SKIZOFRENIA-SKIZOAFEKTIF
Dokter Pembimbing:
dr. RR Dyah Rikayanti N., Sp.KJ
Disusun oleh:
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
(Variasi Geografis)
Indonesia 0,17% mengalami Insiden :1-10 dari 20.000 jiwa
Onset :
Angka kejadian sama
♂ usia 10 – 25 tahun
Laki-laki = Perempuan
♀ usia 25 – 35 tahun
Biokimia
• Skizofrenia dihasilkan dari terlalu banyak aktivitas dopaminergik.
• Potensi banyak obat antipsikotik (misalnya, Antagonis reseptor dopamin [DRA])
berkorelasi dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis dari reseptor
dopamin tipe 2 (D2).
• Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, terutama kokain dan amfetamin,
bersifat psikotomimetik.
Manifestasi Klinik
▪ Permulaan gejala skizofrenia umumnya dideteksi oleh keluarga karena terdapat perubahan pada
penderita, atau penderita menjadi lain dari biasanya.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas:
Arus pikiran yang
Halusinasi yang
terputus (break) atau
menetap dari panca Perilaku katatonik Gejala-gejala “negatif”
yang mengalami
indera apa saja
sisipan (interpolation),
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Gambaran Acak-acakan, berteriak, gelisah hingga orang yang obsesif terawat, benar-benar
diam, dan tidak bisa bergerak
Umum Perilaku mereka mungkin menjadi gelisah atau kasar
Mood, Berkurangnya respons emosional dan emosi yang terlalu aktif dan tidak sesuai
seperti amarah, kebahagiaan, dan kecemasan yang ekstrem.
Feelings, Afek yang datar atau tumpul dapat merupakan gejala dari penyakit itu sendiri
and Affect
Halusinasi
Gangguan
persepsi Halusinasi Cenesthetic
Ilusi
Pemeriksaan Status Mental
ISI PIKIRAN : Delusi
Pikiran
▪ Dalam sistem diagnostik saat ini, pasien dapat menerima diagnosis gangguan
skizoafektif jika mereka masuk ke dalam salah satu dari enam kategori berikut:
(1) pasien dengan skizofrenia yang memiliki gejala mood
(2) pasien dengan gangguan mood yang memiliki gejala skizofrenia
(3) pasien dengan gangguan mood dan skizofrenia
(4) pasien dengan psikosis ketiga tidak terkait dengan skizofrenia dan gangguan mood
(5) pasien yang gangguannya berada dalam kontinum antara skizofrenia dan gangguan mood
(6) pasien dengan beberapa kombinasi diatas.
Epidemiologi
• Idiopatik.
• Gangguan dapat berupa jenis skizofrenia, jenis gangguan mood, atau
ekspresi simultan dari masing-masing. Gangguan schizoafektif
mungkin juga merupakan jenis psikosis ketiga yang berbeda, yang
tidak terkait dengan skizofrenia atau gangguan mood.
• Studi tentang gangguan pada gen skizofrenia 1 (DISCJ), yang
terletak pada kromosom 1 q42, menunjukkan kemungkinan
keterlibatannya dalam gangguan schizoafektif serta skizofrenia dan
gangguan bipolar.
Diagnosis dan Manifestasi Klinik
• Tentukan apakah:
• Tetapkan jika:
Dengan katatonia (rujuk ke kriteria katatonia yang berhubungan dengan gangguan mental lain).
• Tetapkan jika:
Episode pertama, saat ini dalam episode akut:
Episode pertama, saat ini dalam remisi parsial
Episode pertama, saat ini dalam remisi penuh
Beberapa episode, saat ini dalam episode akut
Beberapa episode, saat ini dalam remisi parsial
Beberapa episode, saat ini dalam remisi penuh
Berkelanjutan
Penatalaksanaan
• Stabilisator mood : carbamazepine lebih unggul untuk gangguan schizoafektif
tipe depresi
• Pengobatan dengan antidepresan : Inhibitor reuptake serotonin selektif (mis.,
Fluoxetine [Prozac] dan sertraline [Zoloft]) sering digunakan sebagai agen lini
pertama karena kurang berpengaruh pada jantung
• Perawatan Psikososial : Pasien mendapat manfaat dari kombinasi terapi
keluarga, pelatihan keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif.
Prognosis
• Prognosis skizoafektif lebih baik dari pada skizofrenia tetapi lebih buruk bila
dibandingkan dengan gangguan mood. Perjalanan penyakitnya cenderung tidak
mengalami deteriosasi dan responnya terhadap litium lebih baik daripada
skizofrenia
• Mengingat ketidakpastian dan diagnosis yang berkembang dari gangguan
skizoafektif, sulit untuk menentukan perjalanan jangka panjang dan prognosis.