan gangguan bipolar I atau bipolar
II dengan siklus cepat memiliki prevalensi 5-15% orang dengan gangguan
bipolar.3
Sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap gangguan bipolar, atau
penyakit manic-depressive (MDI), termasuk faktor genetik, biokimia,
psikodinamik, dan lingkungan. 3,4
Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode
depresi dan episode mania.
Episode manic:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami
mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap,

5
tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel)
yaitu:3

a. Grandiositas atau percaya diri berlebihan


b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Cepat dan banyaknya pembicaraan
d. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor
g. Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan
sekolah)
h. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa
perhitungan yang matang).
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya
Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit
didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat
kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki
gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh)
dan tidak memerlukan hospitalisasi.

Episode Depresi Mayor


Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat symptom
atau tanda yaitu :3
a. Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
b. Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
c. Sulit atau banyak tidur
d. Agitasi atau retardasi psikomotor
e. Kelelahan atau berkurangnya tenaga
f. Menurunnya harga diri
g. Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
h. Pesimis

6
i. Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa
rencana) atau tindakan bunuh diri.
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya
fungsi personal, sosial, pekerjaan.

Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi,
menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang
gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien
atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi
personal, sosial dan pekerjaan.3

Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan
mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit terjadi gejala (empat
gejala bila mood irritable) yaitu:3
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
f. Pikiran menjadi lebih tajam
g. Daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau
pembicaraan aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak mengganggu
fungsi personal, sosial, dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien
tetapi dapat dikenali oleh keluarga.

7
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang
paling sering yaitu:
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik
tidak serasi dengan mood. Pasien dengan Gangguan bipolar sering
didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda
prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut
ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode
yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik, dan
riwayat penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik
yang memiiki penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom
psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti
depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif
untuk mendapatkan perbaikan klinis.3

2.2.1. Kriterian diagnosis pembagian menurut DSM-IV

Gangguan Mood Bipolar I

Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal


A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat
depresi mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
skizoafektif, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik
yang tidak dapat diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.

8
Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini
A. Saat ini dalam episode manic
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode
manik, depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan
waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat
atau kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini


A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik,
depresi atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang
tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat
atau kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.4,5

Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini


A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic
atau campuran

9
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup
bermakna atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting
lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini


A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat


ini
A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik
atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

10
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Ganggguan Mood Bipolar II


Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit
satu episode hipomanik.3
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan
gejala-gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala
depresi yang tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi
mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu
tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari
gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran,
selama dua tahun Gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih
dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan
siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II
dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik
cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan
atau aspek fungsi penting lainnya..

11
2.2.2. Kriteria diagnosis menurut PPDGJ III

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik


a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk
hipomania (F30); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik , depresif, atau campuran) di masa lampau.
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala
Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan
gejala psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan
atau Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat
dengan Gejala Psikotik

12
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian
dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-
sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya
satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT.

Episode manik ( F30 ) adalah kesamaan karakteristik dalam afek yang


meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental
dalam berbagai derajat keparahan.

Pada episode manik, terdapat hipomania (F30.0) dan mania (F30.1) baik tanpa
atau dengan gejala psikotik. Gejala hipomania lebih ringan dari mania tanpa gejala
psikotik, dimana terdapat pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial.
Sementara pada Mania, perubahan afek disertai dengan energy yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas yang berlebihan, banyak bicara, dan kebutuhan tidur yang bertambah.
Mania dengan gejala psikotik disertai gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.

13
Gangguan afektik bipolar (F31) tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas nya jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energy dan aktivitas ( mania atau hipomania , dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurungan energy dan aktivitas (depresi). Yang khas
adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5
bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama meskipun jarang
melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental
lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis). Pada gangguan
afektif bipolar episode kini hipomanik (F31.0) harus memenuhi kriteria pada
hipomania (F30.0), sementara pada gangguan afektif bipolar episode kini manik
tanpa gejala psikotik (F31.1) harus memenuhi kriteria pada mania tanpa gejala
psikotik (F30.1). Pada gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala
psikotik (F31.2) harus memenuhi kriteria pada mania dengan gejala psikotik
(F30.2). Sementara pada gangguan afektif bipolar episode kini depresi, baik yang
ringan atau sedang (F31.3) ataupun berat tanpa gejala psikotik (F31.4) dan dengan
gejala psikotik (F31.5), harus memenuhi kriteria untuk episode depresi (F32).

2.3. Episode Depresi1


 gejala utama ( pada gejala ringan, sedang, dan berat):
a. afek depresif
b. kehilangan minat dan kegembiraan, dan
c. berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah dan menurunnya aktivitas
 gejala lainnya:
a. konsentrasi dan oerhatian berkurang
b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

14
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. tidur terganggu
g. nafsu makan berkurang
 untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahann tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
 kategori diagnosis episode depresi ringan,sedang dan berat hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu
diagnosis hangguan depresif berulang

2.3.1. Episode Depresif Ringan


Pedoman Diagnosis
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 mingg
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa dilakukannya
2.3.2. Episode Depresif Sedang
Pedoman diagnosis
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4 ) dari
gejala lainnya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 mingg
 Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
soaial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

15
2.3.3. Episode Depresif Berat
Pedoman diagnosis
 Semua 3 gejala depresi harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa di antaranya harus berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misal agitasi atau retardasi
psokomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya scara rinci
 Episode depresi biasanya harus berlangsung-sekurang-
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas
2.3.4. Episode depresif Berat Dengan gejala Psikosis
Pedoman Diagnosis
 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut
F32.2
 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka yang mengancam, an pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorikatau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau dagng membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek

16
2.4. Gangguan Depresif Berulang

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Depresif Berulang menurut DSM-IV:6

 Adanya episode depresif tunggal


 Episode depresif tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
skizoafektif, dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau gangguan
psikotik yang tidak ditentukan.
 Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode
hipomanik.

Jika semua kriteria memenuhi diagnosis suatu episode depresi, tentukan


status klinis:

 Ringan, sedang, atau berat, dengan atau tanpa gejala psikotik


 Kronis
 Dengan ciri katatonik
 Dengan ciri melankolik
 Dengan ciri atipikal
 Dengan onset pasca persalinan

Jika tidak semua kriteria memenuhi diagnosis suatu episode depresi berat,
tentukan status klinis:

 Remisi sebagian, remisi penuh


 Kronik
 Dengan ciri katatonik
 Dengan ciri melankolik
 Dengan ciri atipikal
 Dengan onset pasca persalinan

Sebutkan:

 Penentu perjalanan longitudinal (dengan atau tanpa pemulihan


interepisode)

17
 Dengan pola musiman

Sedangkan, pedoman diagnostik untuk Gangguan Depresif Berulang (F33)


menurut PPDGJ III:1,7

 Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari:


 Episode depresi ringan (F32.0)
 Episode depresi sedang (F32.1)
 Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
 Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
 Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dengan peninggian afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode
singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi
kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif
(kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan
depresi).
 Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara episode, namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini
harus tetap digunakan).
 Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma
mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

2.4.1. Pedoman diagnostik Gangguan Depresif Berulang, Episode


Kini Ringan
Pedoman Diagnosis1,7
 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif ringan (F32.0); dan

18
 Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima: F33.10 Tanpa gejala somatik
F33.11 Dengan gejala somatik

2.4.2. Gangguan Depresif berulang, episode kini sedang


Pedoman Diagnosis1,7
 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif sedang (F32.1); dan
 Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima: F33.00 Tanpa gejala somatik
F33.01 Dengan gejala somatik

2.4.3. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa


Gejala Psikotik
Pedoman diagnosis1,7
 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2);
dan
 Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

2.4.4. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan


Gejala Psikotik
Pedoman diagnosis1,7

19
 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);
dan
 Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

2.4.5. Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi


Pedoman diagnosis1,7
 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah
dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya
tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat
keparahan apapun atau gagguan lain apapun dalam F30-F39;
dan
 Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

2.5. Gangguan Suasana Perasaan (Mood[Afektif]) Menetap


2.5.1. F34.0 Siklotimia
Pedoman diagnosis1,7
 Ciri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek
(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan
dan hipomania ringan, di antaranya tidak ada yang cukup
parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan
afektif bipolar (F31.-)
 Setiap episode alunan afektif (mood swing) tidak
memenuhi kriteria untuk kategori manapun yang disebut
dalam episode manik (F30.-) atau episode depresid (F32.-)

20
2.5.2. F34.1 Distimia
Pedoman diagnosis1,7
 Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat
lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah
untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan
atau sedang (F33.0 atau F33.1)
 Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan
berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-
kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri
(F32) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres
lain yang tampak jelas

2.5.3. F34.0 Gangguan Afektif Menetap lainnya


Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak
cukup parah atau berlangsung cukp lama untuk memenuhi kriteria
siklotimia (F34.0) atau distimia (F34.1), namun secara klinis
bermakna1

2.6. Gangguan Suasana Perasaan (Mood [afektif]) lainnya F38


2.6.1. F38.0 Gangguan afektif Tunggal Lainnya
 F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya
selama 2 minggu yang bersifat campuran atau pergantian
cepat 9biasanya dalam beberapa jam) atara gejala
hipomanik, manik, dan depresif1

2.6.2. F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya


 F38.10 = Gangguan depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira
sekali sebulan selama satu tahun yang lampau

21
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang
dari 2 minggu (yang khas adalah 2-3 hari, dengan
pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simtomatik
episode depresif ringan, sedang, atau berat.1,7

2.6.3. F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT


Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak
memenuhi kriteria untuk diagnosis manapun dari F30-F38.1
tersebut diatas1

2.6.4. F38.9 Gangguan Afektif YTT


 Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada
istilah lain yang dapat digunakan
 Termasuk : psikosis afektif YTT1
2.7. Penatalaksanaan
2.7.1. Psikofarmaka
Pada kasus-kasus gangguan afektif bipolar terapi yang
dapat diberikan adalah mood stabilazer
Litium5
Mekanisme kerja litium pada gangguan bipolar dipengaruhi
oleh kadar litium serum. Jika kadar litium serum rendah
aktivitasnya akan kurang, jika kadarnya terlalu tinggi dapat
menyebab intoksikasi. Kadar efektif litium bervariasi menurut
berbagai kepustakaan antara 0,4 – 1,4 mEq/ 1

Terhadap keadaan manik litium diduga bekerja dalam hal :

1. Memblokir manifestasi tingkah laku dalam perkembangan


terhadap supersensitifitas reseptor DA (dopamine)
2. Meningkatkan aktivitas muskaranik-koligenerik. Hal ini
diobservasi oleh Janowsky dan Davis bahwa physostigmin
dapat menghasilkan remisi akut pada simpton manik.

22
3. Litium menghamabat proses mediasi second messenger siklus
AMP.
4. Litium menghambat fosfoinositol fosfat yang mengarah
kepada penumpukan garam fosfat yang dapata mengakibatkan
penghambatan efek neutrotransmitter.

Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan


dengan menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang
berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.
Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan
akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi rumatan. Untuk
terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEq/L. Dosis kecil
dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya,
gejala toksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor,
somnolen, penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif.
Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula terjadi akibat
litium. Neurotoksisitas bersifat irreversible. Akibat intoksikasi
litium, deficit neurologi permanen dapat terjadi misalnya, ataksia,
deficit memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium
dapat merusak tubulus ginjal. Factor resiko kerusakan ginjal adalah
intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya penyakit fisik yang
lainnya. Pasien yang mengkonsumsi litium dapat mengalami
poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak meminum
air
Valproat5
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA
sebagai antimania. Valproat tersedia dalam bentuk:
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam
valproat dan sodium valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat

23
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-
partikel salut yang dapat dimakan secara utuh atau
dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali
sehari.
2. Preparat intravena
3. Preparat supositoria
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat
dalam serum berkisar antara 45 -125 mg/mL. Untuk gangguan
bipolar II dan siklotimia diperlukan divalproat dengan konsentrasi
plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-
20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari
hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Efek
samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan
penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi
serum > 100 mg/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat
dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi
mayor akut, terapi rumatan gangguan bipolar, mania sekunder,
gangguan bipolar yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat,
gangguan bipolar pada anak dan remaja, serta gangguan bipolar
pada lanjut usia.
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat
terjadi, misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia,
peningkatan (derajat ringan) enzim transaminase, sedasi, dan
tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal pengobatan dan
bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.
Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan
asam valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet
salut sodium divalproat.

24
Untuk kasus-kasus pada gangguan depresif dapat diberikan
terapi antidepresan. . Pemilihan jenis obat tergantung pada
toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek
samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu)8

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)9


Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) memiliki
kelebihan dalam kemudahan permberian dosis dan toksisitas yang
rendah dalam keadaan dosis yang berlebih. SSRI lebih
direkomendasikan dibandingkan antidepresan lain untuk
pengobatan pada anak-anak dan dewasa. Rekomendasi ini juga
didukung dalam pedoman APA 2011. Efek samping yang umum
termasuk gangguan gastrointestinal (GI), disfungsi seksual, dan
perubahan tingkat energi (yaitu, kelelahan, kecemasan)

Selective Serotonin/Norepinefrin Reuptake Inhibitor (SNRIs)9


Selective serotonin/norepinefrin reuptake inhibitor (SNRIs)
dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, terutama pada pasien
dengan sindrom kelelahan yang signifikan atau rasa sakit yang
terkait dengan episode depresi. SNRI juga memiliki peran penting
sebagai terapi lini kedua pada pasien yang tidak responsif terhadap
SSRI.

Antidepresan atipikal9
Antidepresan atipikal efektif dalam meningkatkan terapi
pada gangguan depresi mayor, tetapi memiliki risiko yang tinggi
timbulnya efek samping. Obat-obatan antidepresan tipikal
termasuk bupropion (Wellbutrin), Mirtazapine (Remeron) dan
trazodone (Desyrel). Meskipun risiko terjadinya efek samping
tinggi, kelompok ini juga menunjukkan toksisitas rendah dalam
dosis yang tinggi dan memiliki kelebihan dibanding SSRI sebab
efek samping disfungsi seksual dan gangguan GI obat ini lebih

25
rendah.

Antidepresan trisiklik9
Trisiklik diketahui efektif dalam pengobatan depresi dan
memiliki kelebihan berupa harga yang murah. Trisiklik kurang
umum digunakan sekarang karena perlu ditritasi ke dosis terapeutik
juga toksisitas yang tinggi pada dosis yang berlebih.

Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI)9


MAOI secara luas efektif dalam berbagai gangguan afek
dan gangguan kecemasan. Karena risiko terjadinya krisis
hipertensi, pasien yang menggunakan obat-obat ini harus
mengikuti diet rendah tiramin. Efek samping lain termasuk
insomnia, kecemasan, peningkatan berat badan dan disfungsi
seksual

penggolongan Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis anjuran


Trisiklik Amitritpyline Amitritpyline Drag.25 mg 75-150 mg/h
Imipramine Tofranil Tab.25 mg 75-150mg/h
Clomipramine Anafranil Tab.25 mg 75-150 mg/h
Tianeptine Stablon Tab.12,5 mg 25-50 mg/h

MAOI Moclobemide Aurorix Tab.150 mg 300-600 mg/h

SSRI Sertraline Seroxat Tab.20 mg 20-40 mg/h


Paroxetine Luvox Tab. 50 mg 50-100 mg/h
Fluvoxamine Prozac, Tab. 50 mg 20-40 mg/h
Fluoxetine Andep,
Elizac,
Oxipres,
Lodep,
Zactin

26
Atipikal Trazodone Trazone Tab.50-150 100-200 mg/h
Mirtazapine Remeron mg 15-45 mg/h
Venlafaxine Efexor-X Tab.30 mg 75-150 mg/h
Cap.75 mg
Tetrasiklik Maprotiline Ludiomil Tab.10-25 mg 50-75 mg
75-100mg/h

2.7.2. Psikoterapi
Intervensi psikososial sangat penting pada gangguan
bipolar. Beberapa pendekatan yang sering dilakukan yaitu
Cognitive behavioral therapy, terapi kelurga, terapi interpersonal,
psikoedukasi, dan berbagai terapi psikologik lainnya. Intervensi
psikososial bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan.10
Psikoterapi diberikan unuk membantu pasien
mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam mengatasi
stresor kehidupan sehari-hari. Jenis psikoterapi yang diberikan
tergantung pada kondisi pasien dan prefensi terapis atau dokternya.
Dapat diberikan psikoterapi suportif, atau reedukatif (mis.
Psikoterapi kognitif, atau terapi perilaku atau terapi kognitif
perilaku), atau psikoterapi rekonstruktif.10
Terapi keluarga ddapat membantu pasien dengan gangguan
mood untuk mengurangi dan menghadapi stres dan untuk
mengurangi adanya kekambuhan. Terapi keluarga diindikasikan
untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau
fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau dapat
ditangani oleh situasi keluarga. Terapi keluarga menguji peran
pasien gangguan mood pada seluruh keluarga untuk menangani
gejala pasien.10

27
BAB III

KESIMPULAN

Mood adalah suasana hati dan perasaan yang menetap, yang merupakan
pengalaman internal dan mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. Gangguan
mood adalah kumpulan keadaan klinis yang ditandai dengan hilangnya perasaan
kendali dan timbulnya pengalaman subjektif akan adanya penderitaan berat.
Pasien dengan penurunan mood (depresi) akan kehilangan semangat dan minat,
timbul perasaan bersalah, sulit konsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan adanya
pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Perubahan ini hampir selalu
menimbulkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.
Menurut PPDGJ III, gangguan depresif berulang (F33) tergolong dalam gangguan
mental psikotik, yang terkait gangguan afektif dan dikhususkan lagi dalam
gangguan suasana perasaan (mood) (F3). Gangguan depresif berulang tersifat
dengan episode berulang dari depresi sebagaimana dijabarkan dalam episode
depresif ringan, sedang ataupun berat, tanpa riwayat adanyanepisode tersendiri
dari peninggian suasana perasaan dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria
mania. Lamanya masing-masing episode berkisar antara 3-12 bulan (rata-rata
lamanya sekitar 6 bulan). Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara
episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut.

Faktor penyebab gangguan mood dapat dibagi menjadi faktor biologis,


faktor genetika, dan faktor psikososial. Masing-masing episode, dalam pelbagai
tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh
stress. Pasien yang mengalami sekurangnya dua episode depresi diklasifikasikan
dalam DSM IV sebagai penderita gangguan depresi berulang. Diagnosis banding
untuk Gangguan Depresif Berulang (F33) yaitu Episode Depresif Singkat
Berulang (F38.1).

Berbagai perawatan efektif tersedia untuk gangguan depresi. Terapi obat


saja dapat meringankan gejala. Psikoterapi singkat juga telah dianjurkan dalam uji
klinis menjadi pilihan pengobatan yang efektif, baik tunggal atau dalam

28
kombinasi dengan obat. Namun, pendekatan gabungan dari pengobatan dan
psikoterapi umumnya memberikan respon tercepat dan berkelanjutan. Psikoterapi
meliputi terapi interpersonal, terapi kognitif, dan terapi perilaku. Ada beberapa
terapi farmakologis yang digunakan sebagai anti depresi seperti SSRI, SNRI,
trisiklik, tetrasiklik, MAOI, dan pengobatan herbal seperti St.John’s wort. Lithium
sering digunakan sebagai profilaksis depresi berulang.

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan


ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup
tinggi. Gangguan mood ini disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor
genetik, biologik, dan psikososial. Dalam perjalanan penyakitnya, gangguan
bipolar ini berbeda-beda, tergantung pada tipe dan waktunya. Onsetnya biasanya
pada usia 30 tahun. Wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama. Semakin
muda seseorang terkena bipolar, maka makin besar kemungkinannya untuk
mengalami gejala psikotik dan semakin jelas terlihat hubungan genetiknya. Dalam
pemilihan lini pertama terapi pada gangguan bipolar dapat menggunakan lithium
atau valproat yang sudah jelas efektif. Namun pemilihannya dalam penggunaan
lithium ataupun valproat harus diperhatikan keadaan pasien, kelebihan, dan
kekurangannya. Lithium lebih baik digunakan pada pasien yang sedang hamil,
dibandingkan valproat yang efek sampingnya pada janin serta dapat
meningkatkan enzim hati dan anemia aplastik. Penggunaan lithium juga dapat
berdampak pada fungsi ginjal yang terganggu. Sehingga penggunaan obat-obatan,
lithium maupun valproat harus dilakukan pemeriksaan rutin setelah pemberian
obat.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Syafwan AF, Sedjahtera K, Asterina. Gambaran Peningkatan Angka


Kejadian Gangguan Afektif dengan Gejala Psikotik pada Pasien Rawat Inap
di RSJ Prof. Dr. HB. Sa’anin Padang pada Tahun 2010 – 2011. Jurnal
kesehatan Andalas. Sumatra: 2014;3(2)

2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : PT NUH,


2003.

3. Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC, 2014.

4. Soreff, Stepen. Bipolar Affective Disorder. Medscape. [Online] Agustus 18,


2014. [Cited: Oktober 6, 2014.] emedicine.medscape.com.

5. Gilman, Goodman. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta : EGC, 2011.

6. Sadock BJ, Sadock VA. Mood Disorders. In: Grebb JA, Pataki CS, Sussman
N, eds. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007. p.528-540
7. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atma Jaya; 2003. p. 66-69.
8. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2007. p.
23-30.
9. Halverson JA et al. Depression. (Online). 2011. [23 Juni 2011]. Available
from http://emedicine.com
10. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Badan Penerbit
FKUI; Jakarta.2013.p.226-242

30

Anda mungkin juga menyukai