F30-F39
Disusun oleh:
Pembimbing:
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi telah dicatat sejak masa lampau dan semakin meningkat dengan
makin banyaknya tuntunan zaman. Gangguan depresif adalah salah satu jenis
gangguan jiwa yang sering terjadi. Prevalensi gangguan depresi pada populasi
dunia adalah 3-8% dengan 50 kasus yang terjadi pada usia produktif yaitu 20-50
tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresif berada
pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20%
wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020
diperkirakan jumlah gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati
urutan kedua penyakit didunia.1
Pada umumnya gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang
yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, bercerai atau berpisah.
Gangguan bipolar lebih sering pada orang yang bercerai dan hidup sendirian
daripada orang yang menikah. Episode manik lebih sering pada laki-laki, dan
episode depresif lebih sering pada wanita. Gejala manik pada remaja temasuk
dalam psikotik, alkohol atau penyalahgunaan zat lainnya, usaha bunuh diri,
masalah akademik, beberapa keluhan somatik, dan perilaku anti sosial lainnya.
Meskipun gejala-gejala ini terlihat pada remaja yang normal, gejala yang parah
atau terus-menerus harus menjadi pertimbangan dokter untuk penatalaksanaan.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
f. Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual,
pekerjaan dan sekolah)
g. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi
tanpa perhitungan yang matang).
3
Pedoman diagnosis1
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),
afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan
aktivitas, menetap selama berkurang-kurangnya beberapa
hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang
bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia
(F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas
sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan
tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka
diagnosis mania(F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan
2.1.3. F30.1 Mania tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnosis1
Episode harus berulang sekurang-kurangnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacau seluruh atau hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang
bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan
dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang,
ide-ide perihal kebesaran/“grandiose idea” dan terlalu
optimistik
2.1.4. F30.2 Mania dengan gejala Psikotik
Pedoman diagnosis1
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat
dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik)
Harga diri yang membumbung dan gangguan kebesaran
dapat berkembang menjadi waham kebesaran, iritabilitas
dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan
halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut
4
2.2. F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan afektif bipolar bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek
disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).1
Menurut DSM-IV-TR, membutuhkan adanya suatu periode mood
abnormal yang khas dan bertahannya sedikitnya selama 1 minggu dan
mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah satu episode manik dan
jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini. Gangguan
bipolar I didefinisikan sebagai gangguan dengan perjalanan klinis satu atau
lebih episode manik dan kadang-kadang episode depresif berat. Gangguan
bipolar I sinonim dengan gangguan bipolar yang gejala mania terjadi selama
perjalanan gangguan ini. DSM-IV-TR juga merumuskan kriteria gangguan
bipolar II, yang ditandai dengan episode depresif dan hipomanik selama
perjalanan gangguan. Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas
dari episode atau terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit
2 bulan tanpa adanya gejala atau episode sempurna.3
5
tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel)
yaitu:3
6
i. Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa
rencana) atau tindakan bunuh diri.
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya
fungsi personal, sosial, pekerjaan.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi,
menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang
gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien
atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi
personal, sosial dan pekerjaan.3
Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan
mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit terjadi gejala (empat
gejala bila mood irritable) yaitu:3
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
f. Pikiran menjadi lebih tajam
g. Daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau
pembicaraan aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak mengganggu
fungsi personal, sosial, dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien
tetapi dapat dikenali oleh keluarga.
7
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang
paling sering yaitu:
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik
tidak serasi dengan mood. Pasien dengan Gangguan bipolar sering
didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda
prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut
ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode
yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik, dan
riwayat penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik
yang memiiki penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom
psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti
depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif
untuk mendapatkan perbaikan klinis.3
8
Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini
A. Saat ini dalam episode manic
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode
manik, depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan
waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat
atau kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.
9
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup
bermakna atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting
lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
10
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
11
2.2.2. Kriteria diagnosis menurut PPDGJ III
12
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian
dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-
sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya
satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT.
Pada episode manik, terdapat hipomania (F30.0) dan mania (F30.1) baik tanpa
atau dengan gejala psikotik. Gejala hipomania lebih ringan dari mania tanpa gejala
psikotik, dimana terdapat pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial.
Sementara pada Mania, perubahan afek disertai dengan energy yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas yang berlebihan, banyak bicara, dan kebutuhan tidur yang bertambah.
Mania dengan gejala psikotik disertai gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.
13
Gangguan afektik bipolar (F31) tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas nya jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energy dan aktivitas ( mania atau hipomania , dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurungan energy dan aktivitas (depresi). Yang khas
adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5
bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama meskipun jarang
melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental
lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis). Pada gangguan
afektif bipolar episode kini hipomanik (F31.0) harus memenuhi kriteria pada
hipomania (F30.0), sementara pada gangguan afektif bipolar episode kini manik
tanpa gejala psikotik (F31.1) harus memenuhi kriteria pada mania tanpa gejala
psikotik (F30.1). Pada gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala
psikotik (F31.2) harus memenuhi kriteria pada mania dengan gejala psikotik
(F30.2). Sementara pada gangguan afektif bipolar episode kini depresi, baik yang
ringan atau sedang (F31.3) ataupun berat tanpa gejala psikotik (F31.4) dan dengan
gejala psikotik (F31.5), harus memenuhi kriteria untuk episode depresi (F32).
14
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. tidur terganggu
g. nafsu makan berkurang
untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahann tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
kategori diagnosis episode depresi ringan,sedang dan berat hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu
diagnosis hangguan depresif berulang
15
2.3.3. Episode Depresif Berat
Pedoman diagnosis
Semua 3 gejala depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa di antaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misal agitasi atau retardasi
psokomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya scara rinci
Episode depresi biasanya harus berlangsung-sekurang-
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas
2.3.4. Episode depresif Berat Dengan gejala Psikosis
Pedoman Diagnosis
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut
F32.2
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka yang mengancam, an pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorikatau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau dagng membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek
16
2.4. Gangguan Depresif Berulang
Jika tidak semua kriteria memenuhi diagnosis suatu episode depresi berat,
tentukan status klinis:
Sebutkan:
17
Dengan pola musiman
18
Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima: F33.10 Tanpa gejala somatik
F33.11 Dengan gejala somatik
19
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);
dan
Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
20
2.5.2. F34.1 Distimia
Pedoman diagnosis1,7
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat
lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah
untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan
atau sedang (F33.0 atau F33.1)
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan
berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-
kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri
(F32) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres
lain yang tampak jelas
21
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang
dari 2 minggu (yang khas adalah 2-3 hari, dengan
pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simtomatik
episode depresif ringan, sedang, atau berat.1,7
22
3. Litium menghamabat proses mediasi second messenger siklus
AMP.
4. Litium menghambat fosfoinositol fosfat yang mengarah
kepada penumpukan garam fosfat yang dapata mengakibatkan
penghambatan efek neutrotransmitter.
23
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-
partikel salut yang dapat dimakan secara utuh atau
dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali
sehari.
2. Preparat intravena
3. Preparat supositoria
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat
dalam serum berkisar antara 45 -125 mg/mL. Untuk gangguan
bipolar II dan siklotimia diperlukan divalproat dengan konsentrasi
plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-
20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari
hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Efek
samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan
penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi
serum > 100 mg/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat
dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi
mayor akut, terapi rumatan gangguan bipolar, mania sekunder,
gangguan bipolar yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat,
gangguan bipolar pada anak dan remaja, serta gangguan bipolar
pada lanjut usia.
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat
terjadi, misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia,
peningkatan (derajat ringan) enzim transaminase, sedasi, dan
tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal pengobatan dan
bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.
Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan
asam valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet
salut sodium divalproat.
24
Untuk kasus-kasus pada gangguan depresif dapat diberikan
terapi antidepresan. . Pemilihan jenis obat tergantung pada
toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek
samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu)8
Antidepresan atipikal9
Antidepresan atipikal efektif dalam meningkatkan terapi
pada gangguan depresi mayor, tetapi memiliki risiko yang tinggi
timbulnya efek samping. Obat-obatan antidepresan tipikal
termasuk bupropion (Wellbutrin), Mirtazapine (Remeron) dan
trazodone (Desyrel). Meskipun risiko terjadinya efek samping
tinggi, kelompok ini juga menunjukkan toksisitas rendah dalam
dosis yang tinggi dan memiliki kelebihan dibanding SSRI sebab
efek samping disfungsi seksual dan gangguan GI obat ini lebih
25
rendah.
Antidepresan trisiklik9
Trisiklik diketahui efektif dalam pengobatan depresi dan
memiliki kelebihan berupa harga yang murah. Trisiklik kurang
umum digunakan sekarang karena perlu ditritasi ke dosis terapeutik
juga toksisitas yang tinggi pada dosis yang berlebih.
26
Atipikal Trazodone Trazone Tab.50-150 100-200 mg/h
Mirtazapine Remeron mg 15-45 mg/h
Venlafaxine Efexor-X Tab.30 mg 75-150 mg/h
Cap.75 mg
Tetrasiklik Maprotiline Ludiomil Tab.10-25 mg 50-75 mg
75-100mg/h
2.7.2. Psikoterapi
Intervensi psikososial sangat penting pada gangguan
bipolar. Beberapa pendekatan yang sering dilakukan yaitu
Cognitive behavioral therapy, terapi kelurga, terapi interpersonal,
psikoedukasi, dan berbagai terapi psikologik lainnya. Intervensi
psikososial bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan.10
Psikoterapi diberikan unuk membantu pasien
mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam mengatasi
stresor kehidupan sehari-hari. Jenis psikoterapi yang diberikan
tergantung pada kondisi pasien dan prefensi terapis atau dokternya.
Dapat diberikan psikoterapi suportif, atau reedukatif (mis.
Psikoterapi kognitif, atau terapi perilaku atau terapi kognitif
perilaku), atau psikoterapi rekonstruktif.10
Terapi keluarga ddapat membantu pasien dengan gangguan
mood untuk mengurangi dan menghadapi stres dan untuk
mengurangi adanya kekambuhan. Terapi keluarga diindikasikan
untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau
fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau dapat
ditangani oleh situasi keluarga. Terapi keluarga menguji peran
pasien gangguan mood pada seluruh keluarga untuk menangani
gejala pasien.10
27
BAB III
KESIMPULAN
Mood adalah suasana hati dan perasaan yang menetap, yang merupakan
pengalaman internal dan mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. Gangguan
mood adalah kumpulan keadaan klinis yang ditandai dengan hilangnya perasaan
kendali dan timbulnya pengalaman subjektif akan adanya penderitaan berat.
Pasien dengan penurunan mood (depresi) akan kehilangan semangat dan minat,
timbul perasaan bersalah, sulit konsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan adanya
pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Perubahan ini hampir selalu
menimbulkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.
Menurut PPDGJ III, gangguan depresif berulang (F33) tergolong dalam gangguan
mental psikotik, yang terkait gangguan afektif dan dikhususkan lagi dalam
gangguan suasana perasaan (mood) (F3). Gangguan depresif berulang tersifat
dengan episode berulang dari depresi sebagaimana dijabarkan dalam episode
depresif ringan, sedang ataupun berat, tanpa riwayat adanyanepisode tersendiri
dari peninggian suasana perasaan dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria
mania. Lamanya masing-masing episode berkisar antara 3-12 bulan (rata-rata
lamanya sekitar 6 bulan). Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara
episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut.
28
kombinasi dengan obat. Namun, pendekatan gabungan dari pengobatan dan
psikoterapi umumnya memberikan respon tercepat dan berkelanjutan. Psikoterapi
meliputi terapi interpersonal, terapi kognitif, dan terapi perilaku. Ada beberapa
terapi farmakologis yang digunakan sebagai anti depresi seperti SSRI, SNRI,
trisiklik, tetrasiklik, MAOI, dan pengobatan herbal seperti St.John’s wort. Lithium
sering digunakan sebagai profilaksis depresi berulang.
29
DAFTAR PUSTAKA
6. Sadock BJ, Sadock VA. Mood Disorders. In: Grebb JA, Pataki CS, Sussman
N, eds. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007. p.528-540
7. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atma Jaya; 2003. p. 66-69.
8. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2007. p.
23-30.
9. Halverson JA et al. Depression. (Online). 2011. [23 Juni 2011]. Available
from http://emedicine.com
10. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Badan Penerbit
FKUI; Jakarta.2013.p.226-242
30